Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai tindaklanjut dari Peraturan Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), maka Direktorat Perlindungan Hortikultura pada tahun 2016 menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja pimpinan beserta jajarannya dalam memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber dari APBN. Metode penyusunan LAKIN telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas, menguntungkan petani, menjamin kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Upaya tersebut diimplementasikan melalui optimalisasi fungsi berbagai unsur dalam sistem perlindungan dalam rangka meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI) seperti banjir dan kekeringan. Landasan hukum dan dasar pertimbangan pelaksanaan kegiatan perlindungan hortikultura adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, Undang- Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT/9/1997 tentang Pedoman pengendalian OPT. Disamping itu, dalam era otonomi daerah, pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangannya mengacu kepada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Landasan hukum dan ketentuanketentuan peraturan tersebut diwujudkan dalam kebijakan penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam rangka pengelolaan budidaya tanaman sehat sesuai prinsipprinsip Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang pedoman budidaya buah dan sayur yang baik).penerapan pengendalian OPT sesuai prinsip PHT, perlu diarahkan dan dikawal dengan cukup ketat melalui kegiatan pengendalian preemptif dibandingkan pengendalian kuratif. Oleh karena itu pengembangan sistem perlindungan hortikultura ramah lingkungan Tahun 2015 difokuskan pada kegiatan meliputi:(1) Fasilitasi sarana prasarana laboratorium dan klinik PHT, (2) Gerakan 1

2 Pengendalian, dan (3) Rekomendasi dampak perubahan Iklim. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan pengelolaan OPT yang bermutu, berdaya saing, dan ramah lingkungan. Hasil pelaksanaan kegiatan utama tersebut diharapkan mampu menurunkan proporsi luas serangan OPT terhadap total luas tanam hortikultura maksimal 5%. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/ 7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian dan Keputusan Menteri Pertanian No.341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Direktorat Perlindungan Hortikultura melaksanakan tugas dan menyelenggarakan fungsi. Tugas Direktorat Perlindungan Hortikultura: 1. Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan hortikultura. Fungsi Direktorat Perlindungan Hortikultura: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah dan florikultura, sayuran dan obat, data dan kelembagaan PHT, dampak perubahan iklim dan bencana alam. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah dan florikultura, sayuran dan obat, data dan kelembagaan PHT,dampak perubahan iklim dan bencana alam. 3. Penyusunannorma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan tanaman buah dan florikultura, sayuran dan obat, data dan kelembagaan PHT, dan dampak perubahan iklim dan bencana alam. 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman buah dan florikultura, sayuran dan obat, data dan kelembagaan PHT, dandampak perubahan iklim dan bencana alam. 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Hortikultura. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat Perlindungan Hortikultura, terdiri atas Subdirektorat Perlindungan Tanaman Buah dan Florikultura, Subdirektorat Perlindungan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat, Subdirektorat data dan kelembagaan 2

3 Pengendalian OPT, Subdirektorat dampak perubahan iklim dan bencana alam, dan Sub Bagian Tata Usaha. - Subdirektorat Perlindungan Tanaman Buah dan Florikultura melaksanakan tugas penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan teknologi dan sarana pengendalian hama terpadu buah dan florikultura. - Subdirektorat Perlindungan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan tugas penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan teknologi dan sarana pengendalian hama terpadu sayuran dan tanaman obat. - Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT melaksanakan tugas pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data OPT dan kelembagaan pengendalian OPT. - Subdirektorat dampak perubahan iklim dan bencana alam melaksanakan tugas penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penanggulangan dampak perubahan iklim (DPI) dan bencana alam. - Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Perlindungan Hortikultura. - Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangan. Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura, diukur dari indikator kinerja input, output, outcome, yang didasarkan pada pedoman yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara sesuai dengan Keputusan Kepala Administrasi Negara No.239/IX/6/8/2003, tentang perbaikan pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, danperaturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara review atas kinerja instansi. 3

4 Pelaksanaan pembangunan hortikultura Tahun 2016 merupakan awal dari periode Rencana Strategis Oleh karena itu pada tahun 2016 Direktorat Perlindungan Hortikultura telah merumuskan kebijakan dan paradigma baru yang dilaksanakan dalam kegiatan strategis program perlindungan hortikultura, guna mendukung pengembangan hortikultura periode terutama dalam mengawal budidaya tanaman hortikultura sesuai prinsip-prinsip Good Agricultural Practices (GAP) yang didasari pada penerapan prinsip-prinsip PHT, peningkatan produksi dan mutu hasil hortikultura dan terpenuhinya persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang ditetapkan organisasi perdagangan dunia, World Trade Organization (WTO). Untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan perlindungan tahun 2016 dan menciptakan transparansi publik terhadap pemanfaatan fasilitasi anggaran pemerintah, maka disusunlah Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun Struktur organisasi Direktorat Perlindungan Hortikultura dapat dilihat pada Lampiran 1. 4

5 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan salah satu alat manajemen dalam rangka penyelenggaraan pemerintah terdesentralisasi yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja pemerintah yang terukur dan tranparan kepada publik terhadap kegiatan yang difasilitasi pemerintah. Melalui Keppres No. 7/1999 pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah pusat maupun daerah sampai eselon II untuk menerapkan SAKIP. SAKIP tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponenkomponentersebut antara lain: Perencanaan Kinerja. Komponen perencanaan kinerja meliput:a) Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK), b) Rencana Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK) atau juga sering disebut perjanjian kinerja Perencaaan kinerja Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Hortikultura dirancang sebagai acuan untuk menyusun kebijakan, strategis, program dan kegiatan pengembangan sistem perlindungan hortikultura. Dokumen Renstra tersebut berisi visi, misi, dan tujuan Direktorat PerlindunganHortikultura yang selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan Sub Direktorat lingkup Direktorat Perlindungan Hortikultura.Dalam penyusunan Rencana Strategis hortikultura , beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura, Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) Kementerian Pertanian , Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Pertanian dan cetak Biru (BluePrint) Pembangunan Hortikultura Adapun rujukan-rujukan yang digunakan merupakan substansi penting yang tersirat maupun tersurat dalam dalam penyusunan rencana startegis hortikultura Rencana Strategis pembangunan Hortikultura tahun menjabarkan visi, misi, target serta startegi, kebijakan utama Direktorat Jenderal Hortikultura dalam pembangunan hortikultura lima tahun ke depan. Berbagai kegiatan utama yang 5

6 bermanfaat dan berdampak positif untuk pengembangan hortikultura ramah lingkungan akan terus dilaksanakan serta dengan melakukan beberapa modifikasi target, strategi dan kegiatan. A. Visi dan Misi Visi perlindungan hortikultura adalah : Terwujudnya Kemandirian Petani dalam Penerapan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan. Untuk mewujudkan visi tersebut, Direktorat Perlindungan Hortikultura mempunyai misi : 1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan petani dan masyarakat pertanian lainnya tentang PHT 2. Memfasilitasi, motivasi, dan regulasi untuk terbinanya kemandirian petani dan masyarakat pertanian lainnya dalam pengelolaan OPT hortikultura secara ramah lingkungan. 3. Melindungi petani dan konsumen dari residu pestisida, karena penggunaan bahan kimia dalam pengendalian OPT. 4. Meminimalkan pencemaran lingkungan dan mempertahankan keanekaragaman hayati di ekosistem pertanian guna mencapai bioindustri hortikultura. 5. Meningkatkan produksi dan pendapatan dan kesejahteraan petani dari usaha taninya. B. Tujuan, Target dan Sasaran Strategis Tujuan perlindungan tanaman pada dasarnya adalah memperkecil resiko serangan OPT dan DPI sehingga produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas, menguntungkan petani, menjamin kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup, melalui upaya-upaya: a. Menekan kehilangan hasil hortikultura akibat dari serangan OPT dan dampak perubahan iklim; b. Optimalisasi Gerakan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan; c. Adaptasi dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim dan Lingkungan serta penurunan emisi gas rumah kaca; 6

7 d. Pengendalian serangan OPT utama melalui upaya penurunan luas serangan OPT dan kehilangan hasil karena DPI serta peningkatan mutu hasil hortikultura (buah, sayuran dan obat, dan florikultura); e. Perwujudan keberhasilan usahatani melalui pengelolaan usahatani yang efektif dan efisien dalam menerapkan teknologi pengendalian OPT sesuai prinsip PHT; f. Perwujudan produk hortikultura yang bebas dari cemaran/residu pestisida dan kelestarian lingkungan hidup melalui upaya apresiasi/sosialisasi dan pemasyarakatan penggunaan pestisida yang baik dan benar dengan residu minimum serta terpenuhinya standar perdagangan dunia (SPS-WTO); g. Perwujudan pelayanan informasi publik dan peningkatan kepuasan dan tanggungjawab di bidang perlindungan tanaman. Program perlindungan pada tahun 2016 yang dilaksanakan di Direktorat Perlindungan Hortikultura mencanangkan target melalui 3 kegiatan yang merupakan indikator kegiatan sasaran kinerja (IKSK) yaitu: 1. Fasilitasi sarana prasarana laboratorium dan klinik PHT 2. Gerakan Pengendalian OPT 3. Rekomendasi dampak perubahan Iklim Untuk mewujudkan tujuan pengembangan sistem perlindungan hortikultura maka sasaran strategis tahun adalah meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dengan Indikator dari sasaran strategis bidang perlindungan dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan Hortikultura Tahun 2016 Komoditas Indikator Buah Sayur Florikultura Tan. No Strategis (%) (%) (%) Obat 1 Proporsi luas serangan OPT hortikultura terhadap total luas tanam (%) Keterangan: *) maksimal 5,0% (%) 5% 5% 5% 5% 7

8 C. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perlindungan Arah kebijakan pengembangan sistem perlindungan hortikultura terkait dengan sasaran strategis Tahun adalah Pengelolaan OPT melalui pendekatan konsep PHT; Fasilitasi pelaksanaan perlindungan Tanaman Hortikultura; Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perlindungan (BPTPH, Laboratorium PHP/Agens Hayati/Lab. Pestisida, Klinik PHT dan PPAH/Pos IPAH/PUSPAHATI); Peningkatan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan; Fasilitasi regulasi perlindungan dalam rangka peningkatan mutu dan daya saing produk hortikultura; Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam, menurunkan luas serangan OPT terhadap total luas tanam hortikultura maksimal 5%, dalam rangka Meningkatkan produksi, produktifias dan mutu produk tanaman hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dan terkelolanya serangan OPT secara ramah lingkungan dalam pengamanan, yang dilaksanakan melalui upaya kegiatan utama dan kegiatan pendukung sebagai berikut: a. Peningkatan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan - Gerakan pengendalian OPT secara ramah lingkungan - Pengamatan lapang terhadap serangan OPT dan DPI - Pemasyarakatan sistem perlindungan tanaman hortikultura ramah lingkungan b. Penguatan Kelembagaan Perlindungan (Laboratorium PHP/Agens Hayati/Lab. Pestisida dan Klinik PHT/PPAH ) - Sertifikasi Lab.PHP/ Lab agens hayati - Peningkatan kompetensi POPT - Peningkatan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan - Fasilitasi pemberdayaan klinik PHT-PPAH - Perbanyakan produk bahan pengendali OPT - Sosialisasi pemanfaatan bahan pengendali OPT c. Mitigasi Dampak Perubahan Iklim dan Penanganan Bencana Alam (Banjir dan Kekeringan) - Pemetaan daerah rawan banjir dan kekeringan - Analisa DPI d. Dukungan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura - Laporan bulanan, tahunan, keuangan - Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak - Sarana kantor - Alat pengolah data 8

9 Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan kebijakan dan program di atas pada dasarnya adalah penguatan atau pemantapan subsistem-subsistem dalam sistem perlindungan tanaman, seperti diuraikan berikut ini: 1. Pengembangan Lab PHP/ Lab Agens Hayati/ Lab Pestisida a. Pengembangan Lab PHP/ Lab Agens Hayati/ Lab Pestisida Upaya pengendalian OPT sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam UU No. 12/1992 dan PP No. 6/1995 mengisyaratkan bahwa perlindungan tanaman dilakukan sesuai sistem PHT. Pengembangan kelembagaan perlindungan hortikultura sesuai dengan prinsip - prinsip PHT di daerah (BPTPH, LPHP/LAH/Lab. Pestisida) diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terutama dalam hal menyediakan teknologi pengendalian OPT yang spesifik lokasi, serta sebagai pusat pengembangan Agens Hayati. Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan maka dilakukan kegiatan Pengembangan Lab. PHP/Lab. Agensia Hayati/Lab. Pestisida. Kegiatan ini dilaksanakan di LPHP yang berada di wilayah 25 UPTD BPTPH terdiri dari 119 unit LPHP. Lokasi kegiatan difokuskan di sentrasentra produksi hortikultura dan sekitarnya, di lokasi pengembangan kawasan hortikultura di seluruh provinsi. Kegiatan yang dilakukan berupa pengembangan teknologi pengendalian OPT hortikultura yang ramah lingkungan yang diimplementasikan sebagai perbanyakan pengembangan agens hayati dan biopestisida di tingkat kelompok tani pengembang agens hayati dan pestisida nabati (dengan berbagai nama lokal seperti Pos Pengembangan Agens Hayati/PPAH/Pos IPAH/ PUSPAHATI), serta fasilitasi sarana prasarana laboratorium pengembangan agens hayati/pestisida nabati. b. Klinik PHT Upaya pengendalian OPT sesuai dengan prinsip prinsip PHT, pengembangan, penerapan hingga pemasyarakatan teknologi pengembangan agens hayati dan biopestisida dalam usaha budidaya tanaman sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu dilakukan inisiasi pengembangan fasilitasi, koordinasi dan konsultasi berbagai upaya pengendalian OPT di tingkat lapangan dengan melibatkan partisipasi 9

10 para petani maju dan petugas melalui inisiasi dan pengembangan Klinik PHT dengan jumlah unit minimal 1 Klinik PHT per Kecamatan. Klinik PHT dan PPAH merupakan kegiatan yang dilaksanakan di daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan petugas perlindungan maupun petani dalam mengidentifikasi dan mengelola OPT hortikultura, serta memberikan pelayanan dalam penyediaan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan kepada petani lainnya dan diharapkan dapat memecahkan permasalahan perlindungan tanaman hortikultura di lapang. Klinik PHT juga sebagai forum koordinasi dan konsultasi bagi kelompok tani maju dalam berkoordinasi/berkomunikasi untuk memecahkan permasalahan dan mengantisipasi terjadinya serangan OPT di luar kebiasaan. Disamping itu dalam cakupan komponen kegiatan ini juga memberikan saran/bahan/materi pengendalian OPT sebagai upaya antisipatif terjadinya serangan OPT, yang dihasilkan dari hasil koordinasi dan konsultasi diantara para kelompok tani maju tersebut. 2. Gerakan Pengendalian Untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil hortikultura yang aman dikonsumsi dan ramah lingkungan, telah dilakukan upaya pengelolaan dan pengendalian OPT melalui gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan dengan pemanfaatan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan sesuai sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan ditargetkan dapat dilakukan pada 25 provinsi. Salah satu kegiatan gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah dilakukan dengan pengendalian hayati/biologis memanfaatkan organisme hidup lain (agens hayati, predator, parasitoid, dan patogen penyebab penyakit pada serangga hama) dalam rangka mengurangi penggunaan pestisida kimia. Kegiatan ini terus dilakukan di lapangan untuk menekan tingginya penggunaan pestisida kimiawi pada komoditas hortikultura khususnya tanaman semusim. Keunggulan pengendalian hayati adalah aman bagi manusia dikarenakan produk yang dihasilkan bebas residu pestisida, dapat mencegah timbulnya ledakan OPT sekunder, musuh alami terdapat di sekitar lingkungan pertanaman sehingga petani tidak akan tergantung lagi dengan pestisida sintetis dan menghemat biaya produksi. Beberapa agens hayati yang telah 10

11 dikembangkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman antara lain Trichoderma sp., Pseudomonas fluorescens, Metharhizium sp., Beauveria bassiana, Corynebacterium sp., Bacillus subtilis, PGPR, dan MOL (Mikro Organisme Lokal). Keberhasilan pengendalian hayati dengan musuh alami mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman. Salah satu upaya dalam konservasi musuh alami yaitu dengan penggunaan tanaman perangkap/border seperti tanaman jagung, tagetes, orok orok, dan lainnya. Penanaman tanaman perangkap/border berguna bagi musuh alami sebagai tanaman pelindung dan refurgia/habitat musuh alami. 3. Rekomendasi Dampak Perubahan Iklim Usaha peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman hortikultura sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Iklim dan cuaca merupakan sumber daya alam, yang hingga belum mampu dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat untuk memanfaatkan sumberdaya iklim dan mengurangi dampak dari sifat ekstrimnya adalah penyesuaian kegiatan pertanian dengan perubahan musim pada masing-masing wilayah. Banjir dan kekeringan merupakan bentuk bencana alam yang hampir setiap tahun terjadi, akibat DPI terutama di daerah rawan banjir dan kekeringan. Langkah penanganan untuk mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana alam terhadap tanaman hortikultura, secara konseptual dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan strategis, taktis dan operasional. Pendekatan strategis lebih bertitik tolak pada identifikasi biofisik iklim (iklim dan tanah). Pendekatan ini didasarkan kepada kondisi rata-rata iklim dan/atau kekerapan (frekuensi) terjadinya bencana. Dalam rangka mengantisipasi DPI, pendekatan strategis dan operasional merupakan langkah awal yang paling tepat dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Upaya tersebut menyangkut inventarisasi dan identifikasi di wilayah yang berindikasi rawan bencana alam akibat perubahan iklim, pemanfaatan sumber air alternatif baik memanfaatkan air tanah, air permukaan (sungai, danau, empang), atau hujan buatan, serta langkah antisipasi adaptasi dan mitigasinya. Upaya antisipasi dan mitigasi dalam rangka menekan kehilangan hasil hortikultura akibat DPI telah dilaksanakan kegiatan utama dalam bentuk 11

12 analisa hasil penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi DPI di provinsi dan peramalan OPT hortikultura yang dilakukan oleh Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Jatisari. Selain itu, kegiatan pendukung lainnya meliputi inventarisasi data dan informasi tentang iklim, serta koordinasi penanganan DPI. Target dari pelaksanaan adaptasi dan mitigasi iklim adalah tersusunnya 15 rekomendasi yang akan bermanfaat pada pengamanan produksi hortikultura nasional Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Program perlindungan pada tahun 2016 yang dilaksanakan di Direktorat Perlindungan Hortikultura mencanangkan target melalui 3 kegiatan yang merupakan indikator kegiatan sasaran kinerja (IKSK) yaitu: 1. Fasilitasi sarana prasarana laboratorium LPHP/LAH/Lab. Pestisida dan klinik PHT 2. Gerakan Pengendalian OPT 3. Rekomendasi dampak perubahan Iklim Indikator Kinerja Sasaran Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura terkait Perlindungan Hortikultura disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Kinerja (IKSK) Direktorat Perlindungan Hortikultura No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data 1 Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dan terkelolanya serangan OPT secara ramah lingkungan dalam pengamanan. 1. Fasilitasi Sarana dan Prasarana Laboratorium dan Klinik PHT (UNIT) 2. Gerakan Pengendalian OPT (KELOMPOK)) 3. Dampak Perubahan Iklim (REKOMENDASI) - Laporan dari BPTPH - Laporan dari BPTPH dan Dinas Pertanian Provinsi - Laporan dari UPTD-BPTPH, BMKG, Perguruan Tinggi, dan Instansi Pemerintah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perlindungan Hortikultura pada tahun 2016 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016 disesuaikan dengan sasaran strategis pada Rencana Strategis , yang telah disepakati di tingkat Kementerian Pertanian. Dalam rencana kinerja tahunan telah ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran tingkat 12

13 keberhasilan/kegagalan pencapaiannya. Adapun target Rencana Kinerja Tahunan 2016 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dan terkelolanya serangan OPT secara ramah lingkungan dalam pengamanan Pengamanan Produksi dari Serangan OPT % Min 95% Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2.2. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pimpinan unit tertinggi beserta jajarannya (Tabel 4). Dokumen perjanjian kinerja lebih dikenal dengan Penetapan Kinerja (PK). Tabel 4. Tabel Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target A Meningkatnya produksi, 1 Fasilitasi Sarana dan Prasarana produktivitas dan mutu Laboratorium dan Klinik PHT 119 produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya 2. saing dan berkelanjutan, (UNIT) Gerakan Pengendalian OPT (KALI)) 287 dan terkelolanya serangan 3 OPT secara ramah Rekomendasi Dampak Perubahan 15 lingkungan dalam Iklim (REKOMENDASI) pengamanan 6 Pengamanan Produksi dari Serangan 95 OPT 13

14 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target Kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik Pengukuran Kinerja Akuntabilitas kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura tahun 2016 diukur dengan cara membandingkan realisasi kinerja dengan target kinerja yang tercantum dalam dokumen Perjanjian Kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN tahun berjalan, membandingkan antara realisasi kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan membandingkan realisasi kinerja sampai tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis. Untuk mengukur tingkat capaian kinerja tahun 2016 tersebut digunakan metode scoring yang mengelompokkan capaian kedalam 4 (empat) kategori kinerja, yaitu: 1) sangat berhasil (capaian >100%), 2) berhasil (capaian %), 3) cukup berhasil (capaian 60-79%), dan sasaran yang telah ditetapkan. 4) kurang berhasil (capaian < 60%) terhadap Pengukuran pencapaian kinerja Tahun 2016 dilakukan dengan membandingkan target yang telah ditetapkan dengan pencapaian realisasinya. Secara rinci, realisasi pencapaian target penetapan kinerja tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Pengukuran Kinerja Direktorat Perlindungan Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) % Kategori (1) (2) (3) (4) (5) (6) Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dan terkelolanya serangan OPT secara ramah lingkungan dalam pengamanan 1 Fasilitasi sarana dan prasarana laboratorium dan klinik PHT (Unit) 2 Gerakan pengendalian OPT ( kali) 3 Rekomendasi dampak perubahan iklim (rekomendasi) Berhasil ,82 Berhasil Berhasil 4 Proporsi luas serangan - OPT utama hortikultura terhadap total luas tanam Maksimal luas serangan terhadap luas tanam (%) Keterangan: * Realisasi indikator sasaran merupakan angka laporan periode II (23 Januari 2017) 14

15 3.2 Analisis Capaian Kinerja 2016 Berdasarkan pengukuran kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura tahun 2016, dari 3 (tiga) indikator kinerja utama menghasilkan kinerja dengan capaian kategori Berhasil (capaian %) sebanyak 3 (tiga) indikator meliputi jumlah gerakan pengendalian OPT, jumlah fasilitasi sara prasarana Laboratorium dan Klinik PHT dan jumlah rekomendasi Dampak Perubahan Iklim. Berdasarkan dokumen PK besarnya anggaran yang telah disahkan untuk program perlindungan hortikultura pada tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan rincian dana Dekonsentrasi Pagu Rp (58%) dan Pagu Pusat Rp (42%). Alokasi dana tersebut dalam upaya pengelolaan serangan OPT dan DPI (banjir dan kekeringan), sehingga kehilangan hasil hortikultura akibat serangan OPT dan DPI dapat ditekan pada taraf tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi, dan produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan SPS-WTO, aman dikonsumsi dan berdaya saing tinggi di pasaran baik pasar lokal, regional maupun global. Sasaran strategi proporsi luas serangan OPT utama terhadap total luas tanam hortikultura maksimal 5% merupakan target rasional yang dimungkinkan dapat dicapai berdasarkan kemampuan penganggaran, SDM dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait di pusat dan daerah. Hasil analisa data yang masuk hingga periode laporan Desember II Tahun 2016 (16-31 Desember 2016) bahwa proporsi luas serangan yang terealisasi sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu luas serangan OPT hanya terjadi 1,99% dari 5 % luas serangan yang ditetapkan, hal ini berarti total luas serangan OPT hortikultura pada Tahun 2016 dapat ditekan serendah-rendahnya dengan capaian produksi 98,01%. Dengan demikian program perlindungan hortikultura pada TA 2016 mempunyai peran yang besar atau menunjukkan prestasi yang baik dalam mendukung pencapaian produksi dan mutu hortikultura pada taraf tinggi. Rincian Analisis capaian kinerja yang dilaksanakan Direktorat Perlindungan Hortikultura pada Tahun 2016, baik yang dilaksanakan di Pusat maupun Daerah sebagai berikut: 1. Gerakan Pengendalian OPT Hortikultura Untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil hortikultura yang aman dikonsumsi dan ramah lingkungan, telah dilakukan upaya pengelolaan dan pengendalian OPT 15

