BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah akumulasi kapital berkembang seiring dengan aktivitas manusia yang terus berproduksi. Sistem ekonomi yang bertumpu pada kapital dan keuntungan ini terus tumbuh apa yang sekarang ini dikenal dengan globalisasi. Sejak abad 15, kapitalisme sederhana dalam bentuk perdagangan terus berekspansi ke seluruh dunia yang menghasilkan jaringan-jaringan berupa pasar global. Kapitalisme berekspansi melalui perubahan model produksi Immanuel Wallerstein menyebutnya sebagai dunia ekonomi yang kapitalisik karena sistem produksi barang dan jasa terus menghasilkan keuntungan dan kapital baru. Berakhirnya Perang Dunia Kedua menandai dua fase model produksi yaitu Fordisme dan Pasca-Fordisme sekaligus menjadi bagian dari proses globalisasi ekonomi. Berawal dari invensi yang dilakukan Henry Ford dan Frederick Charles Taylor yang mengembangkan produksinya dengan sirkulasi tertutup, Ford melakukan efisiensi produksi dengan otomatisasi, assembly line, dan standardisasi dalam sistem produksi. Sirkulasi tertutup dan produksi massal tersebut sangat tergantung pada ekspansi pasar dan industrialisasi yang diwujudkan dalam kerangka welfare state Keynesian. Fordisme ternyata bangkrut karena stagnasi dan krisis permintaan pasar, pasar tidak mampu lagi berekspansi 1. Tahun 1980-an, Pasca Fordisme menjawab tantangan kapitalisme dengan perubahan kebijakan yang lebih fleksibel, spesialisasi kerja pada proses produksi, dan jaringan korporasi yang lebih mengglobal dengan desentralisasi produksi. Proses produksi disebar ke perusahaan kecil yang ada di negara lain. Untuk itu, model 1 Mark Rupert, Ideologies of Globalization Contending Visions of New World Order, Routledge, London, 2001, hal.41

2 produksi Pasca Fordisme membutuhkan regulasi untuk mempermurah biaya produksi dengan mencari upah kerja paling kecil (yang biasanya ada di negara dunia ketiga). Model produksi Pasca Fordisme yang bertumpu pada Konsensus Washington 2 ini mempraktikkannya dengan mendorong negara mengeluarkan kebijakan privatisasi sektor publik, pengurangan hambatan investasi dan industrialisasi skala besar dalam kerangka good governance 3. Model produksi kapitalisme pasar yang flesibel dan terdesentralisasi ini membutuhkan model regulasi yang mendukung ekspansi pasar. North Atlantic Free Trade Agreement (NAFTA) perjanjian perdagangan bebas antara Mexico, Canada dan Amerika Serikat yang ditandatangani pada 1992 inilah yang menjadi awal wujud neoliberalisme yang kemudian berkembang dan difasilitasi oleh lembaga internasional World Trade Organization (WTO), International Monetery Fund (IMF), dan World Bank (Bank Dunia) 4. Kekuatan kapitalisme yang terus memperluas akumulasi ini menghasilkan produk yang juga sistemik yaitu kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, tak pelak menghasilkan gerakan perlawanan. Perlawanan bersenjata rakyat tersebut di antaranya Chiapas melawan NAFTA melalui pemberontakan Zapatista, adanya krisis finansial di Asia pada 1997, protes besar Seattle atas perdagangan bebas WTO pada 1999, dan skandal hutang dunia ketiga melalui skema G8 menunjukkan bangkitnya gerakan perlawanan terhadap kapitalisme global. Gerakan sosial sebagai perlawanan terhadap sistem kapitalisme global tersebut hadir dalam kerangka masyarakat sipil global. Konsep tersebut kemudian dikenal sebagai global justice movement, gerakan sosial baru untuk memaknai globalisasi yang lebih egaliter dan mempertimbangan keadilan sosial daripada 2 Kesepakatan kebijakan antara Bank Dunia, IMF dan Kementerian Keuangan Amerika Serikat. Sepuluh kata kunci dalam konsensus ini adalah (1) disiplin fiskal, (2) disiplin belanja pemerintah dengan mengurangi subsidi, (3)reformasi perpajakan, (4) liberalisasi keuangan, (5) pengadopsian nilai tukat yang kompetitif, (6) liberalisasi perdagangan, (7) liberalisasi penanaman modal asing, (8) privatisasi perusahaan milik pemerintah, (9) deregulasi sektor ekonomi, (10)penghargaan terhadap hak milik pribadi. 3 Eric Hiariej, Globalisasi, Kapitalisme, dan Perlawanan, IIS UGM, Yogyakarta, 2012 hal Heather Gautney, Protest and Organization in The Alternative Globalization Era,Palgrave Macmillan,New York,2010, hal. 17

