BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak suku bangsa, memiliki banyak kebudayaan dan peninggalan sejarah masa lampau. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil dari pengalaman masa lalu. Diperlukan informasi dari masa lalu untuk memahami kebudayaan suatu bangsa. Hal tersebut dapat ditemukan dari bebagai macam bentuk peninggalan kebudayaan jaman dahulu, seperti: istana, candi, masjid atau bangunan lain. Ada juga peninggalan masa lalu yang berupa tulisan yaitu naskah naskah lama. Dalam naskah naskah lama inilah dapat diperoleh informasi lebih jelas mengenai adat istiadat, kepercayaan, intelektualitas masyarakat, dan sistem nilai jaman dahulu, namun tidak hanya itu, pada zaman sebelum Masehi, jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasan para filsuf. Saat itu, para Filsuf sudah membicarakan aspek aspek kejiwaan manusia dan mereka mencari dalil, pengertian, serta berbagai aksioma umum, yang berlaku pada manusia. Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para filsuf dan para ahli ilmu faal (fisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut (Fauzi, 1977 ; 14). Selain pengaruh dari ilmu faal, psikologi juga dipengaruhi oleh satu hal yang tidak sepenuhnya berhubungan dengan ilmu faal, meskipun masih erat hubungannya dengan ilmu kedokteran, yaitu hipnotisme (Dirgagunarsa, 1996 : 36). Menurut Singgih Dirgagunarsa, hipnotisme timbul karena adanya kepercayaan bahwa dalam alam ini terdapat kekuatan kekuatan yang misterius, yaitu magnetisme. Paracelsus (1493 1

2 2 1541), seorang ahli mistik, menunjukkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat magnet yang sama halnya dengan binatang binatang di langit dapat mempengaruhi tubuh manusia melalui pemancaran yang menembus angkasa. Dalam hubugan itu, Van Helmont ( ) mengemukakan doktrin Animal magnetism, yaitu Cairan yang bersifat magnetis dalam tubuh manusia dapat dipancarkan untuk mempengaruhi badan, bahkan jiwa orang lain (Dirgagunarsa, 1996:36). Hal-hal semacam itulah yang mempengaruhi seseorang dalam membuat karya, seperti layaknya pujangga yang menggunakan pancaran-pancaran energi dalam diri yang dituangkan dalam sebuah karya sastra yang kemudian disebut sebagai naskah. Naskah ialah semua peninggalan tertulis nenek moyang kita pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Tulisan tangan pada kertas itu biasa dipakai pada naskah-naskah yang berbahasa Melayu dan berbahasa Jawa (Edwar Djamaris, 1992:20). Naskah adalah sebuah karya sastra yang sangat mudah mengalami kerusakan. Banyak naskah kuno yang ditemukan namun yang tersimpan dan terawat hanya sedikit, karena perawatan yang relatif rumit dan bahan-bahan naskah yang memang tidak dapat bertahan lama sejalan dengan bertambahnya umur naskah. Banyak naskah yang hilang atau bahkan rusak, sehingga usaha penyelamatan dan pelestarian naskah tersebut perlu dilakukan. Kerusakan fisik dan perubahan ini dapat terjadi pada fisik naskah yang berupa bahan tulis atau tulisan itu sendiri dan dapat juga dalam kandungan isi teksnya dari naskah tersebut. Dua hal tersebut dikarenakan adanya pergeseran pemahaman penyalin naskah dalam proses penyalinannya. Adanya kesalahan dalam naskah tersebut adalah alasan perlunya penanganan naskah untuk penyelamatan naskah. Haryati Soebadio (1975: 1) menyatakan bahwa, naskah-naskah lama merupakan dokumen bangsa yang menarik

3 3 bagi peneliti kebudayaan lama, karena memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan informasi yang lebih luas dibanding puing bangunan megah seperti candi, istana raja dan pemandian suci yang tidak dapat berbicara dengan sendirinya tetapi harus ditafsirkan. Baried (1983:84) menyatakan bahwa naskah yang disebut juga handschift tulisan tangan atau manuscript memuat berbagai ungkapan pikiran dan perasaan penulis sebagai hasil budaya masa lampau. Bidang ilmu yang erat kaitannya dengan usaha penanganan naskah adalah filologi. Edwar Djamaris (2006:7) mengungkapkan bahwa tugas utama seorang filolog yaitu mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan, yang berarti memberikan pengertian yang sebaik-baiknya dan yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga kita dapat mengetahui naskah yang paling dekat dengan aslinya karena naskah itu sebelumnya mengalami penyalinan untuk kesekian kalinya, serta cocok dengan kebudayaan yang melahirkannya. Salah satu naskah yang di dalamnya terdapat varian-varian adalah Naskah Sȇrat Kawruh Mahnitismȇ dalam bendel Naskah Serat Kawruh Mahnitisme Saha Sanaprabu yang disebut SKMSS. Sȇrat Kawruh Mahnitismȇ selanjutnya disebut Naskah SKM. Naskah SKM dilacak lewat berbagai katalog. Adapun katalog yang dimaksud, yaitu: 1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet dan Sutanto, 1983) 2. Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A Preliminary Descriptive Catalogus Level I (Florida, 1993),

4 4 3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sono Budoyo Yogyakarta (Behrend, 1990), 4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3A dan 3B (Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1997a dan 1997b), 5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Lindsay, 1994), 6. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 5-A (Ekadjati dan Darsa, 1999). Berdasarkan pelacakan pada katalog-katalog tersebut di atas Naskah SKM merupakan naskah tunggal. Berdasarkan hasil inventarisasi dari berbagai katalog tersebut, ditemukan naskah berjudul Sȇrat Kawruh Mahnitismȇ (selanjutnya disingkat SKM). Naskah tersebut ditemukan dalam katalog Nency Florida, Naskah SKM ini tersimpan di perpustakaan Sasanapustaka Kraton Surakarta dengan nomor katalog Nency Florida KS 379 dan nomor katalog lokal 251 Ha. Setelah dideskripsikan maka dapat diperoleh informasi bahwa naskah SKM berbentuk prosa atau gancaran berbahasa Jawa dan beraksara Jawa Carik. Menurut keterangan dari catalog naskah SKM tidak di ketahui tahun penulisan dan pengarangnya. Untuk mendapatkan kevalidan data, peneliti melakukan penelusuran dan pengecekan ulang terhadap enam katalog tersebut, hanya ditemukan satu buah naskah SKM yang ada di perpustakaan Sasanapustaka Kraton Surakarta Hadiningrat, sehingga diambil kesimpulan naskah SKM ini merupakan naskah tunggal. Sêrat Kawruh Mahnitismê merupakan naskah golongan piwulang ( pelajaran ) yang mengajarkan tentang ilmu hati atau kekuatan batin lengakap dengan cara mempelajari dan pengaplikasiannya.

5 5 Naskah SKM dipilih untuk diteliti karena beberapa alasan. Pertimbangan pertama karena naskah tersebut merupakan naskah tunggal yang dikhawatirkan keselamatannya, baik dari segi fisik maupun isi. Naskah ini belum pernah diteliti sebelumnya sehingga perlu dilakukan penyelamatan melalui langkah-langkah filologis. Alasan kedua adalah karena di dalam Naskah SKM ditemukan kesalahan-kesalahan yang perlu di tangani secara filologis. Kesalahan yang ditemukan antara lain adalah berupa adisi, lakuna, hiperkorek ketidakkonsistenan penulisan, tanda baca yang tidak ada pada tulisan Jawa dan penggunaan selain bahasa Jawa. a. Adisi, adalah jenis varian yang disebabkan oleh penambahan teks. Penambahan itu dapat berupa penambahan huruf, suku kata, kata, frasa, kalimat, ataupun penambahan paragraf. Berikut ini contoh adisi dalam teks adalah sebagai berikut: Gambar 1. Penulisan kata mangkono Pada teks SKM halaman 103 baris 3 penulisan kata mangkokono dalam kalimat sawuse mangkokono kowe pada gambar merupakan adisi. Mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik menjadi sawuse mangkono kowe. Terjemahan: setelah seperti itu kamu.

6 6 b. Lakuna adalah kelainan bacaan yang disebabkan oleh bagian teks yang hilang atau berkurang. Pengurangan itu dapat berupa pengurangan huruf, suku kata, kata, frasa, kalimat, atau pun pengurangan paragraf. Berikut ini beberapa lakuna yang terdapat dalam teks. Gambar 2. Penulisan kata kang kapisan Pada teks SKM halaman 3 baris 9 penulisan kata ka kapisan dalam kalimat Piwulang ka kapisan pada gambar merupakan lakuna. Mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan konteks isi menjadi Piwulang kang kapisan Terjemahan: Pelajaran yang pertama Gambar 3. Penulisan kata ahli Pada teks SKM halaman 8 baris 1 penulisan kata ali dalam kalimat bab panêngêrane wong kang ali... pada gambar merupakan lakuna. Mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan konteks isi menjadi bab panêngêrane wong kang ahli... Terjemahan: tentang penanda orang yang ahli... Gambar 4. Penulisan kata anggêr

7 7 Pada teks SKM halaman 16 baris 3 penulisan kata agêr dalam kalimat Sabarang lakune miturut agêr. pada gambar merupakan lakuna. Mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik menjadi Sabarang lakune miturut anggêr Terjemahan: Segala perbuatannya menurut peraturan Gambar 5. Penulisan kata pambujuk Pada teks SKM halaman 47 baris 1 penulisan kata pabujuk dalam kalimat mêsthi dhêmên marang pabujuk mau, pada gambar merupakan lakuna. Mengalami pembetulan berdasakan pertimbangan linguistik menjadi mêsthi dhêmên marang pambujuk mau, Terjemahan: pasti senang terhadap pengaruh tersebut c. Hiperkorek, yaitu perubahan ejaan karena pergeseran lafal. Berikut ini adalah beberapa hiperkorek yang ada dalam teks. Gambar 6. Penulisan kata babad Pada teks SKM halaman 33 baris 7 penulisan kata babat dalam kalimat Ing layang-layang babat, ana caritane pada gambar merupakan hiperkorek. Mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan konteks isi menjadi Ing layang-layang babad, ana caritane

8 8 Terjemahan: pada naskah-naskah babad, ada cerita Gambar 7. Penulisan kata kowe Pada teks SKM halaman 33 baris 3 penulisan kata kewe dalam kalimat,kewe prasasat simpên wêwadi. pada gambar merupakan hiperkorek. Mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan konteks isi menjadi kowe prasasat simpên wêwadi. Terjemahan:,kamu seolah menyimpan rahasia... d. Ketidakkonsistenan penulis dalam penggunaan aksara Jawa dalam menulis kata. Berikut adalah beberapa ketidakkonsistenan penulis dalam penggunaan aksara Jawa dalam menulis kata. Gambar 8. Penulisan kata denning dan dening Dalam teks halaman 2 baris 11 ditemukan penggunaan kata dening dengan dobel aksara na, sedangkan pada halam 7 baris 5 juga ditemukan kata dening tanpa adanya na dobel.

9 9 Gambar 9. Penulisan morfem tak dan morfem dak Dalam teks halaman 6 baris 7 ditemukan penggunaan morfem tak, dan dalam teks halaman 8 baris ke 9-10 ditemukan morfem dak. Untuk morfem dak tepat digunakan untuk bahasa tulis dan morfem tak digunakan untuk bahasa lisan. Alasan ketiga perlunya naskah SKM diteliti adalah, penulis ingin mengetahui dan mengkaji isi naskah SKM. Naskah Sêrat Kawruh Mahnitismê ini merupakan jenis naskah piwulang yang terdapat di dalam Karaton Surakarta. Naskah SKM ini memuat adanya cara cara seseorang bila ingin menguasai dan menggunakan ilmu mahnitismê ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKM merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu hati atau batin yang memiliki daya tarik magnet dalam diri mausia dan cara pengaplikasiannya. Dalam naskah ini tertulis memiliki 14 piwulang, namun setelah dibaca dengan seksama, ternyata hanya memiliki 13 piwulang karena setelah piwulang kelima langsung piwulang ketujuh yang diteruskan sampai piwulang keempatbelas yang saling berkaitan. Ketigabelas piwulang tersebut merujuk pada sebuah hal yang menjadi inti dari naskah SKM ini, yaitu tentang kekuatan hati atau batin. Hal tersebut dijelaskan pada halaman 5 sampai 7 pada naskah SKM Kasêbut ing dhuwur wis tetela yѐn sajroning badaning manusa ana kêkuwatan kang tumindak. Apa iku kêkuwataning pamikir, dudu, sa- [6]bab wêtune tanpa kinira-kira, mung pancѐn bêbarêngan bae karo thukuling mikir.

10 10 Apa iku elictrisciteit dudu, elictrisciteit iku mung pangaran aran bae, mungguh kaanane kang sajati durung ana kang sumurup. Sarѐhning aku durung wêruh kang bênêr kêkuwatan iku tak arani Magnetisme nanging iya kêna uga tak arani Inner Lijke Strooms (kêkuwataning ati utawa lakuning batin)sabab akѐh cocoge karo electrische strooms( lakune electris [7] cit eit) kêkuwatan mau kêna disinau, dianggo lan diêrѐh, padha bae karo daya electris cit eit. Terjemahan: Disebutkan di atas sudah jelas kalau dalam diri manusia ada kekuatan yang bekerja. Apa itu kekuatan pikiran, bukan, munculnya tanpa perkiraan, hanya memang bersamaan dengan pemikiran. Apa itu electrisciteit bukan, electrisciteit itu hanya sebutan saja,yaitu keadaan yang sejati belum ada yang mengerti. Karena saya belum mengetahui yang benar kekuatan itu saya sebut Magnetisme tapi bisa juga saya sebut Inner Lijke Strooms ( kekuatan hati atau perjalanan batin) karena banyak kecocokan dengan electrische strooms ( perjalanan electrisciteit) kekuatan tadi dapat dipelajari, dipakai dan diperintah, sama saja dengan energi electrisciteit. Tigabelas piwulang pelajaran itu adalah: 1. Piwulang Kang Kapisan Pelajaran Pertama - Bab Wadhahing Kêkuwatan Tentang Tempat Kekuatan - Bab Lakune Kêkuwatan Ati Tentang Kerja Kekuatan Hati 2. Piwulang Kang Kapindho Pelajaran Kedua - Bab Panêngêrane Wong kang Ahli Magnetisme Tentang Penanda Orang yang Ahli Mahnetisme - Bab Antênging Pangrasa Tentang Ketenangan Jiwa - Bab Pamandênge Tentang Penglihatannya

11 11 3. Piwulang Kaping Têlu Pelajaran Ketiga - Panêngêrane Wong kang Ora Kadunungan Magnetisme ( neet Maghnetiseh persoon ) Penanda Orang yang Tidak Memiliki Mahnetisme 4. Piwulang Kaping Pat Pelajaran Keempat - Diditan Uang-uangan - Katrangan Kêkuwataning Kêkarêpan Keterangan Kekuatan Keinginan - Wadi Rahasia - Angunjara Kêkarêpan Menahan Keinginan - Anganggo Kêkuwatane Wong Liya Menggunakan Kekuatan Orang Lain - Ngati ati Berhati-hati - Anyingkirna Pagunggung Menyingkiri Pujian 5. Piwulang Kang Kaping Lima Pelajaran Kelima - Dayaning Pepenginan Marang Pangalêm Iku Kang Gigirisi Kekuatan Keinginan karena Pujian yang Menghawatirkan - Panulaking Sambekala Menghindari Gangguan - Amêruhi Kêkuwatan kang Migunani Mengetahui Kekuatan yang Bermanfaat 6. Piwulang Kang Kaping Pitu Pelajaran Ketujuh - Bisane kalakon, kudu ana antaraning mangsa Bisa terlaksana, Harus Ada Antara Musim 7. Piwulang Kang Kaping Wolu Pelajaran Kedelapan - Bab Sinaune Tentang Belajarnya 8. Piwulang kang Kaping Sanga Pelajaran Kesembilan

12 12 - Sêsorah kang migunani marang tumindaking kawruh Pidato yang Berguna dalam Penggunaan Ilmu - Paraning Pandulu Arah Penglihatan - Salaman Kang Narik Mahnetismê Bersalaman yang Menarik Magnetisme 9. Piwulang Kaping Sepuluh Pelajaran Kesepuluh - Amêncarake Pandêlêng Memancarkan Penglihatan - Anggêgulang Nganggo Pangilon Belajar Dengan Menggunakan Cermin 10. Piwulang Kang Kaping Sewelas Pelajaran Kesebelas - Laku têlung rupa bab pêncaring daya mahnetismê Tiga Cara Memancarkan Energi Mahnetisme - Pangolahing Otot Daging Mengolah Otot Daging 11. Piwulang Kang Kaping Rolas Pelajaran Keduabelas - Pracaya ( geloof ) Iku Mitulungi, Nanging Satêmêne Dudu Barang Parlu Percaya Itu Menolong, Tapi Bukan Hal yang Penting 12. Piwulang Kaping Telulas Pelajaran Ketigabelas - Pancêring Kêkuwataning Kakarêpan Pusat Kekuatan Keinginan - Pathokan Angundhakake Dayaning Kakarêpan Pathokan Meningkatkan Energi Keinginan - Patrap kang Prayoga Dhewe Tumindake Sikap yang Baik Dalam Bertindak 13. Piwulang Kang Kaping Pat Bêlas Pelajaran Kempatbelas - Pathokane Anglêpasake Soroting Kawruh Pathokan Menunjukkan Pancaran Ilmu) - Lakune Daya Panggèndèng Lakunya Daya Pamikat

13 13 Berdasarkan alasan tersebut di atas, Naskah SKM ini penting untuk di teliti baik dari segi filologis maupun segi isi. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, sangat dimungkinkan bahwa naskah SKM dapat diteliti dari berbagai sudut pandang dan bidang ilmu pengetahuan yang lain. Oleh karena itu,diperlukan batasan masalah untuk mencegah melebarnya permasalahan yang akan diteliti. Penelitian ini dititikberatkan pada dua kajian utama, yaitu kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis dimaksudkan untuk menganalisis banyaknya masalah yang terdapat dalam naskah SKM agar mendapatkan suntingan teks SKM yang bersih dari kesalahan. Kajian isi berguna untuk mengungkapkan ajaran magnetisme yang terkandung dalam SKM ini. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam naskah Sêrat Kawruh Mahnitsmê adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana suntingan teks dari naskah SKM yang bersih dari kesalahan atau dekat dengan aslinya sesuai langkah kerja folologi? 2. Bagaimana isi ajaran mahnitismȇ yang terdapat dalam naskah SKM?

14 14 D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menyajikan suntingan teks naskah SKM yang dekat dengan aslinya serta teks yang bersih dari kesalahan. 2. Mengungkapakan isi ajaran mahnitismȇ yang terkandung di dalam naskah SKM. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat teoretis dan praktis: 1. Manfaat Teoretis a. Memperkaya penerapan teori filologi terhadap naskah. b. Menambah kajian terhadap naskah Jawa yang masih banyak dan belum terungkap isinya. c. Memberikan kontribusi dan membantu peneliti lain yang relevan untuk mengkaji lebih lanjut naskah SKM khususnya dan naskah Jawa pada umumnya dari berbagai disiplin ilmu. 2. Manfaat Praktis a. Menyelamatkan data dalam naskah SKM dari kerusakan dan hilangnya data dalam naskah tersebut. b. Mempermudah pemahaman isi teks SKM, sekaligus memberikan informasi kepada diri sendiri dan masyarakat tentang ilmu Mahnitismê.

15 15 F. Kajian Teori Kajian teori ini meliputi kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis akan mengkaji tentang suntingan naskah SKM yang mendekati asli dan bersih dari kesalahan, sedangkan kajian isi mengungkapkan apa saja yang ada dalam naskah SKM. Di dalam Kajian Filologis ini akan dijelaskan tentang Pengertian Filologi, Objek Kajian Filologi, Cara Kerja Filologi, dan Pengertian Mahnitismê. 1. Pengertian Filologi Filologi secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti teman atau bisa berarti cinta dan logos yang berarti pembicaraan atau ilmu atau bisa juga berarti kata. Sehingga filologi dapat diartikan sebagai senang berbicara yang kemudian berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, senang kepada tulisan-tulisan dan kemudian senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi (Baried, 1994 :2). Menurut Edward Djamaris filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama (2006:3). Menurut Achadiati Ikram, filologi dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari segala segi kehidupan di masa lalu seperti yang ditemukan dalam tulisan. Di dalamnya tercakup bahasa, sastra, adat istiadat, hukum, dan lain sebagainya (1980:1). 2. Objek Filologi Siti Baroroh Baried, dkk (1994) mengemukakan bahwa filologi mempunyai objek penelitian yaitu naskah dan teks. Naskah merupakan teks tulisan yang berupa tulisan tangan (handschrift atau manuschrift), sedangkan teks adalah kandungan atau

16 16 muatan naskah berupa abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja dan memuat berbagai ungkapan pikiran serta perasaan penulis yang disampaikan kepada pembacanya. Dalam filologi istilah teks menunjukkan sesuatu yang abstrak, sedangkan naskah merupakan sesuatu yang Konkret. Objek filologi adalah naskah dan teks. Filologi adalah ilmu yang obyek penelitiannya naskah-naskah lama (Edwar Djamaris, 1977: 2). 3. Langkah Kerja Penelitian Filologi Langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang filolog adalah mengumpulakan data (inventarisasi naskah), deskripsi naskah, pertimbangan dan pengguguran naskah, penentuan naskah autoritatif, transliterasi, kritik teks, dan sutingan teks (Djamaris, 2002:9). Akan tetapi, karena naskah yang diteliti adalah naskah tunggal, maka ada langkah-langkah yang tidak dipakai, yaitu pertimbangan dan pengguguran naskah, dan penentuan naskah autoritatif.. Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi naskah SKM adalah sebagai berikut. a. Penentuan Sasaran Penelitian Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan sasaran penelitian, mengingat banyaknya ragam yang perlu dipilih, baik dari segi tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Ada naskah yang bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali, dan Batak. Adapula naskah yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Dari segi bentuk terdapat naskah yang berbentuk puisi dan ada pula yang berbentuk prosa. Naskah juga memiliki isi yang beragam, diantaranya sejarah atau babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng, primbon, adat istiadat, hukum, ajaran atau piwulang,

17 17 agama, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, sasaran yang ingin diteliti telah ditentukan yaitu naskah bertuliskan Jawa carik yang ditulis pada kertas, berbentuk prosa atau gancaran dan berisi tentang ajaran atau ilmu mahnitismê. b. Inventarisasi Naskah Inventarisasi naskah dilakukan dengan mendaftar dan mengumpulkan naskah yang judulnya sama dan sejenis untuk dijadikan objek penelitian. Menurut Edi S. Ekadjati (1980), bila hendak melakukan penelitian filologi, pertama-tama harus mencari dan memilih naskah yang akan dijadikan pokok penelitian, dengan mendatangi tempattempat koleksi naskah atau mencarinya melalui katalog. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah, dimana tempat penyimpanannya, dan penjelasan lain tentang keadaan naskah. Inventarisasi naskah dilakukan dengan cara mendata dan mengumpulkan naskah yang berjudul sama dan sejenis untuk kemudian dijadikan sebagai objek penelitan. Menurut informasi katalog, naskah SKM terdapat di Perpustakaan Sasana Pustaka Karaton Surakarta Hadiningrat dan berjumlah 1 (satu) buah. Keadaan naskah masih baik, artinya naskah masih dapat terbaca dengan jelas. c. Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah Observasi pendahuluan dilakukan dengan cara mengecek data secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan informasi yang diungkapkan oleh katalog. Setelah mendapatkan data yang dimaksud yakni SKM, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi atau identifikasi naskah. Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah secara terperinci. Deskripsi naskah penting untuk mengetahui kondisi naskah dan sejauh

18 18 mana isi mengenai naskah yang diteliti. Emuch Herman Sumantri (1986: 2), menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, umur naskah, pengarang atau penyalin, asal-usul naskah, fungsi sosial naskah, serta ikhtisar teks atau cerita. d. Ringkasan Isi Naskah Umumnya naskah ditulis dalam bahasa dan aksara yang sulit dipahami dan dibaca. Menurut Edi S Ekadjati (1980), ringkasan isi naskah berguna untuk mempermudah pengenalan isi naskah-naskah yang akan diteliti lebih lanjut. e. Transliterasi Translitersi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam proses transliterasi ini sebaiknya peneliti tetap menjaga kemurnian bahasa dalam naskah, khususnya penulisan kata (Edwar Djamaris, 2006:19). Dalam melakukan transliterasi, perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan pungtuasi. Berdasarkan pedoman, transliterasi harus memperhatikan ciri-ciri teks asli sepanjang hal itu dapat dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggungjawab sangat membantu pembaca dalam memahami isi teks (Baried, 1994:64) Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami.

19 19 Transliterasi dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran, serta disesuaikan dengan ejaan bahasa yang bersangkutan. Naskah SKM ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa dan bahasa Belanda. Kata-kata yang ditransliterasi ini disesuaikan dalam Bahasa Jawa dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). f. Kritik Teks Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim, krinein berarti menghakimi, dan criterion berarti dasar penghakiman. Kritik teks adalah menempatkan tempat pada teks yang sewajarnya, memberikan evaluasi terhadap teks meneliti atau mengkaji lembaran bacaan naskah, lembaran bacaan yang mengandung kalimat atau rangkaian kata kata tertentu (Paul Maas, 1972 dalam Darusuprapta 1984:20). Kritik teks menurut (Siti Baroroh Baried, 1994: 61) adalah memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekatdekatnya dengan teks aslinya (constitutio textus). Untuk mempermudah di dalam usulan pembenaran kata atau edisi teks dipakai beberapa tanda untuk membedakan berdasarkan edisi teks itu : menerangkan bahwa edisi teks diambil berdasarkan pertimbangan konteks isi. # : menerangkan bahwa edisi teks diambil berdasarkan pertimbangan linguistik.

20 20 g. Suntingan Teks dan Aparat Kritik Suntingan teks adalah menyajikan teks yang mendekati asli dan bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks. Dalam aparat kritik juga ditampilkan kelainan bacaan yang merupakan kata-kata atau bacaan salah di dalam naskah. h. Terjemahan Terjemahan adalah pemindahan makna teks sumber ke teks sasaran yang sepadan dalam hal isi dan gaya bahasanya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca teks sasaran dalam memahami isi teks dari suatu naskah. Sehingga masyarakat yang tidak menguasai bahasa naskah aslinya dapat juga menikmati, sehingga naskah itu lebih tersebar luas (Darusuprapta, 1989:27). Metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan teks SKM ini sebagian besar menggunakan metode penerjemah Semantis, hal ini dimaksudkan supaya kandungan isi teks tidak terlalu menyimpang sesudah dilakukan penerjemahan, namun tidak menutup kemungkinan penerjemahan dilakukan secara bebas. Hal itu dilakukan ketika penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan semantis sudah tidak dapat lagi dilakukan. Terjemahan teks SKM didasarkan pada kamus Kamus Bausastra Jawa- Indonesia jilid I dan II (Prawiroatmojo, 1980), Kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta, 1939).

21 21 4. Pengertian Magnetisme Magnetisme artinya kekuatan besi berani atau kekuatan ghaib. Timbulnya magnetisme pada manusia disebabkan bekerjanya atau bergeraknya electriciteit kehidupan yang ada pada manusia sehingga tubuh yang memiliki pancaran, merupakan aliran magnet yang senantiasa bergolak dan mempunyai garis edar sendiri yang dapat menimbulkan pengaruh kepada orang lain, yang memiliki nilai magnet lemah, A. Hasan (1981: 1216 dalam Soal Jawab Berbagai Masalah Agama jilid 4). Magnetisme termasuk bagian dari ilmu ghaib karena pengambilannya dari tiap tiap yang halus dan tersembunyi. Sebagaimana ilmu ghaib yang lain, magnetisme tidak lepas dari tiga pokok : 1. Sehat badan 2. Teguh dan tetap kemauan 3. Bersih dan kuat roh / jiwa Sumber sumber tenaga magnetis antara lain: Unsur yang ada di dalam zat udara yang kita hirup, inti, hawa atau zat magnetik Menyehatkan badan sampai mencapai top kondisi (kondisi magnetisme) dan membagun sifat serta jiwa menuju keselarasan. Memampatkan pikiran dengan konsentrasi atau pemusatan Gerakan terpadu antara kehendak yang kuat, pikiran beserta daya cipta Membangun dan memperkokoh keyakinan, kepercayaan, pada diri sendiri tentang pengusahaan tenaga magnetisme, Soroso Orakas ( 2001 : 6 dalam Belajar Praktek Magnetisme).

22 22 G. Metode Penelitian 1. Bentuk dan Jenis Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian naskah SKM ini adalah penelitian filologis yang sesuai dengan cara kerja filologi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang artinya melalui pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara mendalam temuan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di ruang perpustakaan. Dimana peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek telitiannya lewat bukubuku atau alat-alat audiovisual lainnya (Atar Semi, 1993:8). 2. Data dan Sumber Data Data adalah yang dihasilkan dari sumber data. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks dan naskah dari naskah SKM. Sumber data adalah segala sesuatu yang mampu menghasilkan atau memberikan data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah SKM, teks SKM, dan katalog yang memuat judul naskah SKM. 3. Teknik Pengumpulan Data Peneliti secara langsung terjun ke lapangan untuk mencari naskah naskah koleksi koleksi perpustakaan. Setelah yakin naskah SKM adalah obyek yang diteliti, langkah selanjutnya yaitu membaca katalog di berbagai perpustakaan, untuk mencari naskah atau teks yang berjudul sama dan berisi cerita yang sama, ternyata naskah SKM tidak ditemukan di tempat lain dan hanya ada di Perpustakaan Sasanapustaka Kraton Surakarta Hadiningrat. Berdasarkan data yang diperoleh dari inventarisasi dan

23 23 pengecekan naskah tersebut, peneliti menetapkan bahwa naskah SKM sebagai naskah tunggal. Untuk memudahkan cara kerja filologi, peneliti melakukan penggandaan gambar naskah SKM yang kebetulan sudah didigitalisasi. Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik content analysis atau yang biasa disebut kajian isi. Content analysis dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan dokumen atau arsip yang diteliti untuk mendukung proses interpretasi dari setiap peristiwa yang diteliti (Sutopo,2002:69). Teknik tersebut dimaksudkan agar data yang berupa variant-variant dan isi pada naskah SKM dapat ditemukan dan dikumpulkan untuk kemudian diolah dalam analisis data. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dibagi menjadi dua yaitu, teknik analisis data dan teknik analisis teks. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan (Sutopo, 2002:97). Komponen yang pertama, yaitu reduksi data sebagai teknik analisis data. Reduksi data dilakukan dengan metode penyuntingan naskah tunggal pada naskah SKM, yaitu dengan metode standar (biasa). Metode standar digunakan apabila isi naskah dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama maupun sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar ialah mentransliterasikan teks, membetulkan kesalahan teks, membuat catatan perbaikan/perubahan, memberi komentar maupun tafsiran, membagi teks dalam beberapa bagian dan menyusun daftar

24 24 kata sukar/glosari (Edwar Djamaris, 2006:28), namun dalam penelitian ini peneliti hanya sampai pada tahap membagi teks dalam beberapa bagian. Pada bagian reduksi data juga perlu dibuat isi pokok penting ringkasan isi naskah SKM dalam kalimat yang pendek dan jelas. Untuk komponen yang kedua yaitu sajian data dan penarikan kesimpulan merupakan teknik analisis teks SKM ini.sajian data disusun dengan pengelompokan unit sajian berdasarkan kelompok rumusan masalah. Dalam penelitian ini, sajian data meliputi sajian filologis dan isi. Sajian filologis mencakup deskripsi naskah, transliterasi, kritik teks, suntingan teks dan aparat kritik, dan terjemahan. Sajian isi menjabarkan apa yang menjadi masalah, menganalisa lebih dalam dan menafsirkan data yang adadalam naskah SKM. Simpulan akhir merupakan jawaban atas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Sajian data yang berupa suntingan teks dari naskah SKM yang bersih dari kesalahan dan telaah isi yang telah dibahas, dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan.

25 25 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi Naskah Sêrat Kawruh Mahnitismê adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, bab berisi uraian tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori yang berisi berisi uraian tentang pengertian filologi, objek penelitian Filologi, cara kerja Filologi, dan pengertian mahnitismê. Metode Penelitian, bab ini berisi uraian tentang bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Sistematika penulisan. BAB II Pembahasan, bab ini berisi uraian tentang pembahasan kajian filologis dan pembahasan kajian isi Naskah SKM. BAB III Penutup, bab ini berisi simpulan dan saran. Pada bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran Naskah SKM.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang 373 BAB IV PENUTUP Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan obyek material filologi yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan hasil budaya bangsa pada masa lalu (Baried, 1985:54). Naskah yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa puing bangunan besar, semarak tapi belum cukup. Gambaran pikiran dan perasaan tersebut dapat dipahami lewat dokumen tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi 1 NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA (Kajian Filologis) Proposal Skripsi Oleh : Reza Sukma Nugraha 206500034 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Filologi 1. Pengertian Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Dengan demikian, kata filologi membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di 11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuna mempunyai peran penting dalam peradaban umat manusia, karena naskah kuna berisi berbagai macam tulisan tentang: adat istiadat, cerita rakyat, sejarah, budi

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu 1. Fakultas/ Program Studi 2. Mata Kuliah dan Kode : Fakultas Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jawa : FILOLOGI JAWA I 3. Jumlah SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi : Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang

Lebih terperinci

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan. PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan

Lebih terperinci

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang dimiliki yaitu kebudayaan.koentjaraningrat (1985) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari tujuh

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap naskah SDR, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai peninggalan tulisan, naskah menyimpan berbagai informasi tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan pandangan hidup yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah naskah Masaaila Aqiidatu `l-islam ( MAI ) hasil pemikiran Abu Laits As-Samarqandi. Data atau objek penelitian ini adalah teks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian terdahulu pernah meneliti tentang Fitoterapi yang sedang dibahas melalui skripsi ini. Penelitian yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Filologi 1. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama (Djamaris, 1977: 20). Filologi berasal dari kata Yunani philos yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah

Lebih terperinci

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo KAJIAN FILOLOGI SERAT-SERAT ANGGITAN DALEM KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA IV JILID I (WANAGIRI JAMAN KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA III) Wahyu Aris Aprillianto Universitas

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik

SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi penentu utama kebijaksanaan, baik untuk pribadi maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi penentu utama kebijaksanaan, baik untuk pribadi maupun untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa lalu dapat menjadi penentu utama kebijaksanaan, baik untuk pribadi maupun untuk kepentingan bangsa atau negara.

Lebih terperinci

MERANCANG PENELITIAN NASKAH

MERANCANG PENELITIAN NASKAH MERANCANG PENELITIAN NASKAH Oleh Zayadi Hamzah STAIN CURUP filologi Filologi berbicara mengenai bagaimana sebuah naskah kuno yang bernilai atau mempunyai makna besar bagi kehidupan manusia itu dikaji dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. SêratPanglipur Tis-Tis. Madiun: Naskah Tulisan Tangan Koleksi Ari Mukti.

DAFTAR PUSTAKA. SêratPanglipur Tis-Tis. Madiun: Naskah Tulisan Tangan Koleksi Ari Mukti. DAFTAR PUSTAKA Pustaka Sumber SêratPanglipur Tis-Tis. Madiun: Naskah Tulisan Tangan Koleksi Ari Mukti. Pustaka Acuan Asher, R.E. 1992. Oxford, Advanced Leaner s Encyclopedic Dictionary. Oxford: Oxford

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusantara memiliki beberapa jenis kesusastraan yang diciptakan, berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu kesusastraan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra Indonesia bisa diketahui dengan banyaknya karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra Indonesia bisa diketahui dengan banyaknya karya sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki latar belakang budaya tinggi yang tertulis dalam karya sastra. Kekayaan yang dimiliki Indonesia sangat beragam, di antaranya berupa karya

Lebih terperinci

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang PENGANTAR FILOLOGI PENGERTIAN FILOLOGI Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata, yaitu philos yang berarti teman dan logos yang berarti pembicaraan

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nur Jannah

Lebih terperinci

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan pada masa itu. Naskah yang dijumpai saat ini, antara

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 29 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan tetapi kekayaan bangsa Indonesia mencakup berbagai bidang. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan tetapi kekayaan bangsa Indonesia mencakup berbagai bidang. Salah satu di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memang belum menjadi bangsa yang sepenuhnya maju, akan tetapi kekayaan bangsa Indonesia mencakup berbagai bidang. Salah satu di antaranya adalah

Lebih terperinci

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, untuk memahami kebudayaan suatu bangsa dengan baik, informasi-informasi

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI

KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, baik dalam ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya (Poerwadarminta, 1976:649). Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan

BAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari naskah tidak hanya melihat naskah dari segi fisik namun juga harus dilihat dari segi isi naskah yang disebut teks. Menurut sifat penurunannya, teks dibagi

Lebih terperinci

ISSN: METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan. Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya

ISSN: METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan. Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya ISSN: 2085-5079 METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak Filologi selama ini dikenal sebagai ilmu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

MANFAAT STUDI FILOLOGI

MANFAAT STUDI FILOLOGI MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 24 BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari beberapa uraian yaitu, (1) objek penelitian, (2) metode, (3) prosedur penelitian, (4) teknik pengumpulan data 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian

Lebih terperinci

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan kertas atau buku tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan uraian dari bab IV tersebut, dapat diambil simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah yang beragam banyaknya. Bahasa daerah yang beragam digunakan sebagai alat komunikasi oleh

Lebih terperinci

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra)

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra) Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra) Oleh: Mudika Nofalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa liadicha@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK

: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK NASKAH BIDAYATUSALIK : SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK Santi Rahayu Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Santirahayu5610@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu (1) keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan (2) keduanya mudah merasa terancam setiap kali ada

Lebih terperinci

Etimologi Istilah Filologi

Etimologi Istilah Filologi Modul 1 Etimologi Istilah Filologi E PENDAHULUAN Dr. Kun Zachrun Istanti, S.U. timologi adalah sebuah istilah dalam bidang linguistik yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna.

Lebih terperinci

BAB II. Bentuk Bahasa dan Puisi. Catatan tentang bahasa Sunda Kuna

BAB II. Bentuk Bahasa dan Puisi. Catatan tentang bahasa Sunda Kuna BAB II Bentuk Bahasa dan Puisi Catatan tentang bahasa Sunda Kuna Sebegitu jauh belum ada kajian tersendiri atas bahasa Sunda Kuna yang diumumkan. Dalam pengantar untuk edisi teks yang disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA. A. Kajian Filologi

BAB II ANALISIS DATA. A. Kajian Filologi BAB II ANALISIS DATA Analisis data SKM dibagi menjadi dua bagian, yaitu kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis dilakukan untuk mendapatkan suntingan teks Naskah SKM yang bersih dari kesalahan

Lebih terperinci

Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi Monika Fitri Setyowati C0100036 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bela Masalah Dalam mengungkapkan informasi tentang berbagai hal yang pernah hidup dan berkembang di

Lebih terperinci

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) digilib.uns.ac.id KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman Samarinda Teori Filologi iii TEORI FILOLOGI oleh Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Hak cipta dilindungi undang-undang 2017 Penyunting Azizatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI

TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci