PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 10 TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 10 TAHUN 2012"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

2 BUPATI KONAWE SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan secara efesien, efektif, dan tepat sasaran, maka dipandang perlu disusun dokumen perencanaan pembangunan daerah; b. bahwa dalam rangka lebih mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam jangka waktu dua puluh (20) tahun, perlu ditetapkan Peraturan Daerah (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan yang memuat visi, misi serta arah pembangunan Kabupaten Konawe Selatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan huruf (b) di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Selatan.

3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Konawe Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4267 ; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

4 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2002 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

5 Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN dan BUPATI KONAWE SELATAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Konawe Selatan; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan; 3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Konawe Selatan; 4. Pembangunan Daerah adalah pembangunan yang dilaksanakan dalam wilayah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 20 (dua puluh) Tahun ( ); 5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 20 (dua puluh) Tahun ( ); 6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 5 (lima) Tahun; 7. Rencana Strategi Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Restra- SKPD adalah Hnlnimen nerencanaan pembangunan Dinas/Badan/Kantor/

6 8. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 1 (satu) Tahun; 9. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) adalah rencana pembangunan Dinas/Badan/Kantor/ Kabupaten Konawe Selatan untuk periode 1 (satu) Tahun; 10. Visi adalah rumusan umum mengenai tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Konawe Selatan yang ingin dicapai pada periode Tahun ; dan 11. Misi adalah rumusan umum mengenai strategi pembangunan Kabupaten Konawe Selatan yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi periode BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Asas Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Konawe Selatan adalah Pancasila, UUD 1945, Visi dan Misi Bupati Konawe Selatan. Pasal 3 Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Konawe Selatan Tahun : (1) Mewujudkan Penyusunan Rencana Pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu, komprehensif, konsisten dengan rencana induk dan tanggap terhadap perubahan; dan (2) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan yang demokratis, akuntabilitas, transparansi, berkeadilan, berwawasan lingkungan, mandiri dan berkelanjutan.

7 BAB III RUANG LINGKUP Pasal 4 (1) RPJPD Kabupaten Konawe Selatan merupakan penjabaran visi, misi jangka panjang dengan memperhatikan RPJP Nasional dan RPJPD Propinsi, serta memuat Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan; (2) RPJPD Kabupaten Konawe Selatan merupakan landasan dan acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Konawe Selatan selama kurun waktu Tahun ; dan (3) Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Konawe Selatan dibuat dalam bentuk baku yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. Pasal 5 (1) Sistematika RPJPD Kabupaten Konawe Selatan Tahun sebagai beriku t: BAB I. PENDAHULUAN BAB II. KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUMKABUPATEN KONAWE SELATAN BAB III. VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN BAB IV. PENUTUP (2) Sistematika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lampiran dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 6 Setiap periode 20 (dua puluh) Tahun diadakan peninjauan kembali terhadap rencana ini untuk disesuaikan dengan arah Pembangunan Daerah, perkembangan peradaban masyarakat paradigma pembangunan Daerah Kabupaten Konawe Selatan.

8 BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini mengenai pelaksanaan program pembangunan akan lanjut dengan Peraturan Bupati Konawe Selatan. diatur lebih Pasal 8 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Konawe Selatan. Ditetapkan di Andoolo pada tanggal 8 Oktober 2012 Diundangkan di Andoolo pada tanggal 8 Oktober 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2012 NOMOR 10

9 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 10 TAHUN 2012 TANGGAL : 8 OKTOBER 2012 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implikasi reformasi pembangunan menuntut kinerja pembangunan yang semakin baik dan sempurna, meskipun disadari bahwa tantangan pembangunan ke depan akan semakin kompleks. Dengan semakin kompleksnya pembangunan, termasuk pelaksanaan otonomi daerah sesuai amanah undang-undang dan peraturan yang berlaku diperlukan perencanaan pembangunan yang tepat, baik dan transparan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 mengamanatkan, bahwa setiap daerah yang telah melakukan pemilihan Kepala Daerah secara langsung wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Kabupaten Konawe Selatan yang merupakan salah satu wilayah pemekaran dari Kabupaten Konawe, remi berdiri sebagai daerah otonomi pada tanggal 2 Mei 2003 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Konawe Selatan. Sebagai daerah baru, Kabupaten konawe Selatan menghadapi banyak tantangan tetapi di depan terdapat peluang dan harapan untuk maju dan berkembang yang cukup menjanjikan bila dikelola dengan baik melalui suatu rencana yang baik, tepat dan konsisten. Mengingat jangka waktu pelaksanaan yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun, berbagai ketidakpastian akan adanya berbagai perubahan paradigm sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan pembangunan semakin kompleks, perubahan peradaban manusia, perubahan lingkungan, terbatasnya sumberdaya pembangunan dan perubahan politik serta

10 RPJPD Konawe Selatan tahun membuat adanya analisis yang dalam, konsisten dan sistematis. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan tahun dilakukan melalui proses sebagai berikut : Tahap 1: Identifikasi permasalahan pembangunan dan potensi wilayah melalui pengumpulan data sekunder dengan metoda dokumentasi, penjaringan aspirasi masyarakat dan musyawarah perencanaan pembangunan jangka panjang, mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai tingkat kabupaten. Tahap 2: Merumuskan masalah-masalah prioritas dan menyusun arah kebijakan pembangunan Kabupaten Konawe Selatan dalam kurun waktu dua puluh tahun dengan interval waktu lima tahunan. Kemudian selanjutnya disusun naskah rancangan awal RPJPD Konawe Selatan, yang akan menjadi bahan diskusi dalam musrembang tingkat kabupaten. Hasil musyawarah dari pemangku kepentingan tersebut disusun Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Konawe Selatan Tahap 3: Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe selatan untuk diproses menjadi Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Konawe Selatan Tahun Melalui pendekatan penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang mengkombinasikan pendekatan akademik, sosial politik, dari atas ke bawah (top down) dan dari bawah ke atas (bottom up), semangat pembangunan dan otonomi daerah akan terpelihara dan mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga apa yang menjadi tujuan dalam perencanaan pembangunan dalam bentuk visi yang akan diwujudkan diakhir periode perencanaan dengan baik dan sukses.

11 K>npm«ypm Pusat Han D aerah: 1.2. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan tahun ditetapkan dengan maksud untuk menjadi pedoman bagi para penentu dan pengambil keputusan/kebijakan, khususnya Bupati dan calon Bupati serta pemangku kepentingan lainnya, seperti : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), pengusaha, lembaga non pemerintah, lembaga pendidikan dan seluruh lapisan masyarakat untuk menyusun rencana jangka menengah. Sementara tujuan ditetapkannya RPJPD Kabupaten Konawe Selatan tahun adalah : 1. Tersedianya dokumen perencanaan jangka panjang daerah. 2. Menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Konawe Selatan dan dokumen perencanaan menengah lainnya. 3. Menjadi pedoman bagi calon bupati dan wakil bupati dalam menyusun Visi dan Misi pada saat akan dilakukan pemilihan kepala daerah. 4. Menjadi acuan evaluasi pembangunan jangka panjang dan menengah Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan RPJPD Kabupaten Konawe selatan tahun adalah : 1. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Konawe Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

12 7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; dan 8. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2002 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah Hubungan RPJP Kabupaten Konawe Selatan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Keterkaitan kebelakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Konawe Selatan tahun disusun dengan mengacu pada RPJPD Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun karena RPJP Provinsi Sulawesi Tenggara belum ada, maka yang menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Kabupaten Konawe Selatan tahun adalah Peraturan Daerah Nomor 3 dan 4 Tahun 2003 tentang Propeda dan Renstrada Provinsi Sulawesi Tenggara mengenai Sultra Raya Pada saat Rancangan RPJPD Konawe Selatan tahun disusun, Provinsi Sulawesi Tenggara juga sementara menyusun RPJP Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Dengan demikian maka penyusunan RPJP Kabupaten Konawe Selatan disusun secara simultan dengan RPJP Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini dapat dibenarkan karena tidak bertentangan dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005, tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Selain itu RPJP Kabupaten Konawe selatan juga memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi tenggara dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Konawe Selatan. Keterkaitan kedepan RPJPD Kabupaten Konawe Selatan menjadi acuan penyusunan RPJMD kabupaten Konawe Selatan dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat daerah Kabupaten Konawe Selatan dalam kurun waktu lima tahunan Sistematika Penulisan Berdasarkan petunjuk penyusunan dokumen RPJPD dan RPJMD tahun 2005, sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005, maka sistematika PP.TPD Kahnnatpn Konawe Selatan disusun sebaeai berikut : i

13 BAB I : Merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, hubungan RPJPD Kabupaten Konawe Selatan dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penyusunan RPJPD Kabupaten Konawe Selatan tahun BAB II : Membahas kondisi objektif dan analisis geomorfologi dan lingkungan hidup meliputi : demografi, ekonomi dan sumberdaya alam, sosial budaya dan politik, prasarana dan sarana, pemerintahan dan data informasi lainnya. Selanjutnya disusun prediksi umum Kabupaten Konawe Selatan selama dua puluh tahun kedepan dengan interval lima tahunan berdasarkan sintesa hasil analisis. BAB III : Memuat visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten Konawe Selatan yang ingin diwujudkan pada akhir periode perencanaan. BAB IV : Merupakan penutup, dimana RPJPD Kabupaten Konawe Selatan diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan di Konawe Selatan untuk mendorong suksesnya pelaksanaan pembangunan daerah.

14 BAB II KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUM KABUPATEN KONAWE SELATAN Sesuai dengan petunjuk penyususnan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, maka pada bagian ini selanjutnya akan dilakukan deskripsi mengenai kondisi daerah dan analisis. Adapun kondisi dan analisis yang dimaksud adalah mengenai : geomorfologi dan lingkungan hidup, ekonomi dan sumberdaya alam, sosial budaya dan politik, prasarana dan sarana, pemerintahan dan lainnya Geomorfologi dan Lingkungan Hidup Input I. Kondisi Objektif A. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Konawe Selatan dengan ibukota yang berkedudukan di Andoolo, secara geografis terletak pada terletak di bagian katulistiwa persisnya di tenggara pulau Sulawesi, melintang dari utara ke selatan dengan koordinat Lintang Selatan, dan 121,58-123, 16 Bujur Timur. Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan adalah : - Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya, Pondidaha dan Sampara Kabupaten Konawe serta Kecamatan Baruga dan Poasia Kota Kendari - Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana dan Kecamatan Lambandia serta Ladongi Kabupaten Kolaka - Di sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Tobea Besar dan Selat Tiworo Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton - Di sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku. B. Topografi Permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang

15 pengembangan di sektor pertanian. Berdasarkan garis ketinggian menurut hasil penelitian wilayah Kabupaten Konawe Selatan dapat dibedakan atas 5 kelas sebagaimana disajikan pada tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1. Klasifikasi Wilayah Menurut Ketinggian di Atas Permukaan Air Laut Kabupaten Konawe Selatan Tinggi diatas Permukaan Laut (m) Persentase (%) (1) (3) , ,62 i * o 01 cn Oo 39, , keatas 7,23 Jumlah 100,00 Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011 Selain menurut ketinggian, dilakukan juga pemetaan terhadap klasifikasi kemiringan dan jenis tanah sebagaimana disajikan dalam tabel 2.2. berikut : Tabel 2.2. Klasifikasi Wilayah Menurut Kemiringan Tanah Kabupaten Konawe Selatan Tingkat Kemiringan Tanah Persen (%) Derajad (0 ) persen (%) , ,8-13,5 32, ,5-36,0 27,33 41 Keatas 36,0-90,0 9,54 Jumlah 100,00 Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011 o 01 1 > 00 Jenis tanah di Kabupaten Konawe Selatan juga diklasifikasikan menurut jenis tanah sebagaimana disajikan dalam tabel 2.3. berikut : Tabel 2.3. Klasifikasi Wilayah Menurut Jenis Tanah Kabupaten Konawe Selatan Jenis Tanah Persen (%) 1. Organosol 4,71 2. Alluvial 4,80 3. Grumosol 35,59 4. Mediteran 3,39 5. Podzolik 28,15 6. Latosol 23,36 Jumlah 100,00

16 C. Oceanografi Kabupaten Konawe Selatan memiliki perairan yang luas dan beberapa buah pulau kecil dengan potensi yang sangat menonjol yaitu kekayaan hasil laut disamping juga memiliki panorama yang indah. Oleh karena itu perairan Kabupaten Konawe Selatan sangat cocok untuk pengembangan usaha perikanan laut dan pengembangan wisata bahari. Beberapa jenis ikan dari hasil perairan Kabupaten Konawe Selatan seperti Cakalang, Tongkol, Ikan Teri, Ikan Layang, Udang dan hasil-hasil laut lainnya seperti : Teripang, Jamping-jamping, Lola, Mutiara dan Agar-agar/Rumput Laut. D. Hidrologi Kabupaten Konawe Selatan mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi dan pembangkit tenaga listrik seperti; Sungai Lapoa, Sungai Laeya, dan Sungai Roraya. Bendungan irigasi Benua Aporo mengairi sawah ± Ha. Selain sungai-sungai yang telah disebutkan di atas terdapat pula Rawa Aopa yang sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan darat. E. Iklim dan Curah Hujan Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Konawe Selatan dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik,setelah sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim Penghujan. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal sebagai Musim Pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober teri ari i musim Kemarau. Hal ini sebagai akibat dari perubahan

17 kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan. Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 mencapai mm dalam 294 Hari Hujan (HH). Dibanding tahun 2009 curah hujan dan Hari Hujan (HH) mengalami peningkatan hamper dua kali lipat. Suhu Udara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data yang ada, diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2009 suhu udara maksimum 34 C dan minimum 19 C. Tekanan udara rata-rata 1.009,2 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 76%. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu disekitar 4 m/sec. F. Luas Wilayah dan Administrasi Pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan dengan luas wilayah 5.779,47 Km2, atau 15,15% dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara yaitu Km2. Sedangkan luas wilayah perairan (laut) adalah mencapai Km2, dengan panjang garis pantai mencapai ± 200 Km, dengan demikian luas wilayah daratan dan laut mencapai ,47 Km2. Berdasarkan data PODES 2009, Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari 22 kecamatan dengan 357 desa dan 10 kelurahan atau total 367. Jumlah tersebut sudah termasuk desa persiapan yang jumlahnya mencapai 74 Desa. Dari 357 desa tersebut, kepala desa laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 349 orang dan 8 orang. Sedangkan lurah laki-laki sebanyak 10 orang dan tidak ada lurah perempuan. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat pada table 2.4. berikut :

18 Table 2.4. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Konawe Selatan Kecamatan Ibu Kota Desa Desa Kelurahan Jumlah Persiapan Tinanggea Tinanggea Lalembu Atari Jaya Andoolo Andoolo Buke Buke Palangga Palangga Palangga Selatan Lakara Baito Baito Lainea Pamandati Laeya Lainea Kolono Kolono Laonti Ulusawa Moramo Moramo Moramo Utara Lalowaru Konda Konda Wolasi Wolasi Ranomeeto Ranomeeto Ranomeeto Barat Lameuru Landono Landono Mowila Mowila Angata Motaha Benua Benua Basala Basala Konawe Selatan Andoolo Sumber: PODES G. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Konawe Selatan dibedakan menjadi: lahan sawah, lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegai/kebun/ ladang/huma, padang rumput, tambak/kolam/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan rakyat, hutan negara, perkebunan, lahan yang sementara tidak diusahakan, rawa yang tidak ditanami dan lain sebagainya. Dari hektar luas wilayah daratan kabupaten Konawe Selatan hektar atau 95,45% adalah lahan kering dan sisanya hektar atau 4,55% adalah lahan sawah. Sebagian besar wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan yakni hektar atau 29,64% adalah hutan negara/rakyat, hektar atau 19,89% adalah lahan perkebunan, Lahan Tegal/Kebun seluas hektar atau 9,25%, lahan lainnya seluas hektar atau 9,12%, Lahan sawah sebesar hektar atau 4,55%, Data selengkapnya disajikan pada

19 Tabel 2.5. Luas Lahan Menurut Penggunannya Penggunaan Lahan Tanah sawah Pekarangan / tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya Tegal/kebun Ladang/huma Padang rumput Rawa yang tidak ditanami Tambak, kolam, tebat, empang Lahan yang sementara tidak diusahakan Lahan tanaman kayukayuan hutan rakyat Hutan negara Perkebunan Lainnya Jumlah Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011 H. Pertambangan dan Energi Potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten Konawe Selatan adalah adalah sebagai berikut : - Potensi pertambangan Marmer yang tersebar di Kecamatan Moramo. - Potensi Batuan Ultra biasa (untuk bahan ornamen) yang terdapat di Kecamatan Kolono. - Potensi Pasir dan Kerikil yang terdapat di semua Kecamatan. Jenis tambang yang diusahakan dan tercatat pada Dinas Pertambangan terdiri atas : batu kapur, granit, pasir dan kerikil serta tanah liat. Dari tabel 2.6. terlihat produksi & nilai produksi penggalian selama tahun 2010 tercatat sebagai berikut: granit ,72 meter kubik dengan nilai sebesar ,16 rupiah, pasir dan kerikil ,25 meter kubik dengan nilai ,84 rupiah dan Tanah liat/urug ,77 meter kubik dengan nilai rupiah. Total nilai produksi penggalian pada tahun 2009 sebesar rupiah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6. tentang jumlah produksi dan nilai produksi

20 Tabel 2.6. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Penggalian Jenis Jumlah Nilai Produksi Tambang/ Galian Produksi (Rp) Batu Kapur - - Granit a. Gelondongan b. Suplit/ Split Pasir dan Kerikil a. Pasir b. Kerikil - - c. Sirtu Tanah Liat a. Tanah Liat b. Tanah Urug Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Konawe Selatan 2010 Sampai tahun 2010 di Kabupaten Konawe Selatan terdapat satu ranting Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan pada umumnya masyarakat Kabupaten Konawe Selatan menggunakan penerangan listrik yang bersumber dari PLN. Jumlah listrik yang diproduksi atau dibangkitkan sendiri selama tahun 2010 mencapai KwH atau meningkat 12,24% dengan nilai penjualan ribu rupiah disbanding tahun Pada tahun 2010 banyaknya pelanggan listrik sebesar atau mengalami peningkatan sebesar 10,86% dibandingkan tahun sebelumnya, II. Permasalahan Geomorfologi dan Lingkungan Hidup A. Letak Geografis dan Batas Wilayah Sebagai wilayah hinterland dari Kota Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, maka Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah penyangga yang harus berbenah diri untuk mengatasi meluasnya kegiatan ekonomi, sosial, keamanan dan politik yang sering terjadi di daerah metropolitan (Kota Kendari dalam kurun waktu 20 tahun kedepan). Disamping itu Kabupaten Konawe Selatan sebagai daerah penghubung antara Kota Kendari dengan Kabupaten Bombana, maka masalah penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan yang melintasi Kabupaten Konawe Selatan akan mengalami kerusakan dan akan terjadi kepadatan lalu lintas.

21 B. Topografi Konawe Selatan memiliki topografi yang relatif datar, meskipun ada gunung dan bukit, namun persentasenya tidak terlalu banyak. Tanah yang relatif datar tersebut sebagian besar belum dimanfaatkan untuk lahan produktif. C. Oceanografi Konawe Selatan yang memiliki luas perairan laut yang cukup luas serta pulau-pulau kecil yang memiliki panorama pantai yang indah belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan nilai tambah disektor perikanan dan kelautan serta pengembangan sektor pariwisata pantai. D. Hidrologi Konawe selatan memiliki beberapa sungai rawan bencana banjir karena daerah hulu atau daerah tangkapan aliran sungai telah mengalami kerusakan. Dismping itu, pemanfaatan sungai sebagai sumber irigasi dan pembangkit tenaga listrik belum dioptimalkan dengan baik. E. Iklim dan Curah Hujan Sebagai daerah tropis yang memiliki musim kemarau dan musim hujan, dimana musim kemerau cenderung lebih panjang disbanding dengan musim hujan sehingga curah hujan relatif rendah yang berimplikasi pada tingkat kesuburan lahan. Dengan tingkat kesuburan lahan yang relatif terbatas maka penentuan komoditi pertanian yang tepat guna perlu dilakukan kajian yang mendalam. Masalah lain yang dihadapi adalah datangnya musim hujan yang sulit diprediksi (pancaroba), sehingga komoditi yang peka terhadap curah hujan sulit dikembangkan seperti kaps, jambu mete dan lain sebagainya. F. Luas Wilayah dan Administrasi pemerintahan Optimalisasi rentang kandali jalannya pemerintahan mengalami keterbatasan sebab rentang jarak serta luas wilayah pemerintahan yang relatif luas serta masih belum optimalnya infrastruktur fisik, ekonomi dan pemerintahan.

22 G. Tata Guna Lahan Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di Kabupaten Konawe Selatan perlu dalakukan studi serta analisa yang maksimal dimana lahan basah dimanfaatkan sebagai lahan persawahan dan lahan kering dimanfaatkan untuk perkebunan dan peternakan serta mengangkat potensi wilayah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. H. Pertambangan dan Energi Indikasi kandungan material yang dapat dimanfaatkan sebagai material tambang maupun energi yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Konawe Selatan harus dapat di optimalkan pemanfaatannya serta memperhatikan aspek lingkungan hidup disekitarnya Analisis Geomorfologi dan Lingkungan Hidup I. Proyeksi Peluang a. Letak wilayah yang strategis berbatasan langsung dengan Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. b. Topografi yang relatif datar sangat cocok untuk perkembangan pertanian dalam arti luas. c. Memiliki panjang pantai dan perairan untuk pengembangan perikanan dan kelautan serta periwisata bahari. d. Memiliki sungai-sungai besar yang merupakan sumber pengairan dan air bersih. e. Memiliki curah hujn yang cukup baik untuk perkembangan komoditi pertanian. f. Luas wilayah cukup luas. g. Masih tersedia lahan yang belum diolah yang berpotensi sebagai lahan pertanian dan pengembangan kegiatan ekonomi lainnya. h. Potensi pertambangan cukup besar. i. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, j. Pasar bebas. k. Otonomi daerah dan kebijakan Pemerintah Pusat.

23 II. Proyeksi ancaman a. Bencana alam berupa banjir, tsunami dan gempa bumi. b. Pasar bebes yang tidak diantisipasi dengan baik. c. Kebijakan Pemerintah Pusat yang kurang mendukung. d. Perubahan politik dan ekonomi dunia. e. Pemanasan global/lingkungan hidup. f. Proyeksi permasalahan. g. Belum tersedianya data base yang siap untuk dipasarkan kepada investor. h. Produksi dan produktivitas hasil pertanian masih rendah. i. Debit air sungai relatif terbatas pada musim kemarau dan banjir pada waktu musim hujan. j. Sumberdaya alam dan hutan mengalami degradasi, k. Lahan relatif masam/kurang subur. 1. Potensi pertambangan belun diolah. III. Proyeksi Keberhasilan a. Laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dengan baik (8,42% pertahun) sesuai dengan luas wilayah. b. Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan produktivitas output riil daerah. c. Tersedianya data base yang akurat dapat menarik investor domestic maupun asing. d. Pemanfaatan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan Prediksi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup Prediksi keadaan geomorfologi dan lingkungan hidup Kabupaten Konawe Selatan tahun 2025 adalah sebagai berikut : a. Tata ruang wilayah akan mengalami perubahan sebagai dampak dari pemekaran kabupaten, kecamatan dan desa serta perkembangan pembangunan ekonomi wilayah. b. Sebagian kawasan hutan dan kawasan lindung akan berubah menjadi kawasan budidaya, permukiman dan industri. c. Eksploitasi sumbserdaya geologi dan mineral.

24 d. Sebagian kawan budidaya akan mengalami konversi penggunaan lahan sebagai perluasan permukiman, pemerintahan dan industri. e. Batas wilayah aka berubah sebagai dampak pemekaran wilayah. f. Pemanfaatan sungai akan mengalami perubahan, termasuk daerah tangkapan air sungai sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup Demografi Input I. Kondisi Objektif A. Jumlah, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebanyak jiwa, atau diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 47,4 ribu jiwa selama periode Berdasarkan hasil proyeksi SUPAS tahun 2005, penduduk Kabupaten Konawe Selatan meningkat dari jiwa pada tahun 2009 menjadi jiwa pada tahun Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebesar 8,42% per tahun, dan lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa sekitar 4,37%, juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu yang sama sebesar 2,86%, dan juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan penduduk tahun 2009 yaitu sebesar 1,66%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: 264,587 Y Y 229, Mf t Sumber : Konawe Selatan Dalam Angka 2011

25 B. Struktur Umur & Jenis Kelamin Struktur umur sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Berdasarkan tingkat usia, penduduk dapat dibagi atas anak-anak (dibawah usia 15 tahun) dan dewasa serta lanjut usia (65+). Anak-anak dan lanjut usia disebut kelompok usia tidak produktif, sedangkan dewasa (15 sd 64 tahun) disebut kelompok usia produktif. Perbandingan penduduk usia produktif dan tidak produktif merupakan angka ketergantungan. Penduduk usia produktif tahun 2010 sebesar dan penduduk usia non produktif sebesar Angka Dependency rasio sebesar 62,56%. Hal ini berarti dalam 100 penduduk produktif dibebani oleh 63 penduduk tidak produktif. Dari jiwa penduduk Kabupaten Konawe Selatan, penduduk laki-laki sebanyak jiwa atau 49,70% sedangkan perempuan sebanyak atau 51,48%. Berarti rasio jenis kelamin (sex rasio) penduduk Kabupaten Konsel adalah sebesar 106. Artinya dari 206 penduduk, terdapat 100 perempuan dan 106 laki-laki, dengan kata lain penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7. tentang jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin berikut: Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Perempua Laki-Laki Umur n Total Jumlah

26 II. Permasalahan Demografi A. Jumlah, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Bila dibandingkan dengan luas wilayah, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan relatif rendah. Jadi rasio antara keduanya masih belum mencukupi. Hal ini berdampak pada produktifivitas daerah yang belum maksimal serta memicu banyaknya lahan produktif yang tidak terolah kaerena tenaga kerja yang masih sedikit. Kondisi tersebut tentu juga didukung oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup rendah, sehingga dapat diprediksikan bahwa kondisi ini masih terus berjalan hingga 10 tahun kedepan. B. Permasalahan Sturuktur Umur dan Jenis Kelamin Walaupun Komposisi penduduk yang masuk dalam kategori usia dewasa (produktif) cukup tinggi, akan tetapi penduduk kategori usia tidak produktif (anak-anak dan lansia) juga cukup tinggi. Hal ini menyebabkan tingkat beban ketergantungan masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan masih relatif tinggi Analisis Demografi I. Proyeksi Peluang a. Upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat secara umum relatif dapat dipenuhi. b. Upaya penanggulangan kemiskinan relatif lebih mudah. c. Kontrol atas masalah-masalah kependudukan relatif lebih mudah. d. Peluang masuknya pendatang menjadi lebih besar sehingga daerah dapat lebih mudah berkembang. II. Proyeksi Ancaman a. Produktifitas daerah menjadi lambat karena jumlah penduduk terbatas. b. Proporsi dana dari pusat kedaerah menjadi relatif lebih sedikit. c. Masih dibutuhkan banyak dana untuk upaya peningkatan irimlitfis snmberdava manusia oleh karena masih banyaknya

27 III. Proyeksi Permasalahan Dalam jangka panjang, jika jumlah pendatang yang masuk di wilayah Kabupaten Konawe Selatan relatif lebih sedikit,maka akan berdampak pada lambatnya produktifitas dan pertumbuhan ekonomi daerah. IV. Proyeksi Keberhasilan Dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun kedepan, jumlah penduduk yang masuk dalam kategori usia prodiktif menjadi lebih tinggi sehingga berdampak pada angka beban ketergantungan dapat lebih menurun Prediksi Kondisi Demografi Dalam jangka panjang (di atas 10 tahun), pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe Selatan akan mencapai kurang lebih 7-10% pertahun dengan prediksi peningkatan jumlah penduduk sebanyak jiwa pertahun Ekonomi dan Sumberdaya Alam Input I. Kondisi Obyektif A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan ditunjukan oleh kenaikan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan PDRB Kabupaten Konawe Selatan atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2005 sebesar Rp ,58 juta, pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp ,69 juta dan kemudian meningkat menjadi Rp ,46 juta pada tahun Selanjutnya pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi Rp ,97 juta dan meningkat lagi di tahun 2009 menjadi Rp ,87 juta, atau masing-masing tumbuh sebesar 6,53% tahun 2006, 7,12% tahun 2007, 9,38% tahun 2008 dan 11,68% tahun Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 9finq didukung oleh pertumbuhan sektoral yang seluruhnya

28 mengalami pertumbuhan positif yaitu secara berurutan dari yang tinggi sebagai berikut : - Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 39,04%. - Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 25,89%. - Sektor industri pengolahan sebesar 14,06%. - Sektor listrik dan air bersih sebesar 13,85%. - Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 11,79%. - Sektor jasa-jasa sebesar 8,36%. - Sektor konstruksi/bangunan 8,06%. - Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,95%. - Sektor pertanian tumbuh 4,45%. B. Struktur Ekonomi Struktur perekonomian Kabupaten Konawe Selatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada periode tersebut peranan Sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kabupaten Konawe Selatan mengalami penurunan yaitu 45,74% pada tahun 2007 menjadi 42,99% pada tahun Demikian pula yang terjadi pada tahun 2009, terjadi penurunan juga menjadi 39,51%. Penurunan ini disebabkan menurunnya peran dari sub Sektornya terutama sub Sektor tanaman pangan, sub Sektor tanaman perkebunan dan sub Sektor perikanan. Penurunan sub Sektor ini dikarenakan gagal panen akibat perubahan iklim serta serangan hama. Peranan terbesar kedua pada tahun 2009 ditempati oleh Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,93%, kemudian disusul oleh Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,15%, Sektor jasa-jasa sebesar 10,19% dan Sektor konstruksi/bangunan sebesar 8,08%. Sedangkan empat sektor lainnya memberikan peran di bawah lima persen, secara berturut-turut yaitu : sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 3,95%, pertambangan dan penggalian 3,56%, industri pengolahan 1,18% dan terakhir sektor listrik dan air bersih sebesar 0,48%. C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah nin v^\ a n (Toaran Ppn H a n a tan Han Relania Daerah

29 dinamis. Berimbang berarti adanya upaya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran, sedangkan prinsip dinamis berarti semakin meningkatnya jumlah anggaran dan tabungan pemerintah maka kemampuan daerah semakin bertambah dan ketergantungan dari pihak lain akan semakin berkurang. Realisasi APBD dalam tahun anggaran 2010 mencapai Rp Disisi lain realisasi pengeluaran mencapai Rp Selisih antara pendapatan dan pengeluaran dibiayai dari penerimaan daerah yang mencapai Rp Penerimaan PBB menurut sektor meningkat dari Rp tahun 2009 menjadi Rp ,00 tahun 2010 atau naik 27,63%. Dari jumlah tersebut sektor pertambangan memberikan sumbangan tertinggi sekitar 93,65% dari total penerimaan disusul sektor pedesaan yang mencapai 5,38%. Besarnya penerimaan PBB tahun 2010 mencapai Rp ,00 atau 100% dari target pajak yang diperkirakan. D. Ketenagakerjaan Uraian masalah ketenagkerjaan meliputi penduduk usia kerja yang didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun ke atas,yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk yang tergolong angkatan kerja dikenal dengan TPAK. Angkatan kerja dibedakan menurut penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dirinci menurut lapangan usaha, sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja adalah yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Berdasarkan hasil Sakernas pada tahun 2010, penduduk Kabupaten Konawe Selatan yang berusia 15 tahun keatas sekitar 65,45% atau jiwa, yang terdiri dari angkatan kerja sebesar 75,73% atau jiwa dan bukan angkatan kerja sebesar 24,27% atau jiwa. Dari jiwa angkatan kerja di Kabupaten Konawe Selatan, sekitar 98,83% atau jiwa yang bekerja secara ekonomis dan selebihnya 1,17% atau jiwa pengangguran, atau pencari kerja ' rann t*>rhiri atas 718 iiwa laki-laki dan 814 jiwa perempuan.

30 merupakan perbandingan antara banyaknya angkatan kerja dengan penduduk usia kerja, mencapai 75,73%. Menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih tinggi disbanding dengan wanita yakni 90,44% berbanding 60,18%. Keadaan ini menggambarkan masih besarnya kecenderungan masyarakat Kabupaten Konawe Selatan untuk memprioritaskan laki-laki sebagai angkatan kerja, sedangkan perempuan mengurus rumah tangga. Dari orang yang bekerja secara ekonomis, sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu orang atau 64,57% terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi merupakan sektor terbesar ke dua sedangkan sektor-sektor lainnya kurang dari 10%. Sedangkan jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten konawe Selatan tahun 2010 sebanyak jiwa. Dari jiwa pencari kerja, persentasi tertinggi adalah pencari kerja dengan kualifikasi pendidikan Sarjana/Sl, yaitu sebesar jiwa atau sekitar 51,43%, kemudian berpendidikan Sarjana Muda/DIII sebesar jiwa atau sekitar 48,50%, kemudian berpendidikan S2 sebesar 2 orang atau sekitar 0,06%, sedangkan berpendidikan SLTA kebawah tidak ada lagi. Dari orang pencari kerja yang terdaftar, yang terserap diinstansi pemerintah hanya 479 orang atau sekitar 15,42%. Sisa pencari kerja yang belum terpenuhi sebesar orang atau sekitar 84,58%. t E. Komposisi Penggunaan Lahan Dari hektar luas wilayah daratan kabupaten Konawe Selatan hektar atau 95,45% adalah lahan kering dan sisanya hektar atau 4,55% adalah lahan sawah. Sebagian besar wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan yakni hektar atau 29,64% adalah hutan negara/rakyat, hektar atau 19,89% adalah lahan perkebunan, Lahan Tegal/Kebun seluas hektar atau 9,25%, lahan lainnya seluas hektar atau 9,12%, Lahan sawah sebesar hektar atau 4,55%. i

31 F. Sumber Daya Air Kabupaten Konawe Selatan mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi, sumber air baku dan pembangkit tenaga listrik. Kabupaten Konawe Selatan juga memiliki peran penting dalam sistem jaringan sumberdaya karena selain sistem jaringan pengelolaan sumbedaya air dalam cakupan kabupaten, juga jaringan sumberdaya nasional maupun provinsi. Jaringan sumberdaya air nasional yang ada di wilayah Kabupaten Konawe Selatan meliputi Wilayah Sungai (WS) Poleang Roraya yang meliputi DAS Roraya, DAS Asolé, DAS Laeya, DAS Wolasi, DAS Baito dan DAS Benua. Jaringan sumberdaya air provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Konawe Selatan meliputi: a. CAT dalam satu kabupaten/kota terdiri atas CAT Andoolo seluas 163 Krn2 dan CAT Ambesea seluas 162 Km2. b. CAT lintas kabupaten/kota terdiri atas: 1. CAT Ranomeeto dengan luas keseluruhan 126 Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan dan Konawe serta Kota Kendari. 2. CAT Tinanggea dengan luas keseluruhan 144 Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan dan Bombana; 3. CAT Bungku dengan luas keseluruhan Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka dan Konawe. 4. CAT Rawua dengan luas keseluruhan 256 Km2 yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan, Konawe dan Konawe Utara serta Kota Kendari. II. Permasalahan Ekonomi dan Sumberdaya Alam A. Permasalahan Pertumbuhan Ekonomi Angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2009 mencapai persentase 11,68%. Hal ini menunjukan angka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Konaw Selatan tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun yang sama sebesar 7,57%. Struktur perekonomian Kabupaten Konawe Selatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian. Akan tetapi pada periode tersebut peranan Sektor

32 mengalami penurunan yaitu 45,74% pada tahun 2007 menjadi 42,99% pada tahun Demikian pula yang terjadi pada tahun 2009, terjadi penurunan juga menjadi 39,51%. Penurunan ini disebabkan menurunnya peran dari sub Sektornya terutama sub Sektor tanaman pangan, sub Sektor tanaman perkebunan dan sub Sektor perikanan. Penurunan sub Sektor ini dikarenakan gagal panen akibat perubahan iklim serta serangan hama. B. Permasalahan Struktur Ekonomi Kontribusi sektor pertanian dan Perkebunan terhadap PDRB daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan, sementara jika dilihat secara keseluruhan,sektor ini adalah penyumbang terbesar pada PDRB. Sementara itu, sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi yang relatif kecil, padahal jika dilihat secara mikro, daerah Kabupaten Konawe Selatan merupakan wilayah penghasil input industri yang cukup besar. C. Permasalahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dari sisi pendapatan dan belanja daerah,kabupaten Konawe Selatan saat ini masih sangat bergantung pada anggaran dana perimbangan pusat dan daerah. Sumber dana yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif masih sangat kurang. Hal ini dapat menjadi penghambat bagi daerah untuk menjadi daerah yang mandiri. D. Permasalahan Ketenagakerjaan Masalah ketenagakerjaan di Kabupaten Konawe Selatan adalah masih banyaknya angkatan kerja (penduduk usia 15 tahun keatas) yang masih berstatus sebagai pencari kerja sebanyak jiwa. E. Permasalahan Komposisi Penggunaan Lahan Komposisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Konawe Selatan didominasi oleh penggunaan lahan untuk peruntukan yang belum produktif. Sebagian besar wilayah merupakan areal hutan negara dan peruntukan lainnya.

33 F. Permasalahan Sumber Daya Air Wilayah Kabupaten Konawe Selatan memiliki potensi yang cukup besar daripada hanya digunakan untuk kepentingan konsumsi masyarakat. Sungai-sungai di Kabupaten Konawe Selatan sangat berpotensi untuk pengembangan pertanian, sumber air baku, listrik dan daerah wisata, namun hal tersebut belum dilakukan. Hal ini merupakan masalah yang perlu diatasi dalam rangka memanfaatkan potensi sumberdaya air di Kabupaten Konawe Selatan Analisis Ekonomi dan Sumberdaya Alam I. Proyeksi Peluang a. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang diharapkan meningkat. b. Tingkat produktifitas output riil diharapkan meningkat. c. Terciptanya lapangan kerja yang memadai seiring dengan pemanfaatan lahan-lahan potensial daerah. d. Sumber dana daerah dapat meningkat melalui pemanfaatan sumberdaya asli daerah. e. Dalam jangka panjang, Kabupaten Konawe selatan dapat menjadi pusat pengembangan komoditi pertanian dan perkebunan. II. Proyeksi Ancaman a. Regulasi daerah yang tidak mendukung iklim investasi daerah. b. Kualitas SDM yang rendah dapat menghambat proses pengembangan dan pemanfaatan potensi daerah. III. Proyeksi Permasalahan a. Dalam jangka panjang tingkat pengangguran dapat meningkat. b. Jumlah investor yang masuk ke wilayah Konawe Selatan relati masih terbatas. c. Dana pembangunan masih tetap mengandalkan dana perimbangan pusat dan daerah.

34 IV. Proyeksi Keberhasilan Dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun mendatang,jika seluruh potensi-potensi ekonomi daerah Kabupaten Konawe Selatan dimanfaatkan secara ekonomis,kabupaten Konawe selatan dapat menjadi daerah mandiri serta pemasok input dan output daerahdaerah lain di Sulawesi Tenggara Prediksi Kondisi Ekonomi dan Sumberdaya Alam 1. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan dapat mencapai 7-8% pertahun, dengan tingkat inflasi terkendali. 2. Produktifitas output riil meningkat, dimana kontribusi masingmasing sektor juga meningkat. 3. Terciptanya struktur ekonomi daerah yang kokoh dan mandiri. 4. Kontribusi sektor industri,utamanya usaha mikro kecil dan menengah sebagai basis ekonomi rakyat akan meningkat. 5. Optimalnya pengelolaan potensi-potensi sumberdaya alam daerah untuk kemakmuran rakyat. 6. Investasi daerah (domestik dan asing) meningkat Sosial Budaya dan Politik Input I. Kondisi Obyektif A. Pendidikan Salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia yang juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat tingkat pendidikan penduduk. Setiap tahun penduduk usia sekolah yang memasuki bangku sekolah terus bertumbuh. Keadaan ini merupakan indikator semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya arti pendidikan. Pada tahun ajaran 2009/2010 tercatat sebanyak 99 unit TK dengan 247 orang guru dan orang murid. Berarti rasio guru persekolah sebesar 2 (dalam 1 buah TK terdapat 2 orang guru), rasio murid per guru sebesar 12 (satu guru untuk 12 orang murid), dan rasio murid per sekolah 30 (dalam 1 sekolah rata-rata terdapat 30

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 8 TAHUN 2016

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 8 TAHUN 2016 BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha Luas DAS Konaweha adalah 697.841 hektar, yang mencakup 4 (empat) wilayah administrasi yaitu Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah 1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah Kabupaten Kolaka Timur yang dimekarkan pada Tanggal 22 April 2013 melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOMBANA, KABUPATEN WAKATOBI, DAN KABUPATEN KOLAKA UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci