SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 STUDI KETERKAITAN ANTARA STATUS GIZI DAN POLA ASUH LINGKUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA PRASEKOLAH PADA KELUARGA MISKIN KECAMATAN JALANCAGAK KABUPATEN SUBANG Paramitha Wirdani Ningsih Marlina SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Studi Keterkaitan antara Status Gizi dan Pola Asuh Lingkungan dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Miskin Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Oktober 2012 Paramitha Wirdani Ningsih Marlina I

3 ABSTRACT PARAMITHA WIRDANI NINGSIH MARLINA. Study of Relationship between Nutritional Status, Parenting, and Cognitive Development of Preschool Children in Poor Families at Jalancagak Sub-district Subang District. Under direction of FAISAL ANWAR and LILIK KUSTIYAH. The objective of this study was to examine the relationship between nutritional status, and parenting, and cognitive development of preschool children in poor families. Design of this study is a cross-sectional with sample size was 152 children. The result showed that significant correlation between nutritional status and cognitive development (p-value = 0.028) and parenting and cognitive development (p-value = 0.038). Influencing factor for cognitive development was parenting (OR = 0.328, 95% CI = ). Keywords : nutritional status, parenting, cognitive development, preschool children

4 RINGKASAN PARAMITHA WIRDANI NINGSIH MARLINA. Studi Keterkaitan antara Status Gizi dan Pola Asuh Lingkungan dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Miskin Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Dibimbingan oleh FAISAL ANWAR and LILIK KUSTIYAH. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Pencapaian pembangunan manusia yang berkualitas dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (BAPPENAS, 2010) menyatakan bahwa dari laporan Human Development Reports, UNDP, tahun 2010 IPM Indonesia dikategorikan dalam medium human development dan menduduki ranking 108 dari 182 negara. Sejalan dengan itu status gizi balita di Indonesia juga masih sangat mengkhawatirkan. Terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 (Kemenkes Balitbang, 2010) melaporkan bahwa prevalensi balita menderita status gizi kurang sebesar 17.9% dan gizi buruk sebesar 4.9%. Selain itu juga Depdiknas tahun 2002 melaporkan dari 26 juta anak usia dini (0-6 tahun), baru 17% anak yang mengikuti pendidikan usia dini. Padahal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarkan sebelum jenjang pedidikan dasar (Kemendiknas 2010). Data Riskesdas 2010 juga melaporkan bahwa persentase balita yang mengalami gizi kurang yang berasal dari keluarga yang tingkat pengeluaran Rumah Tangga per kapitanya berada di kuintil 1 sebesar 15.6% dan untuk gizi buruk sebesat 7.1%. Selain itu juga persentasi balita yang mengalami gizi kurang yang kepala keluarganya bekerja menjadi petani atau nelayan atau buruh sebesar 15.2 %. Ini menggambarkan bahwa sosial ekonomi rumah tangga berpengaruh terhadap status gizi balita di dalam keluarga tersebut. Dimana kondisi kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Growth, Cognitive Development and Psychosocial of Preschool Children in Poor Farmer and Non- Farmer Households, yang dibiayai oleh Neys Van Hoogstraten Foundation (Khomsan et al. 2011). Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian berlokasi Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, pada bulan Oktober 2011 hingga Juli Berdasarkan perhitungan jumlah sampel minimum yang didapat adalah sebanyak 400 sampel, maka sampel untuk setiap desa masing-masing adalah 80 sampel. Untuk penelitian ini, desa yang dipergunakan sebagai sampel adalah desa Kumpay dan Bunihayu. Adapun alasan pemilihan ke dua desa tersebut adalah mata pencaharian pokok penduduk ke dua desa sangat beragam serta jumlah posyandu yang aktif. Setelah melalui proses cleaning data, maka sampel dari 160 menjadi 152 sampel. Pengurangan ini dikarenakan data yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak lengkap untuk variabel karakteristik keluarga dan karakteristik anak. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer melalui wawancara menggunakan kuisioner serta observasi atau pengukuran secara langsung, data sekunder diperoleh dari kantor desa dan posyandu setempat. Data primer meliputi karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga), karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir), pengetahuan sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan

5 kesehatan, asupan gizi anak (tingkat kecukupan energi dan protein), pola asuh lingkungan, keikutsertaan dalam PAUD, status gizi anak (tinggi badan dan berat badan), genetik (lama pendidikan ibu dan berat bdan lahir) perkembangan kognitif. Data sekunder meliputi, jumlah balita setempat, keadaan umum lokasi, dan data demografi. Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, keikutseraan dalam PAUD dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data asupan gizi anak menggunakan metode recall 2 x 24 jam, pola asuh lingkungan menggunakan wawancara dengan instrument HOME, status gizi anak pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, perkembangan kognitif dengan instrument Depdiknas Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat atau analisis deskriptif menggambarkan sebaran variabel yang diteliti dalam kuisioner berdasarkan persen dan rataan. Analisis uji beda menggunakan t-test Independen, untuk melihat perbedaan berdasarkan kelompok PAUD dan non PAUD. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pola asuh lingkungan, pengetahuan, sikap dan praktek ibu terhadap gizi dan kesehatan, status gizi, asupan energi dan protein anak dengan perkembangan kogniitif anak usia prasekolah. Uji Regresi Logistik berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi asupan gizi anak dan yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Hasil penelitian ini dimana hampir sebagian besar (82.2%) anak tidak terlibat dalam kegiatan pendidikan anak usia dini, baik PAUD, Taman Kanak- Kanak, atau Taman bermain. Hanya 17.8% anak yang terlibat dalam pendidikan usia dini. Berdasarkan karakteristik keluarga sebagian besar ibu berada di usia dewasa muda (90.8%) dan demikian pula untuk ayah sebagian besar berada di usia dewasa muda (69.1%). Sebagian besar (63.2%) termasuk ke dalam kategori keluarga kecil. Sebagian besar (86.2%) ayah memiliki tingkat pendidikan rendah, dengan rata-rata lama pendidikan sebesar 7.49 tahun. Demikian pula untuk ibu, sebagian besar (93.4%) ibu memiliki tingkat pendidikan rendah, dengan rata-rata lama pendidikan sebesar 7.46 tahun. Umumnya ibu tidak bekerja atau tergolong ibu rumah tangga yaitu sebesar 75.7% dan ayah bekerja pada sektor non pertanian sebesar 63.8% dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp dengan standar deviasi Rp Karakteristik anak, mayoritas berasal pada kelompok usia bulan (56.6%) dengan persentasi terbesar untuk jenis kelamin anak yang mengikuti penelitian ini adalah perempuan sebesar 53.9%. sebagian besar (97.4%) lahir dengan berat badan normal dan terdapat 2.6% anak yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). Berdasarkan pengetahuan ditemukan bahwa sebanyak 79.0% ibu memiliki pengetahuan yang kurang, ditemukan bahwa sebanyak 96.0% ibu memiliki sikap yang baik, dan ditemukan bahwa sebanyak 77.6% ibu memiliki praktik yang baik. Asupan gizi anak, sebanyak 67.1% anak yang memiliki tingkat kecukupan energi yang tidak normal, dan sementara 73.6% anak yang memiliki tingkat kecukupan protein yang tidak normal. Berdasarkan status gizi, ditemukan bahwa sebanyak 73.7% anak memiliki status gizi yang normal berdasarkan indeks BB/U, ditemukan bahwa sebanyak 65.1% anak memiliki status gizi yang normal berdasarkan indeks TB/U, sebanyak 84.2% anak memiliki status gizi yang normal berdasarkan indeks BB/TB. Berdasarkan pola asuh lingkungan, ditemukan bahwa sebanyak 77.0% anak memiliki pola asuh lingkungan yang kurang. Berdasarkan perkembangan kognitif, ditemukan bahwa sebanyak 77.0% anak memiliki perkembangan kognitif yang kurang.

6 Berdasarkan hasil uji beda (t-test) terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara usia anak (p=0.020), sikap ibu terhadap gizi dan kesehatan (p=0.026), status gizi berdasarkan indeks BB/U (p=0.025), status gizi berdasarkan indeks BB/TB (p=0.012), dan pola asuh lingkungan (p=0.014) dengan keikutsertaan dalam PAUD. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara usia ibu (p-value=0.042) dan pekerjaan ayah (p-value=0.023) dengan pengetahuan ibu terhadap gizi dan kesehatan. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara pekerjaan ibu (pvalue=0.045) dan jenis kelamin anak (p-value=0.016) dengan tingkat kecukupan energi. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan ibu(pvalue=0.051) terhadap tingkat kecukupan protein. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan gizi baik tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi anak usia prasekolah. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara pekerjaan ayah (p-value=0.002), lama pendidikan ibu (p-value=0.051), lama pendidikan ayah (p-value=0.009), besar keluarga (p-value=0.000)dan pendapatan per kapita (p-value=0.007) dengan pola asuh lingkungan. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara status gizi indeks BB/U (p-value=0.028) dan pola asuh lingkungan (p-value=0.038) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi adalah jenis kelamin anak dengan OR=0.418 (95%; CI= ). Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan protein adalah pekerjaan ibu dengan OR=2.531 (95%; CI= ). Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitif adalah pola asuh lingkungan dengan OR=0.328 (95%; CI= ). Kata kunci: status gizi, pola asuh lingkungan, perkembangan kognitif, anak usia prasekolah

7 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

8 STUDI KETERKAITAN ANTARA STATUS GIZI DAN POLA ASUH LINGKUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA PRASEKOLAH PADA KELUARGA MISKIN KECAMATAN JALANCAGAK KABUPATEN SUBANG Paramitha Wirdani Ningsih Marlina Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

9 LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis Nama : Studi Keterkaitan antara Status Gizi dan Pola Asuh Lingkungan dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Miskin Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang : Paramitha Wirdani Ningsih Marlina NIM : I Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS Ketua Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana drh. M. Rizal. M. Damanik, MRepSC, PhD Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr Tanggal Ujian: 29 Agustus 2012 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Studi Keterkaitan antara Status Gizi dan Pola Asuh Lingkungan dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Miskin Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Tesis ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberi usulan, saran, kritik dan motivasi dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS. dan Tim yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk mengikuti penelitian Growth, Cognitive Development and Psychosocial of Preschool Children in Poor Farmer and Non-Farmer Households, yang dibiayai oleh Neys Van Hoogstraten Foundation. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS. selaku penguji luar komisi. Penghargaan khusus diberikan kepada ayahanda Eddy P. Siahaan dan Ibunda Sumarni Simbolon yang telah menghantarkan penulis hingga ke jenjang pendidikan Magister dengan kasih sayang dan doa. Kemudian kepada Rivai Sunardi, Bella Cerelia, seluruh keluarga, rekan-rekan S2 GMS 2010, Tio Renova dan tim enumerator Subang yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa dan dukungannya, serta bintang kecil yang menyinari dan hadir memberi warna dalam hidupku. Penulis berharap tesis ini dapat menjadi salah satu bagian dari rangkaian penyusun bagi landasan ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk semua. Bogor, Oktober 2012 Paramitha Wirdani Ningsih Marlina

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Oktober Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Eddy P. Siahaan dan Ibu Sumarni Simbolon. Tahun 2004, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis meraih gelar Sarjana Sains tahun 2008 dari Departemen Biokimia, dengan judul skripsi Konsentrasi Flavonoid dan Lethal Concentration 50 (LC ) Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper 50 crocatum) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dengan lama studi 46 bulan. Selama mengikuti perkuliahan S1, penulis pernah melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia dan menulis laporan ilmiah yang berjudul Analisis Pola Protein dari Bunga dan Daun Kelapa Sawit Normal dan Abnormal. Selain itu penulis juga pernah aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dengan berbagai kegiatan eksternal maupun internal, yaitu sebagai staff Departemen Informasi, Komunikasi, dan Kesekretariatan Community of Research and Education in Biochemistry (CREB s) pada periode 2006/2007 dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (PMK IPB) pada Komisi Pelayanan Siswa pada tahun 2004 hingga Penulis juga pernah menjadi Koordinator dan Pengajar Agama Kristen di SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2005 hingga Setelah lulus penulis pernah bekerja di PT. Dayasembada Swadarma, Jakarta sebagai Store Manager hingga tahun Tahun 2010, penulis melanjutkan kembali pendidikan Strata 2 (S2) pada Sekolah Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan S2, penulis pernah menjadi enumerator untuk penelitian Growth, Cognitive Development and Psychosocial of Preschool Children in Poor Farmer and Non-Farmer Households kerja sama Dept. Ilmu Gizi Masyarakat IPB dan Neys Van Hoogstraten Foundation tahun 2011 dan enumerator Penelitian Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) dan Status Anemian terhadap Status Gizi dan Daya Ingat Sesaat Anak SDN 1 Pasanggrahan Purwakarta kerja sama Dept. Ilmu Gizi Masyarakat IPB dan LSM Nurani Dunia tahun 2012.

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 4 Tujuan Umum... 4 Tujuan Khusus... 4 Hipotesis... 5 Manfaat... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Status Gizi dan Pengukurannya... 7 Karakteristik Keluarga... 9 Usia Orang Tua... 9 Besar Keluarga Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Keluarga Pendidikan Orang Tua Karakteristik Anak Usia Anak Prasekolah Berat Badan Bayi Lahir Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Asupan Energi dan Protein Anak Pola Asuh Lingkungan Perkembangan Kognitif Pendidikan Anak Usia Dini KERANGKA PEMIKIRAN xv xviii xix METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Karakteristik Keluarga Sampel Usia Orang Tua Besar keluarga Pendidikan Orang Tua Pekerjaan Orang tua... 39

13 Halaman Pendapatan Per Kapita Karakteristik Sampel Usia dan Jenis Kelamin Anak Prasekolah Berat Badan Lahir Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Pengetahuan Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Asupan Zat Gizi Status Gizi Anak Usia Prasekolah Pola Asuh Lingkungan Perkembangan Kognitif Analisis Hubungan antar Variabel Hubungan antara Karakterisktik Keluarga dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Asupan Gizi Anak. 72 Hubungan antara Karakteristik Anak dengan Asupan Gizi Anak Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu dengan Asupan Gizi Anak Hubungan antara Asupan Gizi Anak dengan Status Gizi Anak Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Pola Asuh Lingkungan Hubungan antara Pola Asuh Lingkungan dengan Perkembangan Kognitif Anak Hubungan antara Status Gizi dan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah Hubungan antara Keikutsertaan PAUD dan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah Hubungan Antara Genetik dengan Perkembangan Kognitif Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Asupan Zat Gizi Anak Usia Prasekolah Tingkat Kecukupan Energi Tingkat Kecukupan Protein Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Prevalensi masalah gizi pada balita Kabupaten Subang Standar tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia prasekolah Variabel, jenis dan cara pengumpulan data Pengkategorian variabel penelitian Sebaran sampel berdasarkan usia orang tua terhadap keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan besar keluarga terhadap keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan lama pendidikan orang tua Sebaran sampel berdasarkan pekerjaan orang tua terhadap keikutsertaan PAUD Pendapatan per kapita dalam sebulan Sebaran sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin Sebaran sampel berdasarkan berat badan lahir anak terhadap keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan pengetahuan ibu dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan sikap ibu dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan praktik ibu dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan praktik pemberian makan anak Sebaran sampel berdasarkan jadwal makan anak Sebaran sampel berdasarkan sikap ibu dalam memberi makan anak Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut kelompok usia anak Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan protein dan keikutsertaan PAUD... 54

15 Halaman 21 Sebaran tingkat asupan zat gizi anak usia prasekolah Sebaran sampel menurut status gizi indeks BB/U dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel menurut status gizi indeks TB/U dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel menurut status gizi indeks BB/TB dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel menurut status gizi berdasarkan indeks BB/TB dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan subskala pola asuh lingkungan dan keikutsertaan PAUD Sebaran sampel berdasarkan perkembangan kognitif dan keikutsertaan PAUD Hubungan antara karakterisktik keluarga dangan pengetahuan ibu terhadap gizi dan kesehatan Hubungan antara karakterisktik keluarga dengan sikap ibu terhadap gizi dan kesehatan Hubungan antara karakterisktik keluarga dengan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan Hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kecukupan energi Hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kecukupan protein Hubungan antara karakteristik anak dengan tingkat kecukupan energi Hubungan Antara Karakteristik Anak Dengan Tingkat Kecukupan Protein Hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik ibu dengan tingkat kecukupan energi Hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik ibu dengan tingkat kecukupan protein Hubungan tingkat kecukupan energi dengan status gizi anak Hubungan tingkat kecukupan protein dengan status gizi anak... 79

16 Halaman 39 Hubungan antara karakteristik keluarga dengan pola asuh lingkungan Hubungan antara pola asuh lingkungan dengan perkembangan kognitif anak Hubungan antara pola asuh lingkungan dengan perkembangan kognitif anak Hubungan antara status gizi dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah Hubungan antara keikutsertaan PAUD dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah Hubungan antara genetik dengan perkembangan kognitif Hasil uji regresi logistik yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi anak usia prasekolah Hasil uji regresi logistik yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan protein anak usia prasekolah Hasil uji regresi logistik berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia prasekolah... 93

17

18 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran Bagan alir tahapan pengambilan sampel Sebaran sampel dalam keikutsertaan dalam PAUD Sebaran berdasarkan jenis pekejaan ayah Sebaran ibu yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar Sebaran sikap ibu terhadap gizi dan kesehatan

19

20 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil uji beda t-test antar berbagai variabel... xiv 2 Hasil analisis uji regrsi logistik berganda... xv

21 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Pencapaian pembangunan manusia yang berkualitas dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Ada tiga faktor yang menjadi indikator IPM yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dengan status gizi masyarakat. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (BAPPENAS 2010) menyatakan bahwa dari laporan Human Development Reports, UNDP, tahun 2010 IPM Indonesia dikategorikan dalam medium human development dan menduduki ranking 108 dari 182 negara. Sejalan dengan itu status gizi balita di Indonesia juga masih sangat mengkhawatirkan. Terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 (Kemenkes Balitbang 2010) melaporkan bahwa prevalensi balita menderita status gizi kurang sebesar 17.9% dan gizi buruk sebesar 4.9%. Dimana kondisi kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM. Selain itu juga Depdiknas tahun 2002 melaporkan dari 26 juta anak usia dini (0-6 tahun), baru 17% anak yang mengikuti pendidikan usia dini. Padahal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarkan sebelum jenjang pedidikan dasar (Kemendiknas 2010). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 1 angka 14 yang menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kualitas SDM ditentukan oleh keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ada dua, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar (Darmadji et al. 1984). Faktor dari dalam ini bersifat genetik, dan faktor dari luar yaitu lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang sudah ada dalam diri anak sendiri, termasuk halhal yang diturunkan oleh orang tua, seperti warna rambut dan bentuk tubuh,

22 2 sedangkan faktor lingkungan adalah faktor keluarga (terutama sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, dalam hubungan orang tua dengan anak), pemeliharan, budaya setempat, dan teman bermain. Menurut Martorell (1996) menyatakan bahwa kekurangan gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik tertunda, perkembangan motorik dan kognitif tergangguan. Pengaruh ini dapat menyebabkan penurunan IQ sebesar 15 poin. Khomsan (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak yang cepat terjadi pada usia di bawah lima tahun. Bahkan fase pertumbuhan otak cepat (growth spurt) terjadi sampai usia 18 bulan. Status gizi anak pada dua tahun pertama sangat menentukan perkembangan kognitif di masa yang akan datang. Ditambahkan Soedjatmiko (2008) bahwa sejak usia kehamilan enam bulan sampai anak berusia dua tahun, merupakan waktu pertumbuhan percabangan sel-sel otak paling cepat. Semakin sering, bervariasi dan teratur rangsangan atau stimulasi yang diterima sejak usia kehamilan enam bulan sampai usia dua tahun maka semakin kuat hubungan antara sinaps sel-sel di otak kiri dan kanan. Kualitas kecerdasan anak tergantung dari kualitas sel-sel otak yang terbentuk sampai usia 2-3 tahun. Kualitas sel-sel otak tergantung pada ransangan (stimulasi) dan kualitas gizi untuk perkembangan fungsi-fungsi sel-sel otak tersebut. Oleh karena itu kebutuhan gizi dan stimulasi dini sangat penting terutama sejak didalam kandungan sampai berusia 2-3 tahun (Soedjatmiko 2008). Kemudian Rahmaulina dan Hastuti (2008) menyatakan kualitas SDM sangat ditentukan oleh kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak yang dikembangkan melalui pengasuhan oleh keluarga, terutama orang tua. Selain itu, kurangnya gizi akan berdampak pada perubahan perilaku sosial, perhatian menurun, kemampuan belajar, dan rendahnya hasil belajar (Jalal 2009). Demikian juga dalam penelitian Grantham Mc-Gregor (1995) menemukan bahwa anak yang memiliki status gizi baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik. Status gizi anak usia dini dalam jangka pendek berdampak pada perkembangan otak, pertumbuhan massa otot dan komposisi tubuh, serta pemprograman metabolism zat-zat gizi, sedangkan dampak pda jangka panjang adalah performance kognitif, imunitas dan produktivtas kerja, serta meningkatkan kejadian-kejadian penyakit degeneratif (ACC/SCN 2000). Kemudian Jalal (2009) menyatakan bahwa anak yang memiliki status kesehatan dan gizi yang rendah, cenderung untuk tidak berprestasi di sekolah karena mereka memiliki kemampuan yang rendah dalam berkonsentrasi dan menyerap pembelajaran

23 3 yang diterima. Kemudian berdasarkan hasil studi Zeitlin (2000) menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik. Demikian pula hasil penelitian Anwar (2002) menemukan bahwa ada hubungan antara model pengasuhan anak di bawah dua tahun dengan peningkatkan perkembangan psikososial anak. Hastuti et al. (2010) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak yang rendah dapat mengindikasikan rendahnya tingkat pengasuhan orang tua kepada anak. Ditambahkan Evans et al. (2000) bahwa perkembangan anak bersifat holistic dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kesehatan, gizi, sosial, emosional, dan spiritual. Dengan kata lain, bila kekurangan gizi, status kesehatan rendah, dan tidak optimalnya pengasuhan anak akan menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan kognitif, motorik, sosial dan emosional anak. Selain itu karakteristik ibu, yaitu pengetahuan dan status gizi ibu juga mempengaruhi pola asuh yang dilakukan oleh ibu. Myers (1992) menyatakan bahwa banyaknya waktu yang digunakan ibu dalam mengasuh anaknya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keadaan gizi anak. Pengetahuan ibu tentang gizi dan penerapannya juga mempengaruhi status gizi anak, dan keadaan status gizi ibu mempengaruhi aktifitas pengasuhan anak. Berdasarkan penelitian Sa diyyah (1998) menemukan bahwa faktor semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya. Menurut Satoto (1990) bahwa faktor ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak. Latifah et al. (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara pendapatan per kapita keluarga dan pendidikan ayah dengan stimulasi psikososial, demikian halnya dengan pendidikan ibu. Hasil penelitian Welsch dan Zimmer (2010) menyatakan bahwa berat badan lahir nyata akan mempengaruhi kognitif pada masa kecil. Adapun permasalahan yang mendasari dari penelitiian ini adalah data Riskesdas 2007 yang melaporkan bahwa persentase balita yang mengalami gizi kurang yang berasal dari keluarga yang tingkat pengeluaran rumah tangga per kapitanya berada di kuintil satu sebesar 15.4% dan untuk gizi buruk sebesar 6.7%. Kemudian Riskesdas 2010 juga melaporkan bahwa persentase balita yang mengalami gizi kurang yang berasal dari keluarga yang tingkat pengeluaran rumah tangga per kapitanya berada di kuintil satu sebesar 15.6% dan untuk gizi

24 4 buruk sebesar 7.1%. Selain itu Riskesdas 2007 melaporkan persentasi balita yang mengalami gizi kurang yang kepala keluarganya bekerja menjadi petani atau nelayan atau buruh sebesar 14.8%. Demikian pula laporan Riskesdas 2010, persentasi balita yang mengalami gizi kurang yang kepala keluarganya bekerja menjadi petani atau nelayan atau buruh sebesar 15.2%. Terjadi peningkatan persentasi baik prevalensi gizi kurang maupun gizi buruk. Ini menggambarkan bahwa sosial ekonomi rumah tangga berpengaruh terhadap status gizi balita di dalam keluarga tersebut. Berdasarkan BPS (2006), yang melaporkan bahwa Subang merupakan daerah pertanian dan memiliki persentase penduduk miskin yang tergolong tinggi sebesar 18.9% pada tahun Kemudian Database Kesehatan per Kabupaten melaporkan bahwa Kabupaten Subang tahun 2008 hingga tahun 2010 (Tabel 1) masih memiliki masalah gizi pada balita. Terlihat dari jumlah prevalensi balita yang mengalami masalah gizi cenderung stagnan atau tetap. Meskipun persentasenya masih di bawah 5%, namun diharapkan dapat diselesaikan secara efisien dan efektif agar kualitas SDM Indonesia membaik. Tabel 1 Prevalensi masalah gizi pada balita Kabupaten Subang Tahun BBLR (%) BGM (%) Gizi Buruk (%) Sumber : Database Kesehatan per Kabupaten (2012) Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian secara lebih mendalam mengenai bagaimana keterkaitan antara status gizi dan pola asuh lingkungan dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah pada keluarga miskin. Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara status gizi dan pola asuh lingkungan dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah pada keluarga miskin. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perbedaan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, asupan

25 5 gizi anak, pola asuh lingkungan, dan status gizi anak usia prasekolah berdasarkkan keikutsertaan dalam PAUD. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, dengan asupan energi dan protein anak usia prasekolah. 3. Menganalisis hubungan antara asupan energi dan protein anak dengan status gizi anak usia prasekolah. 4. Menganalisis hubungan antara genetik, pola asuh lingkungan, keikutsertaan dalam PAUD, dan status gizi dengan perkembangan kognitif anak. 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asupan gizi dan perkembangan kognitif anak. Hipotesis Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, asupan gizi anak, pola asuh lingkungan, dan status gizi anak usia prasekolah berdasarkkan keikutsertaan dalam PAUD. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap gizi dan kesehatan, dengan asupan energi dan protein anak usia prasekolah. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan protein anak dengan status gizi anak usia prasekolah. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara genetik, pola asuh lingkungan, keikutsertaan dalam PAUD, dan status gizi dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. 5. Terdapat faktor yang berpengaruh signifikan terhadap asupan gizi anak dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Manfaat Melalui hasil penelitian ini akan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia prasekolah, khususnya pada keluarga miskin. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan tentang pola asuh yang tepat untuk

26 6 balita setempat, secara khusus pada usia prasekolah. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mepengaruhi tumbuh kembang anak, dapat membantu orang tua atau pengasuh anak untuk mengetahui bagaimana cara pengasuhan yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak yang optimal. Diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para pengambil kebijakan baik untuk program gizi dan kesehatan agar dapat digunakan untuk peningkatan status gizi dan kesehatan ibu dan anak, khususnya untuk keluarga miskin.

27 TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi dan Pengukurannya Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu (Riyadi 1995), sedangkan Almatsier (2006) mendefinisikan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi disebut seimbang atau gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi tidak seimbang dapat dipresentasikan dalam bentuk kurang gizi yaitu bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan dan dalam bentuk gizi lebih yaitu bila asupan melebihi dari yang dibutuhkan (Jus at et al. 2000). Perkembangan kognitif anak juga turut di pengaruhi oleh status gizi. Gangguan gizi terjadi baik pada gizi kurang maupun status gizi lebih. Status gizi balita yang tidak seimbang menyebabkan pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut kurang gizi (underweight), kurus (wasted), pendek (stunted) dan gizi lebih (overweight). Gibson (2005) menyatakan bahwa penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat berupa antropometri, pemeriksaan secara klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei konsumsi makanan, melihat statistik vital dan faktor ekologi. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Indikator yang digunakan adalah tinggi badan (TB), berat badan (BB), lingkaran lengan atas (LLA), lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD) dan tebal lemak bawah kulit (TLBK). Oleh sebab itu, banyak penelitian yang menggunankan metode antropometri sebagai alat untuk penilaian status gizi yang murah dan efisien. Standar pengukuran antropometri untuk menentukan status gizi bermacam-macam, diantaranya Standar Boston atau Harvard, Standar Tanner, dan Standar National Center for Health Statistics (NCHS). World Health Organization (WHO) merekomendasikan menggunakan standar NCHS karena pengumpulan data NCHS lebih menggambarkan populasi yang sebenarnya dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII pada tahun Terdapat dua

28 8 cara penilaian dengan standar WHO-NCHS, yaitu persen terhadap median dan Z-score. Keuntungan menggunakan Z-score adalah hasil hitung telah dilakukan menurut simpangan baku, sehingga lebih akurat dan dapat dibandingkan untuk setiap kelompok umur dan indeks antropometri. Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversi ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO- NCHS Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut: 1. Berdasarkan indikator BB/U : Kategori Gizi buruk Z-score < SD Kategori Gizi Kurang Z-score SD s/d Z-score < SD Kategori Gizi Baik Z-score SD s/d Z-score 2.0 SD Kategori Gizi Lebih Z-score > 2.0 SD 2. Berdasarkan Indikator TB/U : Kategori Sangat Pendek Z-score < SD Kategori Pendek Z-Score SD s/d Z-score < SD Kategori Normal Z-Score SD 3. Berdasarkan indikator BB/TB: Kategori Sangat Kurus Z-score < SD Kategori Kurus Z-score SD s/d Z-score SD Kategori Normal Z-score SD s/d Z-score 2.0 SD Kategori Gemuk Z-score 2.0 SD Indeks berat badan menurut umur (BB/U) merupakan salah satu cara pengukuran antropometri yang dapat memberikan Gambaran keadaan gizi pada masa kini. Tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang sangat mendadak misalnya penyakit yang mengakibatkan turunnya nafsu makan sehingga berkurang jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat berpengaruh terhadap berat badan (Reksodikusumo 1989). Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) merupakan salah satu cara pengukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan bertambah seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan terlihat dalam waktu yang relatif

29 9 lama (Riyadi 1995). Indikator TB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi. Indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi karena BB/TB dapat memberikan gambaran proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan sehingga indeks ini menjadi indikator kekurusan. Demikian juga dalam penelitian Grantham Mc-Gregor (1995) menemukan bahwa anak yang memiliki status gizi baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik. Jalal (2009) menyatakan akibat dari kekurangan gizi berdampak pada perubahan perilaku sosial, kurang perhatian, kemampuan belajar, dan rendahnya hasil belajar. Dampak gizi buruk pada kemampuan kognitif ini tidak hanya terjadi pada anak yang mengalami gizi buruk tetapi juga pada anak yang tidak kekurangan gizi tetapi yang mengalami pertumbuhan tidak sempurna atau anak pendek (stunting). Anak yang memiliki derajat kesehatan dan gizi rendah cenderung untuk tidak berprestasi di sekolah karena mereka memiliki kemampuan yang rendah dalam konsentrasi dan menyerap pembelajaran yang diterima (Jalal 2009). Karakteristik Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terdekat anak, yang peranannya penting dalam tumbuh kembang anak. Karakteristik keluarga adalah segala hal yang melekat pada keluarga tersebut dan sangat mempengruhi tumbuh kembang anak yang berada dalam keluarga tersebut. Karakteristik keluarga antara lain usia orang tua, besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan pendidikan orang tua. Usia Orang Tua Orang tua, terutama ibu cenderung memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam hal pengasuhan anak, sehingga umunya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kualitas dan kuantitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya ibu yang tergolong dewasa

30 10 madya dan tua cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998). Besar Keluarga Besarnya anggota keluarga merupakan jumlah semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga, tinggal satu atap dan makan dari satu dapur. Semakin besar suatu keluarga maka semakin sedikit yang diperoleh anak dari orang tua. Hal ini disebabkan semakin banyak anggota keluarga maka pembagian perhatian pada masing-masing anggota keluarga akan semakin sedikit. Oleh karena itu, hal ini akan mempengaruhi ibu dalam pengasuhan dan perawatan anak-anaknya terutama akan sangat berpengaruh pada anak balita. Besar keluarga dalam beberapa penelitian berhubungan dengan kualitas pengasuhan yang diberikan pada anak dan pada keadaan sosio-ekonomi yang kurang juga akan mempengaruhi konsumsi makanan (Soetjiningsih 1995). Hasil penelitian Sa diyyah (1998), terhadap keluarga yang memiliki anak usia bulan menyatakan bahwa curahan waktu ibu untuk anak di pengaruhi oleh besar keluarga, budaya dan wilayah tempat tinggal. Semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya. Ditambahkan Hajian-Tilaki et al. (2011) dalam penelitiannya di Iran terhadap 1000 anak sekolah dasar usia 7-12 tahun bahwa besar keluarga sangat berpengaruh pada jumlah makanan yang harus disediakan. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga atau sebaliknya. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua berperan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga karena berhubungan dengan pendapatan yang diterima. Pada masyarakat tradisional, biasanya ibu tidak bekerja di luar rumah, melainkan hanya sebagai ibu rumah tangga. Di daerah pedesaaan anak yang orang tuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudaranya sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja. Menurut Satoto (1990), ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak. Ibu yang bekerja di luar rumah akan meningkatkan nilai sosialnya,

31 11 namun pada saat yang sama ibu yang bekerja mengakibatkan menurunnya kesehatan anak-anak. Pendapatan Keluarga Menurut World Bank (2007) mengkategorikan kemiskinan menjadi dua, yaitu sangat miskin dan miskin. Kondisi sangat miskin ini ditandai hidup dengan pendapatan per kapita di bawah US$ 1/hari dan miskin ditandai dengan pendapatan di bawah US$ 2/hari. World Bank melaporkan penduduk Indonesia yang masih di bawah garis kemiskinan sebanyak 49% pada tahun 2007 atau berpendapatan di bawah US$ 2/hari. BAPPENAS dan UNDP (2008) dalam Laporan Pencapaian MDG s menyatakan bahwa Indonesia yang digolongkan berpenghasilan menengah oleh PBB, sebaiknya menggunakan batas garis kemiskinan sebesar US$ 2/hari. Oleh karena itu, bila ukuran tersebut digunakan maka hampir separuh penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Perbedaan tingkat ekonomi keluarga menyebabkan adanya perbedaan nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. Keadaan ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau pengeluaran keluarga, baik pangan maupun non pangan selama satu tahun terakhir. Pendapatan keluarga merupakan besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan cenderung lebih dominan daripada kebutuhan nonpangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka pengeluaran untuk nonpangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan pokok makanan sudah terpenuhi (Husaini et al. 2000). Menurut Miller dan Rodgers (2009), menyatakan bahwa pada level rumah tangga, tingkat pendapatan dan kekayaan akan berhubungan dengan akses terhadap pembelian makanan (daya beli) dan pelayanan kesehatan anak. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi aksesnya terhadap daya beli makanan yang bergizi, air bersih, pakaian, pengadaan ventilasi dalam rumah, bahan bakar untuk memasak, penyimpanan pangan dan higenitas dan pelayanan kesehatan. Di tambahakan Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan mengakibatkan

32 12 terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari. Beck (1998) menyatakan anak-anak dari golongan keluarga berstatus sosial rendah kurang memperoleh rangsangan mental, hal ini disebabkan orang tua sering kali sibuk atau terlalu dibebani oleh masalah ekonomi. Penelitian Faiza et al. (2007), menemukan terdapat hubungan bermakna antara status ekonomi dengan kejadian gizi buruk, dimana keluarga dengan status gizi yang rendah mempunyai peluang anaknya untuk menderita gizi buruk sebesar 3.5 kali dibandingkan dengan keluarga yang berstatus ekonomi yang tinggi. Latifah et al. (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara pendapatan per kapita keluarga dengan stimulasi psikososial. Pendidikan Orang Tua Salah satu faktor sosial ekonomi yang ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah pendidikan (Supariasa et al. 2002). Pendidikan yang tinggi diharapkan sampai kepada perubahan tingkah laku yang baik (Suhardjo 1989) dan akan menjamin diberikan stimulasi yang mendukung bagi perkembangan anak-anaknya dibandingkan orang tua dengan pendidikan rendah. Namun, pendidikan orang tua tidak berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan orang tua ini akan melalui mekanisme hubungan lain seperti produktivitas, efisiensi penjagaan kesehatan yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara tidak langsung (Satoto 1990). Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi (Suhardjo 1996). Hasil penelitian Madanijah (2003) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Hasil penelitian Latifah et al. (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara pendidikan ayah dengan stimulasi psikososial, demikian halnya dengan pendidikan ibu. Hasil penelitian Schady (2011) yang dilakukan pada 2118 anak di daerah pedesaan Ecuator secara longitudinal-cohort, bahwa pendidikan orang tua memiliki

33 13 hubungan yang kuat dengan perkembangan kognitif. Soedjatmiko (2008) menambahkan bahwa orang tua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung perkembangan kecerdasannya sejak di dalam kandungan, masa bayi, dan balita. Walaupun kedua orang tuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk perkembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orang tua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk perkembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja. Oleh karena itu, lama pendidikan ibu akan dijadikan faktor genetik dalam penelitian kali ini. Karakteristik Anak Usia Anak Prasekolah Anak merupakan generasi penerus bangsa, oleh karena itu diharapkan dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dan maksimal sehingga kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Masa-masa balita (bawah lima tahun), merupakan masa kritis, terlebih pada periode dua tahun pertama. Ini merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimum (Jalal 2009). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa permasalahan gizi yang dialami pada masa balita akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangannya di masa mendatang. Penelitian Pollit et al. (1997), menemukan bahwa gizi berperan terhadap perkembangan kognitif anak. Anak yang mendapatkan makanan yang cukup, memiliki tingkat kognitif yang lebih baik dalam fungsi memori setelah 8 tahun kemudian. Masa prasekolah merupakan periode perkembangan yang dimulai dari usia 2-6 tahun (Santrock 2002). Ditambahkan oleh Santoso dan Ranti (2004) bahwa Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka anak usia prasekolah yaitu tiga sampai enam tahun, termasuk golongan masyarakat yang disebut masyarakat rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat dan membutuhkan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Maka kesehatan yang baik ditunjang oleh keadaan gizi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik

Lebih terperinci

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1.

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1. KERANGKA PEMIKIRAN Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ada dua yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersifat bawaan atau genetik, merupakan potensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi dan Pengukurannya

TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi dan Pengukurannya TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi dan Pengukurannya Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA. Oleh:

TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA. Oleh: RINGKASAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN UNTUK PUBLIKASI INTERNASIONAL BATHCH I TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA Oleh: Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibu Bekerja 2.1.1 Definisi Ibu Bekerja Menurut Encyclopedia of Children s Health, ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan pada kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita 6 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat

Lebih terperinci

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Feeding Practices in Food-secure and Food-insecure Households

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN UKURAN ANTROPOMETRI ANAK BALITA DI POSYANDU BALITAKU SAYANG KELURAHAN JANGLI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ali Rosidi, Agustin Syamsianah Prodi S1 Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross-sectional study. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN 1* Marinawati, 2 Rosmeri Bukit 1 STIKes Prima Prodi D III Kebidanan 2 Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru *Korespondensi penulis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia saat ini mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang memiliki lima tujuan pokok. Salah satu tujuan pokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah kemiskinan. Memperbaiki gizi di masa awal kehidupan manusia dapat membangun fondasi yang kuat dalam membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Suhardjo, 1989). Menurut Roedjito

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan faktor langsung dan tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sehat, cerdas, dan produktif. Pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc Pendahuluan Pernahkah anda mengamati hal-hal penting apa sajakah yang ditulis oleh dokter pada saat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki ketangguhan fisik, mental

Lebih terperinci

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Waode sitti asfiah udu *Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Komunitas FK UHO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii KATA PENGANTAR. iii HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv ABSTRAK v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN...... xvii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. Manusia yang berkualitas dapat menentukan keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilakan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR Wa Ode Sri Asnaniar 1, Magfira B. Lasini 2 1 Program Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi untuk

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI Firdawsyi Nuzula 1, Maulida Nurfazriah Oktaviana 1, Roshinta Sony Anggari 1 1. Prodi D

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Keluarga 2.1.1 Pendidikan Orang Tua Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci