NILAI-NILAI SOSIAL-EKONOMI KERBAU PENDATANG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT TORAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI-NILAI SOSIAL-EKONOMI KERBAU PENDATANG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT TORAJA"

Transkripsi

1 NILAI-NILAI SOSIAL-EKONOMI KERBAU PENDATANG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT TORAJA (Socio-Economic Values of Improted Buffaloes Among Toraja Community) MARTHA B. ROMBE Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanre, Makasar ABSTRACT Toraja society consider buffalo as the symbol of prosperities. In former times, most assessments and transactions always votes with the value of buffalo. Besides that, in social status to distinguish a person, it will be determined based on the number of buffaloes he had. Buffalo also as a symbol sacrifice to respecting the deceased. Following to the Toraja traditionally, the soul of the deceased need many buffaloes to make the journey will be quicker to arrive at paradise. So they slaughter buffaloes as much as the family can prepare it. The action was resulted in decreasing population and it caused imported buffalo from another regions. This study is aimed to determine the effects of socio-economic values in Toraja society environment on the imported buffalo.the results show that every buffalo, without exception has terms of agreement. Especially for imported buffalo, each have different value and price, depending on the physical condition, skin color, shape of horn, hair, and tail condition in relation to influence social status of Toraja society. Key Words: Socio-Economic Values, Toraja Society Environment, Entrance ABSTRAK Masyarakat Toraja menganggap ternak kerbau sebagai simbol kemakmuran. Pada masa lampau, kebanyakan penilaian serta transaksi selalu diputuskan berdasar pada nilai kerbau. Selain itu, dalam membedakan status sosial seseorang dapat dinilai berdasarkan jumlah kerbau yang dimilikinya. Ternak kerbau, juga merupakan simbol pengorbanan dalam menghormati orang yang meninggal. Menurut keyakinan adat tradisi Toraja, arwah dari orang yang meninggal membutuhkan banyak kerbau yang akan menghantar perjalanannya agar dapat cepat tiba di nirwana. Dengan demikian, kerbau disembelih sebanyak mungkin sebatas kemampuan keluarga dalam mempersiapkannya. Tindakan tersebut telah menyebabkan penurunan populasi sehingga mengakibatkan masuknya kerbau pendatang dari berbagai daerah lain. Studi ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai sosial-ekonomi kerbau pendatang di dalam lingkungan masyarakat Toraja. Hasil studi menunjukkan bahwa setiap ekor kerbau tanpa kecuali, memiliki persyaratan yang harus disepakati. Terutama untuk kerbau pendatang, masing-masing mempunyai nilai dan harga berbeda tergantung pada: kondisi fisik, warna kulit, bentuk tanduk, bulu serta kondisi ekor dalam hubungannya dengan pengaruh status sosial masyarakat Toraja. Kata Kunci: Nilai-nilai Sosial Ekonomi, Lingkungan Masyarakat Toraja, Kerbau Pendatang PENDAHULUAN Analisis terhadap hubungan diantara variable-variabel biologi dengan sosialekonomi sangat rumit karena berkaitan dengan lingkungan suatu masyarakat serta status sosial-ekonomi masyarakat tersebut. Ternak kerbau di dalam lingkungan masyarakat Toraja merupakan jenis ternak yang memiliki peranan sangat penting. Menurut AVATAR (2007) hampir seluruh kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja tidak dapat terpisahkan dengan ternak kerbau. Jauh sebelum uang dijadikan alat transaksi penukaran, ternak kerbau sudah dipergunakan sebagai alat penukar atau penilai terhadap sesuatu objek tertentu yang dianggap berharga. Oleh karena 415

2 itu, di dalam mendukung Program Peningkatan Populasi Ternak Kerbau di Toraja bukan hanya Teknologi ramah lingkungan saja, melainkan Sosial-ekonomi yang ramah lingkungan juga sangat berperan penting. Masyarakat Toraja menganggap ternak kerbau sebagai simbol kemakmuran dan merupakan status sosial seseorang. Selain itu, ternak kerbau juga merupakan simbol pengorbanan untuk menghormati orang yang meninggal sehingga memiliki arti penting dalam setiap ritual pesta kematian (PATTY, 2008). Setelah adanya mata uang sebagai alat tukar modern yang disahkan oleh pemerintah maka nilai tukar ternak kerbau juga dihargai dalam satuan rupiah. Kerbau belang atau yang disebut Tedong Bonga adalah ternak kesayangan masyarakat Toraja sehingga kerbau tersebut merupakan ternak andalan di dalam setiap upacara adat dan ritual. Dengan demikian, kerbau belang merupakan standar tertinggi dalam menentukan harga pasaran, nilainya dapat mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah (SANDHI, 2008). Pada Seminar Lokakarya Kerbau yang dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Tana Toraja bersama dengan Dirjen Peternakan (2009) dinyatakan bahwa populasi kerbau belang di Toraja sudah tinggal ekor saja. Data Biro Pusat Statistik, Kabupaten Tana Toraja (BPS KABUPATEN TANA TORAJA, 2009) menunjukkan penurunan populasi ternak kerbau di Tana Toraja, sejak dari tahun Rata-rata penurunan populasi ternak kerbau setiap tahun adalah 4212 ekor. Hal ini tiada lain akibat dari jumlah ternak kerbau yang dipotong untuk upacara kedukaan adalah sekitar ekor per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat maka didatangkan kerbau dari Kabupaten lain seperti: Enrekang, Mamasa, Palopo, Pangkep, Makassar, Takalar, Bantaeng; bahkan dari luar Propinsi yaitu: Ambon, Kalimantan, Kupang, Sumbawa, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara (DINAS PERTANIAN dan PANGAN, KABUPATEN TANA TORAJA, 2009; BO DO, 2010). Kehadiran kerbau pendatang ini membutuhkan biaya transportasi yang tentunya akan berdampak pada peningkatan harga jual. Informasi dari para pedagang kerbau di Pasar Hewan Rantepao Tana Toraja, justru menyatakan harga kerbau asal daerah lain umumnya lebih murah jika dibandingkan dengan harga kerbau lokal. Berdasarkan latar belakang nilai sakral ternak kerbau dan informasi perbedaan harga yang mencolok, maka nilai sosial-ekonomi di lingkungan masyarakat Toraja terhadap kerbau pendatang, telah dilakukan penelitian. MATERI DAN METODE Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari 91 responden konsumen kerbau yang kebetulan ditemui (sampling aksidental ) sesuai prosedur SUGIYONO (2002). Pasar hewan Rantepao merupakan pusat kegatan transaksi hewan ternak, khususnya ternak kerbau dan babi. Pengumpulan data berlangsung selama dua setengah bulan.kegiatan pengumpulan data dilakukan setiap pekan pada hari pasar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait; Dinas Peternakan, Biro Pusat Statistik, serta Tokoh-tokoh Adat dan Pemerintah Daerah setempat. Untuk mengukur tanggapan responden terhadap nilainliai social ekonomi ternak kerbau pendatang maka digunakan skala likert.variabel sosial ekonomi dijabarkan menjadi indikator terukur. instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan. yang perlu dijawab oleh responden.setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kategori: sangat dengan skor = 5, = 4, cukup = 3, tidak = 2 dan sangat tidak = 1. (SUGIYONO, 2002) Adapun nilai-nilai sosial-ekonomi yang diberi skor menurut petunjuk tokoh adat adalah: kondisi fisik, kondisi warna kulit, kondisi tanduk, kondisi ekor, warna bulu, kondisi pusaran bulu dan harga kerbau pendatang. Oleh karena nilai-nilai sosial-ekonomi tersebut berada dalam kondisi penilaian secara visual maka sebagai lampiran tulisan ini juga ditampilkan gambaran kerbau di Pasar Hewan Bolu, Rantepao dan kerbau belang sebagai ternak kesayangan masyarakat Toraja yang 416

3 mempunyai nilai sosial-ekonomi paling tinggi, disamping kerbau aduan yang gagah. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai hasil pengumpulan data tanggapan konsumen terhadap ternak kerbau pendatang dari daerah lain, sesuai dengan nilai sosialekonomi di lingkungan masyarakat Toraja maka diperoleh nilai skor dari 5 kriteria penilaian untuk setiap indikator tanggapan serta persentase skoring pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat tanggapan responden menyatakan kondisi fisik kerbau pendatang adalah sangat dengan skor 82,20 % dari skor ideal. Kondisi fisik ternak kerbau pendatang cukup disukai konsumen di lingkungan masyarakat Toraja karena berbadan tegap dan berbobot. Kondisi kerbau seperti ini akan memberikan kebanggaan tersendiri, di lingkungan masyarakat Toraja persoalan harga kerbau tidak menjadi permasalahan jika dibandingkan dengan konsumen sebagai pengguna ataupun penyumbang yang kondisi fisik kerbauya itu dalam keadaan prima. Hal ini disebabkan kebanyakan pedagang kerbau pendatang sudah menggemukkan kerbaunya lebih dulu sebelum dipasarkan agar sipemiliknya memperoleh tambahan takeuntungan. Lain halnya dengan kondisi warna, karena merupakan salah satu karakteristik yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam menentukan nilai sosial ternak kerbau. RAZAK (2010) menyatakan bahwa kerbau di Tana Toraja memiliki ciri fisik yang khas dibanding kerbau daerah lain, terutama pada warna kulitnya. Warna kulit yang membedakan ternak kerbau asal daerah lain dari kerbau lokal, umumnya berwarna hitam atau hitamkekuningan (bukan tedong-bonga). Sekalipun tanggapan kondisi fisik ternak kerbau pendatang sangat serta persyaratan kondisi lainnya, tapi karena warnanya hitam maka nilai ekonominya akan lebih rendah; apalagi bila warnanya bule-albino bahkan tidak mempunyai nilai sosial-ekonomi sama sekali di lingkungan masyarakat Toraja. Meskipun tanggapan responden terhadap warna kulit kerbau pendatang dalam penelitian ini adalah, dengan skor 71,65% dari skor ideal, namun warna kulit mendapat tanggapan responden yang terendah sesudah ekor. Kerbau-kerbau yang disembelih setelah selesai kegiatan ritual atau pesta adat, tanduknya akan diletakkan atau dipasang di depan rumah adat (Tongkonan) keluarga. Kondisi tanduk kerbau pendatang yang panjang dan modelnya melengkung ke atas, termasuk kriteria tanduk yang.sehingga mendapat tanggapan yang dari responden dengan skor 81,76% dari skor ideal. Kriteria tanduk yang terbagus menurut BO DO (2008) selain panjang, modelnya ada 5 kriteria, harus simetris, melengkung ke atas (kecuali tekken langi ), juga harus seimbang dengan besarnya kepala. Hal ini akan menjadi suatu kebanggaan keluarga, karena semakin banyak jumlah tanduk seimbang yang diletakkan tersusun ke atas di depan Tongkonan maka semakin tinggi pula status sosial-ekonomi keluarga tersebut. Kondisi ekor kerbau yang bernilai sosialekonomi tinggi di lingkungan masyarakat Toraja adalah yang memiliki ekor panjang yaitu harus melewati lututnya, bersih, gemuk, Tabel 1. Tanggapan responden terhadap nilai-sosial ekonomi kerbau pendatang Indikator tanggapan Skor Skor ideal Persentase Tanggapan Kondisi fisik Kondisiwarna kulit Kondisi tanduk Kondisi ekor Kondisi warna bulu Kondisi pusaran bulu Kondisi harga ,20 71,65 81,76 70,11 76,70 76,92 71,87 sangat cukup murah Total ,88 417

4 dan pada bagian ujungnya terdapat cukup banyak bulu (PAYANGAN, 2004). Kondisi ekor kerbau pendatang bernilai sosial paling rendah dari nilai sosial lainnya meskipun masih kategori dengan nilai skor 70,11% terhadap skor ideal. Kondisi ekor kerbau pendatang umumnya pendek sehingga kurang disukai oleh konsumen. Salah satu faktor yang menyebabkan harga ternak kerbau pendatang ini lebih rendah dibanding kerbau lokal adalah konsidi ekor. Pusaran bulu kerbau yang mempunyai nilai sosial-ekonomi di dalam lingkungan masyarakat Toraja adalah yang terdapat di bagian hidung, pundak serta pinggul. Sedangkan bila pusaran terdapat pada bagian tengah leher sebelah atas, sangat tidak bernilai sosial-ekonomi sebab secara kepercayaan-tradisional diyakini bahwa apabila kerbau itu disembelih atau menghilang, maka pertanda bahwa si pemilik kerbau tersebut juga akan segera meninggal. Demikian pula dengan pusaran bulu yang letaknya hanya di bagian bahu saja atau di bagian perut, diyakini bahwa jika kerbau tersebut pergi atau hilang maka tidak akan kembali, serta tidak berumur panjang (BATOSAMMA, 1985; MARDI, 2005). Hasil penelitian terhadap kerbau pendatang memperlihatkan kondisi pusaran bulunya mempunyai nilai sosial dengan skor 76,92% terhadap skor ideal sehingga disukai konsumen. Demikian juga warna bulu mendapat tanggapan yang dari responden sejajar dengan pusaran bulu dengan skor 76,70 dan 76,92% terhadap skor ideal. Secara keseluruhan Tabel 1, telah memperlihatkan angka tanggapan konsumen di lingkungan masyarakat Toraja terhadap nilai sosial kerbau pendatang adalah. Selanjutnya, tanggapan dari responden tersebut terhadap nilai ekonomi (yang dinyatakan dalam harga) adalah murah dengan skor 71,87% dari skor ideal. Hasil ini memberi indikasi bahwa harga kerbau pendatang yang menurut informasi para pedagang cukup murah, ternyata berkaitan erat dengan rendahnya indikator sikap konsumen dalam penilaian sosial-ekonomi di lingkungan masyarakat Toraja dibandingkan dengan kerbau lokal yang memang dipelihara dengan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: kehadiran kerbaukerbau pendatang di lingkungan masyarakat Toraja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial-ekonomi yang berlaku tanpa kecuali. Pada dasarnya, nilai-nilai sosial-ekonomi kerbau pendatang adalah. Dengan demikian, indikasi pengaruh nilai-nilai sosialekonomi di lingkungan masyarakat Toraja yang memberikan perbedaan harga sehingga penilaiannya murah pada kerbau-kerbau pendatang jika dibandingkan dengan kerbau lokal. DAFTAR PUSTAKA AVATAR, X Potret upacara kematian di Tanah Toraja. Forum Flobamor. Kabupaten Tana Toraja. BATOSAMMA, T.J Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan Untuk Pelestarian Sumber Daya Kerbau Belang di Tana Toraja. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. BPS KAB. TANA TORAJA Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Tana Toraja. BIRO PUSAT STATISTIK KABUPATEN TANA TORAJA. BO DO, S Kerbau Dalam Tradisi Orang Toraja. Pusat Kajian Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin Kerbau Sumbawa Siap Menyuplai Toraja. Berita Terkini Toraja Diaspora. Toraja Cyber News. DINAS PERTANIAN DAN PANGAN, KABUPATEN TANA TORAJA Informasi jumlah pemotongan dan kehadiran kerbau pendatang di Tana Toraja. MARDI ROMO, USD Tradisi Aluk Todolo Tana Toraja. Pastor BS, Yogyakarta. PATTY, J.H.I Kerbau sebagai symbol status sosial dalam tradisi rambu solo. J. Filsafat. PAYANGAN, D Ternak Kerbau Peluang Karakteristik di Kecamatan Rindingallo, Kabupaten Tana Toraja. Skripsi Fakultas Peternakan UNHAS. PEMDA KABUPATEN TANA TORAJA Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau. Kerjasama Pemda Kabupaten Tana Toraja dengan Dirjen Peternakan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Rantepao, Tana Toraja. 418

5 RAZAK Upacara kematian di Tana Toraja. Liburan Info. Majalah Travel Club Toraja. SANDHI, T Tana Toraja, Tradisi di Tengah Globalisasi. The Photo s. Jember. SIMAMORA, B Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUGIONO Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung. 419

6 Lampiran 1. Kerbau di Tana Toraja(Copy: all about Tana Toraja buffaloes) Keadaan Pasar Hewan di Rantepao, Kabupaten Tana Toraja 420

7 Kerbau Belang (Tedong Bonga) kesayangan Masyarakat Toraja Kerbau Aduan Nan Gagah dan Kekar (Sumber: ALBERTOBRONEO, 2009) 421

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Ikrar Mohammad Saleh, Aslina Asnawi Staf Pengajar Bagian Sosial Ekonomi Peternakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG (Identification of Livestock Characteristics for Selling Price Determination of Buffaloes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) ABSTRACT.

BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA )   ABSTRACT. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1): 44-, 13 ISSN. 3-73 BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) Sitti Nurani Sirajuddin 1., S. Baba

Lebih terperinci

Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya Ikhwanussafa Sadidan

Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya Ikhwanussafa Sadidan FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA KAITANNYA DENGAN NILAI JUAL KERBAU (KASUS DI PASAR BOLU, KABUPATEN TORAJA UTARA, PROVINSI SULAWESI SELATAN) Ikhwanussafa Sadidan*, Munandar Sulaeman, Siti Homzah Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN

PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN (The Role of Buffalo in Culture Toraja Ethnic in South Sulawesi) MATHEUS

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.

Lebih terperinci

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN Muhammad Anshar Tenaga Pengajar pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Abstract, This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekaragaman hayati di Indonesia adalah kerbau. Terdapat

Lebih terperinci

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat Akhmad Sukri 1, Herdiyana Fitriyani 1, Supardi 2 1 Jurusan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram; Jl. Pemuda No 59 A Mataram

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA Daniel Pasambe 1), Sunanto 1), dan M. P. Sirappa 2) 1) Staf Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Staf

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER Hariadi Subagja 1, Novi Pradita Erlina 2, Erfan Kustiawan 1 1Jurusan Perternakan, Politeknik Negeri Jember 2Manajemen Bisnis

Lebih terperinci

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 20-24 ISSN 1693-8828 Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta N. Rasminati, S. Utomo dan D.A. Riyadi Jurusan Peternakan,

Lebih terperinci

Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur

Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain dan selalu membutuhkan bantuan orang lain agar dapat bertahan hidup.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN (Body Measurement Characteristics of Swamp Buffalo in Lebak and Pandeglang Districts, Banten Province) SAROJI, R.

Lebih terperinci

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa P.O. Box 1285, Ujung Pandang 90001

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa P.O. Box 1285, Ujung Pandang 90001 SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN DARI USAHA PENGGEMUKAN KERBAU TORAJA DI SULAWESI SELATAN MATIIEus SARiuBANG, DANIEL PASAMBE, dan RIKA HARYANI Instalasi Penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI OLEH :

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI OLEH : IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI OLEH : BUSRAYANA I 111 11 295 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. membeli ternak kerbau di Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng, Desa Ciwareng,

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. membeli ternak kerbau di Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng, Desa Ciwareng, 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang terkait dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli ternak kerbau di Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng, Desa Ciwareng,

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG Sitanggang, Yanshen Manatap Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email : Yanshen_simanjuntak@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Profil Ternak Ruminansia Potong di Kabupaten Barito Selatan

Profil Ternak Ruminansia Potong di Kabupaten Barito Selatan Profil Ternak Ruminansia Potong di Kabupaten Barito Selatan Ruminant Livestock Profile in South Barito Regency Budya Satata, Lisnawaty Silitonga Program studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan Judul Di era globalisasi saat ini, transportasi merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana pergerakan

Lebih terperinci

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong Tanrigiling Rasyid 1, Sofyan Nurdin Kasim 1, Muh. Erik Kurniawan 2 1 Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi Muhammad Aminawar, Sitti Nurani Sirajuddin, Rahmayani Sila Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin E-Mail

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

Identifikasi Sifat...Aditya Paramarta Putrayansyah

Identifikasi Sifat...Aditya Paramarta Putrayansyah IDENTIFIKASI SIFAT KUANTITATIF DAN KUALITATIF PADA KERBAU BELANG JANTAN DEWASA JENIS Bubalus bubalis DI PASAR BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Aditya Paramarta Putrayansyah*, M. Fatah Wiyatna, dan Dedi Rahmat.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. daerah yang terletak antara Lintang Utara sampai Lintang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. daerah yang terletak antara Lintang Utara sampai Lintang IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum penelitian Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 1.128.928 Ha merupakan daerah yang terletak antara 01 00 40 Lintang Utara sampai 00 27 00 Lintang Selatan

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT H. ZULQIFLI Dinas Peternakan, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat PENDAHULUAN Kabupaten

Lebih terperinci

SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DISTRIBUTION OF POPULATION AND POTENTIAL IN BUFFALO MOA MOA ISLAND SOUTH-WEST DISTRICT MALUKU Dolhalewan Rudy*, Edy Kunianto**,

Lebih terperinci

Gambar 1. Upacara Rambu Solo (Thiahn, 2011)

Gambar 1. Upacara Rambu Solo (Thiahn, 2011) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kebudayaan Toraja Kerbau (Bos bubalus) adalah hewan bernilai paling tinggi dalam budaya Toraja. Kerbau yang dalam bahasa setempat disebut tedong atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP KONSUMSI DAGING (SAPI, BABI DAN AYAM ) DI DESA SEA I KECAMATAN PINELENG

PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP KONSUMSI DAGING (SAPI, BABI DAN AYAM ) DI DESA SEA I KECAMATAN PINELENG PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP KONSUMSI DAGING (SAPI, BABI DAN AYAM ) DI DESA SEA I KECAMATAN PINELENG Richie A. F. Osak*,V.V.J. Paneleween**, J. Pandey**, I. D.R. Lumenta** Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA,

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA, BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP HARGA ( PRICE ) SUSIN DI KABUPATEN SINJAI (Studi Kasus di Desa Gunung Perak) ABSTRACT

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP HARGA ( PRICE ) SUSIN DI KABUPATEN SINJAI (Studi Kasus di Desa Gunung Perak) ABSTRACT Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1):56-62,2013 ISSN. 2355-0732 ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP HARGA ( PRICE ) SUSIN DI KABUPATEN SINJAI (Studi Kasus di Desa Gunung Perak) Wahyudir Kadir

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR Relationship between Service Quality with Re-Utilization Interest of Health Services

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 65/1/73/Th. VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801

Lebih terperinci

Implikasi Pengetahuan Ayat Tentang Pemotongan Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Terhadap Sapi Bali

Implikasi Pengetahuan Ayat Tentang Pemotongan Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Terhadap Sapi Bali Implikasi Pengetahuan Ayat Tentang Pemotongan Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Terhadap Sapi Bali Ahmat Fansidar, Mas Djoko Rudyanto, I Ketut Suada Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN KARAKTERISTIK KERBAU PUDU (HITAM) YANG DIDATANGKAN DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI

PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN KARAKTERISTIK KERBAU PUDU (HITAM) YANG DIDATANGKAN DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN KARAKTERISTIK KERBAU PUDU (HITAM) YANG DIDATANGKAN DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI YUDITIA PRADITA I 311 09 277 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA 1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA BABUL HASANAH A 351 09 037 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal 28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik

Lebih terperinci

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017 109 DINAMIKA POPULASI TERNAK KERBAU DI LEMBAH NAPU POSO BERDASARKAN PENAMPILAN REPRODUKSI, OUTPUT DANNATURAL INCREASE Marsudi 1), Sulmiyati 1), Taufik Dunialam Khaliq 1), Deka Uli Fahrodi 1), Nur Saidah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

PERAN MODAL SOSIAL PADA LEMBAGA PEMASARAN SAPI POTONG DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS. Riska Eldiana, Syahdar Baba, Agustina Abdullah

PERAN MODAL SOSIAL PADA LEMBAGA PEMASARAN SAPI POTONG DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS. Riska Eldiana, Syahdar Baba, Agustina Abdullah PERAN MODAL SOSIAL PADA LEMBAGA PEMASARAN SAPI POTONG DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS Riska Eldiana, Syahdar Baba, Agustina Abdullah Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar. Email

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG KAMBING SENDURO MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG PENETAPAN GALUR KAMBING SENDURO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PEMOTONGAN KERBAU AKIBAT KENAIKAN RETRIBUSI DI KECAMATAN TALLUNGLIPU, KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PEMOTONGAN KERBAU AKIBAT KENAIKAN RETRIBUSI DI KECAMATAN TALLUNGLIPU, KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PEMOTONGAN KERBAU AKIBAT KENAIKAN RETRIBUSI DI KECAMATAN TALLUNGLIPU, KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI ALFON SURYADINATA I 311 09 102 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TANA TORAJA

PERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TANA TORAJA PERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TANA TORAJA I.M. ALLOSOMBA Sub Dinas Peternakan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Tana Toraja ABSTRAK Tana Toraja merupakan salah satu tujuan

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Penda atan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

Lebih terperinci

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Marketing of Swamp Buffalo at Banua Enam Area in Southern Province Kalimantan) RETNA QOMARIAH, E. S. ROHAENI dan A. SUBHAN Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak sapi sangat penting untuk dikembangkan di dalam negri karena kebutuhan protein berupa daging sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Tjeppy D. Soedjana 2005, Ahmad zeki

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus : Pasar Tradisional di Kota Medan) Ester B.A Purba *), Rahmanta Ginting **), Satia Negara Lubis **)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA The Development of Total Poor Population and Its Causing Factor Sunaryo Urip Badan Pusat Statistik Jl. Sutomo, Jakarta Pusat ABSTRACT There is

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPBULIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express. Oleh : Niken Pusporini NIM F BAB I PENDAHULUAN

Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express. Oleh : Niken Pusporini NIM F BAB I PENDAHULUAN Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express Oleh : Niken Pusporini NIM F3206133 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sektor jasa telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PERMINTAAN TELUR AYAM RAS OLEH KONSUMEN DI PASAR PA BAENG-BAENG, MAKASSAR. (Some Factors Affecting Broiler Eggs Number of Requests By Consumers On-Baeng Pa'baeng

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 ARTIKEL INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Abstract The purpose of this study was to measure the Community Satisfaction Index at the Department of Labor Bandung

Lebih terperinci

ABSTRACT. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Increasing competition in each company should be able to win the competition by displaying the best products to meet consumer tastes and the ever-evolving and changing (Kotler, 2000). Along with

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh : NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Lebih terperinci

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR Sosial Ekonomi DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR ST. Rohani 1 & Muhammad Erik Kurniawan 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Keputusan Pembelian. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Keputusan Pembelian. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Globalisasi telah memberikan perubahan terhadap cara perusahaan untuk berkompetisi. Perkembangan industri yang begitu pesat, perdagangan bisa terjadi lintas negara serta membuka pasar tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Di era globalisasi ini, pendidikan merupakan kewajiban bagi masyarakat. Untuk memajukan bangsa, salah satu cara yang harus dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat banyak sekali keragaman. Keragaman tersebut meliputi keragaman budaya, adat istiadat, bahasa, agama, kepercayaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Petunjuk arah mengemudi ke Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Petunjuk arah mengemudi ke Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 1 of 7 10/14/2013 8:39 AM Untuk melihat semua detail yang tampak di layar, gunakan link "Cetak" di sebelah peta. Data peta 2013 Google - Petunjuk arah mengemudi ke Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal (The Relationship of Social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini kegiatan bisnis telah memasuki era globalisasi, dimana situasi ekonomi dan iklim dunia bisnis yang semakin diwarnai dengan intensitas persaingan

Lebih terperinci

STRATEGI PENDEKATAN KETERSEDIAAN DAGING NASIONAL DI INDONESIA. Oleh: Rochadi Tawaf dan Hasni Arief ABSTRACT

STRATEGI PENDEKATAN KETERSEDIAAN DAGING NASIONAL DI INDONESIA. Oleh: Rochadi Tawaf dan Hasni Arief ABSTRACT Seminar Nasional : Peternakan Berkelanjutan III Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2 Nopember 2011 STRATEGI PENDEKATAN KETERSEDIAAN DAGING NASIONAL DI INDONESIA Oleh: Rochadi Tawaf

Lebih terperinci

Oleh : HUNON ARINSA NIM:

Oleh : HUNON ARINSA NIM: PENELITIAN HUBUNGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MELAKUKAN PERSIAPAN PERSALINAN DI BPS NY. RENY ANGGRAENI DESA SAYUTAN KAB. MAGETAN Oleh : HUNON ARINSA NIM:

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produktifitas sapi potong secara nasional selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun dengan laju pertumbuhan sapi potong hanya mencapai

Lebih terperinci

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A.

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara (Quantitative and Qualitative Identification of Spotted Mature

Lebih terperinci