Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A.
|
|
- Ida Yuliana Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara (Quantitative and Qualitative Identification of Spotted Mature Female Domestic Asian Water Buffalo Bubalus Bubalis in Bolu Animal Market - North Toraja, South Sulawesi Indonesia) Ihsan A.*, M. Fatah**, Dudi** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Sumedang Abstrak * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Univeristas Padjadjaran ihsanfadhlillah93@gmail.com Penelitian mengenai Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara, telah dilaksanakan di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara pada tanggal 9 Maret 2015 sampai dengan 9 April Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari besarnya bobot badan dan ukuranukuran tubuh serta karakteristik sifat kualitatif kerbau belang betina dewasa di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Ternak yang diamati adalah kerbau belang betina dewasa yang berumur 4 tahun sebanyak 32 ekor. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif analitik dengan menggunakan program excel. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata bobot badan 434,62 ± 13,22 kg, tinggi pundak 125,78 ± 2,07 cm, panjang badan 141,38 ± 5,76 cm, lingkar dada 186,45 ± 3,16 cm, dalam dada 70,88 ± 1,39 cm, tinggi pinggul 127,58 ± 2,04 cm, dan lebar tulang pinggul 53,23 ± 2,83 cm serta diperoleh karakteristik gambaran umum kerbau belang betina dewasa sebagai berikut : warna kulit pola belang bonga (59,38 %), bentuk tanduk melingkar ke belakang (84,38 %), garis punggung melengkung (96,88%), unyeng-unyeng pada kepala 1 buah (81,25 %), unyeng-unyeng pada pundak 2 buah (93,75 %), unyeng-unyeng pada pinggul 2 buah (81,25 %), garis kalung putih tunggal (65,63 %). Kata Kunci: sifat kuantitatif, sifat kualitatif, kerbau belang betina dewasa Abstract The research quantitative and qualitative identification of spotted female domestic asian water buffalo bubalus bubalis in Bolu animal market, north toraja Indonesia was performed in Bolu animal market, North Toraja, South Sulawesi from March to April The purposes of this research is to study and identify all characteristics of the animal. Thus including body weight and body measurement of qualitative spotted female domestic asian water buffalo bubalus bubalis, at Bolu animal market, North Toraja, South Sulawesi. The method used to research the animal was survey method with sampling by purposive sampling. The survey included a group of 32 water buffalo with an average age of 4 years old. The data result was analyzed using computer program Microsoft Excel. The generic result for 32 water buffalo showed that body weight kg average was ± kg, height of withers cm average was ± 2.07 cm, body length cm average was ± 5.76 cm, circumference chest average was ± 3.16 cm, depth of chest 70.88cm average was ± 1.39 cm, height at rumps average was ± 2.04
2 cm, width across hips average was ± 2.83 cm, and the general descriptions of the characteristic spotted mature female water buffalo as follows: skin color striped spotted bonga (59.38 %), back to the form of a circular horn (84.38 %), curved back line (96.88%), one whorl hair on head (81.25 %), two whorl hair on front (93.75 %), two whorl hair on behind (81.25 %), single chevron (65.63 %). Key Word: quantitative, qualitative traits, spotted mature female water buffalo Pendahuluan Kerbau merupakan salah satu komoditas ternak yang masih banyak dipelihara secara tradisional di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Kerbau mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekonomi peternakan sebagai penghasil susu, daging, dan tenaga kerja. Potensi kerbau sebagai penghasil daging memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk yang berbanding lurus dengan kebutuhan akan daging masyarakat Indonesia. Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki populasi kerbau lumpur yang cukup tinggi yaitu ekor atau 40% dari populasi kerbau di Propinsi Sulawesi Selatan yakni pada tahun 2011 mencapai ekor. Populasi tersebut mengalami penurunan sebesar 42,66% dibanding tahun 2010 yakni ekor. Permintaan akan ternak kerbau meningkat pada saat akan dilaksanakan upacara adat masyarakat Toraja, khususnya acara Rambu Solo (Anshar, 2013). Kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai sumber pendapatan bagi peternak dengan menghasilkan kulit dan daging serta kotorannya yang dijadikan pupuk. Kerbau belang termasuk jenis kerbau rawa yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, hal ini berkaitan dengan adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan khususnya masyarakat Tana Toraja, dimana kerbau telah menjadi sarana ritual dan status sosial bagi masyarakat. Kerbau belang betina mempunyai potensi untuk menghasilkan anak, dimana kerbau belang betina yang digunakan sebagai induk, idealnya memiliki ukuran tubuh yang standar, sehingga semakin baik kondisi seekor kerbau belang betina, maka dapat diperkirakan menghasilkan anak yang baik pula. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam upaya menggali, mempertahankan dan mengembangkan potensi sumber daya kerbau belang antara lain dengan menghimpun informasi dan karakterisasi yang berkaitan dengan sejumlah sifat kuantitatif dan kualitatif. Data awal sifat
3 kuantitatif dan kualitatif kerbau tersebut berguna bagi penetuan kebijakan selanjutnya dalam kegiatan pemuliaan dan budidaya kerbau sehingga mampu menjadi sumber pangan hewani yang potensial bagi masyarakat Indonesia. Bahan dan Metode 1. Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah kerbau belang betina dewasa yaitu berumur 4 tahun. Kerbau yang diteliti adalah milik peternak yang terdapat di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan jumlah ternak yang diteliti sebanyak 32 ekor kerbau belang betina dewasa tidak bunting. 2. Peubah yang diamati 1. Bobot Badan (BB), diukur dengan menggunakan rumus perhitungan pendugaan bobot badan Schoorl dengan rumus sebagai berikut: Bobot badan (Kg) ) ) 2. Tinggi Pundak (TP), diukur dari permukaan tanah sampai titik tertinggi pundak dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. 3. Panjang Badan (PB), diukur secara lurus dengan menggunakan tongkat ukur mulai dari tepi tulang processus spinocus pada tulang scapula sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii). 4. Lingkar Dada (LD), diukur dengan melingkarkan pita ukur pada rongga dada dibelakang sendi bahu (os scapula) dalam satuan cm. 5. Dalam Dada (DD), diukur dari pundak tertinggi sampai tulang dada dengan menggunakan caliper dalam satuan cm. 6. Tinggi Pinggul (TiP), diukur dari titik tertinggi pinggul sampai permukaan tanah dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. 7. Lebar Tulang Pinggul (LTP), diukur antara sisi tulang pinggul kiri dan kanan dengan menggunakan caliper dalam satuan cm. 8. Warna kulit dilihat dari sebaran pola warna belang pada tubuh kerbau dan diklasifikasikan kedalam enam pola warna belang, yaitu saleko, bonga, lotong boko, todi, sori, saleko bulan.
4 Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. 9. Bentuk tanduk, dilihat dari depan dan diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, melingkar ke belakang, melingkar ke atas, dan melingkar ke bawah. 10. Bentuk garis punggung, dilihat dari arah samping posisi kerbau dan diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu garis punggung lurus dan melengkung. 11. Garis kalung putih (chevron), tanda putih dalam bentuk garis-garis dibawah leher dekat pangkal atau sekitar dada dan diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu tidak ada, garis kalung putih tunggal, dan garis kalung putih ganda. 12. Unyeng-unyeng, jumlah unyeng-unyeng terdiri atas 0 (tanpa unyeng-unyeng), 1, dan 2 buah dilihat dan dihitung pada tubuh kerbau bagian kepala, pundak (kanan-kiri), dan pinggul (kanan-kiri). 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan data primer. Data primer diperoleh dengan pengamatan dan pengukuran langsung terhadap sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria kerbau belang betina dewasa tidak bunting dengan umur 4 tahun di Pasar Bolu yang merupakan pasar hewan dengan jumlah populasi terbesar di Kabupaten Toraja Utara (Sudjana, 2005). 4. Analisis Statistik Data sifat kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Nilai Minimum Nilai minimum adalah nilai terendah dari suatu sampel. 2. Nilai Maksimum 3. Nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu sampel 4. Rata-rata/Mean ( ) Rata-rata hitung untuk data yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan cara membagi jumlah nilai data oleh banyaknya data. Keterangan: = Jumlah nilai data
5 Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. n = Banyaknya data sampel i = 1,2,3,,32 5. Ragam ( ) Keterangan: = Peubah ke-i n i 6. Simpangan Baku (s) = Rata-rata sampel = Banyaknya data sampel =1,2,3, 32 ) ) Keterangan: = Ragam 7. Koevisien Variasi (KV) Keterangan: s = Simpangan baku = Rata-rata sampel Data sifat kualitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: A = Salah satu sifat kualitatif pada kerbau yang diamati. n = Jumlah sampel kerbau yang diamati Hasil dan Pembahasan 1. Sifat Kuantitatif Peubah sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kerbau belang betina dewasa tidak bunting dengan umur 4 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran karateristik sifat kuantitatif pada kerbau belang betina dewasa. Data hasil penelitian disajikan pada Tabel 1.
6 Tabel 1. Rataan, simpangan baku dan koefisien veriasi bobot badan dan ukuran tubuh kerbau belang betina dewasa. Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Nilai Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Bobot badan (kg) 434,62±13,22 (3,04%) Ukuran tubuh: Tinggi pundak (cm) 125,78±2,07 (1,64%) Panjang badan (cm) 141,38±5,76 (4,07%) Lingkar dada (cm) 186,45±3,16 (1,70%) Dalam dada (cm) 70,88±1,39 (1,96%) Tinggi pinggul (cm) 127,58±2,04 (1,60%) Lebar tulang pinggul (cm) 53,23±2,83 (5,32%) Hasil anaisis statistik deskriptif meliputi nilai rataan, simpangan baku dan koefisien variasi bobot badan dan ukuran tubuh kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukan rataan bobot badan sebesar 434,62 ± 13,22 Kg. Pendugaan bobot badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15 % yaitu sebesar 3,04 %, hal ini sesuai dengan pendapat Nasoetion (1985), yang menyatakan bahwa suatu populasi masih dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15 %. Rataan tinggi pundak kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 125,78±2,07 cm dengan nilai koefisien variasi 1,64%, hal ini menunjukan bahwa tinggi pundak kerbau belang betina dewasa dapat dikatakan seragam dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Tinggi pundak merupakan perpaduan antara ukuran tulang kaki dan dalam dada yang dapat diukur mulai dari jarak tertinggi pundak hingga permukaan tanah (Santosa, 2009). Ukuran tinggi pundak dapat dijadikan sebagai informasi mengenai pertumbuhan ternak dan dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan (Ensminger, 1987).
7 Rataan panjang badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 141,38±5,76 cm dengan koefisien variasi 4,07%. Menurut Chantalakhana (1992), panjang badan kerbau berkisar antara cm. Rataan panjang badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 141,38 cm, hal ini berarti panjang badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara masih termasuk kedalam kategori yang disebutkan oleh Chantalakhana dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Rataan lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 186,45±3,16 cm dengan nilai koefisien variasai 1,70%, hal ini menunjukan bahwa lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dapat dikatakan seragam. Lingkar dada merupakan jarak melingkar rongga dada dibelakang sendi bahu (os scapula) (Santosa, 2009). Lingkar dada memiliki korelasi yang tinggi dengan bobot badan. Ukuran dada yang besar menunjukan organ respirasi dan sirkulasi yang besar menifestasinya untuk metabolisme energi, sehingga dapat mempengaruhi organ lain terutama untuk pertumbuhan otot (Sasimowski, 1987). Lingkar dada kerbau rawa betina dewasa berkisar antara cm (Murti, 2002). Rataan ukuran lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 186,45±3,16 cm, hal ini berarti bahwa lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara masih termasuk kedalam kategori yang disebutkan oleh Murti dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Rataan dalam dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 70,88±1,39 cm dengan koefisien variasi 1,96%, hal ini menunjukan bahwa lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dapat dikatakan seragam karena masih dibawah 15%. Ukuran dalam dada sangat penting untuk diketahui karena dapat menunjukan kapasitas tubuh ternak dalam memanfaatkan pakan dan mengkonversinya menjadi daging dan otot (Newham, 1994). Rataan tinggi pinggul kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 127,58±2,04 cm dengan koefisien variasi 1,60%, hal ini menunjukan bahwa tinggi pinggul kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dapat diakatakan
8 seragam karena masih dibawah 15% dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Rataan lebar tulang pinggul pada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 53,23±2,83 cm. Lebar tulang pinggul kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dikatakan seragam, karena nilai koefisien variasi berada pada nilai 5,32 %. Hal tersebut merupakan karakteristik kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Lebar tulang pinggul pada ternak betina berpangaruh pada proses kelahiran. 2. Sifat Kualitatif Sifat kualitatif yang diamati adalah corak kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih (chevron), dan jumlah unyeng-unyeng (Whorls). Berdasarkan pengamatan sifat kualitatif kerbau belang betina dewasa si Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara umumnya seragam dan dapat dijadikan sebagai ciri khas kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara yang disajikan pada Tabel 2.
9 Tabel 2. Corak kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih dan jumlah unyeng-unyeng kerbau belang betina dewasa. Sifat Kualitatif Jumlah (ekor) Frekuensi Relatif (%) Corak kulit: Saleko 3 9,38 Bonga 19 59,38 Lotong boko 1 3,13 Sori 5 15,63 Todi 3 9,38 Saleko Bulan 1 3,13 Bentuk tanduk: Melingkar ke belakang 27 84,38 Melingkar ke atas 1 3,13 Melingkar ke bawah 4 12,50 Garis punggung: Garis punggung melengkung 31 96,88 Garis punggung lurus 1 3,13 Garis kalung putih (chevron): Tanpa garis kalung putih 9 28,13 Garis kalung putih tunggal 21 65,63 Garis kalung putih ganda 2 6,25 Jumlah unyeng-unyeng (whorls) Kepala: Tanpa unyeng-unyeng 2 6,25 1 buah 26 81,25 2 buah 4 12,50 Pundak: Tanpa unyeng-unyeng 1 3,13 1 buah 1 3,13 2 buah 30 93,75 Pinggul: Tanpa unyeng-unyeng 5 15,63 1 buah 1 3,13 2 buah 26 81,25
10 Warna kulit Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif yang biasa digunakan sebagai kriteria dalam seleksi. Warna kulit merupakan manifestasi antara satu atau beberapa pasang gen (Dudi, dkk, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif corak kulit saleko adalah 9,38 %, bonga 59,38 %, lotong boko 3,13 %, sori 15,63 %, todi 9,38 %, dan saleko bulan 3,13 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada corak kulit bonga yaitu sebesar 59,38 %, sedangkan frekuensi relatif terendah terdapat pada corak kulit lotong boko dan saleko bulan yaitu sebesar 3,13 %, hal ini menunjukan bahwa corak kulit kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara didominasi oleh corak kulit bonga. Bentuk Tanduk Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik bentuk tanduk menlingkar ke belakang kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 84,38 %, bentuk tanduk melingkar ke atas 3,13 %, dan bentuk tanduk melingkar ke bawah 12,50 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik bentuk tanduk melingkar ke belakang yaitu sebesar 84,38 %, sedangkang frekuensi relatif terendah terdapat pada karakteristik bentuk tanduk melingkar ke atas sebesar 3,13 %, hal ini menunjukan bahwa karakteristik bentuk tanduk kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara didominasi oleh bentuk tanduk melingkar ke belakang. Tanduk pada kerbau digunakan sebagai proteksi dalam mempertahankan dirinya, untuk mengais lumpur di tempat kubangan, menghalau serangga yang ada pada bagian tubuhnya, dan sekaligus digunakan untuk menggaruk. Ukuran besarnya tanduk pada kelompok umur yang sama akan memperlihatkan kesamaan, sehingga tahapan besar dan ukuran tanduk bagi sebagian masyarakat Toraja dijadikan sebagai penduga umur kerbau. Bentuk Garis Punggung Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik bentuk garis punggung melengkung kerbau albino betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 96,88 % dan nilai frekuensi relatif bentuk garis punggung lurus sebesar 3,13 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik bentuk garis punggung melengkung yaitu sebesar 96,88 %. kerbau betina yang telah sering melahirkan anak, terdapat
11 kecenderungan garis punggung melengkung, hal ini menunjukan bahwa karakteristik bentuk garis punggung didominasi oleh bentuk garis punggung melengkung, sehingga menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Garis kalung Putih (Chevron) Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik tanpa garis kalung putih kerbau albino betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 28,13 %, nilai frekuensi relatif garis kalung putih tunggal sebesar 65,63 %, dan nilai frekuensi relatif garis kalung putih ganda sebesar 6,25 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik garis kalung putih tunggal yaitu sebesar 65,63 % dan nilai frekuensi relatif terendah sebesar 6,25 %, hal ini menunjukan bahwa karakteristik garis kalung putih didominasi oleh garis kalung putih tunggal, sehingga menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Menurut Cockrill (1974), penampilan chevron ditunjukan dalam banyak variasi, terkadang chevron bagian atas terlihat atau tidak sama sekali. Chevron merupakan salah satu ciri yang umum ditemukan pada kerbau lumpur, tetapi chevron tidak hanya ditemukan pada kerbau lumpur saja melainkan terdapat juga pada kerbau sungai. Keberadaan chevron pada kerbau lumpur merupakan karakter yang dipertimbangkan dalam seleksi kerbau lumpur (Chantalakhana dan Skunmum, 2002). Jumlah Unyeng-unyeng (Whorls) Berdasarkan hasil penelitian mengenai jumlah unyeng-unyeng kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara yang dilakukan terhadap 32 ekor kerbau belang betina dewasa yang disajikan pada Tabel 2, diperoleh hasil frekuensi relatif pada bagian kepala tanpa unyeng-unyeng adalah 6,25 %, jumlah unyeng-unyeng 1 buah sebesar 81,25 %, dan jumlah unyeng-unyeng 2 buah sebesar 12,50 %. Bagian pundak, diperoleh hasil frekuensi relatif tanpa unyeng-unyeng sebesar 3,13 %, jumlah unyeng-unyeng 1 buah sebesar 3,13 %, dan jumlah unyeng-unyeng 2 buah sebesar 93,75 %. Bagian pinggul, diperoleh hasil frekuensi relatif tanpa unyeng-unyeng sebesar 15,63%, jumlah unyeng-unyeng 1 buah sebesar 3,13 %, dan jumlah unyeng-unyeng 2 buah sebesar 81,25 %.
