BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Flutamida, 4-nitro-3-trifluorometil isobutil anilin, merupakan salah satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Flutamida, 4-nitro-3-trifluorometil isobutil anilin, merupakan salah satu"

Transkripsi

1 BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Masalah Flutamida, 4-nitro-3-trifluorometil isobutil anilin, merupakan salah satu antiandrogen tanpa akitivitas hormonal yang digunakan sebagai kombinasi obat untuk terapi kanker prostat pada pria. Flutamida bekerja dengan mempengaruhi aktivitas antigen di prostat sehingga menghambat kerja hormon testosteron yang membantu pertumbuhan dan penyebaran kanker prostat (Ghaffarzadeh& Rahbar, 2014).Flutamida merupakan senyawa baru yang dikembangkan sebagai obat kanker sehingga memiliki harga yang mahal. Penelitian yang berkaitan dengan sintesis flutamida masih sangat jarang dilakukan. leh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengoptimasi sintesis flutamida menggunakan variasi starting material dan variasi pelarut. Flutamida dapat diperoleh dari reaksi antara 4-nitro-3-trifluorometil anilin dengan asam isobutirat, anhidrida isobutirat, isobutiril klorida maupun ester isobutirat. Akan tetapi jika dilihat dari ketersediaan senyawanya di pasaran, asam isobutirat dan anhidrida isobutirat merupakan turunan asam isobutirat, selain isobutiril klorida, yang dapat dijadikan starting material yang sesuai untuk melakukan sintesis flutamida. Anhidrida isoburitat dan asam isoburtirat memiliki reaktivitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan isobutiril klorida, untuk mengatasi hal tersebut reaksi antara 4-nitro-3-trifluorometil anilin dan asam 1

2 2 isobutirat ataupun anhidrida isobutirat dilakukan dalam temperatur yang tinggi agar reaksi berjalan dengan efektif dan menghasilkan rendemen yang besar. Penggunaan piridin sebagai pelarut dalam sintesis flutamida dengan starting material4-nitro-3-trifluorometil anilin dan turunan asam isobutirat bertujuan untuk dapat meningkatkan laju reaksinya karena piridin berfungsi sebagai katalis nukleofilik yang dapat mempermudah reaksi antara amina dan karbon pada karbonil turunan asam isobutirat. Selain piridin, trietilamin juga merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju reaksi amina dan karbonil dengan meningkatkan reaktivitas amina. Penggunaan trietilamin sebagai pelarut dalam sintesis flutamida diharapkan dapat menghasilkan rendemen yang besar sehingga trietilamin dapat menjadi pelarut pilihan selain piridin dalam sintesis flutamida menggunakan starting material 4-nitro-3-trifluorometil anilin dan turunan asam isobutirat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material asam isobutirat? 2. Apakah senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material anhidrida isobutirat? 3. Apakah trietilamin dapat digunakan sebagai pelarut dalam sintesis flutamida?

3 3 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Membuktikan bahwa senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material asam isobutirat. 2. Membuktikan bahwa senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material anhidrida isobutirat. 3. Membuktikan bahwa pelarut trietilamin dapat digunakan sebagai pelarut dalam sintesis flutamida. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan sintesis flutamida dengan menggunakan starting material turunan asam isobutirat serta pelarut trietilamin. 1. Sintesis E. Tinjauan Pustaka Sintesis merupakan pembentukan atau pembangunan senyawa yang lebih kompleks menggunakan elemen atau senyawa yang lebih sederhana sebagai bahan pembentuknya. Sintesis dalam industri kimia dilakukan untuk menemukan senyawa yang rute pembuatannya lebih mudah dan murah (McMurry, 2009).

4 4 2. Flutamida Flutamida (4-itro-3-trifluorometil isobutil anilin) merupakan agen antiandrogenik sintetik yang menghambat aktivitas hormon agonis. Flutamida memiliki spesifitas pada organ genitalia yang dependen terhadap androgen dan secara terapetik flutamida digunakan untuk terapi kanker prostat pada pria. Flutamida merupakan contoh yang tidak lazim dari antiandrogenik yang tidak memiliki struktur dasar inti steroid (Lakshmanan & Selvanathan, 2015) F 3 C 2 H Gambar 1.Struktur Flutamida Flutamida berkompetisi dengan testosteron dan dihidrotestosteron dalam berikatan dengan reseptor androgen di kelenjar prostat. Flutamida dan bentuk aktifnya, hidroksiflutamida, dapat memblok jalur sinyal sel reseptor androgen dan menghambat sel kanker prostat untuk tumbuh. Berdasarkan prinsip yang sama, flutamida dapat digunakan untuk menurunkan kadar androgen yang terlalu tinggi pada wanita dengan sindrom polycistic ovarian(mariappan & Sundaraganesan,2014). Setelah dikonsumsi secara oral, flutamida akan termetabolisme dan menghasilkan 10 metabolit. Metabolit utama dari hasil metabolisme flutamida adalah 2-hidroksiflutamida dan 3-trifluorometil-4-nitroanilin (Lakshmanan & Selvanathan, 2015). Flutamida memiliki insidensi yang rendah terhadap resiko hepatotoksisitas pada pasien karena metabolit

5 5 flutamida tidak berikatan secara kuat dengan sel hepar (Mariappan & Sundaraganesan,2014). Beberapa faktor yang berkaitan dengan aktivitas antiandrogenik telah ditemukan menggunakan hidroksiflutamida, bentuk metabolit aktif flutamida, sebagai model. Beberapa faktor tersebut adalah: 1.) Cincin aromatik yang memiliki defisiensi elektron, 2.) Konformasi tetap yang secara efektif meyakinkan bahwa H-C-H berbentuk koplanar, 3.) Ikatan hidrogen yang kuat pada grup donor, 4.) Keseimbangan elektron yang merupakan fungsi gugus anilida dengantransmit densitas elektron disekitar molekul melalui alignment dengangugus karbonil(yang & Guan, 2014). Flutamida merupakan padatan berwarna kuning pucat, memiliki titik leleh o C dan logp 3,35. Flutamida memiliki kelarutan dalam air sebesar 9,45 mg/l pada suhu 20 o C. Flutamida juga terlarut didalam DMS, etanol dan Piridin (Anonim, 2016). Flutamida dapat dihasilkan dari reaksi isobutiril klorida dan 4-nitro-3- trifluorometil anilin pada pemanasan selama 1,5 jam. ahc 3, piridin, dan Et 3 digunakan sebagai akseptor HCl pada sintesis flutamida (Yang & Guan, 2014) F 3 C 2 H 2 + H 3 C CH CH H 3 3 F 3 C Cl 2 Gambar 2. Reaksi Sintesis Flutamida

6 6 Flutamida dapat disintesis dari reaksi kondensasi antara isobutiril klorida dan 3-trifluorometil-4-nitro anilin. Sejak saat itu sintesis flutamida telah dieksplorasi secara ekstensif oleh peneliti di seluruh dunia. Secara prinsip kebanyakan metode yang digunakan metode strategi kondensasi berdasarkan pada reaksi antara isobutiril klorida dan 3-trifluorometil anilin dalam keadaan basa agar dapat menghasilkan 2-metil--[3- (trifluorometil)fenil]propanamida. Senyawa yang diperoleh dari reaksi kondensasi kemudian dinitrasi menggunakan agen penitasi untuk menghasilkan flutamida. Langkah nitrasi dilakukan dengan pengasapan menggunakan H 3 /H 2 S 4 atau a 3. (Lakshmanan & Selvanathan, 2015). Flutamida juga dapat disintesis dari 2-nitro-5-aminotrifluorotoluena dengan rendemen yang tinggi (96%), biaya yang rendah, pengoperasian yang mudah, kondisi reaksi yang lunak, waktu reaksi yang singkat, dan polusi lingkungan yang lebih sedikit (Yang & Guan, 2014). Cyanuric chloride dapat digunakan untuk menghasilkan isobutiril klorida bila ingin menghindari penggunaan langsung isobutiril klorida. Metode ini menarik karena cyanuric chloride dapat diperoleh kembali melalu reaksi antara 2,4,6-trihidroksi-1,3,5- triazin dengan PCl 3 yang merupakan sintesis yang ramah lingkungan (Bandgar, 2006).

7 7 Cl Cl CH 2Cl 2 ( ) 2 CHCH Cl PCl 3 H 2 CF 3 H H + H CF 3 H 0-5 o C H 3 / H 2 S 4 H CF 3 2 Gambar 3. Reaksi antara 2,4,6-Trihidroksi-1,3,5-triazin dan PCl 3 (Bandgar, 2006) 3. Asam Isobutirat Senyawa asam isobutirat (asam 2-metil propanoat) memiliki struktur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 merupakan senyawa asam lemah dari golongan asam karboksilat yang tersubstitusi metil pada atom C nomor 2. H 3 C H Gambar 4. Struktur Asam Isobutirat Asam isobutirat merupakan cairan tidak berwarna, memiliki titik leleh - 47 o C dan titik didih o C. Asam isobutirat memiliki kelarutan dalam air

8 8 sebesar 210 g/l pada suhu 20 o C. Asam isobutirat bersifat korosif terutama pada kulit, mata dan saluran pernafasan (Anonim, 2016). 4. Anhidrida Isobutirat Senyawa anhidrida isobutirat merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang dihasilkan dari reaksi kondensasi dua senyawa asam isobutirat sehingga diperoleh anhidrida yang simetris seperti ditunjukkan pada Gambar 5. H 3 C Gambar5. Struktur Anhidrida Isobutirat Anhidrida isobutirat berupa cairan tidak berwarna yang dapat mengiritasi kulit dan mata. Anhidrida isobutirat memiliki titik didih 181,5 o C dan titik leleh -53,5 o C. Anhidrida isobutirat mudah larut dalam eter (Anonim, 2016). 5. Isobutiril Klorida Senyawa isobutiril klorida (2-metilpropanoil klorida) memiliki struktur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang berasal dari reaksi antara asam karboksilat dan asam klorida. H 3 C Cl Gambar 6. Struktur Isobutiril Klorida

9 9 Isobutiril klorida merupakan cairan tidak berwarna, memiliki titik leleh - 90 o C dan titik didih o C. Isobutiril klorida memiliki tekanan uap 0,07 mmhg pada suhu 20 o C dan massa jenis 1,017 g/ml pada suhu 25 o C. Isobutiril klorida dapat mengiritasi mata, kulit dan membran mukosa serta toksik bila tertelan, terhirup dan diabsorbsi oleh kulit (Anonim, 2016) itro-3-trifluorometil anilin Senyawa 4-nitro-3-trifluorometil anilin, ditunjukkan pada Gambar 7, merupakan senyawa amina primer yang tersubstitusi gugus nitro pada posisi para dan gugus trifluorometil pada posisi meta. F 3 C H 2 2 Gambar 7. Struktur4-itro-3-Trifluorometil Anilin Senyawa 4-nitro-3-trifluorometil anilin berbentuk padatan kristal berwarna kuning muda yang memiliki densitas sebesar 1,2 g/cm 3. Senyawa 4- nitro-3-trifluorometil anilinmeleleh pada suhu o C dan mendidih pada suhu 394 o C (Anonim, 2016). 7. Piridin Piridin merupakan senyawa organik heterosiklik yang berbentuk cincin aromatik sederhana(lide, 2009). Rumus kimianya adalah C 5 H 5 seperti ditunjukkan pada Gambar8.

10 10 Gambar8. Stuktur Piridin Senyawa ini dipakai sebagai bahan pemula agrokimia dan farmasi dan merupakan bahan pelarut dan reagen yang penting. Strukturnya mirip dengan benzena dimana sebuah gugus CH di dalam cincin aromatis yang terdiri dari enam atom diganti dengan nitrogen. Senyawa ini berbentuk cairan tidak berwarna dan berbau aroma khas seperti ikan. Piridin memiliki titik didih 115 o C; berat jenis relatif 0,98, berat molekul 79,20 g/mol, titik leleh -42 o C, dan ph 8,5 (Joule & Mills, 2010). Piridin dapat juga berperan sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia karena memiliki pasangan elektron bebas yang dapat menangkap proton dan meningkatkan reaktivitas senyawa tersebut (Anonim, 2016). 8. Trietilamin Trietilamin merupakan suatu senyawa kimia dengan struktur amina tersier trisubtitusi yang sederhana dengan rumus molekul (CH 2 ) 3 seperti ditunjukkan pada Gambar 9. H 3 C Gambar 9. Sturktur Kimia Trietilamin Trietilamin pada suhu ruang berbentuk cairan tak berwarna dengan bau khas amonia. Trietilamin memiliki titik didih 0 o C, titik leleh -115 o C, massa

11 11 molar 101,19 gr/mol dan densitas 0,726 gr/cm 3. Trietilamin sering digunakan sebagai pelarut, katalis, basa dan starting material pada sintesis organik (Anonim, 2016). 9. Reaksi Amina dan Turunan Asam Karboksilat Pada reaksi antara amina dan turunan asam karboksilat, amina akan berperan sebagai nukelofil dan gugus karbonil pada turunan asam karboksilat akan berperan sebagai elektrofil.ikatan π pada karbonil akan dirusak sehinggapasangan elektron bebas pada nitrogen dapat berikatan dengan atom karbon pada gugus karbonil turunan asam karboksilat. Turunan asam karboksilat memiliki gugus pergi, gugus pergi pada turunan asam karboksilat berupa gugus bersifat elektronegatif yang terikat pada atom C pada gugus C. Contoh gugus pergi pada asam karboksilat adalah gugus R, atom hidrogen, gugus X dan gugus R pada ester. Ikatan antara karbonil dan gugus pergi mengalami polarisasi dan elektron lebih dekat kepada gugus pergi dibandingkan dengan asam karboksilat, menghasilkan δ + pada atom C karbonil dan δ pada gugus pergi. Atom C karbonil yang bermuatan δ + akan diserang oleh amina dan gugus pergi akan dilepaskan oleh karbonil sehingga amina akan menggantikan posisi gugus pergi berikatan dengan atom C karbonil. Reaksi ini disebut reaksi substitusi. Reaksi antara amina dan turunan asam karboksilat kurang reaktif dibandingkan reaksi antara amina dan aldehid atau keton. Hal ini dikarenakan gugus pergi pada turunan asam karboksilat memiliki banyak pasangan

12 12 elektron bebas yang membuat atom C karbonil kurang reaktif saat nukleofil berusaha menyerang atom C karbonil pada turunan asam karboksilat.salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menempatkan gugus pergi yang baik pada turunan asam karboksilat, seperti asil klorida. Gugus pergi yang baik akan menghasilkan basa yang kuat saat gugus pergi dilepaskan (Clark, 2014). 10. Analisis Diskoneksi Analisis diskoneksi merupakan strategi untuk melakukan sintesis yang diawali dengan melakukan pemutusan ikatan pada senyawa target untuk memperoleh starting material yang tersedia dipasaran. Proses diskoneksi dapat dilakukan dalam beberapa tahap dan dapat dilakukan dengan pemutusan ikatan dan juga interkonversi gugus fungsi (Smith, 2014).Interkonversi gugus fungsi (IGF) adalah proses perubahan suatu gugus fungsi menjadi gugus fungsi yang lain melalui substitusi, adisi, eliminasi, oksidasi ataupun reduksi dan proses reverse pada analisis diskoneksi (Warren & Wyatt, 2008). Diskoneksi dinyatakan dengan garis bergelombang melintasi ikatan yang akan diputus. Panah retrosintetik menyatakan alur mundur dari molekul target ke sepasang fragmen bermuatan. Fragmen bermuatan tersebut disebut dengan sinton. Pereaksi ekuivalen sinton dinyatakan dengan tanda garis datar tiga.secara teoritis diskoneksi ini dapat menghasilkan dua sinton. Jika belum yakin dalam meletakkan muatan positif dan negatif pada kedua fragmen,

13 13 maka sebaiknya tuliskan kedua pasang fragmen dengan muatan yang berbeda. Fragmen bermuatan digunakan untuk menentukan ekuivalen sintettik yang akan digunakan sebagai starting material (Willis, 2004). Dari hasil analisis diskoneksi pada senyawa flutamida diperoleh dua sinton, satu sinton positif dan satu sinton negatif (Gambar 10). F 3 C H 2 H 3 C Senyawa Target H 3 C + Sinton Positif F 3 C H 2 Sinton egatif Gambar 10. Analisis Diskoneksi Flutamida Sinton positif yang diperoleh dari hasil analisis diskoneksi senyawa flutamida memiliki sintetik ekuivalen turunan asam isobutirat seperti isobutiril klorida, asam isobutirat dan anhidrida isobutirat (Gambar 11). H 3 C Sinton Positif Cl H H 3 C H 3 C Isobutiril Klorida Asam Isobutirat H 3 C Anhidrida Isobutirat Gambar 11. Sintetik Ekuivalen Sinton Positif Sinton negatif dari hasil analisis diskoneksi senyawa flutamida memiliki senyawa sintetik ekuivalen 4-nitro-3-trifluorometil anilin (Gambar 12). F 3 C H H 3 C H 2 2 Sinton egatif 2 4-itro-3-trifluorometil anilin Gambar 12. Sintetik Ekuivalen Sinton egatif

14 Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian senyawa hasil sintesis yang berbentuk padatan di mana senyawa tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Rekristalisasi berdasarkan prinsip kelarutan senyawa di dalam pelarut tertentu saat suhu ditingkatkan. Kadar total pengotor biasanya lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi zat yang dimurnikan. Pada suhu rendah pengotor akan larut dalam pelarut sedangkan senyawa murni hasil sintesis akan mengendap (Arsyad, 2001). Pelarut yang digunakan dalam teknik rekristalisasi haruslah memenuhi kriteria berikut: a. Pelarut memiliki daya melarutkan yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikan pada suhu yang relatif tinggi dan memiliki daya melarutkan yang rendah pada suhu kamar atau pada suhu yang lebih rendah b. Pelarut melarutkan sedikit pengtor, pelarut memiliki daya melarutkan yang rendah untuk pengotor pada suhu yang relatif tinggi dan memiliki daya melarutkan yang tinggi untuk pengotor pada suhu yang relatif rendah c. Mudah dipisahkan dari kristal-kristal senyawa yang dimurnikan, memiliki titik didih pada rentang o C d. Pelarut tidak bereaksi dengan senyawanya dan memiliki toksisitas yang paling rendah (Ritmaleni dkk, 2012).

15 Titik Leleh Titik leleh digunakan untuk membantu mendeterminasikan kemurnian dan identifikasi padatan. Titik leleh merupakan suhu di mana senyawa meleleh pada tekanan atmosfer. Titik leleh suatu senyawa murni menunjukkan sifat fisika senyawa tersebut yang berkaitan dengan komposisi senyawa dan karateristik ikatan.saat padatan suatu senyawa organik dipanaskan, energi pemanasan yang ditambahkan kepada senyawa diubah menjadi energi kinetik untuk pergerakan molekul. Sehingga molekul tersebut semakin bebas untuk bergerak dan dapat melampaui gaya atraktif intermolekulernya yang menjaga mereka tetap terikat kuat pada tempatnya pada struktur yang tersusun rapi dari kisi kristalin (Syukuri, 1999). Titik leleh biasanya menunjukkan range suhu saat senyawa mulai untuk leleh hingga saat senyawa itu meleleh seluruhnya. Suatu senyawa dikatakan memiliki titik leleh yang sempit jika rangenya kurang dari 5 o C dan dikatakan memiliki titik leleh yang lebar jika memiliki range lebih dari 5 o C. Senyawa murni secara spesifik memiliki range titik leleh yang sempit, sementara senyawa campuran memiliki range titik leleh yang lebar. Range titik leleh suatu padatan murni biasanya hanya berkisar 1-2 o C. Kontaminasi dengan pengotor akan menurunkan titik leleh senyawa dan akan memperluas range titik lelehnya. Karena pengotor akan menyebabkan defek pada kisi kritalin sehingga lebih mudah untuk melampaui interaksi intermolekuler antar molekulnya, membutuhkan energi yang lebih rendah untuk melelehkan padatan tersebut (Handyana, 1994).

16 Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan yang seragam dan berada dipermukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminum, atau pelat plastik. Kromatografi lapis tipis seringkali dikatakan sebagai kromatografi kolom yang terbuka (Gandjar & Rohman, 2012). Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode yang menganalisis campuran senyawa dengan memisahkan komponen dalam campuran tersebut. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk membantu menentukan jumlah komponen dalam sebuah campuran dan kemurnian suatu senyawa. Pemisahan pada teknik kromatografi lapis tipis didasarkan atas perbedaan adsorpsi atau partisi fase diam dalam fase geraknya (Gritter, dkk., 1991). Sampel senyawa ditotolkan/digoreskan pada fase diam menggunakan pipa kapiler dari gelas. Penotolan sampel sebaiknya sesempit dan sekecil mungkin agar diperoleh hasil pemisahan yang maksimal. Sampel akan terelusi dengan jarak tempuh yang berbeda-beda bergantung pada afinitas dari masing-masing komponen dengan fase diam atau fase gerak (Sherma, 1996). Pengamatan visual dilakukan untuk mengevaluasi hasil kromatogram dan membandingkan jarak bercak dari awal pengembangan senyawa yang dipisahkan. Jarak pengembangan ini dikonversikan ke dalam nilai Rf(Retardation factor), dengan rumus sebagai berikut :

17 17 ilairf beradaantara 0,00 sampai 1,00 dan ditentukan dalam dua desimal(sherma, 1996). Deteksi dalam KLT dapat dilakukan secara kimia, fisika, biologi. Cara fisika yang dapat digunakan dengan pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Cara kimiawi yang biasa digunakan dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas (Gandjar & Rohman, 2012). 14. Kromatografi Gas Kromatografi Gas (GC) merupakan teknik instrumental dimana padatan yang mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam degan kecepatan yang tergantung rasio distribusinya (Gandjar & Rohman, 2012). Sampel yang berupa senyawa campuran dapat dipisahkan, diidentifikasikan dan dikuantifikasikan menggunakan kromatografi gas. Suatu senyawa dapat dianalisis menggunakan kromatografi gas jika senyawa tersebut dapat diuapkan dan stabil terhadap pemanasan. Sampel yang akan dianalisis menggunakan Kromatografi Gas terkadang juga perlu melalui modifikasi kimia (derivatisasi) agar dapat menghilangkan efek adsorpsi yang tidak diinginkan (Bull, 2008). Derivatisasi yang dilakukan pada kromatografi gas adalah

18 18 esterifikasi, asilasi, alkilasi, sililasi,kondensasi dan siklisasi (Gandjar & Rohman, 2012). Sampel yang berupa padatan pada kromatografi gas dilarutkan terlebih dahulu menggunakan pelarut yang sesuai. Selanjutnya larutan sampel diinjeksikan ke dalam inlet kromatografi gas dimana sampel akan menguap dan mengalir melalui kolom kromatografi dengan bantuan gas pembawa. Sampel akan mengalir lewati kolom dan komponen dari sampel akan terpisah berdasarkan interaksinya dengan fase gerak yang berada dipermukaan dalam kolom kromatografi dan gas pembawa.komponen selanjutnya adalah detektor,dimana ion yang telah terpisah akan memasuki detektor dan menghasilkan output yang diperoleh dari amplifikasi sinyal. Detektor akan mengirimkan informasi kepada komputer untuk menyimpan data yang telah dihasilkan dan mengubah impuls elektrik menjadi display visual dan hard copy display (Sermakkani & Thangapandian, 2012). Beberapa detektor yang sering digunakan dalam kromatografi gas adalah detektor hantar panas, detektor ionisasi nyala, detektor tangkap elektron, detektor nitrogen-fosfor, dan detektor foto-ionisasi (Gandjar & Rohman, 2012). 15. Spektrometri Massa Spektrometri massa merupakan teknik analisis yang diigunakan untuk menentukan massa molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum massa beresolusi tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan untuk mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Silverstein, 1986).

19 19 Dalam spektrometri massa, reaksi pertama suatu molekul adalah pelepasan sebuah elektron melalui proses ionisasi yang menghasilkan ion molekul. Beberapa proses ionisasi tersebut adalah CI (Chemical Ionization), FD (Field Desorption), FAB (Fast Atom Bombardment), ESI (Electrospray Ionization), dan MALDI (Matrix Assisted Laser Desorption/Ionization) (Silverstein and Webster, 1998). Peak yang dihasilkan oleh radikal ion ini biasanya muncul paling kanan dalam spektrum. Elektron dalam orbital berenergi tinggi adalah elektron yang pertama-tama akan lepas. Jika sebuah molekul memiliki elektron-elektron n menyendiri, maka salah satunya akan dilepaskan. Jika tidak terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron π. Jika tidak terdapat elektron n maupun elektron π, maka ion molekul yang akan terbentuk dengan lepasnya sebuah elektron δ. Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi, yaitu proses pelepasan radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil dilepaskan dari ion molekul itu. Sebuah ion molekul tidak pecah secara acak, melainkan cenderung membentuk fragmen-fragmen yang paling stabil (Hargis, 1988). F. Landasan Teori Berdasarkan analisis diskoneksi yang dilakukan pada struktur kimia flutamida diketahui bahwa flutamida dapat diperoleh dari reaksi antara 4-nitro-3- trifluorometil anilin dan turunan asam isobutirat. Trietilamin dapat digunakan sebagai pelarut pilihan selain piridin biladilihat dari mekanisme reaksi yang

20 20 terjadi karena trietilamin memiliki kemampuan sebagai katalis yang dapat meningkatkan reaktivitas gugus H 2 pada 4-nitro-3-trifluorometil anilin. G. Hipotesis 1. Asam isobutirat, isobutiril klorida dan anhidrida isobutirat dapat digunakan sebagai starting material pada sintesis flutamida. 2. Trietilamin dan piridin dapat digunakan sebagai pelarut dalam sintesis flutamida.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis. II TINJUN PUSTK 2.1 Rancangan nalisis Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan dasar sintesis, pereaksi,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II I. Nomor Percobaan : VI II. Nama Percobaan : Reaksi Asetilasi Anilin III. Tujuan Percobaan : Agar mahasiswa dapat mengetahui salah satu cara mensintesa senyawa

Lebih terperinci

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg) Spektroskopi Massa Spektroskopi Masssa adalah alat untuk mendapatkan BERAT MOLEKUL. Alat ini mengukur m/z, yaitu perbandingan MASSA terhadap muatan (umumnya muatan +1). Contoh: Spektroskopi Massa Prinsip

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan obat mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan jaman. Banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tersebut

Lebih terperinci

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Pengantar Gugus fungsi dari asam karboksilat terdiri atas ikatan C=O dengan OH pada karbon yang sama. Gugus karboksil biasanya ditulis -COOH. Asam alifatik memiliki gugus alkil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul : Sintesis Para Nitroasetanilida Tujuan Percobaan : Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis Pendahuluan Asetanilida adalah senyawa turunan

Lebih terperinci

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mutschler, 1991). Tuberculosis (TB) menyebar antar individu terutama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi oksidasi merupakan reaksi yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh manusia. Reaksi oksidasi ini disebabkan oleh senyawa reactive oxygen species

Lebih terperinci

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK BAB 4 TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK Asam karboksilat hanya merupakan salah satu anggota kelas turunan asil, RCOX, di mana substituen X mungkin oksigen, halogen, nitrogen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman modern ini perkembangan obat sangat pesat, para ilmuan berlomba membuat rancangan obat baru sebagai usaha mengembangkan obat yang sudah ada. Modifikasi obat

Lebih terperinci

SPEKTROMETRI MASSA. Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7.

SPEKTROMETRI MASSA. Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7. SPEKTROMETRI MASSA Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7 siti_marwati@uny.ac.id Spektrometri massa, tidak seperti metoda spektroskopi yang lain, tidak melibatkan interaksi antara radiasi ektromagnetik

Lebih terperinci

kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode

kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode BAB 1 PEDAULUA Pengembangan suatu senyawa aktif dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur suatu senyawa aktif atau memodifikasi senyawa induk dengan dasar pemilihan gugus atau substituen secara rasional.

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Struktur khalkon

Gambar 1.1 Struktur khalkon BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Senyawa khalkon (C 15 H 12 O) atau benziliena asetofenon atau E-1,3- difenilprop-2-en-1-on, merupakan senyawa golongan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman

Lebih terperinci

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( )

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( ) Kelompok G : Nicolas oerip (5203011028) Filia irawati (5203011029) Ayndri Nico P (5203011040) Mempelajari reaksi esterifikasi Apa sih reaksi esterifikasi itu? Bagaimana reaksi esterifikasi itu? Reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 I. Pustaka 1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 2. Ralph J. Fessenden, Joan S Fessenden. Kimia Organic, Edisi 3.p.42 II.

Lebih terperinci

SPEKTROMETRI MASSA (MASS SPECTROMETRI, MS)

SPEKTROMETRI MASSA (MASS SPECTROMETRI, MS) SPEKTROMETRI MASSA (MASS SPECTROMETRI, MS) Anna Permanasari 003 1 Spektrometri massa Teknik analisis instrumental untuk membantu identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni berdasarkan massa

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL BAB 1 KIMIAWI SENYAWA KARBONIL Senyawa karbonil adalah kelompok senyawaan organik yang mengandung gugus karbonil, C=O, gugus fungsional yang paling penting dalam kimia organik. Senyawa karbonil ada di

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON Muhammad Ja far Sodiq (0810920047) 1. ALKANA Pada suhu biasa, metana, etana, propana, dan butana berwujud gas. Pentena sampai heptadekana (C 17 H 36 ) berwujud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme

Lebih terperinci

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3:

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3: Analisa gugus fungsi Reaksi Kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya reaksi antar ion, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

SPEKTROMETRI MASSA INTERPRETASI SPEKTRA DAN APLIKASI. Interpretasi spektra dan aplikasi

SPEKTROMETRI MASSA INTERPRETASI SPEKTRA DAN APLIKASI. Interpretasi spektra dan aplikasi SPEKTROMETRI MASSA INTERPRETASI SPEKTRA DAN APLIKASI Interpretasi spektra dan aplikasi 1. Interpretasi spektra massa: penentuan struktur untuk senyawa sederhana 2. Interpretasi spektra massa: beberapa

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY

Lebih terperinci

GUGUS AMINA, AMIDA DAN SULFONAT

GUGUS AMINA, AMIDA DAN SULFONAT GUGUS AMINA, AMIDA DAN SULFONAT AMINA Senyawa yang mengandung gugus NH 2 Strukrur : RNH 2 Jenis : Amina primer (1 o ) Amina sekunder (2 o ) Amina tersier (3 o ) R N H R N H R N R'' H R' R' amina 1 amina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diklofenak 2.1.1 Kalium diklofenak Menurut Anonim (2009), uraian tentang kalium diklofenak adalah sebagai berikut: Rumus bangun : Rumus molekul : C 14 H 10 Cl 2 KNO 2 Berat

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon;

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon; Reaksi Subsitusi Nukleofilik Alifatik Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN HIDROKARBON (BAGIAN II) Gugus fungsional adalah sekelompok atom dalam suatu molekul yang memiliki karakteristik khusus. Gugus fungsional adalah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinar matahari selain merupakan sumber energi bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, antara lain menyebabkan

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2010 TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2011 Waktu: 150 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjasama dengan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCIntersolusi

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan jaringan yang paling sering ditemukan. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL Oleh : ZIADUL FAIEZ (133610516) PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA ANALOG KURKUMIN 3,5-BIS-(4 -HIDROKSI-3 -METOKSI BENZILIDIN)-PIPERIDIN 4-ON (MONOHIDRAT HIDROKLORIDA) DENGAN KATALIS HCl SKRIPSI

SINTESIS SENYAWA ANALOG KURKUMIN 3,5-BIS-(4 -HIDROKSI-3 -METOKSI BENZILIDIN)-PIPERIDIN 4-ON (MONOHIDRAT HIDROKLORIDA) DENGAN KATALIS HCl SKRIPSI SITESIS SEYAWA AALG KURKUMI 3,5-BIS-(4 -IDRKSI-3 -METKSI BEZILIDI)-PIPERIDI 4- (MIDRAT IDRKLRIDA) DEGA KATALIS Cl SKRIPSI leh : AISA FAJRIA K 100050224 FAKULTAS FARMASI UIVERSITAS MUAMMADIYA SURAKARTA

Lebih terperinci

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai BAB 1 PENDAULUAN Nyeri merupakan salah satu masalah penting dalam kesehatan dan umumnya adalah gejala yang banyak diderita oleh masyarakat. Nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan sensoris dan emosional

Lebih terperinci

Pembahasan Soal Multiplechoice OSK Kimia Tahun 2014 Oleh Urip

Pembahasan Soal Multiplechoice OSK Kimia Tahun 2014 Oleh Urip Pembahasan Soal Multiplechoice OSK Kimia Tahun 2014 Oleh Urip Kalteng @ http://urip.wordpress.com Dengan senang hati jika ada yang mau mengoreksi pembahasan ini A. Pilih jawaban yang paling tepat ( 25

Lebih terperinci

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian)

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian) Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian) Suatu atom/gugus di dalam suatu senyawa diganti oleh suatu atom/gugus lain dari senyawa yang lain. Konsep dasarnya adalah

Lebih terperinci

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA Objektif: Bab ini akan menguraikan tentang sifatsifat fisika SENYAWA ORGANIK seperti : Titik Leleh dan Titik Didih Gaya antar molekul Kelarutan Spektroskopi dan karakteristik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur 1. Identifikasi suatu unsur dapat dilakukan melalui pengamatan fisis maupun kimia. Berikut yang bukan merupakan pengamatan kimia adalah. A. perubahan warna B. perubahan

Lebih terperinci

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

Gugus Fungsi Senyawa Karbon Gugus Fungsi Senyawa Karbon Gugus fungsi merupakan bagian aktif dari senyawa karbon yang menentukan sifat-sifat senyawa karbon. Gugus fungsi tersebut berupa ikatan karbon rangkap dua, ikatan karbon rangkap

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN O C OH. R : H atau CH3 Ar : fenil/3-piridil/4-piridil

BAB 1 PENDAHULUAN O C OH. R : H atau CH3 Ar : fenil/3-piridil/4-piridil BAB 1 PEDAHULUA Berbagai macam senyawa sintesis diteliti untuk pengobatan berbagai penyakit, diantaranya analgesik dan antiinflamasi. Untuk mendapatkan senyawa baru dengan aktivitas yang optimal dapat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana Bab IV Pembahasan IV.1 Rancangan alat Asap cair dari tempurung kelapa dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ACARA 4 SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER Oleh: Kelompok 5 Nova Damayanti A1M013012 Nadhila Benita Prabawati A1M013040 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PEMBUATAN ASAM ASETIL SALISILAT (ASPIRIN) Tanggal: 8 Oktober 2015 Dosen Pembimbing: Lina Elfita, M.Si, Apt Disusun oleh: Kelompok 3D Safizah Ummu Harisah (1112102000010)

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Schraiber pada tahun KLT merupakan bentuk kromatografi planar,

BAB I PENDAHULUAN. Schraiber pada tahun KLT merupakan bentuk kromatografi planar, BAB I PENDAHULUAN Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda

Lebih terperinci

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan obat-obatan, menyebabkan perlunya pengembangan obat baru untuk memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu upaya

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

Aldehid dan Keton. Sulistyani, M.Si

Aldehid dan Keton. Sulistyani, M.Si Aldehid dan Keton Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Golongan aldehid disebut juga alkanal dan golongan keton disebut juga alkanon. Keduanya berisomer fungsional, karena mempunyai rumus

Lebih terperinci

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang EAKSI PENATAAN ULANG eaksi penataan ulang adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk struktur molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekul yang semula. eaksi ini dapat terjadi

Lebih terperinci

ETER dan EPOKSIDA. Oleh : Dr. Yahdiana Harahap, MS

ETER dan EPOKSIDA. Oleh : Dr. Yahdiana Harahap, MS ETER dan EPOKSIDA Oleh : Dr. Yahdiana Harahap, MS ETER Senyawa yang mempunyai 2 gugus organik melekat pada atom O tunggal R1 O R 2 atau Ar O R Atau Ar O Ar Ket : R : alkil Ar : fenil atau gugus aromatis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals

1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals 1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan Reaktivitas dan Mekanisme, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL BAB 5 REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL Dalam bab ini akan dibahas mengenai reaksi substitusi alfa. Ciri utama dari reaksi ini adalah terjadi melalui pembentukan intermediet enol atau ion enolat. 5.1. Keto-enol

Lebih terperinci

Penataan Ulang Beckmann

Penataan Ulang Beckmann Penataan Ulang Beckmann Penulis: Cyntia Stiani Anggraini 10512081; K-01; Kelompok VI cyntia_sa@yahoo.co.id Abstrak Di dalam laporan ini dibahas mengenai reaksi yang melibatkan penataan ulang Beckmann,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Senyawa kovalen koordinasi terbentuk antara ion logam yang memiliki orbital d yang belum terisi penuh (umumnya ion logam transisi) dengan ligan yang memiliki pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT LAPRAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA RGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKL DAN ASAM BENZAT LABRATRIUM KIMIA RGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM UNIVERSITAS GADJA MADA YGYAKARTA 2005 SINTESIS BENZIL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci