MODAL DAN PERALATAN DALAM USAHATANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODAL DAN PERALATAN DALAM USAHATANI"

Transkripsi

1 1 MODAL DAN PERALATAN DALAM USAHATANI Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli Modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja; dengan modal dan peralatan faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia; dengan modal dan peralatan maka penggunaan faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat dihemat. Sehingga modal dibedakan atas land saving capital dan labor saving capital. Land saving capital, jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tanpa menambah luas lahan, produksi dapat ditingkatkan. Misalnya dengan intensifikasi, penggunaan bibit unggul, pupuk, dan pestisida. Labor saving capital, jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Misalnya penggunaan traktor untuk membajak lahan, penggunaan trasher untuk penggabahan, Rice Milling Unit untuk memproses padi menjadi beras. Secara ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk meproduksi kembali, atau barang yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan.

2 2 Menurut Tohir (1983) tanah tidak termasuk faktor produksi modal, tetapi termasuk faktor alam yang memiliki nilai modal dengan berbagai pertimbangan berikut: Tanah adalah karunia alam, bukan benda yang diproduksi oleh manusia. Tanah tidak mudah (dapat) diperbanyak Tanah tidak dapat dipindah-pindahkan Tanah selalu terikat dengan iklim Tanah adah sumber untuk memproduksi barang-barang ekonomi Pengertian tanah bukan modal sebenarnya berkenaan dengan penetapan biaya usahatani. Pada penentuan pendapatan usahatani, bunga tanah tidak dihitung sebagai biaya usahatani. Sebaliknya pada pendekatan keuntungan usahatani maka bunga tanah dihitung sebagai biaya yaitu sebesar nilai sewa tanah (lahan) yang dipergunakan pada usahatani. Modal dapat dikelompokkan atas sifat, kegunaan, waktu, dan fungsi Menurut sifat Selain yang bersifat land saving capital dan labor saving capital. Ada juga modal yang penerapannya menambah penggunaan tenaga kerja: misalnya penerapan panca usahatani. Modal yang meningkatkan efisiensi, untuk membajak penggunaan traktor dapat menghemat biaya. Untuk luasan tertentu jika dibajak dengan traktor menggunakan biaya Rp ,- dan pekerjaan tersebut jika dicangkul perlu biaya Rp ,-

3 3 Menurut kegunaan Modal dibedakan atas modal aktif dan modal pasif Modal aktif, adalah modal yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan produksi (pupuk, bibit unggul). Modal pasif dipergunakan sekedar untuk mempertahankan produk (penggunaan bungkus, karung, kantong plastik, dan gudang). Menurut waktu Atas dasar waktu pemberian manfaatnya, dibedakan modal produktif dan modal prospektif Modal produktif (benih, pupuk, pestisida) Modal prospektif (terasering, investasi) Menurut fungsi Berdasar fungsi modal dibedakan atas modal tetap (fixed asset) dan modal tidak tetap atau modal lancar (current asset) Modal tetap ada yang mudah dipindahkan, hidup dan mati ( cangkul, sabit, traktor, ternak); yang tidak mudah dipindahkan (bangunan, tanaman keras) Current asset hanya dipergunakan dalam sekali produksi( benih, pupuk, pestisida) Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut lima konsekuensi biaya yaitu: bunga modal, penyusutan, asuransi, pemeliharaan, dan komplementer Alat-alat pertanian sebagai modal tetap Tarktor, truk dapat menyangkut lima konsekuensi Bajak, cangkul, sabit, dan lainnya dihitung

4 4 penyusutannya Ternak sapi perah, dihitung penyusutannya. tenaga kerja tidak dihitung penyusutannya Ternak Tanaman tahunan dihitung penyusutannya Tanah (lahan) usahatani tidak dihitung penyusut-annya, karena lahan usahatani dapat dipergunakan dalam jangka waktu tak terbatas jika dipergunakan sebagaimana mestinya, sesuai kemampuan, dipelihara. Perbedaan pemeliharaan tanah dan tanaman No Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan lahan 1 pemupukan Pembuatan teras 2 penyiangan Pembuatan tanggul/ tabuk 3 Atur drainase/ buat selokan Meratakan tanah miring 4 Pengolahan tanah Bangunan sebagai modal tetap dihitung biaya penyusutan, asuransi, bunga, dan biaya pemeliharaan bangunan

5 5 Contoh konsekuensi biaya dar penggunaan traktor untuk membajak lahan subyek Jenis biaya Bentuk biaya Traktor untuk 1. bunga modal 1. Sewa traktor membajak lahan 2. penyusutan 2. penyusutan 3.asuransi 3. asuransi 4. pemeliharaan 4. servis 5. komplementer 5. bbm, honor operator Tugas mahasiswa (PR) 1. menunjukkan cara menghitung penyusutan alat-alat pertanian 2. menunjukkan cara menghitung penyusutan modal ternak 3. menunjukkan cara menghitung penyusutan tanaman keras (tahunan)

6 6 MANAGEMEN SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI Disamping tanah, tenaga kerja, modal dan peralatan, banyak ahli memasukkan managemen sebagai faktor produksi usahatani Empat aktivitas peran petani sebagai manager aktivitas teknis memutuskan memproduksi apa dan bagaimana caranya pemanfaatan lahan membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan dipergunakan dan implikasinya pada penggunaan tenaga kerja menentukan skala usaha aktivitas komersial menentukan jenis, jumlah input yang akan dipergunakan; yang telah dimiliki atau yang masih dicari. Menentukan kapan, dan di mana input diperoleh Meramalkan input dan produksi yang akan diperoleh Menentukan pemasaran hasil, meliputi fungsi bentuk, jumlah, waktu, tempat, lainnya Aktivitas finansial Menmentukan modal, milik sendiri atau dari luar (kredit bank atau lainnya) Menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan jangka panjang

7 7 Memproyeksikan kebutuhan dana untuk jangka panjang (investasi, penggantian alat-alat) Aktivitas akuntansi Membuat catatan srmua transaksi bisnis dan pajak Membuat laporan Menyimpan data tentang usahanya Sebagaimana tugas-tugas, maka manager dituntut memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang memadai agar dapat menyiapkan dan memilih alternatif usaha yang terbaik. Managemen sebagai suatu seni sehingga sulit mengkuantifikasi atau mengukurnya. Sebagai gambaran keberhasilan manager dalam mngelola faktor produksi, cermati gambar berikut. Produksi (rp) manager C manager B manager A Performance Gab Input (rp)

8 8 Cara Menghitung Penyusutan Memeperhitungkan penyusutan bertolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat. 1. Straight line method (garis lurus) Cost = Rp Umur ekonomis = 5 tahun Nilai sisa = Rp 5.000,- Penyusutan = Rp ,- - Rp tahun = Rp / tahun 2. Unit performace (Lama Penggunaan) Cost = Rp Performace = jam Nilai sisa = Rp ,- Penyusutan per jam = Rp ,- - Rp jam = Rp 12,-/ jam Dalam satu kali proses produksi misalnya 30 jam, maka biaya penyusutan sebesar 30 X Rp 12,- = Rp 360,-

9 9 3. Decreasing, sum of the year Cost = Rp Umur ekonomis = 5 tahun Nilai sisa = Rp ,- Jumlah digit = = 15 Penyusutan : Tahun I = 5/15 (Rp Rp ) = Rp Tahun II = 4/15 (Rp Rp ) = Rp Tahun III = 3/15 (Rp Rp ) = Rp Tahun IV = 2/15 (Rp Rp ) = Rp Tahun V = 1/15 (Rp Rp ) = Rp Jumlah penyusutan = Rp ,- 4. Decleaning balance n S Rumus = 1 - N n = umur S = bilai sisa, C = cost Contoh: Cost = Rp Umur ekonomis = 5 tahun Nilai sisa = Rp ,- Penghitungan penyusutan: = X 100% = 24,2142% Penyusutan tahun I = 24,2142% x ,- = Rp ,- Penyusutan tahun I = 24,2142% x (80.000,- - Rp ,-) = 24,2142% x (75.786) =

10 10 Penyusutan ternak Ternak untuk penggemukan, untuk tenaga kerja tidak dihitung penyusutannya, yang dihitung penyusutannya adalah ternak sapi perah, yaitu sebagai berikut Nilai sapi perah saat beranak pertama Penyusutan = = Rp/th Umur ekonmis Penyusutan Tanaman Tanaman tahunan sebagai modal tetap Cara pengitungan: Biaya bibit = Rp ,- Persiapan lahan = Rp ,- Pemeliharaan tanaman 3 tahun = Rp ,- Biaya lainnya = Rp ,- Jumlah biaya investasi = Rp ,- Umur ekonomis = 25 tahun Nilai sisa (kayu) = Rp ,- - Nilai sapi perah saat sudah tidak ekonomis Penyusutan = Rp ,- - Rp ,- 25 = Rp ,-/ tahun

11 11 Prinsip ekonomi Factor Product relationship menerangkan hubungan antara produksi dan satu faktor produksi variabel yang disebut sebagai fungsi produksi. Dari fungsi ini dapat digambarkan MP dan AP sebagai gambar berikut Produk Y TP max TP Stage I Stage II MP AP X (input) Stage III TP = Y ; Y = f(x); MP = Y/ X; AP = TP/X = Y/X Fungsi produksi dibagi menjadi tiga tahap, tahap satu Stage I daerah daerah sebelah kiri titik AP maksimum; AP maksimum = MP. Tahap II atau Stage II, antara AP maksimum dengan TP maksimum yaitu pada saat MP =0;

12 12 Tahap III, Stage III yaitu tahap setelah TP maksimum. Daerah I dan III disebut daerah irrasional dan daerah II disebut daerah rasional Hubungan antara suatu faktor produksi variabel dengan produksi pada suatu faktor produksi yang tetap, misalnya penambahan tenaga kerja dengan produksi pada suatu luas lahan tertentu (per ha) dapat berbentuk sebagai berikut: 1. kenaikan produksi tetap (constant return to scale), jika penambahan satu satuan faktor produksi menyebabkan kenaikan hasil yang tetap 2. kenaikan produksi bertambah (increasing return to scale), jika penambahan satu satuan faktor produksi menyebabkan kenaikan hasil yang senantiasa bertambah 3. kenaikan produksi berkurang (decreasing return to scale), jika penambahan satu satuan faktor produksi menyebabkan kenaikan hasil yang senantiasa berkurang. Pada umumnya dalam produksi pertanian hubungan antara input variabel dengan output mempunyai bentuk kombinasi antara kenaikan hasil bertambah dan kenaikan hasil berkurang. Mula-mula hubungan input-output mengikuti bentk kenaikan hasil yang bertambah kemudian diikuti oleh kenaikan hasil berkurang yang dikenal dengan: the low of deminishing return.

13 13 Untuk mengetahui berapa tingkat penggunaan suatu faktor produksi optimal yang sebaiknya dilaksanakan oleh petani diperlukan penelitian dan percobaan yang bersifat teknis kemudian dianalisis secara ekonomis denga tujuan mengetahui penggunaan input optimum. Penggunaan input optimum atau pada titik rentabilitas adalah kondisi yang memberikan keuntungan maksimum. Titik tersebut dicapai pada saat nilai produk marginal (VMP) sama dengan harga faktor produksi (r). Cermati data berikut! Tabel 1. Data Hipotetik I X Y MP P VMP R π (keuntungan) = PY -rx P = harga output; r = harga input

14 14 Contoh lainnya Fungsi produksi: PY= Rp 25/unit PX = r = harga input Rp 200/ unit. Tabel 2. Data Hipotetik II No X Y X Y Y/ X V Y/ X ,5 11 0, , ,5 38 0, , ,5 58 0, , ,5 59 0, , Titik optimum = Y/ X = PX/PY = 200/25 = 8 Nilai Y/ X = harga X = Rp 200,- Titik optimum dicapai pada saat pemakaian faktor produksi X antara 2,5 dengan 3 unit Titik optimum akan berubah jika terdapat perubahan harga, pada harga input maupun harga output Tugas Tentukan tingkat keuntungan fungsi produksi pada Tabel 1 dan Tabel 2 tersebut!