12 Nilai frekuensi relatif jumlah unyeng-unyeng tertinggi pada bagian kepala adalah 81,25 % dan nilai frekuensi relatif jumlah unyeng-unyeng yang terendah sebesar 6,25 %. Bagian pundak memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi sebesar 93,75 % dan nilai frekuensi jumlah unyengunyeng terendah sebesar 3,13 %. Bagian pinggul memiliki nilai frekuensi jumlah unyeng-unyeng tertinggi sebesar 81,25 % dan nilai frekuensi terendah jumlah unyeng-unyeng sebesar 3,13 %, hal ini menunjukan bahwa karakteristik jumlah unyeng-unyeng pada bagian kepala didominasi pada jumlah unyeng-unyeng 1 buah, pada bagian pundak didominasi jumlah unyeng-unyeng 2 buah, dan pada bagian pinggul didominasi jumlah unyeng-unyeng 2 buah, sehingga jumlah unyengunyeng pada setiap lokasi (kepala, pundak, dan pinggul) tersebut menjadi karakteristik jumlah unyeng-unyeng kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Jumlah unyeng-unyeng (whorls) merupakan sifat kualitatif yang paling menonjol pada kerbau. Kerbau rawa mempunyai keseragaman untuk letaknya diseluruh tubuh namun jumlahnya spesifik untuk setiap individu. Jumlah unyeng-unyeng terdiri atas 1, 2, dan 3 buah untuk setiap lokasi pada kepala, pundak, dan pinggul (Dudi, dkk, 2011). Unyeng-unyeng pada kerbau bervariasi dari besar dan jumlahnya, sehingga akan berbeda antar individu kerbau, dengan demikian unyeng-unyeng dapat dijadikan identitas individu kerbau pada umumnya dan khususnya kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Menurut Fahimudin (1975), unyeng-unyeng pada kerbau lumpur memiliki putaran searah jarum jam, sedangkan pada kerbau sungai memiliki putaran unyeng-unyeng terbalik. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi sifat kuantitatif bobot badan, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar pinggul, dan tinggi pinggul serta identifikasi sifat kualitatif meliputi corak kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih (chevron), dan jumlah unyeng-unyeng (Whorls) sudah relatif seragam dan merupakan suatu karakteristik kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kerbau betina dewasa diatas rata-rata dapat dikembangkan menjadi bibit kerbau betina dewasa di Kabupaten Toraja Utara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan ternak kerbau di
13 Kabupaten Toraja Utara dengan memperhatikan pola pewarisan sifat (modus heriditas) kerbau belang dan dapat dijadikan standar ciri khas kerbau belang di Kabupaten Toraja Utara. Daftar Pustaka Anshar, M Pemetaan Potensi Pengembangan Ternak Kerbau di Selatan. Teknosains UIN Alauddin Makassar. Vol 7 Nomor 1: Chantalakhana, C Genetic and Breeding of Swamp Buffaloes in World Anima Science (Buffalo Production). Editor by N. M Tulloh and J. H. G. Holmes. Elsevier PublishersB. V. Amsterdam. Netherland. Chantalakhana, C. dan P. Skunmum Sustainable Smallholder Animal System in The Tropics. Kasetsart University Press. Bangkok. Cockrill, W The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo: The Buffalo of Indonesia. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Dudi, C. Sumantri, H. Martojo, dan A. Anang Keragaan Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Lokal di Propinsi Banten. Ilmu Peternakan. Vol. 11 Nomor 2: Ensminger, M. E Beef Cattle Science (Animal Agriculture Series) Interstate Printers Publishers. Inc. Danville. Illionis. USA Edition. The Fahimuddin, M Domestic Water Buffelo Oxford and IBH Publishing. Co. Gg Joupath, New Delhi. Murti, T. W Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta. Nasoetion, A. H. dan Banti Metode Statistika untuk Penarikan Kesimpulan. Gramedia. Jakarta. Newham, L Beef Cattle Breeding, Feeding, and Showing. Inkata Press. Australia. Santosa, Undang Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Sasimowski, E Animal Breeding and Production An Outline. Elsevier.PWN-Polish Scientific Publishers. Amsterdam. Netherland. Sudjana Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
14 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Ihsan Auliya Fadhlillah S. NPM : Judul Artikel : Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalu bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Dibuat di Jatinangor, tanggal 24 Juli 2015 Mengetahui, Pembimbing Utama, Penulis, Nama lengkap dan Tandatangan Materei Rp 6000,- (Dr. Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt., M.Si) (Ihsan Auliya Fadhlillah S.) Pembimbing Anggota, (Dr. Dudi, S.Pt., M.Si)
Identifikasi Sifat...Aditya Paramarta Putrayansyah
IDENTIFIKASI SIFAT KUANTITATIF DAN KUALITATIF PADA KERBAU BELANG JANTAN DEWASA JENIS Bubalus bubalis DI PASAR BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Aditya Paramarta Putrayansyah*, M. Fatah Wiyatna, dan Dedi Rahmat.
Lebih terperinciSifat Kualitatif Dan Kuantitatif Kerbau Betina Dewasa Cibalong, Garut...Asep K
IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KERBAU BETINA DEWASA (Studi kasus di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut) IDENTIFICATION OF CHARACTERISTICS QUALITATIVE AND QUANTITATIVE OF MATURE FEMALE SWAMP
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba
14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Lokal betina dewasa sebanyak 26 ekor dengan ketentuan domba
Lebih terperinciTINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m
Lebih terperinciEvaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Evaluation Of Salako Cumulative Index On Local Ewes In Neglasari Darangdan District
Lebih terperinciPendahuluan Kedudukan kerbau bagi masyarakat Banten sedemikian rupa menunjang kegiatan pertanian di perdesaaan, walaupun pada kenyataannya perhatian
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2011, VOL. 11, NO. 2., 61-67 Keragaan Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Lokal di Propinsi Banten (Performance of Qualitative and Quantitative Traits of Local Buffaloes
Lebih terperinciPENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB THE DIVERGENCE OF BODY WEIGHT USING THE SCHOORL FORMULA TO ACTUAL BODY WEIGHT OF POLO PONY
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER DAN RUMUS ARJODARMOKO TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL SAPI PASUNDAN DI KABUPATEN GARUT (Kasus di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut) DEVIATION OF PRESUMPTION
Lebih terperinciIdentifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi
IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KERBAU JANTAN DEWASA THE IDENTIFICATION QUALITATIF AND QUANTITATIVE CHARACTERISTIC BUFBULL Gerry Krisnandi *, Dedi Rahmat **, Dudi ** * Alumni Fakultas Peternakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal
Lebih terperinciKarakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT
KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE FARMING Dandy Dharma Nugraha*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA THE QUANTITATIVE OF LOCAL GOAT FEMALE AS A SOURCE OF BREED AT KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR CHARASTERISTIC AND BODY SIZE IDENTIFICATION OF FRIES HOLLAND DAIRY COW IN KAWASAN USAHA PETERNAKAN
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu 23 ekor laktasi 1, 37 ekor laktasi 2, 25 ekor laktasi 3, dan 15 ekor laktasi
Lebih terperinciKorelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji
Korelasi antara Nilai Frame Score dan Muscle Type dengan Bobot Karkas pada Sapi Kebiri Australian Commercial Cross (Studi Kasus di Rumah Potong Hewan Ciroyom, Bandung) Correlation between Frame Score and
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Characterization Quantitative Characters Of Kosta Buck In Pandeglang Regency Province Banten Fajar Purna
Lebih terperinciRelationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.
Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango. Oleh *APRIYANTO BAKARI, ** NIBRAS K. LAYA, *** FAHRUL ILHAM * Mahasiswa Progra Studi Peternakan
Lebih terperinciEvaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal
EVALUASI PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN BERDASARKAN RUMUS WINTER TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA SAPI PASUNDAN EVALUATION OF ESTIMATED BODY WEIGHT BASE ON WINTER FORMULA AND ACTUAL BODY WEIGHT DEVIATION
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 653 668 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN (Correlation of
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG
KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG (Characteristics of Body Size of the Murrah Bufallo and Swamp Bufallo in BPTU Siborongborong) Gerli 1, Hamdan 2
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN BERDASAR RUMUS WINTER TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB DEVIATION OF ESTIMATED BODY WEIGHT BASED ON WINTER FORMULA TO ACTUAL BODY WEIGHT OF POLO
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan
22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di peternakan Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Lebih terperinciSifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YEARLING PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN SECARA TRADISIONAL DI PESISIR PANTAI SELATAN KABUPATEN GARUT QUANTITATIVE TRAITS OF THIN TAIL SHEEP RAM YEARLING IN
Lebih terperinciSTUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS
STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual
Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual Deviation of Local Sumba Horse Body Weight Between Actual Body Weight Based on Lambourne Formula Nurjannah
Lebih terperinciRespon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT
RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT Erwin Jatnika Priyadi*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan Deni Andrian Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)
KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut) CHARACTERISTICS OF LACTATION DAIRY CATTLE FRIES HOLLAND (A Case at Koperasi Peternak Garut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat
Lebih terperinciIdentifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite
IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF BABI LOKAL DI KECAMATAN SIANJUR MULAMULA, KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA Deddy Arwan Sihite*, Sauland Sinaga, dan Primiani Edianingsih Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK
KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT Vivin Wahyuni 1), La Ode Nafiu 2) dan Muh. Amrullah Pagala 2) 1) Alumni Fakultas Peternakan UHO 2) Dosen Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekaragaman hayati di Indonesia adalah kerbau. Terdapat
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi
9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 541 556 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA PADA BERBAGAI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN (Body Measurement Characteristics of Swamp Buffalo in Lebak and Pandeglang Districts, Banten Province) SAROJI, R.
Lebih terperinciBAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur
15 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda polo sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Dugaan Nahl B. Dirgareindo
PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN MENGGUNAKAN RUMUS ARJODARMOKO TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL SAPI PASUNDAN (Kasus di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi) DEVIATION OF PRESUMPTION BODY WEIGHT TO ACTUAL
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di
III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan
18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. daerah yang terletak antara Lintang Utara sampai Lintang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum penelitian Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 1.128.928 Ha merupakan daerah yang terletak antara 01 00 40 Lintang Utara sampai 00 27 00 Lintang Selatan
Lebih terperinciPENDUGAAN BOBOT HIDUP KERBAU MENGGUNAKAN UKURAN DIMENSI TUBUH SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA DI PULAU KABAENA
PENDUGAAN BOBOT HIDUP KERBAU MENGGUNAKAN UKURAN DIMENSI TUBUH SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA DI PULAU KABAENA Hairil A. Hadini 1 dan R. Badaruddin 1 1) Fakultas PeternakanUniversitas Halu Oleo, Kendari
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar selama bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 013. 3..
Lebih terperinciHubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23-28 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes
Lebih terperinciKarakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak
Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat Akhmad Sukri 1, Herdiyana Fitriyani 1, Supardi 2 1 Jurusan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram; Jl. Pemuda No 59 A Mataram
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH (The Correlation between body measurements and body weight of Wonosobo Rams in Wonosobo
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas penghasil daging. Domba memiliki keuunggulan diantaranya yaitu memiliki daya adaptasi yang baik terhadap
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor untuk sapi PO jantan dan Rumah Potong Hewan (RPH) Pancoran Mas untuk sapi Bali jantan.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Ikrar Mohammad Saleh, Aslina Asnawi Staf Pengajar Bagian Sosial Ekonomi Peternakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di dua peternakan domba yaitu CV. Mitra Tani Farm yang berlokasi di Jalan Baru No. 39 RT
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin
15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MODEL KURVA PERTUMBUHAN BERDASARKAN UKURAN- UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL UMUR 1 6 BULAN
IDENTIFIKASI MODEL KURVA PERTUMBUHAN BERDASARKAN UKURAN- UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL UMUR BULAN IDENTIFICATION OF GROWTH CURVE MODEL BASED ON BODY MEASUREMENTS OF LOCAL SHEEP AGED MONTHS OLD Rizky Melinda
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi
BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah ( UPTD) Ternak Ruminansia Besar Desa
Lebih terperinciA. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA LINGKAR DADA DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN KENDAL (Correlation between Chest Girth and Body Weight of
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU JANTAN BERBAGAI KELOMPOK UMUR DI KABUPATEN BLORA (The Correlation Between
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat; UPTD RPH Pancoran Mas, Kota Depok dan Mitra Tani Farm kabupaten Ciampea, Bogor,
Lebih terperinciKERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA
KERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI RIZKI KAMPAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS
Lebih terperinciIndeks Kumulatif Domba Komposit...Ai Nurfaridah
Indeks Kumulatif Domba Komposit...Ai Nurfaridah INDEKS KUMULATIF UKURAN-UKURAN TUBUH DAN BOBOT BADAN DOMBA KOMPOSIT BETINA DEWASA SEBAGAI DOMBA PEDAGING (Studi Kasus di Kandang Percobaan Fakultas Peternakan
Lebih terperinciL a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1
L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1 PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN DAN BETINA UMUR 1-12 BULAN YANG DITINJAU DARI PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK (Kasus Peternakan Domba Di
Lebih terperinciPERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK
PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani (MT) Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pancoran Mas Depok dan Balai Penyuluhan dan Peternakan
Lebih terperinciYogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
KARAKTERISTIK EKSTERIOR DAN UKURAN TUBUH INDUK KAMBING BLIGON DI DESA BANYUSOCO, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA EXTERIOR CHARACTERISTIC AND BODY MEASUREMENT OF EWE BLIGON GOAT IN BANYUSOCO VILLAGE, GUNUNG KIDUL,
Lebih terperinciBOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND DI WILAYAH KERJA KOPERASI PETERNAK GARUT SELATAN
Buana Sains Vol No : -0, 0 BOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND DI WILAYAH KERJA KOPERASI PETERNAK GARUT SELATAN Asep Permadi Gumelar dan Rian Aryanto PS. Ilmu Peternakan, Fakultas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI
KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciHubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA
Lebih terperinciSNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)
SNI 7325:2008 Standar Nasional Indonesia Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL KORELASI ANTARA BOBOT BADAN DENGAN UKURAN-UKURAN TUBUH SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) JANTAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF ANSAR HALID NIM. 621409005 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 50 ekor domba
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak
Lebih terperinciEVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)
EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang) CHARACTERISTICS EVALUATION OF DAIRY CATTLE FRIES HOLLAND (A Case Study at KPSBU Lembang)
Lebih terperinciKORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung
GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT AND WEANING WEIGHT ON MADURA CATTLE Karnaen Fakulty of Animal Husbandry Padjadjaran University, Bandung ABSTRACT A research on estimation of genetic
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) Disusun Oleh : Kelompok 9 Dita Swafitriani 200110140030 Hartiwi Andayani 200110140176 Fathi Hadad 200110140242
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda
16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan
Lebih terperinciBibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa
Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA
KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA Daniel Pasambe 1), Sunanto 1), dan M. P. Sirappa 2) 1) Staf Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Staf
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah (asal India) dengan lokal, yang penampilannya mirip Etawah tetapi
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang
II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon
Lebih terperinciBibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh
Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
Lebih terperinciANALISIS MORFOMETRIK KERBAU LUMPUR (Bubalus Bubalis) KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA
ANALISIS MORFOMETRIK KERBAU LUMPUR (Bubalus Bubalis) KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA (Morphometric Analysis of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis) Karo District North Sumatra) Falentino Sembiring 1, Hamdan 2
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan
Lebih terperinciBIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT
BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES Nico ferdianto, Bambang Soejosopoetro and Sucik Maylinda Faculty of Animal Husbandry, University
Lebih terperinciUKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN
1 SEMINAR MAHASISWA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS Nama : Yul Afni No. BP : 07161055 Jurusan : Produksi Ternak UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU RAWA DALAM KONDISI LINGKUNGAN PETERNAKAN RAKYAT ABSTRAK
BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor 1, Januari 2005, Halaman 43-48 http://bioscientiae.tripod.com KARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU RAWA DALAM KONDISI LINGKUNGAN PETERNAKAN RAKYAT UU. Lendhanie Program Studi Ternak,
Lebih terperinciPERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT
PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT HASNELLY Z. dan RAFIDA ARMAYANTI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung
Lebih terperinciBibit kerbau - Bagian 1: Lumpur
Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciEvaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba. Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse
Evaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse Vini Nur Alfiani*, Sri Bandiati Komar**, Nena Hilmia**
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara kambing PE di wilayah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciMuhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) (The Ratio of Meat Indek of Indonesian Cattle (Bali, Madura, PO) with Australian
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinci