BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil
|
|
- Erlin Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau (Baried, 1994:55). Sebagai hasil budaya masa lampau, naskah dalam kesusastraan di Indonesia ditulis dalam berbagai bahasa dan huruf yang menjadi ciri khas tersendiri. Hal tersebut tergantung daerah asal naskah tersebut diciptakan. Sebagai contoh naskah dari Jawa menggunakan bahasa Jawa dan ditulis dengan huruf Jawa, Pegon atau Budha. Adapula naskah dari Bali yang berbahasa Bali, dan ditulis dengan huruf Bali atau Jawa Kuna. Selain itu, media yang digunakan dalam pembuatan karya sastra lampau tersebut juga beraneka ragam. Media yang digunakan dalam penulisan sebuah naskah misalnya lontar, kulit kayu, tulang, kertas, daluwang, nipah dan bambu. Keberagaman jenis bahasa, huruf dan media yang digunakan dalam pembuatan naskah, menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki berbagai macam koleksi naskah yang memiliki ciri khas tersendiri. Sebagai karya sastra lampau yang memiliki ciri khas, keberadaan naskahnaskah di Nusantara harus dijaga, dilestarikan dan diperkenalkan, karena karyakarya tulisan tersebut merupakan warisan dan aset budaya Nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan studi terhadap karya sastra masa lampau agar dapat mengungkap informasi berbagai segi kehidupan masa lalu, yang dapat diaplikasikan di kehidupan masa kini. Filologi merupakan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan studi terhadap hasil budaya masa lampau, 1
2 2 dalam rangka menggali nilai-nilai budaya pada masa itu (Baried, 1994:2). Oleh sebab itu para filolog sangat diharapkan untuk meneliti karya sastra lampau tersebut, agar tujuan dari studi terhadap karya sastra masa lampau dapat terpenuhi. Mengingat suatu naskah merupakan aset berharga yang perlu dijaga, dilestarikan dan diperkenalkan kepada khalayak umum, penulis memiliki keinginan untuk meneliti sebuah naskah yang berjudul Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang selanjutnya disingkat SKRT dengan konsentrasi pada teks bagian ke tiga yaitu teks Lampahan Jati Pitutur yang selanjutnya disingkat LJP. Naskah SKRT merupakan naskah koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi 0127/PP/73. Naskah SKRT berjenis sastra wayang, lebih tepatnya sebuah cerita dari pertunjukan wayang wong 1. Hal tersebut dapat dilihat pada judul naskah Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang. Apabila judul tersebut diterjemahkan maka akan berbunyi Buku Cerita Wayang Wong. Adapun indikasi lain yang menunjukkan bahwa naskah berjenis sastra wayang adalah naskah tersebut merupakan kumpulan cerita yang mengambil cerita dari pertunjukan wayang kulit. Pada etiket punggung pelindung naskah juga bertuliskan (St. 77) yang menunjukkan bahwa naskah berjenis sastra dengan nomor koleksi 77. Pada teks ketiga yakni teks LJP, penggubahan diprakarsai oleh Pakualam V pada tahun 1883 M (Saktimulya, 2005:207). Pada saat penggubahan atau penciptaan teks tersebut, mungkin saja terjadi beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis teks LJP. Hal itu yang menjadi alasan penulis untuk meneliti lebih lanjut naskah SKRT khususnya pada teks LJP. 1 Drama tari dengan pelaku dan cerita didasarkan pada pertunjukan wayang kulit (Sumarsam, 2003:353).
3 3 Naskah SKRT terdiri dari lima teks yang ditulis dengan aksara Jawa. Dari lima teks pada naskah SKRT yang terdiri dari berbagai bentuk tulisan tersebut, pada teks bagian ketiga yakni LJP yang menjadi konsentrasi penelitian kali ini, teks LJP berbentuk kandha 2, lagon 3 dan dialog yang terbungkus dalam tembang macapat 4 dengan tebal 54 halaman. Teks LJP merupakan sebuah cerita wayang wong yang mengambil cerita dari wayang gĕdhog. Disebutkan di dalam teks LJP bahwa : Karsa lĕlangĕn ringgit tiyang, nulad criyosing dhalang ringgit gĕdhog, Lĕlampahan Jati Pitutur. (hal.144). (Beliau) menghendaki hiburan wayang wong, mencontoh cerita dalang wayang gĕdhog dengan cerita Jati Pitutur, Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa teks LJP adalah teks cerita dari wayang gĕdhog. Wayang gĕdhog adalah pertunjukan wayang kulit dengan cerita Panji (Soedarsono, 1974:25). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teks LJP merupakan cerita Panji. Oleh karena itu, agar dapat diketahui dan dimengerti isi cerita teks LJP, teks tersebut perlu disajikan dalam bentuk aksara dan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang ditemukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 2 Kandha adalah cerita dalam pertunjukan wayang wong (Soedarsono, 1997:452). 3 Lagon berasal dari kata lagu nyanyian. Jenis nyanyian ini mendramatisir berbagai adegan yang bermacam-macam, terutama yang berhubungan dengan action yang tenang dan resmi, dan sesekali juga ada perasaan susah (Soedarsono, 1997:250). 4 Macapat atau tembang macapat adalah puisi Jawa yang dinyanyikan dengan metrum yang bermacam-macam, seperti Asmarandana dan Gambuh (Soedarsono, 1997:435). Macapat atau yang disebut tembang cilik adalah sebuah tembang yang berdasar pada guru lagu, guru wilangan dan guru gatra (Padmosoekotjo,1958:24)
4 4 1) Bagaimana penyajian teks LJP dalam naskah SKRT agar dapat terbaca oleh masyarakat pada umumnya? 2) Bagaimana penyajian teks LJP dalam naskah SKRT agar dapat dipahami oleh masyarakat pada umumnya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari teks LJP adalah sebagai berikut : 1) Menyajikan suntingan teks, dengan harapan masyarakat yang tidak menguasai bahasa Jawa dan aksara Jawa dapat menikmati dan memanfaatkannya. 2) Menerjemahkan teks LJP dari bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia, agar masyarakat pada umumnya dapat mengetahui informasi di dalamnya. Terutama bagi para peminat yang ingin mengetahui dan menggali lebih jauh isi kandungan dari teks LJP. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Naskah SKRT menurut Katalog Naskah-Naskah Pura Pakualaman adalah naskah koleksi Pura Pakualaman yang berjumlah 272 halaman yang terdiri atas lima bagian teks. Bagian pertama adalah teks Gandawardaya (hal. 1-82), yang menceritakan usaha Gandawardaya mencari Janaka, ayahnya atas perintah Suyudana untuk menghancurkan Pandawa. Bagian kedua adalah teks Sĕrat Ragatama (hal ), yang menceritakan tentang petualangan Jayengrana pada saat menyerang kerajaan Ngajrak. Teks bagian ke tiga adalah Lampahan Jati Pitutur (hal ), menceritakan tentang sayembara yang diadakan oleh Prabu Lembu Mardadu dari Kediri dengan tujuan untuk menangkap penyusup istana
5 5 yang berusaha tidur dengan putrinya yaitu Dewi Tamioyi. Teks bagian ke empat berjudul Rĕringkĕsanipun Cariyos Sĕrat Baratayuda (hal ), teks diawali dengan kisah kunjungan Prabu Kresna dan Pandawa ke kerajaan Wiratha untuk bertemu dengan Matswapati. Bagian ke lima yaitu teks Bubukaning Cariyos Ringgit Gĕdhog (hal ), yang menceritakan tentang petualangan Panji Asmarabangun dan Galuh Candrakirana. Teks diawali dengan cerita tentang Kerajaan Ngurawan yang diperintah oleh Prabu Lembu Amijaya (Saktimulya, 2005: ). Dari ke lima teks di atas, penelitian ini dibatasi pada pendeskrepsian naskah dan teks, serta suntingan dan terjemahan teks bagian ke tiga yang berjudul Lampahan Jati Pitutur. 1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan yang dilakukan penulis sampai saat ini, penelitian mengenai sĕrat kandha dalam wayang wong sudah pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian yang ditemukan penulis yakni pada penelitian yang dilakukan oleh R.M. Soedarsono. Proyek penelitiannya berjudul Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga : Buku I (1986). Buku tersebut merupakan hasil transliterasi dari naskah Jilid I yang berjudul Kagungan-Dalĕm Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga koleksi Perpustakaan Kridha Mardhawa Keraton Yogyakarta yang berupa narasi cerita. Pentransliterasian naskah tersebut berupa alih aksara dari teks yang beraksara Jawa dan berbahasa Jawa pedalangan ke dalam aksara Latin dengan berpedoman pada ejaan yang sudah disempurnakan pada masa itu.
6 6 Sejalan dengan itu R.M. Soedarsono juga mentransliterasikan naskah Jilid II yang berjudul Kagungan-Dalêm Sĕrat Pocapan Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga yang berupa dialog-dialog dari naskah Jilid I. Dalam proyek penelitiannya Soedarsono memberi judul Sĕrat Pocapan Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga : Buku II (1986). Pada Buku II tersebut, Soedarsono mentransliterasikan naskah ke dalam bahasa Latin, sama seperti pada Buku I. Berdasarkan buku-buku tersebut, maka terlihat bahwa penelitian tentang suntingan teks dan terjemahan teks LJP pada naskah SKRT belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peluang untuk meneliti teks dari segi suntingan teks dan terjemahan masih terbuka. Disamping itu, buku-buku tersebut juga dimanfaatkan peneliti sebagai sumber pendamping dalam melakukan penelitian naskah SKRT khususnya pada teks LJP. 1.6 Landasan Teori Penelitian terhadap sebuah karya sastra seperti naskah, selalu membutuhkan seperangkat teori. Dalam meneliti teks LJP, penulis menggunakan teori filologi. Filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Jadi filologi adalah cinta kata. Filologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berupaya mengungkapkan kandungan teks yang tersimpan dalam naskah produk masa lampau. Studi tersebut dianggap bahwa suatu naskah mengandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan umum filologi adalah untuk mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan dan mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan tersebut pada masyarakat penerimanya (Baried dkk, 1994:2-11).
7 7 Adapun tujuan khusus dari filologi adalah mengungkapkan bentuk awal teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau, dan menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk alih aksara (Baried dkk, 1994:8). Dengan demikian dapat dikatakan tujuan akhir dari studi filologi adalah menyajikan edisi teks yang dapat dibaca oleh masyarakat luas. Oleh sebab itu suntingan teks sangat perlu dilakukan agar teks dapat dibaca oleh masyarakat luas dan dapat dikoreksi dari kesalahan penulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Suntingan teks dalam istilah filologi adalah penyajian teks yang disertai dengan catatan yang berupa aparat kritik. Aparat kritik adalah catatan atas teks berupa koreksi bacaan, variasi bacaan, keterangan tambahan dan catatan tambahan (Robson, 1994:25). Teks tidak hanya untuk kritik teks saja, tetapi agar dapat dimengerti oleh pembaca teks perlu disajikan dalam bentuk terjemahan. Menurut Mc Arthur terjemahan atau translation dalam bahasa Inggrisnya, berasal dari bahasa Latin translation atau translationis yang berarti apa yang diseberangkan (what is carried across) yaitu merupakan usaha untuk menyatakan kembali ide dari satu bahasa ke bahasa lain. Terjemahan pada dasarnya diimplikasikan adanya dua bahasa, yakni bahasa sumber dan bahasa sasaran. Bahasa sumber adalah bahasa teks yang diterjemahkan dan bahasa sasaran adalah bahasa teks hasil terjemahan (Rokhman, 2008:9). Jadi bisa dikatakan teks LJP yang berbahasa Jawa yang akan di terjemahkan ke bahasa Indonesia merupakan bahasa sumber, dan bahasa Indonesia adalah bahasa sasarannya.
8 8 Menurut Crystal terdapat tiga tingkatan dalam proses penerjemahan yang masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda. Ketiga tingkatan yang akan menjadi landasan teori terjemahan pada penelitian ini antara lain (Rokhman, 2008:10) : 1) Word for word translation, yaitu menerjemahkan teks dari satu bahasa lain dengan mencari persamaannya secara gramatikal. Misalnya kata dalam bahasa Jawa diterjemahkan menjadi kata dalam bahasa Indonesia, frase menjadi frase dan klausa menjadi klausa. 2) Literal translation, yaitu menerjemahkan dengan cara melihat arti literal dari kata, frase, atau kalimat yang diterjemahkan. Struktur linguistik bahasa sumber diikuti dan kemudian disesuaikan dengan gramatika bahasa sasaran. 3) Free translation, yaitu merupakan usaha menerjemahkan makna yang dinyatakan oleh bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ketiga macam tingkatan terjemahan di atas akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi teks LJP. Hal tersebut karena disesuaikan dengan konteks kalimat, kelancaran bahasa Indonesia dan kejelasan maknanya. Apabila di dalam teks terdapat kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang membutuhkan penjelasan atau catatan lebih lanjut, maka catatan tersebut akan dibubuhkan dalam catatan kaki. Catatan lebih lanjut tersebut disebut catatan ulasan atau catatan terjemahan. Seperti yang dikatakan Robson, (1994:55-56) catatan terjemahan berfungsi untuk menjelaskan beberapa cara aspek teks itu diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
9 9 1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian filologi yang mencakup metode penelitian terhadap naskah dan metode suntingan teks. Pada tataran metode penelitian naskah, hal yang dilakukan adalah memilah-milah objek naskah dari beberapa katalog, sehingga menemukan naskah terpilih. Studi katalog digunakan dalam tahap pengumpulan data dan inventarisasi naskah. Dari studi katalog tersebut, naskah SKRT terpilih melalui bantuan Katalog Naskah-Naskah Pura Pakualaman. Setelah naskah terpilih, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah mencari buku-buku referensi yang berkaitan dengan penelitian. Setelah menentukan naskah dan mencari referensi yang berkaitan dengan penelitian, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah pengolahan data. Pada tahap pengolahan data, hal pertama yang dilakukan adalah deskripsi naskah SKRT dan deskripsi teks LJP. Deskripsi naskah perlu dilakukan agar bentuk dan kondisi naskah dapat diinformasikan kepada pembaca. Sebab bentuk dan kondisi suatu naskah akan mempengaruhi cara naskah tersebut diperlakukan oleh pembaca, jika suatu saat naskah tersebut akan dimanfaatkan oleh pembaca (Robson, 1994:11). Setelah pengolahan data, tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah emendasi. Emendasi dilakukan untuk mencari keotentikan teks dengan cara mengkritisi teks (Reynolds L.D dan Wilson N.G, 1974:187). Pada tahap ini metode yang akan digunakan untuk menyunting teks LJP adalah metode kritis. Metode kritis atau edisi standar adalah menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-
10 10 kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku (Baried dkk, 1994;68). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode kritis adalah menyajikan sebuah teks dengan mengadakan perbaikan bacaan yang dinilai kurang sesuai dan dibetulkan dengan berpedoman pada sistem ejaan yang berlaku. Metode tersebut digunakan untuk membantu pembaca mengatasi berbagai kesulitan, yang bersifat tekstual atau yang berkenaan dengan interpretasi sehingga pembaca terbebas dari kesulitan dan dapat mengerti isinya (Robson, 1994:25). Metode kritis dilakukan bersamaan dengan proses transliterasi sebuah teks. Transliterasi adalah pemindahan dari satu tulisan ke tulisan yang lain (Robson, 1994;24). Pendapat lain juga mengatakan bahwa transliterasi merupakan penggantian jenis tulisan yaitu huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Baried, 1994:63). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa transliterasi adalah alih aksara teks, misalnya alih aksara teks dari aksara Jawa ke aksara Latin. Pada saat proses transliterasi, peneliti yang ingin menyunting teks dengan edisi kritis ataupun diplomatis dapat langsung menerapkannya. Setelah teks ditransliterasi dan sudah bersih dari kesalahan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menerjemahkan. Metode terjemahan yang akan dipakai pada penelitian ini adalah metode terjemahan campuran atau kombinasi yakni metode terjemahan kata per kata, harafiah dan bebas. Ketiga metode tersebut akan digunakan penulis sesuai dengan kondisi teks yang akan diterjemahkan.
11 11 Metode terjemahan kata per kata, dan metode terjemahan bebas dilakukan dengan tujuan agar memudahkan proses penerjemahan. Hal tersebut karena disesuaikan dengan konteks kalimat, kelancaran bahasa Indonesia dan kejelasan pengertian. Oleh sebab itu kata-kata Bahasa Jawa yang diterjemahkan tidak selalu konsisten diterjemahkan dengan kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Sedangkan metode terjemahan secara harafiah dilakukan agar kandungan isi teks tidak terlalu menyimpang sesudah dilakukan penerjemahan (Wiryamartana, 1990:34). 1.8 Sistematika Penyajian Adapun sistematika penyajian dalam penelitian ini, disajikan dalam empat bab. Pembagian bahasan tiap bab tersebut adalah sebagai berikut : Bab I yaitu berupa pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II menjelaskan tentang deskripsi naskah SKRT secara umum dan deskripsi teks LJP secara keseluruhan, contohnya seperti judul naskah, pemrakarsa, penulis dan waktu penulisan. Bab III yaitu berupa suntingan teks dan terjemahan teks LJP. Pada bab ini memuat pengantar suntingan teks dan pengantar terjemahan. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian suntingan teks edisi kritis, dan dilanjutkan dengan terjemahan teks LJP. Bab IV yaitu berupa kesimpulan. Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan obyek material filologi yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan hasil budaya bangsa pada masa lalu (Baried, 1985:54). Naskah yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang dimiliki yaitu kebudayaan.koentjaraningrat (1985) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari tujuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuna mempunyai peran penting dalam peradaban umat manusia, karena naskah kuna berisi berbagai macam tulisan tentang: adat istiadat, cerita rakyat, sejarah, budi
Lebih terperinciPATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.
PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, dan adat istiadat. Berbagai suku bangsa tersebut mewarisi kebudayaan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai peninggalan tulisan, naskah menyimpan berbagai informasi tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan pandangan hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di
11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari naskah tidak hanya melihat naskah dari segi fisik namun juga harus dilihat dari segi isi naskah yang disebut teks. Menurut sifat penurunannya, teks dibagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan pada masa itu. Naskah yang dijumpai saat ini, antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra
Lebih terperinciANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI
ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa
Lebih terperinciSERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)
SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,
Lebih terperinci2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Filologi 1. Pengertian Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Dengan demikian, kata filologi membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah yang beragam banyaknya. Bahasa daerah yang beragam digunakan sebagai alat komunikasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).
Lebih terperinciMENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???
MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa puing bangunan besar, semarak tapi belum cukup. Gambaran pikiran dan perasaan tersebut dapat dipahami lewat dokumen tertulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai
Lebih terperinciNASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi
1 NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA (Kajian Filologis) Proposal Skripsi Oleh : Reza Sukma Nugraha 206500034 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Filologi 1. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama (Djamaris, 1977: 20). Filologi berasal dari kata Yunani philos yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, untuk memahami kebudayaan suatu bangsa dengan baik, informasi-informasi
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan kertas atau buku tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat di Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya. Salah satu budaya yang terdapat dalam masyarakat Jawa adalah budaya
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI DAN ISI KITAB PIRASATING SUJALMA MIWAH KATURANGGANING WANITA
KAJIAN FILOLOGI DAN ISI KITAB PIRASATING SUJALMA MIWAH KATURANGGANING WANITA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA NO KOMPETENSI DASAR KELAS MATERI INDIKATOR 1. 2. Menceritakan riwayat hidup paraga/tokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang
Lebih terperinci2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,
Lebih terperinciTINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA
TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ
KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nur Jannah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian
Lebih terperinciKawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN
Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI.. i ii iii iv ix xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah.. 1.3 Batasan Masalah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor
BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah
Lebih terperinciNilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang
Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
24 BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari beberapa uraian yaitu, (1) objek penelitian, (2) metode, (3) prosedur penelitian, (4) teknik pengumpulan data 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusantara memiliki beberapa jenis kesusastraan yang diciptakan, berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu kesusastraan yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah Kempalan Dongeng yang memuat teks Kyai Prelambang dengan bertuliskakan aksara Jawa tidak ditemukan di tempat lain selain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah naskah Masaaila Aqiidatu `l-islam ( MAI ) hasil pemikiran Abu Laits As-Samarqandi. Data atau objek penelitian ini adalah teks
Lebih terperinciWahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo
KAJIAN FILOLOGI SERAT-SERAT ANGGITAN DALEM KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA IV JILID I (WANAGIRI JAMAN KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA III) Wahyu Aris Aprillianto Universitas
Lebih terperinciBerdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang
PENGANTAR FILOLOGI PENGERTIAN FILOLOGI Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata, yaitu philos yang berarti teman dan logos yang berarti pembicaraan
Lebih terperinciMETODE EDISI: STEMMA
METODE EDISI: STEMMA Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan Indonesia Objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangMasalah Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah merupakan rekaman kebudayaan
Lebih terperinciMANFAAT STUDI FILOLOGI
MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,
Lebih terperinciSILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH
SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang
Lebih terperinciPERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA
PERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA Oleh Drs. Djoko Nugroho Witjaksono, MA Kepala Taman Budaya Jawa Tengah disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang
Lebih terperinci2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah
Lebih terperinciKERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA
KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
Lebih terperinciBUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA
BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA 1. NAMA MATA KULIAH : FILOLOGI NUSANTARA 2. KODE / SKS : BDN 1224 / 2 SKS 3. PRASARAT : PENGANTAR FILOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara tertentu. Pada awalnya majas lebih sering digunakan didalam karya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majas atau gaya bahasa adalah salah satu cara untuk menyatakan sesuatu dengan cara tertentu. Pada awalnya majas lebih sering digunakan didalam karya sastra seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Melayu Klasik merupakan bukti konkret kebudayaan berupa hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan bahasa. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Jawa mempunyai khasanah kebudayaan yang beraneka ragam. Mulai dari sastra, musik, teater, tari, seni rupa, dan sebagainya. Dilihat dari perkembangan zaman,
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan uraian dari bab IV tersebut, dapat diambil simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu maupun oleh kelompok masyarakat, sehingga melalui ritus kehidupan, kebudayaan dapat dialami
Lebih terperinciTINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI
TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh
Lebih terperinciWawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan
Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan Irna Kayati Dewi Abstrak Skripsi ini berjudul Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. Parwa berarti bagian buku/cerita (Mardiwarsito, 1986:410). Parwa juga dikatakan sebagai bagian dari
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI DAN ISI DALAM SÊRAT KAWRUH GRIYÅ SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI DAN ISI DALAM SÊRAT KAWRUH GRIYÅ SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinci