BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 54 BAB III METODE PENELITIAN Bab tiga menguraikan pokok bahasan yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, prosedur penelitian, prosedur program intervensi dan teknik analisis data. A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang objektif (Creswell, 2012, hlm. 16). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi. Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabelvariabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309). Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretestpostest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian

2 55 belajar siswa pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, dan selanjutnya diberikan post test. (Creswell, 2012, hlm. 310). Adapun skema desain penelitian sebagai berikut. Tabel 3. 1 Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design Pre- and Posttest Design Time Control Group Pretest No Treatment Posttest Eksperimental Group Pretest Eksperimental Treatment Posttest Keterangan: Control Group = Kelompok kontrol Eksperimental Group = Kelompok eksperimen No Treatment = Tanpa perlakuan Eksperimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310) B. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. Perlakuan diberikan melalui strategi self-management. 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah siswa yang berada ditingkat kelas VIII (delapan) di MTs Negeri Ciparay Tahun Ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu dengan menggunakan pengambilan secara purposive sampling yakni sampel diambil berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang memiliki keterkaitan dengan

3 56 populasi yang yang sudah ditentukan sebelumnya. Penetapan sampel penelitian menggunakan teknik nonprobability sampling penelitian yang dilakukan tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi dengan jenis purposive sampling karena sampel ditentukan yaitu siswa yang teridentifikasi kemandirian rendah. Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung sebagai berikut: a. Sebagai populasi, pemilihan siswa kelas VIII (delapan) berdasarkan asumsi bahwa siswa kelas VIII (delapan) merupakan bagian dari masa remaja dengan berbagai macam peningkatan beban akademis sehingga penting untuk mengembangkan kemandirian belajar. b. Sampel dipilih secara acak dengan menggunkaan ukuran sampel Tabel Kretjie dari seluruh kelas VIII (delapan ) MTs Negeri Ciparay Tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 169 siswa, sehingga didapatkan kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelompok control. c. Penelitian mengenai pengembangakn kemandirian belajar melalui strategi self-management belum pernah dilakukan di MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. Penentuan sampel siswa yang berada pada kategori rendah, sedang, dan tinggi di sekolah diperoleh melalui penghitungan secara menyeluruh terhadap hasil penyebaran angket terhadap siswa dan menentukan kategori mengenai kemandirian dengan rumus tersaji pada tabel 3.2 Tabel 3.2 : Kategorisasi Kemandirian Belajar Kriteria Kemandirian Belajar Rentang Tinggi X > 119 Sedang 79 < X 119 Rendah X 79

4 SKOR RATA-RATA 57 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil pengukuran kemandirian belajar untuk kelas VIII dari enam kelas dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini : Tabel 3.3 : Penetapan Sampel Penelitian Kelas VIII Kelas Skor kemandirian Kategori belajar skor Penetapam sampel B 96,87 Sedang Kelompok kontrol C 122,20 Tinggi - D 120,37 Tinggi - E 126,38 Tinggi - F 107,93 Sedang Kelompok eksperimen G 131,37 Tinggi - Jika digambarkan dalam grafik kondisi kemandirian belajar siswa kelas VIII di Mts Negeri Ciparay Kabupaten Bandung tersaji dalam grafik sebagai berikut: KONDISI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII B C D E F G K.Emosional K.Perilaku K.Nilai KELAS K.Emosional K.Perilaku K.Nilai Keterangan Kategorisasi peraspek kemandirian belajar :

5 58 kemadirian emosi kemandirian perilaku kemandirian nilai T: T: T: S: S: S: R: R: R: Grafik. 3.1 Kondisi Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII Berdasarkan data di atas, tampak bahwa pada kelas VIII B dan VIII F menunjukkan grafik lebih rendah dibandingkan kelas lain. Pada kelas F aspek kemandirian emosional ada pada kategori rendah, aspek kemandirian perilaku ada pada kategori sedang. Sedangkan aspek kemandirian nilai ada pada kategori tinggi. Aspek kemandirian emosional ditunjukkan dengan keyakinan siswa terhadap motivasi diri sebagai idealism, pandangan siswa terhadap orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas, memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab. Aspek kemandirian perilaku ditunjukkan dengan pengambilan konsekuensi dari setiap keputusan, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerja keras dengan idealismenya, menunjukkan keberanian dalam mengemukakan ide atau gagasan. Aspek kemandirian nilai ditunjukkan dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan, bertindak sesuai dengan aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain. Kelas VIII F ditetapkan sebagai kelompok eksperimen atas pertimbangan : 1) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru bidang studi menyatakan bahwa kelas VIII F secara ketepatan dalam mengumpulkan tugas termasuk dalam kategori kurang disiplin dibandingkan dengan kelas VIII B. 2) Dari studi dokumentasi terkait ketaatan siswa terhadap aturan sekolah tergolong rendah sehingga berdampak pada kesadaran dan kemandirian siswa untuk belajar. 3) Dari nilai rata-rata beberapa mata pelajaran menunjukkan bahwa kelas VIII F rendah jika dibandingkan kelas VIII lainnya.

6 59 C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian dengan cara menggunakan angket kemandirian belajar, untuk melihat gambaran mengenai kemandirian belajar dan melakukan studi pustaka dengan membaca, menelaah, mempelajari dan mengutip berbagai pendapat sebagai sumber analisis dan interpretasi. D. Instrument Pengumpulan Data 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Kemandirian Belajar Esensi kemandirian belajar adalah perubahan perilaku atas dasar inisiatif individu tanpa bergantung dengan orang lain yang meliputi aspek emosional, perilaku dan nilai. Dimensi kemandirian emosional ditunjukkan dengan keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme, memandang orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri), memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab. Dimensi kemandirian perilaku ditunjukkan dengan kemampuan mengambil konsekuensi dari setiap keputusan, kemampuan menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerja keras dengan idealismenya, keberanian dalam mengemukakan ide dan gagasan. Kemandirian nilai ditunjukkan dengan kemampuan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,

7 60 kemampuan bertindak sesuai aturan yang dapat dipertanggung jawabkan, kemampuan mengevaluassi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain. Secara operasional yang dimaksud kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini adalah respon siswa kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung tahun ajaran 2014/2015 terhadap pernyataan tertulis tenatang perubahan perilaku atas dasar inisiatif individu tanpa bergantung pada orang lain yang meliputi dimensi emosional, perilaku dan nilai sebagai berikut : 1) Kemandirian emosional a) Keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme. b) Kemampuan memandang orang tua sebagai support motivasi belajar. c) Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri). d) Kemampuan memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab. 2) Kemandirian perilaku a) Kemampuan mengambil konsekuensi dari setiap keputusan b) Kemampuan menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerjakeras dengan idealismenya. c) Keberanian dalam mengemukakan ide dan gagasan. 3) Kemandirian nilai a) Kemampuan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan. b) Kemampuan bertindak sesuai aturan yang dapat dipertanggungjawabkan.

8 61 c) Kemampuan mengevaluassi kembali keyakina dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain. b. Strategi Self-management Self-management merupakan suatu strategi yang digunakan oleh peneliti untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa kelas VIII (delapan) MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung Tahun 2014/2015 yang diharapkan melalui teknik pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) dan merupakan keterkaitan cognitive, behavior, serta affective dengan susunan sistematis berdasarkan kaidah pendekatan cognitive-behavior sebagai berikut. 1) Pemantauan diri (Self-monitoring), merupakan suatu proses konseli mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. 2) Reinforcement yang positif (self-reward), digunakan untuk membantu konseli mengatur dan memperkuat perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkannya sendiri. 3) Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control), menekankan pada penataan kembali atau modifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus (cues) atau anteseden atau respon tertentu. 4) Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), salah satunya adalah siswa membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan yang ingin dilakukannya. 2. Pengembangan Instrument Penelitian

9 62 Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala kemandirian belajar, digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemandirian belajar peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti proses bimbingan melalui strategi self-management. a. Pengembangan Kisi-kisi Instrument Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan angket berupa skala kemandirian belajar, digunakan untuk memperoleh gambaran kemandirian belajar sebelum dan sesudah mengikuti proses bimbingan belajar. Instrumen kemandirian belajar peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang kemandirian belajar merujuk pada aspek kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai yang dikembangkan oleh Steinberg (2004. hlm 288). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket yaitu dengan cara memberikan sejumlah pernyataan tertulis kepada responden yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang diteliti. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket terstruktur) artinya angket yang disajikan dalam bentuk sedemikia rupa sehingga responden diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist ( ). Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekolompok orang terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Setelah dilakukan uji coba angket terdapat beberapa perubahan pada kisi-kisi instrumen disajikan dalam Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Belajar Siswa ASPEK INDIKATOR SEBARAN NO. ITEM + -

10 63 ASPEK Kemandirian emosional (emosional autonomy) Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) Kemandirian vnilai (value autonomy) INDIKATOR a. Siswa memiliki keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme b. Siswa memandang orang tua sebagai support motivasi belajar c. Siswa memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri) d. Siswa memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab a. Siswa mampu mengambil konsekuensi dari setiap keputusan b. Siswa menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerjakeras dengan idealisme nya c. Siswa menunjukkan keberanian dalam mengemukakan ide dan gagasan a. Siswa mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan b. Siswa bertindak sesuai aturan yang dapat dipertanggung jawabkan c. Siswa mengevaluasi kembali keyakina dan nilainilai yang diterima dari orang lain SEBARAN NO. ITEM + - 1, 2 21, , 4 23, , 6 25, , 8 27, , 10 29, , 12 31, , 14 33, , 16 35, , 18 37, , 20 39, 40 4 b. Pedoman Skoring Skor dalam setiap penyataan pada alternatif jawaban diberi skor, sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2 dan sangat tidak sesuai = 1. Skor

11 64 kedisiplinan merupakan jumlah dari semua jawaban responden yang dikonversikan kedalam data rank, secara rinci konversi jawaban responden, tersaji pada tabel 3.5 Tabel 3.5: Konfersi Jawaban Responden 1 Mewakili jawaban sangat tidak sesuai 2 Mewakili jawaban tidak sesuai 3 Mewakili jawaban sesuai 4 Mewakili jawaban sangat sesuai Semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa dan semakin rendah alternatif jawaban siswa maka semakin rendah pula tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa. c. Uji Keterbacaan Item Sebelum instrument kemandirian belajar diuji validitasnya, instrument tersebut diuji keterbacaannya kepada sampel setara yaitu kepada 10 (sepuluh) orang siswa MTs Negeri Ciparay dan kepada 1 guru Bahasa Indonesia MTs Negeri Ciparay, untuk mengulur keterbacaan instrument tersebut. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, maka pernyataan-pernyataan yang kurang difahami kemudian direvisi sesuai kebutuhan sehingga dapat difahami oleh siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung dan kemudian dilakukan uji Validitas. d. Uji Validitas Item Uji validitas menggunakan rumus rank sparman dengan cara mengkolerasikan skor butir item dengan skor total yang diperoleh oleh setiap responden yang berjumlah 168 orang. Butir item dikatakan valid jika harga signifikansi untuk koefisien validitas item lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan dari 40 butir

12 65 item yang diuji validitasnya dua butir item yang tidak valid yaitu butir item no 21 dan 25. Sedangkan 38 butir item semua menunjukkan signifikan pada p < 0,05. Koefisien validitas merentang dari 0, 151 sampai e. Reliabilitas Uji realibilitas instrumen menggunakan metode split half metod reliability. Teknik yang digunakan adalah kolerasi rank yaitu mengkolerasikan skor total item-item ganjil genap. Hasil menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,707, hasil ini hanya menunjukkan realibitas separo/sebagian instrumen. Untuk mengetahui keseluruhan instrument menggunakan sparman brown prophecy formula, dengan hasil 0, Capaian coeffisien realiabitas dapat dilihat pada tabel 3.6 Tabel 3.6 : Coeffisien Realiabitas Evaluating Realibility Coefficient Very high > 90 High Acceptable Moderate Acceptable Low < 90 Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrument kemandirian belajar siswa, berada pada kategori tinggi, artinya instrument yang digunakan sudah cukup baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. E. Prosedur Penelitian Secara umum prosedur penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, diantaranya : 1. Tahap pendahuluan

13 66 a. Melakukan permohonan izin kepada bagian akademik sekolah Pasca Sarjana UPI untuk melakukan penelitian di MTs Negeri Ciparay kabupaten Bandung. b. Melakukan perijinan ke MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. 2. Tahap pelaksanaan a. Melakukan kontrak kerja dengan sampel dalam mengikuti setiap tahapan intervensi. b. Membentuk kelompok eksperimen untuk mendapatkan perlakuan strategi self-management. c. Melaksanakan pre-tes untuk mengetahui profil kemandirian belajar siswa kelas VIII (delapan) MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung Tahun ajaran 2014/2015. d. Menerapkan program intervensi strategi self-management. Pelaksanaan intervensi strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa di MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung berlangsung selama IX (Sembilan) sesi. Strategi selfmanagement diikuti oleh 28 siswa dengan kategori kemandirian rendah, sedang dan tinggi. Pada setiap akhir sesi, dilakukan dengan kegiatan refleksi yang dilanjutkan dengan pengisian lembar kerja (work sheet) siswa. Lembar kerja berfungsi sebagai alat evaluasi untuk meninjau setiap sesi. Berikut tabel jadwal kegiatan strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa. Tabel 3.7: Jadwal kegiatan strategi self-management Hari tanggal pelaksanaan Strategi Jumlah sampel yang mengikuti Sesi 4 Mei 2015 Self-management 28 siswa 1 8 Mei 2015 Self-management 28 siswa 2 11 Mei 2015 Self monitoring 27 siswa 3 18 Mei 2015 Self monitoring 27 Siswa 4 25 Mei 2015 Stimulus control 25 siswa 5

14 67 Hari tanggal pelaksanaan Strategi Jumlah sampel yang mengikuti Sesi 27 Mei 2015 Self-contracting 25 siswa 6 3 Juni 2015 Self-reward 25 siswa 7 Self monitoring, 8 Juni 2015 stimulus control, selfreward, self-contracting 25 siswa 8 Self monitoring, 15 Juni 2015 stimulus control, selfreward, self-contracting 25 siswa 9 e. Melaksanakan post-test 3. Tahap penutup a. Mengukur efektivitas hasil penerapan strategi self-management dengan membandingkan profil kemandirian belajar pada kondisi pre-test dan post test. b. Menganalisis hasil penelitian dan menuangkannya dalam sebuah tesis. F. Prosedur Program Intervensi 1. Program Strategi Self-management untuk mengembangkan Kemandirian Belajar Siswa Berikut ini merupakan rancangan program intervensi penggunaan strategi self-management dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa kelas VIII (delapan) MTs Negeri Ciparay kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015. a. Rasional Remaja sebagai individu yang sedang dalam pencarian identitas diri cenderung untuk melepaskan diri sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orang tuanya. Remaja mendambakan untuk diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Monks, dkk (1996, hlm. 272) menyatakan bahwa usaha untuk melepaskan diri dari orang tua ini disebut kemandirian yang ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah

15 68 laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Kemandirian belajar dalam hal ini adalah kemandirian menurut Steinberg, (2014, hlm. 288), bahwa remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting. Kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua disebut kemandirian emosional (emotional autonomy), kemampuan mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut disebut kemandirian behavioral (behavioral autonomy), serta kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidakpenting disebut kemandirian nilai (values autonomy). Wedmeyer (1973) dalam Nurhayati (2011, hlm. 61) menjelaskan kemandirian belajar adalah cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung jawab, dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merenc anakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajarnya. Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Selama masa remaja tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika direspon secara tidak tepat bisa saja menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perkembangan psikologi remaja,karena seringkali remaja mengalami kebingungan dalam mengelola dirinya. Bagi remaja mengembangkan kemandirian belajar merupakan hal yang penting untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Menjadi remaja yang mandiri adalah remaja yang mampu menentukan dan mengelola diri sendiri yang merupakan salah satu tugas perkembangan fundamental masa remaja. Guru Bimbingan dan konseling berperan mengembangkan atau menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan kemandirian individu. Menurut Kartadinata (2011, hlm. 54) esensi tujuan bimbingan dan

16 69 konseling adalah memandirikan individu ; kemandirian adalah tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling bertugas memfasilitasi individu menguasai perilaku jangka panjang yang diperlukan di dalam kehidupannya, dalam mengambil keputusan sosial-pribadi, pendidikan, dan karir. Kemandirian belajar merupakan bagian penting dari proses edukasi pembentukan insan yang sadar akan nilai pentingnya menyiapkan diri bagi kehidupan yang akan datang; sadar akan tuntutan dan tantangan yang bakal dihadapinya di masa yang akan datang. Jadi, kemandirian belajar jauh melampaui pengertian mengajar dalam arti mentransfer pengetahuan kepada generasi yang masih muda dan labil, tapi lebih dari itu memiliki nilai edukasi yang berkepentingan dengan pembentukan tanggung jawab pribadi dalam tugas belajar dan penumbuhkembangan kemampuan dan kebertahanan diri sebagai pribadi yang sukses di masa yang akan datang. Penciptaan kultur belajar tentu membutuhkan proses yang panjang, sebagaimana telah dikemukakan di atas, kemandirian bukanlah merupakan merupakan hasil dari proses internalisai atau otoritas, melainkan suatu proses pengembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia. Kemandirian yang sehat adalah kemandirian yang sesuai dengan hakikat manusia (Kartadinata, 2011, hlm ). Dengan demikian upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa, tentunya membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Salah satu peran Bimbingan dan Konseling untuk membantu meningkatkan kemandirian belajar adalah dengan menggunakan strategi yang dipandang sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan remaja. Strategi yang dipandang relevan adalah strategi self-management yang dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1991, hlm. 519) Self-management is a process in which client direct their own behavior change with any one therapeutic strategy or a combination strategies. Dan dapat diartikan Self nanagement adalah suatu proses dimana klien mengarahkan sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi.

17 70 Self-management merupakan salah satu model dalam pendekatan cognitive-behavior. Strategi Self-management meliputi pemantauan diri (selfmonitoring), reinforcement yang positif (self-reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap ransangan (stimulus control ) (Gunarsa, 2000, hlm ). Pengaruh teori kognitif pada masalah-masalah self-management disebabkan oleh kesalahan konstruksikonstruksi atau kognisi-kognisi yang lain tentang dunia atau orang-orang di sekitar kita atau diri kita sendiri. Self-instructional atau menginstruksi diri sendiri pada hakikatnya adalah bentuk restrukturisasi aspek kognitif. Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 517) bahwa dalam self-management yang membantu konseli secara profesional untuk lebih memahami proses yang terjadi secara alami (terutama perilaku dan psikologis) yang diyakini memiliki pengaruh besar terhadap perilaku atau respon yang telah menjadi masalah bagi konseli. Oleh karena itu dalam meningkatkan kemandirian belajar melalui strategi self-management perubahan tingkah laku lebih banyak dilakukan, dirancang, diproses oleh subyek yang bersangkutan, bukan diarahkan apalagi dipaksanakn oleh pengubah. b. Kompetensi yang Dikembangkan Steinberg (2004, hlm. 288) mengungkapkan dengan kalimat : Independence generally refers to individual s capacity to be have on their own. Artinya kemandirian mengacu kepada kapasitas individu untuk memperlakukan dirinya sendiri. Hubungan kemandirian dengan belajar menekankan kapasitas individu untuk memperlakukan dirinya sendiri dalam aktivitas belajar tanpa tergantung kepada orang lain. Steinberg (2004, hlm. 288) membagi kemandirian ke dalam tiga aspek yaitu : 1) Kemandirian emosional (emosional autonomy)

18 71 Emosional autonomy relates to emotions, personal feelings and how we relate to people around us (Otonomi emosional berkaitan dengan emosi, perasaan pribadi dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di sekitar kita). Menurut Silverberg dan Steinberg (Steinberg, 2014, hlm ) ada empat aspek kemandirian emosional, yaitu. a) Sejauh mana remaja mampu melakukan de-idealized terhadap orang tua, de-idealized, yakni kemampuan remaja untuk tidak mengidealkan orang tuanya. Maksudnya tidak memandang orang yang idealis dan sempurna. b) Sejauh mana remaja mampu memandang orang tua sebagai orang dewasa umumnya (parents as people), parents as people, yakni kemampuan remaja dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya c) Sejauh mana remaja tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan emosional orang lain (non dependency), dan nondependency, yakni suatu derajat di mana remaja tergantung kepada dirinya sendiri dari pada kepada orang tuanya untuk suatu bantuan. d) Sejauh mana remaja mampu melakukan individualisasi di dalam hubungannya dengan orang tua. Individuasi berarti berperilaku lebih bertanggung jawab. Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri tentang dirinya, menunjukkan perilaku yang lebih bertanggung jawab. 2) Behavioral autonomy (Kemandirian perilaku) Behavioral autonomy is related to behaviors. It refers to the ability to make decisions independently an to follow through on these decisions which action. (Otonomi perilaku berhubungan dengan perilaku. Hal ini mengacu pada kemampuan untuk membuat keputusan secara independen

19 72 untuk menindaklanjuti melalui sebuah tindakan). Menurut Steinberg (2014, hlm ) ada tiga domain kemandirian perilaku (behavioral autonomy) yang berkembang pada masa remaja. a) Changes in decision-making abilities. Memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh : 1) Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya. 2) Memilih alternative pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain. 3) Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. b) Changes in compormity and susceptibility to the influence of other. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh : 1) Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas. 2) Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan. 3) Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. c) Changes in feelings of self-reliance. Memiliki rasa percaya diri (self reliance) yang ditandai oleh : 1) Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di sekolah. 2) Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah. 3) Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya. 4) Berani mengemukakan ide atau gagasan. 3) Kemandirian Nilai (value autonomy)

20 73 Value autonomy means having independent attitudes and belief s regarding, spirituality, politic, and moral (Otonomi Nilai berarti memiliki sikap independen dan keyakinan mengenai, spiritualitas, politik, dan moral). Tiga perubahan yang teramati pada masa remaja. a) Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstract belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah remaja mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai. b) Keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prisip (principled belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah : 1) Berpikir. 2) Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai. c) Keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri remaja sendiri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tuanya atau orang dewasa lainnya (independent belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah : 1) Remaja mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain. 2) Berpikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri. 3) Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri. Self-management adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dalam prosesnya individu mengarahkan perubahan perilakunya sendiri dengan suatu Strategi (Cormier & Cormier' 1985:519). Sedangkan kemandirian belajar adalah suatu gambaran di mana individu memiliki keterampilan belajar dan motivasi diri untuk melakukan aktivitas belajar. Sehingga intervensi self-management adalah

21 74 membantu konseli dalam menentukan inisiatifnya sendiri untuk mencapai kemandirian fungsi yang diinginkan untuk melakukan aktivitas belajar. c. Tujuan Tujuan layanan bimbingan dan konseling dengan strategi self-management untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa yang dimaksud menggunakan rumusan kemadirian belajar berdasarkan konsep Steinberg yang meliputi aspek kemandirian emosional, aspek kemandirian perilaku dan aspek kemandirian nilai dengan tujuan untuk menguji secara empirik efektivitas Strategi self-management dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa. d. Asumsi 1) Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-kepitusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Monks, dkk (1996, hlm. 272). 2) Pendidikan bertujuan membantu manausia mencapai realisasi diri, menemukan dirinya sendiri sebagai makhluk individual, sosial dan makhluk Tuhan. 3) Bimbingan dan konseling bertolak dari suatu pandangan yang melihat manusia itu sedang berada dalam proses menjadi (becoming) untuk menemukan keberadaan dan kebermaknaan hidup (being). Implikasi pemikiran ini ialah bahwa tujuan bimbingan dan konseling tidak semata-

22 75 mata bersifat terapeutok-klinis tapi lebih bersifat preventif dan pengembangan. (Blocher dalam Beck dalam Kartadinata, 2011, hlm. 49). 4) Dalam menghampiri masalah kemandirian, tujuan bimbingan yang bersifat pengembangan lebih penting dari pada tujuan teurapeutik atau klinis. Ini bertolak dari asumsi bahwa kemandirian tumbuh dalam proses individuasi yang terwujud dalam interaksi yang sehat. (Kartadinata, Hlm. 49). 5) Kemandirian adalah sebuah proses perkembangan, terbentuk melalui proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Sebagai upaya pedagogis, bimbingan dan konseling bertugas mengembangkan atau menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan kemandirian individu dan hubungannya dengan kehidupan orang lain dan dunianya. Esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah memandirikan individu ; kemandirian (autonomy) adalah tujuan bimbingan dan konseling. (kartadinata, Hlm. 54). 6) Perubahan tingkah laku yang didasarkan pada kemauan, kesadaran dan kemampuan individu sendiri akan lebih tahan lama. Karena individu menganggap bahwa keberhasilan tersebut bukan terjadi atas usahanya sendiri dan ada campur tangan orang lain yang berupa stimulus lingkungan, tetapi usaha diri sendirilah yang lebih berpengaruh. (Cormier & Cormier dalam Lutfi Fauzan), strategi konseling self management. e. Kompetensi Pelaksana Program Agar tujuan program tercapai maka guru bimbingan dan konseling hendaknya memenuhi kualifikasi sebagai berikut: 1) Tingkat Pendidikan. Guru bimbingan dan konseling sebagai fasilitator dalam mengembangkan strategi self-management hendaknya berlatar

23 76 berlakang sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (S1 BK). Fasilitator dengan latar belakang pendidikan tersebut diharapkan telah menguasai kompetensi dasar guru bimbingan dan konseling sekolah meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. 2) Jenis Pengetahuan dan Keterampilan. Selain memiliki latar belakang pendidikan sarjana bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling sebagai fasilitator dalam mengembangkan strategi selfmanagement untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa hendaknya memiliki pengetahuan tentang karakteristik perkembangan siswa SMP/MTs berserta tugas perkembangannya, pengetahuan tentang karakter siswa SMP/MTs, pengetahuan tentang strategi self-management dan langkah-langkah pelaksanaannya. Disamping itu guru bimbingan dan konseling harus terampil dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 521) bahwa beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi self-management, yakni sebagai berikut. 1) Mempertimbangkan gaya hidup, keyakinan, pola perilaku, dan prioritas pribadi dalam menilai kegunaan self-management. 2) Menyesuaikan dengan latar belakang dan budaya individu. 3) Menemukan pandangan individu dan mempertimbangkan relevansi selfmanagement berdasarkan persepsinya. 4) Mempertimbangkan relevansi self-management terhadap tujuan individu yang dibimbing untuk membantu kehidupan individu yang dibimbing. 5) Mempertimbangkan akses individu yang dibimbing.

24 77 f. Sasaran Program Strategi self-management dikembangkan untuk memfasilitasi siswa Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung untuk mengembangkan kemandirian belajar. Penjaringan siswa dilakukan dengan penyebaran angket kemandirian belajar yang dilaksanakan pada bulan april tahun 2015 di MTs N Ciparay Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil pengolahan data, tampak bahwa pada kelas VIII B dan VIII F menunjukkan tingkat kemandirian lebih rendah dibandingkan kelas lain. Pada kelas F aspek kemandirian emosional ada pada kategori sedang, aspek kemandirian perilaku ada pada kategori sedang. Sedangkan aspek kemandirian nilai ada pada kategori tinggi. Aspek kemandirian emosional ditunjukkan dengan keyakinan siswa terhadap motivasi diri sebagai idealism, pandangan siswa terhadap orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas, memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab. Aspek kemandirian perilaku ditunjukkan dengan pengambilan konsekuensi dari setiap keputusan, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerja keras dengan idealismenya, menunjukkan keberanian dalam mengemukakan ide atau gagasan. Aspek kemandirian nilai ditunjukkan dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan, bertindak sesuai dengan aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain. Rancangan penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian quasi eksperiment. Terdapat 2 (dua) kelompok yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang menjadi kelompok eksperimen adalah kelas VIII F, sedangkan yang menjadi kelompok kontrol adalah kelas VIII B. Pertimbangan dasar memilih kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen karena dari hasil pengamatan diketahui secara umum prestasi belajar

25 78 siswa ada di bawah rata-rata kelas lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku, siswa datang terlambat ke sekolah, siswa yang membolos, tidak mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru, tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan. Sedangkan pertimbangan dasar kelas VIII B dijadikan sebagai kelompok control adalah, karena dari hasil pengamatan diketahui secara umum siswa sering tidak mengerjakan tugas di kelas yang diberikan guru. Sehingga dapat diketahui bahwa di kelas VIII B rata-rata kemandirian belajarnya cukup baik. g. Evaluasi Program Berdasarkan tujuan dari program penyusunan program intervensi penggunaan strategi self-management untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa, maka penilain program lebih difokuskan pada evaluasi hasil yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut. 1) Pengaruh layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui strategi self-management yang mencakup teknik self monitoring, self-reward, self contract dan stimulus control. 2) Respon siswa terhadap intervensi yang dilaksanakan. 3) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari aspek perilaku yang dikembangkan dalam program. Program intervensi strategi self-management perubahan perilaku diantaranya. memiliki indikator 1) Siswa mampu mencatat perilaku dirinya sehingga dapat memonitor perilaku yang perlu dan tidak perlu. 2) Siswa mampu mengganjar perilaku yang diharapkan sehingga dapat menguatkan perilaku yang muncul tersebut.

26 79 3) Siswa mampu melakukan perjanjian dengan dirinya untuk dapat mengembangkan perilaku yang diharapkan. 4) Siswa mampu melakukan kontrol terhadap perilaku dari stimulus yang tidak diharapkan. 2. Langkah-langkah Intervensi Self-management Pengembangan program merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian. Untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan strategi self-management melalui tahapan program self-management Cormier (2009, hlm. 524) sebagai berikut.

27 80 Tahapan dalam mengembangkan Program Strategi self-management Langkah 1 Siswa mengidentifikasi dan mencatat sasaran perilaku, mengendalikan anteseden (kejadian atau peristiwa) dan konsekuensi ; perkiraan keyakinan dalam mencapai perilaku sasaran Langkah 2 Siswa mengidentifikasi perilaku yang diharapkan tentang arah perubahan (tujuan); perkiraan keyakinan dalam mencapai tujuan Langkah 3 Konselor menjelaskan kemungkinan teknik self-management Langkah 4 Siswa memilih satu atau lebih teknik self-management dari indikator yang menjadi prioritas dalam bimbingan Langkah 5 Siswa secara lisan berkomitmen untuk melaksanakan langkah-langkah Langkah 6 Konselor memberi contoh dan instruksi strategi yang dipilih Langkah 7 Siswa mengulangi teknik yang dipilih Langkah 8 Siswa menggunakan strategi terpilih dalam kehidupan Langkah 9 Siswa mencatat penggunaan strategi dan tingkat perilaku sasaran Langkah 10 Data siswa diamati oleh konselor dan siswa secara berkelanjutan merevisi program Langkah 11 Membuat catatan dan menyajikan pada diri dan penguat lingkungan untuk kemajuan siswa

28 81 Struktur 3.1 : Tahapan Pengembangan Strategi Self-management Penjelasan untuk setiap tahapan perlakuan adalah sebagai berikut : a. Tahap Awal Pada tahapan awal ini sebelum tahapan perlakukan dilaksanakan, perlu diberikan pendekatan kepada subjek yaitu pembentukan hubungan baik, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan strategi self-management. Tujuan yang diharapkan pada tahap awal adalah membangun hubungan dengan siswa, menggali informasi secara umum dan siswa memahami tujuan strategi self-management. Dalam kegiatan ini konselor memberi penjelasan tentang apa yang akan dimonitor yaitu kemandirian belajar. Selanjutnya konselor menjelaskan strategi self-management, tujuan strategi dan prosedur selfmanagement. b. Tahap Pertama dan Kedua Dengan Alokasi Waktu 1x60 menit Pada tahap ini siswa mengidentifikasi, mencatat perilaku sasaran, mengontrol sebab akibatnya serta perilaku yang diharapkan arah perubahannya serta pemberian rasional strategi self-management. Tujuan yang ingin dicapai adalah 1) Siswa mampu menentukan tujuan yakni mengembangkan kemandirian belajar, juga mampu menggunakan waktu yang tersedia untuk mengidentifikasi perilaku sasaran, sebab akibatnya dari perilaku yang kurang mandiri. 2) Siswa memahami tujuan dari strategi self-management. c. Tahap Ketiga dan Keempat dengan Alokasi Waktu 1x60 menit Tahap ini bertujuan agar siswa memahami strategi pemantauan diri (self monitoring), kontrak diri (self-contracting dan penghargaan diri (self-

29 82 reward). Selanjutnya siswa mampu memilih satu atau lebih strategi dan mampu menyatakannya secara verbal serta siswa juga mengetahui secara lengkap gambaran pelaksanaan strategi yang dipilihnya. Kegiatan ini mengagendakan tahapan penjelasan arah self-management, menyeleksi satu atau lebih strategi serta memberi contoh strategi yang dipilih. Rincian pelaksanaannya adalah sebagai berikut : self monitoring akan dilaksanakan dengan pencatatan menggunakan media papan evaluasi dalam kertas HVS. Papan evaluasi digunakan sebagai alat untuk membantu siswa dalam menentukan usaha yang ditargetkan secara eksplisit, untuk mencatat respon juga sebagai peta respon jumlah frekuensi keberhasilan. Dalam papan kertas ini berisi nama masing-masing siswa, frekuensi perilaku sasaran, peristiwa, dialog internal, faktor perilaku, tingkat dorongan dan kemampuan mengatasi situasi. Papan evaluasi ini berfungsi sebagai bentuk pengendali dan penguat perilaku, dan sebagai self-reward bagi konseli untuk memperkuat atau menambah respon yang diinginkan sehingga dapat mempercepat target tingkah laku.

30 83 Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Tanggal Pelaksanaan bimbingan : Petunjuk mengisi Jenis Kelamin : Tabel 3.8: Contoh Tabel Lembar Kerja siswa FORMAT SELF MONITORING KEMANDIRIAN Pertemuan Ke 3 dan 4 : Lengkapi kolom dibawah ini berdasarkan peristiwa atau kejadian yang pernah kamu alami. Dan berikan peringkat 1-10 (semakin rendah menunjukkna perilaku negatif, semakin tinggi perilaku positif) pada kolom tingkat dorongan dan kemampuan mengatasi masalah No Frekuensi perilaku sasaran Peristiwa 1 Saya memiliki keyakinan terhadap motivasi diri sendiri sebagai idealism Dialog internal Faktor perilaku Tingkat dorongan Kemampuan mengatasi situasi 2 3 Siswa memandang orang tua sebagai support motivasi belajar Siswa memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri)

31 84 No Frekuensi perilaku sasaran Peristiwa Dialog internal Faktor perilaku Tingkat dorongan Kemampuan mengatasi situasi 4 Siswa memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab 5 Siswa mampu mengambil konsekuensi dari setiap keputusan 6 Siswa menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerjakeras dengan idealism nya Siswa menunjukkan keberanian dalam mengemukakan ide dan gagasan Siswa mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan Siswa bertindak sesuai aturan yang dapat dipertanggung jawabkan Siswa mengevaluassi kembali keyakinan dwan nilai-nilai yang diterima dari orang lain

32 85 d. Tahap Kelima dan Keenam Tahap kelima bertujuan untuk melakukan komitmen dalam melaksanakan langkah-langkah pada setiap teknik melalui lembar kontrak diri. Tahap keenam memberikan contoh strategi yang dipilih. Tabel 3.9: Contoh Tabel Lembar Kontrak diri Siswa Nama : Kelas : Pertemuan Ke 5-6 : Format Kontrak Diri Tanggal Mulai : Tanggal selesai : Tujuan : Melakukan kontrak diri untuk meningkatkan kemandirian belajar Motivasi (keuntungan) :.. Indentifikasi langkah yang dilakukan untuk berubah Pilih salah satu tindakan perubahan dan antisipasi langkah lainnya dalam mencapai satu tujuan dengan proses perubahan yang sesuai :..... Saya,, Setuju ke depannya untuk bekerja dalam keseharian saya dalam pelaksanaannya saya akan menjalankan dan mematuhi setiap poin dalam perjanjian ini. Tanda tangan : Tanggal :. Saksi : Tanggal :. e. Tahap Ketujuh, Kedelapan dan Sembilan. Pada ketiga tahapan ini waktu yang dibutuhkan adalah empat pekan selama hari aktif. Agenda kegiatan yang dilakukan adalah : 1) Pengulangan strategi yang dipilih siswa. 2) Pelaksanaan strategi yang telah dipilih dan pencatatan strategi yang telah dipilih.

33 86 Tujuan yang diharapkan adalah siswa mampu lebih memahami dan dapat melaksanakan strategi pengelolaan diri sehingga dapat membuat perencanaan pengelolaan perilaku dengan mengatur tindakan yang membuat situasi menjadi pengahambat pengaturan perilaku. Selain itu konselor memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan strategi yang dipilihnya dengan cara melaksanakan apa yang sudah direncanakan dalam mengatur respon yang nantinya mampu mengembangkan kemandirian belajar. f. Tahap Kesepuluh dan Sebelas Pada tahap ini penelitian memfokuskan pada pemeriksaan data dan catatan tentang pelaksanaan strategi, evaluasi pelaksanaan strategi dan pengakhiran strategi self-management dengan tujuan mengontrol jalannya pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh siswa, kemudian siswa memperbaiki dan melanjutkan program pengaturan perilaku yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk perubahan yang lebih baik lagi. Serta meniali sejauh mana keberhasilan pelaksanaan strategi self-management kemudian mengakhiri kegiatan. G. Teknik Analisis Data Data mengenai kemandirian belajar siswa akan diintervensi melalui pendekatan strategi self-management akan dianalisis secara kuantitatif. Teknik analisis data dalam hal ini dimulai dengan mengukur validitas instrumen yang melibatkan pakar dalam bimbingan dan konseling dan reliabilitas instrument dengan melibatkan siswa. Teknik analisis dengan menggunakan two independent sampling, yaitu dua kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan orang yang berbeda, dan diolah dengan teknik Mann Whitney.

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi titik tolak penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang menghasilkan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun 80 Bab III akan membahas BAB III METODE PENELITIAN pokok bahasan pada Bab III ini dimulai dari populasi rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun desain penelitian yang digunakan, dan sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penulisan Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan merupakan eksperimen murni tapi seolah-olah murni. Menurut Danim (2004), penulisan

Lebih terperinci

HALBAB III METODOLOGI PENELITIAN

HALBAB III METODOLOGI PENELITIAN HALBAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan dan metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab tiga menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri atas pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan penelitian yang dirancang untuk memudahkan proses analisis dan

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012

Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 PENGGUNAAN STRATEGI PENGELOLAAN DIRI (SELF- MANAGEMENT)UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEMALASAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII E MTs AL ROSYID DANDER-BOJONEGORO Trio Isnansyah Marwi 1, Drs. Sutijono, M.M 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah lokasi yang digunkaan peneliti untuk melakukan penelitian. Di tempat penelitian ini peneliti akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

Pretest Perlakuan Posttest AO AO 1 X AO 2 BO BO 1 BO 2

Pretest Perlakuan Posttest AO AO 1 X AO 2 BO BO 1 BO 2 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Nawa Kartika, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, yang berlokasi di Jalan Raya Solo Wonogiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 17 Surakarta yang terletak di Jalan Jenderal Achmad Yani, Sumber, Surakarta. Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan 101 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan objektivitas disain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pelaksanaan penelitian yaitu di MA Negeri 1 Bandung yang beralamat di Jln. H. Alpi Cijerah Bandung. 3.1.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Langlangbuana 2 Bandung yang berlokasi di Jl. Rusbandi, SH (Aspol) Sukamiskin. Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian yang digunakan untuk judul Pengembangan Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Perencanaan Karier Peserta Didik Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan Semar No.5 Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013. B. Metode Penelitian Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di STM Negeri Tasikmalaya berdiri pada tanggal 20 September 1961 yang beralamat di jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK Cinta Rakyat Pematang Siantar.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK Cinta Rakyat Pematang Siantar. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK Cinta Rakyat Pematang Siantar. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul Keefektifan Layanan Informasi tentang Bahaya Bullying untuk Meningkatkan Empati pada Peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 62 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada Bab. III tentang Metode Penelitian ini akan diawali dengan pembahasan tentang metode penelitian, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lokasi dan subjek penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik untuk mendapatkan pengetahuan ataupun dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Setiap penelitian harus memiliki metode penelitian yang sesuai dengan jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan penelitian untuk mendapatkan data yang di butuhkan. Penelitian ini dilakukan di SLB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yaitu metode eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, tujuan dari metode deskriptif adalah untuk mendeskripsikan tingkat penguasaan kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu siswa kelas IV SDN Paorama 3 kota Bandung tahun ajaran 2013/2014, secara administratif terdaftar dan aktif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007 : 13) data penelitian pada pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini adalah untuk menghasilkan program latihan asertif dalam konseling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini adalah untuk menghasilkan program latihan asertif dalam konseling BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan program latihan asertif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2012 sampai selesai dengan lokasi penelitiannya: di SD Negeri Secang 2, Magelang pada semester

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi experiment mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II KAJIAN TEORI TENTANG KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN DAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS DALAM KONSELING BEHAVIORAL...

DAFTAR ISI BAB II KAJIAN TEORI TENTANG KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN DAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS DALAM KONSELING BEHAVIORAL... DAFTAR ISI ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, 6 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab tiga ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena diperlukan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi siswa. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Asemdoyong yang terletak di kecamatan Taman, kabupaten Pemalang. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen Semu dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Arikunto (2006: 12) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai efektivitas program pelatihan dalam mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai efektivitas program pelatihan dalam mengembangkan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian mengenai efektivitas program pelatihan dalam mengembangkan locus of control internal dalam pembelajaran pada siswa kelas XI SMA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa 1 VIII A 29 siswa 2 VIII B 28 Siswa 3 VIII C 28 Siswa 4 VIII D 28 Siswa

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa 1 VIII A 29 siswa 2 VIII B 28 Siswa 3 VIII C 28 Siswa 4 VIII D 28 Siswa 39 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Antara lain membahas tentang lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang memaparkan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, lokasi, populasi dan sampel, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK-PPN Lembang, yang bertempat di Jl. Tangkuban Parahu Km.3 Desa Cilumber Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan multimedia model tutorial lebih baik dibandingkan dengan pemakaian tools pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yaitu penelitian yang memungkinkan dilakukannya observasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Pada penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2012/201, hal ini merujuk pada pendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D). Menurut Sugiyono (2012)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 007, hlm. ). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian untuk meneliti populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung yang bertempat di Jl. Kopo Sayati No. 337 Margahayu Bandung 40228. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. One Group Pretest-Posttest Design O 1 XO 2. Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. One Group Pretest-Posttest Design O 1 XO 2. Gambar 3.1 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

III. METODE PENELITIAN. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat 31 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang di gunakan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode ini dimaksudkan agar kebenaran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilaksanakan di tempat para atlet renang PON Jawa Barat yaitu di kolam renang Karang Setra yang beralamat di Jalan Sirnagalih No 15

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut Azwar (2000) penelitian eksperimental ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimental dibagi menjadi dua, yakni penelitian eksperimental

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (2007:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan penggunaan pendekatan kuantitatif adalah dimungkinkannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity), BAB III METODE PENELITIAN Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity), anak selalu bertanya tentang hal hal yang dilihat, didengar, diraba, dicecap bahkan dirasakan (Sukmadinata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini dikatakan semu karena peneliti tidak mengontrol semua variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design. Alasan penggunaan metode ini adalah karena adanya variabel luar yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuasi Eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelititian kuasi eksperimen (eksperimen semu) menggunakkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jl.Cipadung No. 57 Cibiru. Alasan pemilihan lokasi yaitu belum tersedianya suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Jl.Cipadung No. 57 Cibiru. Alasan pemilihan lokasi yaitu belum tersedianya suatu 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di MAN 2 Kota Bandung yang terletak di Jl.Cipadung No. 57 Cibiru. Alasan pemilihan lokasi yaitu belum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu jenis Quasi Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 0R2R : 0R3R : 0R4R : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen menurut Sugiyono (2011:77)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data bersifat kuantitatif statistik, dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. data bersifat kuantitatif statistik, dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian A. Jenis dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang telah dirumuskan sebelumnya adalah menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikaji, penelitian ini bertujuan untuk menguji model Concept Attainment berbasis multimedia untuk meningkatkan hasil belajar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMPN 45 Bandung yang terletak di Jalan Yogyakarta No. 1 Bandung. Sekolah ini memiliki latar belakang ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jawabkan atau tidak. Menurut Priyanto (dalam Puspitasari, 2009, h.29) ada dua

BAB III METODE PENELITIAN. jawabkan atau tidak. Menurut Priyanto (dalam Puspitasari, 2009, h.29) ada dua BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah. Ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang

Lebih terperinci