3 keuntungan pasar. Salah satunya gerakan perlawanan pasca Seattle 1999 tersebut adalah Forum Sosial Dunia atau World Social Forum (WSF). Forum Sosial Dunia (FSD) pertama kali diselenggarakan pada Januari 2001 di Porto Alegre Brazil. Forum ini merupakan tandingan Forum Ekonomi Dunia (FED) atau biasa disebut World Economic Forum (WEF) yang dilaksanakan di Davos sejak tahun Forum Ekonomi Dunia yang merupakan ajang berkumpul pengusaha dunia setiap tahunnya. Partisipan FED adalah dari pengusaha dan pemimpin politik. Forum yang diprakarsai oleh Klaus Schwab, seorang pengusaha Swiss ini, menuai banyak kritikan karena agendanya yang dianggap mendukung globalisasi oleh korporasi dan mendorong pasar bebas dan neoliberalisme. Muncul-lah FSD untuk menandingi hegemoni yang diciptakan oleh FED. Bernard Chassen, jurnalis dari majalah Perancis, Le Monde Diplomatique, Chico Whittaker aktivis Gereja dan kader Partai PT Brasil, dan Oded Grajew koordinator gerakan Brazilian Business Association for Citizenship (CIVES) merupakan inisiator FSD. Sebelumnya, mereka aktif dalam Association for the Taxation of Financial Transaction for Assistance to Citizen (ATTAC) sebuah organisasi progresif yang perhatian terhadap partisipasi masyarakat sipil dalam globalisasi dan ekonomi pasar. Forum Sosial Dunia kemudian memberi label dirinya sebagai aliansi global tindak lanjut dari gerakan sosial Seattle tahun Dalam prinsip dasarnya, Forum Sosial Dunia adalah sebuah forum pertemuan terbukaatau open space bagi gerakan masyarakat sipil yang melawan sistem ekonomi neoliberal dan dominasi kapital 5. Skripsi ini ingin membahas lebih lanjut tentang FSD sebagai salah satu gerakan perlawanan terhadap kapitalisme global. Berkumpulnya aktivis akar rumput, kelompok gereja, organisasi nonpemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan pemimpin politik dalam satu wadah aliansi global. Penyelenggaraan pertamanya yang diselenggarakan di Porto Alegre dengan membawa slogan Another World is 5 Ibid, hal. 46

4 Possible berhasil mengumpulkan partisipan dari 117 negara dan delegasi 6. Menarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang bentuk perlawanan seperti apa yang ditawarkan oleh FSD melalui slogan yang sering digembar-gemborkan Another World is Possible. Kemungkinan dunia yang lain yang seperti apa yang ingin mereka raih. Sejak penyelengaraannya yang pertama (2001), sampai dengan sekarang (2014), gerakan FSD mengalami banyak berkembang. Penulis memilih studi kasus penyelenggaraannya di Mumbai (2004) dan FSD polisentris (2006) sebagai studi kasus dalam penelitian ini. Slogan Another World is possible kurang lebih telah terepresentasikan dalam pelaksanaannya di Mumbai, karena berhasil membawa semangat gerakan akar rumput dan terdapat perlawanan internal untuk menolak keberadaan donor. Sementara tahun 2006, menjadi salah satu tonggak internasionalisasi FSD dengan menyelenggarakannya di beberapa tempat yang berbeda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, penulis mengajukan rumusan masala h sebagai berikut. Bagaimana bentuk perlawanan yang ditawarkan Forum Sosial Dunia dalam penyelenggaraannya tahun 2004 dan 2006 terhadap globalisasi ekonomi neoliberal? C. Landasan Konseptual Kontrahegemoni Antonio Gramsci Penelitian ini menggunakan landasan konseptual dari Antonio Gramsci untuk membantu pembacaaan tentang perlawanan 7. Antonio Gramsci merekonstruksi 6 Porto Alegre menjadi tuan rumah karena dianggap representasi gerakan sosial yangmengakar rumput mengingat kepopulerannya menjadi contoh dalam pembuatan anggaran yang partisipatoris.

5 kembali pandangan Marx tentang perlawanan terhadap kapitalisme global dengan mengejawantahkan kembali filsafat praksis sebagai sebuah aksi politik dalam menghadapi perkembangan akumulasi modal. Gramsci dalam diskursus perlawanannya terhadap kapitalisme dan borjuasi, menekankan bahwa mayoritas penduduk harus menggerakkan dan digerakkan untuk melawan...memobilisasi mayoritas penduduk untuk melawan kapitalisme dan borjuis (SPW II 443) 8. Perlawanan tidak tumbuh dari kondisi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi saja. Perlawanan hadir karena kesadaran bahwa kemiskinan dan kesenjangan itu sebagai produk sistemik yang tidak bisa diterima. Konsep Gramsci tentang hegemoni, perang posisi, dan perang gerakan erat kaitannya dengan wacana perlawanan terhadap kapitalisme. Hegemoni Gramsci mengawali konseptualisasinya tentang hegemoni dari adanya suatu kelas yang menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan menggunakan kekerasan dan persuasi. Gramsci menggambarkan hegemoni sebagai sebuah centaur mitologi Yunani, yaitu setengah binatang dan setengah manusia sebagai simbol dari perspektif ganda suatu tindakan politik-kekuatan dan konsensus, otoritas dan hegemoni, kekerasan dan kesopanan 9. Ia percaya bahwa hegemoni ada dalam setiap aspek kehidupan dalam identitas sosial, relasi, organisasi yang berbasis distribusi kuasa dan pengaruh yang asimetris yang dipegang oleh kelas dominan. Sedangkan apa yang dimaksud dengan kelas hegemonik atau kelompok kelas hegemonik adalah kelas yang mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas 7 Pemikiran Gramsci tertuang dalam buku Prison Notebooks yang ia tulis di dalam penjara sebelum kematiannya pada 27 April Tulisan Gramsci amat dipengaruhi oleh kegagalan Partai Sosialis di Italia. 8 Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Insist Press,Yogyakarta, 1999, hal (dua tingkat fundamental, sesuai dengan dwi hakikat dari Centaurus-nya (manusia kuda dalam mitologi Yunanni-pen) Macchiavelli yaitu setengah hewan dan setengah manusia. Di sana ada dua tingkatan yaitu tentang kekuatan dan persetujuan, tentang kewenangan dan hegemoni, kekerasan dan peradaban, momen pribadi dan momen universal (Gereja dan negara), agitasi dan propaganda, tentang taktik dan strategi) dikutip dari Nezar Patria& Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara&Hegemoni, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal.118

6 sosial lain dengan cara menciptakan dan mempertahankan sistem aliansi melalui perjuangan politik dan ideologis. Cara yang digunakan oleh kelas dominan untuk memadukan kelompok sosial kelompok subordinat dengan kepemimpinan dalam produksi dilakukan melalui blok historis (historical blok). Hubungan yang hegemonik terjadi saat yang dikuasai mematuhi penguasa dan yang dikuasai tidak harus merasa menginternalisasi nilai dan norma penguasa, lebih dari itu mereka juga memberi persetujuan atas subordinasi mereka. Yang membedakan Gramsci dengan pengertian hegemoni oleh pemikir Marxis sebelumnya adalah arti hegemoni tidak terbatas pada relasi kelompok proletariat dan borjuis tetapi lebih luas dari setiap hubungan sosial. Selain itu, teori hegemoni Gramsci menekankan pada pengaruh kultural, bukan pada kepemimpinan politik dalam sebuah sistem aliansi 10. Gramsci menjelaskan bahwa perlawanan terhadap kapitalisme global berkaitan erat dengan mobilisasi massa. Bagi Gramsci, politik bukanlah sebuah ruang yang berdiri sendiri. Ia membutuhkan tekanan dan relasi dengan ekonomi, masyarakat, kebudayaan, dan harus bekerja bersama-sama membangun kekuatan untuk membuat dominasi. Hal tersebut merupakan produksi politik, politik sebagai produksi. Konsepsi tentang politik adalah kesatuan fundamental yang terbuka, 11. Poin tersebut menjadi poin penting untuk membangun sistem aliansi hegemoni untuk melawan hegemoni yang ada atau bisa disebut dengan kontrahegemoni. Tugas menciptakan hegemoni baru melawan hegemoni yang sudah ada menurut Gramsci harus dilakukan dengan kesadaran, pola berpikir, dan pemahaman masyarakat. Hal tersebut juga terkait dengan konsepsi mereka tentang dunia dan norma perilaku mereka. Gramsci menekankan pada kekuatan masyarakat sipil (civil society), atau wadah kelompok dominan mengatur konsensus dan hegemoninya, untuk membuat 10 Roger Simon,op.cit., hal Owen Worth and Carmen Kuhling, Counterhegemony, antiglobalization, and culture in International Political Economy (online),diakses dari < pada 29 September 2013

7 kekuatan tandingan 12. Gramsci percaya bahwa kelompok sosial yang lebih rendah (subordinat) dapat membuat perlawanan dan membuat sebuah hegemoni tandingan (kontrahegemoni). Perang Posisi dan Perang Gerakan (War of movement and war of position) Aksi politik sebagai sebuah kontrahegemoni menurut Gramsci, dibedakan menjadi dua perbedaan strategis yaitu perang gerakan (war of movement or manuevre) dan perang posisi (war of position). Bagi Gramsci, perbedaan antara dua perang tersebut murni hanya metodologisnya saja 13.Perang posisi ialah strategi menyerang kelompok yang meng-hegemoni tersebut dengan ideologi, norma, mitos, politik dan kebudayaan tanpa kekerasan. Dengan kata lain, perang posisi merupakan proses transformasi kultural untuk menghancurkan sebuah hegemoni dan menggantikannya dengan hegemoni lain. 14. Perang posisi mengndaikan konsensus secara budaya dan politik serta organisasi yang bertujuan memberikan pelajaran tentang realitas politik melalui pertempuran moral dan intelektual. Perang posisi bisa terjadi saat keadaan masyarakat sipil dalam sebuah masyarakat adalah kompleks. Perang posisi dilakukan berjangka panjang dengan proses artikulasi yang kompleks, disesuaikan dengan keadaan masyarakat sipil yang mengusungnya. Perang posisi juga diartikan sebagai diseminasi dari ide-ide perlawanan baru 15. Sedangkan, Perang gerakan adalah sebuah strategi yang menggunakan kekerasan partai revolusioner untuk menyerang balik hegemoni ataupun negara koersif yang berpihak pada kelompok pemilik modal. Perang gerakan merupakan sebuah aksi kolektif yang menggunakan aksi langsung kepada negara dan memungkinkan digunakannya kekuatan militer. Ia biasanya terjadi saat posisi negara 12 Mark Rupert, Producing Hegemony, The Politics of Mass Production and American Global Power, Cambridge University Press,Melbourne hal Daniel Egan, Insurrection and Gramsci s War of Position, Journal of Socialism and Democracy, Routledge, dipublikasikan tanggal 5 Maret 2015, diakses tanggal 7 Agustus 2015 melalui 14 Barry K Gills, Globalization and the Politics of Resistance, Palgrave, New York, 2001, hal Gramsci5

8 sangat kuat dan masyarakat sipilnya sangat lemah. Perang gerakan terjadi tidak setiap waktu, melainkan terjadi secara parsial. Perang gerakan terjadi saat perang posisi itu sudah terjadi sebelumnya. Kekalahan kelompok kiri di Eropa Selatan dan Tengah pada terhadap kapitalisme menarik perhatian Antoino Gramsci. Gramsci melihat kekalahan tidak hanya pada ketersediaan moda produksi tetapi pada segi suprastrukturnya. Ia beranggapan bahwa buruh kurang militan. Gramsci menganggap hal tersebut sebagai sebuah paradoks. Perkembangan industri negara kapitalis makin massif, sedangkan militansi buruh justru berkurang untuk menghancurkan kapitalisme itu sendiri. Strategi perlawanan kepada kelas penguasa melalui perang posisi dianggapnya sebagai alternatif perlawanan itu. Ada dua elemen dalam perang posisi yaitu pertama, setiap negeri atau kelompok perlawanan membutuhkan survei yang tepat dalam mengembangkan strategi revolusinya 16. Dalam hal ini Partai Komunis, Gramsci percaya bahwa sosialisme harus dibangun sesuai dengan konteks politik yang dihadapinya 17. Kedua, adalah perlu adanya basis gagasan untuk mengepung dengan suatu kontrahegemoni, diciptakan oleh organisasi massa kelas pekerja dan dengan membangun lembaga-lembaga serta pengembangan budaya proletar. Gramsci percaya bahwa kekuatan bukan hanya datang dari kelas buruh dan petani yang frontal terhadap negara, tetapi adanya fondasi dari sebuah budaya baru dari masyarakat proletar. Gramsci menggarisbawahi bahwa bila sebuah kelas ingin maju dan menjadi hegemoni maka ia perlu membangun sistem ideologi yang berfungsi sebagai pondasi yang mengikat dan menyatukan berbagai kelompok kekuatan sosial. Gramsci menekankan bahwa pertama, suatu kelas tidak akan memperoleh hegemoni hanya semata-mata dengan menerapkan pandangannya sendiri terhadap semua kelas. Kedua, sistem ideologi yang dimaksudkan Gramsci mengakomodasi kekuatan sosial 16 Nezar Patria& Andi Arief, loc.cit, hal Gramsci percaya bahwa karakter dari gerakan dan strategi perlawanan berakar pada hegemoni kelas dominan Ia meniliti bahwa di Eropa 1870 sampai dengan Perang Dunia I ada semacam revolusi permanen mengenai pengetahuan politik dan rumusann hegemoni sipil

9 yang beragam, tidak dibuat sekali jadi sebagai jenis konstruksi intelektual yang dikerjakan oleh pemimpin partai politik 18. Penulis akan menggunakan konsep Gramsci tentang perang posisi dan perang gerakan dalam menganalisis penyelenggaraan FSD di Mumbai dan FSD Polisentris untuk menggambarkan bagaimana perlawanan terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. D. Argumen utama FSD merupakan bentuk kontrahegemoni terhadap berlangsungnya globalisasi ekonomi neoliberal. Melalui bentuk forum yang bersifat ruang terbuka dan nonhierakhis, FSD memberikan ruang gerakan sosial dari seluruh dunia untuk bertemu dan berbagi pengalaman perlawanan. Perang posisi dalam perlawanan terhadap globalisasi ekonomi neoliberal dapat dilihat melalui penyelenggaraan forum yang bersifat ruang terbuka, non hierarkis, dinamis, dan tanpa kekerasan di semua penyelenggaraan forum. Perang gerakan FSD dapat dilihat dari protes langsung komunitas akar rumput di Mumbai India yang secara tegas menolak ketelibatan donor asing dengan cara melakukan protes langsung berseberangan dengan tempat penyelenggaraan FSD. E. Metode penelitian Skripsi menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode pengumpulan data kualitatif dengan memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dengan studi literatur. Penulisan penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan eksplanatif dan analisis data dilakukan secara metode kontekstual dan korelasionis. Penulis akan mencocokkan data dengan definisi berdasarkan teori. Sedangkan dalam metode korelasionis, penulis akan menganalisis 18 Roger Simon, op.cit., hal. 91

10 hubungan kausalitas di antara unit eksplanasi yang ada pada tingkat analisis yang sama. F. Sistematika Penulisan Bab I merupakan penjabaran mengenai kerangka dasar penelitian skripsi. Penulis menjelaskan secara singkat kondisi apa yang melatarbelakangi gerakan sosial. FSD sebagai salah satu wacana kontrahegemoni yang muncul setelah perlawanan Seattle 1999 menjadi kajian spesifik pada rumusan masalah yang penulis buat. Melalui rumusan masalah Perlawanan yang seperti apa yang ditawarkan oleh FSD dalam penyelenggaraannya tahun 2004 dan Penulis menggunakan pisau analisis Antonio Gramsci tentang perang posisi dan perang gerakan untuk memetakan perlawanan yang dilakukan oleh FSD terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. Bab ini juga berisi metode penelitian, dan sistematika penulisan yang penulis pakai dalam penelitian Bab II akan menguraikan tentang apa yang dilawan oleh Forum Sosial Dunia dan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi perlunya kekuatan tandingan itu. Bab ini akan menguraikan kontradiksi dari globalisasi ekonomi neoliberal yang hadir pasca Perang Dunia II dan dampak yang ditimbulkan oleh hegemoninya. Forum Ekonomi Dunia, forum yang menjadi sasaran kontrahegemoni juga akan dibahas. Bab ini akan membuktikan asumsi dasar penulis bahwa globalisasi yang didukung oleh sistem ekonomi yang neoliberal hanya menguntungkan segelintir orang. Globalisasi ekonomi neoliberal terus berlangsung dengan memanfaatkan forum lintas jaringan, negara, dan pemilik modal untuk terus mengembangkan strategi perluasan pasar dan promosi neoliberalisme. Salah satunya dengan terus menyelenggarakan Forum Ekonomi Dunia. Bab III menjelaskan Forum Sosial Dunia mulai bergerak tidak melulu di Amerika Latin, wacana kontrahegemoni berusaha terus disebarkan ke negara-negara Selatan yang lain seperti Afrika, dan Asia. Mumbai, adalah kota pertama

11 internasionalisasi forum. Penolakan dan boikot terhadap donor dan korporasi internasional merupakan salah satu upaya untuk membawa forum tidak sekedar talking shop. Wacana pelibatan pasukan bersenjata dan partisipasi penuh partai komunis membuat penyelenggaraan di Mumbai lebih berwarna gerakan. Sementara itu, penyelenggaraan FSD secara polisentris mensiasati agar gerakan bisa diserukan di region-region yang selama ini belum pernah menjadi perhatian aktivis dari seluruh dunia. Dokumen-dokumen seruan untuk beraksi dicetak dan disebarkan, justru forum semakin gamang menentukan arah gerakan. Dengan melihat penyelenggaraannya di Mumbai dan Polisentrismenya, bab ini ingin menguraikan lebih jauh bagaimana strategi perang posisi dan gerakan FSD dan bagaimana FSD menangkap peluang dalam dua event tersebut sebagai strategi keluar dari kegamangan sekaligus strategi jangka panjang FSD sebagai kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. BAB IV, kesimpulan ini sekaligus akan menjawab pertanyaan rumusan masalah dan menggunakan pisau analisis Gramsci, bentuk perlawanan perang posisi dan perang gerakan seperti apa yang ditawarkan oleh FSD

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast food adalah sebuah istilah yang digunakan secara umum untuk menggambarkan konsep mengenai industri restoran layanan cepat saji. Pada awalnya, fast food yang berkembang

Lebih terperinci

GLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ

GLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ GLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ KATA PENGANTAR Dalam kurang lebih sepuluh tahun terakhir penulis menghabiskan salah satu aktivitas akademiknya untuk mempelajari dan memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di 81 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokus Penelitian Lokus dalam penelitian ini adalah adanya indikasi masuknya ideologi neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di Indonesia. 3.2 Tipe

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana

Lebih terperinci

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi Oleh Max Lane Oldefo vs Nefo Indonesia sekarang menghadapi serangan dari negara-negara industri, terutama Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang, dan

Lebih terperinci

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan

Lebih terperinci

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam BAB IV KESIMPULAN Sebagai negara yang berorientasi industri ekspor, Jepang memang terus dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam ekonominya ini. Selain

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

Pidato Politik Pimpinan Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja

Pidato Politik Pimpinan Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja Pidato Politik Pimpinan Komite Pusat Nomor: 352/PI/KP-PRP/e/V/11 (Disampaikan pada Hari Buruh Internasional) Gerakan Buruh Dalam Tantangan Persatuan Jakarta, 1 Mei 2011 Sejarah perjuangan kelas pekerja

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Pertama

BAB V PENUTUP Pertama BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata

Lebih terperinci

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume EKONOMI MEDIA MATA KULIAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini telah menjelaskan mengenai perjuangan Ikhwanul Muslimin (IM) dalam proses Counter Hegemony terhadap sekularisme di masa pemerintahan Hosni Mubarak. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem pasar tenaga kerja di Jepang merupakan salah satu hasil dari nilai-nilai dan jaringan yang rumit dalam hubungan sosial masyarakat Jepang. Dalam sistem tenaga

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah A. RELEVANSI

Tinjauan Mata Kuliah A. RELEVANSI vii Tinjauan Mata Kuliah A. RELEVANSI Melihat kondisi perekonomian saat ini, modul ini diharapkan dapat menjadi arahan untuk pelaksanaan sistem ekonomi nasional. Terjadinya privatisasi Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penulisan sejarah Amerika Latin merupakan sebuah tantangan bagi peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono Resensi Buku Melawan Gurita Neoliberalisme Oleh: Sugiyarto Pramono Resensi Buku: Judul : Melawan Gurita Neoliberalisme Penulis : Budi Winarno Tebal : 174 halaman + x Penerbit : Erlangga Kota terbit : Jakarta

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyatuan dua perusahaan atau lebih menjadi satu kekuatan, pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. penyatuan dua perusahaan atau lebih menjadi satu kekuatan, pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan global membuat banyak perusahaan melakukan berbagai upaya untuk bertahan hingga menjadi pemimpin dalam sektor usaha tersebut. Merger dan akuisisi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini berangkat dari sikap afirmasi penulis terhadap kebutuhan akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua model pemikiran

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

SEKULERISASI EKONOMI PASAR BEBAS

SEKULERISASI EKONOMI PASAR BEBAS SEKULERISASI EKONOMI PASAR BEBAS Salah satu agenda serangan peradaban Kapitalisme AS dan Barat untuk menjadikan ideologi Kapitalisme sebagai agama seluruh manusia termasuk kaum muslimin, adalah slogan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul Perbandingan pemikiran sosialisme Joseph Stalin dengan Leon Trotsky di Uni Soviet 1924-1929. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra hadir dalam masyarakat melalui sebuah proses penghayatan yang panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Henry Lefebvre mendefisiniskan Spatial Pratices sebagai Aliran, interaksi dan pergerakan material fisik, ke dalam dan melintasi ruang; sebagai ciri fundamental dari produksi ekonomi dan reproduksi sosial.

Lebih terperinci

13Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Hegemoni Budaya dan Media. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas

13Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Hegemoni Budaya dan Media. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Modul ke: Komunikasi Antar Budaya Hegemoni Budaya dan Media Fakultas 13Ilmu Komunikasi Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Program Studi Periklanan Pembuka DUNIA saat ini seolah sudah tidak berbatas.

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya 177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia sekaligus sebuah sarana akomodasi kepentingan negara-negara. Serikat, Italia, Prancis, Jerman, Jepang dan Rusia.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia sekaligus sebuah sarana akomodasi kepentingan negara-negara. Serikat, Italia, Prancis, Jerman, Jepang dan Rusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah G20 awalnya digagas sebagai forum bersama guna membahas isu-isu ekonomi dunia sekaligus sebuah sarana akomodasi kepentingan negara-negara berkembang yang selama

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar.

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. BAB II PERKEMBANGAN BRIC BRIC merupakan organisasi yang mengalami perkembangan yang signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. Sejak saat itu BRIC mulai dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai,

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktik penyelenggaraan pendidikan dalam masyarakat dilatarbelakangi oleh adanya pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi,

Lebih terperinci

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme Studi Media Perspektif Media Krititis MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri

Lebih terperinci

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi Oleh; Agoes Moh. Moefad (NPM : 170130087012) Hamzah Turmudi (NPM : 170130087004) Zaenal Mukarom (NPM : 170230087001) Feminisme merupakan suatu gerakan emansipasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

CRITICAL THEORIES Bagian II

CRITICAL THEORIES Bagian II CRITICAL THEORIES Bagian II 1 MARXISME Jalur Pengaruh Pemikiran Karl Mark & Teori Kritis Hegel Neo Marxisme Teori Kritis II Marks Muda Karl Mark Marks Tua Engels Kautsky Korsch Lukacs Gramsci Hokheimer

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

STRATEGI ALBA MELAWAN HEGEMONI NEOLIBERALISME DAN MEMBANGUN INTEGRASI EKONOMI POLITIK KAWASAN AMERIKA LATIN

STRATEGI ALBA MELAWAN HEGEMONI NEOLIBERALISME DAN MEMBANGUN INTEGRASI EKONOMI POLITIK KAWASAN AMERIKA LATIN STRATEGI ALBA MELAWAN HEGEMONI NEOLIBERALISME DAN MEMBANGUN INTEGRASI EKONOMI POLITIK KAWASAN AMERIKA LATIN Diskursus mengenai konsep pembangunan muncul dan tenggelam dalam sekian momentum yang terjadi

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 15 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis ingin menjabarkan usaha kekerasan negara dalam menyebarkan kebencian terhadap Lekra, yang selanjutnya akan menimbulkan stigmatisasi

Lebih terperinci

Modul ke: Masyarakat Madani. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Masyarakat Madani. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Masyarakat Madani Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Masyarakat Madani Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap

Lebih terperinci

KONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain

KONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain KONSEPSI KEWARGANEGARAAN By : Amaliatulwalidain Pengantar Tradisi kewarganegaraan telah ada sejak masa Yunani Kuno, konsepsi modern tentang kewarganegaraan baru muncul pada abad keduapuluh. Konsepsi kewarganegaraann

Lebih terperinci

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris Nikolayevich Yeltsin (Boris Yeltsin) dalam melakukan pembaharuan atau reformasi ekonomi negara selama

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

KERTAS DISKUSI Nomor 03 Tahun 2010

KERTAS DISKUSI Nomor 03 Tahun 2010 KERTAS DISKUSI KERTAS DISKUSI Nomor 03 Tahun 2010 Merebut Pembangunan Anwar Ma ruf November 2010 Institut Inovasi Kebijakan, Pembangunan Partisipatif, dan Tata Kelola Pemerintahan Merebut Pembangunan Oleh

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

ANATOMI TEORI HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI

ANATOMI TEORI HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI ANATOMI TEORI HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI Endah Siswati Universitas Islam Balitar Jl. Majapahit No.4 Blitar, Jawa Timur 66139 Email: endah.siswati@yahoo.co.id ABSTRACT Antonio Gramsci is a great intellectual

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi atas dampak peristiwa Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri (1750-1850). Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA

RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA Bayu Mitra Adhyatma Kusuma Institute of Southeast Asian Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta bayumitraa.kusuma@yahoo.com

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fenomena perluasan peran korporasi multinasional (MNC) dalam hubungan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fenomena perluasan peran korporasi multinasional (MNC) dalam hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ide awal topik penelitian ini berangkat dari besarnya minat penulis terhadap kajian mengenai fenomena perluasan peran korporasi multinasional (MNC) dalam hubungan

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Digantung

Teori Ketergantungan Digantung Teori Ketergantungan Digantung Arief Budiman * SAYA diundang ke Korea Selatan untuk mengikuti sebuah konperensi internasional, yang bertema Masalah Ketergantungan dalam Pembangunan Korea: Sebuah Perspektif

Lebih terperinci