HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu, berada di pantai barat Pulau Sumatera yang merupakan wilayah paling selatan dari wilayah Propinsi Bengkulu yang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah 1.185,70 km 2. Bengkulu Selatan terletak pada 4 o 1 4 o 34 Lintang Selatan dan 102 o o 17 Bujur Timur (Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan, 2010). Berdasarkan topografi, kabupaten ini terletak pada tiga jalur yaitu jalur pertama m di atas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai daerah low land luasnya mencapai 50,93%. Jalur kedua m di atas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai daerah bukit range luasnya mencapai 43%. Jalur ketiga terletak di sebelah utara-timur sampai ke puncak Bukit Barisan luasnya mencapai 6,07% (Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan, 2010). Berdasarkan kondisi teksturnya, tanah di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan sebagian besar bertekstur halus sampai sedang (84,52%), sebagian kecil bertekstur agak kasar sampai kasar (15,48%). Topografi bergelombang dengan ketinggian maksimal lebih dari m dari permukaan laut. Suhu maksimum rata-rata o C dan suhu minimum rata-rata o C, dengan kelembaban rata-rata 80%-88 %. Keadaan Umum Desa Air Sulau Air Sulau merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kedurang Ilir Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Secara administratif, batas-batas daerah Desa Air Sulau adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Suka Raja, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kaur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Jaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lubuk Ladung. Desa Air Sulau dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa memiliki luas wilayah 2.146,160 ha. Penduduk di desa ini sebagian besar merupakan pendatang (transmigran) yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Jenis tanah di Desa Air Sulau pada umumnya podsolik merah kuning. Desa ini memiliki kemiringan tanah 8% 59% dengan asal tanah batuan atau koral. Curah hujan 13

2 rata-ratanya yaitu 243,444 mm/bln (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir, 2010). Jenis iklim di Desa Air Sulau adalah tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan September sampai dengan April dengan curah hujan terbanyak pada bulan Desember sampai Januari. Keadaan umum Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Keadaan Umum Desa Air Sulau Keadaan Lokasi Penelitian Keterangan Luas Wilayah (km 2 ) 21,4* Jumlah Penduduk (jiwa) 1.852* Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 86,29 Pola Dasar Pembangunan Lahan Pertanian ; Pemukiman Ketinggian tempat (m/dpl) Curah Hujan (mm/bln) 243,444 Jenis iklim Tropis Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 dan BPS Bengkulu Selatan 2011(*). Keadaan Umum Peternakan di Desa Air Sulau Sebagian besar penduduk di Desa Air Sulau bermatapencaharian sebagai petani. Beternak merupakan pilihan usaha untuk menambah pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk desa ini. Jenis ternak yang dipelihara di Desa Air Sulau yaitu sapi, kambing, ayam kampung, dan itik. Ternak ruminansia yang dipelihara di desa ini adalah sapi dan kambing dengan jumlah masing-masing 671 dan 170 ekor. Ternak sapi merupakan ternak ruminansia yang paling banyak dipelihara di desa ini. Jumlah populasi ternak di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Ternak di Desa Air Sulau Ternak Populasi (ekor) Sapi 671 Kambing 170 Ayam kampung Itik 650 Sumber: BPS Bengkulu Selatan (2011). 14

3 Keadaan Peternakan Sapi di Desa Air Sulau Ternak sapi di Desa Air Sulau merupakan yang tertinggi yaitu dengan jumlah 671 ekor (53,42%) dari ekor ternak sapi di Kecamatan Kedurang Ilir. Menurut petugas penyuluh setempat, sapi bali merupakan ternak yang paling disukai oleh peternak untuk dipelihara di desa ini karena menurut peternak pemeliharaan sapi bali tergolong mudah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeprapto dan Abidin (2006) bahwa sapi bali sangat diminati untuk dipelihara oleh peternak kecil di Indonesia karena tingkat kesuburannya tinggi, efisien memanfaatkan sumber pakan, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi. Secara umum ternak sapi di Desa Air Sulau dipelihara dengan dikandangkan di pekarangan belakang maupun samping rumah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peternak mengawasi ternaknya. Selain itu, pemeliharaan dengan dikandangkan bertujuan untuk mencegah terjadinya perusakan tanaman pertanian oleh ternak karena sebagian besar lahan di desa ini dimanfaatkan untuk perkebunan. Penggunaan Lahan Desa Air Sulau memiliki luas wilayah 2.146,16 ha. Sebagian besar lahan di desa ini dimanfaatkan sebagai lahan untuk perkebunan. Pemanfaatan lahan pada suatu daerah sangat mempengaruhi ketersediaan pakan bagi ternak. Lahan yang digunakan sebagai perkebunan maupun pertanian sangat berpotensi dalam penyediaan pakan bagi ternak yaitu dari hijauan yang tumbuh di sela tanaman di lahan tersebut. Penggunaan lahan secara rinci di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Desa Air Sulau Jenis Penggunaan Sawah Perkebunan Pemukiman Tegalan Hutan Rakyat Luas 74 Ha 1.845,1 Ha 34,5 Ha 51,5 Ha* 141 Ha* Sumber: BPS Bengkulu Selatan 2011 dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 (*). Lahan di Desa Air Sulau sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan yaitu 64% dari total luas desa. Sebagian besar perkebunan yang 15

4 diusahakan di desa ini adalah perkebunan karet dan sawit. Rumput yang tumbuh di sela tanaman perkebunan secara alami (Gambar 1.a) diperoleh peternak di perkebunan milik sendiri maupun orang lain yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Sedangkan rumput budidaya seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) dan Setaria splendida Stapf. (Gambar 1.b) diperoleh peternak dari lahan milik sendiri yang sengaja ditanam dan dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sawah dan tegalan juga merupakan lahan hijauan pakan bagi ternak baik hijauan yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja ditanam oleh peternak. Selain itu, lahan pinggir jalan (Gambar 1.c) merupakan lahan lain yang berpotensi menyumbang sumber hijauan rumput seperti alang-alang (Imperata cylindrica (L.) P. Beauv.). Gambar potensi lahan sumber hijauan pakan ternak sapi ditampilkan pada Gambar 1. a. Perkebunan (rumput alami) c. Pinggir Jalan b. Perkebunan (rumput budidaya) Karakteristik Peternak Gambar 1. Potensi Lahan Sumber Hijauan Pakan Ternak Sapi Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Peternak di Desa Air Sulau memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, pengalaman beternak, jumlah tanggungan, 16

5 dan pendapatannya. Data karakteristik peternak di desa ini diperoleh dari wawancara menggunakan kuisioner yang dilakukan pada saat penelitian. Karakteristik peternak disajikan pada Lampiran 4. Ternak sapi yang dipelihara di Desa Air Sulau adalah sapi bali yang tersebar di seluruh wilayah desa. Jumlah peternak di Desa Air Sulau sebanyak 209 kepala keluarga dengan kisaran umur antara tahun. Faktor umur sangat menentukan produktivitas kerja peternak, dimana produktivitas kerja akan tinggi pada umur produktif (15-54 tahun) (Ningsih, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan responden peternak masih rendah, umumnya sampai tingkat SD yaitu 60,29%, sedangkan lulusan SMP, SMA, dan D3 masing-masing sebanyak 27,94%, 10,29%, dan 1,47%. Meskipun tingkat pendidikan masih rendah, peternak di desa ini tidak membatasi masuknya teknologi baru, sehingga pemeliharaan ternak tidak hanya dilakukan dengan cara tradisional. Hal ini dikarenakan telah terbentuknya kelompok tani dan rutinnya dilaksanakan berbagai jenis penyuluhan oleh petugas penyuluh lapang tentang peternakan di desa ini. Pekerjaan utama sebagian besar peternak adalah sebagai petani yaitu 65 responden (95,59%), selain itu 2 responden memiliki pekerjaan sebagai pedagang (2,94%), dan 1 responden (1,47%) sebagai PNS. Beternak bukan menjadi pekerjaan utama peternak di desa ini melainkan hanya sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan yang bersifat sebagai tabungan hidup yang sewaktu-waktu dapat diuangkan jika dibutuhkan. Pengalaman peternak dalam melakukan usaha peternakan ini berkisar antara 1 38 tahun. Sebanyak 30,88% responden sudah menjalankan usaha ini lebih dari 10 tahun. Hoda (2002) menyatakan bahwa pengalaman beternak merupakan indikator keberhasilan dalam beternak. Lama usaha berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian peternak dalam mengatasi permasalahn yang timbul sehingga dapat meningkatkan produksi pada masa yang akan datang (Arbi, 2010). Responden peternak sebagian besar memiliki pendapatan berkisar antara Rp Rp yaitu sebanyak 75% dari 68 responden dengan tanggungan rata-rata tiga orang. Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga inti seperti suami, istri, dan anak, serta termasuk anggota keluarga lainnya seperti 17

6 saudara yang masih menjadi tanggungan. Pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga diperoleh yaitu salah satunya dengan beternak. Usaha Ternak Sapi Sebagian usaha ternak sapi yang dilakukan di Desa Air Sulau adalah dengan sistem gaduhan atau sistem bagi hasil. Status dan jumlah kepemilikan ternak disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Status dan Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi Uraian Status kepemilikan ternak a. Milik b. Gaduhan Jumlah ternak (ekor) a. < 2 b. 2 5 c. >5 Sumber: Data primer (2011). Jumlah Peternak (KK) Persentase (%) 72,06 27,94 11,76 77,94 10,29 Jumlah Ternak (ekor) Jumlah ternak (ST) Sebanyak 27,94% responden merupakan penggaduh dengan jumlah ternak yang digaduh sebanyak 31,06%, sedangkan sebanyak 72,06% responden merupakan pemilik ternak dengan jumlah ternak yang dimiliki sebanyak 68,93% dari 206 ekor ternak sapi yang dimiliki oleh 68 responden peternak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak di desa ini telah mandiri dalam menjalankan usaha peternakannya. Jumlah ternak sapi yang dipelihara masing-masing responden bervariasi yaitu 1 sampai 8 ekor dengan rata-rata kepemilikan 3 ekor per kepala keluarga. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Komposisi botani hijauan pakan di Desa Air Sulau dilakukan dengan metode Dry-Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Komposisi dihitung berdasarkan dugaan berat kering yang kemudian dilakukan peringkat (1, 2, dan 3) terhadap jenis hijauan tertentu yang diberikan oleh peternak di kandang. 18

7 Semakin tinggi persentase ini menunjukkan tingginya jumlah hijauan tersebut diberikan pada ternak. Komposisi botani hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau secara rinci disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau No. Nama Hijauan Jenis Hijauan % tiap jenis 1. Centotheca lappacea (L.) Desv. Rumput 0,56 2. Leersia hexandra Swartz. Rumput 6,16 3. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. Rumput 23,13 4. Setaria splendida Stapf. Rumput 6,97 5. Pennisetum purpureum Schum. Rumput 20,75 6. Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. Rumput 2,42 7. Paspalum commersoni Lam. Rumput 32,53 8. Oryza minuta Presl. Rumput 5,14 9. Leucaena leucocephala Lamk. Kacangan 0, Fimbristylis miliacea (L.) Vahl. Ramban 2,20 Sumber: Data primer yang diolah (2011). Berdasarkan Tabel 6, komposisi botani hijauan tertinggi (peringkat pertama) yang diberikan pada ternak sapi di Desa Air Sulau adalah Paspalum commersoni Lam. (Gambar 2.a) dengan persentase 32,53%. Rumput P. commersoni Lam. merupakan rumput yang banyak tumbuh di rawa. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. (Gambar 2.b) merupakan hijauan yang paling banyak diberikan (peringkat kedua) yaitu dengan persentase 23,13%. Menurut peternak, P. conjugatum P.J. Bergius merupakan rumput yang disukai oleh ternak sapi sehingga rumput ini sering diberikan pada ternak. Sedangkan peringkat ketiga jenis hijauan yang paling banyak diberikan adalah Pennisetum purpureum Schum. (Gambar 2.c) dengan persentase 20,75%. Rumput gajah (P. purpureum Schum.) merupakan rumput budidaya yang sengaja ditanam oleh peternak. Rumput ini biasanya ditanam di sela-sela perkebunan seperti perkebunan karet. Jenis hijauan lainnya yang diberikan pada ternak sapi di desa ini yaitu Leucaena leucocephala Lamk., Centotheca lappacea (L.) Desv., Fimbristylis miliacea (L.) Vahl., Imperata cylindrica (L.) P. Beauv., Oryza minuta Presl., Leersia hexandra 19

8 Swartz., dan Setaria splendida Stapf. dengan persentase 0,14%-6,97%. Jenis rumput Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. (alang-alang) juga dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan. Friday et al. (1999) menyatakan bahwa alang-alang muda (0-15 hari) kualitasnya setara dengan Panicum maximum Jacq. Jenis hijauan berdasarkan peringkat 1, 2, dan 3 di Desa Air Sulau disajikan pada Gambar 2. a. Paspalum commersoni Lam. b. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. c. Pennisetum purpureum Schum. Gambar 2. Hijauan Pakan Ternak Sapi (Peringkat 1, 2, dan 3) Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Data konsumsi jenis hijauan berdasarkan kepemilikan ternak diperoleh dari 15 peternak yang masing-masing 5 peternak sapi dengan kepemilikan ternak kurang dari 2 ekor, 5 peternak dengan kepemilikan ternak 2-5 ekor, dan 5 peternak dengan kepemilikan ternak lebih dari 5 ekor selama 5 hari. Persentase konsumsi jenis hijauan pakan ternak sapi berdasarkan jumlah kepemilikan ternak di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 7. 20

9 Tabel 7. Persentase Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak di Desa Air Sulau Jumlah ternak Rumput (%) Kacangan (%) Ramban (%) < 2 96,93 3, ,63 1,68 0,69 >5 97,14 2,47 0,39 Sumber: Data primer yang diolah (2011). Hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dengan jumlah ternak yang berbeda, persentase konsumsi jenis hijauan rumput paling tinggi yaitu dengan jumlah konsumsi diatas 90%. Peternak yang memiliki 1 ekor sapi tidak memberikan hijauan jenis ramban pada ternaknya, ini ditunjukkan pada Tabel 7 dengan persentase penggunaan 0%. Sedangkan peternak yang memiliki ternak 2-5, dan lebih dari 5 ekor masing-masing menggunakan ramban 0,69% dan 0,39%. Jenis kacangan (legum) dan ramban yang hanya sedikit digunakan oleh peternak dikarenakan selain sapi beberapa peternak juga memelihara kambing. Dikemukakan oleh peternak bahwa kambing lebih menyukai legum dan ramban dibandingkan rumput, sehingga kacangan lebih diperuntukkan bagi kambing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suminar (2011) yang menunjukkan bahwa jenis hijauan yang diberikan pada ternak kambing di Desa Cigobang didominasi oleh legum dan ramban, dengan persentase rataan konsumsi masing-masing 79,53 dan 13,35%, sedangkan persentase rataan konsumsi rumput yaitu hanya 7,12%. Kacangan (legum) dapat diberikan pada ternak sapi sebagai sumber protein. Putra (1999) menyatakan bahwa pemberian hijauan pakan leguminosa akan meningkatkan penampilan sapi bali. Jumlah pemberian hijauan kacangan yang kurang dari 4% dari total pemberian hijauan dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan protein ternak sapi, karena di Desa Air Sulau konsentrat sebagai sumber protein tidak pernah diberikan. Keragaman Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Hijauan pakan ternak yang diberikan pada ternak sapi di Desa Air Sulau umumnya berupa rumput, kacangan, dan ramban. Jenis hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau secara rinci disajikan pada Tabel 8 dan gambar jenis hijauan pakan 21

10 ternak sapi (rumput, kacangan, dan ramban) yang digunakan di Desa Air Sulau disajikan pada Lampiran 5. Tabel 8. Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau No. Nama Latin Nama Lokal Jenis Hijauan 1. Centotheca lappacea (L.) Desv. - Rumput 2. Eragrostis unioloides (Retz) Nees. - Rumput 3. Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. - Rumput 4. Leersia hexandra Swartz. Lameta Rumput 5. Macaranga triloba (Thunb.) Mull. Arg. Marak Rumput 6. Oplismenus compositus (L.) P. Beauv. - Rumput 7. Oryza minuta Presl. Cenduai Rumput 8. Panicum maximum Jacq. - Rumput 9. Paspalum cartilagineum Presl. - Rumput 10. Paspalum commersonii Lam. Kolomento Rumput 11. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. Rumput Pait Rumput 12. Pennisetum polystachion (L.) Schult. - Rumput 13. Pennisetum purpureum Schum. Gajahan Rumput 14. Setaria splendida Stapf. Setaria Rumput 15. Albizzia falcata Backer. - Kacangan 16. Gliricidia sepium Jacq. - Kacangan 17. Leucaena leucocephala Lamk. Lamtoro Kacangan 18. Pueraria javanica Benth. - Kacangan 19. Ageratum conyzoides L. - Ramban 20. Cyperus kyllingia Endl. - Ramban 21. Fimbristylis miliacea (L.) Vahl. Bulu Mata Ramban Munding 22. Melastoma affine D. Don. Dedughuak Ramban 23. Melastoma malabathricum L. Sengganen Ramban 24. Mikania cordata (Burm.f) B.L. Robinson. Arey Ramban 25. Theobroma cacao L. Daun cokelat Ramban Sumber: Gilliland (1971), Heyne (1987), Soerjani et al. (1987), Henty (1969), Hellena (2005). 22

11 Hijauan pakan ini diperoleh peternak dari lahan sawah, pinggir sungai, perkebunan, dan pinggir jalan. Peternak di Desa Air Sulau memberikan pakan berupa rumput lapang atau hijauan pakan alami yang tumbuh secara liar, serta rumput yang sengaja dibudidayakan. Soeprapto dan Abidin (2006) menyatakan bahwa rumput lapang merupakan pakan yang diberikan pada sapi dengan pemeliharaan secara tradisional. Tingginya proporsi pemberian pastura alami merupakan kebiasaan petani secara turun temurun (Budiasa, 2005). Jenis rumput Oryza minuta Presl. atau yang biasa disebut cenduai merupakan salah satu jenis rumput di lahan persawahan yang tumbuh pasca panen padi, sehingga ketersediaan rumput jenis ini sangat tergantung musim. Rumput yang tumbuh di sekitar perkebunan dan pinggir jalan juga dimanfaatkan peternak sebagai pakan ternak sapi. Selain itu, beberapa peternak menggunakan lahan perkebunan karet sebagai lahan untuk membudidayakan hijauan seperti rumput gajah dan setaria. Budiasa (2005) menyatakan bahwa rumput gajah ditanam pada daerah khusus akan memberikan kontribusi yang baik dibandingkan dengan hanya ditanam menyebar sesuai keinginan petani. Sebagian peternak masih membudidayakan rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) di sela tanaman karet. Ini mengakibatkan pertumbuhan rumput gajah akan terhambat karena menurut Elly et al. (2008), P. Purpureum Schum. tidak tahan terhadap naungan, sehingga penanaman dilakukan di lahan terbuka. Selain rumput gajah, rumput setaria merupakan satu jenis rumput lain yang dibudidayakan di Desa Air Sulau. Rumput ini biasa ditanam peternak di sela tanaman perkebunan. Menurut peternak, setaria lebih tahan terhadap naungan sehingga bila ditanam di sela tanaman karet, rumput ini masih dapat tumbuh dengan baik. Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Usaha ternak sapi potong yang berkembang di Desa Air Sulau umumnya merupakan peternakan rakyat yang dilakukan secara individu dengan sistem pemeliharaan secara tradisional. Pemeliharaan ternak sapi di Desa Air Sulau dilakukan dengan menggunakan sistem intensif dan semi-intensif. Sebagian besar peternak di desa ini memeliharaan ternak sapi dengan sistem intensif (Tabel 9). Sistem ini merupakan sistem pemeliharaan dimana ternak selalu dikandangkan sehingga pakan dan minum ternak diberikan di kandang (Gambar 3.a). Hal ini sesuai dengan Sudarmono dan Sugeng (2008) yang menyatakan bahwa secara 23

12 tradisional, pemeliharaan sapi yaitu dengan sistem kreman atau dikandangkan siang dan malam. Ternak sapi di desa ini umumnya dipelihara atau dikandangkan disekitar pekarangan belakang rumah. Ternak sapi yang dipelihara secara intensif yaitu sebanyak 144 dari 206 ekor ternak sapi yang dimiliki oleh 68 responden peternak di Desa Air Sulau. Secara rinci sistem pemeliharaan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Sistem Pemeliharaan dan Tenaga Kerja Uraian Sistem pemeliharaan a. Intensif b. Semi-intensif Tenaga kerja a. <2 orang b. 2-3 orang c. >3 orang Sumber: Data primer (2011). Jumlah Peternak (KK) Persentase (%) 73,53 26,47 13,24 77,94 8,82 Jumlah Ternak (ekor) Jumlah ternak (ST) Selain sistem intensif, sebagian peternak di desa ini melakukan pemeliharaan dengan sistem semi-intensif (Gambar 3.b). Berbeda dengan hasil penelitian Nugraha (2011), sistem semi-intensif yang diterapkan yaitu ternak digembalakan untuk mencari pakan sendiri, sedangkan sistem pemeliharaan semi-intensif di Desa Air Sulau yaitu pada siang hari sapi diikat di sekitar pekarangan rumah saja yang ditumbuhi rumput, kemudian pada sore hari sapi dimasukkan ke dalam kandang dan diberi pakan hijauan. Menurut peternak di desa ini, sistem pemeliharaan secara intensif lebih efektif karena peternak tidak perlu mengawasi ternaknya saat sedang mencari makan, serta keamanan ternak lebih terjamin dalam hal ini terhindar dari bahaya seperti dicuri. Menerapkan sistem intensif merupakan kesepakatan peternak dengan mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Bengkulu Selatan No. 03 Tahun 1997 tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak. Pemeliharaan dengan sistem intensif ini juga mempermudah peternak dalam mengumpulkan kotoran ternak yang akan dimanfaatkan sebagai pupuk yang digunakan untuk lahan perkebunan dan pertanian serta dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas. Keadaan pemeliharaan 24

13 ternak sapi dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi-intensif disajikan pada Gambar 3. a. Intensif b. Semi-Intensif Gambar 3. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Penggunaan tenaga kerja dalam pelaksanaan usaha-tani masih didominasi oleh tenaga kerja manusia yang bersumber dari dalam keluarga dan dari luar keluarga berupa tenaga gotong royong sedangkan sistem upahan jarang dilakukan (Kapa, 2004). Sebanyak 77,94% responden menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan antara dua sampai tiga orang tenaga kerja yang biasanya terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak. Setiap individu memiliki peran masing-masing. Tugas mencari hijauan pakan ini biasanya dilakukan oleh anak bersama ayah, karena pakan pada sistem pemeliharaan secara intensif diberikan langsung pada ternak di kandang, sehingga peternak bertugas untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternaknya. Kegiatan lain seperti membersihkan kandang dan memberikan pakan kepada ternak biasanya dilakukan oleh istri. Namun ada sebagian keluarga dimana istri ikut serta dalam mencari hijauan untuk ternak. Moda Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Pemberian pakan dilakukan dengan cara mencari (mengarit) rumput dengan menggunakan sabit (Gambar 4.a), kemudian rumput dibawa ke kandang dan diberikan pada ternak untuk dikonsumsi oleh ternak atau yang dikenal dengan sistem cut and carry. Penyediaan hijauan pakan ternak tersebut dilakukan peternak pada pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB. Hijauan pakan diperoleh peternak dengan menempuh jarak mulai dari 200 m sampai 5 km dari tempat tinggal. Peternak yang mencari hijauan dengan jarak relatif 25

14 dekat biasanya memanggul sendiri hijauan tersebut untuk dibawa ke kandang (Gambar 4.c). Sedangkan peternak yang memperoleh hijauan dengan jarak yang cukup jauh, biasanya mengangkut hijauan pakan dengan sepeda atau dengan menggunakan sepeda motor (Gambar 4.b). a. Peternak Sedang Mengarit b. Pengangkutan dengan Sepeda Motor c. Pengangkutan dengan Dipanggul Gambar 4. Moda Penyediaan Hijauan Pakan Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Jumlah hijauan yang diambil peternak tanpa menggunakan alat transportasi sangat terbatas pada kemampuan peternak untuk memanggul hijauan tersebut. Biasanya hijauan yang diperoleh dimasukkan ke dalam karung untuk mempermudah pekerjaan peternak saat membawa hijauan tersebut ke kandang. Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Sistem pemeliharaaan di Desa Air Sulau sebagian besar dilakukan secara intensif dengan penyediaan hijauan pakan secara cut and carry. Penyediaan hijauan pakan dengan cara ini dilakukan dengan mencari (mengarit) rumput menggunakan sabit kemudian rumput dibawa ke kandang dan diberikan dengan frekuensi tertentu pada ternak. Penyediaan hijauan pada sistem intensif tidak jauh berbeda dengan 26

15 penyediaan hijauan pada pemeliharaan intensif. Peternak yang menggunakan sistem semi intensif menyediakan hijauan pakan ternak secara cut and carry, tetapi jumlah yang diberikan tidak sama dengan ternak yang dipelihara secara intensif karena pada siang hari ternak sapi di ikat di pekarangan atau lapangan untuk merumput sendiri. Hijauan pakan ternak diperoleh peternak dari hijauan yang tumbuh secara alami dan budidaya. Sebanyak 66,18% peternak memperoleh pakan dari hijauan alami (Tabel 10). Sementara itu 23,53% responden peternak memperoleh pakan dari kombinasi antara hijauan alami dan budidaya. Menurut peternak, penggunaan hijauan pakan alami dilakukan saat jumlah hijauan pakan budidaya tidak mencukupi dan saat hijauan budidaya masih dalam masa pertumbuhan sehingga belum dapat dipanen untuk digunakan sebagai pakan ternak. Adapun secara rinci sumber hijauan dan frekuensi pemberian pakan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Sumber Hijauan dan Frekuensi Pemberian Pakan Sumber Hijauan Uraian a. Budidaya b. Hijauan Alami c. Budidaya dan Hijauan Alami Frekuensi Pemberian Pakan a. 2 kali b. 3 kali Sumber: Data primer (2011). Jumlah Peternak (KK) Persentase (%) 5,88 70,59 23,53 89,71 10,29 Jumlah Ternak (ekor) Jumlah Ternak (ST) Frekuensi pemberian hijauan pakan dengan pola penyediaan hijauan pakan secara cut and carry di Desa Air Sulau yang banyak dilakukan adalah 2 kali (pagi dan sore) yaitu sebanyak 89,71% responden dan 10,29% responden memberikan pakan sebanyak 3 kali yaitu pagi, siang, dan sore. Pada pemeliharaan secara semi intensif, frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pagi sebelum sapi dikeluarkan dari kandang dan sore hari setelah sapi kembali ke kandang. Berbeda dengan pemeliharaan secara semi-intensif, pemberian pakan pada pemeliharaan secara intensif bervariasi. Beberapa peternak memberikan pakan sebanyak 3 kali, selain itu 27

16 ada juga diantara peternak lain yang hanya memberikan pakan sebanyak 2 kali. Siregar (2003) menyatakan bahwa frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri, sehingga dapat menambah jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk produksi dan pertumbuhan. Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau Hijauan pakan potensial merupakan hijauan pakan yang tersedia dan belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hijauan pakan potensial di Desa Air Sulau terdiri dari rumput, kacangan, dan ramban disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau No. Nama Latin Jenis 1. Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. Rumput 2. Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Rumput 3. Echinochloa colona (L.) Link. Rumput 4. Eragrostis megastachya (Koef.) LK. Rumput 5. Paspalum scrobiculatum L. Rumput 6. Paspalum sp. L. Rumput 7. Setaria pallide-fusca (Schumach.) Staf. R. Hubbz. Rumput 8. Calopogonium mucunoides Desv. Kacangan 9. Cyperus sphacelatus Rottb. Ramban 10. Fimbristylis schoenoides (Retz.) Vahl. Ramban Sumber: Gilliland (1971), Heyne (1987), Soerjani et al. (1987), Henty (1969), Hellena (2005). Berdasarkan Tabel 11, jenis hijauan pakan potensial di Desa Air Sulau terdiri dari 7 jenis rumput, 1 jenis kacangan, dan 2 jenis ramban. Jumlah hijauan ini cukup banyak, sehingga tersedia apabila memungkinkan untuk diberikan kepada ternak sebagai pakan. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell dan Rollinson (1974) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merupakan suatu pendekatan yang menunjukkan besarnya kapasitas suatu wilayah tertentu dalam jumlah pemeliharaan ternak dan penyediaan hijauan pakannya. Kapasitas peningkatan 28

17 populasi ternak ruminansia dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan pakan di Desa Air Sulau. Konversi lahan disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Konversi Lahan Garapan di Desa Air Sulau terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson (1974) Lahan Luas Lahan Kesetaraan (Ha) terhadap Padang Rumput Permanen (ton BK/Ha/thn) Total Luas Sawah 74 Ha 22,2 Perkebunan 1.845,1 Ha 7,725 Tegalan 51,5 Ha* 1383,825 Hutan Rakyat 141 Ha* 158,625 Total 2.111, ,375 Sumber: BPS Bengkulu Selatan 2011 dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 (*). Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan konversi lahan terhadap padang rumput permanen dengan asumsi bahwa hijauan diperoleh dari lahan sawah, tegalan, perkebunan, dan hutan rakyat. Hasil perhitungan daya dukung hijauan pakan ternak disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Perhitungan berdasarkan Metode Nell dan Rollinson di Desa Air Sulau Uraian Hasil Perhitungan (ST) Daya Dukung HMT 684,877 Populasi Ternak Riil 493,65 KPPTR Efektif 191,227 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai total kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dengan pendekatan potensi lahan sebesar 191,227 ST. Hal ini berarti bahwa Desa Air Sulau masih berpotensi menampung ternak ruminansia sebesar nilai KPPTR tersebut. Sebagian besar lahan di Desa Air Sulau digunakan sebagai lahan untuk perkebunan, sehingga berpotensi dalam penyediaan hijauan pakan ternak dan lahan untuk pemeliharaaan ternak. Berbeda dengan Desa Air Sulau yang terletak di pulau Sumatera dengan masih luasnya lahan yang berpotensi sebagai sumber hijauan pakan memungkinkan dilakukan peningkatan jumlah ternak ruminansia di desa ini, sedangkan di pulau Jawa sebagian besar lahan digunakan untuk 29

18 wilayah pemukiman sehingga kurangnya lahan yang berpotensi untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ningsih (2010) menyatakan bahwa desa Sidoarjo mengalami kelebihan ternak ruminansia sebanyak 177,38 ST dari populasi riil ternak 299,3051 ST. 30

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber :

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber : LAMPIRAN 36 Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau Sumber : http://www.polapsda.net/?act=detail_ws&wid=93 Lampiran 2. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata di Desa Air Sulau Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010)

Lebih terperinci

SKRIPSI MONICA PERMANA

SKRIPSI MONICA PERMANA KERAGAMAN JENIS DAN POLA PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SAPI DI DESA AIR SULAU, KECAMATAN KEDURANG ILIR, KABUPATEN BENGKULU SELATAN, PROPINSI BENGKULU SKRIPSI MONICA PERMANA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kabupaten Mandailing Natal Penduduk Kabupaten Mandailing Natal bermata pencaharian di sektor pertanian secara luas, kemudian sebagai pedagang, buruh, pegawai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Sophia Ratnawaty, Didiek A. Budianto, dan Jacob Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati 39 Lampiran 2. Data Pendidikan Peternak Keterangan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Kecamatan Pati 9 29 10 12 0 % 15 48,3 16,7 20 0 Ngepungrojo 6 6 1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1. Keadaan Geografis Watang Pulu adalah salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Wattang Pulu terletak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PETERNAKAN INTEGRATIF BERBASIS KEWILAYAHAN DI PROVINSI BENGKULU

PENGEMBANGAN PETERNAKAN INTEGRATIF BERBASIS KEWILAYAHAN DI PROVINSI BENGKULU PENGEMBANGAN PETERNAKAN INTEGRATIF BERBASIS KEWILAYAHAN DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Suharyanto (Staf pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu) PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Rumput

TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Rumput TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan leguminosa yang digunakan sebagai pakan ternak (Hartadi et al., 1993). Wilkins (2000) menyatakan bahwa hijauan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM :

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM : 1 SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

1 Sapi 80 2 Kambing Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75

1 Sapi 80 2 Kambing Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang Ternak kambing adalah ternak ruminansia yang mendomiasi atau paling banyak dipelihara di Desa Cigobang karena disamping peternakan yang turuntemurun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Pada bagian ini akan dibahas keadaan umum wilayah penelitian dan keadaan umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah POKOK-POKOK TATALAKSANA DALAM PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK Oleh : Siti Rochani, SPt. MM Sudah kita ketahui bersama bahwa keberhasilan suatu peternakan tidak lepas dari efisiensi kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB) Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Tenak Kerbau 2008 KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB) PROCULA R. MATITAPUTTY

Lebih terperinci