2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
|
|
- Herman Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi titik tolak penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Hurlock (1999, hlm. 206) menyatakan bahwa remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Selanjutnya menurut Santrock (2007, hlm. 20) masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional, bahkan disebut sebagai masa terbaik dan sekaligus terburuk bagi remaja. Santrock (2007, hlm 23) memandang bahwa ketika anak-anak memasuki masa remaja, mereka memasuki dunia sekolah yang lebih luas sehingga prestasi menjadi hal yang penting dan tantangan akademis meningkat. Berdasarkan pernyataan Hurlock dan Santrock dapat disimpulkan masa remaja merupakan suatu masa perkembangan yang penuh dengan berbagai tantangan, karena banyaknya perubahan yang harus dihadapi mulai dari perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Proses perubahan yang dialami akan terjadi dalam diri remaja jika perubahan ini mampu dihadapi secara adaptif dan sukses. Sehingga banyak remaja yang sukses menjuarai beberapa kompetisi baik yang sifatnya akademik maupun non akademik. Pada bidang akademik sebagai contoh siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung sukses meraih juara 1 olimpiade MIPA bidang Matematika Sekabupaten Bandung. Pada bidang
2 2 non akademik juara umum derap pramuka, juara 2 pramuka, juara 2 MTQ, juara 2 PMR, Juara umum porseni pada tingkat Kabupaten Bandung. Keberhasilan yang diraih remaja tersebut di atas menunjukkan bahwa ternyata remaja memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan. Santrock (2003, hlm. 26) menyatakan remaja adalah masa depan masyarakat dan bagian dari perjalanan hidup bukan merupakan perkembangan yang terisolasi. Hal ini menunjukkan remaja memiliki keyakinan tentang kemampuan dirinya untuk mencapai hasil tertentu, yaitu suatu kemampuan yang berkenaan dengan keadaan diri sendiri dan keterampilan individu untuk dapat mengelola dan mengatur diri dalam mengarahkan perubahan tingkah lakunya sendiri. Sehingga remaja diharapkan mampu mandiri dan berusaha memainkan peran tanpa bantuan orang lain. Tugas perkembangan remaja menuntut perubahan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Havighurst dalam Hurlock (1999, hlm. 10) salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Untuk mencapai kemandirian remaja dalam hal ini siswa diperlukan usaha yang tidak mudah, melainkan dibutuhkan bantuan dari orang lain dan lingkungan yang ada disekitarnya, karena perkembangan kemandirian siswa dipengaruhi oleh lingkungan di mana individu hidup, keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Blocler (Suherman, 2008) people do not growth and develop in a vacuum. Pernyataan ini menegaskan perkembangan individu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Madrasah Tsanawiyah (disingkat MTs) adalah bagian dari lingkungan pendidikan siswa merupakan jenjang dasar pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan sekolah menengah pertama, yang pengelolaannya di bawah Kementerian Agama, memiliki peranan dalam merubah sikap dan perilaku individu dengan mengembangkan potensi, meningkatkan diri menuju kedewasaan mental melalui pendidikan yang dibimbing oleh guru. Pendidikan MTs ditempuh dalam waktu 3 tahun mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Pertama hanya saja MTs
3 3 terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam. Pelajar Madrasah Tsanawiyah umumnya berusia 13 sampai 15 tahun yaitu memasuki masa remaja. Salah satu MTs yang ada di Kabupaten Bandung adalah MTs Negeri Ciparay yang memiliki visi terwujudnya lulusan Madrasah Tsanawiyah yang berkualitas, kompetitif dan berakhlak mulia. Adapun misinya adalah (1) Menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan sikap amaliah yang berdasarkan agama Islam di madrasah (2) Menumbuhkan semangat belajar agama Islam. (3) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menarik sehingga peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki (4) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan daya saing yang sehat kepada seluruh warga madrasah baik prestasi akademik maupun non akademik. (5) Menata lingkungan madrasah yang bersih, sehat dan indah. (6) Mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bakat dan minatnya sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal dan memiliki daya saing yang tinggi. Berdasarkan visi dan misi yang dimiliki Madrasah di atas, banyak tantangan eksternal dan internal yang dihadapi MTs Negeri Ciparay. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di MTs Negeri Ciparay menunjukkan bahwa beberapa siswa ada yang kurang disiplin, merokok, rendahnya tatakrama terhadap guru, dan rendahnya kemandirian belajar. Rendahnya kemandirian belajar ini ditunjukkan dengan siswa menunggu untuk diperintah oleh orang lain dalam belajar terutama dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, siswa menyontek hasil pekerjaan temannya karena merasa malas dan tidak yakin akan kemampuan diri sendiri, bolos sekolah, nilai ulangan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal serta siswa belum bisa mengatur dan mengelola diri untuk kegiatan belajar. Menurut Desmita (2012, hlm 189) fenomena tersebut menunjukkan siswa kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan. Meningkatnya tingkat kesulitan tiap mata pelajaran, bertambah banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, baik tugas individual maupun tugas kelompok menuntut siswa memiliki kemandirian belajar. Kemandirian
4 4 merupakan hal penting dalam perkembangan siswa. Kesiapan emosional, perilaku, dan nilai untuk mengatur, melakukan aktivitas, dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri merupakan hal yang dituntut dalam kemandirian belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa di sekolah adalah dengan cara bekerja sama melalui komponen pendidikan di sekolah. Sekolah harus menyediakan layanan yang dapat membantu siswa untuk mencapai perkembangannya melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen yang ada di sekolah berperan dalam proses untuk mencapai kemandirian belajar siswa. Bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan kepada siswa agar mampu memahami diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan diri secara optimal (Yusuf dan Juntika, 2010, hlm ). Kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah kemandirian menurut Steinberg (2014, hlm. 288) yaitu remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting. Kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua disebut kemandirian emosional (emotional autonomy), kemampuan mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut disebut kemandirian behavioral (behavioral autonomy), serta kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidakpenting disebut kemandirian nilai (values autonomy). Wedmeyer (1973) dalam Nurhayati (2011, hlm. 61) menjelaskan kemandirian belajar adalah cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung jawab, dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajarnya. Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Selama masa remaja tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika direspon secara tidak tepat bisa saja menimbulkan dampak yang
5 5 kurang menguntungkan bagi perkembangan psikologi remaja, karena seringkali remaja mengalami kebingungan dalam mengelola dirinya. Bagi remaja mengembangkan kemandirian belajar merupakan hal penting untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Kemandirian belajar merupakan bagian penting dari proses edukasi pembentukan insan yang sadar akan nilai pentingnya menyiapkan diri bagi kehidupan yang akan datang; sadar akan tuntutan dan tantangan yang bakal dihadapinya di masa yang akan datang. Jadi, kemandirian belajar jauh melampaui pengertian mengajar dalam arti mentransfer pengetahuan kepada generasi yang masih muda dan labil, tapi lebih dari itu memiliki nilai edukasi yang berkepentingan dengan pembentukan tanggung jawab pribadi dalam tugas belajar dan menumbuhkan kemampuan sebagai pribadi yang sukses di masa yang akan datang. Penciptaan kultur belajar tentu membutuhkan proses yang panjang, sebagaimana telah dikemukakan di atas, kemandirian bukanlah merupakan hasil dari proses internalisai atau otoritas, melainkan suatu proses pengembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia. Kemandirian yang sehat adalah kemandirian yang sesuai dengan hakikat manusia (Kartadinata, 2011, hlm. 53). Peran guru Bimbingan dan konseling adalah mengembangkan atau menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan kemandirian individu. Dengan demikian upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa, tentunya membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Salah satu peran Bimbingan dan Konseling untuk membantu meningkatkan kemandirian belajar adalah dengan menggunakan strategi yang dipandang sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan remaja. Strategi yang dipandang relevan adalah strategi self-management yang dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1991, hlm. 519) Self-management is a process in which client direct their own behavior change with any one therapeutic strategy or a combination strategies. Dapat diartikan self-management adalah suatu proses dimana individu mengarahkan sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi.
6 6 Berdasarkan hasil studi pendahuluan, profil umum kemandirian belajar siswa berada pada kategori sedang pada aspek kemandirian emosional sebanyak 47,2 %, kategori rendah sebanyak 23,19 % pada aspek kemandirian perilaku dan kategori tinggi sebanyak 37,48 % pada aspek kemandirian nilai. Hal ini membuktikan bahwa kemandirian belajar siswa perlu dikembangkan, sehingga membutuhkan bantuan berupa layanan bimbingan dan konseling yang dapat memfasilitasi pengembangan kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar baik proses maupun hasil belajar, perlu ditumbuhkan pada siswa agar memiliki pemahaman tentang pentingnya belajar. Siswa yang belum memiliki kemandirian belajar dapat dilihat dari pemikiran siswa yang melihat hasil bukan proses belajarnya. Kurangnya kemandirian belajar siswa terlihat dari belum terampilnya siswa dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan belajar. Melihat kebutuhan dan mengedepankan prinsip pengembangan potensi siswa Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung secara optimal, maka diperlukan suatu upaya bantuan melalui salah satu pendekatan dalam bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kemandirian belajar adalah pendekatan kognitif perilaku dengan menggunakan strategi self-management. Strategi selfmanagement pada dasarnya dilakukan agar siswa lebih mampu mengatur dirinya dan mengarahkan perilakunya ke arah yang positif. Yates (2004, hlm. 63) menyebutkan bahwa self-management merupakan strategi yang mendorong individu untuk mampu mengarahkan perilakunya sendiri dengan tanggung jawab atas tindakannya untuk mencapai kemajuan diri. Untuk mengembangkan self-management secara efektif maka perlu dilakukan langkahlangkah dengan tahapan yang sistematis menggunakan prosedur yang jelas. Yates (2004, hlm.64) menekankan pentingnya individu untuk mengendalikan diri, bekerja secara tertib dan tekun dalam memantau perilakunya serta memiliki komitment untuk mempertahankan perilaku positif yang telah dicapainya. Penggunaan strategi self-management diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatur, memantau dan mengevaluasi dirinya sendiri untuk mencapai perubahan kebiasaan yang lebih baik. Kaitannya dengan kemandirian belajar yaitu
7 7 bahwa kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa perlu diberikan suatu strategi untuk membimbing siswa dalam upaya mengembangkan kemandirian belajar. Maka strategi yang berfungsi untuk mengubah perilaku adalah dengan menggunakan pendekatan kognitif perilaku melalui strategi self-management. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian difokuskan pada kajian tentang efektivitas strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa. B. Rumusan Masalah Menurut Kartadinata (2011, hlm. 54) esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah memandirikan individu ; kemandirian adalah tujuan bimbingan dan konseling. Peran guru Bimbingan dan konseling memfasilitasi individu menguasai perilaku jangka panjang yang diperlukan di dalam kehidupannya, dalam mengambil keputusan sosial-pribadi, pendidikan, dan karir. Untuk meningkatkan kemandirian dalam hal ini kemandirian belajar ada beberapa pendekatan dalam konseling yang digunakan, yaitu Teori Konseling Self Adler, Teori Konseling Kelompok Psikodinamika, Teori Konseling Behavioral, Teori Kognitif Behavioral, Teori Psikoanalisis, Teori Analisis Transaksional, Teori Eksistensial Humanistik, Teori Client Center, Teori Realitas, Teori Rasional Emotif, Teori Gestalt, Teori Kognitif Sosial, Dan Teori Konseling Karir Trait And Factor. Berdasarkan Teori yang disebutkan diatas maka dalam penelitian ini lebih menekankan pada perubahan kognitif perilaku. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemandirian belajar yaitu dengan pendekatan Kognitif Behavioral.
8 8 Seperti yang telah diketahui bahwa pendekatan kognitif perilaku merupakan sebuah pendekatan yang memiliki pengaruh dari pendekatan cognitive therapy dan behavior therapy. Teori Cognitive Behavior (Oemarjoedi, 2003, hlm. 6) pada dasarnya meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku yang menyimpang, maka Cognitif behavior diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif. Menurut Cormier (2009. Hlm 517) One of the major goals of self-management intervention is to assist clients in gaining a greater capacity for self determined initiative, or agency, relative to their goals and to achieve increasing independence in their desired functioning. Jadi salah satu tujuan utama dari intervensi self-management adalah membantu konseli dalam mendapatkan kapasitas yang lebih besar untuk menentukan inisiatifnya sendiri. Pendekatan kognitif perilaku memiliki beberapa strategi di antaranya adalah desensitisasi sistematik, relaksasi, modeling, latihan asertif, dan strategi self-management. Dalam penelitian ini akan difokuskan kepada strategi selfmanagement. Self-management merupakan salah satu model dalam pendekatan cognitive-behavior. Strategi Self-management meliputi pemantauan diri (self monitoring ), reinforcement yang positif (self-reward ), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting ), dan penguasaan terhadap ransangan (stimulus control ) (Gunarsa, 2000, hlm ). Pengaruh teori kognitif pada masalah-masalah self-management disebabkan oleh kesalahan konstruksikonstruksi atau kognisi-kognisi yang lain tentang dunia atau orang-orang di
9 9 sekitar kita atau diri kita sendiri. Self-instructional atau menginstruksi diri sendiri pada hakikatnya adalah bentuk restrukturisasi aspek kognitif. Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 517) dalam self-management konseli dibantu secara profesional untuk lebih memahami proses yang terjadi secara alami (terutama perilaku dan psikologis) yang diyakini memiliki pengaruh besar terhadap perilaku atau respon yang telah menjadi masalah bagi konseli. Oleh karena itu dalam meningkatkan kemandirian belajar melalui strategi selfmanagement perubahan tingkah laku lebih banyak dilakukan, dirancang, diproses oleh subyek yang bersangkutan, bukan diarahkan apalagi dipaksakan oleh pengubah. Strategi self-management juga digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran yang diharapkan. Hasil penelitian Abdurokhman (2014, hlm. 84) menunjukkan aspek keterampilan sosial meningkat setelah diberikan intervensi strategi selfmanagement. Hasil Penelitian Supriyati (2013, hlm. 3) menunjukkan tingkat Selfmanagement dalam belajar siswa meningkat setelah diberi layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian Qomariyah (2011) menunjukkan Self-management dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Hasil penelitian Fitria dan Eko menunjukkan bahwa penggunaan strategi self-management dapat meningkatkan disiplin belajar siswa (ejournal.unesa.ac.id). Begitu pula hasil penelitian Wahyuningsih (2014) menunjukkan bahwa teknik self-management dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Berdasarkan pernyataan di atas, maka rumusan masalahnya adalah Apakah strategi self-management efektif untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa di MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara umum penelitian bertujuan untuk menguji ada tidaknya peningkatan kemandirian belajar siswa MTs Negeri Ciparay kelas
10 10 VIII sesudah diberikan strategi self-management. Secara khusus tujuan penelitian adalah memperoleh kajian empiris mengenai efektivitas strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa khususnya untuk siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu, Apakah pendekatan strategi self-management efektif untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa khususnya untuk siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung? E. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, hasil penelitian ini memiliki kegunaan baik bagi pengembangan ilmu maupun pengembangan praktik bimbingan dan konseling, antara lain: bagi peneliti, kontribusi dalam upaya peningkatan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa dengan mengembangkan pendekatan perilaku kognitif perilaku melalui strategi selfmanagement untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa. 1. Bagi sekolah, menjadi alternatif pendekatan dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa. 2. Bagi Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, dapat memberikan kontribusi untuk kajian bimbingan, dan menambah khasanah intervensi bimbingan dan konseling. F. Struktur Organisasi Tesis Tesis ini terdiri dari lima bagian, yang terdiri dari sebagai berikut.
11 11 Bab I : Pendahuluan : Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka : Bab ini berisi dasar-dasar teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan merupakan teori yang terkait dengan konsep kemandirian belajar dan konsep strategi selfmanagement, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, asumsi penelitian, serta hipotesis penelitian. Bab III : Metode Penelitian : Bab ini berisi gambaran mengenai pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrument penelitan, lokasi dan subjek penelitian, pengembangan program intervensi, prosedur intervensi, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV : Temuan dan Pembahasan : Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Bab V : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi : Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.
BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperincikeberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
54 BAB III METODE PENELITIAN Bab tiga menguraikan pokok bahasan yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan penelitian, metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Pendidikan juga mempengaruhi manusia baik dari segi berfikir maupun berprilaku dimana berfikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak seorang manusia dilahirkan, mulailah suatu masa perjuangan untuk mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa perkembangannya. Periodesasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. A. Latar Belakang Masalah Sebagai lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan beberapa hal penting sebagai dasar dalam penelitian. Bab ini membahas latar belakang mengenai topik atau isu yang diangkat dalam penelitian, rumusan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat belajar di Perguruan Tinggi adalah membangun pola pikir dalam struktur kognitif mahasiswa, bukan sekedar untuk memperoleh materi kuliah sebanyak-banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil
244 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan inferensi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi hasil penelitian
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [Type text] Pendidikan adalah faktor utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, baik atau buruknya masa depan bangsa ditentukan oleh pendidikan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan salah satu unsur yang dominan dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal yang berperan dalam membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.
Lebih terperinciMENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.
MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi, definisi Perguruan Tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini permasalahan remaja adalah masalah yang banyak di bicarakan oleh para ahli, seperti para ahli sosiologi, kriminologi, dan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Individu akan dihadapkan pada perubahan dan tuntutan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Langgeng Wening Puji, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Motivasi merupakan daya penggerak dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar demi mencapai satu tujuan. Motivasi memiliki peranan penting untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang. Sukses menunjukkan tercapainya sesuatu yang diinginkan atau diharapkan. Kesuksesan berkaitan
Lebih terperinci2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam kehidupan manusia untuk membentuk insane yang dapat memecahkan permaslahan dalam kehidupannya. Tiga tempat pendidikan
Lebih terperinciKeadaan tersebut menunjukkan perilaku membeli yang ditunjukkan remaja tidak lagi dilakukan karena suatu kebutuhan, melainkan karena alasan-
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi titik tolak penelitian, identifikasi, tujuan penelitian, manfaat dan signifikansi penelitian serta sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Alberty (Syamsudin, 2004:130) mengemukakan masa remaja merupakan suatu periode dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah manusia itu sendiri. Manusia berlainan dengan makhluk lain seperti binatang yang dapat
Lebih terperinciKONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MEMBANTU KEMATANGAN KARIR SISWA SMK
KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MEMBANTU KEMATANGAN KARIR SISWA SMK Insan Suwanto 1) 1) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia E-mail: insansuwanto@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari sisi perkembangan, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa remaja. Menurut Hurlock (Sobur, 2003:134) masa remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Untuk Peningkatan Kemandirian Peserta Didik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi yang berlangsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980: 2). Manusia selalu dinamis
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan dapat membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperinci2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembanganya suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya. Pendidikan merupakan sarana utama yang dapat menjadikan manusia menjadi sosok yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan
Lebih terperinci2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self-control dibutuhkan agar individu dapat membimbing, mengarahkan dan mengatur segi-segi perilakunya yang pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi positif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan dalam upaya pengembangan sumber daya dan potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam upaya pengembangan sumber daya dan potensi manusia sangat penting, karena peningkatan sumber daya manusia secara langsung atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin pesat membuat para siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri. Siswa harus dapat mengetahui
Lebih terperinci2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis pendidikan, salahsatunya pendidikan di pondok pesantren. Secara legalitas dalam pendidikan Nasional, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki daya saing. Hal utama yang ingin dicapai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia
Lebih terperinciPeran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa
Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciSTRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja seringkali disebut sebagai masa peralihan, yaitu salah satu periode dalam rentang kehidupan individu, yang berada diantara fase anak-anak dan fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab
Lebih terperinci