ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A"

Transkripsi

1 ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN RIDWAN. Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor di Bawah Bimbingan JOKO PURWONO. Beras memiliki peran yang strategis bagi kehidupan masyarakat dan pemerintahan Indonesia karena beras merupakan makanan pokok sehari-hari sebagian besar penduduk. Konsumsi beras cenderung meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan telah menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia yang diwujudkan melalui program revolusi hijau. Program ini terdiri dari pengolahan lahan secara intensif, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida kimia serta irigasi yang baik. Dengan program tersebut produktivitas padi nasional terus meningkat, bahkan pada tahun 1984 Indonesia berubah dari negara pengimpor beras menjadi negara yang berswasembada beras. Penggunaan pupuk kimia secara intensif dan terus menerus tersebut telah menyebabkan merosotnya kualitas dan kesuburan lahan, yang menyebabkan lahan tidak responsif terhadap pemupukan. Meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan akhir-akhir ini telah mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi produk makanan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap produk makanan 'berlabel hijau' yang diimbangi dengan meningkatnya kemampuan daya beli inilah yang ditangkap sebagai peluang pasar yang potensial dan ingin digarap oleh para petani. Pengembangan pertanian padi ramah lingkungan sangat penting dilakukan untuk mengatasi tingginya pencemaran di berbagai areal pertanian sehingga tidak membahayakan masyarakat karena mengkonsumsi beras tercemar berbagai zat beracun. Budidaya padi padi ramah lingkungan memiliki keunggulan dan juga kekurangan. Secara ekonomi, biaya produksi padi organik lebih rendah dari pada biaya produksi padi anorganik. Hal ini disebabkan karena tingginya harga pupuk dan pestisida. Walaupun hasil produksi beras organik lebih sedikit dibandingkan dengan beras an-organik tetapi harga jual beras organik lebih tinggi dibandingkan harga jual beras an-organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan pendapatan, efisiensi dan kelayakan serta sensitivitas usahatani padi ramah lingkungan dan anorganik. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan di Kelurahan Situgede terdapat petani yang mengusahakan padi secara organik. Data yang digunakan dalam penelitian ini dalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani baik petani padi ramah lingkungan maupun petani anorganik dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder yang digunakan didapat dari berbagai literatur. Data primer dan data sekunder kemudian dianalisis secara kuantatif dan kualitatif. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan penjelasan secara deskriptif.

3 Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan penerimaan total usahatani padi ramah lingkungan hal ini di sebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani pemilik padi anorganik lebih besar dibandingkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total usahatani padi organik. Sedangkan untuk petani penggarap, pendapatan usahatani padi ramah lingkungan lebih besar dari pada pendapatan usahatani anorganik. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani penggarap. Berdasarkan analisis R/C rasio, usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik di Kelurahan Situgede sama-sama menguntungkan untuk dilaksanakan karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2,392 sedangkan nilai R/ C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani anorganik hanya sebesar 2,275. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani anorganik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani anorganik artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak dari pada usahatani anorganik. Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar dari pada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio sebesar 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil dari pada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan. Dari dua faktor sensitivitas yang dianalisis, faktor penurunan harga beras lebih sensitiv dibandingkan faktor kenaikan harga biaya tunai. Sistem usahatani padi padi ramah lingkungan yang dilakukan di Kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik hal ini disebabkan karena petani belum menguasai teknik budidaya padi secara padi ramah lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan berupa penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan tentang budidaya padi ramah lingkungan yang lebih intensif baik dari pihak PPL (Dinas Pertanian) atau pihak terkait lainnya agar produktivitas padi organik bisa lebih tinggi. Diperlukan penelitian tentang strategi pemasaran dimana padi ramah lingkungan tidak hanya sebagai komoditi sumber karbohidrat tetapi lebih dari itu padi ramah lingkugan sebagai padi yang sehat.

4 Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Nama NRP : Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) : Ridwan : A Menyetujui Dosen Pembimbing Ir. Joko Purwono, MS NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus Ujian: 26 April 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (KASUS: KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT, KOTA BOGOR) BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI DAN LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI KECUALI YANG TERCANTUM SEBAGAI KUTIPAN DAN BAHAN RUJUKAN. Bogor, Mei 2008 Ridwan

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pasaman Barat, Sumatera Barat pada tanggal 30 Mei Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Fakhrizal (Alm) dan Ibu Yusnidar. Penulis menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 1995 di SD Negeri 37 Merdeka, Sumatera Barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Talamau dan lulus tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMU dan tamat pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Talamau. Penulis diterima pada Program Diploma III Manajemen Hutan Produksi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun Pada Bulan Mei 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada Mei 2008.

8 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor). Semula skripsi ini berjudul analisis usahatani padi organik dan anorganik, karena padi organik memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi maka judul skripsi ini di sempurnakan menjadi Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan petani padi ramah lingkungan dan padi anorganik. Hasil dari penelitian diharapkan berguna bagi petani sebagai bahan pertimbangan untuk memilih usahatani yang lebih efisien. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Mei 2008 Ridwan

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya kepada penulis dalam menyusun laporan penelitian ini. Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunaan laporan hasil penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dalam penyusunan laporan penelitian ini. 2. Ibu Ir. Anna Fariayanti, Msi selaku dosen evaluator yang telah memberikan saran dan masukan pada waktu kolokium. 3. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen penguji utama pada sidang penulis yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. 4. Ibu Etriya, SP. MSi selaku dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. 5. Bapak Iwan Setiawan, Ibu Handa dan para Staf Kelurahan Situgede yang telah memberikan bantuan selama pengambilan data lapangan. 6. Pimpinan dan Staf sekretariat Program Sarjana Ektensi Manajemen Agribisnis IPB. 7. Bapak (Alm), Ibu, Uni, adik-adik dan keluarga besar penulis yang tak henti memberikan dorongan, semangat dan do a untuk penulis agar menjadi yang lebih baik.

10 8. Kanda, Roni, Ines, Ipit, Anggi, Eki, Dedet, Fadli dan teman-teman IMHP lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. 9. Okta, Inda, Ira, Widya dan Via atas semua bantuan dan kerja samanya. 10. Semua teman yang telah memberikan bantuan baik dalam kelancaran penelitian ini maupun dalam kehidupan keseharian penulis. Penulis Ridwan

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...iii DAFTAR GAMBAR...v DAFTAR LAMPIRAN...vi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Ramah Lingkungan Pertanian Organik Pengertian Pertanian Organik Tujuan Pertanian Organik Prinsip Pertanian Organik Sistem Pertanian Konvensional Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani Pendapatan Usahatani Ukuran Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Rasio Biaya dan Manfaat (B/C Rasio) Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional METODELOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu penelitian Jenis dan Sumber Data MetodePemilihan Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Usahatani Penerimaan Usahatani Pendapatan Usahatani R/C Rasio B/C Rasio Analisis Sensitivitas...41 i

12 4.9 Definisi Operasional GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Keadaan Sosial Ekonomi Sarana dan Prasarana Gambaran Umum Budidaya Padi di Kelurahan Situgede Pengolahan Lahan Penyemaian Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemupukan Pembrantasan Hama dan Penyakit Panen dan Pasca Panen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Umur Tingkat Pendidikan Status Kepemilikan Lahan Status Usahatani Analisis Usahatani Produktivitas Usahatani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Analisis Pendapatan Usahatani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Analisis R/C Rasio dan B/C Rasio Analisis R/C Rasio Analisis B/C Rasio Analisis Sensitivitas Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Beras Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Tunai Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Gabah dan Kenaikan Biaya Tunai KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...77 DAFTAR PUSTAKA...78 LAMPIRAN...80 ii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Biaya Operasional Usahatani Padi Secara Organik dan Anorganik Nilai Pendapatan Usahatani Luas Lahan Kelurahan Situgede Berdasarkan Penggunaannya Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Situgede Berdasarkan Kelompok Umur Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Situgede Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Situgede Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun Penggolongan Responden Petani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Berdasarkan Umur Penggolongan Responden Petani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penggolongan Responden Petani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Penggolongan Responden Petani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Berdasarkan Status Usahatani Produktivitas Usahatani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik di Kelurahan Situgede Tahun Analisi Pendapatan Usahatani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Petani Pemilik di Kelurahan Situgede Tahun Analisi Pendapatan Usahatani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Petani Penggarap di Kelurahan Situgede Tahun Ringkasan Hasil Analisis Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik per Hektar per Tahun...70 iii

14 15. Analisis B/C Rasio Antara Usahatani Padi ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunana Harga Beras Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Tunai Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunana Harga Gabah dan Kenaikan Biaya Tunai...75 iv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Kerangka Pemikiran Operasional Lahan Setelah Pengolahan Pertama dan Kedua Penyemaian Pencabutan Benih dan Penanaman Padi Kegiatan Penyulaman Pemanenan dan Perontokan...55 v

16 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Kuesioner Penelitian Karakteristik Umum Responden Padi ramah Lingkungan Karakteristik Umum Responden Petani Anorganik Luas lahan, produksi dan Jumlah Input Padi ramah Lingkungan dan Padi pada musim tanam I Luas lahan, produksi dan jumlah input Padi ramah Lingkungan dan Padi pada musim tanam II Luas lahan, produksi dan jumlah input usahatani anorganik pada musim tanam I Luas lahan, produksi dan jumlah input usahatani anorganik pada musim tanam II...86 vi

17 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Beras memiliki peranan yang strategis bagi kehidupan masyarakat dan pemerintahan Indonesia karena beras merupakan makanan pokok sehari-hari sebagian besar penduduk. Kedudukan beras sebagai bahan pangan pokok belum tergantikan oleh sumber pangan lainnya. Sekitar juta jiwa dari tiga milyar penduduk Asia, termasuk 200 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras (Andoko, 2002). Kebutuhan beras terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, sementara produksi dan produktivitas tidak meningkat. Peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan telah menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia. Berbagai program untuk meningkatkan produksi telah di implementasikan diantaranya adalah program BIMAS (Bimbingan Masal), yang mencakup Panca Usahatani. Program ini terdiri dari pengolahan lahan secara intensif, penggunaan varietas/bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida kimia serta irigasi yang baik. Program ini dikenal dengan istilah revolusi hijau. Kegiatan revolusi hijau di Indonesia telah memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan ketersedian pangan. Dengan adanya program tersebut produktivitas padi nasional terus meningkat, sehingga pada tahun 1984 Indonesia berubah dari negara pengimpor beras menjadi negara yang berswasembada beras. Pemanfaatan teknologi produksi melalui penggunaan varietas unggul dan pupuk kimia secara intensif yang diterapkan sejak awal tahun 1970-an tersebut pada ekologi sawah telah berhasil memacu produksi cukup tinggi. Namun, dalam

18 2 jangka panjang penggunaan pupuk kimia secara intensif dan terus menerus tersebut telah menyebabkan merosotnya kualitas dan kesuburan lahan, sehingga lahan tidak responsif terhadap pemupukan (Syafa at, 2006). Sejak akhir tahun 1980-an, mulai terlihat tanda-tanda terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktifitas pada hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Hasil tanaman tidak menunjukan kecenderungan meningkat, walaupun telah menggunakan varietas unggul dengan pemeliharan dan pengelolaan hara secara intensif melalui bermacam-macam paket teknologi (Sutanto, 2002). Swasembada beras yang telah dicapai tidak dapat dipertahankan. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia membuat kesuburan tanah berkurang sehingga setiap musim tanam tiba, kebutuhan pupuk dan pestisida yang harus dipenuhi petani terus meningkat. Kebutuhan pupuk dan obat-obatan kimia yang terus meningkat menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan petani semakin besar sehingga pendapatan yang diterima petani semakin berkurang. Peningkatan biaya ini tidak hanya disebabkan dari jumlah penggunaan yang bertambah, tetapi juga disebabkan karena harga pupuk dan pestisida kimia yang semakin mahal dan semakin sulit didapat. Kondisi ini dapat mengancam kelangsungan usahatani yang dilakukan. Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama tersebut mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan agar lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (back to nature). Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin

19 3 meningkat. Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang kongkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan. Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan turut berimbas pada sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dengan dikembangkannya tehologi pertanian yang ramah lingkungan. Keunggulan teknologi ini adalah meminimalkan atau bahkan menghilangkan sama sekali residu-residu pestisida dan zat kimia berbahaya lainnya. Perkembangan pertanian ramah lingkungan di Indonesia diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia dalam jangka panjang. Sasaran jangka pendek dari sistem pertanian ini adalah kesadaran masyarakat dan petani akan perlunya melestarikan lahan dan menjaga lingkungan. Sasaran ini dicapai dengan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida kimia dan berusaha semampunya memanfaatkan bahan-bahan alami disekitar mereka. I.2 Perumusan Masalah Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif bahan kimia yang besar bagi lingkungan dibandingkan dengan dampak positifnya bagi peningkatan produktivitas tanaman pertanian. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik

20 4 bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika produk yang telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian. Permintaan terhadap beras yang dihasilkan pertanian ramah lingkungan atau yang dikenal dengan beras organik akhir-akhir ini semakin meningkat. Setiap musim panen permintaan rata-rata beras organik sebanyak 400 ton, namun baru terpenuhi 120 ton.1 Perkembangan pasar beras organik di Indonesia cukup menjanjikan. Pasar beras organik di Indonesia senilai 28 miliar rupiah dengan pertumbuhan 22 persen per tahunnya. Volume produksi beras organik meningkat dari ton pada tahun 2001 menjadi ton pada tahun Jumlah kelompok petani yang menanam padi organik di Indonesia pada tahun 2001 sebanyak 640 kelompok dan pada tahun 2004 naik menjadi kelompok. 2 Oleh karena itu, pengembangan pertanian organik sangat penting dilakukan untuk memenuhi permintaan dan sekaligus untuk mengurangi tingginya pencemaran di berbagai areal pertanian. Usahatani padi organik dan anorganik secara umum hampir sama. Perbedaan usahatani organik dan an-organik terletak pada biaya pupuk, dimana untuk luasan yang sama usahatani padi an-organik membutuhkan biaya untuk pupuk sebesar Rp ,00 sedangkan untuk usahatani padi organik hanya pikiran-rakyat.com Naik Tajam, Permintaan Hasil Pertanian Organik. 12 Oktober Bagus Beras Organik 8081/bkp. 19 Desember 2007

21 5 sebesar Rp ,00. Perbedaan mencolok lainya yaitu biaya pestisida sebesar Rp ,00 untuk usahatani padi an-organik dan Rp ,00 untuk usahatani padi organik. Secara rinci perbandingan biaya operasional yang dikeluarkan usahatani padi secara organik dan usahatani padi secara an-organik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Biaya Operasional Usahatani Padi Secara Organik dan Anorganik Uraian Benih 30 kg Pupuk dasar - Pupuk kandang/kompos 5 ton Pupuk susulan - Pupuk Urea 500 kg - Pupuk KCL 250 kg - Pupuk TSP 250 kg - Pupuk kandang/kompos 200 kg - Pupuk organik cair Pestisida - Pestisida organik - Pestisida kimia Tenaga Kerja - Pengolahan lahan (borongan) - Penanaman (borongan) - Penyulaman 5 HKP - Pengolahan tanah ringan - Penyiangan - Pemupukan - Penyemprotan 10 HKP - Pemanenan (borongan) - Pascapanen (perontokan) 18 HKP - Penggilingan gabah Jumlah Sumber : Andoko, 2002 Biaya Budidaya (Rp) Organik An-organik , ,00 Persentase Perbedaan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 0 Melihat prospek dan keuntungan yang ada, dan didukung oleh Dinas Pertanian maka pada tahun 2002 sebagian petani di Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor beralih dari petani anorganik menjadi petani organik. Pada awalnya jumlah petani yang beralih menjadi petani padi organik sebanyak 20 orang yang mengelola lahan seluas lebih kurang 6 Ha. Tujuan awal

22 6 petani beralih dari sistem usahatani anorganik menjadi usahatani organik, selain karena kepedulian terhadap lingkungan juga karena ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik. Proses kegiatan usahatani padi organik yang dilakukan di Kelurahan Situgede ini tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. Banyak permasalahan yang dihadapi, baik permasalahan teknis maupun permasalahan non-teknis. Permasalahan teknis yang dihadapi seperti produktivitas yang masih rendah dibandingkan dengan produktivitas padi anorganik. Bahan baku untuk pembuatan pupuk bokashi yang masih sulit dipenuhi. Dari faktor budidaya, usahatani yang dilakukan tidak dapat dikatakan sebagai usahatani organik karena lokasi penanaman antara padi organik dan anorganik berdekatan. Hal ini membuat produk organik yang dihasilkan tidak dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang produk organik, sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat dijual sebagai produk organik yang bisa dihargai lebih mahal. Produk yang dihasilkan hanya bisa dikatakan sebagai produk yang dihasilkan dari usahatani yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara langsung. Produk yang dihasilkan hanya dijual kepada kosumen atas dasar saling percaya. Petani yang tidak mempunyai pelanggan akan menjual produknya sama dengan harga produk anorganik. Hal ini membuat petani tidak memiliki motivasi untuk mengusahakan padi ramah lingkungan. Sedangkan petani yang masih mengusahakan padi ramah lingkungan, biasanya telah mempunyai pelanggan yang akan membeli hasil panen mereka. Permasalahan tersebut membuat beberapa petani yang telah beralih menjadi petani padi ramah lingkungan kembali menjadi petani anorganik.

23 7 Petani padi ramah lingkungan yang masih bertahan berpendapat usahatani padi ramah lingkungan masih tetap menguntungkan karena biaya produksinya yang lebih murah dibandingkan dengan usahatani anorganik. Perbedaan biaya antara padi ramah lingkungan dan anorganik terletak pada biaya pupuk yang digunakan. Padi ramah lingkungan hanya menggunakan pupuk bokashi yang harganya lebih murah dibandingkan pupuk kimia dan dapat dibuat sendiri, sedangkan padi anorganik menggunakan pupuk kimia yang harganya lebih mahal. Untuk biaya lainnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan kondisi tersebut, apakah keputusan yang diambil oleh petani untuk beralih dari usahatani anorganik menjadi petani padi ramah lingkungan tepat dan bisa menguntungkan petani itu sendiri. Untuk itu perlu dikaji beberapa hal: 1. Bagaimana pendapatan petani padi ramah lingkungan dan petani padi anorganik. 2. Bagaimana kelayakan dan efisiensi usahatani padi ramah lingkungan dan usahatani padi anorganik. 3. Bagaimana tingkat kepekaan/sensitivitas sistem usahatani padi organik dan an-organik apabila terjadi perubahan variabel harga input, harga output atau perubahan kedua variabel secara bersamaan. I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis dan membandingkan tingkat pendapatan petani padi ramah lingkungan dan petani padi anorganik.

24 8 2. Menganalisis dan membandingkan efisiensi usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik. 3. Menganalisis dan membandingkan tingkat kepekaan (sensitivitas) sistem usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik terhadap perubahan variabel harga input, harga output atau perubahan kedua variabel secara bersamaan. I.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait dalam peningkatan pendapatan petani dan perkembangan usahatani padi khususnya padi ramah lingkungan. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang usahatani padi ramah lingkungan dan wadah dalam menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian lanjutan atau penelitian yang berkaitan dengan pertanian ramah lingkungan khusunya komoditas padi ramah lingkungan.

25 9 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1Pertanian Ramah Lingkungan Pertanian ramah lingkungan adalah sistem pertanian yang meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia buatan seperti pupuk dan pestisida kimia. Pertanian ramah lingkungan dan pertanian organik pada prinsipnya sama yaitu sama-sama menggunakan bahan-bahan alami yang tidak merusak lingkungan. Perbedaan antara pertanian ramah lingkungan dan pertanian organik hanya pada jumlah penggunaan bahan kimia buatan. Pada pertanian organik, penggunaan bahan kimia benar-benar dihilangkan baik yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Lokasi untuk pertanian organik harus terpisah dari lokasi pertanian anorganik agar bahan kimia yang digunakan pada pertanian anorganik tidak sampai ke lokasi pertanian organik. Untuk pertanian ramah lingkungan penggunaan bahan kimia hanya diminimalkan. Lokasi untuk pertanian ramah lingkungan tidak harus terpisah dari lokasi pertanian anorganik. II.2Pertanian Organik II.2.1 Pengertian Pertanian Organik Menurut Andoko (2002) pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian organik ini pun terbebas dari residu zat berbahaya.

26 10 Pertanian organik di definisikan sebagai "sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan". Lebih lanjut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.3 Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Daur-ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah (Sutanto, 2002b). Pakar pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan hukum pengembalian (low of return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun tingkat yang selajutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman. Beras organik adalah beras yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Penanamannya menggunakan pupuk alami, hamanya dikendalikan dengan menggunakan musuh alami atau predator, tidak membahayakan lingkungan dan dijamin sehat untuk dikonsumsi, rasanya lebih enak, aromanya lebih wangi dan tidak mudah basi (Konpalhindo, 2004 dalam Rohmiantin, 2006) II.2.2 Tujuan Pertanian Organik 3 Online Vol_4-XVII-Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia Peluang dan Tantangan. Agustus 2007

27 11 Sistem petanian oganik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami tanah, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian dan lingkungan. Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), tujuan yang hendak dicapai dengan sistem pertanian organik adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup. 2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada. 3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan jasat renik, flora dan fauna tanah dan lainnya. 4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. 5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbarui yang berasal dari sistem usahatani itu sendiri. 6. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di luar sistem usahatani. 7. Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan perilakuknya yang hakiki. 8. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian. 9. Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan.

28 Memberi jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat. 11. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usahatani terhadap kondisi fisik dan sosial. Menurut Sutanto (2002a), tujuan jangka panjang yang ingin dicapai melalui pengembangan pertanian organik adalah sebagai berikut: 1. Melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman dalam bidang pertanian. 2. Memasyarakatkan kembali budidaya organik yang sangat bermafaat dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan sehingga menunjang kegiatan budidaya pertanian yang berkelanjutan. 3. Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat residu pestisida dan pupuk, serta bahan kimia pertanian lainnya. 4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan. 5. Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air, serta mengurangi masalah erosi akibat pengolahan tanah yang intensif. 6. Mengembangkan dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki petani secara turun-temurun, dan meransang kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas.

29 13 7. Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan produk-produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk, dan bahan kimia pertanian lainnya. 8. Meningkatkan peluang pasar produk organik, baik domestik maupun global dengan jalan menjalin kemitraan antara petani dan pengusaha yang bergerak dalam bidang pertanian. Sedangkan tujuan jangka pendek yang ingin dicapai melalui pengembangan pertanian organik adalah sebagai berikut: 1. Ikut serta mensukseskan program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pemanfaatan peluang pasar dan ketersediaan lahan petani yang sempit. 2. Mengembangkan agribisnis dengan jalan menjalin kemitraan antara petani sebagai produsen dan para pengusaha. 3. Membantu menyediakan produk pertanian bebas residu bahan kimia pertanian lainnya dalam rangka ikut meningkatkan kesehata masyarakat. 4. Mengembangkan dan meningkatkan minat petani pada kegiatan budidaya organik baik sebagai mata pencaharian utama maupun sampingan yang mampu meningkatkan pendapatan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan. 5. Mempertahankan dan melestarikan produktivitas lahan, sehingga lahan mampu berproduksi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.

30 14 II.2.3 Prinsip Pertanian Organik Prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM. Prinsip-prinsip pertanian organik tersebut yaitu: 1. Prinsip Kesehatan Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tidak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obatobatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan. 2. Prinsip Ekologi Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan

31 15 daur ulang ekologis. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, keragaman hayati, udara dan air. 3. Prinsip Keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai

32 16 dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya. 4. Prinsip Perlindungan Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). II.3Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian tradisional, meskipun akrab lingkungan tetapi tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Sejalan dengan

33 17 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang menggeser sistem tradisional menjadi sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvesional telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Dibalik keberhasilan tersebut, sistem pertanian konvensianal tidak terlepas dari resiko dampak negatif. Menurut Schaller (1993) dalam Winangun (2005) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut: 1. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan sedimen. 2. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan. 3. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan makanan. 4. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). 5. Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu, dan jasad berguna lainnya. 6. Peningkatan daya tahan organisme pengganggu terhadap pestisida. 7. Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik. 8. Ketergantungan yang semakin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbaharui (nonrenewable natura resources).

34 18 9. Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian. II.4Penelitian Terdahulu Penelitian Kusumah (2004), bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis pengaruh perubahan sistem usahatani terhadap tingkat pendapatan petani padi organik dan menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran, efisiensi pemasaran, dan struktur pasar antara padi organik dan padi anorganik. Adapun input yang digunakan pada usahatani padi organik adalah benih, pupuk organik, dan tenaga kerja, sedangkan pada usahatani padi anorganik adalah benih, pupuk (Urea, TSP, KCL), pestisida dan tenaga kerja. Jumlah benih yang digunakan oleh petani organik lebih rendah dari pada petani an-organik. Sedangkan untuk penggunaan pupuk, petani organik menggunakan pupuk organik dalam jumlah yang lebih besar (1 ton/ha) dari pada petani anorganik, begitu pula dengan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah dari pendapatan atas biaya tunai petani padi anorganik. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih besar dari pendapatan atas biaya total petani padi anorganik. Dilihat dari hasil uji-z ternyata disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi di Kelurahan Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani anorganik (2,23).

35 19 Dari sisi pemasaran diketahui ternyata nilai total marjin pemasaran yang diperoleh pola pemasaran I dan II padi organik lebih besar dari pola pemasaran III dan IV padi organik, begitu pula jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik. Besar kecilnya marjin pemasaran tidak menjadi jaminan bahwa saluran pemasaran efisien. Oleh karena itu untuk mengukur efisiensi saluran pemasaran maka digunakan rasio biaya-keuntungan (π/c). Berdasarkan rasio tersebut diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran padi anorganik. Struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan padi anorganik ini adalah sama yaitu oligopsoni. Hal ini didasarkan pada jumlah lembaga pemasaran, penentuan harga, keadaan produk kebebasan keluar masuk pasar dan sumber informasi. Iryanti (2005), melakukan penelitian tentang analisis usahatani komoditas tomat organik dan an-organik. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan petani yang menerapkan sistem usahatani tomat organik dibandingkan dengan tingkat pendapatan petani yang menerapkan sistem usahatani tomat anorganik/konvensional. Secara umum, sistem usahatani tomat organik yang dilakukan oleh petani di Desa Batulayang sama dengan sistem usahatani tomat anorganik. Perbedaan yang ada dalam usahatani tomat secara organik dan anorganik adalah tidak adanya penggunaan pupuk kimia dalam sistem usahatani organik. Petani organik menggunakan pupuk yang bahannya berasal dari ramuanramuan alami untuk menggantikan peranan pupuk kimia yang biasa digunakan petani. Jumlah produksi tomat yang dihasilkan oleh petani anorganik lebih besar daripada petani organik. Rata-rata produksi tomat yang dihasilkan petani organik yaitu ,75 kg/ha, sedangkan rata-rata produksi tomat yang dihasilkan petani

36 20 anorganik sebanyak ,33 kg/ha. Hal ini menunjukkan penggunaan pupuk kimia dapat mempengaruhi produksi tomat. Hasil analisis pendapatan usahatani dapat dilihat bahwa petani yang berusahatani secara organik memperoleh pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima oleh petani anorganik. Dilihat dari sisi biaya tunai, R/C rasio untuk tomat organik sebesar 2,75 artinya petani organik menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp 2,75 dari setiap satu rupiah yang dikeluarkannya, sedangkan petani anorganik hanya menerima tambahan penerimaan sebesar Rp 2,52 dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh petani anorganik. Apabila dilihat dari biaya total, R/C rasio untuk petani organik menghasilkan tambahan penerimaan Rp 2,38 dari satu rupiah yang dikeluarkan. R/C rasio untuk petani anorganik, baik per luasan rata-rata lahan maupun per hektar yaitu sebesar 2,12 artinya petani organik menghasilkan Rp 2,12 dari setiap satu rupiah yang dikeluarkannya. Dengan demikian tambahan penerimaan petani anorganik lebih kecil dibandingkan dengan tambahan penerimaan petani organik. Maryana (2006), melakukan penelitian tentang pendapatan petani dan marjin pemasaran beras organik di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa petani padi organik dan petani padi anorganik keduanya sama-sama menguntungkan, akan tetapi petani organik lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani anorganik. Pendapatan bersih petani pemilik padi organik Rp ,50,- dan petani penggarap padi organik Rp ,32,-, sedangkan pendapatan bersih petani pemilik padi

37 21 anorganik yaitu Rp ,-, dan petani penggarap padi anorganik sebesar Rp ,70,-. Pendapatan bersih petani pemilik baik organik atau petani anorganik memiliki pendapatan lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Lebih lanjut Maryana (2006) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat usahatani baik petani organik atau petani anorganik diantaranya variabel saluran pemasaran, status petani dan status kepemilikan lahan. Sedangkan lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran beras organik dari tingkat petani hingga tingkat konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pabrik dan pedagang pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembagalembaga tersebut berupa fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan penggangkutan), serta fungsi fasilitas (sortasi dan grading). Setiap lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran beras dilakukan fungsi-fungsi pemasaran yang dapat menambah nilai ekonomi dan nilai jualnya. Semakin banyak lembaga yang terlibat semakin banyak peran yang dilakukan oleh setiap lembaga untuk melakukan fungsi pemasaran sehingga semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Marjin pemasaran terkecil terjadi pada saluran pemasaran 1 sebesar Rp 6669,92 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio diketahui bahwa rasio R/C atas biaya total yang diperoleh petani organik lebih tinggi dibandingkan dengan petani anorganik. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh petani organik untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh petani anorganik. Dari perhitungan pendapatan dan analisis rasio R/C bahwa usahatani yang

38 22 dilakukan keduanya sama-sama menguntungkan, namun secara nominal usahatani organik lebih menguntungkan dari pada usahatani anorganik. Marini (2007), melakukan penelitian tentang analisis perbandingan keuntungan usahatani padi bebas pestisida dengan padi anorganik. Penelitian ini betujuan untuk menganalisis perbandingan keuntungan antara usahatani bebas pestisida dengan padi anorganik yang dilihat dari pendapatan dan efisiensi usahatani, mengetahui saluran, lembaga dan marjin pemasaran padi bebas pestisida di berbagai lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran dan mengetahui karakteristik konsumen beras bebas pestisida. Hasil analisis pendapatan pada sisi penerimaan menunjukkan jumlah produksi dan nilai penerimaan total per tahun padi pada usahatani padi anorganik lebih besar bila dibandingkan dengan usahatani padi bebas pestisida. Jumlah produksi padi anorganik yaitu ,96 kg/ha dengan penerimaan sebesar Rp / tahun. Sementara itu jumlah produksi usahatani padi bebas pestisida adalah ,5 kg/ ha dengan penerimaan sebesar Rp /tahun. Pada sisi pengeluaran, jumlah biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani anorganik lebih besar apabila dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi bebas pestisida (Rp > Rp ). Hal ini menyebabkan biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik juga lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi bebas pestisida (Rp /hektar/tahun > Rp /hektar/tahun). Pendapatan kotor usahatani padi bebas pestisida lebih besar dibandingkan dengan pendapatan kotor usahatani padi anorganik yaitu masing-masing Rp dan Rp Pendapatan bersih usahatani padi bebas pestisida

39 23 juga lebih besar jika dibandingkan dengan pendapata bersih usahatani anorganik yaitu masing-masing sebesar Rp dan Rp Lebih besarnya nilai pendapatan kotor dan pendapatan bersih pada usahatani padi bebas pestisida terjadi karena lebih kecilnya biaya tunai yang dikeluarkan dibandingkan biaya tunai yang dikeluarkan petani padi anorganik. Hasil analisis R/C menunjukkan bahwa usahatani padi bebas pestisida labih efisien dan lebih layak untuk dikembangkan dibandingkan dengan usahatani padi an-organik. Hal ini di tunjukkan oleh nilai rasio R/C atas biaya tunai dan atas biaya total usahatani padi bebas pestisida lebih besar dibanding usahatani padi anorganik. Nilai R/C atas biaya tunai usahatani bebas pestisida dan padi an-organik masing-masing adalah 3,145 dan 2,080. Artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,145 untuk petani bebas pestisida dan Rp 2,080 untuk petani padi anorganik. Rasio R/C atas biaya total usahatani padi bebas pestisida adalah 1,812 sedangkan untuk usahatani padi anorganik hanya sebesar 1,397. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2004), Maryana (2006) dan Marini (2007) memiliki kesamaan yaitu sama-sama membahas tentang perbandingan usahatani padi organik dan anorganik. Sedangkan Iryanti (2005), membahas tentang perbandingan usahatani tomat organik dan tomat anorganik. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis usahatani meliputi analisis pendapatan dan analisis R/C rasio. Hasil dari keempat penelitian tersebut, terdapat beberapa perbedaan. Penelitian Kusuma (2004), pada hasil pendapatan atas biaya tunai (R/C rasio atas biaya tunai) petani padi organik yang lebih rendah dari pendapatan atas biaya

40 24 tunai petani padi anorganik. Sedangkan hasil peneliti yang lain menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai untuk petani padi organik lebih besar dari pendapatan atas biaya tunai petani padi anorganik. Penelitian yang dilakukan oleh Maryana (2006) juga berbeda dengan yang lain, dimana produktivitas yang dihasilkan petani organik lebih tinggi dari pada produktivitas yang dihasilkan oleh petani anorganik. Hasil ini berbeda dengan peneliti lain yang menyebutkan bahwa produktifitas padi anorganik lebih tinggi daripada produktivitas padi organik. Perbedaan produktivitas ini disebabkan karena perbedaan kondisi lahan yang cocok untuk pertanian organik. Selain itu pemberian pupuk organik pada lahan secara terus menerus dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah yang menyebabkan lahan menjadi subur sehingga dapat meningkatkan produksi padi organik. Penelitian ini mengambil topik yang sama dengan penelitian terdahulu yaitu analisis pendapatan usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan, analisis R/C rasio dan B/C rasio. Penelitian ini juga menganalisis sensitivitas usahatani terhadap perubahan harga input dan output.

41 25 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Diah, 2007). Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dari definisi tersebut terdapat, maka terdapat empat unsur yang selalu ada pada suatu usahatani yang saling terkait satu sama lain di dalam pelaksanannya. Unsur tersebut dikenal dengan istilah faktor produksi. Empat unsur faktor-faktor produksi tersebut adalah: a. Tanah Menurut Hernanto (1989), tanah atau lahan merupakan faktor yang relatif langka bila dibandingkan dengan faktor produksi yang lainnya dan distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Tanah itu sendiri memiliki beberapa sifat antara lain: luas relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindahpindahkan, dan dapat dipindah tangankan. Berdasarkan hal tersebut maka tanah dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani meskipun dibagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur pokok dari modal. Perbedaan golongan petani berdasarkan luas tanah atau lahan akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatan. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan

42 26 (yang digarap/ditanami) maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. b. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Terdapat tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga sendiri atau dari luar keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan pengangkutan. Tenaga mekanik bersifat subtitusi pengganti tenaga ternak dan atau manusia. Jika kekurangan tenaga kerja, petani dapat mempekerjakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan memberi balas jasa berupa upah. c. Modal Menurut Hernanto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama- sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, yaitu produk pertanian. Penggunaan modal dalam usahatani selain untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan usahatani yang bersangkutan. Diantara empat faktor produksi yang terdapat usahatani, modal merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan usahatani, terutama modal operasional. Hal ini karena modal operasional terkait langsung dengan aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usahatani. Adapun yang dimaksud dengan modal operasional adalah modal dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan

43 27 barang modal lainnya seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk membiayai pengelolaan. Menurut sifatnya, modal dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap meliputi: tanah dan bangunan. Modal tetap ini dicirikan dengan modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Modal bergerak meliputi: alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman dan ternak. d. Pengelolaan Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik mungkin serta mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Dalam usahatani ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh petani itu sendiri yang terdiri dari petani pengelola, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Sedangkan faktor ekternal adalah faktor-faktor diluar usahatani yang dapat berpengaruh terhadap berhasilnya usahatani. Adapun yang termasuk ke dalam faktor-faktor ekternal adalah sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, saprodi), fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi petani.

44 28 Soekartawi (1986), mengemukakan bahwa tujuan usahatani dikategorikan menjadi dua yaitu dengan memaksimumkan keuntungan dan meminimalisasi biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan yaitu dapat mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu untuk memperoleh keuntungan maksimum, sedangkan meminimalisasikan biaya yaitu menekan biaya produksi sekecilkecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Pada analisis usahatani, data yang perlu diketahui adalah data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: TRi = Yi x Pyi Keterangan: TRi : Total Penerimaan Yi : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i Pyi : Harga Y Biaya Usahatani Menurut Soekartawi (1986), biaya yang harus dikeluarkan dalam usahatani meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitanya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani harus tetap membayarnya, berapa pun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahataninya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Penjumlahan dari kedua biaya ini disebut dengan biaya total produksi. Menurut Rahim dan Diah, (2007) biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang

45 29 dikeluarkan dalam usahatani yang besar-kecilnya tidak tergantung dari besarkecilnya output yang diperoleh, seperti pajak, sewa lahan, alat-alat pertanian dan mesin pertanian. Sedangkan biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output seperti tenaga kerja dan saprodi (sarana produksi) pertanian. Biaya tunai sebagai biaya yang dikeluarkan petani secara tunai termasuk bunga kredit, sedangkan biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan) untuk menghitung pendapatan kerja petani jika modal, sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga dan biaya bibit milik sendiri diperhitungkan. Modal yang dipergunakan petani dihitung sebagai modal pinjaman, meskipun modal tersebut milik petani sendiri. Tenaga kerja keluarga nilai berdasarkan upah yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbang kerja pada usahatani tersebut. Lahan yang digunakan petani diperhitungkan sebagai lahan sewa yang besarnya berdasarkan rata-rata biaya sewa lahan per hektar di daerah tersebut. Pengeluaran total usahatani adalah sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Seharusnya pengeluaran yang dihitung dalam tahun pembukuan itu adalah yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk dalam tahun pembukuan tersebut. Dalam praktek, pemisahan pengeluaran ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan karena pembukuan yang tidak lengkap. Alasan lain adalah adanya biaya bersama (joint cost) dalam produksi yang tidak mudah dipisahkan Pendapatan Usahatani

46 30 Menurut Soekartawi (1986), pendapatan yaitu selisih antara total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani yang merupakan nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani sedangkan pendapatan atas biaya total input yaitu semua milik keluarga diperhitungkan sebagai biaya. Pendapatan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Л tunai = Tr Bt Л total = Tr (Bt + Bd) Keterangan : Л : Pendapatan (Rupiah) Tr : Nilai produksi (Hasil kali jumlah fisik dengan harga) Bt : Biaya tunai (Rupiah) Bd : Biaya yang diperhitungkan Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya (Rahim dan Diah, 2007). Fungsi dari pendapatan adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga petani, untuk kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya dan lain-lain. Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Pendapatan kotor usahatani adalah sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua produk yang: 1. Dijual 2. Dikonsumsi rumah tangga petani 3. Digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak

47 31 4. Digunakan untuk pembayaran 5. Disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Untuk menghindari perhitungan ganda, maka semua produk yang dihasilkan sebelum tahun pembukuan tetapi dijual atau digunakan pada saat tahun pembukuan, tidak dimasukkan ke dalam pendapatan kotor. Pendapatan kotor merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. Suatu usahatani dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu. Kriteria kelayakan usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Analisis R/C rasio ini merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: R/C Rasio = Jumlah Penerimaan Jumlah Biaya

48 32 Analisis R/C menunjukkan berapa rupiah penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar nilai R/C maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan atau usahatani dikatakan menguntungkan untuk dilaksanakan. Kegiatan usahatani dikatakan layak jika memiliki R/C rasio lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usahatani menguntungkan. Sebaliknya kegiatan usahatani dikatakan tidak layak jika memiliki R/C rasio lebih kecil daripada satu artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya atau secara sederhana kegitan usahatani merugikan Rasio Biaya dan Manfaat (B/C Rasio) Secara sederhana, biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Biaya-biaya yang dimasukkan dalam analisis usaha pertanian umumnya adalah biaya-biaya yang dapat dikuantifikasikan atau berpengaruh langsung seperti biaya investasi, biaya operasional dan biaya lain-lain. Sedangkan manfaat yang umumnya dimasukkan dalam analisis usaha pertanian adalah nilai produksi dan nilai sisa. Analisis benefit cost ratio (B/C) merupakan perbandingan (ratio) antara manfaat (benefit) dan biaya (cost). B/C ratio pada prinsipnya sama dengan analisis R/C ratio, hanya saja pada analisis B/C ratio yang dipertimbangkan adalah besarnya manfaat. Selain itu, analisis B/C rasio dapat digunakan untuk memilih

49 33 dari dua usaha yang ada. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: B/C ratio = manfaat biaya Kriteria keputusan: B/C > 1, usahatani untung (tambahan manfaat lebih besar dari tambahan biaya) B/C < 1, usahatani rugi (tambahan biaya lebih besar dari tambahan manfaat) B/C = 1, usahatani impas (tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya) Sensitivitas Analisis sensitivitas ini dilakukan untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi terhadap kelayakan usahatani apabila ada perubahan-perubahan baik harga input maupun harga output. Analisisis ini bisa dilakukan dengan beberapa skenario yaitu: 1. Skenario I adalah penurunan harga beras 2. Skenario II adalah kenaikan biaya tunai 3. Skenario III adalah gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu penurunan harga beras dan sekaligus kenaikan biaya tunai. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk ini membuat ketersedian pangan harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Untuk memenuhi ketersediaan pangan tersebut pemerintah melakukan program untuk meningkatkan produksi yang dikenal dengan Revolusi Hijau. Program tersebut menggunakan pupuk kimia untuk menambah kesuburan tanah dan pestisida kimia untuk membasmi hama dan

50 34 penyakit. Dengan program tersebut produktivitas meningkat sehingga ketersedian pangan dapat dipenuhi. Dibalik keberhasilan program tersebut, muncul dampak negatif yang mengancam keberlanjutan kegiatan pertanian seperti rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk yang berlebihan. Rusaknya struktur tanah membuat tanah sulit diolah dan tingkat kesuburannya menurun. Selain itu, penggunaan pestisida untuk membasmi hama dan penyakit juga menyebabkan banyak kerugian seperti munculnya jenis hama yang tahan terhadap pestisida, tanah menjadi rusak dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif bahan kimia yang besar bagi lingkungan dibandingkan dengan dampak positifnya bagi peningkatan produktivitas tanaman pertanian. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika produk yang telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian.adanya dampak negatif yang ditimbulkan, muncul kesadaran untuk melakukan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pertanian organik ini adalah pertanian yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan manusia sehingga harga

51 35 jual produknya menjadi tinggi. Tetapi produktivitas yang dihasilkan pertanian organik selama ini masih rendah yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk membandingkan sistem pertanian mana yang lebih baik dilakukan oleh petani, apakah sistem pertanian organik dengan hasil produksi sedikit dan harga mahal atau pertanian anorganik dengan hasil yang lebih banyak dan harga yang lebih rendah. Penelitian ini menganalisis keragaan usahatani padi organik dan anorganik dari sisi pendapatan berupa analisis pendapatan usahatani, analisis R/C rasio nilai, analisis B/C rasio untuk melihat usahatani yang lebih efisiensi, analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usahatani apabila terjadi perubahan atas biaya input atau output dan analisis pemasaran untuk melihat efisiensi pemasaran. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (satu tahun). Pendapatan usahatani dapat dibagi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani adalah sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah R/C rasio. Nilai R/C rasio akan menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran satu satuan biaya. Jika nilai rasio R/C > 1 berarti penerimaan yang diperoleh akan

52 36 lebih besar daripada setiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Jika nilai rasio R/C < 1 maka setiap unit biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh. Analisis nilai rasio R/C masing-masing dihitung berdasarkan rasio R/C atas biaya tunai dan rasio R/C atas biaya total. Rasio B/C digunakan untuk mengukur perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya operasional. Analisis benefit cost ratio (B/C) merupakan perbandingan (ratio) antara manfaat (benefit) dan biaya (cost). B/C rasio pada prinsipnya sama dengan analisis R/C ratio, hanya saja pada analisis B/C ratio yang dipertimbangkan adalah besarnya manfaat. Analisis sensitivitas ini dilakukan untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi terhadap kelayakan usahatani apabila terjadi perubahan-perubahan, baik perubahan harga input maupun perubahan harga output. Analisisis ini bisa dilakukan dengan beberapa skenario yaitu: 1. Skenario I adalah penurunan harga beras 2. Skenario II adalah kenaikan biaya tunai 3. Skenario III adalah gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu penurunan beras dan sekaligus kenaikan biaya tunai. Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat memberi masukan kepada petani dalam memilih sistem usahatani yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan.

53 37 Kebutuhan Pangan Meningkat Sejalan Dengan Meningkatnya Jumlah Penduduk Usahatani Padi Ramah Lingkungan Usahatani Padi Anorganik Permasalahan Biaya Produksi Lebih Tinggi Produktivitas Tinggi Harga Gabah Tidak Stabil Kerusakan Lingkungan Meningkat Permasalahan Biaya Produksi Lebih Rendah Produktivitas Rendah Harga Gabah Lebih Mahal Ramah Terhadap Lingkungan Analisis Perbandingan Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Usahatani Padi Anorganik Analisis Pendapatan Analisis R/C Rasio dan B/C rasio Analisis Sensitifitas Rekomendasi Dalam Pemilihan Sistem Usahatani yang Lebih Menguntungkan dan Berkelanjutan Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Operasianal

54 38 IV. METODE PENELITIAN IV.1Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive). Lokasi di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dipilih sebagai tempat penelitian karena di lokasi ini terdapat kelompok tani yang telah menerapkan dan mengembangkan pertanian padi yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai dari bulan Januari sampai Februari Waktu tersebut akan digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari petani sebagai responden, dan dari instansi-instansi terkait lainnya. IV.2Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani responden yaitu petani padi ramah lingkungan dan petani padi anorganik. Wawancara dilakukan dengan mengunakan bantuan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kota Bogor, monografi Kelurahan Situgede serta laporan-laporan lain yang berkaitan dengan penelitian. IV.3Metode Pemilihan Responden Petani yang menjadi responden adalah petani padi ramah lingkungan dan petani padi anorganik. Untuk petani padi ramah lingkungan responden diambil secara sensus karena jumlah petani yang ada hanya sembilan orang. Sedangkan

55 39 untuk petani padi anorganik responden yang ambil sebanyak 21 orang yang dipilih secara acak. IV.4Metode Pengolahan dan Analisis Data Langkah awal yang akan dilakukan untuk menganalisa data yaitu mengolahnya terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeditan dan pentabulasian data mentah. Data tersebut dikelompokkan sesuai dengan indikatorindikator yang akan dijadikan ukuran penelitian. Data kuantitatif yang terkumpul diolah menggunakan alat hitung kalkulator dan bantuan komputer melalui program excel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini data meliputi analisis pendapatan petani, analisis R/C rasio dan B/C rasio serta analisis sensitivitas. IV.5Analisis Pendapatan Usahatani IV.5.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Tr = Y x Py Keterangan : Tr : Total penerimaan Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py : Harga Y IV.5.2 Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan usahatani meliputi pendapatan kotor atau

56 40 penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Л Tunai = Tr Bt Л Total = Tr (Bt + Bd) Keterangan Л Tr Bt Bd : : Pendapatan (Rupiah) : Total penerimaan (Hasil kali jumlah fisik dengan harga) : Biaya tunai (Rupiah) : Biaya yang diperhitungkan (Rupiah) Tabel 2. Nilai Pendapatan Usahatani No 1 2 Isi A. Total Penerimaan B. Biaya Tunai 3 C. Biaya Diperhitungkan D. Total Biaya E. Pend. Atas Biaya Total F. Rasio R/C Keterangan Harga x Hasil produksi Pupuk Tenaga kerja Benih Biaya Lain-lain Sewa lahan Penyusutan alat Biaya Lain-lain A+B A D A/D IV.6R/C Rasio Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis R/C rasio dibedakan menjadi analisis R/C rasio atas biaya tunai dan analisis R/C rasio atas biaya total. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: R/C Rasio = Jumlah Penerimaan Jumlah Biaya Kriteria keputusan R/C > 1, usahatani untung R/C < 1, usahatani rugi R/C = 1, usahatani impas (tidak untung/tidak rugi)

57 41 IV.7B/C Rasio Analisis benefit cost ratio (B/C) merupakan perbandingan (ratio) antara manfaat (benefit) dan biaya (cost). B/C ratio pada prinsipnya sama dengan analisis R/C ratio, hanya saja pada analisis B/C rasio yang dipertimbangkan adalah besarnya manfaat. Selain itu analis B/C rasio digunakan untuk membandingkan efisiensi dua usaha. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: B/C Rasio = manfaat biaya Kriteria keputusan: B/C > 1,usahatani untung (tambahan manfaat lebih besar dari tambahan biaya). B/C < 1, usahatani rugi (tambahan biaya lebih besar dari tambahan manfaat). B/C = 1, usahatani impas (tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya). IV.8Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas ini dilakukan untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi terhadap kelayakan usahatani apabila ada perubahan-perubahan baik harga input maupun harga output. Analisisis ini bisa dilakukan dengan beberapa skenario yaitu: 1. Skenario I adalah penurunan harga beras 2. Skenario II adalah kenaikan harga biaya tunai 3. Skenario III adalah gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu penurunan harga beras dan sekaligus kenaikan biaya tunai.

58 42 IV.9 Definisi Operasional Untuk menyamakan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan, maka istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Petani padi ramah lingkungan adalah petani yang melakukan usahatani padi tanpa menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia. 2. Petani padi Anorganik adalah petani yang melakukan usahatani padi dengan menggunakan pupuk, pestisida dan zat-zat kimia lainnya. 3. Pendapatan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani. 4. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk membayar tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat, diukur dalam satuan rupiah. 5. Biaya Tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga dan juga biaya untuk membayar sewa lahan atau bagi hasil bagi petani penggarap yang diukur dalam satuan rupiah. 6. Biaya Total adalah penjumlahan biaya tunai maupun yang diperhitungkan yang dikeluarkan permusim tanam. Besarnya biaya tunai diukur dalam satuan rupiah. 7. Penerimaan Total usahatani adalah jumlah hasil panen per musim tanam (kg) dikalikan dengan harga penjualan (Rp/kg). 8. Total Produksi adalah jumlah produksi padi yang dihasilkan dalam satu musim tanam (kg).

59 43 9. Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). 10. Analisis benefit cost ratio (B/C) merupakan perbandingan (ratio) antara manfaat (benefit) dan biaya (cost).

60 44 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian V.1.1 Letak Geografis dan Pembagaian Administrasi Kelurahan Situgede merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terletak kurang lebih 5 km pusat pemerintahan kecamatan, 12 km dari pusat Kota Bogor dan 250 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat. Adapun wilayah yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Situgede adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Bogor Sebelah Selatan : Desa Balumbang Jaya Sebelah Barat : Kota Bogor Sebelah Timur : Kelurahan Bubulak Secara tofografi daerah ini didominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 250 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata mm per tahun dengan suhu rata-rata 24,9º - 25,8º C. Dengan kondisi tersebut Kelurahan Situgede cocok dijadikan sebagai daerah pertanian. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Kelurahan Situgede yang digunakan untuk lahan pertanian atau sawah seluas 107,67 hektar atau sebesar 46,32 persen dari luas total. Penggunaan lahan yang lain adalah untuk pemukiman seluas 50,70 hektar atau sebesar 21,81 persen, hutan seluas 50,00 hektar atau sebesar 21,51 persen, daerah tangkapan air seluas enam hektar atau sebesar 2,58 persen. Secara rinci informasi penggunaan lahan di Kelurahan Situgede dapat dilihat pada Tabel 3.

61 45 Tabel 3. Luas Lahan Kelurahan Situgede Berdasarkan Penggunaannya Tahun 2007 No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persawahan 107,67 Pemukiman 50,70 Jalan 1,20 Perkantoran 10,00 Perikanan Darat/air tawar 1,50 Hutan Sekunder 50,00 Daerah Tangkapan air 6,00 Pekuburan 1,60 Lain-lain 3,80 Total 232,47 Sumber : Data Monografi Kelurahan Situgede Tahun 2007 Persentase (%) 46,31 21,81 0,52 4,30 0,65 21,51 2,58 0,69 1,63 100,00 V.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kelurahan Situgede berjumlah orang yang terdiri dari orang laki-laki dan jiwa perempuan dengan kepala keluarga. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak berada pada kelompok umur tahun sebayak orang atau sebesar 26,72 persen dan pada kelompok umur sebanyak 1500 orang atau sebesar 17,85 persen. Komposisi penduduk Kelurahan Situgede menurut kelompok umur pada Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Penduduk Kelurahan Situgede Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2007 No Kelompok Umur(tahun) Jumlah (orang) Total Sumber: Data Monografi Kelurahan Situgede Tahun 2007 Persentase (%) 8,80 6,25 6,66 8,21 2,14 26,72 17,85 4,76 8,33 3,99 2,08 4,21 100,00

62 46 Tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Situgede tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya setingkat SMU, Akademi dan Sarjana sebanyak 515 orang atau sebesar 19,20 persen. Penduduk yang tamat SD dan SLTP sebanyak 908 orang atau sebesar 33,86 persen, sedangkan penduduk usia 7 45 tahun yang tidak pernah sekolah hanya sebanyak 20 orang atau sebesar 0,75 persen dan penduduk yang pernah sekolah tetapi tidak tamat SD sebanyak 507 orang atau sebesar 18, 90 persen. Komposisi penduduk Kelurahan Situgede berdasarkan tingkat pendidikan pada Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Penduduk Kelurahan Situgede Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2007 No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Belum sekolah 732 Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 20 Pernah sekolah SD Tapi tidak Tamat 507 Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat SLTA/sederajat 5 Akademi(D1 D3) 515 Sarjana (S1 S3) Total Sumber: Data Monografi Kelurahan Situgede Tahun 2007 Persentase (%) 27,29 0,75 18,90 33,86 19,20 100,00 Dilihat dari sumber mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Situgede yang berprofesi sebagai buruh tani yaitu sebanyak orang atau sebesar 51,42 persen dan petani sebanyak 357 orang atau sebesar 17,81 persen. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani ini disebabkan karena sebagian besar lahan digunakan sebagai sawah. Berdasarkan penggunaan lahan di Kelurahan Situgede, lahan yang dijadikan sawah seluas 107,67 hektar atau sebesar 46,32 persen dari total luas wilayah. Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Situgede selain bertani adalah sebagai pegawai swasta/bumn/bumd sebanyak

63 persen atau 8,23 persen, pedagang sebanyak 130 orang atau sebesar 6,48 persen, jasa sebanyak 120 orang atau sebesar 5,99 persen dan pegawai negeri sipil sebanyak 90 orang atau sebesar 4,49 persen. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Penduduk Kelurahan Situgede Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2007 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Pegawai negeri sipil 90 TNI/Polri 10 Swasta/BUMN/BUMD 165 Wiraswasta/pedagang 130 Petani 357 Pertukangan 48 Buruh tani Pensiunan 54 Jasa/lain-lain 120 Total 2005 Sumber: Data Monografi Kelurahan Situgede Tahun 2007 Persentase (%) 4,49 0,50 8,23 6,48 17,81 2,39 51,42 2,69 5,99 100,00 V.1.3 Sarana dan Prasarana Keadaan jalan di Kelurahan Situgede sudah cukup baik, dimana jalan-jalan yang menghubungkan kelurahan dengan kecamatan lain atau dengan Ibukota Bogor sudah beraspal. Alat transportasi yang digunakan berupa kendaraan roda empat baik berupa mobil, mini bus, truk serta kendaraan roda dua. Kendaraan umum yang dapat digunakan berupa angkutan kota dan ojek. Prasarana yang ada di Kelurahan Situgede berupa prasarana kesehatan yaitu dua buah Poliklinik atau balai pengobatan dan enam buah Posyandu. Prasarana peribadatan yaitu sembilan buah mesjid dan delapan buah mushola. Sarana olah raga yang ada yaitu dua buah lapangan sepakbola, Sembilan buah lapangan basket, dua buah lapangan volley, empat buah lapangan bulutangkis dan satu buah lapangan golf. Kelurahan Situgede juga memiliki tempat rekreasi yaitu Danau Situgede.

64 48 V.2Gambaran Umum Budidaya Padi di Kelurahan Situgede Teknik budidaya padi ramah lingkungan pada dasarnya tidak berbeda dengan budidaya padi secara anorganik. Perbedaannya hanya pada penggunaan pupuk dan pestisida. Adapun teknik budidaya padi ramah lingkungan dan anorganik adalah sebagai berikut: V.2.1 Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dimaksudkan untuk menstabilkan kondisi tanah dari segi kandungan unsur-unsur hara, memperbaikai sifat fisik tanah sehingga tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami. Dalam pengolahan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Pengolahan lahan dilakukan langsung setelah panen selesai. Langkah awal yang dilakukan yaitu memperbaiki pematang sawah dengan cara meninggikan dan menutup lobang-lobang yang ada. Perbaikan pematang sawah ini perlu dilakukan agar pada saat penggenangan air tidak keluar. Setelah pematang diperbaiki, air langsung dimasukkan dan dibiarkan selama seminggu agar tanah menjadi lunak. Setelah direndam selama seminggu tanah bisa langsung diolah. Pengolahan ini bisa dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul. Sebagian besar petani di Kelurahan Situgede mengolah lahannya dengan cara dibajak menggunakan traktor atau dengan menggunakan tenaga hewan ternak seperti kerbau. Pembajakan pertama ini selain bertujuan untuk membalik tanah juga bertujuan untuk membersihkan dan membunuh gulma serta membenamkan biji-biji padi. Setelah pembajakan selesai, lahan kembali dibiarkan tergenang selama kurang lebih satu minggu agar proses pelunakan semakin sempurna. Setelah satu minggu, dilakukan pembajakan yang kedua. Pembajakan kedua ini bertujuan untuk menghancurkan

65 49 bongkahan tanah agar menjadi lebih halus dan juga membunuh gulma-gulma yang masih hidup. Untuk budidaya padi organik, pada saat pembajakan kedua ini dilakukan pemberian pupuk dasar. Setelah pembajakan kedua ini, lahan dibiarkan tergenang selama empat hari, setelah itu lahan bisa ditanami. Lahan sawah setelah pengolahan pertama dan kedua dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Lahan Setelah Pengolahan Pertama dan Kedua V.2.2 Penyemaian Penyemaian benih merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi. Umumnya padi ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu di tempat lain. Penyemaian benih pada budidaya padi ramah lingkungan pada dasarnya sama dengan penyemaian benih pada budidaya padi anorganik. Benih yang bermutu merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Untuk mendapatkan benih yang bermutu, benih harus diseleksi terlebih dahulu. Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baik juga harus memiliki daya

66 50 kecambah yang tinggi. Benih yang digunakan bisa dibeli di toko pertanian atau dari hasil panen yang disiapkan sebelumnya. Penyemaian benih biasanya dilakukan pada lahan sawah yang akan ditanami. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan lahan untuk persemaian yang dilakukan satu minggu sebelum benih ditebarkan. Lahan dicangkul merata sedalam lebih kurang 30 cm dan semua tanaman penganggu dibersihkan. Selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara mencangkul ulang dan diinjak-injak sampai lumer sekaligus bisa ditambahkan pupuk kandang untuk menambah kesuburan. Luas lahan persemaian disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan disemaikan. Biasanya, untuk luas lahan penanaman satu hektar diperlukan benih padi sebanyak kg dengan luas lahan persemaian m 2. Lahan yang sudah dibersihkan dibuat parit pada keempat sisi dan tengah sebagai tempat mengeluarkan kelebihan air. Langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan benih yang akan disemaikan. Sebelum disemaikan, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama dua hari hingga benih menyerap air. Perendaman ini juga bertujuan untuk memisahkan antara benih yang bernas dengan benih yang hampa. Setelah direndam benih dimasukan ke dalam karung plastik yang ditutup rapat dan disimpan selama satu atau dua hari sampai benih berkecambah. Benih yang telah berkecambah ditebar secara merata dan tidak tumpang tindih pada lahan yang telah disiapkan. Bentuk persemaian padi dapat dilihat pada Gambar 3.

67 51 Gambar 3. Penyemaian V.2.3 Penanaman Bila lahan sawah sudah siap ditanami dan bibit dipersemaian sudah memenuhi syarat, maka penanaman dapat segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi bibit sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah keras, bebas dari penyakit serta jenisnya seragam. Bibit yang dipindahkan biasanya berumur antara 15 sampai 20 hari. Sebelum penanaman, bibit terlebih dahulu dicabut dari persemaian. Setelah bibit dicabut bibit langsung ditanam pada lahan yang telah siap untuk ditanami. Kegiatan pencabutan bibit dan penanaman padi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pencabutan Benih dan Penanaman Padi

68 52 V.2.4 Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang tidak tumbuh, rusak atau mati dengan tanaman yang baru. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama dengan bibit yang ditanam. Pada waktu penyemaian biasanya bibit untuk penyulaman juga telah diperhitungkan. Penyulaman biasanya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Penyulaman yang dilakukan lebih dari dua minggu setelah tanam akan mengakibatkan masak padi tidak serentak. Kegiatan penyulaman dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kegiatan Penyulaman V.2.5 Penyiangan Penyiangan adalah kegiatan membuang atau membersihkan tanaman liar yang menjadi pesaing tanaman padi dalam memperoleh zat hara dari dalam tanah. Penyiangan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh secara maksimal sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut tanaman liar yang ada. Tanaman liar atau gulma yang dicabut tersebut kemudian dibuang atau dibenamkan dalam tanah. Penyiangan bisa dilakukan dua kali dalam satu musim tanam tergantung gulma yang ada.

69 53 Penyiangan pertama dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dan penyiangan kedua dilakukan pada saat padi berumur dua bulan. V.2.6 Pemupukan Perbedaan utama budidaya padi ramah lingkungan dengan budidaya padi anorganik adalah dari pemupukan. Pupuk yang digunakan untuk budidaya padi anorganik adalah pupuk kimia seperti pupuk Urea, TSP dan KCL. Sedangkan untuk budidaya padi ramah lingkungan tidak menggunakan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik. Pupuk yang digunakan seluruhnya adalah pupuk alami atau pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupuk kandang seperti kotoran kambing dan kotoran sapi atau pupuk bokashi sebanyak 1-2 ton/ha. Pupuk bokashi adalah salah satu pupuk organik yang dibuat dari campuran berbagai macam bahan seperti pupuk kandang, jerami, sekam, dedak atau bahan tanaman lainnya. Bahan-bahan tersebut dicampur dan diberi aktivator EM-4, gula pasir dan air. Bahan yang telah dicampur, ditumpuk dengan tinggi maksimal 1,5 meter dan ditutup dengan terpal plastik. Pemeriksaan tumpukan dilakukan setiap hari. Apabila suhu terlalu tinggi, maka perlu dilakukan pembalikan dan didiamkan sesaat agar suhunya turun, kemudian ditutup kembali. Pembuatan pupuk bokashi biasanya selama tujuh hari, setelah tujuh hari pupuk bokashi telah dapat digunakan. Pupuk tersebut diberikan pada saat pembajakan kedua. Cara pemberiannya yaitu pupuk disebarkan merata keseluruh permukaan tanah. Setelah disebar pupuk dibiarkan selama empat hari. Selanjutnya tanah digaru sehingga pupuk dapat menyatu dengan tanah. Jumlah pupuk yang digunakan tergantung pada tingkat kesuburan tanah.

70 54 V.2.7 Pembrantasan Hama dan Penyakit Pembrantasan hama dan penyakit sangat penting dilakukan agar hasil produksi tidak turun. Dalam pembrantasan hama dan penyakit, budidaya padi ramah lingkungan berbeda dengan budidaya padi secara anorganik. Budidaya padi secara anorganik biasanya menggunakan pestisida kimia untuk membrantas hama dan penyakit. Sedangkan budidaya padi ramah lingkungan menggunakan pestisida alami. Pestisida ini bisa dibuat sendiri oleh petani seperti dari daun-daunan atau umbi-umbian. Pestisida yang biasa digunakan adalah ramuan dari daun sirsak dan bawang putih. Daun sirsak dan bawang putih ditumbuk sampai halus. Bahan tersebut ditambahkan air secukupnya dan dibiarkan selama dua hari. Setelah dua hari larutan disaring dengan kain halus. Hasil saringan tersebut disemprotkan ke tanaman yang terserang hama. Ramuan ini biasanya digunakan untuk membrantas hama wereng. V.2.8 Panen dan Pasca Panen Keberhasilan suatu budidaya dapat dilihat dari hasil yang diperoleh pada saat panen, oleh karena itu penanganan pada saat sebelum panen, panen dan pasca panen perlu diperhatikan. Pemanenan padi harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pemanenan yang terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas gabah menjadi rendah karena banyak butir yang masih hijau atau butir berkapur. Sedangkan pemanenan yang terlalu lambat juga dapat menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah dimakan burung atau tikus. Secara umum, padi siap dipanen apabila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 persen dan tangkai sudah menunduk. Sekitar sepuluh hari sebelum pemanenan dilakukan, sawah harus dikeringkan

71 55 terlebih dahulu. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat dan menyamakan masaknya padi. Pengeringan ini juga bertujuan untuk memudahkan pekerja disaat pemanenan berlangsung. Pemanenan dilakukan menggunakan alat yang sederhana seperti sabit. Padi yang telah di panen kemudian dikumpulkan dan langsung dirontokkan dengan cara dipukul ke papan atau kayu yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan pemanenan dan perontokan padi ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Pemanenan dan Perontokan

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002a), pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

CISARUA, Oleh : A

CISARUA, Oleh : A i ANALISISS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI WORTEL MEMILIH SISTEM PERTANIAN ORGANIK DI DESA TUGU SELATAN, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR Oleh : AGUNGG BUDI SANTOSO A14104013 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR Oleh: SANTI ROSITA A14304026 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Skripsi S1, Oleh: Afridha Rahman, Pembimbing: Dr.Ir. Nofialdi, M.Si dan Rina Sari,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN PADI ANORGANIK (Kasus : Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat)

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN PADI ANORGANIK (Kasus : Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat) ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN PADI ANORGANIK (Kasus : Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat) INDAH WULANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pertanian Organik Revolusi hijau di Indonesia yang dikenal dengan swasembada pangan ternyata memberikan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik Amaliah, SP A. Latar Belakang Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK (Kasus: Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: MENDEZ FARDIAZ A14202050

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar merupakan ancaman nyata dan bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu hanya menganalisis perbandingan antara usahatani dan kelayakan padi nonorganik dengan padi organik dan padi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam pertama kali diterapkan. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 1) PEMASYARAKATAN PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 2) Suhartini Abstrak Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARJIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARJIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS PENDAPATAN DAN MARJIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: FARID FITRIADI A 14102675 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian agro ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman dengan lingkungan tumbuhnya. Agro ekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang pertanian. Pembangunan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak terlepas dari kontribusi dan peranan sarana produksi, antara lain pupuk yang merupakan salah satu

Lebih terperinci