II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang
|
|
- Fanny Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002a), pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, terutama di daratan China. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Sistem pertanian organik merupakan suatu sistem yang berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian dan lingkungan. Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah sebagai berikut (Winangun, 2005) : a. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah yang cukup; b. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman, serta hewan; c. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan; d. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di luar usahatani; e. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian;
2 f. Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan; g. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat. Istilah pertanian organik dimunculkan karena konsep pertanian ini mempergunakan asupan yang bersifat organik dan dalam perkembangannya mempunyai banyak aliran serta pola tersendiri hampir di tiap wilayah. Hal ini dilatarbelakangi oleh konsep dan pandangan yang berbeda-beda mengenai pertanian organik itu sendiri. Berbagai konsep mengenai pola pertanian organik atau berwawasan lingkungan dapat dikelompokan menjadi lima 7, yaitu : 1. Pertanian biodinamis : sistem budidaya yang mendasarkan pada peredaran bulan; 2. Pertanian ekologis : pertanian yang tanpa merubah lingkungan setempat; 3. Pertanian permaculture : pertanian yang menerapkan pola pertanian permanen in situ dan terpadu dari berbagai komponen pertanian dan peternakan; 4. Pertanian biologis : pertanian yang menitik beratkan pada keseimbangan organisme; 5. Pertanian natural : sistem pertanian yang mendasarkan pada pandangan hidup bahwa alam telah mengatur dirinya sendiri. Perbedaan wawasan dan pendekatan pertanian berlingkungan atau pertanian organik yang berbeda- 7 [Diakses tanggal 15 Maret 2000] 12
3 beda menghasilkan variasi praktek pertanian organik yang berbeda-beda, walaupun tujuannya sama. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomass tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Hal ini berbeda sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan kimia, beras organik tersebut terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia yang sangat berbahaya (Andoko, 2002). Dalam menghasilkan beras organik yang benar-benar murni memerlukan waktu yang sangat lama yaitu idealnya 5 sampai 15 tahun. Tujuannya adalah untuk mengembalikan ekosistem tanah yang sudah lama terkontaminasi oleh pestisida. Selain harus mengembalikan ekosistem tanah, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar menghasilkan beras organik yang berkualitas, diantaranya adalah 8 : a. Lokasi lahan harus jauh dari polusi, misalnya : asap knalpot motor dan limbah pabrik; b. Sistem pengairan harus baik, tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik (masih menggunakan pestisida); c. Kontur tanah Terasiring (sengkedan); 8 [Diakses tanggal 6 September 2007] 13
4 d. Lahan-lahan pertanian yang berada di sekitarnya tidak boleh menggunakan pestisida Komponen Pertanian Organik Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk. Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non-hibrida. Selain untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memungkinkan untuk ditanami secara organik. Hal ini dikarenakan bibit non-hibrida dapat hidup dan berproduksi optimal pada kondisi yang alami. Sementara bibit atau benih hibrida biasanya dikondisikan untuk dibudidayakan secara anorganik, seperti harus menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia (Andoko, 2002). Selain pemilihan varietas, komponen-komponen lainnya yang mempengaruhi pertanian organik adalah lahan. Lahan yang dapat dijadikan pertanian organik adalah lahan yang terbebas dari bahan agrokimia pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan yaitu lahan pertanian yang baru dibuka dan lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik. Komponen lainnya yang mempengaruhi pertanian organik adalah pupuk. Pupuk organik yang dapat digunakan adalah kompos, pupuk kandang, azola, pupuk hijau, limbah industri, dan limbah perkotaan termasuk limbah rumah tangga. Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik ialah kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, serta penyediaan hara terjadi secara lambat dan terbatas. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan pupuk organik adalah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, kimia tanah, dan biologi tanah, sedangkan 14
5 kelemahan yang diperoleh dari penggunaan pupuk organik diantaranya adalah diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman, hara yang dikandung untuk bahan yang sejenis sangat bervariasi, dan kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum cukup matang (Susanto, 2002b). Menurut Andoko (2002) beberapa sifat dari pupuk organik adalah sebagai berikut : a. Memperbaiki struktur tanah, dari berlempung yang liat menjadi ringan; b. Memperbaiki daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak terurai; c. Memperbaiki daya ikat air pada tanah; d. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah; e. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara; f. Menyediakan makanan bagi mikroba; g. Menurunkan aktivitas mikroorganisme merugikan Tujuan Pertanian Organik Tujuan pertanian organik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai melalui pengembangan pertanian organik adalah (Sutanto, 2002b) : 1. Melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman dalam bidang pertanian; 2. Memasyarakatkan kembali budidaya organik yang sangat bermanfaat dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan sehingga menunjang kegiatan budidaya pertanian yang berkelanjutan; 3. Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat residu pestisida, pupuk, dan bahan kimia pertanian lainnya; 15
6 4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan; 5. Mengembangkan dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki petani secara turun-temurun, serta merangsang kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas; 6. Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan produk-produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk, dan bahan kimia pertanian lainnya; 7. Meningkatkan peluang pasar produk organik, baik domestik maupun global dengan jalan menjalin kemitraan antara petani dan pengusaha yang bergerak dalam bidang pertanian. Adapun tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui pengembangan pertanian organik adalah sebagai berikut (Sutanto, 2002b) : 1. Ikut serta menyukseskan program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pemanfaatan peluang pasar dan ketersediaan lahan petani yang sempit; 2. Mengembangkan agribisnis dengan jalan menjalin kemitraan antara petani sebagai produsen dan para pengusaha; 3. Membantu menyediakan produk pertanian bebas residu bahan kimia pertanian lainnya dalam rangka ikut meningkatkan kesehatan masyarakat; 4. Mengembangkan dan meningkatkan minat petani pada kegiatan budidaya organik baik sebagai mata pencaharian utama maupun sampingan yang mampu meningkatkan pendapatan tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan; 16
7 5. Mempertahankan dan melestarikan produktivitas lahan, sehingga lahan mampu berproduksi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang Permasalahan Seputar Pertanian Organik Permasalahan mengenai pertanian organik meliputi penyediaan pupuk organik, teknologi pendukung budidaya pertanian organik, dan pemasaran produk organik 9. Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimum crop requirement) cukup membuat petani kesulitan. Masalah utama lainnya mengenai pertanian oganik adalah teknologi budidaya pertanian organik. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman dan pemutusan siklus hidup hama perlu diketahui. Selain itu, teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan pertanian organik di musim hujan. Selain itu, untuk pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran ke luar negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan 9 [Diakses tanggal 24 Juni 2010] 17
8 sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang akan dituju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Hal ini menyebabkan petani melabel produknya sendiri sebagai produk organik walaupun kenyatannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida. Sehingga, petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik secara murni akan merugi. 2.2 Sistem Pertanian Konvensional/ Anorganik Sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Salah satu contoh di Indonesia adalah mampu berswasembada pangan (terutama beras) sejak tahun Tetapi sistem pertanian konvensional tersebut tidak terlepas dari resiko dampak negatif yang ditimbulkan. Meningkatnya kebutuhan pangan yang seiring dengan laju pertambahan penduduk, menuntut peningkatan terhadap penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut (Schaller dalam Winangun, 2005) : a. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan sedimen; b. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan; c. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan makanan; 18
9 d. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture); e. Peningkatan daya ketahanan organisme penganggu terhadap pestisida; f. Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik; g. Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pertanian. 2.3 Perbedaan Sistem Pertanian Organik dan Anorganik Menurut Salikin (2003), terdapat perbedaan antara pertanian organik dan pertanian anorganik yang ditinjau berdasakan aspek input-output produksi. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dan Anorganik Berdasarkan Aspek Input-Output Produksi No Uraian Sistem Pertanian Organik Sistem Pertanian Anorganik 1. Lahan Olah Tanah Minimum (OTM) Olah Tanah Intensif (OTI) Olah Tanah Bermulsa (OTB) Olah Tanah Konservasi (OTK) Tanpa Olah Tanah (TOT) 2. Benih Varietas Lokal Varietas unggul 3. Pupuk Pupuk kandang Pupuk Hijau Bokashi 4. Pestisida Pestisida alami Pengendalian hama terpadu 5. Manajemen Orientasi jangka panjang Orientasi ekonomi dan ekologi Manajemen global dan indigenous local Sumber : Salikin, 2003 Urea TSP KCl NPK ZPT Insektisida Herbisida Orientasi jangka pendek Orientasi produk Manajemen industrial 19
10 2.4 Perbedaan Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik Menurut Andoko (2002), terdapat beberapa perbedaan yang harus diperhatikan dalam menanam padi organik yaitu, penyiapan lahan, pemberian pupuk, dan pengendalian organisme penganggu. Pada tahap persiapan lahan, sebaiknya tanah dan air yang digunakan untuk pertanian organik harus terbebas dari pestisida dan kandungan berbahaya kimia lainnya. Pada tahap ini, petani melakukan pengolahan lahan sawah dengan cara membajak menggunakan traktor dan kerbau. Setelah itu, pemberian pupuk kandang pada usahatani padi organik dapat dilakukan dengan cara ditebarkan merata keseluruh permukaan lahan. Pada usahatani padi organik, pupuk yang digunakan seluruhnya berupa pupuk organik seperti pupuk kandang dan bokashi sebanyak 2 ton/ha. Sedangkan pada usahatani padi anorganik, pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia seperti urea, TSP, dan KCl. Pada pertanian padi anorganik, dosis pemupukan dengan pupuk kimia semakin meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pada pertanian padi organik, dosis pemupukan cenderung semakin menurun. Perbedaan lain antara usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik terletak pada pengendalian organisme penganggu dan pembersihan gulma. Pada usahatani padi organik, pengendalian organisme penganggu dan pembersihan gulma tidak menggunakan bahan-bahan kimia. pengendalian organisme penganggu pada usahatani padi organik dilakukan dengan menggunakan pestisida alami, sedangkan pembersihan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma secara manual oleh tenaga kerja. Selain itu, perbedaan usahatani padi organik dan padi anorganik juga dapat dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan. Secara ekonomis, usahatani padi organik 20
11 lebih menguntungkan dibanding usahatani padi anorganik. Hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi organik lebih kecil dari pada usahatani padi anorganik. Secara rinci perbandingan biaya operasional usahatani padi secara organik dan anorganik dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Struktur Biaya Operasional Usahatani Padi Organik dan Anorganik Uraian Budidaya (Rp/ha) Organik (%) Anorganik (%) Benih 30 kg , ,53 Pupuk dasar : Pupuk kandang/ kompos 5 ton ,46 0 0,00 Pupuk susulan : Urea 500 kg 0 0, ,12 KCl 250 kg 0 0, ,18 TSP 250 kg 0 0, ,77 Pupuk kandang/ kompos 200 kg ,09 0 0,00 Pupuk organik cair ,69 0 0,00 Pestisida : Pestisida organik ,69 0 0,00 Pestisida kimia 0 0, ,65 Tenaga kerja : Pengolahan lahan (borongan) , ,88 Penanaman (borongan) , ,88 Penyulaman 5 HKP , ,17 Pengolahan tanah ringan 10 HKP , ,35 Penyiangan 25 HKP , ,88 Pemupukan , ,94 Penyemprotan 10 HKP , ,35 Pemanenan (borongan) , ,24 Jumlah , ,00 Sumber : Andoko, 2002 Andoko (2002) menunjukkan bahwa biaya usahatani padi organik lebih rendah dibandingkan biaya usahatani padi anorganik. Proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi organik adalah biaya pemanenan dengan persentase sebesar 26,31 persen, sedangkan proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi anorganik adalah biaya pembelian pupuk urea, KCl dan TSP dengan persentase sebesar 36,16 persen. 21
12 2.5 Kebijakan Pemerintah terkait Pertanian Organik Pencanangan dan upaya program Go Organik 2010 oleh Departemen Pertanian sudah dilakukan sejak tahun Adapun tujuan program ini adalah untuk memperkenalkan kepada para petani pada sistem usahatani organik, mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia dan memenuhi tersedianya produk pertanian yang bebas pestisida baik pada pasar dalam maupun luar negeri. Penyuksesan program tersebut memerlukan keterpaduan peran dan tanggungjawab seluruh stakeholder terkait termasuk pemerintah, yang salah satu tugasnya adalah memfasilitasi pelaksanaan program Go Organik 2010 mulai dari penyusunan kebijakan, sosialisasi sistem pangan organik, penyiapan infrastruktur sistem pangan organik, penyiapan kelembagaan, penyiapan tenaga fasilitator/pembina sistem pertanian organik, penyiapan inspektor organik, dan memfasilitasi akses pasar bagi produk-produk organik berkualitas Penelitian Terdahulu Marini (2007), melakukan penelitian tentang analisis perbandingan keuntungan usahatani padi bebas pestisida dengan padi anorganik di Gapoktan Silih Asih, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan keuntungan antara usahatani bebas pestisida dengan padi anorganik yang dilihat dari sisi pendapatan dan efisiensi usahatani, mengetahui saluran, lembaga dan marjin pemasaran padi bebas pestisida di berbagai lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran dan mengetahui karakteristik konsumen beras bebas pestisida. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa jumlah produksi dan penerimaan total per tahun padi bebas 10 program-go-organik-2010.html [Diakses tanggal 5 Mei 2010] 22
13 pestisida lebih kecil daripada jumlah produksi dan penerimaan total per tahun padi anorganik. Jumlah produksi dan penerimaan padi bebas pestisida masing-masing sebesar ,5 kg/ha dan Rp /tahun, sedangkan jumlah produksi dan penerimaan padi anorganik masing-masing sebesar ,96 kg/ha dan Rp /tahun. Pada sisi biaya, jumlah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik lebih besar dibandingkan jumlah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi bebas pestisida dan ini juga berdampak pada biaya total yang dikeluarkan oleh masing-masing petani tersebut. Biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi bebas pestisida masing-masing sebesar Rp /ha/tahun dan Rp /ha/tahun, sedangkan jumlah biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik masing-masing sebesar Rp /ha/tahun dan Rp /ha/tahun. Proporsi biaya tunai tertinggi pada usahatani padi anorganik dan padi bebas pestisida adalah biaya tenaga kerja luar keluarga dengan persentase masing-masing sebesar 57,60 persen dan 47,64 persen. Dengan demikian, dari segi pendapatan maka pendapatan kotor dan pendapatan bersih usahatani padi bebas pestisida lebih besar dibandingkan pendapatan kotor dan pendapatan bersih usahatani padi anorganik. Pendapatan kotor dan pendapatan bersih usahatani padi bebas pestisida sebesar Rp dan Rp , sedangkan pendapatan kotor dan pendapatan bersih usahatani padi anorganik sebesar Rp dan Rp Hasil analisis R-C rasio menunjukkan bahwa usahatani padi bebas pestisida lebih layak dan menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R-C rasio atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi bebas pestisida lebih 23
14 besar dibandingkan dengan usahatani padi anorganik yaitu masing-masing sebesar 3,145 dan 2,080 serta 1,812 dan 1,397. Rachmiyanti (2009), melakukan penelitian tentang analisis perbandingan usahatani padi organik metode System of Rice Intensification (SRI) dengan padi konvensional di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis pengaruh perubahan sistem usahatani dari usahatani non organik menjadi usahatani organik metode SRI yang dilakukan oleh para petani terhadap tingkat pendapatannya. Dari segi produksi, jumlah produksi yang dihasilkan pada usahatani padi organik metode SRI lebih rendah dibandingkan usahatani padi konvensional. Jumlah produksi pada usahatani padi organik metode SRI sebesar kg/ha, sedangkan jumlah produksi usahatani padi konvensional sebesar kg/ha. Namun, dari segi penerimaan, penerimaan total usahatani padi organik metode SRI lebih besar dari penerimaan total usahatani padi konvensional. Penerimaan total usahatani padi organik metode SRI sebesar Rp , sedangkan penerimaan total usahatani padi konvensional sebesar Rp Besarnya penerimaan total yang diterima oleh petani padi organik dikarenakan harga jual GKP padi organik per kilogram lebih tinggi dari harga jual GKP konvensioan per kilogram, yaitu Rp 3.000/kg, sedangkan harga GKP padi konvensional adalah Rp 2.000/kg. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani padi organik metode SRI masing-masing sebesar Rp /ha dan Rp /ha. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani padi 24
15 konvensional masing-masing sebesar Rp /ha dan Rp /ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai petani padi organik metode SRI lebih besar dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai petani padi konvensional. Ini terjadi karena rata-rata penerimaan tunai petani padi organik lebih besar dari petani padi konvensional. Berbeda dengan pendapatan atas biaya totalnya yang menunjukkan bahwa petani padi konvensional nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan petani padi organik metode SRI. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya biaya yang diperhitungkan, sehingga pendapatan atas biaya totalnya menjadi lebih kecil. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R-C rasio) diketahui bahwa R-C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI sebesar Rp 1,98 lebih rendah dari R-C rasio yang diperoleh petani padi konvensional, yaitu sebesar Rp 2,46. Hal ini berarti bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik metode SRI hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,98 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi konvensioanal. Begitu pula dengan R-C rasio atas biaya total, untuk petani padi organik metode SRI R-C rasio yang diperoleh hanya sebesar Rp 1,54, sedangkan petani padi konvensional lebih besar dari petani padi organik tersebut, yakni sebesar Rp 2,16. Hal ini berarti penerimaan yang diperoleh padi konvensional lebih besar dari petani padi organik metode SRI. Berdasarkan hasil uji untuk membedakan tingkat pendapatan, diketahui bahwa hasil uji t untuk pendapatan atas biaya total petani padi organik metode SRI yang dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total petani konvensional nilainya memberikan hasil uji yang lebih kecil dari nilai t untuk taraf nyata (α) 5% 25
16 (1,63) yaitu sebesar 0,99. Hal ini berarti bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan tingkat pendapatan atas biaya total petani padi konvensional (terima H 0 ). Hal ini terjadi karena nilai pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani padi organik metode SRI lebih kecil dibandingkan pendapatan atas biaya total padi konvensional. Apabila dilihat dari pendapatan atas biaya tunai, diketahui bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel untuk taraf nyata (α) 5% (1,63) yaitu sebesar 1,64. Hal ini berarti bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani berpengaruh nyata terhadap perubahan tingkat pendapatan atas biaya tunai petani padi konvensional (tolak H 0 ). Hal ini terjadi karena nilai pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI lebih kecil dibandingkan pendapatan atas biaya tunai padi konvensional. Penelitian Wulandari (2011) mengambil topik yang hampir sama dengan penelitian terdahulu yaitu analisis perbandingan struktur biaya dan pendapatan usahatani padi organik dengan usahatani padi anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan adalah analisis struktur biaya, analisis pendapatan, dan analisis R-C rasio. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis mengenai uji beda pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total antara petani padi organik dan petani padi anorganik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbandingan struktur biaya, pendapatan dan R-C rasio usahatani padi organik dan anorganik dibedakan berdasarkan status pengusahaan lahan, yaitu petani penggarap dan pemilik. 26
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN PADI ANORGANIK (Kasus : Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat)
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN PADI ANORGANIK (Kasus : Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat) INDAH WULANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pertanian Organik Prinsip-prinsip pertanian organik menjadi dasar dalam penumbuhan dan pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian
5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian
Lebih terperinciMoch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013
Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A
ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciSEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
1) PEMASYARAKATAN PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 2) Suhartini Abstrak Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu hanya menganalisis perbandingan antara usahatani dan kelayakan padi nonorganik dengan padi organik dan padi
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pertanian Organik Revolusi hijau di Indonesia yang dikenal dengan swasembada pangan ternyata memberikan
Lebih terperinciDASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)
DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI
Lebih terperinciSYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK
SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Dasar Pertanian Organik 1.2. Kegunaan Budi Daya Organik II. PUPUK ORGANIK 2.1. Pupuk Organik 2.1.1. Karakteristik Umum Pupuk Organik
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...
Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT
VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam pertama kali diterapkan. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan
Lebih terperinciMANFAAT PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK KESUBURAN TANAH
MANFAAT PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK KESUBURAN TANAH Ida Syamsu Roidah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tulungung Ida_syamsu@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Manfaat
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang pertanian. Pembangunan dalam bidang pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanah merupakan faktor produksi yang penting. Keseimbangan tanah dengan kandungan bahan organik, mikroorganisme dan aktivitas biologi serta keberadaaan unsur-unsur hara
Lebih terperinciI PENDAHULUAN
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian
Lebih terperinciTeknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)
Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan mencapai 41,5
Lebih terperinciPermasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP
Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik Amaliah, SP A. Latar Belakang Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi Tanaman padi (Oryza sativa L) termasuk dalam golongan Gramineae yang memiliki ciri khas masing-masing dimana antara varietas yang satu dengan varietas yang lain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian organik Metode pertanian organik merupakan metode pertanian yang berkembang seiring semakin sadarnya masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2002, konsumsi beras
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik
Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan di Indonesia secara tidak langsung sering digunakan sebagai media penanaman tanam pangan, karena lahan yang sebagian besar adalah tanah, mengandung unsur-unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciBAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR
BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A
PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat bertahan hidup, berproduksi serta berkembang biak. Produksi ternak yang tinggi perlu didukung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai penghasil gula.tanaman tebu mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Dari tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa pola makan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesehatan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI ORGANIK MENUJU PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN. Sri Karyaningsih, M.D. Meniek Pawarti dan Dwi Nugraheni
INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI ORGANIK MENUJU PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN Sri Karyaningsih, M.D. Meniek Pawarti dan Dwi Nugraheni ABSTRAK Budidaya padi organik adalah teknik budidaya padi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan
Lebih terperinciVI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan
Lebih terperinciAnalisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam
Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Skripsi S1, Oleh: Afridha Rahman, Pembimbing: Dr.Ir. Nofialdi, M.Si dan Rina Sari,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)
BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang mulai dikembangkan dalam sekala luas. Jagung manis memiliki banyak manfaat sebagai makanan tambahan, sayuran, bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar merupakan ancaman nyata dan bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinci