BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Hidup Sederhana a. Pengertian Sederhana Kebutuhan manusia di dunia ini berbeda-beda. Tetapi terkadang manusia bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhannya tetapi juga keinginannya, sehingga kehidupannya tidak sederhana. Wijaya (2014: 117) mengungkapkan sederhana adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Sederhana dapat pula berarti tidak berlebihan atau tidak mengandung unsur kemewahan. Kemendikbud (dalam Wibowo, 2013: 46) mengungkapkan sederhana adalah bersahaja, sikap dan perilaku yang tidak berlebihan, tidak banyak seluk-beluk, tidak banyak pernik, lugas, dan apa adanya, hemat sesuai kebutuhan, dan rendah hati. Sederhana adalah kebiasaan atau perilaku sehari-hari yang dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan serta tidak mencerminkan sikap yang berlebihan atau mengandung unsur kemewahan. Sederhana ditekankan pada unsur dan kemampuan materi atau keuangan, misalnya: makan, minum, jajan, membeli buku, rumah, dan kendaraan. 7

2 8 b. Indikator Sederhana Indikator merupakan suatu nilai yang berada di dalam karakter. Menurut Wijaya (2014: 87) indikator sederhana yaitu: Nilai-Nilai Tabel 2.1 Indikator Sederhana Indikator Sederhana Selalu berpenampilan apa adanya, tidak berlebihan Tidak pamer Tidak ria c. Sikap Hidup Sederhana Pola hidup sederhana terdiri atas dua pengertian pokok, yaitu pola hidup dan sederhana. Wijaya (2014: 119) mengemukakan pola hidup adalah cara berperilaku sehari-hari, sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Kegiatan berperilaku tersebut misalnya, tidur, makan, mandi, olahraga, dan belajar. Pola hidup dapat disamakan dengan kebiasaan, jika memiliki kebiasaan yang buruk berarti juga memiliki pola hidup yang buruk, dan begitu pun sebaliknya. Kebiasaan yang baik menandakan telah melakukan pola hidup yang baik. berikut: Pola hidup sederhana dalam hal materi antara lain meliputi sebagai 1) Mengomsusi makanan yang sehat dan sederhana 2) Memakai pakaian yang sopan sesuai dengan situasi 3) Memakai perhiasan tidak berlebihan 4) Membeli barang sesuai dengan kebutuhan 5) Uang saku tidak berlebihan

3 9 berikut ini: Pola hidup sederhana juga dapat ditunjukkan dalam sikap hidup 1) Tidak mudah menaruh curiga kepada orang lain 2) Tidak suka pamer 3) Tidak sombong 4) Jujur 5) Suka menolong Pola hidup sederhana adalah cara berpikir atau sesuatu kebiasaan yang dilakukan sehari-hari secara terus menurus berdasarkan kebutuhan dengan pendapatan yang dihasilkan dapat berjalan dengan seimbang. Pola hidup tersebut tidak mengutamakan apa yang diinginkan tetapi melihat apa yang menjadi kewajiban terpenting untuk dipenuhi, dengan pola hidup sederhana maka akan ditunjukkan dalam sikap hidup yang tidak mudah menaruh curiga kepada orang lain, tidak suka pamer, tidak sombong, jujur dan suka menolong. d. Cara Hidup Sederhana Untuk melaksanakan pola hidup sederhana, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain sebagai berikut : 1) Utamakan kebutuhan pokok daripada kebutuhan lain. Kenali dengan benar apa yang menjadi kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu pangan (makanan, minuman), sandang (pakaian), dan papan (rumah). Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier (mewah). Dua kebutuhan terakhir itulah berbeda-beda untuk setiap orang.

4 10 2) Perhitungkan kemampuan keuangan. Hitunglah seberapa banyak uang yang diperoleh dan hitunglah seberapa banyak uang yang bisa dikeluarkan. 3) Biasakan untuk berhemat dan suka menabung. Hidup hemat tidak sama dengan hidup kikir. Hidup hemat itu penuh perhitungan, terutama untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sehingga dengan berhemat, dapat menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Cara hidup sederhana bukan cara hidup yang kikir atau pelit melainkan cara hidup yang dapat menekan hawa nafsu atau keinginan dan mengutamakan kebutuhan primer yang disesuaikan dengan pendapatan yang diperoleh. Salah satu cara hidup sederhana yaitu dapat menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kingsley (Soemarto 1990: 99) menyatakan Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or change through practice or training yaitu

5 11 belajar adalah proses tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Belajar adalah merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap individu akan berinteraksi dan bersosialiasi dengan lingkungan sehingga mampu menggabungkan dan membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang ada di lingkungannya sebagai proses menuju perubahan tingkah laku. b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, menurut Slameto (2010: 54) faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor-faktor intern, meliputi: a) Faktor Jasmaniah Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. b) Faktor Psikologis Psikologis Psikologis Psikologis Psikologis Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

6 12 mempengaruhi belajar, antara lain: (1) intelegensi, (2) perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan, (7) kesiapan. c) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). 2) Faktor-faktor ekstern, meliputi: a) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat. b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup: (1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah, (6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8) keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah. c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat

7 13 yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman bergaul, dan (4) bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi belajar. Faktor yang berada dalam diri individu (intern) dan dalam luar individu yang belajar (ekstern). c. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcame). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan pengetahuan. Arifin (2011:12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Mulyasa berpendapat (2014:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Pengertian prestasi belajar yang dipaparkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

8 14 peserta didik dari kegiatan belajar, kemudian kegiatan belajar tersebut dinilai dengan tes yang hasilnya berbentuk angka atau huruf. Prestasi belajar dalam pembelajaran biasanya dilihat atau untuk menilai aspek kognitif. Prestasi sangat erat hubunganya dengan keberhasilan pembelajaran, karena prestasi memiliki fungsi sebagai indikator intern dan ekstern dalam pembelajaran. Arifin (2011:12) berpendapat fungsi prestasi belajar (achievement) yaitu: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasi peserta didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar sebagai indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Keberhasilan dari meningkatkanya suatu prestasi belajar tidak terlepas dari adanya suatu fungsi prestasi itu sendiri. Berdasarkan pendapat ahli di atas fungsi prestasi belajar ada lima yang pada intinya fungsi prestasi belajar akan memberikan suatu perubahan yang positif dari segi kognitif (kecerdasan) siswa yang nantinya akan berpengaruh baik juga untuk sekolah itu sendiri.

9 15 d. Faktor yang Mempengaruhi Pestasi Belajar Untuk meningkatkan prestasi belajar, menurut Mulyasa (2014: 191) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan perlu didalami, yaitu baik faktor internal maupun eksternal. 1) Faktor Internal a) Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap. b) Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah.

10 16 c) Minat (interest), yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau ke inginan yang besar terhadap sesuatu. d) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. e) Waktu dan Kesempatan Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan faktor non sosial. a) Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyrakat pada umumnya.

11 17 b) Faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan dan fisik, misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Untuk melancarkan belajar dan meningkatkan prestasi belajar Mulyasa (2014: 195) menyatakan terdapat hal-hal di bawah ini yang perlu diperhatikan: a. Hendaknya dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar peserta didik yang kurang paham dapat diberitahu oleh peserta didik yang telah paham dan peserta didik yang telah paham karena menerangkan kepada temannya menjadi lebih menguasai. b. Semua pekerjaan dan latihan yang diberikan oleh guru hendaknya dikerjaan segera dan sebaik-baiknya, ingat maksud guru memberi tugas-tugas tersebut adalah untuk latihan ekspresi dan latihan ekspresi adalah cara terbaik untuk penguasaan ilmu/kecakapan. c. Mengesampingan perasaan negatif dalam membahas atau berdebat mengenai suatu masalah/pekerjaan. Karena perasaan negatif dapat menghambat ekspresi serta mengurangi kejernihan pikiran. d. Rajin membaca buku/majalah yang bersangkutan dengan pelajaran. Dengan banyak membaca, maka batas pandangan mengenai suatu pelajaran akan tambah jauh dan luas. e. Berusaha melengkapi dan merawat dengan baik alat-alat belajar (alat tulis dan sebaginya). Hal ini kelihatannya soal sepele tetapi alat-alat yang tidak lengkap atau tidak baik akan mengganggu belajar. f. Selalu menjaga kesehatan agar dapat belajar dengan baik, tidur teratur, makan bergizi serta cukup istirahat. g. Waktu rekreasi gunakan sebaik-baiknya, terutama untuk menghilangkan kelelahan. h. Untuk mempersiapkan dan mengikuti ujian harus melakukan persiapan minimal seminggu sebelum ujian berlangsung.

12 18 3. Matematika di Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika Pengajaran matematika di Sekolah Dasar bertujuan untuk melatih siswa memecahkan masalah. Latihan pemecahan masalah yang dilakukan pada siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hariwijaya (2009: 29) menjelaskan bahwa matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Matematika secara informal, dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaah struktur abstrak yang didefisinikan secara aksioma dengan menggunkan logika simbolik dan notasi. Pengertian matematika antara lain menurut James and James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan geometris. Ruseffendi dalam (Heruman, 2007: 1) matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang

13 19 tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pasti yang berkaitan dengan berfikir serta memiliki ciri utama yaitu penalaran deduktif. Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep dalam matematika bersifat konsisten dan berfungsi untuk mengembangkan dan menggunakan rumus matematika serta untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika. b. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Secara umum menurut Depdiknas (2009: 1) terdapat empat tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di dalam pembelajaran, yaitu: 1) Penanaman Konsep Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga. 2) Tahap Pemahaman Konsep Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi. 3) Tahap Pembinaan Keterampilan Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti

14 20 mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi. 4) Tahap Penerapan Konsep Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah. Langkah pembelajaran matematika terdiri dari 4 tahapan yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, pembinaan keterampilan dan penerapan konsep. Semua tahapan tersebut harus dilaksanakan dengan baik agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat mudah dipahami oleh siswa. 4. Model PAKEM a. Pengertian Model PAKEM Perubahan paradigma yang terjadi pada kondisi sekarang ini, mengubah peran guru yang biasanya hanya sekedar menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang disampaikan itu sudah dapat dimengerti oleh siswa atau belum berubah menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya dalam belajar. Rusman (2013: 322) mengungkapkan bahwa PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pendapat lain oleh Daryanto (2013: 117) bahwa model pembelajaran PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

15 21 mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan sikap dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja. Model pembelajaran PAKEM lebih memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Proses belajar mengajar yang dilakukan dapat lebih berkembang, karena dapat menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenagkan dan efektif. b. Ciri Ciri atau Karakteristik PAKEM PAKEM merupakan kependekan dari pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Berlandaskan kata tersebut Daryanto (2013: 118) mengungkapkan ciri-ciri atau karakteristik PAKEM yaitu: (1) Partisipatif Ciri pertama pembelajaran model PAKEM adalah partisipatif. Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitik beratkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran, bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Proses belajar mengajar yang dilakukanakan lebih bermakna jika siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan

16 22 mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas. (2) Aktif Ciri kedua pembelajaran model PAKEM adalah aktif. Pembelajaran model ini memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya dan mengamati pengaruh dari manipulasi objek-objek tersebut. Proses belajar yang dilakukan bukan hanya menuntut siswa yang aktif, melainkan guru juga terlibat aktif, baik dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajarannya. (3) Kreatif Ciri ketiga model pembelajaran ini adalah kreatif. Pembelajaran yang dilaksanakan membangun kreatifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar, dan sesama siswa, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Guru juga dituntut untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran model PAKEM. (4) Efektif Ciri keempat pembelajaran model ini adalah efektif. Pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.

17 23 (5) Menyenangkan Ciri kelima model pembelajaran ini adalah menyenangkan. Pembelajaran model PAKEM dirancang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, diharapkan mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran PAKEM yang mempunyai lima ciri tersebut jika diterapkan secara optimal akan mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pembelajaran yang berjalan secara optimal akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang memuaskan. c. Prinsip PAKEM Model pembelajaran pakem mempunyai empat prinsip yakni: (1) Mengalami Peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indra. Bentuk kongkretnya adalah peserta melakukan pengamatan, percobaan dan wawancara, sehingga peserta didik belajar banyak memalui berbuat. (2) Interaksi Interaksi antara peserta didik itu sendiri, maupun dengan guru, baik melalui diskusi, tanya jawab atau saling melempar pertanyaan

18 24 harus selalu ada dan terjaga. Interaksi inilah, pembelajaran lebih hidup dan menarik dan kesalahan makna yang diperbuat oleh siswa berpeluang untuk terkoreksi. (3) Komunikasi Komunikasi perlu diupayakan dengan baik. Komunikasi adalah cara untuk menyampaikan apa yang diketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. (4) Refleksi Refleksi merupakan hal penting lainnya agar pembelajarannya itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi disini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat atau dipikirkan. Prinsip dari model pembelajaran PAKEM salah satunya yaitu mengalami. Hal yang dapat dialami siswa secara langsung yaitu bisa dalam bentuk kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari. Kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari yang dilakukan dapat membuat siswa berinteraksi baik dengan sesama siswa, guru atau lingkungannya.

19 25 d. Langkah Pembelajaran PAKEM Matematika (1) Guru merancang dan mengelola pembelajaran yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran dalam kegiatan yang beragam, misalnya: diskusi kelompok dan memecahkan masalah. Kegiatan yang ada dalam diskusi kelompok dapat berupa siswa bersama-sama teman satu kelompoknya melakukan aktivitas menimbang beras (makanan pokok) yang dikomsumsinya dalam satu hari. (2) Guru dapat menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, sesuai dengan materi yang diajarkan, misalnya: guru menggunakan alat peraga gula untuk menjelaskan materi penjumlahan pada pecahan. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan siswa, seperti: membagi donat untuk menunjukan bilangan pecahan pada materi menyederhanakan pecahan. Dalam menjelaskan materi pecahan yang diajarkan guru juga dapat menggunakan alat peraga tempe. (4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya mengenai bagaimana sikap hidup sederhana yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, setelah

20 26 mengetahui bagaimana cara menghitung kebutuhannya secara sederhana. 5. Pecahan a. Pengertian Pecahan Materi pecahan merupakan materi yang dilaksanakan dalam penelitian. Materi pecahan sangat penting karena pecahan, perbandingan dan skala sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa dapat menjumpai materi ini untuk menghitung jarak pada denah dengan jarak sebenarnya, menghitung perbandingan banyaknya benda, dan lain sebagainya. Pengertian pecahan menurut Heruman (2007: 43) dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang, adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Simanjuntak, Manurung dan Matutina (1993: 153) berpendapat bahwa pengertian bilangan pecahan pada matematika Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama, misalnya: seorang ibu yang baru pulang dari pasar membawa jeruk 4 sedangkan anaknya 2 orang. Supaya anak mendapatkan bagian yang sama maka, empah buah tersebut dibagi 2.

21 27 Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) dalam (Heruman, 2007: 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan 1, 1 disebut pembilang dan 2 2 disebut penyebut. Adapun standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang dijadikan bahan penelitian tertera dalam tabel 2.3 Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6. Menggunakan pecahan dalam 6.5 menyelesaikan masalah pemecahan masalah yang berkaitan dengan pecahan. b. Contoh soal pecahan Berdasarkan data di atas dapat diketahui materi yang akan dipakai untuk penelitian yaitu bilangan pecahan. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pecahan. Contoh 1 (operasi campuran) Pak Slamet memiliki 1 nampan tahu, 1 bagiannya digoreng, 1 bagiannya 5 4 direbus dan sisanya diberikan kepada Eli.

22 28 Berapa bagian tahu yang diberikan pada Eli? Penyelesaian: = 1 x x 4 = = 5+4 = x 5 1 x Bagian yang diberikan pada Eli adalah : 1-9 = 20-9 = 20 9 = Jadi, tahu Pak Slamet yang diberikan pada Eli adalah 11 Contoh 2 (pengurangan pecahan) Ibu membeli kue. Bagian yang diberikan untuk Kak Jo dan sisanya diberikaan untuk ayah. Berapa bagian kue yang diterima ayah? Penyelesaian: Bagian kue yang diterima ayah adalah: = = = 3 4 Jadi, kue yang diterima ayah 3 4 bagian Contoh 3 (penjumlahan pecahan) Lulu makan tempe yang digoreng ibu 2 8 bagian. Kemudian makan lagi tempe pemberian dari nenek makan seluruhnya? 1 4 bagian. Berapa jumlah tempe yang Lulu

23 29 Penyelesaian: Jumlah tempe seluhnya adalah = 2 + 1x2 = = x Jika disederhanakan, maka diperoleh: 4 = 4 4 = Jadi, jumlah tempe yang dimakan Lulu seluruhnya adalah 1 2 Contoh 4 (menghitung kebutuhan sehari-hari pada kegiatan pembelajaran matematika) Menghitung kebutuhan makan sehari-hari Seorang guru menghendaki setiap siswa mampu mengaitkan matematika yang dipelajari siswa di sekolah dengan kehidupan keseharian. Pada suatu hari guru membuka pembelajaran kemudian bertanya berapa banyak nasi yang siswa habiskan dalam sehari?.jawaban siswa ternyata bermacammacam. Ada yang mengatakan 1 kg, 1 kg,, 1 kg, dan ada yang menjawab kg. Jawaban siswa yang bervariasi tersebut, guru meminta para siswanya untuk membuat daftar bahan makanan yang dimakan setiap hari. Contoh seorang siswa dalam satu hari menghabiskan 3 piring nasi atau sama dengan 1 2 kg beras, kemudian guru meminta siswa untuk menghitung berapa jumlah beras yang dimakan dalam satu Minggu?. Penyelesaian :

24 30 3 piring nasi dalam satu hari = 1 kg beras 2 1 Minggu = 7 hari Beras yang dimakan dalam satu Minggu = = 7 = 3 1 kg Jadi beras yang dimakan dalam satu Minggu = 3 1 kg 2 Langkah-langkah pembelajaran matematika menghitung kebutuhan sehari-hari melalui PAKEM : 1. Review Guru dan siswa meninjau ulang pelajaran yang lampau. 2. Pengembangan Guru senantiasa menyajikan ide baru dan perluasan konsep. 3. Latihan terkontrol Guru memeriksa kemungkinan terjadinya miskonsepsi. Dianjurkan dengan kerja kelompok. 4. Seat work Siswa bekerja mandiri atau dalam kelompok dengan perluasan konsep. 5. Laporan siswa perorangan atau kelompok Hasil kerja individu atau kelompok dilaporkan untuk dibahas dan ada perbaikan. 6. Pendalaman melalui pendekatan Contextual Teaching Learning

25 31 Siswa diajak untuk melihat kelingkungan sekitar, kegiatan sehari-hari yang dilakukan dengan tujuan untuk memperdalam materi. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai penelitian, namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai pembelajaran matematika melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari pada mata pelajaran matematika materi pecahan: 1. Sutinah (2013) tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas IVB MIN Kebonagung Imogiri Bantul jenis penelitian apenelitian Tindakan Kelas. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa upaya meningkatkan hasil prestasi belajar matematika dengan alat peraga yang dihubungkan dengan pembelajaran yang nyata membuat siswa manjadi lebih aktif dan kreatif sehingga tercipta pembelajaran yang variatif. 2. Nur aeni (2009) tentang Penerapan Pakem Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Di SD Muhammadiyah Serang jenis penelitian PTK. Penelitian tersebut menyimpulkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan/strategi PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar.

26 32 C. Kerangka Berpikir Kondisi pada awal survei telah diperoleh gambaran bahwa karakter sederhana dan prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Rendahnya sikap hidup sederhana siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena siswa akan lebih mementingkan apa yang mereka inginkan daripada apa yang siswa butuhkan untuk kegiatan belajar mengajar. Agar sikap sederhana dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dikelas IV melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari materi pecahan dapat meningkat, maka perlu dilakukan adanya tindakan yang berasal dari guru dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM serta pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk dapat meningkatakan hidup sederhana dan prestasi belajar siswa. Salah satu cara dengan menciptakan pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, menyenangkan dan nyata yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan seperti itu diharapakan dapat lebih memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Hal ini dapat ditunjukan dalam skema kerangka berpikir pada gambar 2.1 sebagai berikut:

27 33 Kondisi Awal Belum menggunakan model pembelajaran PAKEM Rendahnya sikap hidup sederhana dan Prestasi belajar siswa Refleksi Siklus I Siklus II Menggunakan model pembelajaran PAKEM dengan kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari Tindakan Kondisi Akhir Melalui model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan sikap hidup sederhana dan prestasi belajar siswa Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir penelitian D. Hipotesis Tindakan 1. Model pembelajaran PAKEM melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari dapat meningkatkan sikap hidup sederhana siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 3 Lesmana. 2. Model pembelajaran PAKEM melalui kegiatan menghitung kebutuhan sehari-hari dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 3 Lesmana.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Siswa memiliki kewajiban untuk mengikuti perintah guru, sehingga harus memiliki tanggung jawab atas perintah tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan globalisasi menuntut pendidikan Indonesia untuk ikut berkembang mengikuti tuntutan tersebut agar pendidikan lebih maju dan lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan yang dimiliki sosok pendidik untuk siswanya di sekolah masing masing. Sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh 34 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar 1.1.Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kejujuran a. Pengertian Kejujuran Menurut Kesuma, dkk (2012: 16) jujur merupakan suatu keputusan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya, kata-katanya atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa yang merupakan suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru dan pengelolaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Realistic Mathematics Education (RME) 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal

Lebih terperinci

Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten Pulang Pisau ABSTRAK

Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten Pulang Pisau ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN KARTU BAGI SISWA KELAS VI SDN MANTAREN 1 Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan

Lebih terperinci

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Wuryantoro) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu dasar memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari penerapan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi merupakan era perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya pada globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Definisi Kerjasama Kerjasama adalah sebuah sikap mau melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama tanpa melihat latar belakang orang yang diajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Hisyam Zaini menjelaskan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Intan Purnama Sari Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga manusia mampu menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang pasti, karena para ahli masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Ada yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK DAN PENILAIAN DIRI (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP NEGERI 3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Suprapto 27 Abstrak. Matematika merupakan ilmu terstruktur yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Istilah belajar menurut beberapa ahli, di antaranya oleh Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. ilmuwan salah satunya adalah Bruner. Bruner dalam (Aisyah, N; (2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. ilmuwan salah satunya adalah Bruner. Bruner dalam (Aisyah, N; (2008: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing a. Konsep Teori Belajar Bruner Teori belajar matematika telah dikemukakan oleh banyak ilmuwan salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori. Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan semua manusia membutuhkan pendidikan, dimana pendidikan dibutuhkan sebagai hal yang dapat membuat manusia berkembang dan hidup sejahtera. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya (Karso: 1998, 1.6).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kreatif - Produktif A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Kreativitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia yang lebih baik lagi dan berkualitas. Akibat pengaruh itupendidikan mengalami kemajuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pembelajaran Secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan di dalam ruangan atau kelas dengan melibatkan antara guru dan murid untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Proses pembelajaran dikatakan efektif dan efesien apabila seorang guru mampu memiliki metode/strategi pembelajaran yang tepat

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI A. Model Pembelajaran PAKEM 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM Model pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT KELAS VII SMP NEGERI 1 BRINGIN TAHUN 2014/ 2015 Dian Tri Yunitasari,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, pendidikan tak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan di Indonesia telah dimasukkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sejak usia dini. Matematika adalah salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat (Miarso,

Lebih terperinci