BAB I PENDAHULUAN. American Psychological Association (APA) mengartikan keluarga sebagai:
|
|
- Yulia Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Psychological Association (APA) mengartikan keluarga sebagai: Suatu unit kekerabatan yang terdiri dari sekelompok individu yang disatukan oleh darah atau perkawinan, adopsi, atau ikatan lainnya. 1 Pemahaman tersebut hendak menjelaskan bahwa suatu kelompok individu yang hidup bersama dikatakan sebagai keluarga tidak hanya sebatas pada ikatan darah saja, tetapi juga dapat didasarkan pada ikatan yang lain seperti adopsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga didefinisikan sebagai: Ibu dan bapak beserta anak-anak atau seisi rumah; orang seisi rumah yang menjadi tanggungan. 2 Menurut Horton dan Hunt dalam Tjandrarini, keluarga adalah dasar dari institusi sosial yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak. 3 Keluarga ialah komunitas awal dan utama dalam lingkungan sosial. Berbeda dengan Horton dan Hunt yang memahami keluarga dari segi anggota-anggotanya, Beavers menambahkan satu aspek lagi yang penting dalam mendefinisikan keluarga yakni kemampuan yang bermakna. 4 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis memahami keluarga sebagai komunitas terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak, yang tidak hanya menjalani kehidupan secara bersama namun juga memiliki kemampuan untuk menemukan makna sesuai dengan peran dan fungsinya APA (American Psychological Association) Dictionary of Psychology (Washington, DC: APA, 2007), 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), 7. 4 G. Pirooz Scholevar & Linda D. Schwoeri, Textbook of Family and Couples Therapy (Washington DC: American Psychiatric Publishing, 2003),
2 Beavers membagi keluarga menjadi dua yakni keluarga fungsional dan disfungsional. 5 Keluarga fungsional adalah keluarga yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi, bernegosiasi dan menyelesaikan konflik antar anggota. Keluarga disfungsional adalah keluarga yang tidak memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dan menyelesaikan konflik sehingga mengalami rasa sakit secara emosional serta frustrasi. Dengan kata lain, keluarga disfungsional adalah keluarga yang mengalami kekerasan, perselisihan, pertengkaran, perpisahan dan bahkan perceraian. Dari pemahaman tersebut, menurut penulis keluarga yang baik adalah keluarga yang dapat menjalankan fungsinya secara penuh, sedangkan keluarga disfungsi yang tidak dapat menjalankan fungsi-fungsinya menjadi keluarga yang broken home. Broken home dimaknai sebagai istilah yang berlaku bagi keluarga yang pasangan suami isterinya telah berpisah atau bercerai. 6 Dari pemahaman tersebut, menurut penulis keluarga yang sudah bercerai dapat terdiri dari ayah saja beserta anak-anak dalam keluarga, ibu saja beserta anak-anak dalam keluarga, atau hanya ada anak-anak dalam keluarga yang terpisah dari orang tua. Dengan kata lain, keluarga yang hanya memiliki orang tua tunggal sebagai akibat dari perpisahan atau perceraian orang tua. Fenomena keluarga broken home adalah fenomena yang kian menjamur seiring tumbuh-kembangnya kebiasaan kawin-cerai. Broken home adalah salah satu bukti atau wujud dari keluarga yang gagal. Broken home dapat terjadi karena banyak faktor. Faktorfaktor tersebut dapat berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal misalnya kurang atau tidak adanya perhatian dan kasih sayang dalam keluarga. 7 Isteri tidak menghargai suami dan begitu sebaliknya, atau anak-anak yang tidak menghargai orang 5 Scholevar & Schwoeri, Textbook of Family, APA (American Psychological Association) Dictionary of Psychology, Tahira Jibeen, From Home to Shelter Home: Victimization of Young Women in Pakistan, Canadian Journal of Behavioural Science, Vol.46, Issue 4 (October 2014):
3 tua. Selain itu, broken home juga dapat disebabkan oleh komunikasi yang buruk dalam keluarga. 8 Kurangnya komunikasi yang baik dapat menciptakan atmosfir rumah yang tidak nyaman, hubungan yang semakin renggang, dan dapat berujung pada kehancuran keluarga. Faktor berikut adalah kurangnya waktu luang (quality time) yang dihabiskan dengan anggota keluarga. 9 Quality time di dalam keluarga adalah sangat penting. Keluarga seharusnya mengkhususkan waktu untuk berkumpul, berbicara, berdiskusi, dan bercengkerama bersama di tengah segala kesibukan setiap hari. Faktor internal terakhir adalah para anggota keluarga tidak memiliki kemampuan untuk menerima krisis yang terjadi secara positif. 10 Cara pandang yang dibangun bukanlah cara pandang yang membangun melainkan yang destruktif. Saat menghadapi krisis, anggota keluarga tidak saling menopang dan saling mempercayai sehingga pada akhirnya ada anggota keluarga yang menyerah pada keadaan dan mencari jalan lain yakni perpisahan. Sedangkan faktor eksternal yang dapat menjadi penyebab gagalnya sebuah keluarga dan muncul fenomena broken home adalah hadirnya WIL/PIL (wanita idaman lain/pria idaman lain). 11 Perselingkuhan adalah salah satu penyakit yang sudah sangat sering menggerogoti hubungan banyak pasangan, khususnya di era modern seperti ini. Hal yang paling mendasar adalah tidak adanya rasa nyaman dengan pasangan dan atau keluarga. Ketidaknyamanan yang terjadi tidak dapat dikomunikasikan dengan baik sehingga jalan keluarnya adalah mencari kenyamanan di luar rumah melalui wanita atau pria idaman lain melalui hubungan perselingkuhan. Fenomena tersebut menimbulkan dampak psikologis terhadap anak-anak korban broken home. 8 Jibeen, From Home to Shelter Home..., Jibeen, From Home to Shelter Home..., Scholevar & Schwoeri, Textbook of Family, Fakta tersebut berdasarkan pengamatan penulis pada beberapa keluarga broken home di GPM Jemaat Galala-Hative Kecil. 3
4 Anak korban broken home akan mengalami mental disorder. Mondor mengungkapkan bahwa kegagalan orang tua menjalankan perannya dalam keluarga mengakibatkan anak mengalami frustrasi yang sangat hebat dan juga memungkinkan mereka terjerat dalam pengkonsumsian narkoba. 12 Kegagalan yang dialami dalam keluarga membuat anak tidak mengetahui bagaimana harus menjalani hidup. Mel Bartley juga mengemukakan bahwa walaupun perceraian sudah menjadi hal yang biasa terjadi pada zaman ini, namun dampaknya pada kesehatan mental anak korban broken home tidak mengalami penurunan yakni mereka tetap mengalami tekanan psikologis. 13 Tekanan psikologis dan kesehatan mental itu dapat berupa stres, depresi yang berhubungan dengan gangguan, disorientasi, kebingungan, fobia dan ketakutan. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial dan memiliki ketidakmampuan spiritual dalam menyikapi masalah-masalah kehidupan. Fakta-fakta tersebut, yang dalam Engel disebut sebagai area ketidakmampuan perkembangan spiritual yakni: Ketidakmampuan berpikir (aspek berpikir negatif) untuk mengatasi tantangan hidup dan ketidakyakinan diri (aspek nilai diri negatif) pribadi setiap individu untuk mencapai kebahagiaan. 14 Dari pemahaman tersebut, disimpulkan bahwa anak-anak korban broken home tidak memiliki kesempatan untuk mengalami kehidupan yang lebih baik dan layak di dalam keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat sehingga cenderung kehilangan makna hidup. Makna hidup menurut Frankl dalam Engel, merupakan sesuatu yang unik dan khusus, artinya manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan 12 Colleen Mondor, With or Without You, Academic Search Complete, Vol. 109, Issue 12 (February 2013): Mel Bartley, Children Suffer Effects of Divorce, Education Journal, Issue 145 (November 2012): Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling (Yogyakarta: Kanisius, 2014),
5 untuk memilih atau keinginan untuk bermakna, yang mendorongnya untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidup dirasakan berarti dan berharga. 15 Hidup memiliki potensi untuk bermakna, apa pun kondisinya, bahkan dalam kondisi yang paling menyedihkan sekalipun karena manusia mempunyai kapasitas untuk mengubah aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif atau konstruktif. 16 Menurut Engel, makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan tujuan hidup yang harus diraih. 17 Makna hidup yang berhasil dipenuhi menyebabkan kehidupan seseorang dirasakan penting dan berharga yang pada gilirannya akan menimbulkan penghayatan bahagia. 18 Dari pemahaman para ahli tersebut, penulis memahami makna hidup sebagai suatu keadaan dimana seseorang merasakan bahwa dibalik persoalan atau penderitaan yang digumuli, hidup yang dijalani dan dimilikinya berharga serta mempunyai kemungkinan untuk menemukan kebahagiaan. Persoalan kehilangan makna hidup dalam diri anak-anak korban broken home, perlu disikapi oleh gereja. Gereja harus melakukan konseling pastoral untuk menolong mereka menemukan makna hidup dalam kondisi keluarga yang hancur. Gereja seyogianya mengembangkan kepekaan diri dan lembaganya untuk dapat langsung meresponi kenyataan buruk yang dialami oleh anak-anak korban broken home. Clinebell mengemukakan bahwa gereja harus memahami panggilannya untuk melaksanakan peran pastoral bagi jemaat yang membutuhkan pertolongan yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memulihkan, dan mengasuh. 19 Menurut Howe dalam Dayringer, bahwa pastoral dapat menyembuhkan, menopang, membimbing, dan memulihkan anggota 15 Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, H. D. Bastaman, Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Howard John Clinebell, Basic Types of Pastoral Care and Counseling (Nashville: Abingdon Press, 1984), 43. 5
6 jemaat yang mempunyai masalah untuk menemukan lagi dan menghargai citra Ilahi dalam diri mereka sendiri dan orang lain. 20 Konseling pastoral dapat dilakukan kepada anggota di dalam gereja atau siapa pun di luar gereja. 21 Stone mengemukakan bahwa konseling pastoral membantu orang untuk mengkonstruksi masa depan dan melakukan tindakan di masa sekarang. 22 Konseling pastoral ini juga perlu untuk memperhatikan pengalaman masa lalu agar membantu manusia untuk memahami tindakannya di masa sekarang. 23 Menurut penulis, gereja mempunyai tanggung jawab yang sangat penting terhadap para anggotanya, khususnya dalam perjuangan mereka melawan berbagai persoalan hidup. Permasalahan yang telah dipaparkan di atas, baik secara teoritis ataupun praktis, itu juga dialami oleh anak-anak korban broken home di GPM Jemaat Galala-Hative Kecil yakni mereka mengalami permasalahan dalam diri dan kehidupannya. 24 Pada banyak kasus, anak korban broken home mengalami perubahan cara pandang dalam melihat banyak hal. Mereka cenderung menyalahkan diri dan menganggap kegagalan yang mereka temui dalam hidup sebagai bentuk hukuman Tuhan atas keluarga mereka yang sakit. 25 Mereka menghindari persoalan yang sebenarnya terjadi dengan mengkonsumsi minuman keras dan mabuk-mabukan. 26 Mereka menganggap nasihat-nasihat yang diberikan adalah sebagai bentuk penghakiman dari orang lain. 27 Mereka juga melihat 20 Richard Dayringer, The Image of God in Pastoral Counseling, Journal of Religion & Health, Vol. 51 Issue 1 (March 2012): Dayringer, The Image of God..., Howard Stone, The Greatest Influence On My Pastoral Counseling, American Journal of Pastoral Counseling, Vol 6 (2002): Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral (Yogyakarta: Diandara Pustaka Indonesia, 2014), Fakta tersebut berdasarkan pengamatan dan wawancara pra penelitian yang penulis lakukan terhadap beberapa anak korban broken home. 25 Wawancara dengan Ella (anak korban broken home), Ambon, 9 Desember Semua informan dalam penelitian ini menggunakan nama samaran guna melindungi informan dan memberikan mereka keleluasaan untuk menyampaikan informasi. 26 Wawancara dengan Naldo (anak korban broken home), Ambon, 9 Desember Wawancara dengan Andre (anak korban broken home), Ambon, 12 Desember
7 tantangan-tantangan dalam hidup sebagai bentuk tekanan yang tidak dapat dielakkan. 28 Pada kasus tertentu, anak korban broken home bahkan tidak memiliki impian untuk kehidupan masa depannya bahkan cenderung kehilangan makna hidup. 29 Oleh sebab itu maka peran pastoral gereja sangat dibutuhkan untuk menyikapi masalah kehilangan makna hidup yang dialami oleh para remaja tahun. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang: Peran Pastoral Gereja Terhadap Pemahaman Makna Hidup Anak Korban Broken Home 1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana peran pastoral gereja terhadap pemahaman makna hidup anak korban broken home usia tahun di GPM Jemaat Galala-Hative Kecil? 1.3 Tujuan Penelitian Mendeskripsikan dan menganalisis peran pastoral gereja terhadap pemahaman makna hidup anak korban broken home usia tahun di GPM Jemaat Galala-Hative Kecil. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi gereja pada umumnya, dan GPM Jemaat Galala-Hative Kecil pada khususnya akan pentingnya peran pastoral gereja terhadap pemahaman makna hidup anak korban broken home. Penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan gereja bahwa kehidupan anak juga menjadi 28 Wawancara dengan Axel (anak korbanbroken home), Ambon, 14 Desember Wawancara dengan Naldo. 7
8 tanggung jawab gereja, secara khusus anak korban broken home. Oleh karena itu gereja perlu dan harus melakukan peran pastoralnya guna menuntun anak-anak korban broken home untuk menyikapi dan menjalani hidup dengan baik. Penulis ingin agar melalui tulisan ini, gereja menyadari betapa pentingnya peran gereja dalam mengatasi konflik yang pada umumnya dihadapi oleh anak-anak korban broken home dengan melakukan peran pastoralnya, sebagai upaya untuk menolong mereka dan mempersiapkan generasi penerus gereja yang lebih baik. Penelitian ini penting untuk dilakukan guna memberikan pemahaman bagi gereja akan peran pastoralnya terhadap makna hidup anak-anak, secara khusus terhadap anak korban broken home usia remaja. Jika penelitian ini tidak dilakukan, maka gereja terancam mengalami disfungsi dan akan kehilangan eksistensinya karena gereja melupakan tanggung jawabnya terhadap anak-anak. 1.5 Metode Penelitian Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif-analitis yakni penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, melakukan interpretasi dan menganalisis secara mendalam dan memberikan rekomendasi bagi keperluan masa yang akan datang. 30 Yang dideskripsikan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah peran pastoral gereja terhadap pemahaman makna hidup anak korban broken home. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni suatu metode untuk menangkap dan memberikan gambaran terhadap fenomena tertentu dalam kehidupan manusia, mengeksplorasi dan memberikan penjelasan dari fenomena yang diteliti tersebut. 31 Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Informan yang 30 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 8. 8
9 akan diwawancarai untuk mendukung penelitian ini adalah pendeta, majelis jemaat, orang tua, dan anak-anak korban broken home usia tahun menyangkut pelayanan pastoral yang telah dilakukan oleh gereja. Observasi yang dilakukan ialah pengamatan terhadap kegiatan sehari-hari anak korban broken home. Berdasarkan hal-hal tersebut, ada beberapa teori yang menjadi kajian teoritis yaitu tentang peran dan fungsi konseling pastoral menurut Clinebell, makna hidup menurut Frankl, dan makna hidup yang berdimensi spiritual menurut Engel. Tempat penelitian yang penulis pilih adalah GPM Jemaat Galala-Hative Kecil yang berlokasi di kota Ambon. Penulis memilih lokasi tersebut karena telah melakukan pra penelitian terkait isu anak korban broken home yang cenderung diabaikan dan tidak diperhatikan oleh gereja. Kenyataan yang ditemukan ialah bahwa di GPM Jemaat Galala- Hative Kecil pada tahun 2012 ada delapan keluarga yang bercerai, pada tahun 2013 ada empat keluarga yang bercerai, dan pada tahun 2014 ada dua keluarga yang mengalami perceraian. 32 Secara sepintas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dalam angka keluarga yang bercerai, tetapi penanganan oleh gereja hanya dilakukan sebelum keluarga-keluarga tersebut bercerai yakni pelayanan pastoral yang dilayani dua atau tiga kali pertemuan saja, namun tidak ada pelayanan pastoral pasca perceraian bagi anak-anak yang menjadi korban dari keluarga yang broken home. 1.6 Sistematika Penulisan Tulisan ini terdiri dari empat bab, antara lain: bab satu yakni pendahuluan yang berisi tentang uraian latar belakang dari penulisan ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua tentang keluarga broken home yang meliputi: definisi, faktor, dan dampak keluarga broken home; 32 Wawancara dengan Ibu Ita (Pegawai Luar Biasa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon), Ambon, 05 Februari Data tersebut tidak dimiliki oleh gereja. Penulis memperoleh data tentang keluarga yang bercerai dari Kantor Catatan Sipil. 9
10 konseling pastoral yang meliputi: definisi, fungsi, serta karakteristik konseling pastoral; serta makna hidup yang terdiri dari area ketidakmampuan perkembangan spiritual, dan faktor penyebab ketidakmampuan perkembangan spiritual. Bab tiga berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang berisi deskripsi serta analisis peran pastoral gereja terhadap pemahaman makna hidup anak korban broken home. Bab empat tentang penutup meliputi kesimpulan yang berisi temuan-temuan dan saran-saran yang berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 10
BAB II PERAN GEREJA TENTANG MAKNA HIDUP ANAK. tentang keluarga broken home yang meliputi definisi, faktor penyebab keluarga broken
BAB II PERAN GEREJA TENTANG MAKNA HIDUP ANAK Pada bab yang kedua ini akan dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam penulisan ini. Teori-teori tersebut dijabarkan dalam beberapa bagian. Bagian pertama
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN ANALISA. pemahaman makna hidup anak korban broken home di GPM Jemaat Galala-Hative Kecil.
BAB III HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN ANALISA Bab ini akan berisikan hasil penelitian di lapangan tentang peran pastoral gereja terhadap pemahaman makna hidup anak korban broken home di GPM Jemaat Galala-Hative
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang bahagia, sejahtera, tentram dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang bahagia, sejahtera, tentram dan damai. Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan pernikahannya berjalan mulus
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.
BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan UKDW
Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Gereja memiliki tugas untuk memelihara kehidupan warga jemaatnya secara utuh melalui berbagai kegiatan yang meliputi dimensi fisik, sosial, psikologis dan spiritual.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.
BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciUKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga
Lebih terperinci1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja khususnya mahasiswa ini turut andil dalam keseharian remaja. Dalam keluarga yang sehat dapat mengajarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang dialami dua insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari karunia Tuhan Yang Maha Esa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal
BAB V PENUTUP Setelah deskripsi dan analisa data pada Bab III dan IV dengan menggunakan pisau logoterapi Frankl maka di akhir tulisan ini penulis akan menutup tulisan ini dengan memberikan kesimpulan berdasarkan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun dalam kenyataan kehidupan ini, manusia tidak bisa terhindar dari pergumulan hidup. Manusia
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data 20 tahun lalu yang dinyatakan oleh Wakil Menteri Agama Prof.Dr. Nazaruddin
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat menyebabkan tingkat perceraian semakin tinggi. Selain itu, akibat banyaknya wanita yang terjun ke dalam dunia pekerjaan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani proses kehidupan, peristiwa kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun, peristiwa kematian sering menjadi tragedi bagi orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah dan memiliki anak adalah salah satu fase yang dialami dalam kehidupan dewasa awal. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan
Lebih terperinciAgenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia
Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia Tahun 2014 ini merupakan momen bersejarah bagi masyarakat Indonesia dalam memasuki periode demokrasi baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hiruk pikuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kasus hamil sebelum menikah saat ini bukan lagi menjadi hal yang aneh dan tabu dalam masyarakat. Dalam pemikiran banyak orang hasil akhirnya yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA PERAN PENDETA SEBAGAI KONSELOR PASTORAL DI TENGAH KEKERASAN PASANGAN SUAMI-ISTERI DI GPM JEMAAT AIRMANIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA PERAN PENDETA SEBAGAI KONSELOR PASTORAL DI TENGAH KEKERASAN PASANGAN SUAMI-ISTERI DI GPM JEMAAT AIRMANIS Dalam bab IV ini akan membahas tentang hasil dari penelitian dan menganalisis
Lebih terperinciBAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI
BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,
Lebih terperinciPeran Perempuan Paska Perceraian di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura dari. Perspektif Konseling Feminis. Oleh, JESSY SEPTIANI WATTIMENA TESIS
Peran Perempuan Paska Perceraian di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura dari Perspektif Konseling Feminis Oleh, JESSY SEPTIANI WATTIMENA 752014014 TESIS Diajukan kepada Program Studi: Magister Sosiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan
Lebih terperinciSTRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234
Lebih terperinci1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?
LAMPIRAN INSTRUMENT PERTANYAAN KEPADA PENDETA JEMAAT 1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 2. Apa itu TIM DOA? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang biasanya didapatkan setelah menikah adalah menikmati kebersamaan dengan pasangan. Karakteristik ini tidak kita temukan pada pasangan suami-istri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,
Lebih terperinciHUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL
HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S-1 Psikologi Diajukan Oleh: AJENG KARUNIASARI TADJUDDIN F
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Menurut Erik Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Dari pendekatan teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Baik disadari ataupun tidak, perilaku abnormal banyak terjadi di sekitar kita. Ia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa ini banyak kita lihat dan kita nilai kurangnya perilaku atau bisa disebut dengan zamannya krisis akidah yang baik. Banyak kita lihat baik itu di lingkungan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia. habisnya usia generasi yang bersangkutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia atau masyarakat yang hidup bersama dalam satu komunitas tentu memiliki kebudayaan yang mengakar dalam kehidupannya dari generasi ke generasi. Budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang
Bab 1 Pendahuluan A. Latar belakang Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang timbul dalam diri anak bahwa kelak dia pun ingin memiliki keluarga yang harmonis seperti yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Ciri utama lain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan sebagai tuntutan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1. Permasalahan
1 Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini selain perubahan. Artinya, manusia setiap hari diperhadapkan pada serangkaian perubahan baik itu perubahan di dalam maupun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditahun Menurut data tersebut, diperkirakan 1 dari 5 anak diamerika mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman modern sekarang ini. Fenomena ini tercatat telah meningkat dari 13% ditahun 1970 menjadi 26% ditahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan memilih dilahirkan dalam keluarga yang harmonis, hangat, dan penuh kasih sayang. Keluarga demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- Nya. Dalam kehidupan ini secara alamiah manusia mempunyai daya tarik menarik antara satu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan
BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Masalah Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan interpersonal lainnya, masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinci