PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR ANNISA BAHAR DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Annisa Bahar NIM D

4 ABSTRAK ANNISA BAHAR. Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Dibimbing oleh M. AGUS SETIANA dan IWAN PRIHANTORO. Peternakan Pondok Ranggon merupakan salah satu peternakan sapi perah di Jakarta dengan pola penyediaan hijauan pakan tergantung pada padang rumput alam. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis produktivitas tenaga pengarit dan mengidentifikasi komposisi hijauan pakan domestik di peternakan sapi perah Pondok Ranggon. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis komposisi botani dan metode Nell dan Rollinson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas tenaga pengarit dipengaruhi oleh berat badan, umur dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan, kapasitas mengarit tertinggi diperoleh oleh tenaga pengarit berumur 40 tahun. Komposisi botani di kandang terdiri dari 52.63% rumput, 15.79% legum dan 31.58% rumbah. Jenis rumput yang sering diberikan ke ternak adalah Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv., Pennisetum polystachyon (L.) Schult., dan Panicum maximum Jacq. Jenis legum yang sering digunakan adalah Calopogonium mucunoides Desv. dan jenis rumbah yang paling sering digunakan adalah Asystasia coromodeliana Ness., Biden pilosa L. dan Lantana camara L. Kata kunci: komposisi hijauan, legum, mengarit, rumbah, rumput ABSTRACT ANNISA BAHAR. Labor Productivity of Grass Seekers and Composition of Domestic Forage at Dairy Cattle Farm of Pondok Ranggon, Cipayung District, East Jakarta. Supervised by M. AGUS SETIANA and IWAN PRIHANTORO. Pondok Ranggon farm is one of the dairy farms in Jakarta where the pattern of availability forage depending on natural pastures. The aim of this experiment were to analyze labor productivity of grass seekers and to identify the composition of domestic forage in the dairy farm of Pondok Ranggon. This experiment used descriptive analysis, composition of botany and Nell and Rollinson method. The result showed that the capacity of grass seekers influenced by body weight, age and experience of cutting. The result showed, the highest capacity of cutting obtained by grass seekers in the age of 40 years old. Composition of forage consist of 52.63% grasses, 15.79% legumes and 31.58% rumbah. The most frequent type of grass that used were Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv., Pennisetum polystachyon (L.) Schult., and Panicum maximum Jacq. Type of legumes that often used was Calopogonium mucunoides Desv. and the types of rumbah that most commonly used were Asystasia coromodeliana Ness., Biden pilosa L. and Lantana camara L. Keywords: composition of forage, cutting, grass, leaves, legume

5 PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR ANNISA BAHAR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hij auan Pakan Domestik di Petemakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur Nama : Annisa Bahar NIM : D Disetujui oleh /' s Setiana MS bimbing I Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi Pembimbing II Diketahui oleh Tanggal Lulus : ( 0 : )

8 Judul Skripsi : Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur Nama : Annisa Bahar NIM : D Disetujui oleh Ir M Agus Setiana, MS Pembimbing I Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus : ( )

9

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari April 2013, dengan judul Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon merupakan salah satu contoh peternakan sapi perah yang berada di daerah perkotaan dan dekat dengan pemukiman penduduk. Lokasi peternakan yang berada di daerah perkotaan yang padat penduduk seperti ini menyebabkan peternakan sapi perah Pondok Ranggon tidak memiliki lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak, sehingga para peternak biasanya mencari hijauan di luar kawasan peternakan serta memanfaatkan rumput lapangan. Hingga saat ini kajian mengenai komposisi hijauan yang diberikan peternak dan produktivitas tenaga pengarit di daerah Pondok Ranggon belum dilakukan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2013 Annisa Bahar

11

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 MATERI DAN METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Materi 2 Prosedur Penelitian 2 Pembuatan Herbarium 3 Identifikasi Hijauan Pakan 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 5 Penggunaan Lahan Kelurahan Pondok Ranggon 5 Keadaan Umum Peternakan Pondok Ranggon 5 Karakterisitik Peternak 6 Produktivitas Tenaga Pengarit 7 Pola Penyediaan Hijauan Pakan 10 Pola Pemberian Pakan Sapi Perah 10 Moda Penyediaan Hijauan di Pondok Ranggon 12 Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan 13 Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Peternakan Pondok Ranggon 14 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Nell dan Rollinson 15 SIMPULAN DAN SARAN 16 Simpulan 16 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 25 UCAPAN TERIMAKASIH 25

13 DAFTAR TABEL 1. Jenis penggunaan lahan di kelurahan Pondok Ranggon 5 2. Karakteristik peternak 7 3. Rataan pemberian pakan sapi perah di Pondok Ranggon Moda penyediaan hijauan pakan Komposisi botani hijauan pakan sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon 15 DAFTAR GAMBAR 1. Prosedur penelitian 3 2. Karakteristik tenaga pengarit 8 3. Hubungan antara umur tenaga pengarit dan bobot tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit 9 4. Hubungan antara umur tenaga pengarit dan pengalaman mengarit dengan kapasitas mengarit 9 5. Pola pemberian pakan terhadap jumlah ternak Pola pemberian pakan terhadap produksi susu 11 DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur Peta lokasi pencarian hijauan berdasarkan jenis alat angkut Perhitungan komposisi botani di peternakan Pondok Ranggon Jenis hijauan pakan yang terdapat di kandang Kapasitas daya tampung ternak ruminansia metode Nell dan Rollinson Gambar moda penyediaan hijauan pakan di Peternakan Pondok Ranggon Manajemen pemeliharaan sapi perah di Pondok Ranggon 24

14 PENDAHULUAN DKI Jakarta merupakan kota metropolitan dengan pembangunan yang pesat setiap tahunnya yang berdampak langsung terhadap berkurangnya lahan terbuka yang beralih fungsi menjadi berbagai macam jenis bangunan. Dibalik pesatnya pembangunan di Ibukota, masih terdapat kawasan peternakan yang berbasis sapi perah. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon terletak pada koordinat lintang selatan dan bujur timur. Kawasan peternakan Pondok Ranggon berbatasan langsung dengan jalan Munjul Raya Kecamatan Cipayung (sebelah utara), perikanan ikan arwana dan perkemahan pramuka Cibubur (sebelah barat), Kabupaten Bekasi (sebelah selatan), dan Tempat Pemakaman Umum (sebelah timur). Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung pada ketersediaan pakan terutama hijauan yang nilainya mencapai 60-70% dari biaya produksi. Mengingat tingginya biaya tersebut, perlu adanya perhatian tentang penyediaan pakan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Menurut McDowell (1972) hasil ternak melibatkan banyak aspek kompleks dan salah satu faktor yang menentukan baik buruknya pertumbuhan ternak ruminansia adalah pakan. Dalam usaha peternakan, lahan memiliki peranan penting dalam penyediaan pakan ternak seperti rumput dan limbah pertanian (Suparini 2000). Pembangunan peternakan pada masa mendatang akan dihadapkan pada masalah keterbatasan sumberdaya alam sebagai basis penyediaan pakan (Kasryno 1998). Pada saat ini, penyediaan hijauan makanan ternak di Jakarta cukup sulit didapat karena ketersediaan lahan yang sedikit dan produktivitas hijauan sangat tergantung pada musim. Seiring dengan bertambahnya penduduk di Jakarta setiap tahunnya, ketersediaan lahan hijau semakin berkurang dikarenakan kebutuhan yang lebih penting yaitu pemukiman penduduk. Kondisi tersebut menuntut peternak untuk mencari hijauan ke daerah lain hingga ke luar daerah Jakarta. Pola mengarit ke luar daerah ini mengakibatkan waktu peternak akan lebih banyak untuk mencari hijauan daripada mengurus ternaknya. Tingginya minat beternak sapi perah di Pondok Ranggon semakin menuntut pakan asal hijauan yang semakin tinggi. Permasalahan lain yang dihadapi yaitu umumnya peternak tidak memiliki lahan khusus penyedia hijauan seperti kebun rumput potong. Hingga saat ini penyediaan hijauan sangat bergantung pada padang rumput alam yang ketersediaanya semakin menurun. Potensi wilayah dalam menyediakan hijauan makanan ternak dan kebutuhan untuk mencukupi pakan ternak perlu diketahui agar dapat diusahakan pemanfaatan sumber daya hijauan secara optimal dengan memperhatikan kesinambungan penyediaan sepanjang tahun (Rukmana 2005). Potensi hijauan makanan ternak yang terdapat di Pondok Ranggon cukup beragam dan komposisi hijauan pakan domestik ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para peternak. Hingga saat ini kajian mengenai komposisi hijauan yang diberikan peternak dan produktivitas tenaga pengarit di daerah Pondok Ranggon belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas tenaga pengarit serta mengidentifikasi komposisi hijauan pakan domestik di kawasan ternak sapi perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

15 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari April Materi Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel hijauan pakan segar yang terdapat di kandang dan daerah sekitar, timbangan, kantong plastik, kamera, global positioning system (GPS) device, alat tulis, alkohol 70%, kertas koran, kardus, tali, dan kuisioner. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan situasi atau keadaan berdasarkan data-data faktual dengan teknik survei dan observasi langsung di kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur. Responden dari penelitian ini adalah peternak sapi perah di Pondok Ranggon, dimana pemilihan responden ini menggunakan teknik sensus terhadap 22 peternak sapi perah yang berada di kawasan tersebut. Pengamatan dan pengukuran terhadap 19 peternak dari total 22 peternak yang berada dikawasan ini hanya dilakukan terhadap peternak atau buruh yang mengarit di area terbuka dalam penyediaan hijauan pakan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dan observasi langsung di lapangan. Observasi di lapangan meliputi pengamatan aktivitas pengarit dengan mengikuti peternak selama mengarit dan dilakukan pencatatan serta dokumentasi. Semua jenis tumbuhan yang diarit didokumentasi dan jenis yang belum dikenal dibuat herbarium dan selanjutnya diidentifikasi. Observasi juga dilakukan terhadap jarak dan waktu tempuh peternak ke tempat mengarit menggunakan GPS untuk mengetahui jelajah pengarit dalam mencari hijauan, dan jenis moda yang dipakai peternak untuk mengangkut dari hasil mengarit. Waktu efektif dan areal jelajah peternak dalam mengarit dihitung, serta dilakukan penimbangan terhadap hasil mengarit tiap peternak. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Kantor Kelurahan Pondok Ranggon serta kajian dari sumber pustaka lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

16 3 Gambar 1 Prosedur penelitian Pembuatan Herbarium Herbarium hijauan pakan dibuat dengan metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan meliputi bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium koleksi kering. Herbarium kering dibuat dengan cara mengambil satu helai tiap jenis hijauan kemudian disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, setelah seluruh bagian disemprot merata hijauan tersebut ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Identifikasi Hijauan Pakan Identifikasi dilakukan dengan mengamati jenis hijauan yang telah dibuat herbarium kemudian membandingkan ciri-ciri fisiknya dengan text book terkait untuk menemukan nama latinnya. Hijauan dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu

17 4 rumput (Poaceae/Gramineae), kacangan (Leguminoseae), dan rumbah (selain keduanya). Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil survei dan observasi di lapangan serta data sekunder dilakukan beberapa analisis, yaitu: analisis deskriptif, analisis identifikasi hijauan pakan, analisis komposisi botani hijauan pakan, dan analisis kapasitas tampung menurut Nell dan Rollinson (1974). Analisis deskriptif Data survei dan observasi yang diperoleh terhadap responden masingmasing dari peternak dan buruh pengarit di daerah Pondok Ranggon diolah secara deskriptif meliputi gambaran keadaan umum di daerah penelitian, serta menggambarkan karakteristik peternak dan tenaga pengarit yang meliputi, umur, pengalaman (beternak atau mengarit), pekerjaan, dan pendidikan. Selain itu, analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan komposisi hijauan yang dikonsumsi ternak, waktu dan jarak tempuh ke tempat mengarit, moda transportasi yang digunakan dalam mengarit, serta kapasitas mengarit per satuan waktu dan areal jelajah dalam mengarit. Analisis komposisi botani hijauan pakan Menurut metode dry weight rank (Mannetje dan Haydock 1963), untuk menganalisis komposisi botani, data ditabulasikan untuk mendapatkan perbandingan antara spesies yang menempati peringkat pertama, kedua dan ketiga. Kemudian setiap peringkat tersebut dikalikan dengan koefisien sebagai berikut: tempat pertama dikalikan 8.04; tempat kedua dikalikan 2.41; dan tempat ketiga dikalikan 1. Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis-jenis hijauan yang ada dikandang. Analisis kapasitas daya tampung Nell dan Rollinson Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang membatasi hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan hijauan dari sumbersumber tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput permanen setelah mengalami serangkaian penelitian empirik dengan perhitungan sebagai berikut: Daya dukung lahan (ST) Potensi ijauan makanan ternak k K ta un -1 Konsumsi ternak per ari k Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya dukung lahan Popriil K -1 ari ta un Keterangan: Popriil adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu. ST = Satuan ternak BK= Bahan kering

18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kelurahan Pondok Ranggon merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Cipayung yang berbatasan dengan Markas besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) Cilangkap (utara), desa Harja Mukti Kecamatan Cimanggis (selatan), Kelurahan Cilangkap dan Kelurahan Munjul (barat), dan Desa Jati Sampurna Kecamatan Sunter (timur). Kelurahan Pondok Ranggon merupakan wilayah dengan ketinggian 36 m dpl, mempunyai curah hujan rata-rata mm tahun -1, serta suhu rata-rata 32 C. Pondok Ranggon mempunyai luas wilayah 366 ha dengan jumlah penduduk jiwa (Profil Kelurahan Pondok Ranggon 2012). Penggunaan Lahan Kelurahan Pondok Ranggon Penggunaan lahan di Kelurahan Pondok Ranggon meliputi perumahan, perkantoran, rekreasi, sekolah, sarana ibadah, pemakaman, jalur hijau dan lainlain. Luas Perumahan adalah 210 ha lebih luas dari lahan lainnya, sehingga lahan yang dapat digunakan sebagai sumber hijauan pakan di Kelurahan Pondok Ranggon meliputi jalur hijau sebesar 0.54% dan pemakaman sebesar 18.56%. Tabel 1 Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Pondok Ranggon Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Perumahan Perkantoran Rekreasi Fasilitas Umum Sarana Ibadah Pemakaman Jalur Hijau Lain-lain Sumber : Kantor Kelurahan Pondok Ranggon (2012) Kondisi ini menggambarkan luas lahan hijau yang sangat terbatas. Hal ini dikarenakan maraknya pembangunan pemukiman dan bangunan lainnya sehingga lahan untuk sumber hijauan pakan berkurang. Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995) penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan yang terus menerus sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Keadaan Umum Peternakan Pondok Ranggon Kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon terletak di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Keadaan permukaan

19 6 tanah di Pondok Ranggon bergelombang dengan curah hujan rata-rata per tahun antara mm tahun -1 (Anggraeni 2010). Temperatur dan kelembaban udara harian berkisar C dan 65 91% (Dewayani 2012). Peternak di Pondok Ranggon secara turun-temurun telah melakukan kegiatan berternak secara tradisional sejak di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Peternak di daerah ini telah memiliki struktur organisasi yang bernama Kelompok Tani Ternak Swadaya Pondok Ranggon yang berdiri sejak tahun Saat ini jumlah peternak sapi perah di Pondok Ranggon telah mencapai 22 orang peternak Kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon mempunyai luas sebesar 11 ha dari 30 ha yang telah disediakan oleh pemerintah sesuai dengan SK Gubernur No. 300 tahun Ternak sapi perah merupakan ternak ruminansia yang paling banyak dipelihara di kawasan ini karena jika dikembangkan dengan baik dapat menghasilkan keuntungan. Salah satu keuntungan dalam usaha ternak sapi perah adalah memberikan jaminan pendapatan (Sudono 1999). Bangsa sapi yang dipelihara yaitu Fries Holstein, Bangsa sapi tersebut adalah sapi perah yang produksi susunya paling tinggi dengan kadar lemak susu yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya didaerah tropis maupun subtropis (Sudono et al. 2003). Sebagai usaha sampingan, peternak juga memelihara domba, kambing perah, kerbau, sapi potong, dan ayam. Karakteristik Peternak Karakteristik peternak di Pondok Ranggon dibedakan berdasarkan umur peternak, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengalaman beternak. Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar peternak di Pondok Ranggon berumur antara tahun. Peternak berumur lebih dari 55 tahun memiliki persentase paling besar yaitu sebesar 40.91%. Umur tersebut merupakan umur yang cukup sulit untuk mendapat pengarahan dalam mengembangkan usaha ternaknya. Menurut Soekartawi (1988), makin muda umur peternak biasanya mempunyai semangat ingin tahu mengenai hal-hal yang belum diketahui. Beberapa bukti menunjukkan bahwa peternak-peternak yang relatif lebih tua kurang menerima perubahan dari pada mereka yang muda, namun bukan berarti bahwa mereka tidak mau menerima perubahan orang lain. Tingkat pendidikan peternak di Pondok Ranggon sebagian besar adalah lulusan SMA (54.54%), sedangkan lulusan SD, D2, dan S1 masing-masing sebanyak 27.27%, 4.55%, dan 13.64%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peternak memiliki pendidikan yang relatif cukup tinggi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan keahlian peternak dalam menjalankan usaha ternaknya. Meskipun tingkat pendidikan tergolong cukup tinggi, peternak di Pondok Ranggon tidak menerapkan teknologi/mekanisasi dan masih bersifat tradisional. Pekerjaan utama masyarakat di Pondok Ranggon adalah peternak dengan persentase sebesar 90.9%. Secara umum peternak sapi perah di Pondok Ranggon menjadikan usaha ternaknya sebagai usaha utama. Hal ini disebabkan usaha ternak sapi perah memberikan jaminan pendapatan yang berkesinambungan jika dikelola dengan baik.

20 7 Tabel 2 Karakteristik peternak Karakteristik Individu Jumlah Responden Peternak Persentase (%) Umur (Tahun) tahun tahun tahun > 55 tahun Pendidikan SD SMA D S Pekerjaan utama Peternak Petani Lainnya Lama beternak 1 10 tahun tahun > 20 tahun Sumber : Data primer (2013) Tingkat pengalaman beternak di Pondok Ranggon relatif lama yaitu lebih dari 20 tahun yang merupakan warisan keluarga secara turun menurun. Pengalaman beternak sapi perah akan sangat membantu peternak dalam menghadapi permasalahan yang biasa dihadapi dalam memelihara ternak tersebut. Seorang yang memiliki pengalaman tinggi diharapkan dengan cepat mencari solusi permasalahan yang dihadapi dibanding peternak sapi perah dengan pengalaman yang rendah. Produktivitas Tenaga Pengarit Penyediaan hijauan pakan di Pondok Ranggon tidak terlepas dari ketersediaan alam dan produktivitas tenaga pengarit dalam mencari hijauan. Berdasarkan status tenaga pengarit, hanya terdapat 5.26% pengarit yang berstatus sebagai pemilik ternak. Tenaga pengarit didominasi oleh tenaga lepas/buruh sebanyak 94.74%. Selain mencari hijauan, tenaga pengarit juga melakukan pekerjaan lainnya seperti: membersihkan kandang, memberi pakan, memandikan ternak, memerah susu, mengemas susu dan memasarkannya ke rumah-rumah pelanggan. Pekerjaan tenaga pengarit bisa dibilang memakan waktu yang lama karena jarak mencari hijauan dari peternakan ke tempat pengambilan rumput relatif cukup jauh. Karakteristik tenaga pengarit di kawasan Pondok Ranggon disajikan pada Gambar 2.

21 8 Jumlah ternak (ST) Kapasitas mengarit (kg) y = x R² = Jumlah pengarit (orang) (a) y = x x R² = Umur tenaga pengarit (tahun) y = x R² = (c) (d) Gambar 2 Karakteristik tenaga pengarit. (a) hubungan antara banyak pengarit dengan banyak ternak, (b) hubungan antara bobot badan tenaga pengarit dengan kapasitas pengarit, (c) hubungan antara umur tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit, (d) hubungan antara pengalaman mengarit dengan kapasitas mengarit Banyaknya tenaga pengarit meningkat seiring banyaknya jumlah ternak. Pengaruh ini dimodelkan dalam bentuk persamaan linear. Berdasarkan model tersebut dapat diambil kesimpulan berupa satu tenaga pengarit bertanggung jawab terhadap 7.02 ST dengan R 2 sebesar 55.28% (Gambar 2a). Menurut Makin (2011) untuk efisiensi penggunaan tenaga kerja sebaiknya 5 7 ekor sapi dewasa cukup ditangani oleh seorang tenaga kerja, semakin banyak sapi yang dipelihara dalam suatu peternakan makin efisien tenaga yang dibutuhkan. Banyaknya kapasitas mengarit meningkat seiring besar bobot badan pengarit (pada selang 38.7 kg sampai 70 kg). Pengaruh ini dimodelkan dalam persamaan linear. Berdasarkan model tersebut dapat diasumsikan jika tenaga pengarit mempunyai bobot 50 kg, maka tenaga pengarit tersebut mampu mengarit hingga kg. Model ini mempunyai nilai R 2 sebesar 61.95% (Gambar 2b). Berdasarkan hubungan antara umur tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit. Umur tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit mempunyai hubungan kuadratik, yang artinya banyaknya kapasitas mengarit akan mencapai puncaknya pada umur tertentu. Berdasarkan penelitian ini, tenaga pengarit memiliki kapasitas mengarit tertinggi pada umur 40 tahun dengan kapasitas mengarit sebesar 420 kg Kapasitas mengarit (kg) Kapasitas mengarit (kg) Bobot badan tenaga pengarit (kg) (b) y = x R² = Pengalaman mengarit (tahun)

22 hari -1 (Gambar 2c). Hasil penelitian Triyono (1990) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya umur maka produktivitas peternak akan menurun, karena kondisi fisik peternak yang semakin tua. Lamanya pengalaman mengarit juga meningkatkan banyak kapasitas mengarit. Pengaruh ini dimodelkan dalam persamaan linear. Berdasarkan model tersebut dapat diasumsikan jika seseorang mempunyai pengalaman mengarit selama satu tahun, maka orang tersebut mampu mengarit hingga kg. Model ini mempunyai nilai R 2 sebesar 13.45% (Gambar 2d). Menurut Simanjuntak (1985), orang yang baru mulai bekerja atau kurang pengalaman biasanya mempunyai produktivitas kerja yang rendah. 9 Umur tenaga pengarit (tahun) Kapasitas mengarit (kg) Gambar 3 Hubungan antara umur tenaga pengarit dan bobot badan tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit. Umur tenaga pengarit Bobot badan tenaga pengarit Bobot badan tenaga pengarit (kg) Umur tenaga pengarit (tahun) Kapasitas mengarit (kg) Gambar 4 Hubungan antara umur tenaga pengarit dan pengalaman mengarit dengan kapasitas mengarit. Umur tenaga pengarit Pengalaman mengarit Pengalaman mengarit (tahun)

23 10 Berdasarkan Gambar 3, semakin tua umur tenaga pengarit dan kecilnya bobot badan tenaga pengarit mengakibatkan rendahnya kapasitas dalam mengarit. Semakin muda umur tenaga pengarit dengan bobot badan yang ideal (55 65 kg) dapat menigkatkan produktivitasnya dalam mengarit. Hal ini dikarenakan perbedaan kemampuan fisik tenaga pengarit yang dipengaruhi oleh umur serta bobot badan. Berdasarkan Gambar 4, semakin tua umur tenaga pengarit dengan pengalaman mengarit yang kurang mengakibatkan rendahnya produktivitas dalam penyediaan hijauan. Sehingga semakin muda umur seseorang dengan pengalaman mengarit yang cukup, dapat mengarit dengan jumlah yang banyak. Tenaga pengarit di Peternakan Pondok Ranggon memiliki kapasitas mengarit dengan rata-rata 345 ± kg hari -1. Kapasitas mengarit ini tergolong cukup tinggi. Hasil penelitian Setiana (2011) menunjukkan kapasitas peternak dalam mengarit sebesar kg hari -1. Pola Penyediaan Hijauan Pakan Sebagian besar peternak di peternakan Pondok Ranggon beternak secara intensif dan menyediakan hijauan dengan cara cut and carry (dipotong dan diangkut) kemudian diberikan pada ternak yang berada di kandang. Penyediaan hijauan pakan dilakukan hampir setiap harinya pada pukul WIB. Hijauan merupakan hal penting bagi ternak sapi perah, oleh karena itu peternak harus menyediakan hijauan dalam jumlah yang cukup. Namun tidak semua peternak memiliki kebun rumput potong. Berdasarkan hasil wawancara kepada peternak, mayoritas peternak di Pondok Ranggon menggunakan tanaman liar dalam menyediakan hijauan pakan. Beberapa peternak lainya juga membeli dari sesama peternak dengan harga Rp5 000 Rp7 000 per ikat (± kg). Tanaman liar diperoleh dari mengarit rumput, legum dan rumbah di sawah, pekarangan kosong, dan rawa. Pola Pemberian Pakan Sapi Perah Pola pemberian pakan terhadap jumlah kepemilikan satuan ternak disajikan pada Gambar 5. Pemberian hijauan cenderung menurun seiring dengan banyaknya jumlah kepemilikan satuan ternak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah hijauan yang diperoleh ketika mengarit sehingga banyaknya hijauan yang didapat harus dibagi rata kepada setiap ternak. Keterbatasan hijauan membuat peternak memberikan pakan sapi dengan hasil sampingan industri pangan, seperti ampas tahu.

24 11 Pemberian pakan (kg ST -1 hari -1 ) Jumlah ternak (ST) Gambar 5 Pola pemberian pakan terhadap jumlah ternak. Hijauan (BK) Konsentrat + Ampas tahu (BK) Pola pemberian pakan terhadap produksi susu disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa produksi susu di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon mempunyai rata-rata produksi susu sebesar ± 1.48 liter hari -1 dimana produksi susu tersebut tergolong rendah. Produksi susu yang rendah ini disebabkan mutu ternak rendah ataupun makanan yang diberikan baik kualitas maupun kuantitasnya kurang baik (Sudono et al. 2003) Pemberian Pakan (kg ST -1 hari -1 ) Produksi Susu (liter ekor -1 ) Gambar 6 Pola pemberian pakan terhadap produksi susu Hijauan (kg) Konsentrat + Ampas tahu (BK) Berdasarkan rataan pemberian pakan sapi perah di peternakan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak lebih banyak memberikan ampas tahu dengan rataan ± 5.99 kg ekor -1 hari -1 dibandingkan dengan pemberian hijauan dengan rataan ± 5.18 kg ekor -1 hari -1. Konsentrat diberikan sangat sedikit dengan rataan 1.29 ± 1.06 kg ekor -1 hari -1.

25 12 Tabel 3 Rataan pemberian pakan sapi perah di Pondok Ranggon Bahan pakan Pemberian (kg ekor -1 hari -1 ) Segar BK PK TDN Rumput lapang ± ± ± ± 0.71 Konsentrat 1.29 ± ± ± ± 0.69 Ampas tahu ± ± ± ± 0.68 Jumlah pemberian 9.20 ± ± ± 2.08 Jumlah kebutuhan a a Sumber : Dewayani (2012) dengan perhitungan Sutardi (1981); BK = bahan kering, PK = protein kasar, TDN = total digestible nutrient. Pemberian PK dan TDN pakan oleh peternak sebesar 1.79 ± 0.47 dan 6.38 ± 2.08 kg ekor -1 hari -1. Pemberian tersebut diatas jumlah kebutuhan yang diperlukan sebesar 1.22 dan 6.3 kg ekor -1 hari -1. Pemberian BK pakan di Pondok Ranggon sebesar 9.20 ± 3.04 kg ekor -1 hari -1. Hasil penelitian Dewayani (2012) menunjukkan kebutuhan BK dapat dihitung berdasarkan rataan produksi susu 9.28 kg ekor -1 hari -1 dan bobot badan kg menurut Sutardi (1981) yaitu sebesar 9.22 kg ekor -1 hari -1. Dilihat dari pemberian pemberian bahan kering pada sapi perah dengan bobot badan rata-rata ternyata hanya 2.37% dari bobot badan. Konsumsi BK pakan tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan pendapat Despal et al. (2008) menyatakan bahwa sapi yang berproduksi tinggi dapat mengkonsumsi BK pakan 3.6 4% bobot hidupnya. Sulitnya memperoleh hijauan pakan ternak di daerah ini menyebabkan rasio pemberian hijauan dan konsentrat pada sapi perah dalam bentuk kering hanya sebesar : Hasil perbandingan rasio hijauan dan konsentrat ini tidak jauh beda dengan penelitian Putra (2004) dimana rasio hijauan dan konsentrat : Menurut Sudono (1999), untuk memperoleh ransum yang murah dan koefisien cerna yang tinggi dapat digunakan pakan hijauan sebanyak-banyaknya 60% dari bahan kering dan sisanya 40% berasal dari konsentrat. Pada musim kemarau peternak kesulitan mendapatkan hijauan sehingga sebagai gantinya peternak memberikan konsentrat dalam jumlah lebih banyak. Moda Penyediaan Hijauan di Pondok Ranggon Moda penyediaan hijauan di Pondok Ranggon terbagi atas 3 jenis alat angkut yaitu gerobak, pick-up, dan truk dengan presentase kepemilikan sebesar gerobak (29%), pick-up (53%), truk (12%) dan becak motor (6%). Manajemen penyediaan hijauan pakan dilakukan dengan pemberian secara langsung sebagian hasil mengarit dan sebagian lainnya diberikan keesokan harinya. Peralatan yang dibawa peternak atau buruh pengarit dalam mencari hijauan antara lain: sepatu boots, pengikat rumput, dan sabit. Berdasarkan hasil uji sidik ragam pada Tabel 4, hasil sidik ragam moda terhadap jumlah tenaga pengarit yang menggunakan truk berbeda nyata (p<0.05) lebih banyak dari pick-up dan gerobak. Hasil sidik ragam moda terhadap waktu tempuh tidak menunjukkan perbedaan. Waktu tempuh dalam mencari hijauan dari peternakan hingga lokasi tujuan ditempuh dengan waktu 15 hingga 30 menit. Hal itu tergantung dari lokasi tujuan mencari hijauan. Berdasarkan jarak yang

26 ditempuh dalam mencari hijauan, moda truk nyata (p<0.05) lebih jauh dibandingkan gerobak dan pick-up. Umumnya, lokasi pencarian hijauan pakan pada moda truk berada di lokasi Gunung Putri dan Depok. Moda pick-up pencarian hijauan dilakukan lokasi Krangggan, Cipayung, Cilangkap dan sekitar alternatif Cibubur. Sedangkan untuk moda gerobak pencarian hijauan di lokasi yang cukup dekat yaitu daerah sekitar Pondok Ranggon (Lampiran 2). Berdasarkan kapasitas hijauan, moda truk nyata (p<0.05) lebih banyak membawa hijauan dibandingkan gerobak dan pick-up. Luasan peternak atau buruh dalam mengarit pada moda truk nyata (p<0.05) lebih luas dibandingkan gerobak dan pick up. Berdasarkan jumlah ternak, moda truk nyata lebih banyak dari gerobak dan pick up. Berdasarkan waktu efektif mengarit, moda truk nyata (p<0.05) lebih lama dari gerobak dan pick-up. Tabel 4 Moda penyediaan hijauan pakan Peubah Jenis alat angkut Gerobak Pick-up Truk Jumlah tenaga pengarit (orang) 1.25 ± 0.50c 2.33 ± 0.71b 4.00 ± 0.00a Waktu tempuh (menit) ± ± ± 1.41 Jarak (km) 2.09 ± 1.74b 4.52 ± 3.67b ± 2.96a Luasan mengarit (m 2 ) ± b ± 95.82b ± a Kapasitas hijauan (kg) ± b ± b ± a Jumlah ternak (ekor) ± 17.59b ± 12.27b ± 41.01a Waktu efektif mengarit (menit) ± 8.50b ± b ± a abc huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf p< 0.05 Kecepatan mengarit peternak dan buruh pengarit sangat tergantung dari pengetahuan tentang jenis hijauan dan ketersediaan di alam. Peternak yang mengarit sendiri cenderung akan memilih-milih hijauan yang akan diambilnya sehingga akan memakan waktu yang cukup lama. Sedangkan buruh pengarit cenderung tidak memilih dalam mengarit, mereka lebih secepat mungkin memenuhi alat angkutnya. Menurut Setiana (2011) kecepatan mengarit ditentukan oleh umur, perawakan dan keterampilan peternak. 13 Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kualitas hijauan terutama jenis rumput yang diberikan kepada ternak memiliki kandungan nutrisi yang kurang bagus dikarenakan hijauan yang diberikan umumnya rumput alam. Menurut Acker (1971), rumput alam termasuk kategori kelompok hijauan kualitas sedang yaitu mempunyai protein kasar berkisar antara 5 10% dan energi berkisar antara 41 50% TDN. Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan alang-alang sebagai hijauan pakan sapi perah terbanyak. Hal ini dipengaruhi oleh mudahnya dalam mendapatkan dan ketersediaanya yang cukup melimpah. Alang-alang dapat tumbuh pada tanah terantar, ladang, pinggir jalan dan pekarangan. Dari segi nutrisi, alang alang memilki kandungan nutrisi yang rendah dibanding jenis

27 14 hijauan lainnya. Imperata cylindrica (alang-alang) mempunyai kadar protein kasar 5.25% dan TDN sebesar 44.4% (Sutardi 1981). Berdasarkan hasil wawancara kepada peternak dan tenaga pengarit, jenis hijauan yang bagus untuk menghasilkan produksi susu ternaknya adalah rumput benggala yang sering disebut mereka sulanjana. Menurut hasil penelitian Purbajanti et al. (2007), rumput benggala yang dipotong dengan ketinggian 10 cm mempunyai kadar protein kasar 10.50% dan serat kasar 36.68%. Penggunaan jenis legum di Peternakan Pondok Ranggon sebesar 15.79% dirasakan kurang dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah terutama protein. Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan peternak terhadap jenis dan kualitas hijauan sehingga hanya mengandalkan hijauan yang ada saja. Kandungan nilai protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi (Sumarsono 2002). Selain perlunya pengetahuan tentang jenis hijauan, peternak dan tenaga pengarit juga perlu mengetahui waktu pemotongan hijauan yang baik. Tenaga pengarit di Pondok Ranggon biasanya memilih rumput-rumput yang tinggi dan sudah berbunga dimana kualitas rumput tersebut rendah dibanding sebelum berbunga. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Peternakan Pondok Ranggon Komposisi botani hijauan pakan dengan metode dry weight rank menurut Mannetje dan Haydock (1963) di peternakan Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 5. Jenis hijauan yang diberikan terbagi menjadi tiga yaitu rumput (10 spesies), legum (3 spesies), dan rumbah (6 spesies) (Lampiran 3). Berdasarkan peringkat, hijauan yang diberikan pada sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon adalah rumput dengan jumlah frekuensi pemberian sebesar 52.63%, diikuti oleh rumbah dengan frekuensi sebesar 31.58%, dan legum sebesar 15.79%. Sedangkan jika dilihat dari spesies, frekuensi tertinggi yang diberikan pada sapi perah adalah alang-alang (Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv.) sebesar 36.41%, rumput ekor kucing (Pennisetum polystachyon (L.) Schult.) 22.93%, peringkat ketiga adalah dan rumput benggala (Panicum maximum Jacq.) 19.06%. Hal ini dapat dikatakan bahwa sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon lebih menyukai jenis hijauan rumput. Berdasarkan wawancara dengan peternak, beberapa jenis hijauan yang disukai ternak adalah sebagai berikut: Pennisetum purpureum Schum (Rumput gajah), Oplimenus compositus (L.) Beauv (Tembelekan), Paspalum conjugatum Berg (Jukut pahit), Echinochloa colona (L.) Link (Rumput bulu ayam), Calopogonium mucunoides Desv. (Kalopo), dan Asystasia coromodeliana Ness. (Ara sungsang).

28 Tabel 5 Komposisi botani hijauan pakan sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon No. Jenis hijauan a Nama lokal Kelompok hijauan 15 Komposisi botani (%) 1. Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv. Alang-alang Rumput Pennisetum polystachyon Rumput ekor (L.) Schult. kucing Rumput Panicum maximum Jacq. Rumput benggala Rumput Pennisetum purpureum Schum. Rumput gajah Rumput Oplismenus compositus (L.) Beauv. Tembelekan Rumput Paspalum conjugatum Berg. Jukut pahit Rumput Rottboellia exaltata L.F. Jukut kikisan Rumput Echinochloa colona (L.) Rumput bulu Link. ayam Rumput Rhynchelytrum roseum (Ness) Stapf & C.E. Hubb Rumput natal Rumput Ottochloa nodosa (Kunth.) Rumput sarang Dandy buaya Rumput Calopogonium mucunoides Desv. Kalopo Kacangan Centrosema pubescens Benth. Sentro Kacangan Mimosa invisa Mart. Ex Colla Borang Kacangan Asystasia coromodeliana Ness. Ara sungsang Rumbah Biden pilosa L. Ajeran Rumbah Lantana camara L. Bunga pagar Rumbah Borrearia latifolia (Aubl.) Kentangan Rumbah 0.97 K.Sch. 18. Mikania micrantha H.B.K Sembung Rumbah 0.80 rambat 19. Musa paradisiaca L. Daun pisang Rumbah 0.40 a Sumber : Soerjani et al. (1987), Isely (1962), Backer (1973). Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Nell dan Rollinson Kapasitas peningkatan populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) di Pondok Ranggon dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan pakan di Pondok Ranggon. Berdasarkan potensi wilayah, ketersediaan hijauan (KPPTR efektif)= ST (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ternak lebih besar daripada potensi wilayah

29 16 tersebut. Kondisi ini menuntut peternak/buruh pengarit untuk mencari hijauan keluar daerah Pondok Ranggon. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Produktivitas tenaga pengarit cenderung berkorelasi positif terhadap bobot badan, umur, dan pengalaman mengarit. Komposisi hijauan pakan didominasi oleh rumput. Rumput yang dominan digunakan adalah alang-alang (Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv.), rumput ekor kucing (Pennisetum polystachyon (L.) Schult.), dan rumput benggala (Panicum maximum Jacq.). Saran Perlunya realisasi lahan khusus dari dinas peternakan untuk budidaya rumput dengan produktivitas tinggi agar ketersediaannya tidak bergantung pada alam yang cenderung fluktuatif serta perlunya penyediaan lumbung pakan hijauan diluar Pondok Ranggon. DAFTAR PUSTAKA Acker D Animal Science and Industry. Prentice Hall, Inc. New Jersey (US) : Englewood Cliffs. Anggraeni L Evaluasi usaha sapi perah dalam aspek financial berdasarkan skala usaha yang berbeda (studi kasus pada kelompok tani ternak sapi perah swadaya Pondok Ranggon di Jakarta Timur) [skripsi]. Purwokerto (ID): Univ Jendral Soedirman. Backer CA Atlas of 220 Weeds of Sugarcane Fields in Java. Amsterdam (ML): Ysel Pr. Despal, Sigit N, Suryahadi, Amirroenas DE, Tjakradidjaja AS, Permana IG, Toharmat T Nutrisi Ternak Perah. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dewiyani N Hubungan antara produksi dan kualitas susu sapi perah dengan faktor yang mempengaruhi (studi kasus di Pondok Ranggon, Jakarta Timur) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Isely D Weed Identification and Control in The North Central States. USA (US) : Lowa State Univ Pr. Kantor Kelurahan Pondok Ranggon Profil Kelurahan Pondok Ranggon Tahun Jakarta (ID): Kecamatan Cipayung. Kota administrasi Jakarta Timur.

30 Kasryno Strategi dan kebijaksanaan penelitian dalam menunjang pembangunan peternakan. Laporan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor (ID) : Badan Litbang Pertanian. Makin M Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu. Mannetje L, Haydock KP The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J Br Grassl Soc. 18 (4): McDowell RE Improvement of livestock production in warm climates. San Fransisco (US) : Freeman. Nell AJ, Rollinson DHL The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia. Jakarta (ID): UNDP Project INS/72/009. Purbajanti ED, Anwar S, Widyati S, Kusmiyati F Kandungan protein dan serat kasar Rumput Benggala (Panicum maximum) dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada cekaman stres kering. Anim Prod. 11 (2) : Putra AR Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rukmana HR Rumput Unggul : Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta (ID) : Kanisius. Saefulhakim RS, Nasoetion LI. 1995a. Kebijaksanaan pengendalian konversi sawah beririgasi teknis. Di dalam : Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasai Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Bogor (ID) : Penelitian Tanah IPB. Setiana MA Komposisi hijauan pakan domba dan kapasitas mengarit di kebun sawit Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi [Internet]. [diunduh 2013 Agst 1]. Tersedia pada: komposisi-hijauan-pakan-domba-dan-kapasitas-mengarit-di-kebun-sawitkecamatan-cibadak-kabupaten-sukabumi/#more-113 Simanjuntak YLR Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ed ke-2. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G Weed of Rice in Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka. Soekartawi Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID) : UI Pr. Stone BC A guide to collecting Pandanaceae (Pandanus, Freycinetia, Sararanga). Ann Missouri Bot Gard. 70 : Sudono A Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS Beternak Sapi Perah secara Intensif. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka. Sumarsono Ketahanan sentro (Centrosema pubescens Benth) dalam pertanaman campuran dengan (Centrosema pubescens Benth) yang menerima pupuk fosfat dan kotoran ternak. JPPT. 27 (2) : Suparini Pengkajian potensi wilayah Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan sapi potong [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sutardi T Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. (ID) : Insititut Pertanian Bogor. 17

31 18 Triyono J Pengaruh beberapa aspek sosial pemeliharaan pada pencurahan jam kerja pemeliharaan kambing dan domba [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

32 Lampiran 1 Peta kawasan Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur 19 Sumber : Lampiran 2 Peta lokasi pencarian hijauan berdasarkan jenis alat angkut

33 20 Lampiran 3 Perhitungan komposisi botani di Peternakan Pondok Ranggon Komponen Jenis Hijauan Rank 1 Rank 2 Rank 3 A Pennisetum polystachyon (L.) Schult. 5 7 B Lantana camara L. 1 C Mikania micrantha H.B.K 2 D Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv E Asystasia coromodeliana Ness. 4 1 F Centrosema pubescens Benth. 1 G Panicum maximum Jacq. 5 3 H Paspalum conjugatum Berg. 1 I Oplismenus compositus (L.) Beauv. 3 J Pennisetum purpureum Schum. 1 1 K Rottboellia exaltata L.F. 2 L Rhynchelytrum roseum (Ness) 1 M Calopogonium mucunoides Desv. 2 N Echinochloa colona (L.) Link. 2 O Bidens piosa L. 1 P Musa paradisiaca L. 1 Q Borrearia latifolia (Aubl.) K.Sch. 1 R Mimosa invisa Mart. Ex Colla 1 S Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy 1 Jumlah rank dikalikan dengan angka konstanta 8.04; 2.41; 1. Lampiran 3 Perhitungan komposisi botani di Peternakan Pondok Ranggon (lanjutan) Komponen Rank Jumlah % Tiap Jenis A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S Total

34 21 Lampiran 4 Jenis hijauan pakan yang terdapat di kandang Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv. Pennisetum polystachyon (L.) Schult. Panicum maximum Jacq. Echinochloa colona (L.) Link. Calopogonium mucunoides Desv. Centrosema pubescens Benth. Asystasia coromodeliana Ness. Biden pilosa L.

35 22 Mikania micrantha H.B.K Rhynchelytrum roseum (Ness) Stapf & C.E. Hubb Paspalum conjugatum Berg. Lantana camara L. Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy Rottboellia exaltata L.F. Oplismenus compositus (L.) Beauv. Borrearia latifolia (Aubl.) K.Sch.

36 23 Lampiran 5 Kapasitas daya tampung ternak metode Nell dan Rollinson (1974) Lahan Luas lahan a (ha) Potensi (ha) Sawah Jalur hijau Pemakaman Total Sumber : Data Kelurahan Pondok Ranggon (2012); a Kesetaraan potensi HMT 15 ton BK. Perhitungan konversi satuan ternak Sapi = (837 1) + ( ) + ( ) = ST Konversi ke dalam padang rumput permanen = 8.54 ha 15 ton BK - - = ton BK - a a dukun Potensi ( K) k K Konsumsi ternak 365 ta ( K) k K 6.29 k K 365 ta. 55 KPPTR Efektif = Daya Dukung Populasi Riil = ST ST = ST Lampiran 6 Gambar moda penyediaan hijauan pakan di Peternakan Pondok Ranggon Gerobak Becak motor Pick-up Truk

37 24 Lampiran 7 Manajemen pemeliharaan sapi perah di Pondok Ranggon Kegiatan pembersihan dan pemerahan susu di kandang Kegiatan pemberian ampas tahu dan rumput

38 25 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1991 di Bandar Lampung. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Baharuddin SSos dan Ibu Puji Wahyuni. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Jakarta pada tahun 2003 hingga 2006 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 31 Jakarta pada tahun 2006 yang diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur baharannisa@gmail.com Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun Selama kuliah penulis pernah berpartisipasi sebagai anggota panitia dalam Meet Cowboy 47 tahun Penulis pernah mengikuti magang di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor pada tahun Selain itu, Penulis juga berpartisipasi sebagai anggota dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian (PKM-P) yang mendapatkan dana pada tahun 2012 dengan judul Pemberian Tepung Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) dan Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam Ransum Ayam Broiler Sebagai Bahan Antibakteri Escherichia coli. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillaahirabbil aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat serta nikmat-nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada Bapak Baharuddin, Mama Puji, dan kakak-kakak (Raisa dan Rachel) tercinta atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang selalu diberikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir M Agus Setiana, MS selaku pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik dan kepada Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi selaku pembimbing skripsi atas masukan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Kukuh Budi Satoto, MS selaku dosen penguji seminar pada 20 Juni 2013, Ir Asep Tata Permana, MSc dan Bramada Winiar Putra, SPt MSi selaku dosen penguji sidang serta Dilla Mareistia Fassah, SPt MSc selaku panitia sidang pada 11 September 2013 atas masukan dan koreksi dalam skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Falahin selaku Ketua Kelompok Tani Ternak Swadaya Pondok Ranggon atas izin penelitian dan para peternak serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman terdekat (Syukrio, Ary, Deva dan Anit) yang selalu memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis, teman-teman seperjuangan (Alvi dan Jodi), keluarga besar Agrostologi dan seluruh keluarga besar Nutritiousz 46 atas semua dukungannya.

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber :

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber : LAMPIRAN 36 Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau Sumber : http://www.polapsda.net/?act=detail_ws&wid=93 Lampiran 2. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata di Desa Air Sulau Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010)

Lebih terperinci

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kabupaten Mandailing Natal Penduduk Kabupaten Mandailing Natal bermata pencaharian di sektor pertanian secara luas, kemudian sebagai pedagang, buruh, pegawai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI RUTH CAROLINA PANJAITAN 060306015 DEPARTEMEN PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu, berada di pantai barat Pulau Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

ESTIMASI KUALITAS HIJAUAN PAKAN MELALUI ANALISIS KADAR AIR DAN NITROGEN TANAH (STUDI KASUS DI KAWASAN HULU SUB DAS TUNTANG) SKRIPSI.

ESTIMASI KUALITAS HIJAUAN PAKAN MELALUI ANALISIS KADAR AIR DAN NITROGEN TANAH (STUDI KASUS DI KAWASAN HULU SUB DAS TUNTANG) SKRIPSI. ESTIMASI KUALITAS HIJAUAN PAKAN MELALUI ANALISIS KADAR AIR DAN NITROGEN TANAH (STUDI KASUS DI KAWASAN HULU SUB DAS TUNTANG) SKRIPSI Oleh MUHAMMAD SYAIFUR ROHMAN PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

EFISIENSI PAKAN KOMPLIT DENGAN LEVEL AMPAS TEBU YANG BERBEDA PADA KAMBING LOKAL SKRIPSI. Oleh FERINDRA FAJAR SAPUTRA

EFISIENSI PAKAN KOMPLIT DENGAN LEVEL AMPAS TEBU YANG BERBEDA PADA KAMBING LOKAL SKRIPSI. Oleh FERINDRA FAJAR SAPUTRA 1 EFISIENSI PAKAN KOMPLIT DENGAN LEVEL AMPAS TEBU YANG BERBEDA PADA KAMBING LOKAL SKRIPSI Oleh FERINDRA FAJAR SAPUTRA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 2 EFISIENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI M. Christiyanto dan Surahmanto Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Email korespondensi: marrychristiyanto@gmail.com

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity.

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity. Potensi Pakan Hijauan di Bawah Naungan Pohon Karet Praproduksi dan Produksi di Perkebunan Masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur The Potency of Pasture Under the Shade of Preproduction

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM :

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM : 1 SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI. PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : YOGA GANANG HUTAMA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI

PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum schamach) DENGAN INTERVAL PEMOTONGAN YANG BERBEDA SIKRIPSI EVI REKA BANJARNAHOR 110306006

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR 107040003 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI WINA SRIDEWI NABABAN 070306005 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN 2012 ANALISIS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 92-96 ISSN : 2355-6226 PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI 1* 2 Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera 1 Departemen

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL FESES KERBAUFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT

EFEK PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL FESES KERBAUFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT EFEK PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL FESES KERBAUFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT (Paspalumconjugatum, Brachiaria decumbens, Digitaria milanjiana) SKRIPSI Oleh: PRAWESTRI DWI PURWANTI 110306036

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N

POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2004 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

ARDI CAHYA KUSUMA ANGGORO

ARDI CAHYA KUSUMA ANGGORO SKRIPSI PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL-VITAMIN KOMPLEKS TERHADAP KONSUMSI NUTRIEN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING GEMBRONG DALAM RANSUM BERBASIS HIJAUAN LOKAL ARDI CAHYA KUSUMA ANGGORO FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA BETINA LEPAS SAPIH SKRIPSI.

NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA BETINA LEPAS SAPIH SKRIPSI. NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA BETINA LEPAS SAPIH SKRIPSI Oleh LAILY ISMATUL FAIZAH PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

PENGARUH IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT DAN SUPLEMENTASI UREA TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR, ASETAT DARAH DAN LEMAK SUSU SAPI Friesian Holstein

PENGARUH IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT DAN SUPLEMENTASI UREA TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR, ASETAT DARAH DAN LEMAK SUSU SAPI Friesian Holstein PENGARUH IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT DAN SUPLEMENTASI UREA TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR, ASETAT DARAH DAN LEMAK SUSU SAPI Friesian Holstein SKRIPSI Oleh ROYSANDI ARDIANTO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB EFEK PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU Suryahadi dan Despal Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB PENDAHULUAN U Perkembangan sapi perah lambat Populasi tidak merata, 98% di P. Jawa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI.

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh : TRIO ANDRIAWAN 23010110110103 PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI UNTUK PERTUMBUHAN AYAM BROILER AKIBAT PEMBERIAN TEPUNG DAUN PEPAYA DALAM RANSUM SKRIPSI. Oleh OKY KURNIATAMA

PEMANFAATAN ENERGI UNTUK PERTUMBUHAN AYAM BROILER AKIBAT PEMBERIAN TEPUNG DAUN PEPAYA DALAM RANSUM SKRIPSI. Oleh OKY KURNIATAMA PEMANFAATAN ENERGI UNTUK PERTUMBUHAN AYAM BROILER AKIBAT PEMBERIAN TEPUNG DAUN PEPAYA DALAM RANSUM SKRIPSI Oleh OKY KURNIATAMA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1. 21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai Januari 2010. Pemeliharaan ternak di Laboratorium Lapang, kandang blok B sapi perah bagian IPT Perah Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN FASE LAKTASI DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR

PEMBERIAN PAKAN DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN FASE LAKTASI DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR i PEMBERIAN PAKAN DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN FASE LAKTASI DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR TUGAS AKHIR Oleh: YOSEPHINE MICHELLE CH TUBONGKASI PROGRAM

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PROTEIN PADA KAMBING KACANG MUDA DAN DEWASA DENGAN ARAS PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TESIS. Oleh NURUL MUKMINAH

PEMANFAATAN PROTEIN PADA KAMBING KACANG MUDA DAN DEWASA DENGAN ARAS PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TESIS. Oleh NURUL MUKMINAH PEMANFAATAN PROTEIN PADA KAMBING KACANG MUDA DAN DEWASA DENGAN ARAS PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TESIS Oleh NURUL MUKMINAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU TERNAK PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS PETERNAKAN DAN

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KUALITAS JERAMI TANAMAN PROSO MILLET (P. miliaceum L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI ARAS UREA DAN PUPUK KANDANG SKRIPSI.

PRODUKSI DAN KUALITAS JERAMI TANAMAN PROSO MILLET (P. miliaceum L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI ARAS UREA DAN PUPUK KANDANG SKRIPSI. PRODUKSI DAN KUALITAS JERAMI TANAMAN PROSO MILLET (P. miliaceum L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI ARAS UREA DAN PUPUK KANDANG SKRIPSI Oleh AKHMAD RIZKI PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6. ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI NENENG LASMANAWATI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI Oleh: ERVIN NOVA WIDIYANTONO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN Leguminosa Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salahsatu tanaman pakan yang telah beradaptasi baik dan tersebar di

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH

PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI FHINKA NATALYA SIHOMBING 090306031 PROGRAM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci