Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya Ikhwanussafa Sadidan
|
|
- Yandi Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA KAITANNYA DENGAN NILAI JUAL KERBAU (KASUS DI PASAR BOLU, KABUPATEN TORAJA UTARA, PROVINSI SULAWESI SELATAN) Ikhwanussafa Sadidan*, Munandar Sulaeman, Siti Homzah Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun ABSTRAK Penelitian mengenai pemaparan faktor sosial dan budaya yang berkaitan dengan nilai jual ternak kerbau di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, telah dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1 April Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor sosial dan budaya masyarakat Toraja yang berkaitan dengan nilai jual kerbau. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara secara mendalam dengan jumlah informan sebanyak 25 orang yang terdiri dari peternak, penjual, pembeli kerbau, tokoh adat, pegawai dinas peternakan, pegawai dinas pariwisata, kepala pemerintahan, dan masyarakat setempat. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, serta menggunakan teknik snowball untuk pencarian informan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah faktor sosial, faktor budaya, dan kaitan faktor sosial dan budaya dengan nilai jual kerbau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial yang mempengaruhi nilai jual kerbau adalah status sosial, peran sosial, kelembagaan dan lapisan sosial. Faktor Budaya yang mempengaruhi nilai jual kerbau adalah upacara adat dan tradisi adu kerbau. Kata kunci : faktor sosial, faktor budaya, nilai jual kerbau SOCIAL AND CULTURE FACTORS WHICH RELATED TO THE VALUES OF BUFFALO (CASE IN BOLU MARKET, NORTH TORAJA REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE) ABSTRACT Research on the explanation of social and culture factors which related to the values of buffalo in Bolu Market, North Toraja Regency, South Sulawesi Provice was held on March 11 April This study aims to explain the relation between social and culture factors that behave in Torajans with the values of Buffalo. The research method used in this study is case study method with qualitative studies approachment. Data for this research got from the interview with the number of informants were 25 who came from buffalo farmers, consuments, sellers, tradition figure, livestock department, tourism departments, governments, and Torajans people. The method used in this interview is a deep and directive interview with snowball way to find informants. Variables in this study are social factors, culture factors and their influance to the
2 buffalos values. The result from this study shows that social factors which have influence to the values of buffalo are social status, social role, social institution, and social class. Culture factors that have influence on buffalos values are traditional ceremonies and traditions. Keyword : social factor, culture factor, buffalo value 1. PENDAHULUAN Salah satu kelompok masyarakat yang mengembangkan suatu peternakan untuk memenuhi kebutuhan kepercayaan dan tradisi manusianya adalah Suku Toraja yang tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan. Kerbau di Toraja pun memiliki nilai jual yang tinggi, untuk satu ekor kerbau bisa dihargai mulai dari ratusan juta rupiah sampai milyaran rupiah. Hal ini lah yang mengharuskan pemerintah dan peternak kerbau di Toraja untuk terus mengembangkan usaha budidaya kerbau ini. Banyak faktor yang memengaruhi nilai jual dari kerbau yang ada di Toraja ini. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam tingginya nilai jual kerbau di Toraja adalah faktor sosial dan budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Tana Toraja. Kerbau juga dipercaya oleh masyarakat Toraja sebagai suatu hewan yang melambangkan kemakmuran, sehingga permintaan masyarakat Toraja terhadap kerbau sangat tinggi dan harganya pun sangat mahal. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2011 populasi ternak kerbau di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara yaitu ekor sementara pada tahun 2012 mencapai ekor, atau sama dengan sekitar 40 % dari populasi kerbau di Provinsi Sulawesi Selatan. Tingginya populasi di daerah tersebut disebabkan oleh fungsi dan peranan ternak kerbau dalam tata kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja. Pemotongan ternak kerbau dilakukan di Kabupaten Toraja Utara berkenaan dengan pelaksanaan upacara adat. Salah satu pusat jual-beli kerbau di daerah Toraja Utara adalah Pasar Bolu. Pasar ini merupakan pasar yang terletak di Kecamatan Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Pasar ini biasa disebut juga sebagai Pasar Ternak atau Pasar Kerbau. Sedikitnya ada lima ratus ekor kerbau yang dibeli pada saat hari pasar dengan harga mulai lima juta rupiah hingga rutusan juta rupiah. Adapun yang menjadi tolak ukur dari nilai sebuah kerbau adalah jenis kerbau tersebut, warna kulit dan bulu, postur, tanda-tanda di badan, tanduk dan masih banyak lagi. Disamping faktor genetik, masih ada lagi faktor yang mempengaruhi nilai jual kerbau yaitu faktor-faktor sosial dan budaya yang berlaku di masyarakat Tana Toraja (Kambuno, 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya dengan Nilai Jual Kerbau yang akan dilaksanakan di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. 2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Sugiyono, 2013). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah faktor sosial dan budaya masyarakat Toraja yang berkaitan dengan nilai jual kerbau di Tana Toraja. Subjek penelitiannya adalah masyarakat Toraja yang melakukan jual beli kerbau di Pasar Bolu baik peternak, penjual, pembeli kerbau, dan pihak lain yang memiliki keterkaitan
3 dengan pengembangan kerbau di Toraja Utara seperti Dinas Peternakan dan Pihak Pemerintahan setempat. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi kasus adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu objek dan hasil penelitian tersebut hanya dapat digunakan oleh objek yang diteliti (Moleong, 2007). Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Nasution, 1992). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara. Pemilihan tempat ini didasarkan karena Pasar Bolu merupakan pasar kerbau terbesar yang ada di Kabupaten Toraja Utara. Operasionalisasi Variabel Terdapat tiga operasioaanlisasi variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel nilai sosial kerbau terhadap masyarakat Toraja, variabel nilai budaya kerbau terhadap masyarakat Toraja, dan kaitan antara faktor sosial dan budaya kerbau dengan nilai jual kerbau. Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, analisis dilakukan dengan cara deskripsi analisis yang dilakukan dengan metode interpretative. Proses analisis data dilakukan dengan pemahaman dan pemaknaan secara empirik terhadap permasalahan penelitian. Data yang diperoleh dikategorisasikan untuk dilakukan organisir data menurut satuan pola, kemudian dilakukan interpretative. Metode interpretative yaitu memahami secara mendalam (verstehen) terhadap makna-makna dari variabel yang ada dalam penelitian ini (Sulaeman, 2004). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Sosial Kerbau Pada Masyarakat Toraja Kerbau merupakan hewan yang memiliki nilai sosial tinggi di Toraja. Kerbau ini dijual dengan harga tinggi dan sangat dihormati, nilai sosial kerbau di Toraja antara lain: a) Kerbau melambangkan kekayaan dan kemakmuran Hampir semua keluarga yang tinggal di Toraja pasti pernah membeli dan memiliki kerbau. Hal ini dikarenakan masyarakat Toraja memandang kerbau sebagai lambang kekayaan dan kemakmuran mereka. Kerbau juga dipandang sebagai sebuah tabungan atau investasi bagi masyarakat Toraja. Bahkan beberapa diantara mereka menganggap kerbau seperti emas. Beberapa masyarakat Toraja mengatakan bahwa sekaya apapun harta yang dimiliki seseorang, semewah apapun rumah atau kendaraan mereka itu tidak aka nada artinya jika mereka tidak memiliki kerbau dengan nilai tinggi dan menjadikannya persembahan dalam upacara kematian. Hal ini menyebabkan proses penjualan kerbau di Toraja sangat menguntungkan karena permintaan masyarakat Toraja akan kerbau tidak pernah habis. b) Kerbau sebagai kendaraan suci Salah satu alasan mengapa ternak kerbau dijadikan sebagai salah satu persembahan dalam upacara kematian adalah karena masyarakat Toraja percaya
4 bahwa kerbau berasal dari surga. Pada zaman dahulu dipercaya nenek moyang pertama Toraja turun ke Bumi menggunakan kerbau dari surga dan mendirikan Tongkonan atau rumah adat mereka. Hal inilah yang membuat masyarakat Toraja percaya bahwa jika mereka mati pun, kerbau lah yang akan mengantarkan mereka kembali ke surga. Mereka percaya semakin bagus dan banyak kerbau yang mereka sembelih maka mereka akan semakin cepat sampai ke surga. c) Kerbau sebagai tolak ukur dari kehidupan sosial Toraja Kedudukan sosial dapat diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajibankewajibannya. (Soekanto, 2009). Secara umum lapisan atau kelas ini dibagi menjadi tiga, yaitu kelas 1 yang merupakan kelas bagi orang-orang yang memiliki harta diatas rata-rata (kaya), kelas 2 bagi yang jumlah hartanya mencapai rata-rata, dan kelas 3 yang hartanya ada dibawah rata-rata. Bagi masyarakat Toraja pun kerbau merupakan hewan yang melambangkan kekayaan dan kemakmuran, sehingga seringkali kerbau dijadikan patokan dalam menentukan status dan lapisan sosial masyarakat Toraja. Nilai Budaya Kerbau Pada Masyarakat Toraja Kerbau merupakan hewan yang tidak bisa dilepaskan dari adat-istiadat dan kebudayaan Toraja (Bo Do, 2008), fungsinya antara lain: a) Kerbau syarat dalam kegiatan adat masyarakat Toraja Secara garis besar upacara adat di Tana Toraja terbagi menjadi Rambu Solo dan Rambu Tuka. Prosesi kedua upacara ini berbeda namun ada kesamaannya yakni kedua upacara ini menggunkan kerbau sebagai salah satu syarat diadakannya upacara. Kerbau yang digunakan pun berbeda dari mulai jumlah, jenis, dan harganya, disesuaikan dengan keperluan pada upacara. b) Tradisi menggunakan ternak kerbau Tradisi masyarakat Toraja yang menggunkan kerbau sebagai alat utamanya yaitu menggunakan kerbau sebagai alat tukar dan juga tradisi adu kerbau di Toraja. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan tetap tidak hilang karena perkembangan zaman. c) Persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap kerbau Begitupun dalam memandang kerbau, masyarakat Toraja memiliki persepsinya masing-masing. Selain memiliki strata dalam status sosial, masyarakat Toraja pun memiliki strata tersendiri dalam memandang kerbau. Tabel 1. Tingkatan Strata kerbau dan harga kerbau Toraja Tingkat Jenis kerbau Pembagian kerbau Ciri-ciri 1 Sambao - Warna kulit abu-abu (Coklat/abu) dengan bulu kekuningan 2 Pudu Pudu Bawah telinga ada (Hitam) Balian warna putih, mata Pudu Pangloli bongek. Ekor berwarna putih. Kisaran Harga juta juta juta
5 3 Todi - Putih diantara tanduk, ekornya harus putih. 4 Bonga Bonga Warna putih hanya (belang) Kambuh moncong sampai mata Bonga Biasa Kepala dan kaki putih, tubuhnya hitam. Bonga Tua Kepala putih kecuali alis mata, dan warna putih tidak sampai leher. Bonga Dada, leher dan muka Tengek putih, yang hitam alis. Ekor dan kuku putih. 5 Saleko Saleko ta pi Motif bercak bagian pundak, kepala, dada dan perut. Saleko biasa Motif antara putih dan hitam seimbang 6 Lotong boko Hanya terdapat warna hitam di bagian punggung/leher juta juta juta juta juta 200 juta 1 milyar 200 juta 1 milyar 400 juta 1,5 milyar Pembagian jenis kerbau ke dalam strata ini dilihat dari jenis corak dan warna di tubuh kerbau tersebut. Selain jenis kerbau seperti yang ada di table di atas, masih ada satu jenis kerbau lagi aitu Tedong bulan, kerbau yang seluruh badanya full berwarna putih tanpa ada corak hitam di kulit. Kaitan Faktor Sosial Budaya Dengan Nilai Jual Kerbau 1. Faktor Sosial a) Pengaruh Lapisan Sosial Terhadap Nilai Jual Kerbau Orang-orang Toraja membeli kerbau sebagai salah satu bentuk penghargaan dirinya terhadap oranglain, atau dalam istilah lain dikenal sebagai gengsi. Banyak yang beranggapan bahwa sekaya-kayanya seseorang yang tinggal di Toraja, dia tidak akan dianggap sebagai orang yang kaya apabila dia tidak mempersembahkan kerbau belang dengan harga ratusan juta pada saat upacara adat. Gengsi ini pun membuat adanya perbedaan harga kerbau yang sama jika ada dua calon pembeli dari lapisan sosial yang berbeda. Menurut salah seorang penjual kerbau yang sudah 24 tahun berjualan, berat badan atau ukuran kerbau tidak mempengaruhi harga kerbau tersebut. Pembeli kerbau menentukan harga kerbau dari corak dan keunikan kerbau. Semakin unik kerbau tersebut biasanya harga jualnya akan semakin tinggi. Orang-orang dari kelas 1 pun akan membeli kerbau dengan harga yang lebih mahal dibanding kelas 2 atau 3. Hal ini disebabkan karena lebih banyaknya anggaran yang disediakan oleh orang-orang dari kelas 1 dalam menyelenggarakan kegiatan adat. Misalnya untuk membeli seekor Lotong Boko, orang-orang dari kelas 1 bisa membelinya dengan harga 1 milyar, bagi kelas 2 bisa mencapai 700 juta, lalu kelas 3 tidak sanggup membelinya. Kemudian dalam menentukan harga
6 seekor kerbau dari jenis Tedong Sambao pun seseorang dari kelas 1 memungkinkan untuk membeli kerbau tersebut hingga sepuluh juta lebih mahal dari kelas 2 atau 3. b) Pengaruh Status Sosial Terhadap Nilai Jual Kerbau Pada zaman dahulu ketika perbedaan kasta masih begitu terlihat, kerbau belang dengan harga ratusan juta hanya boleh dibeli oleh para bangsawan. Namun pada saat ini saat perekonomian antara kaum bangsawan dan nonbangsawan sudah hampir setara, siapa saja bisa membeli kerbau ini, harganya pun disesuaikan dengan kemampuan pembeli. Setiap kerbau pun memiliki fungsi berbeda yang dipercaya hanya boleh digunakan dalam upacara-upacara tertentu. Pada awalnya pun ada beberapa jenis kerbau yang terlarang dimiliki oleh seorang budak. Namun pada zaman sekarang ini status sosial seseorang berupa bangsawan atau budak sudah tidak begitu mempengaruhi pembelian kerbau. Pembeli kerbau akan menentukan harga kerbau menyesuaikan dengan uang yang dimilikinya, status sosialnya jarang diperhatikan. Selain mempengaruhi nilai jual, status juga turut menentukan jenis kerbau mana saja yang boleh dibeli atau digunakan saat upacara. Misalnya seorang bangsawan boleh membeli semua jenis kerbau, tetapi budak hanya bisa membeli kerbau biasa dan tidak diperkenankan menggunakan kerbau yang belang. c) Pengaruh Peran Sosial Terhadap Nilai Jual Kerbau Pengaruh peran sosial terhadap nilai jual kerbau ini tidak berbeda jauh dengan status sosial. Namun dalam beberapa hal seperti upacara adat, orang yang memiliki peranan penting di daerah tersebut akan mengadakan upacara adat yang lebih mewah dari yang lain, sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli kerbau pun lebih tinggi. Peran sosial juga turut menentukan jenis kerbau yang bisa digunakan saat upacara. Misalnya seorang bangsawan yang memiliki peran sebagai seorang tokoh adat atau Pendamai di Toraja pada saat upacara kematian keluarganya bisa mempersembahkan minimal 24 ekor kerbau dari berbagai strata yang menjadikan almarhum Pendamai tersebut berhak untuk dibuatkan sebuah patung bernama Tau-tau untuk menjaga makam dan penghargaan atas jasanya selama hidup. 2. Faktor Budaya a) Pengaruh Upacara Rambu Solo Jumlah kerbau yang akan dikurbankan pada Rambu Solo tergantung dari strata sosial keluarga yang berduka. Semakin tinggi strata sosial sebuah keluarga, semakin banyak pula jumlah kerbau yang dikurbankan. Untuk keluarga dengan strata sosial menengah, biasanya kurbau yang dikurbankan sebanyak 8-10 ekor ditambah babi sebanyak ekor. Namun untuk keluarga dari kalangan bangsawan, kerbau yang dikurbankan berjumlah sekitar ekor. Dengan demikian tidak mengherankan jika biaya yang digunakan untuk melaksanakan Rambu Solo bisa mencapai 4-5 miliyar rupiah. Sebagian besar dari biaya tersebut digunakan untuk membeli persyaratan hewan kurban ini.
7 Kerbau-kerbau yang menjadi kurban Upacara Rambu Solo ini, akan diarak keliling desa terlebih dahulu sebagai bentuk penghormatan. Kemudian menjelang sore akan diadakan pertarungan kerbau. Setelah acara tersebut baru kemudian kerbau-kerbau ini disembelih. Daging kerbau-kerbau tersebut kemudian dibagikan kepada orang-orang yang telah membantu proses pelaksanaan Rambu Solo. b) Pengaruh Upacara Rambu Tuka Dalam suatu pernikahan, kerbau menjadi suatu alat dalam perjanjian pernikahan. Sebelum kedua pihak keluarga menjalankan suatu pernikahan, terlebih dahulu keduanya berunding untuk persiapan pernikahan. Hal-hal yang dirundingkan oleh kedua keluarga itu antara lain agama, tempat tinggal, serta jumlah persembahan kerbau dan babi. Jumlah persembahan kerbau dan babi ini pada nantinya akan menjadi perjanjian yang harus dibayar jika suatu saat nanti pasangan tersebut bercerai. Dalam acara syukuran kelahiran anak atau pembuatan rumah ini pihak keluarga tidak diharuskan menggunakan kerbau sebagai persembahan. Biasanya persembahan yang diberikan dalam upacara ini hanya babi saja, namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang memiliki kerbau untuk menjadikannya persembahan. Kerbau yang digunakan pun tidak akan lebih dari satu ekor dan hanya jenis kerbau biasa (Tedong Sambao) yang digunakan. c) Pengaruh Mapasilaga Tedong Pada acara adu kerbau, harga kerbau yang termurah pada umumnya adalah 25 juta rupiah. Adu kerbau ini bisa berlangsung di pasar ataupun pada saat rangkaian upacara adat. Hadiah bagi pemenang kerbau ini biasanya sejumlah uang tunai untuk pemilik kerbau, serta si kerbau pun mendapatkan sertifikat yang bisa menaikkan harga jualnya. Biasanya kerbau yang menjuarai pertandingan adu kerbau ini harganya bisa meningkat hingga 25 juta rupiah. Menurut pendapat dari salah seorang peternak kerbau yang sering mengikutsertakan kerbaunya dalam acara adu kerbau ini, kerbau yang dibeli untuk acara adu kerbau ini adalah kerbau khusus yang biasanya berasal dari jenis Tedong Pudu, yang kulit dan tubuhnya berwarna hitam tanpa corak. Peternak ini melatih kerbaunya khusus untuk mengikuti acara adu kerbau. 3. Kaitan Faktor Sosial Budaya dan Nilai Jual Kerbau Dari beberapa faktor sosial dan budaya itu pun dapat terlihat perbedaan antara pembelian dan nilai jual kerbau dari berbagai hal sosial dan jenis kebudayaan yang akan dilaksanakan. Kedua faktor sosial dan budaya ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak bisa dipisahkan. Tabel 2. Penggunaan kerbau berdasarkan upacara No Indikator Upacara Adat Rambu Tuka Rambu Solo 1 Jumlah kerbau 1 ekor > 1 ekor 2 Lama acara Mingguan Tahunan 3 Nilai Jual Kerbau Lebih Mahal Lebih Murah
8 4 Rangkaian kegiatan Doa, hiburan, acara inti, makanmakan Doa, mapasilaga tedong, potong tedong, makanmakan, lelang daging, pemakaman 5 Tujuan Kegiatan Kebahagiaan Kedukaan Tabel 3. Penggunaan kerbau berdasarkan status No Indikator Status Sosial Budak Bangsawan 1 Jenis kerbau yang digunakan Tedong Sambao Tedong Sambao, dalam Upacara Adat (kadang tidak Pudu, Todi, menggunakan Bonga, Saleko, kerbau) Bulan, Lotong Boko 2 Jumlah kerbau yang digunakan 0 3 ekor > 3 ekor dalam Rambu Solo 3 Nilai jual kerbau < 1 milyar > 1 Milyar 4 Perjanjian pernikahan Tidak menggunakan kerbau Menggunakan kerbau 5 Lama mengadakan Rambu Solo 1 3 hari Bisa mencapai tahunan Walaupun dalam kehidupan sehari-hari perbedaan antara masyarakat dengan status bangsawan dan budak tidak begitu terlihat, namun pada saat upacara adat terlihat sangat jelas. Dalam upacara adat kaum bangsawan biasanya dibedakan juga dengan sebuah dekorasi berupa kain merah panjang dengan motif tedong yang membentang di tempat diadakannya acara. 4. KESIMPULAN Ternak kerbau berkaitan dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Toraja. Dalam kehidupan masyarakat Toraja kerbau berkaitan dengan lapisan sosial, status sosial, dan peran sosial. Kerbau juga digunakan dalam berbagai kegiatan adat dan tradisi seperti upacara Rambu Solo, Rambu Tuka, alat tukar, dan mapasilaga tedong. Nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Toraja juga mempengaruhi nilai jual kerbau yang ada di Toraja, masyarakat yang memiliki status dan lapisan sosial tinggi di Toraja akan membeli kerbau dengan nilai yang lebih tinggi. Kerbau yang diperlukan untuk kegiatan adat pun memiliki harga lebih tinggi dari kerbau biasa. 5. DAFTAR PUSTAKA
9 Bo Do, S Kerbau Dalam Tradisi Orang Toraja. Pusat Kajian Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin. Kambuno, D Adat Istiadat, Seni Budaya, Kekayaan Alam. Tana Toraja: Yayasan Lepongan Bulan Liku-Ada, John Aluk To Dolo Menantikan Kristus. Gunung Sopai. Yogyakarta Moleong, J. Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Nasution Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). CV Alfabeta. Bandung. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. Sulaeman, Munandar Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif. Fakultas Peternakan-UNPAD.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Ikrar Mohammad Saleh, Aslina Asnawi Staf Pengajar Bagian Sosial Ekonomi Peternakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan
Lebih terperinciKEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA
KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciKONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja
KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda
Lebih terperincisendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:
Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai
Lebih terperinciBEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) ABSTRACT.
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1): 44-, 13 ISSN. 3-73 BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) Sitti Nurani Sirajuddin 1., S. Baba
Lebih terperinciNILAI-NILAI SOSIAL-EKONOMI KERBAU PENDATANG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT TORAJA
NILAI-NILAI SOSIAL-EKONOMI KERBAU PENDATANG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT TORAJA (Socio-Economic Values of Improted Buffaloes Among Toraja Community) MARTHA B. ROMBE Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.
Lebih terperinciPERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN (The Role of Buffalo in Culture Toraja Ethnic in South Sulawesi) MATHEUS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TERNAK DALAM PENENTUAN HARGA JUAL KERBAU DI DESA SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG (Identification of Livestock Characteristics for Selling Price Determination of Buffaloes
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO
PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO Dina Toding, Indah Rizki, Mic Finanto Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciGambar 1. Upacara Rambu Solo (Thiahn, 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kebudayaan Toraja Kerbau (Bos bubalus) adalah hewan bernilai paling tinggi dalam budaya Toraja. Kerbau yang dalam bahasa setempat disebut tedong atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekaragaman hayati di Indonesia adalah kerbau. Terdapat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam
85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam adat kota Ende, mahar adalah pemberian wajib seorang suami kepada calon istrinya. Jumlah mahar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa
PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing
Lebih terperinciIdentifikasi Sifat...Aditya Paramarta Putrayansyah
IDENTIFIKASI SIFAT KUANTITATIF DAN KUALITATIF PADA KERBAU BELANG JANTAN DEWASA JENIS Bubalus bubalis DI PASAR BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Aditya Paramarta Putrayansyah*, M. Fatah Wiyatna, dan Dedi Rahmat.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TANA TORAJA
PERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TANA TORAJA I.M. ALLOSOMBA Sub Dinas Peternakan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Tana Toraja ABSTRAK Tana Toraja merupakan salah satu tujuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut The Liang Gie dalam Nursid (1981:75) metodologi adalah cara-cara
34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut The Liang Gie dalam Nursid (1981:75) metodologi adalah cara-cara yang dipakai untuk suatu bidang ilmu sebagai studi mengenai asas-asas dasar dari
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA
KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA Daniel Pasambe 1), Sunanto 1), dan M. P. Sirappa 2) 1) Staf Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Staf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang
BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi
Lebih terperinciTANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1
TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan
Lebih terperinciKajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Oleh : Muhamad Arif Susanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuhamadArif347@yahoo.co.id Abstrak:
Lebih terperinciPUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI
PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang
BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk
Lebih terperinciUPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL PADA DAYA TARIK WISATA LEMO, KECAMATAN MAKALE UTARA, KABUPATEN TANA TORAJA
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL PADA DAYA TARIK WISATA LEMO, KECAMATAN MAKALE UTARA, KABUPATEN TANA TORAJA Seriany Tonglo a, 1, I Made Adikampana a, 2 1seriozan1@gmail.com, 2 adikampana@gmail.com a
Lebih terperinciPeran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan)
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 10, 52-57 Peran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan) The Role Of Social Capital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam
Lebih terperinciMANTUNU TEDONG. (Suatu Tinjauan Sosio-Teologis Terhadap Makna Pemotongan Kerbau Dalam Upacara Kematian Di Lembang Seriale)
MANTUNU TEDONG (Suatu Tinjauan Sosio-Teologis Terhadap Makna Pemotongan Kerbau Dalam Upacara Kematian Di Lembang Seriale) Oleh, JERIANTO SALUBONGGA NIM: 712008056 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat
Lebih terperinciMOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG
MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG MOTIVATION OF CITIZENS WHO RUN FOR VILLAGE CHIEF IN THE VILLAGE OF RANDUAGUNG, SUBDISTRICT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciPELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciHOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508
Lebih terperinciKarakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak
Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat Akhmad Sukri 1, Herdiyana Fitriyani 1, Supardi 2 1 Jurusan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram; Jl. Pemuda No 59 A Mataram
Lebih terperinciUKURAN-UKURAN TUBUH KERBAU BELANG TORAJA PADA JENIS KELAMIN DAN UMUR YANG BERBEDA SKRIPSI SATRIYO ARDI
UKURAN-UKURAN TUBUH KERBAU BELANG TORAJA PADA JENIS KELAMIN DAN UMUR YANG BERBEDA SKRIPSI SATRIYO ARDI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN
PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI SELATAN Muhammad Anshar Tenaga Pengajar pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Abstract, This study
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciANALISIS POTENSI RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN PADA UPACARA RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA DI KABUPATEN TORAJA UTARA
ANALISIS POTENSI RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN PADA UPACARA RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA DI KABUPATEN TORAJA UTARA Regina Sheren Silamba 1, Lintje Kalangi 2, Jessy D. L. Warongan 3 1,2,3 Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinciPENERAPAN MODAL SOSIAL PADA UPACARA RAMBU SOLO DI DESA TAGARI KECAMATAN TALLUNGLIPU KABUPATEN TORAJA UTARA
PENERAPAN MODAL SOSIAL PADA UPACARA RAMBU SOLO DI DESA TAGARI KECAMATAN TALLUNGLIPU KABUPATEN TORAJA UTARA SKRIPSI OLEH BORIS CALVIN TANGDIALLA I 311 10 278 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciAnalisis Biaya dan keuntungan...simon pardede
ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA CIGUGUR, KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Simon Pardede* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal
Lebih terperinciREPRODUKSI STEREOTIPE KOMUNIKASI BUDAYA PADA ETNIS TORAJA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT. **Windi Aprianti, **Muh. Najib, ***Marsia Sumule
REPRODUKSI STEREOTIPE KOMUNIKASI BUDAYA PADA ETNIS TORAJA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT **Windi Aprianti, **Muh. Najib, ***Marsia Sumule Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciStudy Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus
STUDI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH ANTARA KAMBING JANTAN BOERAWA DAN PADA MASA DEWASA TUBUH DI DESA CAMPANG KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS Study Characteristics and Body Size between Goats Males
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperincimemasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian
PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain dan selalu membutuhkan bantuan orang lain agar dapat bertahan hidup.
Lebih terperinciSifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A.
Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara (Quantitative and Qualitative Identification of Spotted Mature
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciANALISIS PREFERENSI DAN POLA KONSUMSI DAGING KERBAU PADA KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN PANDEGLANG
ANALISIS PREFERENSI DAN POLA KONSUMSI DAGING KERBAU PADA KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN PANDEGLANG Burhanuddin, S. Masithoh & J. Atmakusuma Junrsan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciLAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Pertanyaan Asal anda darimana? Sejak usia berapa anda mulai memahami mengenai adat Toraja? Apakah keluarga anda masih menjalankan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia
Lebih terperinciSkripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy
MAKNA TRADISI ADAT BARANYUN BAGI SUKU DAYAK BALANGIN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS MASYARAKAT DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Skripsi diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciberagam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor)
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 216 (66-74) Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor) Esa Khoirinnisa,
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul
Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul Oleh : Etmi Amaneti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa amanetyetmi@gmail.com
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2010
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia
Lebih terperinciPERANAN LEMBAGA ADAT PAKPAK DAIRI SULANG SILIMA MARGA ANGKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA BELANG MALUM TAHUN Disusun oleh:
PERANAN LEMBAGA ADAT PAKPAK DAIRI SULANG SILIMA MARGA ANGKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA BELANG MALUM TAHUN 2011 Disusun oleh: Andre Jose Arvin Sijabat 100906056 Dosen Pembimbing: Husnul Isa Harahap S.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciPengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong
Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong Tanrigiling Rasyid 1, Sofyan Nurdin Kasim 1, Muh. Erik Kurniawan 2 1 Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG KARTU KEPEMILIKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN DAGING DAN HEWAN POTONG SERTA HASIL IKUTANNYA DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain seorang peneliti harus memiliki cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sapi peranakan ongole
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita
PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany
ANALISIS HUBUNGAN FUNGSI PEMASARAN DENGAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGECER SUSU SEGAR DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG Rika Destriany*, Maman Paturochman, Achmad Firman Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,
35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar artinya dan perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.
1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris atau istilah ini
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris atau istilah ini dipopulerkan oleh Fakultas Syari ah UIN Malang dengan istilah sosio-hukum, yaitu penelitian
Lebih terperinciANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)
ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN
HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN Yulita Atik Marchita, Asih Widi Lestari Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Lebih terperinciPEMENTASAN WAYANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HEPATITIS B DI INDONESIA
PEMENTASAN WAYANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HEPATITIS B DI INDONESIA Oleh : Ni Made Meilani Dewasa ini, hepatitis menjadi suatu permasalahan global, utamanya hepatitis B.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Agung Gilang Pratama*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,
Lebih terperinci