15 15 Factor-faktor Relationship Untuk memperoleh suatu produksi tertentu dapat dicapai dengan menggunakan kombinasi beberapa input. Hubungan antara dua input untuk mencapai suatu tingkat produksi, jika ditinjau dari daya subsitusinya dapat dibedakan menjadi tiga golongan. 1. Hubungan dengan daya subsitusi tetap, yakni jika penambahan faktor produksi yang satu akan menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain dalam jumlah yang tetap dengan produk yang dihasilkan tidak berubah. 2. Hubungan komplementer, yakni pada pemakaian faktor produksi yang satu lebih besar dari seharusnya tidak akan mempengaruhi produk yang dihasilkan. 3. Hubungan dengan daya subsitusi berkurang, yakni jika salah satu faktor produksi dapat mensubstitusi faktor produksi yang lainnya, tetapi jumlah yang dapat disubstitusi tersebut semakin lama menjadi semakain kecil. Kurva yang menunjukkan besaran suatu produk yang tidak berubah yang dihasilkan dari berbagai kombinasi dua macam input (X1 dan X2) disebut isoquant. Besarnya sudut kemiringan isoquant menggambarkan besarnya daya substitusi X1 terhadap X2 untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama disebut Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

16 16 X 2 MRTS = MP 1 /MP 2 isoquant Titik optimum tercapai jika MRTS ini sama dengan perbandingan harga faktor produksi X 1 MRTS = MP 1 /MP 2 = PX 1 /PX 2 Sebagai contoh kombinasi tenaga kerja antara traktor dan tenaga ternak pada pengolahan lahan. Pada tingkat produksi tertentu petani harus memiliki kombninasi pemakaian faktor produksi yang akan membrikan keuntungan maksimum. Kombinasi tersaebut dicapai jika: X 2 / X 1 = PX 2 /PX 1 Contoh kasus: untuk memperoleh produksi 20 unit dipergunakan X 1 dan X 2 dalam berbagai kombinasi. Jika harga X 1 = P X 1 = Rp 100/unit dan harga X 2 = PX 2 = Rp 400/unit, maka pada saat pemakaian X 1 dan X 2 berapa dicapai kombinasi optimum?

17 17 Kombinasi optimum pada saat X 2 / X 1 = PX 2 /PX 1 = 100/400 = 0,25; Sebagaimana data pada Tabel 3 yaitu pada pemakaian X 1 antara unit dan pemakaian dan X 2 antara unit. Tabel 3. Kombinasi X 1 dan X 2 pada Suatu Tingkat Produksi No X 1 (unit) X 1 (unit) X 2 (unit) X 2 (unit) X 2 / X 1 Y (unit) , , , , , ,04 20 Pada umumnya faktor produksi yang mahal memberikan produksi yang tinggi dan sebaliknya (tabel 4) Tabel 4. Kombinasi faktor Produksi A dan B No Kombinasi faktor Produksi Biaya per ayam per bulan (Rp) Telur ayam per bulan Butir Rp* π per ayam per bulan (Rp) 1 A A ¾ A + ¼B ¾ A + ¼B ¾ A + ¼B B *) = revenue, atau penerimaan kotor

18 18 Input A kualitasnya tinggi, jika dipergunakan menghasil kan 25 butir telur per bulan, sebaliknya input B, kualitasnya rendah jika dipergunakan menghasilkan 12 butir per bulan. Jika harga input (pakan) A harganya meningkat, biaya pakan per ekor ayam meningkat jika menggunakan pakan A, maka dipilih mengkombinasikan pakan A dan pakan B..., keuntungan Rp per ayam/bulan. Time Relationship Time Relationship yang dimaksud adalah hubungan antara waktu dengan faktor produksi atau dengan produksinya. Sesuai waktu atau musim ada pengaturan tanam, pemeliharaan tanaman, panen, pengolahan hasil, pemasaran hasil Pada musim tertentu atau waktu tertentu, dengan teknologi tertentu akan membudidayakan apa? Penggunaan input (pupuk) kapan diberikan, berapa dosis setiap kali pemberian, bagaimana cara pemberian. Pengolahan hasil, saat teretntu akan menggunakan teknologi apa (pilihan): seperti di jemur pada sinar matahari atau dikeringkan dengan oven. Pemasaran hasil, kapan, di mana, berapa banyak, dalam bentuk apa, hasil akan dipasarkan.

19 19 Tabel 5. Data Hipotetik, pemasaran hasil usahatani menurut waktu dan tempat No Tempat Penjualan (pasar) Harga jual rambutan (Rp/kg) 7 hspp 14 hspp 21 hspp Puncak Panen (PP) 1 Desa Kecamatan Kabupaten

20 20 BIAYA DAN PENDAPATAN DALAM USAHATANI Usahatani yang berhasil haruslah dapat memenuhi semua kewajiban, seperti membayar bunga modal dan alat-alat yang dipergunakan, tenaga luar keluarga, input-input yang dipergunakan, serta dapat menjaga kelestarian usahanya. A. Fungsi Biaya Fungsi biaya adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara biaya dan jumlah produksi Pada Short run period dibedakan antara FC dan VC Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi Biaya tidak tetap (VC) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi, biaya untuk membayar input variabel seperti benih, pupuk, tenaga kerja TC = biaya total = FC + VC AC = biaya rata-rata = TC/q MC = marginal cost; perubahan biaya per kesatuan perubahan produksi MC= C/ q = C/ q = slope MC min pada inflectin point (titik balik) AC min = MC AFC = average fixed cost (biaya tetap rata-rata) AFC = FC/q AVC = average variable cost (biaya variabel ratarata); AVC= VC/q

21 21 FUNGSI BIAYA TC, FC, VC TC= FC+VC VC FC Q C MC AVC AC Q = output) MC = biaya marginal, AC = biaya rata-rata, AVC = biaya variabel rata-rata.

22 22 MC memotong AVC dan AC masing-masing pada titik terendah. Dalam kata lain setelah memotong MC maka AC dan AVC meningkat, hal ini setelah MC > dari AC atau MC > dari AVC berarti tambahan biya per ke satuan produksi meningkat. Tabel 6. Contoh Data Hipotetik q TC FC VC AC AFC AVC MC , , Tabel 7. Contoh Biaya Usahatani di Kabupaten Bantul No Komoditas Q (kg) Biaya (Rp) FC AFC VC AVC TC 1 Padi 639,26 33,333 52,39 366, ,33 399,433 sawah 2 jagung 201,55 7,550 37,46 160, ,86 168,320 3 kedelai 91,47 15, ,13 66, ,64 81,486 4 kacang tanah 5 Bawang merah Sumber: Suratiyah, ,52 39, ,39 553, ,78 592, ,91 170, , , , ,936

23 23 Pendekatan Analisis Biaya dan Pendapatan Nominal approach Future value approach Present value approach Pendekatan Nominal Tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money), dhi. menggunakan biaya yang yang berlaku Pendapatan = penerimaan biaya Penerimaan = Pq.Q; Pq = harga produksi (Rp/ka); Q = jumlah produksi (kg) Biaya = biaya tetap + biaya variabel Contoh Tabel 8. Biaya, penerimaan, dan pendapatan satu periode usahatani kacang tanah di Kabupaten Bantul (0,1 Ha) No Uraian Bulan (Rp) Total 1 Pengeluaran Penerimaan Pendapatan Sumber: Suratiyah dkk, 2003 Pendekatan nominal sederhana, tetapi mengandung kelemahan, seperti jika terdapat modal luar (pinjaman) yang harus dibayar dengan memperhitungkan bunga.

24 24 Perhitungan pendapatan dengan memperhitungkan time value of money Metode present value, dihitumh dengan rumus: PV = 1 1 ; P 0 = P t (1+i) t (1+i) t gunakan discounting tables Metode future value, dihitumh dengan rumus: FV = (1 + i) t ; Pt = P 0 (1 + i) t gunakan compounding tables Ke tiga pendekatan Nominal Future value Present value (1 + 0%) (1 + 0) 0 = 1 0 (1 + 0) 1 = 1 1 (1 + 0) 2 = 1 2 (1 + 0) 3 = 1 3 (1 + i) t (1 + 0,01) 0 = 1 (1 + 0,01) 1 = 1,01 (1 + 0,01) 2 = 1,02 (1 + 0,01) 3 = 1,03 1/(1 + i) t 1,00 0,99 0,98 0,97

25 25 Pendekatan future value Pendekatan ini memperhitungkan setiap waktu (misal: bulan) pengeluaran dalam proses produksi, diproyeksikan pada sat penen atau akhir proses produksi. Pengeluaran, dengan bunga 1% per bulan No Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 4(future) (1,03) = (1,02) = (1,01) = (1,00) = Jumlah biaya Penerimaan pada bulan ke 4 = Rp ,- Pendapatan = Penerimaan biaya = Rp ,- - Rp = Rp Perhitungan Pendapatan jika bunga 2% per bulan No Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 4 (future) (1,082) = (1,061) = , (1,040) = , (1,000) = Jumlah biaya

26 26 Penerimaan pada bulan ke 4 = Rp ,- Pendapatan = Penerimaan biaya = Rp ,- - Rp = Rp Pendekatan present value Pendekatan ini memperhitungkan setiap pengeluaran dalam proses produksi dan penerimaan, diproyeksikan pada saat awal proses produksi. Pengeluaran, dengan bunga 1% per bulan No Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 1 (present value) (1,00) = (0,99) = (0,98) = (0,97) = Jumlah biaya Penerimaan pada bulan ke 4 = Rp ,- x (0,97) = Rp ,- Pendapatan = Penerimaan biaya = Rp ,- - Rp = Rp

27 27 CARA MEMPERHITUNGKAN PENDAPATAN Menurut Hadisaputro (1973) untuk memperhitungkan pendapatan usahatani, maka perlu dicermati konsepkonsep berikut: 1. Penerimaan (pendapatan kotor), adalah seluruh penerimaan atau pendapatan kotor usahatani selama periode waktu tertentu: Penerimaan = jumlah produksi x harga per kesatuan = Q x pq Q = jumlah produksi, pq = harga per kesatuan 2. Baiaya alat-alat luar, adalah semua biaya yang dipergunakan untuk menghasilkan penerimaan kecuali upah tenaga kerja keluarga, biaya seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk si pengusaha sendiri (Rp). Biaya = biaya saprodi + biaya tenaga kerja luar keluarga + biaya lain-lain berupa pajak (PBB), iuran air, penyusutan alat, dan selamatan. 3. Biaya mengusahakan, merupakan biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan sebagaimana upah pada umumnya (Rp) 4. Biaya menghasilkan merupakan biaya mengusahakan ditambah bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani 5. Pendapatan bersih, adalah selisih antara penerimaan dengan biaya mengusahakan (Rp) 6. Pendapatan petani, merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya alat-alat luar dan bunga modal luar (Rp).

28 Pendapatan petani meliputi upah tenaga kerja sendiri, upah petani sebagai manager, bunga modal sendiri dan keuntungan. 7. Pendapatan tenaga keluarga, adalah selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan bunga modal sendiri (Rp/jam kerja orang) 8. Keuntungan petani, adalah selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga dan bunga modal sendiri (Rp) 28

29 29 PERENCANAAN Perencanaan Menyeluruh (Whole Farm Planning) Perencanaan Menyeluruh dengan memperhatikan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki dan yang akan dipakai dalam usahatani. 1. identifikasi keuntungan tertinggi yang akan dicapai 2. identifikasi sumberdaya yang akan dipergunakan, meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan peralatan. 3. identifikasi kendala-kendala yang akan dihadapi, dan upaya kemungkinan mengatasi di masa akan datang. 4. estimasi kebutuhan dan pencarian modal 5. estimasi biaya dan pendapatan 6. estimasi arus uang tunai Perencanaan Usahatani Perencanaan usahatani adalah proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan datang dan rencana-rencana usahatani brupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu pula sehubungan dengan usahataninya. Manfaat perencanaan usahatani bagi petani: (a) sebagai petunjuk mengenai apa yang akan dilakukan, (b) penyimpangan dan kesalahan dapat dikurangi, (c) ada jaminan untuk mendekati kebenaran, (d) sebagai alat evaluasi, dan (e) kontinuitas usahatani terjamin.

30 30 Kriteria perencanaan usahatani yang baik: (1) rasional, sesuai dengan situasi nyata. Misalnya untuk meningkatkan produktiviats lahan dipergunakan pupuk, (2) fleksibel, misalnya jika tidak tersedia urea, maka dipergunakan pupuk ZA, dalam hal ini kedua jenis pupuk mengandung N walaupun kandungannya berbeda ( urea dengan N = 46%, ZA dengan N = 20%), (3) dapat dinilai dan diambil tindakan dengan cepat. Misalnya terkait pengendalian suatu hama atau penyakit dalam suatu hamparan tanmman padi. Perencanaan yang merupakan kerjasama dengan pemerintah, dhi perlu suatu pembicaraan atau kesepakatan seperti: (1) varietas apa yang akan ditanam, sehubungan dengan rencana produktivitas dan ketahanannya terhadap serangan suatu hama dan atau penyakit. (2) kapan saat tanam dan kapan saat panen sehubungan dengan ketersediaan air irigasi (3) penggunaan input, misalnya pupuk: pupuk apa yang akan dipergunakan, berapa dosis, kapan melakukan pemupukan, bagaimana cara melakukan pemukukan. (4) Berapa diperlukan modal, dari mana asal modal

31 31 Rotasi pertanaman Rencana penggunaan sumberdaya dapat diterapkan jika memenuhi persyaratan berikut: 1. lahan yang dibutuhkan dari luas lahan yang dikuasai oleh petani 2. jenis tanaman yang akan dibudidayakan sesuai dengan jenis dan kesuburan lahan 3. perencanaan mencakup: (a) penetuan luas per kegiatan, (b) penentuan jadwal tanam dan lamanya pertanaman, (c) urutan jenis tanaman

32 32

33 33 Contoh rotasi tanaman dalam satu tahun No Jenis lahan Rentang waktu Dsmbr - Maret April- Juli Agus- Nop 1 Sawah Padi padi Padi 2 Lahan kering Padi padi Jagung beririgasi 3 Lahan pegunungn (cukup air) Sayuran sayuran Sayuran 4 Lahan kering, tadah hujan Tumpangsari: padi, jagung, kedelai/ kacang tanah Ketela, gude Kedelai/ kacang tanah

34 34 Anggaran Usahatani Pertimbangan dalam Penyusunan Anggaran: (1) Tujuan : untuk mengetahui konsekuensi rencana yang diusulkan (2) Ukuran : penghasilan bersih dan uang tunai (3) Kriteria : penerimaan, penghasilan bersih, pengeluaran tetap Empat cara menyusun anggaran usahatani: usahatani intensif atau kurang intensif (1) mengubah kegiatan sehingga penerimaan meningkat tetapi pengeluaran tetap tidak berubah (2) mengubah kegiatan sehingga penerimaan meningkat tetapi pengeluaran juga meningkat, asal peningkatan pengeluaran tetap lebih kecil dari peningkatan penerimaan (3) mengalokasikan sumberdaya sehingga pengeluaran menurun sedangkan besarnya penerimaan tidak berubah (4) mengalokasikan sumberdaya sehingga pengeluaran menurun sedangkan besarnya penerimaan turun tetapi penurunan penerimaan lebih kecil dari penurunan pengeluaran tetap.

35 35 Contoh, pola ke dua, intensif Usahatani Kacang Tanah 0,1 ha di Kabupaten Bantul 2003 No Uraian Alternatif Alternatif Selisih B A (biasa) 1 Pendapatan kotor a. produksi (kg) b. harga (rp/kg) c. nilai produksi (Rp) Pengeluaran a. benih (Rp) b. pupuk anorg (Rp) c. pupuk org (rp d. pestisida (Rp) e. tenaga luar (Rp) f. tenaga mesin (Rp) g. lain-lain (rp) Jumlah pengeluaran Pendapatan bersih (Rp) Output-input ratio I B/C 2,345

36 36 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI TERNAK AYAM Ayam Lokal Ayam Ras 1. BIAYA : 1. bibit 1.100, ,- 2. pakan, dll 2.250, ,- TOTAL 3.350, ,- 2. PENERIMAAN 1. produksi 60 butir 180 butir 2. nilai telur 9.000, ,- 3. nilai akhir ayam 3.000, ,- TOTAL , ,- 3. PENDAPATAN 8.650, ,- ( 2 1 ) 4. R/C ratio ,- = 3, ,- = 2,48 (efisiensi) 3.350, ,- 5. B/C ratio = 1,75 (increamental)

37 37 Partial Budgets (Anggaran Parsial) berkernaan dengan analisis suatu cabang usahatani anggaran parsial sederhana, mudah penyusunannya, mudah dimengerti, bisa untuk melihat keuntungan jika terdapat sedikit perubahan kegiatan. Jenis-jenis anggaran parsial: (1) anggaran keuntungan parsial, (2) anggaran margin kotor, (3) pengeluaran yang dihemat/ tidak jadi dikeluarkan, (4) penerimaan tambahan. Selisih antara (1+2) dengan (3+4) menunjukkan apakah yang direncanakan mengun tungkan. Jika (1+2) > (3+4) berarti layak Ad 1. Anggaran Keuntungan Parsial Dengan kriteria keuntungan bersih, contoh seorang petani yang mebeli mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan dapat disewakan:

38 38 Tabel Anggaran parsial pembelian mesin perontok gabah seharga Rp ,- No Uraian Jumlah (Rp) 1 Perubahan= pembelian mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan dapat disewakan 2 Kerugian a. Biaya tambahan (1) penyusutan 1/10 x Rp , ,- (2) bunga bank 5% x Rp , ,- b. Penghasilan yang hilang 0,- c. kerugian total ,- 3 Keuntungan a. Biaya dihemat (1) sewa tenaga 7 Rp , (2) alat disewakan 33 Rp , b. Keuntungan total Keuntungan tambahan ( ) Meningkatkan ketepatan waktu kerja, mengurangi risiko keterlambatan perontokan gabah.

39 39 2. Anggaran margin kotor Perubahan pola tanam dari padi-padi-kedelai menjadi padi-padi- kacang tanah seluas 0,5 ha Kotak Anggaran Margin Kotor untuk Perencanaan Perubahan pola Tanam (0,5 ha) 1. Untuk kedelai (tanpa perubahan biaya tetap) a. Pendapatan kotor = Rp ,- b. Biaya variabel benih = Rp ,- pupuk an organik = Rp ,- pupuk organik = Rp 7.100,- pestisida = Rp 3.900,- sewa mesin/ traktor = Rp36.675,- Jumlah biaya = Rp ,- c. Margin kotor = Rp ,- d. Pertimbangan: periode tumbuh 110 hari, tenaga kerja 60 HOK 1. Untuk kacang tanah (tanpa perubahan biaya tetap) a. Pendapatan kotor = Rp ,- b. Biaya variabel benih = Rp ,- pupuk an organik = Rp ,- pupuk organik = Rp ,- pestisida = Rp ,- sewa mesin/ traktor = Rp ,- 4. Anggaran parametrik Jumlah biaya = Rp ,- c. Anggaran Margin kotor disusun atas dasar perkiraan = Rp ,- harga yang akan d. datang, Pertimbangan: sebagai periode contoh tumbuh adalah 125 hari, anggaran tenaga kerja impas 126 HOK mesin perontok gabah berikut.

40 40 Kotak anggaran Impas pembalian mesin perontok gabah Pengeluaran (Rp) 1. Penyusutan (1/10) bunga 5% perawatan Keuntungan 1. Pengeluaran dihemat 2. penghasilan tambahan 4. Anggaran Interprise Evaluasi Usahatani Usahatani yang berhasil haruslah dapat memenuhi semua kewajiban, seperti membayar bunga modal dan alat-alat yang dipergunakan, tenaga luar keluarga, input-input yang

41 41 dipergunakan, serta dapat menjaga kelestarian usahanya. Selanjutnya untuk menilai keberhasilan diperlukan evaluasi terutama dari sudut pandang ekonomi antara lain: biaya dan pendapatan, kelayakan usaha, dan analisis BEP. Konsep-konsep yang harus dipahami (1) Produksi total (Y) dalam satuan (2) harga produksi (P), yaitu harga per unit satuan (misal: Rp/kg) (3) Penerimaan (pendapatan kotor) adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga per satuan produksi (4) biaya variabel (VC) yaitu biaya untuk menyediakan bahan baku yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi (5) biaya variabel per unit (AVC) yaitu total biaya variabel dibagai total produksi dengan satuan (Rp/kg) (6) biaya tetap (FC) biaya untuk pengadaan seperti barang atau alat: biaya sewa lahan, penyusutan alat; biaya pajak lahan, dan biaya bunga modal (7) Biaya total (TC atau C) yaitu jumlah biaya variabel dan biaya tetap perusahatani atau per ha dengan satuan Rp (8) Pendapatan petani (I) yaitu selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya usahatani dengan satuan (Rp/ usahatani atau Rp/ha) (9) Keuntungan usahatani (π) yaitu pendapatan dikurangi upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri per usahatani, dengan satuan (Rp/ usahatani atau Rp/ha) (10) Produktivitas tenaga kerja yaitu perbandingan antara penerimaan dengan total tenaga kerja luar keluarga (per usahatani atau per ha)

42 42 (11) R/C yaitu ratio antara total penerimaan dengan total biaya (per usahatani atau per ha) (12) π/c atau produktivitas modal yaitu perbandingan antara keuntungan dengan total biaya usahatani (per usahatani atau per ha) (3) Sewa lahan yaitu pendapatan yang diterima petani jika petani menyewakan lahan miliknya atau tidak mengelolanya sendiri (per usahatani atau per ha) Kriteria suatu usaha layak 1. R/C > 1 2. π/c > tingkat bunga bank yang berlaku 3. Produktivitas tenaga kerja (Rp/HOK) > tingkat upah yang berlaku 4. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu (tahun atau musim tanam) 5. Produksi (kg) > BEP produksi (kg) 6. Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp) 7. Harga (Rp) > BEP harga (Rp) 8. Jika terjadi penurunan harga produksi atau peningkatan harga faktor produksi atau penurunan tingkat produksi pada batas tertentu (misal: 10%) maka tidak menimbulkan kerugian Contoh kasus Hasil penelitian Sutariyah dkk (2003) di kabupaten Bantul, data rata-rata dari para responden Analisis Usahatani sawah musim tanam I (0,09 ha) 1. Penerimaan a. produksi 425,5 kg b. harga Rp 1.116,6/kg

43 43 c. penerimaan Rp ,- 2. Biaya a. Biaya variabel Benih Rp Pupuk anorganik Rp Pupuk organik Rp Pestisida Rp Tenaga kerja luar keluarga Rp Jumlah Rp Biaya variabel per unit Rp 659/kg b. Biaya tetap Rp Total biaya Rp Pendapatan petani Rp Keuntungan a. Upah tenaga kerja keluarga Rp b. Total tenaga kerja yang dicurahkan 19,26 HOK c. Keuntungan Rp Pendapatan petani rendah karena skala usaha atau dhi luas lahan hnaya 0,09 ha, walaupun demikian ternyata keuntungan petani masih positif. Analiasis BEP Meliputi BEP dalam penerimaan (Rp), BEP kuantitas produksi (kg), dan BEP harga (Rp/kg) 1. BEP Penerimaan (Rp) = FC 1 VC/S

44 44 = / = /0,4097 = Rp ,- 2. BEP produksi (kg) = = FC P AVC ,6 659 = 30000/457,6 = 65,70 kg 3. BEP harga (Rp/kg) = TC/Y = /425,50 = Rp 729,71 Jelaskan kondisi yang mecapai BEP! Manfaat BEP Dapat dihitung berapa produksi ataupun penerimaan yang harus dicapai agar petani meperoleh keuntungan tertentu Dapat dihitung berapa harga jual agar petani mendapat untung tertentu di atas biaya produksi yang dikeluarkan petani Contoh Penerapan 1a. Jika petani menginginkan laba Rp ,- per usahatani per musim

45 45 BEP Penerimaan (Rp) = = FC + π 1 VC/S / = /0,4097 = Rp ,- atau 284 kg 1b. Jika petani menghendaki laba margin sebesar 20% per musim Penerimaan (R) = = FC 1- (VC) + laba margin S = /0,2096 = Rp ,- atau 128 kg 2a Jika petani menginginkan keuntungan sebesar Rp ,5 kg

46 46 Harga (Rp/kg) = = Rp 965/kg 2b Jika petani menginginkan keuntungan sebesar 20% Dari total biaya= 20% x Rp ,- = Rp ,- Harga (Rp/kg) = = Rp 876/kg Analisis Perubahan Harga Dhi. fokus pada harga produk (P) P pada saat penelitian Rp 1.116,6/ kg P pada BEP Rp 730/ kg P BEP dari harga riil 65,38% ,5 kg Berarti jika terjadi penurunan harga lebih dari 34,62% maka petani menderita kerugian. Jika harga turun 25% sehingga menjadi Rp 837/kg maka: Penerimaan 425,5 kg x Rp 837/kg = Rp 356,114 Biaya produksi = Rp Untung sebesar = Rp Jika harga turun 35% sehingga menjadi Rp 725/kg maka: Penerimaan 425,5 kg x Rp 725/kg = Rp Biaya produksi = Rp

47 47 Rugi sebesar = -Rp Analisis Kelayakan 2a Jika petani menginginkan keuntungan sebesar Rp R/C ratio = = π/c ratio = = 8% (layak)

48 48 π/c ratio = Fungsi Produksi Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara input dan output yang dapat berupa tabel, grafik, atau persamaan matematik Contoh fungsi produksi dalam bentuk matematika Y=ƒ(X 1,X 2,, X n ) Y = hasil produksi fisik (output) X 1,X 2,, X n = faktor-faktor produksi (input) Dalam produksi pertanian, misalnya produksi padi, maka produksi fisik dihasilkan oleh beberapa faktor produksi sekaligus yaitu: tanah, modal, dan tenaga kerja. Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi, dalam hal hanya salah satu faktor yang dianggap variabel, faktor-faktor lainnya dianggap tetap. Y

49 49 X Dewasa ini telah banyak fungsi produksi yang dikembangkan dan dipergunakan. Soekartawi (1994) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi yang sering dipergunakan yaitu fungsi linier, fungsi kuadratik, fungsi produksi Cobb-Douglas, fungsi produksi Constant Elasticity of Substitution (CES), fungsi transcedental, dan fungsi translog. Dari fungsi produksi yang telah dikembangkan banyak ahli diantaranya Sri Widodo (1986) dan Soekartawi (1994) menjelaskan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang banyak dipergunakan. Pada awalnya diperkenalkan tahun 1928 fungsi tersebut menurut Debertin (1986) hanya meliputi dua input variabel. Y = AX 1 α X 2 1-α... (1) Keterangan: Y = produksi, X 1 = tenaga kerja, X 2 = modal. Dalam perkembangannya, fungsi produksi Cobb- Douglas dapat meliputi atas dua atau lebih variabel bebas, disebut dengan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = ax 1 b1 X 2 b2,...x i bi,... X n bn.. (2)

50 50 Keterangan: Y = variabel dependen (output), X = variabel independen (input), a dan b = koefisien yang diduga. Untuk memudahkan proses perhitungan, persamaan dua (2) diubah ke dalam bentuk linier yaitu dengan melogaritmakan persamaan tersebut dalam bentuk double natural logaritma (ln) menjadi sebagai berikut: Ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X b n ln X n... (3) Secara umum fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki kelebihan yaitu: (1) penyelesaiannya relatif mudah, karena dengan mudah dapat ditransfer ke bentuk linier, (2) hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb- Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang berguna sebagai penunjuk besarnya elastisitas, (3) penjumlahan dari elastisitas tersebut menunjukkan besarnya return to scale. Selanjutnya, merujuk pada Jatileksono (1993), untuk menganalisis hasil penelitian, output tanaman pangan (Y) yang heterogen seperti padi, jagung, kedele, dan kacang tanah, maka Y diukur dalam nilai produksi. Nilai produksi adalah perkalian output (Y) dengan harga output (Py). Perbedaan nilai output per petani dalam hal ini menggambarkan perbedaan kualitas output pada setiap petani. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas lahan tanaman pangan, dilakukan dengan analisis fungsi produksi. Produksi tanaman pangan sebagai output (Y) dipengaruhi oleh input faktor produksi yaitu: lahan (A), tenaga kerja (L), modal lancar (C), lingkungan fisik usahatani (E), teknologi (T), dan karakteristik petani (S). Dalam jangka pendek teknologi

51 51 dianggap sama, dengan demikian fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai: Y= F(A, L, C, E, S)... (4) Fungsi ini dianggap memenuhi asumsi baku untuk fungsi produksi, dan dalam satu kali proses produksi tanaman pangan, diasumsikan bahwa A, E, T, dan S adalah variabel-variabel eksogen. lanjutan metode analisis data Hipotesis 2a disusun model 2 ln Q/A = ln α + β 1 lnx 1 + β 2 ln X 2 + β 3 ln X 3 + β 4 ln X 4 + β 5 lnx 5 + β 6 ln X 6 + β 7 ln X 7 + δ 1 D 1 + δ 2 D 2 + δ 3 D 3 + δ 4 D 4 + δ 5 D 5 +δ 6 D 6 + δ 7 D 7 + δ 8 D 8 + δ 9 D 9 + δ 10 D 10 + Keterangan: Q/A = produktivitas lahan (ribu rupiah/ha) α = intersep βi = koefisien regresi (i=1 s/d 7) δi = koefisien var. dummy (i = 1 s/d 10) X 1 = tenaga kerja (HOK/ha) X 2 = benih (ribu Rp/ha) X 3 = pupuk nitrogen (kg/ha) X 4 = pupuk phosfat (kg/ha) X 5 = pupuk organik (kg/ha) X 6 = pendidikan Kepala Keluarga (tahun) = umur Kepala Keluarga (tahun) X 7 D 1 = pemilik penggarap D 2 = sewa LKP D 3 = pinjam lahan kehutanan D 4 = tenaga kerja upahan D 5 = tenaga kerja royongan D 6 = arisan atau RTan D 7 = tenaga kerja sambatan D 8 = pedagang dan jasa D 9 = tukang dan perajin D 10 = mudah mengakses pasar = error term

52 52 Hasil Analisis Fungsi Produktvts. Lahan menurut Model heteros (mult.) Variabel Koef. Reg. Variabel Koef. Reg. Naker (HOK/ha) pupuk N (kg/ha) pupuk P (kg/ha) 0,101* 0,046* 0,007* dummy kel.nkr. UT - upahan - royongan -0,214* -0,247* pupuk org. (kg/ha) 0,148* - arisan atau RTan -0,231* pendidikan KK(tahun) umur KK (tahun) dummy kel.lahan 0,012-0,035 - sambatan dummy pek. luar UT - pedagang dan jasa -0,148* 0,052 - pemilik penggarap - sewa LKP 0,106* 0,082 - tukang dan perajin dummy ling UT 0,017 - pinjam perhutani -0,341* - dekat pasar 0,115* Konstanta 6,259* LR=69,06* adjusted R 2 0,400 *)= nyata pada taraf kesalahan 5%

53 53

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Modal pada usahatani mencakup semua barang-barang yang dapat

Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Modal pada usahatani mencakup semua barang-barang yang dapat Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Modal pada usahatani mencakup semua barang-barang yang dapat digunakan untuk kegiatan usahatani Didalamnya meliputi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Analisis biaya dan Pendapatan Pendekatan nominal (nominal approach) Pendekatan nilai yang akan datang (Future value approach)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai . II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah

Lebih terperinci

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi PRODUKSI Menurut Ilmu Ekonomi : produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Keuntungan Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dalam jangka pendek keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dikurangi

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Organisasi Produksi dan Fungsi Produksi Organisasi Produksi TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Produksi (production) adalah perubahan bentuk dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beruoa barang dan

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN PASIR DESA KERTOJAYAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Diah Setyorini, Uswatun Hasanah dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR

VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR Ada tiga kegiatan utama dalam usaha manufaktur yaitu produksi, penjualan dan administrasi/umum. Lebih kompleks dibandingkan perusahaan jasa dan dagang sehingga perlu

Lebih terperinci

PERENCANAAN USAHATANI

PERENCANAAN USAHATANI PERENCANAAN USAHATANI KEPUTUSAN PENGELOLA UNTUK KEGIATAN DI MASA YANG AKAN DATANG 1. Pedoman Kerja Bagi Petani Pengelola 2. Pedoman Pihak Lain Kondisi Internal Petani : 1. Kekuatan dan Kelemahan usahatani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul

Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul Rizky Kusuma Dharmawan, Suwarto, Mei Tri Sundari Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian usahatani gandum lokal ini menggunakan empat konsep utama, yaitu usahatani, pendapatan usahatani, anggaran parsial, dan sistem agribisnis.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI

PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI Tujuan Intruksional Khusus : Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang dapat diterapkan pada usahatani, mengenal hubungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam famili leguminoceae sub-famili papilionoideae,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko Produktivitas Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Bawang Merah di Desa Sumberkledung Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo

Analisis Usahatani Bawang Merah di Desa Sumberkledung Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo 1 Analisis Usahatani Bawang Merah di Desa Sumberkledung Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo (Analysis Of Onion Farming in Village Sumberkledung Tegalsiwalan Sub-District District Probolinggo )

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efisiensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dan Patong (1973:135-137) kemungkinan ada pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, karena itu analisa pendapatan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN P r o s i d i n g 61 PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN Maimuna (1), Dwi Ratna Hidayati (2), Taufani Sagita (3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani I. Pendahuluan Setiap kegiatan pada proses produksi dalam usahatani menimbulkan pengorbanan hasil yg diperoleh Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi

Lebih terperinci

Gambar 1. Kurva Permintaan

Gambar 1. Kurva Permintaan APLIKASI FUNGSI PADA MATEMATIKA EKONOMI. Fungsi Permintaan dan Penawaran Hukum permintaan menyatakan bahwa semakin tinggi harga barang (P) maka permintaan barang tersebut () akan menurun. Semakin rendah

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

BAB 6 PERILAKU PRODUSEN

BAB 6 PERILAKU PRODUSEN BAB 6 PERILAKU PRODUSEN Pendahuluan Definisi: mengubah bahan dasar menjadi barang setengah jadi dan barang akhir Proses Produksi Input (X,X2..) Aktivitas Produksi Output (Brg & Jasa) Tujuan Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor 8 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Efisiensi Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor produksi sering dikenal dengan input. Proses produksi merupakan proses perubahan input

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) I. Gunarto, B. de Rosari dan Joko Triastono BPTP NTT ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci