HUBUNGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY DI SLB BAKTI SIWI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI PERPUSTAKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY DI SLB BAKTI SIWI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI PERPUSTAKAAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY DI SLB BAKTI SIWI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun Oleh: MUH KHOIRONI FADLI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA 2014 i

2

3

4 HUBUNGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY DI SLB BAKTI SIWI SLEMAN YOGYAKARTA Muh Khoironi Fadli¹, Dewi Retno Pamungkas², Retno Sumiyarini² INTISARI Latar Belakang: Intellectual disability merupakan gangguan fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata disertai oleh adanya berbagai defisit dalam fungsi adaptif, seperti mengurus diri sendiri atau aktivitas okupasional yang muncul sebelum usia 18 tahun. Karakteristik anak intellectual disability dalam fungsi adaptif adalah gangguan kematangan sosial. Anak intellectual disability dengan masalah kematangan sosial memiliki keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari. Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Instrumen penelitian untuk kematangan sosial menggunakan Vineland Social Maturity Scale (VSMS) dan pada kemandirian anak menggunakan Functional Independence Measure for Children (WeeFIM). Subjek penelitian ini adalah anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah 61 anak. Uji yang digunakan adalah uji non parametrik Spearman s Rank Correlation, dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil: Kematangan sosial dengan kategori tinggi sebanyak 9 anak (14,8%), kategori sedang sebanyak 23 anak (37,7%), dan kategori rendah sebanyak 29 anak (47,9%). Sedangkan kemandirian anak intellectual disability menunjukkan rerata (mean) sebesar 105,36 dengan standar deviasi 15,43 dan rentang nilai Hubungan antara kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi diperoleh p value 0,000 (p<0.05). Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi dengan tingkat keeratan hubungan dalam kategori kuat. Kata Kunci: intellectual disability, kematangan sosial, kemandirian anak. ¹Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Ahmad Yani, Yogyakarta ²Dosen STIKES Jenderal Ahmad Yani, Yogyakarta iv

5 CORRELATION BETWEEN SOCIAL MATURITY AND SELF-RELIANCE OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY IN SCHOOL FOR CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS (SLB) BAKTI SIWI SLEMAN YOGYAKARTA Muh Khoironi Fadli¹, Dewi Retno Pamungkas², Retno Sumiyarini² ABSTRACT Background: Intellectual disability is disorder of intellectual function that is significantly below average with various deficits in adaptive function, such as taking care of oneself or occupational activities that emerge before the age of 18 years old. One characteristic of intellectually disabled children in adaptive function is social maturity disorder. Children with intellectual disability have problem in social maturity and limitation in fulfilling needs in daily activities. Objective: To identify correlation between social maturity and self-reliance of children with intellectual disability. Method: The study was non experimental. It used cross sectional design and quantitative approach. Samples were taken through proportionate stratified random sampling technique. Research instrument used to assess social maturity was Vineland Social Maturity Scale (VSMS) and self-reliance was Functional Independence Measure for Children (WeeFIM). Subject of the study were children with intellectual disability in SLB Bakti Siwi that met inclusion and exclusion criteria as many as 61 children. The study used non parametric Spearman s Rank Correlation test at significance p<0.05. Result: Social maturity was high in 9 children (14.8%), medium in 23 children (37.7%), and low in 29 children (47.9%). Self-reliance of children with intellectual disability showed average score (mean) with deviation standard and range Score of correlation between social maturity and self-reliance of children with intellectual disability in SLB Bakti Siwi showed p value (p<0.05). Conclusion: There was significant correlation between social maturity and selreliance of children with intellectual disability in SLB Bakti Siwi with score of correlation in strong category. Keywords: intellectual disability, social maturity, self-reliance ¹Nursing Student of STIKES Jenderal Ahmad Yani, Yogyakarta ²Lecturer at STIKES Jenderal Ahmad Yani, Yogyakarta v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Hubungan Tingkat Kematangan Sosial dengan Kemandirian Anak Intellectual Disability di SLB Bakti Siwi Sleman Yogyakarta. Skripsi ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada: 1. dr. I Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta. 2. Dewi Retno Pamungkas S.Kep., Ns., MNg selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian skripsi ini. 3. Ida Nursanti, S.Kep., Ns., MPH selaku Penguji yang telah memberikan saran dan pendapat selama proses penyelesaian skripsi ini. 4. Retno Sumiyarini, S.Kep., Ns selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian skripsi ini. 5. SLB Bakti Siwi Sleman yang telah bersedia sebagai tempat penelitian ini. 6. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu atas masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan amal bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini berguna bagi semua. Penulis viii

7 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Keaslian Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Intellectual Disability Kematangan Sosial Kemandirian Anak B. Landasan Teori C. Kerangka Teori D. Kerangka Konsep E. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Alat dan Metode Pengumpulan Data G. Uji Validitas dan Reliabilitas H. Metode Pengolahan dan Analisis Data I. Etika Penelitian J. Pelaksanaan Penelitian ix

8 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

9 DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Jumlah anak intellectual disability tiap kelas Tabel 3.2 Definisi operasional penelitian Tabel 3.3 Penyebaran butir aspek-aspek kematangan sosial Tabel 3.4 Pedoman memberikan inteprestasi terhadap koefisien korelasi Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan klasifikasi ID, jenis kelamin dan usia di SLB Bakti Siwi Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kematangan sosial (SQ) anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Tabel 4.3 Distribusi kemandirian anak intellectual disability berdasarkan mean, st. deviasi, dan range di SLB Bakti Siwi Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kemandirian anak intellectual disability berdasarkan helper dan no helper di SLB Bakti Siwi xi

10 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Kerangka teori Gambar 2. Kerangka konsep Gambar 3. Hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman xii

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Observasi Kematangan Sosial (VSMS) Lampiran 2 : Lembar Oservasi Kemandirian Anak (WeeFIM) Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 : Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 6 : Hasil Rekapitulasi Pengukuran Kematangan sosial dan Kemandirian Anak Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 8 : Jadwal Bimbingan Skripsi xiii

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intellectual disability adalah keadaan yang penting secara klinis maupun sosial ditandai dengan keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam intelegensi terukur dan perilaku penyesuaian diri (adaptif) (Nelson, 2000). Intellectual disability merupakan kondisi yang dimulai sebelum usia 18 tahun yang meliputi rendahnya intelegensi dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Seseorang yang diberi diagnosis intellectual disability harus terbukti pada masa kanak-kanak memiliki IQ rendah dan kemampuan adaptasi yang rendah, bukan setelah melewati periode panjang yang memungkinkan adanya gangguan fungsi normal oleh kecelakaan atau jenis serangan otak lainnya (Santrock, 2009), misalnya dementia (Simeun, 2008). Sekitar 3% populasi umum di dunia mempunyai intelligence quotient (IQ) kurang dari dua simpang baku di bawah mean. Telah diperkirakan bahwa 80-90% individu dalam populasi dengan intellectual disability berada pada level kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi dengan intellectual disability yang gangguannya berat sampai sangat berat (Nelson, 2000). Menurut Larson dalam Durand & Barlow (2007) kira-kira 90% penyandang intellectual disability termasuk kategori ringan (IQ 50-70), dan mempresentasikan 1% sampai 3% dari populasi secara umum. Berdasarkan hasil survey jumlah penyandang cacat pada sembilan provinsi di Indonesia sebanyak jiwa dengan intellectual disability (15,41%) dan jumlah intellectual disability laki-laki lebih banyak dari perempuan sebesar (57,96%). Jumlah intellectual disability tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat (50,90%) dan terendah ada di Provinsi Gorontalo (1,65%) (Indarwati, 2009). Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa anak intellectual disability yang mengikuti pendidikan layanan khusus dengan kriteria ringan sampai berat sebanyak peserta (Santoso, 2012). Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi DIY (2006) jumlah anak intellectual disability di Yogyakarta sebanyak jiwa, yang terbagi menjadi Kota Yogyakarta 111 jiwa 1

13 2 (8,84%), Kulon Progo 216 jiwa (17,2%), Sleman 287 jiwa (22,85%), Bantul 265 jiwa (21,1%), Gunung Kidul 377 jiwa (30,01%) (Junalia, 2008). Karakteristik anak intellectual disability secara umum dapat terlihat dengan adanya keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya. Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah dan situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, mandiri, kreatif, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan (Somantri, 2006). Untuk mempelajari hal tersebut diperlukan atensi (perhatian) dalam proses belajar. Anak intellectual disability mengalami kesulitan belajar karena masalah dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sering memusatkan perhatian pada benda yang salah, serta sulit mengalokasikan perhatian mereka dengan tepat (Mangungsong, 2009). Anak intellectual disability mengalami hambatan dalam segala macam bentuk perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan kognitifnya, misalnya kemampuan motorik dan kemampuan bahasa, terutama dalam berbicara (Gunarsa, 2006). Keterbatasan dalam kemampuan kognitif tidak hanya yang berhubungan erat terkait dengan proses berpikir seperti bahasa, belajar, ingatan, serta kemampuan motorik, namun juga berkaitan dengan kemampuan emosi dan sosial, seperti mengontrol diri, menahan rasa marah, memecahkan masalahmasalah sosial, dan keterbatasan interpersonal lainnya (Simeun, 2008). Kemampuan sosial anak yang mengalami gangguan perilaku adaptif terlihat kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat sekitarnya. Akibat kurangnya stimulasi dari lingkungan sekitar secara bertahap akan mempengaruhi terjadinya kematangan (Soetjiningsih, 2012). Seseorang dikatakan intellectual disability jika secara sosial tidak cakap, secara mental di bawah normal, kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda dan kematangannya terhambat (Kirk cit Efendi, 2006). Kematangan itu sendiri merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai

14 3 faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu (Desmita, 2010). Kematangan sosial merupakan suatu evolusi perkembangan perilaku, dimana nantinya seorang anak dapat mengekspresikan pengalamannya secara utuh dan dia belajar secara bertahap untuk meningkatkan kemampuannya untuk mandiri, bekerjasama dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Dengan demikian kematangan sosial seseorang tampak dalam perilakunya (Soetjiningsih, 2012). Anak intellectual disability dengan masalah kematangan sosial memiliki keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari. Beberapa diantara anak intellectual disability sangat membutuhkan perlindungan hidup, pengawasan dan pelayanan secara terus menerus dengan kata lain mereka tidak mampu mandiri untuk mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun pada tugas yang sederhana (Mangungsong, 2009). Kemandirian bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir, melainkan dipengaruhi oleh hal-hal lain. Sehubungan dengan hal itu Ali dan Asroni (2008) menyatakan bahwa kemandirian berkembang dipengaruhi oleh pertumbuhan dan kematangan individu itu sendiri. Kemandirian diartikan sebagai suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri dan terlepas dari ketergantungan (Chaplin, 2011). Anak intellectual disability mengalami hambatan dalam kemandirian aktivitas seharihari terutama pada anak tingkat disability berat (Somantri, 2006). Kemandirian pada aktivitas dasar sehari-hari meliputi ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi, dan berhias (Potter & Perry, 2005). Dalam hal ini kemandirian dapat dilihat dari tiga permasalahan yaitu merawat diri, mobilitas, dan kognitif (Wong et al, 2002). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, SLB Bakti Siwi Sleman merupakan sekolah anak berkebutuhan khusus dengan berbagai jenjang yang berbeda. Sekolah ini dibagi menjadi tingkat SD, SMP, SMA dengan jumlah siswa 75 anak. Dari total keseluruhan tersebut 30 anak mampu didik, 42 anak mampu latih dan 3 anak autis. Beberapa guru menyatakan banyak siswa dengan

15 4 tingkat kemandirian yang sudah baik dan ada pula yang masih kurang dalam pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari seperti makan, berpakaian, dan ke kamar mandi. Dengan berbagai karakter tersebut para guru mengharapkan anak ini perlu perhatian khusus terlebih saat di rumah karena mereka mempunyai banyak waktu selain di sekolah. Beberapa guru mengatakan sistem pengajaran yang diterapkan lebih memfokuskan pada tingkat kemandirian siswa yang optimal. Meskipun demikian ada juga beberapa anak mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial di lingkungannya. Hal ini perlu perhatian khusus untuk meningkatkan kematangan sosial anak intellectual disability. Dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Apakah terdapat hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability SLB Bhakti Siwi Sleman?. 1. Tujuan umum C. Tujuan Penelitian Diketahui hubungan antara tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman. 2. Tujuan khusus a. Diketahui tingkat kematangan sosial pada anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman. b. Diketahui tingkat kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman. c. Diketahui keeratan hubungan antara tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman.

16 5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah khasanah pengetahuan dalam bidang keperawatan anak. 2. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan peneliti baik materi maupun metode penelitian. b. Menambah pengetahuan dan wawasan sebagai acuan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Sekolah Sebagai masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kematangan sosial dan kemandirian anak didiknya khususnya aktivitas dasar sehari-hari. 4. Bagi Orang Tua Orang tua dapat mengetahui kematangan dan kemandirian anaknya sehingga dapat memahami kebutuhan seorang anak dalam pemenuhan aktivitas seharihari. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran peneliti terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait kematangan sosial dan kemandirian anak intellectual disability yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Listrikawati (2005) dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Kematangan Sosial Anak Usia 1-3 Tahun di Desa Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, subyek dalam penelitian ini adalah ibu dan anak usia 1-3 tahun dengan jumlah responden sebanyak 60 pasangan ibu dan anak. Alat ukur yang digunakan adalah pedoman observasi dan wawancara Home inventory dan Vineland Social Maturity Scale, analisis data menggunakan pearson product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 responden diperoleh data pola asuh ibu dengan kategori kurang sebanyak 13,3%, kategori cukup 50%, dan kategori baik 36,7%. Sedangkan data dari kematangan sosial berdasarkan skor social

17 6 quotient didapatkan kategori rendah 16,7%, kategori sedang 65%, dan kategori tinggi 18,3%. Hasil uji statistik r=0,313 koefisien korelasi berada pada 0,20-0,399 kategori rendah dengan tingkat signifikansi p=0,015 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh ibu dengan kematangan sosial anak usia 1-3 tahun pada kategori rendah. Kesamaan dengan penelitian ini adalah pada pengukuran variabel kematangan sosial sama-sama menggunakan instrument Vineland Social Maturity Scale sedangkan perbedaannya adalah subjek penelitiannya adalah ibu dan anak usia 1-3 tahun sedangkan dalam penelitian ini adalah anak intellectual disability. Analisis data yang digunakan peneliti adalah Spearman s Rank Correlation sedangkan Listrikawati (2005)menggunakan pearson product moment. 2. Sari (2010) dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Pemenuhan Kebutuhan Activities of Daily Living pada Anak Tunagrahita Ringan. Penelitian ini menggunakan studi korelasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak tunagrahita taraf ringan yang bersekolah di SLB Negeri Pembina Yogyakarta yang berjumlah 48 sampel. Instrument yang digunakan pada variabel pola asuh orang tua menggunakan kuesioner dengan skala pola asuh menurut Pulungan (1996), sedangkan pada tingkat kemandirian menggunakan instrument Katz Index yang dimodifikasi peneliti. Uji statistik menggunakan Coefficient contingency dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil dari 46 sampel didapatkan data mengenai pola asuh orang tua yaitu sebanyak 87% pola asuh demokratis, 2,2% permisif dan 10,9% otoriter. Sedangkan tingkat kemandirian anak dengan kriteria tinggi 54,3%, sedang 43,5% dan rendah 2,2%. Hubungan yang terjadi adalah bermakna dengan nilai p<0,05 yaitu 0,024, sedangkan dengan Coefficient contingency diperoleh nilai r=0,443 yang berarti terdapat hubungan agak rendah antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian activities of daily living pada anak intellectual disability. Kesamaan dalam penelitian ini adalah variabel terikatnya adalah kemandirian anak dengan objek penelitian adalah anak intellectual disability. Adapun perbedaannya adalah variabel bebasnya berupa kematangan sosial sedangkan

18 7 penelitian Sari (2010) adalah pola asuh orang tua. Analisis data yang digunakan peneliti adalah Spearman s Rank Correlation sedangkan Sari (2010) menggunakan Coefficient contingency, Selain itu tempat penelitiannya pun berbeda peneliti mengambil lokasi di SLB Bhakti Siwi Sleman sedangkan Sari (2010) di SLB N Pembina Yogyakarta. 3. Dewi (2010) dengan judul Perbedaan Kematangan Sosial Anak Pra-Sekolah ditinjau dari Keikutsertaan dalam Pendidikan Prasekolah (PAUD). Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat perbedaan variabel bebas terhadap variabel terikat dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kematangan sosial dan variabel terikatnya keikutsertaan dalam pendidikan prasekolah (PAUD). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vineland Social Maturity Scale dengan subjek penelitian dilakukan pada anak prasekolah usia taman kanak-kanak yaitu usia 3-6 tahun yang bersekolah di TK Sri Lestari, Dukuh Kupang Surabaya. Jumlah sampel sebanyak 30 anak yang dibagi dalam dua kelompok yaitu 15 orang berada pada kelompok 1 (kelompok anak yang pernah mengikuti pendidikan prasekolah-pos PAUD) dan 15 orang berada dalam kelompok 2 (kelompok yang tidak pernah mengikuti pendidikan Pos PAUD). Selain menggunakan instrumen Vineland Social Maturity Scale yang disusun oleh Doll (1965), penulis juga menyebarkan angket kepada orang tua subjek penelitian untuk mendapatkan data sekunder yang akan memperkuat data dalam pembahasan. Analisis data dilakukan dengan statistik parametrik uji perbedaan yaitu independent sample t-test. Dari hasil analisa data, diperoleh hasil uji t test pada equal varians assumed diperoleh nilai t=-2,430 dengan tingkat signifikansi 0,022. Oleh karena itu dengan nilai signifikansi p<0,05 maka ada perbedaan signifikan antara tingkat kematangan sosial anak PAUD dan non PAUD. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan instrument Vineland Social Maturity Scale untuk mengukur variabel kematangan sosial. Perbedaan dalam penelitian Dewi (2012) pada variabel keikutsertaan dalam pendidikan prasekolah (PAUD) dan subyek penelitiannya adalah anak prasekolah usia 3-6 tahun sedangkan dalam

19 8 penelitian ini adalah kemandirian anak dan subjek penelitiannya anak intellectual disability. Analisis data dilakukan dengan statistik parametrik uji perbedaan yaitu independent sample t-test, sedangkan penulis menggunakan uji korelasi dengan Spearman s Rank Correlation.

20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SLB Bakti Siwi yang belokasi di Jl. Dr. Radjimin, Pangukan, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. SLB Bakti Siwi berdiri pada tanggal 13 Oktober 1989 dan mendapat ijin operasional dari dinas pendidikan pada tanggal 29 November SLB Bakti Siwi dipimpin oleh Bapak Sugiyanto, S.Pd dengan sepuluh ruang kelas yang terbagi dalam tingkat SD, SMP, SMA dengan jumlah siswa 75 anak. Dari total keseluruhan tersebut 30 anak mampu didik, 42 anak mampu latih dan 3 anak autis. Sekolah ini tidak mewajibkan siswa untuk membayar biaya pendidikan melainkan pihak sekolah akan mencarikan biaya pendidikan tersebut dari luar. SLB Bakti Siwi dilengkapi dengan fasilitas ruang kesenian yang dimanfaatkan bagi siswa yang senang bermain musik, menyanyi dan menari. Adapun kegiatan yang sering diterapkan di sekolah adalah mengenali lingkungan sekitar dengan mengadakan jalan sehat. Dengan demikian seorang anak intellectual disability dapat mengenali berbagai macam objek yang berada di lingkungan sekitar secara konkrit. Selain itu sekolah mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin satu bulan sekali yang dilakukan oleh petugas dari PUSKESMAS. Prestasi yang pernah diraih oleh siswa SLB Bakti Siwi diantaranya lomba lari, modeling, dan bulu tangkis tingkat nasional. Dengan prestasi yang diraih siswa tersebut menunjukkan bahwa anak intellectual disability mempunyai semangat yang tinggi untuk berprestasi. 41

21 42 2. Analisis Hasil Penelitian Subjek penelitian adalah anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian berjumlah 61 anak. Gambaran tentang karakteristik subjek penelitian dijelaskan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam penelitian. a. Analisis univariabel Hasil analisis univariabel bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Karakteristik dari responden pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan klasifikasi intellectual disability, jenis kelamin, dan usia. Karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini: 1) Karakteristik responden Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan klasifikasi ID, jenis kelamin dan usia di SLB Bakti Siwi Karakteristik Frekuensi Presentase Klasifikasi ID Sedang Ringan ,4 % 42,6 % Total % Jenis kelamin Laki-laki Perempuan % 41 % Total % Usia 5-10 th th th >20 th ,5 % 42,6 % 42,6 % 3,3 % Total % Sumber: Data sekunder (2013) Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam klasifikasi intellectual disability ringan sebanyak 35 anak (57,4%) dan responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu 36 anak (59%). Sedangkan dilihat dari usia responden

22 43 antara usia tahun dan tahun menunjukkan hasil yang sama yaitu sebanyak 26 anak (42,6 %). 2) Kematangan sosial anak intellectual disability Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kematangan sosial (SQ) anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Karakteristik Klasifikasi ID Sedang Ringan Kematangan Sosial Rendah Sedang ( 60 %) (61-80) % f % f % f % Total Tinggi ( 80 %) f % ,7 9, ,7 18, , ,4 42,6 Total 29 47, ,7 9 14, Jenis kelamin Laki-laki Perempuan ,5 18, ,7 18, ,8 4, ,0 41,0 Total 29 47, ,7 9 14, Usia 5-10 th 2 3,3 5 8, , th 12 19,7 8 13,1 6 9, , th ,8 3 4, ,6 >20 th 1 1,6 1 1, ,3 Total 29 47, ,7 9 14, Sumber: Data primer (2013) Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat kematangan sosial anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi pada ketegori rendah berjumlah 29 responden (47.6%). Kematangan sosial anak berdasarkan klasifikasi intellectual disability pada kematangan rendah dan sedang mayoritas dengan klasifikasi sedang sebanyak 23 responden (37,7%) dan 12 (19,7%). Kematangan sosial tinggi mayoritas pada klasifikasi ringan sebanyak 9 responden (14,8%). Berdasarkan jenis kelamin responden dengan kematangan rendah, sedang, dan tinggi mayoritas pada anak laki-laki dengan jumlah 18 (29,5%), 12 (19,7%), dan 6 (9,8%). Berdasarkan usia responden kematangan sosial pada kategori rendah dan sedang paling banyak pada usia tahun dengan jumlah masing-masing sebanyak 14 responden (23%) dan 9 responden

23 44 (14,8%) sedangkan kematangan sosial tinggi mayoritas pada usia tahun sebanyak 6 responden (9,8%). 3) Kemandirian anak intellectual disability Tabel 4.3. Distribusi kemandirian anak intellectual disability berdasarkan mean, st. deviasi, dan range di SLB Bakti Siwi Range Karakteristik Mean St. Deviasi (Min-Max) Klasifikasi ID Sedang Ringan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 5-10 th th th >20 th Total 102,29 109,50 104,78 106,20 Sumber: Data primer (2013) 14,63 15,80 15,94 14, ,29 12, ,73 18, ,04 10, ,50 105,36 13, Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa rerata (mean) kemandirian anak intellectual disability sebesar 105,36 dengan standar deviasi 15,43 dan rentang nilai Kemandirian anak pada klasifikasi intellectual disability ringan lebih baik daripada sedang dengan nilai rerata (mean) sebesar 109,50 dengan standar deviasi 15,80 dan rentang nilai Berdasarkan jenis kelamin, anak perempuan lebih mandiri daripada laki-laki dengan nilai mean sebesar 106,20, standar deviasi 14,96 dengan rentang nilai Sedangkan dari usia responden menunjukkan usia lebih dari 20 tahun mempunyai nilai mean tertinggi sebesar 111,50.

24 45 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kemandirian anak intellectual disability berdasarkan helper dan no helper di SLB Bakti Siwi Kemandirian Aktivitas Total No helper Helper Kemandirian f % f % F % Self Care 40 65, , Sphincter Control 54 88,5 7 11, Transfers 55 91,8 5 8, Locomotion 57 93,4 4 6, Communication 17 27, , Social Cognition 16 26, , Sumber: Data primer (2013) Dari tabel 4.4 menunjukkan aktivitas kemandirian anak intellectual disability di SLB bakti siwi pada domain self care bahwa mayoritas anak tidak membutuhkan penolong dengan jumlah 40 responden (65,6%), domain Sphincter Control mayoritas anak tidak membutuhkan penolong sebanyak 54 anak (88,5%), domain transfer mayoritas anak tidak membutuhkan penolong sebanyak 55 anak (91,8%), domain locomotion mayoritas anak tidak membutuhkan penolong sebanyak 57 anak (93,4%), domain communication mayoritas anak membutuhkan penolong sebanyak 44 anak (72,1%),dan domain social cognition mayoritas anak membutuhkan penolong sebanyak 45 anak (73,8%). Dari 6 domain kemandirian menunjukkan kemandirian anak intellectual disability cukup baik dalam hal merawat diri, toileting, dan berpindah. Sedangkan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan sosial masih membutuhkan penolong (helper). b. Analisis bivariabel Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability. Sebelum dilakukan analisis ini data hasil penelitian dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas menunjukkan berdistribusi normal jika taraf signifikansi sebesar p 0,05. Setelah dilakukan uji normalitas dengan

25 46 responden lebih dari 50 anak maka uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan hasil yang diperoleh sebesar 0,008. Nilai tersebut menunjukkan data tidak berdistribusi normal. Jadi analisis bivariabel yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability adalah Spearman s Rank Correlation. Tingkat kemaknaan menggunakan p value <0,05 pada interval derajat kepercayaan 95%. Gambar 3. Hubungan Tingkat Kematangan Sosial dengan Kemandirian Anak Intellectual Disability di SLB Bakti Siwi Sleman Kemandirian anak Kematangan sosial Gambar 3. Menunjukkan hubungan antara kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability. Setelah dilakukan uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability dengan koefisien korelasi sebesar 0,695 yang berarti tingkat keeratan hubungan pada kategori kuat. Correlation Linear (Correlation)

26 47 B. Pembahasan 1. Kematangan Sosial Anak Intellectual Disability Berdasarkan karakteristik responden didapatkan hasil bahwa mayoritas anak berada pada klasifikasi intellectual disability sedang sebanyak 35 anak (57,4%). Prevalensi ini bertentangan dengan pernyataan Larson dalam Durand & Barlow (2007) bahwa 90% penyandang intellectual disability termasuk klasifikasi ringan. Hal ini dikarenakan anak dengan klasifikasi ringan termasuk tipe sosial budaya yang berarti intellectual disability baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan tidak dapat mengikuti pelajaran seperti anak normal lainnya (Soetjiningsih, 2012). Hasil ini diperkuat dengan data yang diperoleh selama penelitian bahwa responden A (13 tahun) dan R (14 tahun) merupakan anak pindahan dari sekolah dasar (SD). Mereka mengalami kesulitan ketika diminta untuk berfungsi sosial atau akademis sesuai usianya. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 36 anak laki-laki dan 25 anak perempuan. Prevalensi tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kaplan & Saddock (2010) bahwa jumlah anak laki-laki yang mengalami intellectual disability 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan. Intellectual disability dipengaruhi oleh faktor genetik yang melibatkan kromosom X. Perempuan memiliki dua kromosom X sementara laki-laki hanya satu. Laki-laki tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Hal ini dapat menyebabkan dampak lebih parah pada laki-laki daripada perempuan (Durand & Barlow, 2007). Intellectual disability merupakan kondisi yang dimulai sebelum usia 18 tahun yang meliputi rendahnya intelegensi dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari (Santrock, 2009). Dalam penelitian ini karakteristik usia anak intellectual disability mayoritas pada usia tahun dan tahun sebanyak 42,6%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaplan dan Saddock (2010) bahwa usia dengan insiden tertinggi dari intellectual disability ada pada usia sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.

27 48 Durand & Barlow (2007) menyatakan bahwa Intellectual disability merupakan gangguan fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata disertai oleh adanya berbagai defisit dalam fungsi adaptif. Fungsi adaptif diantaranya adalah kematangan sosial individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan sosial seorang anak yaitu emosi, intelegensi, budaya, jenis kelamin, dan pendidikan orang tua (Indriana dan Windarti, 2008). Berdasarkan intelegensi dalam klasifikasi intellectual disability menunjukkan kematangan sosial anak berada pada level rendah dengan klasifikasi sedang sebanyak 23 responden (37,7%). Penelitian ini serupa dengan Siagian (2010) bahwa 40% responden berada pada kategori rendah dan mayoritas responden dalam klasifikasi intellectual disability sedang sebanyak 18 responden (60%). Hasil penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Soetjiningsih (2012) bahwa anak dengan intellectual disability sedang mempunyai kemampuan hanya sampai kelas 2 SD saja layaknya anak normal. Mereka kurang mampu menghadapi stres serta memerlukan bimbingan dan pengawasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden laki-laki mempunyai kematangan sosial lebih tinggi daripada perempuan dengan jumlah masingmasing 6 responden (9,8%) dan 3 responden (4,9%) pada kategori tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan Indriana dan Windarti (2008) bahwa laki-laki cenderung mempunyai kematangan sosial yang lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Jenis kelamin mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan dan pengaruh hormonal adalah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan anak laki-laki dan perempuan (Hurlock, 2009). Kematangan sosial berdasarkan usia responden menunjukkan mayoritas anak pada usia tahun pada kategori tingkat kematangan sosial rendah yaitu 14 anak (23%). Sedangkan untuk kematangan sosialnya sendiri mayoritas anak berada pada level rendah dengan jumlah 29 responden (47,5%). Hasil ini dikarenakan anak intellectual disability pada setiap tahapan

28 49 perkembangan selalu mengalami kendala sehingga sering kali tampak sikap dan perilakunya berada di bawah usia kronologis (Efendi, 2006). 2. Kemandirian Anak Intellectual Disability Berdasarkan hasil penelitian kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi dengan instrumen Functional Independence Measure for Children (WeeFIM) didapatkan rerata (mean) kemandirian anak sebesar 105,36 dengan standar deviasi 15,43 dan rentang nilai Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2010) bahwa tingkat kemandirian pemenuhan kebutuhan activities of daily living pada anak intellectual disability ringan pada kriteria tinggi 54,3%. Berdasarkan jenis kelamin, anak perempuan lebih mandiri daripada laki-laki dengan nilai mean sebesar 106,20 dengan standar deviasi 14,96 dengan rentang nilai Hasil ini senada dengan penelitian Ernawulan (2003) bahwa pada waktu dan bidang tertentu wanita lebih cepat matang dibandingkan laki-laki. Kelebihan tersebut dalam hal kemampuan berbahasa dan estetikanya. Hal ini dikarenakan setiap hari anak mengalami peningkatan pemahaman orang tua, teman sebaya dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku yang dipandang sesuai jenis kelamin, pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu, sikap orang tua dan anggota keluarga sehubungan dengan jenis kelamin mereka (Hurlock, 2010). Berdasarkan usia responden menunjukkan usia lebih dari 20 tahun mempunyai nilai mean tertinggi sebesar 111,50. Dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan menurut Lie dan Prasasti (2004) bahwa kemandirian semakin berkembang pada setiap masa perkembangan seiring pertambahan usia dan pertambahan kemampuan. Menurut Piaget dalam Efendi (2006) tahapan perkembangan anak meliputi periode sensorimotor (0-2 tahun), perode praoperasional (2-7 tahun), periode operasional konkret (7-11/12 tahun), periode operasional formal (11/12-13/14 tahun). Berdasarkan hasil penelitian usia mayoritas anak berada pada periode formal yaitu ditandai

29 50 dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah formal dan tidak terikat oleh objek yang bersifat konkret. Hal ini kurang berlaku untuk anak intellectual disability karena dengan beberapa karakteristik yang dimilikinya akan memaksa mereka untuk berada pada periode dibawahnya. Mereka dapat dikembangkan melalui pendidikan diantaranya membaca, berhitung, menulis, keterampilan kerja yang sederhana, menyesuaikan diri dan tidak bergantung pada orang lain (Efendi, 2006). Dan juga pada aktivitas dasar sehari-hari meliputi ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi, dan berhias (Potter & Perry, 2005). Mereka yang mempunyai IQ lebih tinggi mampu berkeluarga dan bekerja pada pekerjaan semi-skilled (Mangungsong, 2009). Kemandirian anak dilihat dari ketergantungan terhadap penolong (helper) didapatkan hasil bahwa pada domain self care bahwa mayoritas anak tidak membutuhkan penolong dengan jumlah 40 responden (65,6%), domain Sphincter Control mayoritas anak tidak membutuhkan penolong sebanyak 54 anak (88,5%), domain transfer mayoritas anak tidak membutuhkan penolong sebanyak 55 anak (91,8%), domain locomotion mayoritas anak tidak membutuhkan penolong sebanyak 57 anak (93,4%), domain communication mayoritas anak membutuhkan penolong sebanyak 44 anak (72,1%),dan domain social cognition mayoritas anak membutuhkan penolong sebanyak 45 anak (73,8%). Dilihat dari aktivitas kemandirian anak 4 domain pertama sudah menunjukkan kemampuan yang sangat baik namun keterampilan berkomunikasi dan keterampilan sosial masih membutuhkan penolong (tidak mandiri). Berkomunikasi merupakan salah satu kendala yang dialami dalam kemandirian anak. Anak intellectual disability tidak mengalami kerusakan artikulasi melainkan pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi dengan baik. Selain itu mereka mengalami kesulitan mengingat suatu informasi. Karena alasan tersebut mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya. Anak intellectual disability memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya (Somantri, 2006). Sedangka pada keterampilan sosial (social

30 51 cognition) dalam prosesnya melalui beberapa tahap diantaranya persepsi, ingatan, pengembangan ide, penilaian dan penalaran. Oleh sebab itu meskipun anak intellectual disability memiliki usia kalender sama dengan anak normal namun prestasi yang diraih berbeda dengan anak normal (Efendi, 2006). 3. Hubungan Tingkat Kematangan Sosial dengan Kemandirian Anak Intellectual Disability di SLB Bakti Siwi Sleman Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman s Rank Correlation dengan tingkat kemaknaan p value <0,05 pada interval derajat kepercayaan 95%. Setelah dilakukan uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,000. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability, dengan nilai p<0,05. Anak intellectual disability dengan masalah kematangan sosial memiliki keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari. Ali dan Asroni (2008) menyatakan bahwa kemandirian berkembang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik melalui proses sosialisasi di lingkungan tempat tinggal inidividu. Faktor intrinsik seperti kematangan individu, tingkat kecerdasan (kognitif) dan faktor ekstrinsik adalah hal-hal yang berasal dari luar diri anak seperti perlakukan orang tua, guru, dan masyarakat. Kemampuan sosial anak yang mengalami gangguan perilaku adaptif terlihat kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat sekitarnya. Akibat kurangnya stimulasi dari lingkungan sekitar secara bertahap akan mempengaruhi terjadinya kematangan (Soetjiningsih, 2012). Menurut Hidayat (2008) kemampuan sosialisasi anak adalah hasil belajar, bukan sekedar hasil dari kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak. Beberapa diantara anak intellectual disability sangat membutuhkan perlindungan hidup, pengawasan dan pelayanan secara terus menerus dengan kata lain mereka tidak mampu mandiri untuk mengurus dirinya sendiri tanpa

31 52 bantuan orang lain meskipun pada tugas yang sederhana (Mangungsong, 2009). Hal ini mengindikasikan keterlambatan anak intellectual disability dalam bidang sosial yang pada umumnya terjadi karena kurangnya kesempatan, motivasi dan bimbingan untuk bersosialisasi (Efendi, 2006). 4. Keeratan Hubungan Tingkat Kematangan Sosial dengan Kemandirian Anak Intellectual Disability di SLB Bakti Siwi Sleman Hasil uji statistik menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,695 yang artinya penelitian ini mempunyai tingkat keeratan hubungan pada kategori kuat. Berdasarkan (gambar 3) menunjukkan hubungan antara kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi level kematangan sosial maka kemandirian anak menunjukkan hasil yang tinggi pula. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan sosial seorang anak adalah intelegensi, budaya, jenis kelamin, dan pendidikan orang tua (Indriana dan Windarti, 2008). Keterbatasan dalam kemampuan kognitif (intelegensi) tidak hanya berhubungan erat terkait dengan proses berpikir seperti bahasa, belajar, ingatan, serta kemampuan motorik, namun juga berkaitan dengan kemampuan emosi dan sosial, seperti mengontrol diri, menahan rasa marah, memecahkan masalah-masalah sosial, dan keterbatasan interpersonal lainnya (Simeun, 2008). C. Keterbatasan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian a. Subjek penelitian adalah anak intellectual disability sehingga peneliti mengalami kesulitan pada beberapa anak yang kurang kooperatif saat dilakukan penelitian. b. Keterbatasan waktu observer bersama responden sehingga keterampilan anak yang dapat diamati kurang optimal.

32 53 c. Beberapa anak sulit diajak komunikasi sehingga peneliti meminta bantuan guru untuk mendampingi selama observasi. 2. Kelemahan Penelitian a. Responden bersifat heterogen baik usia maupun karakteristik anak. b. Observasi dilakukan dengan menanyakan pada orang tua atau guru jika kemampuan anak tidak dapat dilihat. c. Penelitian ini untuk melihat hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti pola asuh dan emosi anak, sehingga akan mempengaruhi penilaian tersebut.

33 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kematangan sosial anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman pada kategori rendah. 2. Kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman menunjukkan rerata (mean) sebesar 105,36 dengan standar deviasi 15,43 dan rentang nilai Kemandirian anak yang perlu perhatian lebih adalah keterampilan berkomunikasi dan keterampilan sosial. 3. Terdapat hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman artinya semakin tinggi kematangan sosial anak maka semakin tinggi pula kemandiriannya. 4. Terdapat keeratan hubungan yang kuat antara tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability dengan koefisien korelasi sebesar 0,695. B. Saran Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian tentang hubungan tingkat kematangan sosial dengan kemandirian anak intellectual disability di SLB Bakti Siwi Sleman, beberapa saran yang di ajukan sebagai bahan pertimbangan adalah: 1. Bagi SLB Diharapkan pihak sekolah mampu mengoptimalkan fasilitas belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan anak didik dan memberikan kesempatan bagi anak-anak berprestasi untuk mengembangkan kreatifitas. Selain itu, dapat membina hubungan baik dengan keluarga anak didik secara berkesinambungan.

34 55 2. Bagi keluarga Diharapkan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam kemandirian dan bersosiaisasi dengan lingkungan sekitar. Dan juga memberikan kesempatan anak lebih demokratif dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas dan homogen. Dengan demikian perlu penelitian lebih lanjut mengenai kematangan sosial ataupun kemandirian anak intellectual disability dengan aspek lain.

35 DAFTAR PUSTAKA Ali, M. & Asroni, M. (2008). Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan oleh Dr. Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Pers. Desai, S.A. & Kothare, S.V. (2009). Neuropsychological and Behavioral Evaluations. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, Vol. 35, Special Issue, Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dewi, Y.F. (2010). Perbedaan Kematangan Sosial Anak Pra-Sekolah ditinjau dari Keikutsertaan dalam Pendidikan Prasekolah (PAUD). Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan. Dimyati dan Mudjiyono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Durand, V.M. & Barlow, D.H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal, edisi keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ediawati, E. (2012). Gambaran Tingkat Kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) dan Risiko Jatuh pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Karya Tulis Ilmiah Tidak diterbitkan. Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Gunarsa, S. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT Gunung Mulia. Hartley, E. & Brewer. (2005). Raising Happy Kids. Terjemahan oleh Imam Khoiri. Yogyakarta: Inspirasi Buku Utama. Hastuti, D. (2011). Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Balita di Daerah Rawan Pangan. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. p: Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

36 Indarwati, I. (2009). Expose Data Penyandang Cacat Berdasarkan ICF Tahun Jakarta: Depsos RI. News&file=article&sid=1013 diakses pada tanggal 17 mei Indriana, Y. & Windarti, T. (2008). Mengembangkan Kematangan Sosial pada Anak Melalui Outbond. Jurnal Sekolah Dasar, Tahun 17 Nomor 2. Jacoby, D. (2009). Pustaka Kesehatan Populer (Psikologi). PT. Buana Ilmu Populer. Junalia, E. (2008). Hubungan antara Sikap Keluarga dengan Perkembangan Sosial Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan. Kaplan, H.L., & Saddock, B.,J. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Lie, A. dan Prasasti, S. (2004). 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Listrikawati. (2005). Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Kematangan Sosial Anak Usia 1-3 Tahun di Desa Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah, Tidak diterbitkan. Mangungsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Jilid Kesatu. Depok: LPSP3. Maslim, R. (2003). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. Muchsinati, N. (2007). Hubungan Urutan Kelahiran dalam Keluarga dengan Kemandirian Anak Usia Dini di TK Madinah Malang. Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan. Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. vol.1. E/15. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Parker, D.K. (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Terjemahan Bambang Wibisono. Jakarta : Prestasi Pustakarya.

37 Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Santoso, H. (2012). Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika. Sari, F.R. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Pemenuhan Kebutuhan Activities of Daily Living pada Anak Tunagrahita Ringan. Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan. Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Siagian, E.M. (2010). Hubungan Inteligensi dengan Kematangan Sosial pada Anak Retardasi Mental di SLB/C Surakarta. Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan. Simeun, Y. (2008). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius. Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Somantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Tur, B.S., Kucukdeveci, A.A., Kutlay, S., Yavuzer, G., Elhan, A.H., & Tennant, A. (2009). Psychometric Properties of the WeeFIM in Children with Cerebral Palsy in Turkey. Developmental Medicine and Child Neurology; Vol 51 (9), pp Wong, V., Wong, S., Chan, K & Wong, W. (2002). Functional Independence Measure (WeeFIM) for Chinese Children: Hong Kong Cohort. Pediatrics, 109;e36.

KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL

KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 214 1 KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL Muh Khoironi Fadli¹, Dewi Retno Pamungkas 1, Retno Sumiyarini 1 1 STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan keadaan yang memerlukan perhatian khusus, dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam memfungsikan dirinya sehingga

Lebih terperinci

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN Retno Yuli Hastuti, Esri Rusminingsih, Riya Dewi Wulansari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy atau CP adalah penyebab umum dari cacat fisik pada anak. Gangguan ini dapat menyebabkan kecacatan pada fungsi kognitif dan gerak dari yang ringan

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah individu yang tergantung dengan orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 54 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di TK Aisyiyah 28 Dinoyo, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Fungsi Afektif Keluarga Terhadap kemandirian anak usia

Lebih terperinci

Ambar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK

Ambar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN USIA 7-18 TAHUN DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN Ambar Winarti, Ema Kurniawati ABSTRAK Latar Belakang : Retardasi mental

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sikap orangtua pada anak autis dapat diketahui bahwa sebagian besar orangtua memiliki sikap

Lebih terperinci

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DWI NURAINI NIM: 201410104222 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2 KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2 1,2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jl. Raya Kaligawe

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi: HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG 5 ABSTRAK Anak merupakan generasi unggul penerus suatu bangsa yang pada dasarnya tidak akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK 4 Abdul Muchid *, Amin Samiasih **, Mariyam *** Abstrak Latar belakang:

Lebih terperinci

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : FAJAR RAHAYUNINGTYAS 201310104159

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: MUTIARA THEO THERRA AWK 080201146 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DEWI YULIANA 201310201016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : LINTANG TITISARI 201110201027 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA (JURNAL) Oleh DEDI SUPARMAN ROCHMIYATI SUGIYANTO

HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA (JURNAL) Oleh DEDI SUPARMAN ROCHMIYATI SUGIYANTO HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA (JURNAL) Oleh DEDI SUPARMAN ROCHMIYATI SUGIYANTO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2015 2 HALAMAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA 1 Hubungan Antara Tingkat Aktivitas... (Desi Ardiyani) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA CORRELATION BETWEEN PHYSICAL ACTIVITY

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN PENELITIAN QUASY EKSPERIMENTAL Oleh : LULUT SETYOWATI NIM. 131311123074

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2014. Adapun lokasi penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Babussalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dengan menggunakan metode deskriptif korelasional, yaitu menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Riset Partisipan Penelitian 4.1.1 Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia Berdasarkan usia riset partisipan dikategorikan menjadi 5 yaitu 20-25 tahun,

Lebih terperinci

Abstract

Abstract PERSEPSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 1 PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Vionirita Sewasa 1), Erman Har 2), dan Azrita 2)

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Yense Eldiana Dhita NIM 072310101050 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : Theresia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bhakti Pekanbaru, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB III METODE PENELITIAN. Bhakti Pekanbaru, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari s/d 17 Maret 2014, dan lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Tri Bhakti Pekanbaru,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 215 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NURHASANAH 214114173 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF DESCRIPTION OF KNOWLEDGE LEVEL KINDERGARTEN TEACHER OF THE EQUIPMENT GAME EDUCATIVE STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN Nur Aini Rahmawati ABSTRAK Perkembangan anak usia dini di Jawa Tengah masih sangat belum optimal

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN Relationship of a Pattern of Foster Parents to the Level of Independence of the Son of Mental

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH (USIA 3-6 TAHUN)

POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH (USIA 3-6 TAHUN) Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 1, Maret 217: 61-67 POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH (USIA 3-6 TAHUN) Zuraida Mulqiah, Eka Santi, Dhian Ririn Lestari Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK YANG MENGALAMI COGNITIVE IMPAIRMENT

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK YANG MENGALAMI COGNITIVE IMPAIRMENT HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK YANG MENGALAMI COGNITIVE IMPAIRMENT USIA SD DI SLB BHAKTI KENCANA II SENDANGTIRTO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PROFESI ASISTEN APOTEKER DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR FARMASETIKA PADA MAHASISWA PRODI DIII FARMASI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI OLEH: Feni J. C. Fina NRP: 9103011012 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN Anggrita Sari 1, RR Dwi Sogi Sri Redjeki 2, Rizky Puteri Anggarani 2 1 Akademi Kebidanan Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan INTAN GIOVANI SETYANINGRUM

Lebih terperinci

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH) JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH) PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN KUDUS DIFFERENCE KNOWLEDGE OF TEENS FREE SEX

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR Hendri Tamara Yuda, Ernawati, Puji Handoko 3,, 3 STIKes Muhammadiyah Gombong ABSTRAK Ilmu etika berbicara masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Diskriptif Korelasi yaitu mendiskripsikan variabel bebas dan terikat, kemudian melakukan analisis korelasi antara kedua

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PRESTASI MAHASISWA Menik Sri Daryanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta E-mail:meniksridaryanti@gmail.com Abstract: This study aimed to analyze the relationship between the learning

Lebih terperinci

Keyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old

Keyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old The Relationship between The Parenting and The States of Cooperative in Children Aged 6-12 years old in Dental Care Visit at RSGM UMY ABSTRAK Parenting is an important factor in the development of child

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Kecerdasan Emosional. *Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Kecerdasan Emosional. *Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KB-TK ANAK CERDAS PP PAUDNI REGIONAL II SEMARANG Febri Amalia Hidayatullah* Email : febriamalia22@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EVI ANGGRAENI 201210201020 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 4. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail

Lebih terperinci

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK KELOMPOK B DI RA KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK KELOMPOK B DI RA KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK KELOMPOK B DI RA KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA N 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh : Puji Wahono K7408252 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Raedix Desta Kusuma Abdul Huda Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh: ENDAH WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA REMAJA CACAT FISIK DI BALAI REHABILITASI TERPADU PENYANDANG DISABILITAS PROVINSI DIY NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA REMAJA CACAT FISIK DI BALAI REHABILITASI TERPADU PENYANDANG DISABILITAS PROVINSI DIY NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA REMAJA CACAT FISIK DI BALAI REHABILITASI TERPADU PENYANDANG DISABILITAS PROVINSI DIY NASKAH PUBLIKASI Patmawati, Ibrahim Rahmat PROGRAM ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU 1 Siti Nazhifah 1, Jimmi Copriady, Herdini fhazhivnue@gmail.com 081372751632 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Anneahira,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh : NANIK ROHMAWATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK PADAA SEKOLAH ALAM BENGAWAN SOLOO DENGAN SEKOLAH REGULER KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK PADAA SEKOLAH ALAM BENGAWAN SOLOO DENGAN SEKOLAH REGULER KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK PADAA SEKOLAH ALAM BENGAWAN SOLOO DENGAN SEKOLAH REGULER KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Sains Terapan

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Rosiana Alfa Risqi Program Studi Magister Epidemiologi Sain Terapan Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Andria Yuliawati 201110104178

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Penelitian komparatif untuk mencari perbandingan antara dua sampel atau dua uji

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII - VIII DI SMP NEGERI 2 PARE-KEDIRI TAHUN 2015

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII - VIII DI SMP NEGERI 2 PARE-KEDIRI TAHUN 2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII - VIII DI SMP NEGERI 2 PARE-KEDIRI TAHUN 2015 THE CORRELTION BETWEEN EMOTIONAL QUOTIENT WITH STUDY MOTIVATION ON VII VIII GRADE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukan. yang berbeda dengan orang dewasa (Mansur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukan. yang berbeda dengan orang dewasa (Mansur, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Belakang Masalah Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan dasarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Penelitian analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN ORGAN REPRODUKSI DAN PERAWATANNYA SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SISWA SMP NEGERI 25 SURAKARTA. Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Lebih terperinci