16 melalui gerakan pengendalain OPT ramah lingkungan dengan pemanfaatan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan sesuai sistem PHT. Capaian pelaksanaan gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan sebanyak 287 kali di 25 provinsi dan pusat melalui dana APBN (Dekonsentrasi). Capaian yang diperoleh adalah sebanyak 275 kali atau 95,82%. Penggunaan pestisida kimiawi pada komoditas hortikultura khususnya tanaman semusim masih tinggi, oleh karena itu perlu terus mengembangkan pengendalian ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Salah satu prinsip pengendalian yaitu pengendalian hayati/biologis. Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan memanfaatkan organisme hidup lain musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen penyebab penyakit pada serangga hama). Era pasar global dan tuntutan konsumen yang kecenderungan memilih produk hortikultura ramah lingkungan dan aman dikonsumsi, mendorong pemerintah dan stakeholder untuk meningkatkan penyediaan pestisida biologi di lapangan. Hal ini relevan dengan paradigma baru pembangunan pertanian, yaitu pertanian bioindustri. Salah satu upaya peningkatan daya saing produk hortikultura dan dengan berlakunya ketentuan SPS-WTO yang mengikat dalam perdagangan global produk pertanian, maka setiap negara anggotanya diminta untuk memenuhi tuntutan yang dipersyaratkan oleh pasar internasional. Perdagangan internasional akan menuntut tersedianya produk-produk hortikultura yang bermutu yang diyakini tidak terinfeksi atau bebas dari kandungan OPT dan residu pestisida. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu upaya dalam pemenuhan persyaratan SPS WTO maka Direktorat Perlindungan Hortikultura melaksanakan sinergisme sistem perlindungan hortikultura. Upaya lain dalam pemenuhan tujuan ekspor dan pemantauan produk dari penggunaan pestisida juga dilakukan analisa residu pestisida pada produk hortikultura. Pada tahun 2016, produk hortikultura yang telah dianalisa residunya sebanyak 29 sampel buah dan florikultura (mangga, manggis, strawberi, jeruk, melon, krisan dan melati), dan 31 sampel sayuran lokal yang dianalisa residu pestisidanya yaitu bawang merah, cabai merah, bawang daun, paprika dan 16

17 kentang. Hasil analisa residu pestisida pada produk hortikultura umumnya masih di bawah BMR dengan rincian dapat dilihat pada tabel. Tabel 6. Hasil Analisis Residu Pestisida pada Produk Hortikultura Tahun 2016 Terdeteksi Tidak Belum ditetapkan No. Komoditas dibawah BMR terdeteksi 1. Buah 1 (3,45%) 22 (75,86%) 6 (20,69%) 2. Sayur 0 31 (100%) 0 Dari 60 sampel yang dianalisis dengan menggunakan uji gas chromatografi terdapat 1 (satu) bahan aktif yang terdeteksi di bawah BMR (3,45%), sedang yang tidak terdeteksi sebayak 53 bahan aktif dan yang belum ditetapkan sebanyak 6 bahan aktif (20,69%). 2. Rekomendasi Dampak Perubahan Iklim Target dari pelaksanaan adaptasi dan mitigasi iklim adalah tersusunnya 15 rekomendasi yang akan bermanfaat pada pengamanan produksi hortikultura nasional. Capaian yang diperoleh adalah 15 rekomendasi atau sebesar 100%.Tidak maksimalnya capaian tersebut salah satunya disebabkan adanya daerah yang tidak merealisasikan kegiatan analisa DPI. Usaha peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman hortikultura sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Iklim dan cuaca merupakan sumber daya alam, yang hingga saat ini manusia masih relatif belum mampu mengendalikannya. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat untuk memanfaatkan sumberdaya iklim dan mengurangi dampak dari sifat ekstrimnya adalah penyesuaian kegiatan pertanian dengan perubahan musim pada masing-masing wilayah. Banjir dan kekeringan merupakan bentuk bencana alam yang hampir setiap tahun terjadi, akibat DPI terutama di daerah rawan banjir dan kekeringan. Langkah penanganan untuk mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana alam terhadap tanaman hortikultura, secara konseptual dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan strategis, taktis dan operasional. Pendekatan strategis lebih bertitik tolak pada identifikasi biofisik iklim (iklim dan tanah). Pendekatan ini 17

18 didasarkan kepada kondisi rata-rata iklim dan/atau kekerapan (frekuensi) terjadinya bencana. Dalam rangka mengantisipasi DPI, pendekatan strategis dan operasional merupakan langkah awal yang paling tepat dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Upaya tersebut menyangkut inventarisasi dan identifikasi di wilayah yang berindikasi rawan bencana alam akibat perubahan iklim, pemanfaatansumber air alternatif baik memanfaatkan air tanah, air permukaan (sungai, danau, empang), atau hujan buatan, serta langkah antisipasi adaptasi dan mitigasinya. Upaya antisipasi dan mitigasi dalam rangka menekan kehilangan hasil hortikultura akibat DPI telah melaksanakan kegiatan utama dalam bentuk analisa hasil penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi DPI di 14 provinsi dan peramalan OPT hortikultura yang dilakukan oleh Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Jatisari. Selain itu, kegiatan pendukungnya meliputi inventarisasi data dan informasi tentang iklim,serta koordinasi penanganan DPI. Salah satu kegiatan BBPOPT Jatisari yaitu pengembangan dan penerapan peramalan OPT hortikultura. Penerapan peramalan OPT dapat diimplementasikan pada berbagai komoditas tanaman hortikultura terutama pada beberapa komoditas unggulan hortikultura baik pada komoditas buah-buahan, sayuran maupun komoditas hortikultura lainnya. Namun untuk mendapatkan model peramalan yang baik maka perlu diupayakan pengembangan model peramalan yang lebih sesuai dengan karakteristik OPT hortikultura. Optimalisasi pengembangan, penerapan dan evaluasi model peramalan serangan OPT dilakukan dengan mengintensifkan kegiatan bimbingan teknis oleh Balai Besar Peramalan OPT ke UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Substansi materi bimbingan teknis tersebut meliputi substansi (1) penguatan sistem pengamatan OPT, (2) pengembangan model peramalan OPT, (3) teknik penyajian data prakiraan dan evaluasi peramalan OPT melalui pemetaan, dan (4) pengendalian OPT. Antisipasi DPI jangka pendek di bidang pertanian dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerugian lebih besar pada usahatani dengan menyusun rencana pengelolaan hortikultura yang adaptis terhadap DPI, meliputi 18

19 pemeliharaan lokasi di luar daerah DPI, memperbanyak pemupukan organik, penggunaan benih unggul yang toleran banjir/kekeringan, dan menyesuaikan pola tanam dengan kondisi musim, serta menyiapkan sarana embung dan pompanisasi untuk membuang air bila terjadi banjir dan mengairi kebun saat mengalami kekeringan. 3. Fasilitasi sarana dan prasarana laboratorium dan klinik PHT Kegiatan ini dilaksanakan di LPHP yang berada di wilayah 25 UPTD BPTPH terdiri dari 119 unit LPHP. Lokasi kegiatan difokuskan di sentra-sentra produksi hortikultura dan sekitarnya, di lokasi pengembangan kawasan hortikultura lokasi pelaksanaan program pengembangan hortikultura di seluruh provinsi. Kegiatan yang akan dilakukan berupa pengembangan teknologi pengendalian OPT hortikultura yang ramah lingkungan yang diimplementasikan sebagai perbanyakan pengembangan agensia hayati dan biopestisida di tingkat kelompok tani pengembang agens hayati dan pestisida nabati (dengan berbagai nama lokal seperti Pos Pengembangan Agens Hayati/PPAH, Pos IPAH, PUSPAHATI), perjalanan pembinaan, fasilitasi sarana prasarana laboratorium pengembang agens hayati/pestisida nabati. Capaian pengembangan LPHP/LAH/Laboratorium pestisida 119 unit dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 119 unit atau 100%. Mendorong peningkatan mutu produk LPHP/LAH, maka sejak tahun 2014 Direktorat Perlindungan Hortikultura telah menginisiasi sertifikasi ISO 9001:2008 beberapa LPHP/LAH di Indonesia. LPHP yang telah berhasil tersertifikasi pada tahun 2014 yaitu LPHP Pandak, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, dan LPHP Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2015 telah berhasil disertifikasi 3 LPHP/LAH yaitu LPHP Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, LAH Bukit Tinggi Provinsi Sumatera Barat, dan LAH Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2016 Direktorat Perlindungan Hortikultura telah disertifikasi ISO 9001 : 2008 LPHP Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan. 19

20 Informasi lain yang diperoleh pada tahun 2016 dalam peningkatan pengamatan OPT antara lain : 1) Pelaporan serangan OPT dan dampak DPI serta Bencana Alam dinilai cukup baik meskipun belum lancar dan tepat waktu, karena sebagian besar pelaporan masih melalui pos dan (ditlinhor@yahoo.com). Penyampaian laporan oleh UPTD BPTPH terlampir. (Lampiran 5), 2) Analisa serangan OPT dan rekomendasi pengendaliannya belum dilakukan optimal, sehingga kadangkala respon terhadap permasalahan OPT dinilai masih lambat, 3) Informasi dan analisa dampak fenomena iklim terkait terjadinya bencana alam (banjir dan kekeringan), belum banyak ditangani secara optimal. 4) Kurangnya SDM petugas PHP (Pengamat Hama dan Penyakit) karena banyak yang sudah purna tugas 5) Sarana laboratorium dan fasilitasi Klinik PHT masih belum memadai, sehingga perlu inventarisasi sarana minimal laboratorium dan Klinik PHT. 6) Petugas POPT lebih fokus ke program upsus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, sehingga pengawalan terhadap hortikultura kurang intensif. 3.2 Analisis Pencapaian Keuangan Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian sasaran strategis yang telah tergambar di Penetapan Kinerja dapat dicapai dengan ketersediaan anggaran. Pagu sesuai penetapan kinerja (PK) sebesar Rp ,- dengan rincian pagu Dana Dekonsentrasi di BPTPH Rp ,- dan pagu Pusat Rp ,- Pelaksanaan pengembangan agribisnis hortikultura tahun 2016, menuntut adanya suatu sistem pengelolaan program, kegiatan dan anggaran yang dilakukan berbasis kinerja. Adapun realisasi Kegiatan pada Direktorat Perlindungan Hortikultura per output tertanggal Januari 2017 dapat dilihat pada tabel berikut : 20

21 Tabel 7. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Menurut Kegiatan Utama (Spanint) KEGIATAN OUTPUT SATUAN PAGU RKAKL-DIPA REALISASI- DIPA % 1773 Fasilitasi sarana unit ,56 Pengembangan dan prasarana laboratorium dan Sistem klinik PHT Perlindungan Tanaman Gerakan pengendalian OPT Kali ,94 Hortikultura Rekomendasi Rekomendasi ,20 dampak perubahan Iklim TOTAL ,62 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, diakses di laporan Spanint dari Evaluasi dan Pelaporan per 23 Januari Sampai dengan tanggal 23 Januari 2016, realisasi kegiatan Direktorat Perlindungan Hortikultura untuk Daerah sebesar Rp , dan pagu Pusat Rp total sebesar Rp Dengan realisasi sesuai PMK 249 Tahun 2012 : Pusat Rp ,- (87,11%) dan BPTPH Rp ,- (96,61%). Pagu Direktorat Perlindungan Pusat dan Daerah sebesar Rp ,- dengan realisasi Rp ,- (92,62%). Nilai capaian rata-rata kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura tahun 2016 sebesar 92,62% sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan melalui kerja keras petugas dan stakeholder selaras dengan Sistem Pengendalian Intern yang memadai, sehingga Direktorat Perlindungan Hortikultura dapat mencapai kinerja yang efektif, efisien, ekonomis dan tertib aturan dalam penanganan OPT ramah lingkungan dan DPI untuk mendukung pengembangan agribisnis hortikultura yang memenuhi persyaratan SPS- WTO, yaitu produk minimal residu pestisida kimia, aman dikonsumsi dan berdaya saing di pasar global Permasalahan Secara Umum Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan hortikultura tahun 2016, namun demikian dalam pelaksanaannya masih mengalami, berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis maupun aspek manajemen. Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam pembangunan agribisnis selama ini sebagai berikut: 21

22 1. Rendahnya capaian serapan anggaran kegiatan perlindungan hortikultura pada periode Januari-Juli 2016 antara lain disebabkan keterlambatan administrasi pada proses pencairan dana sesuai kebutuhan, setelah satker berada di dinas pertanian, penetapan PPK dan perangkatnya memerlukan waktu lebih lama, dan adanya kegiatan lapang menyesuaikan dengan kondisi iklim. 2. Pengembangan sistem perlindungan OPT hortikultura pada UPTD BPTPH masih belum didukung sarana laboratorium dan fasilitas klinik PHT yang memadai, sehingga pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT belum tercapai maksimal. 3. Kurangnya koordinasi antara petugas/pelaksana kegiatan di daerah dengan petugas/pelaksana di pusat, sehingga capaian target pelaksanaan kegiatan belum optimal. Masih adanya beberapa Satker yang belum melaporkan capaian output fisik, sehingga capaian realisasi fisik tidak sesuai dengan capaian realisasi keuangan; 4. Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, luas lahan pertanian semakin berkurang/menyempit,dan penggabungan Satuan Kerja menyebabkan masih terdapat beberapa wilayah kerja POPT (kecamatan) yang kosong sehingga pengawalan tanaman hortikultura masih lemah dan berakibat pengawasan dan laporan OPT hortikultura kurang tertangani, dan sasaran (obyek) komoditas tanaman yang dikawal oleh seorang POPT terlalu banyak (pangan dan hortikultura) yang berakibat pada kurang intensifnya pengamatan OPT. 5. Untuk mendukung kegiatan teknis perlindungan, umumnya di daerah antara lain kekurangan SDM baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya dan sarana prasarana yang tersedia terbatas, sehingga cukup menyulitkan para petugas POPT PHP dalam mengcover wilayah kerja yang umumnya lebih dari 2 kecamatan untuk melaksanakan tupoksinya. 6. Minimnya sarana untuk menunjang pelaksanaan kegiatan POPT antara lain, buku pedoman perlindungan bergambar, alat pengolah data, identifikasi OPT, komputer SIM dan perekam data cuaca/iklim.. 7. Belum adanya sistem pelaporan yang terintegrasi dalam rangka pelaksanaan pelaporan OPT hortikultura sehingga dalam pengolahan data membutuhkan rentang waktu yang panjang; 22

23 8. Untuk mengamankan produksi hortikultura dari serangan OPT dan menghadapi perubahan iklim antara lain perlu ditingkatkan kembali sistem peringatan dini/bahaya dan sistem pelaporan perlindungan hortikultura yang baik. 3.4 TindakLanjut Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut: 1. Meningkatkan koordinasi dengan Satker Diperta provinsi supaya realisasi capaian kegiatan perlindungan baik keuangan maupun fisik menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. 2. Perubahan pola serangan OPT hortikultura dari musiman menjadi merata sepanjang tahun, kiranya menjadi bahan rekapan series data (minimal 5 musim/tahun) di daerah karena dengan mengetahui hubungan unsur iklim dengan perkembangan OPT dan dapat menjadi bahan rekomendasi dalam kegiatan DPI. 3. Pengadaan alat dan bahan untuk kegiatan perlindungan dalam rangka kesejahteraan petani, diperlukan perencanaan dan koordinasi yang baik antara satker, ULP dan tim teknis kegiatan, sehingga output yang dihasilkan tersedianya sarana perlindungan sesuai rencana, efektif, efisien, ekonomis dan tertib aturan (3 E + 1 T). 4. Melakukan forum koordinasi pada tingkat lapang terhadap pengenalan dan perbanyakan dan pemanfaatan Agens Hayati dan Biopestisida pada petani dan petugas lapang. Memberikan bimbingan dan pembinaan serta peningkatan kemampuan/ketrampilan petani dan petugas dalam upaya pengelolaan OPT berdasarkan sistem PHT. 5. Koordinasi antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam rangka pelaksanaan kegiatan. 6. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas lapang (POPT-PHP) terutama petugas lapang yang baru dalam pengamatan serangan OPT dan pengendalian OPT. 23

24 BAB IV. PENUTUP Perlindungan tanaman sebagai suatu subsistem produksi, diharapkan berperan luas dalam peningkatan produksi dan peningkatan mutu produk yang berdaya saing, dan akses pasar yang lebih baik. Peran tersebut adalah menurunnya luas serangan OPT dan kehilangan hasil akibat serangan OPT dan DPI. Keberhasilan usahatani melalui upaya pengelolaannya yang efektif dan efisien dengan penerapan teknologi sesuai prinsip PHT, sehingga terwujudnya produk hortikultura yang bebas dari cemaran/residu pestisida dan kelestarian lingkungan hidup, serta terpenuhinya persyaratan perdagangan global/sps WTO. Harapan tersebut merupakan sasaran pelaksanaan program dan kegiatan perlindungan tanaman, yaitu membangun sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien serta tertib aturan. Beberapa langkah yang perlu ditingkatkan untuk mencapai kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura yang baik, efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut: a. Peningkatan kemampuan SDM pelaku perlindungan hortikultura terutama petugas dan petani dalam pengelolaan OPT hortikultura (pengenalan/identifikasi, pengamatan, analisis dan pengambilan keputusan pengendalian). Kegiatan-kegiatan seperti koordinasi, sosialisasi, pemasyarakatan terkait pengamatan, pengendalian, penerapan teknologi ramah lingkungan (agens hayati dan biopestisida), dan penerapan PHT melalui gerakan pengendalian OPT. b. Koordinasi penerapan teknologi pengendalian OPT dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi perlu ditingkatkan, sehingga hasil-hasil pengembangan teknologi dari institusi perlindungan tanaman dapat diterapkan oleh petugas POPT-PHT maupun petani. c. Penyediaan dana yang memadai, baik yang bersumber dari APBN, APBD I, APBD II, maupun masyarakat petani untuk mendukung kegiatan perlindungan tanaman. Semoga laporan LAKIN 2016 ini dapat bermanfaat bagi pengambilan kebijakan di bidang perlindungan untuk masa masa yang akan datang. 24

25 Lampiran 1. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA Direktur Perlindungan Hortikultura Subbagian Tata Usaha Kepala Subdit Data dan Kelembagaan POPT Kepala Subdit POPT Buah dan Florikultura Kepala Subdit POPT Sayuran dan Tanaman Obat Kepala Subdit Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam Kepala Seksi Data dan Informasi OPT Kepala Seksi Kelembagaan Pengendalian OPT Kepala Seksi Teknologi PHT Buah dan Florikultura Kepala Seksi Sarana Pengendalian OPT Buah dan Florikultura Kepala Seksi Teknologi PHT Sayuran dan Tanaman Obat Kepala Seksi Sarana Pengendalian OPT Sayuran dan Tanaman Obat Kepala Seksi Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim Kepala Seksi Penanggulan gan Bencana Alam 25

26 Lampiran 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN UNIT ORGANISASI ESELON II : (a) DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN : (b) 2016 Kegiatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) (5) Peningkatan usaha pengamanan dan sistem perlindungan hortikultura Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dan terkelolanya serangan OPT secara ramah lingkungan dalam pengamanan 1 Fasilitasi sarana dan prasarana laboratorium dan klinik PHT (unit) 2 Gerakan pengendalian OPT (kali) 3 Rekomendasi dampak perubahan iklim (rekomendasi) 4 Maksimal luas serangan terhadap luas tanam (%) ,0 26

27 Lampiran 5. Perkembangan Luas Serangan OPT dibandingkan Luas Tanam Hortikultura Tahun * No. Uraian Nilai LS/LT *) (+/-), * 2016* Buah-buahan** Luas tanam, LT (ha) Luas serangan OPT, LS (ha) Porsi LS/LT (%) 2. Sayuran** Luas tanam, LT (ha) Luas serangan OPT, LS (ha) Porsi LS/LT (%) 3. Florikultura** Luas tanam, LT (ha) Luas serangan OPT, LS (ha) Porsi LS/LT (%) 4. Tanaman Obat** Luas tanam, LT (ha) Luas serangan OPT, LS (ha) Porsi LS/LT (%) , ,75 0, ,7 2, ,02 183,6 4, ,68 35,1 0, ,6 794,4 0, , ,59 3, ,04 93,67 3, ,62 90,9 0,27 Rerata 2,05 1,99 *) Nilai LS / LT, proporsi luas serangan terhadap luas tanam Luas tanam : diasumsikan 2% lebih besar dari luas panen **) Data sementara, belum semua data terkumpul (data OPT dan data luas tanam) Sayuran : Cabai besar, cabai rawit, bawang merah, kentang Buah : mangga, manggis, jeruk Florikultura : anggrek dan krisan Tanaman obat : jahe dan kunyit - 0,55 +0,88-0,71 +0,12 - Capaian Proporsi luas serangan OPT terhadap luas tanam sampai dengan Desember 2016 rata-rata sebesar 1,99% dengan kisaran 0,24% - 3,88%. Meliputi OPT buah 0,24%, sayuran 3,55%, florikultura 3,88% dan tanaman obat 0,27%. Proporsi luas serangan OPT tahun 2016 turun 0,06% dibandingkan dengan tahun Luas serangan OPT hortikultura tahun 2016 lebih rendah dibandingkan dengan target renstra 5%, artinya kemampuan mempertahankan kecilnya luas serangan opt mencapai 100% terjadap maksimal luas serangan 5% sesuai dengan target yang ditetapkan. 27

28 Lampiran 6. Daftar Laporan OPT dan Bencana Alam Hortikultura Tahun 2016 Bulan % No Provinsi NAD 87,5 2. Sumut Sumbar Riau 66,67 5. Jambi 91,66 6. Sumsel Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar 70, Jateng DIY Jatim Bali NTB 87,5 16. NTT Kalbar 91, Kalteng 83, Kalsel Kaltim Sulut Sulteng 91, Sulsel Sultra Sulbar 91, Maluku Malut Papua 83, Papua Barat Banten Gorontalo Babel 100 Rata-rata 89,71 28

Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang

Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang BAB I PENDAHULUAN Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 BAB I PENDAHULUAN

Good Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas

Lebih terperinci

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Kinerja Tahun 2014 i RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang pedoman BAB I PENDAHULUAN

Agricultural Practices (GAP) (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang pedoman BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA MANUAL IKSP DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA (2016) Nama IKSP Jumlah Produksi Aneka Cabai (Ton) Direktur Jenderal Hortikultura Jumlah produksi aneka cabai besar, cabai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tugas Fungsi

BAB I PENDAHULUAN Tugas Fungsi BAB I PENDAHULUAN Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan tingkat produktivitas dan mutu produk. Upaya tersebut diimplementasikan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 Disampaikan pada acara : Pramusrenbangtannas Tahun 2016 Auditorium Kementerian Pertanian Ragunan - Tanggal, 12 Mei 201 KEBIJAKAN OPERASIONAL DIREKTORATJENDERALHORTIKULTURA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2017 KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Koordinasi

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016 RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016 Oleh : Direktur Jenderal Hortikultura Disampaikan pada acara : Musrenbangtan Nasional Tahun 2016 Di Auditorium Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pelaksanaan lima tahunan pembangunan hortikultura yang diamanahkan kepada Direktorat Jenderal Hortikultura dari tahun 2010-2014 telah memberikan beberapa manfaat dan dampak

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA Petunjuk Teknis Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Tahun 2018 i

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA Petunjuk Teknis Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Tahun 2018 i PETUNJJUK TEKNIIS PENGEMBANGAN SIISTEM PERLIINDUNGAN HORTIIKULTURA TA.. 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2017 i KATA PENGANTAR Peran perlindungan hortikultura dalam mengamankan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur, Dr. Sarwo Edhy, SP, MM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur, Dr. Sarwo Edhy, SP, MM KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun Anggaran Tahun 2016 merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan Anggaran Negara TA. 2016 sebagaimana

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan BAB XXII BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 98 Susunan Organisasi Balai Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura terdiri dari:

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA Laporan Kinerja DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016 Penyusunan laporan kinerja sebagai impelementasi dari Perpres 29

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PETUGAS PENGAMAT OPT PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Pelatihan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Salah satu tuntutan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan peran

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian yang telah dilakukan sampai saat ini masih banyak memerlukan penanganan yang cermat dan cepat. Tantangan pembangunan pertanian yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA i PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 ii PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF Sub sektor Hortikultura masih memiliki peran strategis dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Kedudukan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis memberikan kontribusi terhadap perekonomian Nasional. Pengertian Perkebunan menurut Undang-undang

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PELAKSANAAN PENYALURAN 1. Penyaluran melalui KPPN dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS INSENTIF PETUGAS PENGAMAT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Insentif Petugas

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela BAB XXXVII BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 168 Susunan Organisasi Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017 Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017 STATISTIK PRODUKSI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Jl. AUP NO. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520

Lebih terperinci

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci