KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Januari 2017

2 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun 2016 merupakan salah satu perwujudan laporan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dan juga sebagai laporan pertanggungjawaban dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi. Melalui Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016, Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol melaporkan kinerjanya yang diukur dari pencapaian kinerja misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2016 sesuai yang tertuang dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Rencana Kinerja Tahunan Tahun Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan merujuk pada indikator kinerja output dan outcome yang telah ditetapkan dan direalisasikan per tahun. Dengan disusunnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun 2016 ini kami susun untuk dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Jakarta, Januari 2017 Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol, Ir. Arief Witjaksono, M.Eng.Sc NIP Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv RINGKASAN EKSEKUTIF... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang/Permasalahan Tugas, Fungsi Struktur Organisasi Isu Strategis... 5 BAB II PERENCANAAN KINERJA Uraian Singkat Renstra Perjanjian Kinerja Metode Pengukuran Target Tahun Ini Menurut Renstra BAB III KAPASITAS ORGANISASI SDM Unit Kerja Sarana dan Prasarana DIPA BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Kinerja Organisasi Perbandingan Kinerja Organisasi Analisis Kinerja Organisasi Efisiensi dan Efektivitas BAB V PENUTUP Permasalahan Langkah ke Depan LAMPIRAN Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 ii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi BPJT Gambar 2 Isu Terkait Pengusahaan Jalan Tol... 8 Gambar 3 Peta Stategis BPJT Tahun Gambar 4 Rencana Percepatan Jalan Tol Gambar 5 Jumlah Pegawai Menurut Golongan Gambar 6 Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Gambar 7 Peresmian Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IV Gambar 8 Peresmian Jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi I& Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Produk Peraturan Perundangan dalam rangka Percepatan Pengusahaan Jalan Tol Tabel 2 Rencana Pembangunan Jalan Tol Tabel 3 Perjanjian Kinerja Sekeratriat BPJT Tabel 4 Metode Pengukuran Output Tabel 5 Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Renstra Tabel 6 Capaian Kinerja Sekretariat BPJT Tabel 7 Pengukuran Kinerja Tabel 8 Ruas-ruas Jalan Tol Konstruksi per Tabel 9 Ruas-ruas Jalan Tol Selesai Lelang per Tabel 10 Ruas-ruas Jalan Tolo Ground Breaking Kumulatif Tabel 11 Ruas Jalan Tol yang Sudah Operasi Tabel 12 Progres Pembangunan Jalan Tol Tahun Tabel 13 Pengukuran Efektivitas dan Efisienasi Kinerja Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 iv

6 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Tujuan dan Sasaran Berdasarkan tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga melaksanakan tujuan penyelenggaraan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk konektivitas nasional guna meningkatkan produktivitas nasional guna meningktakan produktivitas, efisiensi dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global; yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim. Sasaran yang diharapkan dicapai selama periode adalah: 1. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing dengan indikator tingkat konektivitas nasional sebesar 77% pada akhir Meningkatnya kemantapan jalan nasional dengan indikator tingkat kemantapan jalan nasional mencapai 98% pada akhir Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol dalam rangka mewujudkan tujuan tersebuat diatas, melaksanakan sasaran strategis meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing, dengan indikator tingkat konektivitas nasional sebesar 77% pada akhir tahun Sasaran program penyelenggaraan jalan yang didukung Sekretariat BPJT yaitu Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama dengan indikator kinerja program waktu tempuh pada koridor utama sebsar 2,6 jam/100 km. Implementasi sasaran program tersebut telah dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang mendukung program penyelenggaraan jalan terutama yang terkait dengan pengaturan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol. Paket-paket kegiatan untuk mendukung pelaksanaan pengaturan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol tertuang dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA/KL) satker-satker di lingkungan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol dimana anggaran untuk pelaksanaan kegiatan tersebut didanai melalui DIPA Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Satker BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT Tahun Anggaran Pencapaian Kinerja Rata-rata capaian kinerja output Sekretariat BPJT tahun 2016 adalah %. Dari angka rata-rata capaian kinerja ini, kinerja output Sekretariat BPJT dapat dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan dari 11 indikator kinerja output, old a semua old an r kinerja output sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja. Indikator kinerja output yang tidak sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja adalah old an r kinerja output Dokumen Pengadaan Tanah (BLU), Laporan e-monitoring Kementerian PU, serta Peralatan dan Fasilitas Perkantoran masing-masing capaiannya Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 v

7 adalah 97.12; 92.70; dan 65.10%. Hal yang menyebabkan capaian kinerja output ini tidak sesuai dengan nilai yang ditargetkan adalah karena belum adanya prioritas penggunaan anggaran untuk pembelanjaan meubelair dan alat pengolah data untuk memenuhi kebutuhan operasional sarana dan prasarana kantor. 3. Pencapaian Keuangan Untuk aspek keuangan, alokasi anggaran Sekretariat BPJT adalah Rp ,- yang terdiri dari DIPA Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol sebesar Rp ,- dan DIPA Satker Badan Layanan Umum-Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol (BLU-BP Set BPJT) sebesar Rp ,-. Sampai akhir TA 2016, total anggaran Sekretariat BPJT setelah direvisi sebesar Rp ,-. Realisasi penyerapan anggaran untuk seluruh kegiatan TA 2016 meliputi belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal mencapai Rp ,- atau sebesar 72.91% dari total anggaran, yaitu realisasi sebesar Rp ,- untuk Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Rp ,- untuk Satker BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol. Selain itu dalam rangka mendukung kegiatan BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT yang memiliki fungsi strategis mendukung pelaksanaan dana bergulir untuk pembebasan lahan, pemerintah juga menerbitkan DIPA APBN Bagian Anggaran Kendala yang dihadapi Dengan mengacu pada kinerja tahun 2016 serta permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan perhatian untuk peningkatan kinerja ke depan khususnya terhadap pencapaian sasaran kegiatan. Beberapa hal yang terkait dengan upaya peningkatan kinerja tersebut adalah a. Perlu analisis perencanaan SDM yang efektif dan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan teknis/seminar/workshop, peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab staf pada substansi, serta penambahan staf profesional bila diperlukan; b. Perlu dilakukan proses perencanaan program tahunan Sekretariat BPJT yang lebih baik dan tajam guna mencapai sasaran yang ditargetkan, untuk kegiatan yang masih perlu tindak lanjut, agar diproses dalam kegiatan lanjutan sehingga dapat dicapai sasaran dan manfaat yang maksimal; c. Peningkatan peran manajemen dalam pengelolaan organisasi yang efektif agar kinerja perencanaan, pelaksanaan, supervisi, dan evaluasi bisa dilaksanakan secara optimal. Dalam hal kinerja dukungan pengusahaan jalan old an program pembangunan 1000 km jalan tol, kendala dan tantangan yang perlu ditindaklanjuti antara lain 1. Ketersediaan tanah dan alokasi dana tanah yang belum mencukupi Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 vi

8 2. Dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan/atau Kota, instansi Pemerintah lain serta old an penegak old untuk percepatan penyelesaian pengadaan tanah termasuk percepatan penyelesaian konsinyasi, tanah wakaf, tanah kas desa dan bangunan-bangunan yang masih berdiri di dalam ROW sehingga tidak mengganggu pelaksanaan konstruksi 3. Percepatan penyelesaian dokumen perencanaan dan/ atau penetapan lokasi dan/ atau dokumen lain sesuai ketentuan UU No.2/2012 dan Perpres No. 30/ Kemudahan pemenuhan persyaratan pinjaman dari Pemberi Pinjaman, dalam hal pelaksanaan konstruksi yang dipercepat (early construction) persyaratan tanah harus sudah bebas 100% dan kepercayaan Pemberi Pinjaman terhadap Pemegang Saham mayoritas 5. Kepastian dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan pada beberapa ruas jalan tol (contoh : Jalan Tol Manado-Bitung dan Balikpapan-Samarinda) 6. Penerapan ketentuan cidera janji dan pengakhiran PPJT apabila BUJT tidak memenuhi kewajiban sesuai PPJT. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah 2016 vii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang/Permasalahan Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama dalam pengembangan suatu kawasan atau daerah. Adanya kemudahan akses menuju suatu daerah akan memudahkan mobilitas barang dan orang, sehingga mampu memicu pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dengan dua per tiga jaringan jalan nasional sudah mengalami kemacetan dan lalu lintas diperkirakan akan tumbuh dua kali lipat dalam 15 tahun mendatang, muncul kebutuhan infrastruktur atau jalan tol untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat setempat yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kegiatan perekonomian di Indonesia. Kualitas infrastruktur di Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Dalam hasil survey yang dilakukan World Economic Forum (2016), Indonesia berada pada peringkat 41 dari 138 negara dengan nilai 4,52 skala 7 dalam Global Competitiveness Index (GCI) dan peringkat 60 dengan nilai 4,24 dalam hal perkembangan infrastruktur. Meski dengan nilai yang sama, peringkat Indonesia turun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu peringkat 37 dari 140 negara. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia perlu memajukan pembangunan salah satunya dalam hal infrastruktur sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian negara. Dalam rangka mewujudkan 1000 km jalan tol sampai dengan tahun 2019, terdapat berbagai tantangan mendasar antara lain progress delivery yang lambat (20 km/th). Permasalahan lain yang seringkali menjadi bottleneck dalam pengusahaan jalan tol adalah ketersediaan tanah. Penyediaan jalan tol bersifat monopoli dan bukan merupakan pasar yang kompetitif sehingga faktor kualitas pelayanan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2014, sebagai usaha pemerintah untuk melindungi pengguna jalan tol. Namun, SPM jalan tol saat ini belum sepenuhnya berafiliasi pada keinginan pengguna. Operator tidak menyediakan kualitas layanan jalan tol yang sesuai dengan harapan pengguna, sementara standar pelayanan minimal sebagai acuan pembangunan jalan tol belum sepenuhnya merepresentasikan harapan pengguna. Kesenjangan pembiayaan menjadi kendala yang menghambat pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk jalan tol. Oleh karena itu, pemerintah fokus untuk mengajak pihak swasta/ badan usaha untuk menjadi mitra dalam penyediaan Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

10 infrastruktur melalui program Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sektor swasta/ Badan Usaha memiliki peran yang penting karena diharapkan bisa membiayai sebagian besar pertumbuhan ekonomi melalui proyek-proyek KPBU. Namun sampai saat ini, kerangka proyek KPS/ KPBU belum menunjukkkan hasil yang memuaskan karena terdapat berbagai permasalahan, terutama dalam hal membangun track record yang baik yang menunjukkan kemampuan untuk mewujudkan dan mengelola proyek-proyek KPS sehingga meningkatkan kepercayaan sektor swasta terhadap proyek KPS/KPBU. BPJT dibentuk sesuai amanat UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan sebagai regulator jalan tol menggantikan fungsi PT. Jasa Marga yang sebelumnya berperan sebagai regulator dan operator jalan tol. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Sekretariat BPJT bertugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada BPJT. 1.2 Tugas, Fungsi Berdasarkan Pasal 45 ayat (6) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, tugas BPJT adalah melaksanakan sebagian penyelenggaraan jalan tol, yang meliputi: a. pengaturan jalan tol, mencakup pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya kepada Menteri Pekerjaan Umum, serta pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya; b. pengusahaan jalan tol, mencakup persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan investasi, dan pemberian fasilitas pembebasan tanah; c. pengawasan jalan tol, mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol, dan pengawasan terhadap pelayanan jalan tol. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Nomor 43/M/PRT/2015, Sekretariat BPJT mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan adminstratif kepada BPJT. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Sekretariat BPJT menyelenggarakan fungsi : a. pelaksanakan kajian dan evaluasi penyiapan pengusahaan jalan tol dan sistem informasi jalan tol; b. pelaksanaan penyiapan, pelayanan, dan pengawasan pengusahaan jalan tol; c. pelaksanaan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol oleh Badan Usaha; d. pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan penyiapan bahan penetapan skala prioritas penyaluran dana bergulir serta administrasi, penyaluran, dan pengembalian pinjaman dana bergulir; e. pelaksanaan kegiatan hukum dan humas, ketatausahaan, kepegawaian, dan keuangan. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

11 1.3 Struktur Organisasi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah badan non struktural yang dibentuk di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2015. Secara formal BPJT dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 28 Juni 2005 sebagai unit non struktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan Umum, bertujuan untuk melaksanakan sebagian wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan tol. Struktur BPJT terdiri dari seorang Kepala (merangkap Anggota) dan empat orang Anggota. Kepala BPJT adalah pejabat Kementerian Pekerjaan Umum sebagai wakil unsur Pemerintah, sedangkan empat orang Anggota BPJT masing-masing adalah: pejabat Kementerian Pekerjaan Umum dan pejabat Kementerian Keuangan (sebagai wakil unsur Pemerintah), seorang dari asosiasi profesi (wakil unsur pemangku kepentingan), dan seorang dari akademisi (wakil unsur masyarakat). Untuk membantu dalam pelaksanaan fungsi dan tugas BPJT maka dibentuk Sekretariat BPJT di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai unsur staf yang mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada BPJT. Sekretariat BPJT dipimpin oleh seorang Sekretaris sebagai pejabat struktural setingkat eselon II/a. Sekretariat BPJT secara teknis operasional bertanggung-jawab kepada Kepala BPJT dan secara administratif bertanggung jawab kepada Menteri. Struktur Organisasi Sekretariat BPJT terdiri atas; Bagian Umum, Bidang Teknik, Bidang Investasi, Bidang Operasi dan Pemeliharaan serta Bidang Pendanaan sebagai staf struktural setingkat eselon III. Kemudian pada tingkat dibawahnya Sekretariat BPJT didukung sebelas staf struktural eselon IV sebagaimana tercantum pada Gambar 1 di bawah ini. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

12 KEPALA BPJT ANGGOTA BPJT (Wakil Unsur Kem. Pekerjaan Umum) ANGGOTA BPJT (Wakil Unsur Kementerian Keuangan) ANGGOTA BPJT (Wakil Unsur Asosiasi/Profesi) ANGGOTA BPJT (Wakil Unsur Akademisi) SEKRETARIS BPJT KABID INVESTASI KABID TEKNIK KABID OPERASI DAN PEMELIHARAAN KABID PENDANAAN KABAG UMUM KASUBBID PERSIAPAN DAN PELAYANAN INVESTASI KASUBBID PERENCANAAN TEKNIS KASUBBID OPERASI DAN PEMELIHARAAN I KASUBBID PERENCANAAN KASUBBAG KEUANGAN KASUBBID PENGAWASAN INVESTASI KASUBBID PENGAWASAN KONSTRUKSI KASUBBID OPERASI DAN PEMELIHARAAN II KASUBBID PELAKSANAAN KASUBBAG ADMINISTRASI DAN KEPEGAWAIAN KASUBBAG HUKUM DAN HUMAS Gambar 1 Stuktur Organisasi Badan Pengatur Jalan Tol Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

13 Khusus struktur Bidang Pendanaan, terdapat instansi Badan Layanan Umum. BLU merupakan instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2013 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2013 tentang perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kelola BLU Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol, tugas pokok dan fungsi BLU-BP Set BPJT adalah melaksanakan kewenangan operasional dalam pengqelolaan dana bergulir pengadaan tanah untuk jalan tol sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melaksanakan pengusahaan jalan tol yang ditugaskan pemerintah yaitu mengelola hasil pengusahaan jalan yang belum ditetapkan operatornya secara permanen, jalan tol yang telah habis masa konsesi atau yang gagal dalam pelaksanaan konsesi. Dalam unit kerja Sekretariat BPJT, terdapat dua Satuan Kerja yang melaksanakan tugas dan fungsi kesatkeran yaitu Satuan Kerja Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Satuan Kerja BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT. 1.4 Isu Strategis Dalam program pembangunan jalan, salah satu prioritas yang mendukung agenda Nawa Cita tersebut adalah rencana pembangunan 1000 km jalan tol pada sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang telah dicanangkan pemerintah.dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun Jalan tol direncanakan untuk dibangun di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial. Pembangunan jalan tol merupakan strategi peningkatan mobilitas pada koridor-koridor utama di Indonesia. Selain itu, pembangunan jalan tol juga diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh koridor-koridor utama serta menjadi pendorong peningkatan kualitas logistik di Indonesia. Jalan tol dikembangkan sebagai tulang punggung transportasi darat pulau-pulau besar di Indonesia. Penyelengaraan jalan tol masih merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara seksama, pasti dan paling penting adalah keberanian untuk mengimplementasikan aturan yang sudah ada. Mewujudkan 1000 km jalan tol sampai dengan tahun 2019, terdapat berbagai tantangan mendasar antara lain progress delivery yang lambat (20 km/th). Permasalahan lain yang seringkali Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

14 menjadi bottleneck dalam pengusahaan jalan tol adalah ketersediaan tanah. Pemerintah berkewajiban menjamin ketersediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum beserta peraturan-peraturan turunannya. Peraturan-peraturan tersebut telah dikeluarkan pemerintah untuk mempermudah dan mempercepat proses pengadaan tanah. Penyediaan jalan tol bersifat monopoli dan bukan merupakan pasar yang kompetitif sehingga faktor kualitas pelayanan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2014, sebagai usaha pemerintah untuk melindungi pengguna jalan tol. Namun, SPM jalan tol saat ini belum sepenuhnya berafiliasi pada keinginan pengguna. Operator tidak menyediakan kualitas layanan jalan tol yang sesuai dengan harapan pengguna, sementara standar pelayanan minimal sebagai acuan pembangunan jalan tol belum sepenuhnya merepresentasikan harapan pengguna. Kesenjangan pembiayaan juga menjadi kendala yang menghambat pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk jalan tol. Oleh karena itu, pemerintah fokus untuk mengajak pihak swasta/ badan usaha untuk menjadi mitra dalam penyediaan infrastruktur melalui program Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sektor swasta/ Badan Usaha memiliki peran yang penting karena diharapkan bisa membiayai sebagian besar pertumbuhan ekonomi melalui proyek-proyek KPBU. Namun sampai saat ini, kerangka proyek KPS/ KPBU belum menunjukkkan hasil yang memuaskan karena terdapat berbagai permasalahan, terutama dalam hal membangun track record yang baik yang menunjukkan kemampuan untuk mewujudkan dan mengelola proyek-proyek KPS sehingga meningkatkan kepercayaan sektor swasta terhadap proyek KPS/KPBU. Menterjemahkan semangat Not Business As Usual dalam penyediaan infrastruktur berakibat perlunya merubah pola pikir masa lalu yang mengatakan bahwa infrastruktur harus dibangun dengan menggunakan anggaran Pemerintah. Karena anggaran Pemerintah yang terbatas, maka penerapan pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dan Badan Usaha atau Public-Private Partnership (PPP). Keterlibatan Badan Usaha dalam pelayanan publik mengharuskan Pemerintah siap untuk menyediakan perangkat aturan yang dapat memberi insentif bagi dunia usaha sekaligus penyediaan pelayanan prima bagi masyarakat termasuk Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

15 sistem pengawasan dan evaluasi yang memadai sehingga tujuan penyediaan infrastruktur dimaksud tercapai. Hal ini menuntut lembaga seperti BPJT harus siap berbenah secara kelembagaan sehingga pada gilirannya mampu melayani seluruh stakeholders terkait secara memuaskan. Dalam menjalankan tugasnya yang strategis di atas, BPJT tidak sedikit hambatan dan halangan yang dihadapi oleh BPJT. Belum efisiennya pengusahaan jalan tol secara komprehensif dan harmonis merupakan masalah utama yang dihadapi. Hal ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan yang berhasil diidentifikasi berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan tugas BPJT terdahulu. Jika dirinci, ada beberapa tantangan utama yang menjadi tantangan BPJT dalam penyediaan jalan tol: (1)ketersediaan tanah dan alokasi dana tanah yang tidak mencukupi (2) dukungan pemerintah yang terbatas, (3) belum ada jaminan pemerintah, (4) tingkat kelayakan proyek yang rendah-marjinal, (5) terbatasnya Badan Usaha Jalan Tol. Kurangnya kepercayaan dari sektor swasta seringkali menjadi salah satu permasalahan yang menyebabkan investasi kurang maksimal. Persiapan dan penataan proyek perlu ditingkatkan sehingga dapat memberikan kepercayaan pada swasta untuk berinvestasi melalui skema KPBU. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan perwujudan industri Jalan Tol yang sehat dalam mendukung Program Pembangunan Jalan Tol (1000 Km), disusunlah arahan dasar kebijakan KPBU sektor jalan tol. Arahan tersebut diwujudkan dalam empat kegiatan utama yaitu Skema KPBU baru, Penyederhanaan Prosedur, Penambahan Dukungan Pemerintah dan Percepatan Pengadaan Tanah. Strategi pendanaan Jalan Tol, diupayakan menggunakan dana non APBN, dimana proyek harus layak secara ekonomi dan finansial. Apabila kelayakan finansial rendah/marjinal, perlu diupayakan dukungan pemerintah (government support) baik berupa dukungan penjaminan resiko dari PII, kontribusi pinjaman lembaga bilateral/multilateral atau dikemas dalam skema kerjasama pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang tepat (misalnya BOT, DBO, DBL, leasing, annuity, dan sebagainya). Saat ini telah dikembangkan skema-skema baru dalam penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau PPP untuk mensiasati terbatasnya alokasi dana pemerintah untuk pembangunan dan menarik lebih banyak investor untuk bekerja sama dalam penyediaan infrastrutur. Skema baru yang dimaksud adalah Performance-Based Annuity Scheme/Annuity Payment (PBAS/AP) dan penugasan BUMN untuk proyekproyek infrastruktur tertentu. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

16 Pelaksanaan skema PBAS/ Availability Payment dalam pengusahaan jalan tol telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam rangka KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur. Skema ini muncul untuk menjawab tantangan besarnya dukungan Pemerintah untuk membiayai model SBOT dan besarnya dukungan pemerintah di awal untuk model Design and Build. Skema Modified PBAS untuk jalan tol dilaksanakan dengan mekanisme BOT dengan AP dan BOT dengan AP dan Pinjaman Jangka Panjang. Pilot Proyek Modified PBAS adalah jalan tol Serang-Panimbang. Selain skema PBAS, model baru pengusahaan jalan tol dilaksanakan melalui optimalisasi penugasan BUMN. Penugasan BUMN dilaksanakan pada proyek yang bertujuan untuk mendorong pengembangan wilayah dengan kondisi terbatasnya pendanaan Pemerintah untuk proyek tersebut. Pembiayaan proyek jalan tol yang dibiayai melalui skema penugasan BUMN adalah proyek jalan tol Trans Sumatra (Medan-Binjai, Pekanbaru-Dumai, Palembang-Indralaya, Bakaheuni-Tebanggi Besar). Gambar 2 Isu Terkait Pengusahaan Jalan Tol Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

17 Untuk mengatasi mengejar ketertinggalan pembangunan jalan tol yang makin jauh dibandingkan dengan negara tetangga selama ini, maka pemerintah melakukan reformasi regulasi jalan tol dengan mengeluarkan beberapa peraturan perundangundangan serta sejumlah kebijakan baru guna memacu percepatan pengusahaan jalan tol yang melibatkan partisipasi badan usaha swasta/daerah. Beberapa produk peraturan perundangan tersebut adalah sebagai berikut : Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

18 Tabel 1 Produk Peraturan Perundangan Dalam Rangka Percepatan Pengusahaan Jalan Tol No Aturan Umum Pengadaan Tanah Jaminan dan Dukungan Pengadaan Pengusahaan Jalan Tol 1 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Konstruksi 2 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan 3 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum 4 PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol sebagaimana telah diubah dengan PP No. 44 Tahun PP No. 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. 6 Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peratuan Presiden No.56 Tahun Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha 8 Permen PU No 43/PRT/M/2015 tentang Badan pengatur Ja;an Tol Laporan Kinerja Instasi Pemerintah Pengoperasian Jalan Tol 9 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua

19 No Aturan Umum KKPI No. PER-03/M.EKON/06/2006 tentang tata cara dan kriteria penyusunan daftar prioritas proyek infrstruktur kerjasama pemerintah dengan badan usaha 10 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. PER- 04/M.EKON/06/2006 tentang tata cara evaluasi proyek kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur yang membutuhkan dukungan pemerintah 11 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 04/PRT/M/2007 tentang Tata Cara Penggunaan Dana Bergulir Pada Badan Layanan Umum Badan Pengatur Jalan Tol Untuk Pengadaan Tanah Jalan Tol 12 Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaan Perpres No. 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 65 Tahun Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pmbangunan Nasional No.3 Tahun 2009 tentang tata cara penuyusunan daftar rencana proyek kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur 14 Peraturan Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. Pengadaan Tanah Jaminan dan Dukungan Pengadaan Pengusahaan Jalan Tol Konstruksi Pengoperasian Jalan Tol Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

20 No Aturan Umum 15 Peraturan Menteri PU No.06/PRT/M/2010 tentang pedoman evaluasi penerusan pengusahaan jalan tol 16 Peraturan Menteri PU No.13/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pelelangan Pengusahaan Jalan Tol 17 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol 18 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2007 tentang Petunjuk Teknis Pemeliharaan Jalan Tol dan Jalan Penghubung 19 Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional Pengadaan Tanah Jaminan dan Dukungan Pengadaan Pengusahaan Jalan Tol Konstruksi Pengoperasian Jalan Tol Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

21 BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Uraian Singkat Renstra Dalam rangka percepatan pembangunan jalan tol, Badan Pengatur Jalan Tol yang menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah dalam pengusahaan jalan tol melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Kebijakan pengembangan dan percepatan pembangunan jalan tol mengacu pada kebijakan dalam hal penyiapan peraturan dan perundangan dengan melalui koordinasi internal dan eksternal yang sinergis, penyusunan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol PPJT yang bankable dan investor friendly, penyiapan dana bergulir untuk pengadaan tanah jalan tol, pemantauan/pengawasan pemenuhan kewajiban PPJT dan kinerja jalan tol yang intensif dan berkelanjutan, dan pengembangan sumber daya dan tata laksana yang efektif dan efisien. Strategi pendanaan bidang jalan dikaitkan dengan kebutuhan investasi bidang jalan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (pendekatan top-down). Khusus untuk pengembangan Jalan Tol, diupayakan menggunakan dana swasta, dimana proyek harus layak secara ekonomi dan finansial. Apabila kelayakan finansial rendah/marjinal, perlu diupayakan dukungan pemerintah (government support), baik melalui penyediaan tanah oleh pemerintah, dukungan penjaminan resiko dari PII, kontribusi pinjaman lembaga bilateral/multilateral atau dikemas dalam skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) yang tepat (misalnya BOT, DBO, DBL, leasing, annuity, dan sebagainya). Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

22 PETA STRATEGI BADAN PENGATUR JALAN TOL Harapan Stakeholders dan customer yang harus dipenuhi Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing Meningkatnya Kepuasan Pengguna Jalan Tol Pembangunan > km jalan tol Pelayanan Jalan Tol Harapan stakeholders dan customers dapat dipenuhi melalui internal proses : KETERPADUAN PERENCANAAN, PEMROGRAMAN DAN PENGUSAHAAN JALAN TOL Pengadaan tanah mendukung pembangunan jalan tol Iklim investasi yg kondusif Skema Investasi yg bervariasi dgn memenuhi value for money Persiapan proyek jalan tol yg matang PELAKSANAAN JALAN TOL Perencanaan teknis sesuai dgn standar jalan bebas hamabatan Skema delivery yang efisien dan efektif COMPLIANCE JALAN TOL Pembangunan jalan tol pada koridor utama, dan Perkotaan di Sumatera Jawa, Kalimantan dan Sulawesi Jalan tol yang handal, berkeselamatan, dan berwawasan lingkungan Laik fungsi jalan tol Pendanaan pengadaan tanah jalan tol yg berkelanjutan Pengawasan pemenuhan kewajiban badan usaha, Jalan tol eksisting yang memenuhi SPM Untuk melaksanakan internal proses diperlukan : SDM yang kompetitif Organisasi yang kondusif Sistem manajemen informasi yang terintegrasi Pelaksanaan anggaran yang optimal 2 Gambar 3 Peta Startegi Badan Pengatur Jalan Tol Kebijakan Badan Pengatur Jalan Tol dilaksanakan dalam rangka mendukung Program Penyelenggaraan Jalan dengan melaksanakan kegiatan pengaturan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

23 Tabel 2 Rencana Pembangunan Jalan Tol Tahun Sesuai program Nawa Cita butir Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan, tantangan utama dalam pengembangan wilayah untuk pemerataan pembangunan adalah mengurangi kesenjangan antarwilayah yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi wilayah luar Jawa melalui akselerasi pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Tantangan lainnya adalah mendorong pembangunan pusat-pusat pertumbuhan (industri) untuk meningkatkan nilai tambah sektor unggulan yang diprioritaskan berada di luar Jawa dan Kawasan Timur Indonesia sebagai motor penggerak perekonomian wilayah yang didukung dengan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar dan pendukung. Kualitas sumberdaya manusia juga perlu ditingkatkan melalui pemenuhan pendidikan dan kesehatan dasar serta peningkatan ketrampilan. Selain itu, juga perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan kualitas institusi di daerah yang ditujukan untuk mendorong peningkatan investasi. Peningkatan konektivitas intrawilayah dan antarwilayah adalah hal yang sangat diperlukan dengan pertimbangan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

24 untuk mengurangi biaya distribusi barang dan jasa serta transportasi. Tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan hubungan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal pembangunan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun agenda pembangunan nasional ke depan yang dapat menjawab berbagai permasalahan atau isu di tiap wilayah. Dalam program pembangunan jalan, salah satu prioritas yang mendukung agenda Nawa Cita tersebut adalah rencana pembangunan 1000 km jalan tol pada Gambaran rencana percepatan pembangunan jalan tol terbagi dalam program pembangunan jalan tol di Pulau Jawa (meliputi Jalan Tol Trans Jawa, Jalan Tol Jabodetabek dan Jalan Tol Non Trans Jawa), jalan tol di Pulau Sumatera (Trans Sumatera), jalan tol di Pulau Bali (Bali Mandara), jalan tol di Pulau Kalimantan (Balikpapan-Samarinda), jalan tol di P Sulawesi (Manado-Bitung). Profil percepatan pembangunan jalan tol 1000 km tersaji sebagaimana gambar berikut: BPJT KEM.PUPR TARGETED TOLL ROAD IN OPERATION UNTIL 2019 MEDAN-BINJAI 16 KM Pekanbaru Kandis Dumai 135 km Banda Aceh Lhokseumawe MEDAN-KUALAMANU-LUBUK PAKAM-TEBING TINGGI 62 KM BAKAUHENI- TB.BESAR 138 KM CIKAMPEK-PALIMANAN 117 KM PEJAGAN-PEMALANG 58 KM Pemalang Batang 39 km Batang Semarang 75 km SEMARANG SOLO 73 KM (23 km operasional) Balikpapan Samarinda 99 km Manado Bitung 39 km SOLO-MANTINGAN-NGAWI 90 KM NGAWI-KERTOSONO 87 KM Medan Kayu Agung Palembang - Betung 112 km Dumai Pekanbaru Samarinda Manado KERTOSONO - MOJOKERTO 41 KM (15 km) MOJOKERTO SURABAYA 36 KM (2 km operasional) PALEMBANG-INDRALAYA 22 KM Padang Jambi Palembang Balikpapan Akses Tanjung Priok 17 km Bengkulu Partly in Operation 1. Cengkareng Kunciran 2. Kunciran Serpong 3. Serpong Cinere 4. Cinere Jagorawi 5. Cimanggis Cibitung 6. Cibitung Cilincing 7. Depok Antasari 8. Bekasi Kp. Melayu 9. Sunter Rawa Buaya - Batu Ceper 10. Sunter Pulo Gebang : 14 km : 11 km : 10 km : 15 km : 25 km : 34 km : 22 km : 21 km : 20 km : 9 km 1. Bogor Ring Road : 11 km 2. Ciawi-Sukabumi : 54 km Sumber: Data BPJT 30/11/2016 Lampung Jakarta Bandun g Semaran g Solo Cileunyi Sumedang Dawuan 59 km PASIRKOJA-SOREANG 11 KM Pandaan Malang 38 km Surabaya Gempol Pandaan 14 km Gempol Pasuruan 34 km Constructed Planned Development + Operation (Year/Km) Region / TRANS Length (km) S.D 2014 (Km) TOTAL Sumatera Jawa a. Jabodetabek b. Trans Jawa c. Non Trans Jawa Kalimantan Bali Sulawesi Total ,050 TOLL ROAD PPP IN INDONESIA Already GroundBreaking Land Acquisition Progress In Operation Perjanjian Kinerja Dokumen ini merupakan suatu kesepakatan kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah yang merupakan pimpinan suatu unit kerja/organisasi kepada atasan langsungnya. Dokumen perjanjian kinerja dilampiri oleh dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

25 menggambarkan kinerja yang akan diwujudkan dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola. Dokumen penetapan kinerja disusun setelah ada kejelasan mengenai alokasi anggaran. Hal ini dimaksudkan agar dokumen penetapan kinerja dapat disusun secara lebih realistis dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber dana yang nyata sudah akan diperoleh. Penetapan Kinerja Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol merupakan komitmen untuk tercapainya kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun Di dalam penetapan kinerja Sekretariat Badan pengatur Jalan Tol Tahun 2016 telah ditetapkan target capaian kinerja sasaran kegiatan tahun 2016 yang menjadi panduan arah untuk mencapai visi dan misi dari Direktorat Jenderal Bina Marga. Agar target capaian kinerja yang ditetapkan dalam penetapan kinerja dapat terukur dengan baik, maka disusun indikator kinerja output dengan target dan alokasi anggaran kegiatan berdasarkan RKA-KL Awal tahun Komponen penetapan kinerja tahun 2016 dapat dijelaskan meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Sasaran Strategis, sesuai dengan yang dimuat dalam RENSTRA Direktorat Jenderal Bina Marga, pada penetapan kinerja Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol tahun 2016 hanya terdapat 1 (satu) sasaran, yaitu Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama. Sasaran tersebut juga merupakan sasaran yang diharapkan dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina Marga selama periode b. Indikator Kinerja Program, sesuai dengan RENSTRA Direktorat Jenderal Bina Marga terdapat 3 indikator kinerja program yang mendukung kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga. Dari 5 indikator kinerja outcome tersebut, terdapat 1 indikator kinerja outcome yang mendukung kinerja Sekretariat BPJT, yaitu: waktu tempuh pada koridor utama. c. Indikator Kinerja Output, sesuai dengan yang dimuat dalam RENSTRA Unit Kerja Eselon II sebagaimana dicantumkan dalam RKA- KL Sekretariat BPJT Tahun 2016 bahwa terdapat 11 indikator kinerja output yang mendukung sasaran strategis Sekretariat BPJT. Adapun 11 indikator kinerja output yang tercantum dalam Dokumen Penetapan Kinerja Sekretariat BPJT Tahun 2016 dilaksanakan oleh Unit Kerja Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol melalui dua satuan kerja yaitu Satuan Kerja Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Satuan Kerja BLU- Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol dengan output sebagai berikut: 1. Jumlah Dokumen Bagian Umum 2. Jumlah Dokumen Bidang Teknik Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

26 3. Jumlah Dokumen Pengawasan dan Pemantauan 4. Jumlah Dokumen Investasi Jalan Tol 5. Jumlah Dokumen Pendanaan Jalan Tol (BLU) 6. Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-monitoring) Satker Kemen PU II 7. Jumlah Bulan Layanan Perkantoran 8. Jumlah Bulan Layanan perkantoran (BLU) 9. Jumlah Kendaraan Bermotor 10. Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 11. Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran d. Target, merupakan kuantitas yang ingin dicapai dari indikator kinerja output yang dimiliki Sekretariat BPJT di tahun Target yang dicantumkan bersumber dari dokumen anggaran (RKA-KL) Awal Sekretariat BPJT Tahun e. Jumlah anggaran, merupakan total alokasi anggaran Direktorat Bina Program yang bersumber dari dokumen anggaran (RKA-KL) awal Sekretariat BPJT Tahun Penetapan Kinerja Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol sebagaimana gambar di bawah ini. SASARAN PROGRAM Menurunny a Waktu Tempuh pada Koridor Utama INDIKATOR KINERJA TARGET Indikator Kinerja Program Waktu Tempuh pada Koridor Utama 2,6 jam/ 100 km Jumlah Dokumen Bagian Umum 3 Laporan Jumlah Dokumen Bidang Teknik 2 Dokumen Jumlah Dokumen Pengawasan dan Pemantauan 2 Laporan Jumlah Dokumen Investasi Jalan Tol 2 Dokumen Layanan Perkantoran 12 Bulan Layanan Jumlah Dokumen Pendanaan Jalan Tol 1 Dokumen Layanan Perkantoran (BLU) 12 Bulan Layanan Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-monitoring) Satker Kemen PU II 28 Laporan Jumlah Kendaraan Bermotor 4 Unit Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

27 Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 40 Unit Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 83 Unit Kegiatan Pengaturan, Pengusahaan dan Pengawasan Jalan Tol Anggaran Rp , Metode Pengukuran Metode pengukuran sasaran program menurunnya waktu tempuh pada koridor utama dilaksanakan melalui perhitungan oleh IRMS. Waktu tempuh pada IRMS merupakan fungsi dari kondisi IRI, Lebar perkerasan jalan, volume capacity ratio/vcr) dan Survai waktu tempuh sehingga sumber data yang digunakan untuk mengukur didapatkan dari hasil survey. Sedangkan untuk indicator kinerja kegiatan, sumber data menggunakan e- monitoring dan metode pengukurannya adalah sebagai berikut: CARA NO SASARAN KEGIATAN PENGUKURAN (1) (2) (3) Pengaturan, Pengusahaan dan Pengawasan Jalan Tol 1 IKK1 Jumlah Dokumen Bagian Umum 2 IKK2 Jumlah Dokumen Bidang Teknik 3 IKK3 Jumlah Dokumen Pengawasan dan Pemantauan 4 IKK4 Jumlah Dokumen Investasi Jalan Tol 5 IKK5 Layanan Perkantoran 6 IKK6 Jumlah Dokumen Pendanaan Jalan Tol 7 IKK7 Layanan Perkantoran (BLU) 8 IKK8 Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-monitoring) Satker Kemen PU II Laporan Kinerja Instasi Pemerintah Jumlah dokumen yang tersusun Jumlah dokumen yang tersusun Jumlah dokumen yang tersusun Jumlah dokumen yang tersusun Jumlah dokumen yang tersusun Jumlah dokumen yang tersusun Jumlah bulan layanan Jumlah dokumen

28 9 IKK9 Jumlah Kendaraan Bermotor 10 IKK10 Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 11 IKK11 Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran yang tersusun Jumlah unit yang dibeli Jumlah unit yang dibeli Jumlah unit yang dibeli 2.4. Target Tahun Ini Menurut Renstra Tahun 2016 adalah tahun kedua dalam pelaksanaan RENSTRA Direktorat Jenderal Bina Marga yang mengacu pada RENSTRA Kementerian Pekerjaan Umum Sekretariat BPJT, telah berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi target RENSTRA sehingga bisa menjadi target acuan untuk pelaksaan RENSTRA di tahun-tahun selanjutnya. Adapun capaian indikator kinerja output Sekretariat BPJT dibandingkan dengan target kinerja yang ditetapkan oleh RENSTRA Direktorat Jenderal Bina Marga dapat ditunjukan pada tabel berikut ini: Tabel 3 Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Renstra Target No Indikator Kinerja RENSTRA Realisasi Sisa Satuan Target Ket Jumlah Dokumen Bagian Umum Dok Sesuai target 2 Jumlah Dokumen Bidang Teknik Dok Sesuai target 3 Jumlah Dokumen Pengawasan dan Pemantauan Dok Sesuai target 4 Jumlah Dokumen Investasi Jalan Tol Dok Sesuai target 4 Jumlah Dokumen Pendanaan Tanah Jalan Tol (BLU) Dok Sesuai target 5 Terpenuhinya Layanan Perkantoran Bulan Sesuai target 6 Terpenuhinya Layanan Perkantoran (BLU) Bulan Sesuai target 7 Jumlah Kendaraan Bermotor Unit Tidak Sesuai target 8 Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit Tidak Sesuai Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

29 target 9 Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit Tidak Sesuai target 3. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat 3 indikator kinerja output Sekretariat BPJT yang belum memenuhi target yang ditetapkan oleh RENSTRA Direktorat Jenderal Bina Marga Namun, hal ini tidak begitu saja berarti bahwa kinerja dari indikator kinerja output tersebut dikatakan tidak berhasil. Permasalahan yang terjadi pada dasarnya adalah membandingkan kinerja yang dicapai dengan target yang ditetapkan di RENSTRA bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karena pola perencanaan 5 tahunan untuk indikator kinerja output yang bersifat nonfisik masih belum cukup matang dan memadai. Sebuah tantangan yang sangat besar yang harus dihadapi pada masa RENSTRA yang baru adalah memperbaiki sistem perencanaan 5 tahunan, khususnya perencanaan 5 tahunan untuk indikator kinerja output yang bersifat non-fisik. Dokumen RENSTRA yang handal dan akurat diharapkan menjadi alat yang bisa menjadi acuan ukuran indikator kinerja output yang bersifat non-fisik dalam pencapaian rencana lima tahunan yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tahunan. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

30 BAB III KAPASITAS ORGANISASI 3.1. SDM Unit Kerja Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat BPJT didukung oleh sumber daya manusia baik pada unit kerja struktural maupun dalam unit kerja fungsional berupa satker. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi ini, Sekretariat BPJT didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai yaitu, terdiri dari 55 orang PNS, 46 orang tenaga Non PNS dan 18 konsultan. Data Pegawai Negeri Sipil BPJT berdasarkan pangkat/golongan, tingkat pendidikan dan status kepegawaian dapat dilihat pada grafik secara rinci digambarkan sebagai berikut : Gol I Gol II Gol III 33 Gol IV Gambar 5 Jumlah Pegawai Menurut Golongan Jumlah pegawai menurut golongan : Golongan I sebanyak 0 orang, Golongan II sebanyak 6 orang, Golongan III sebanyak 33 orang dan Golongan IV sebanyak 16 orang. Sesuai dengan grafik tersebut proporsi pegawai berdasarkan golongan terbanyak pada Golongan III yaitu 60 % dan terkecil Golongan II sebanyak 10 % SLTP SLTA D-III S1 S2 S3 Gambar 6 Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

31 Jumlah pegawai menurut pendidikan : S3 sebanyak 2 orang, S2 sebanyak 23 orang, S1/D4 sebanyak 19 orang, D3/D1 sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 9 orang dan SLTP sebanyak 0 orang. Berdasarkan grafik tersebut jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan S2 merupakan yang terbanyak dengan proporsi 41,8 % sedangkan SLTP merupakan yang terkecil dengan jumlah 0 %. Jumlah pegawai laki-laki sebanyak 17 orang dan dan jumlah pegawai perempuan sebanyak 38 Orang Sarana dan Prasarana Sesuai dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN) Tahun Anggaran 2016 dengan Pagu Anggaran Belanja Modal Rp ,00, terdapat beberapa penambahan pembelian peralatan dan mesin. Realisasinya adalah sebagai berikut : a. Semester I sebesar Rp ,00 dengan rincian barang sebagai berikut : Kelompok Barang Kuantitas Nilai Lemari Besi/ Metal 1 buah Rp ,00 Filing Cabinet Besi 1 buah Rp ,00 Printer 1 buah Rp ,00 Scanner 2 buah Rp ,00 b. Semester II sebesar Rp ,00 dengan rincian barang sebagai berikut : Kelompok Barang Kuantitas Nilai Lemari Besi/ Metal 2 buah Rp ,00 Kursi Besi/ Metal 30 buah Rp ,00 PC. Unit 5 buah Rp ,00 Printer 2 buah Rp ,00 Untuk menunjang operasional Satker Sekretariat BPJT, sarana dan prasarana yang dimiliki BPJT sampai dengan saat ini, antara lain : a. 6 unit Mini Bus (Satker SPJT) dan 9 unit Mini Bus Satker BLU-Bidang Pendanaan b. 5 unit sepeda motor Satker SPJT, 8 unit sepeda motor Satker BLU c. 54 buah PC Unit, d. 39 buah Notebook, e. 37 buah Printer, f. 4 buah Camera Electronic, dll Sarana dan prasarana tersebut pada umumnya berada pada kondisi baik sampai sedang, kecuali untuk meja dan lemari yang diperoleh pada tahun 2006 kondisinya rusak dan sdang dilakukan inventarisasi untuk proses penghapusan barang milik Negara. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

32 3.3. DIPA Alokasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat BPJT adalah Rp ,00 yang terdiri dari DIPA Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol sebesar Rp ,00 dan DIPA Satker Badan Layanan Umum Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol (BLU BP SET BPJT) sebesar Rp ,00. Sampai akhir TA 2016, total anggaran Sekretariat BPJT setelah direvisi menjadi sebesar Rp ,-, dengan total dana self blocking (tahap 2) sebesar Rp ,- pada Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol. Realisasi penyerapan anggaran untuk seluruh kegiatan TA 2016 meliputi belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal mencapai Rp ,00 atau sebesar 72.91% dari total anggaran, yaitu realisasi sebesar Rp ,00 (79.16%) untuk Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Rp ,00 (58.95%) untuk Satker BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol. (dalam ribuan) TAHUN ANGGARAN DIPA AWAL DIPA REVISI REALISASI CAPAIAN (%) ,000,000 91,400,000 59,683, ,999,800 83,182,370 40,711, ,317,078 97,057,144 69,662, ,999,999 74,091,162 54,154, ,379,034 42,600, Anggaran (DIPA) di lingkungan Sekretariat BPJT mengalami beberapa kali revisi. Revisi pertama dilaksanakan pada bulan Februari 2016 dimana revisi dilakukan di tingkat Dirjen Perbendaharaan dalam rangka perubahan antar output kegiatan dan revisi pejabat perbendaharaan yang tidak mengurangi pagu anggaran awal. Revisi kedua ditetapkan pada bulan Oktober 2016 dalam rangka penghematan dan optimalisasi anggaran, dimana terdapat pagu DIPA self blocking sebesar Rp (pada Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol). Sekretariat BPJT juga mengelola belanja gaji untuk PNS. Alokasi anggaran untuk belanja gaji dan tunjangan di Sekretariat BPJT adalah sebesar Rp ,00; sebesar Rp. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

33 Tingkat pencapaian kinerja dilihat dari realisasi anggaran di Sekretariat BPJT memang bisa dikatakan kurang optimal karena tingkat penyerapannya hanya mencapai 72.91%. Ada beberapa paket kegiatan yang tidak terlaksana pada tahun anggaran 2016 ini yaitu: 1. Pengadaan kendaraan bermotor karena dana bintang dari Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, 2. Paket Jasa Penyusunan Pedoman Evaluasi Calon Debitur BLU BP SET BPJT Sudah dilakukan proses lelang dan sudah mendapatkan pemenang, namun gagal kontrak krn UU tanah yg baru dimana dana bergulir dilakukan oleh APBN, maka paket pekerjaan jasa penyusunan pedoman evaluasi calon debitur BLU-BP SET BPJT dianggap tdk relevan lagi. 3. Swakelola Sosialisasi Tata Cara Penilaian Kinerja Pegawai BLU (IKU) Sehubungan Pembayaran Remunerasi tidak dilaksanakan. Kurang optimalnya kinerja penyerapan anggaran tersebut menjadi salah satu bahan evaluasi untuk menajamkan perencanaan dan pelaksanaan kinerja kegiatan di Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol. Pada tahun-tahun mendatang, upaya untuk peningkatan kinerja harus lebih dioptimalkan. Dalam rangka mendukung kegiatan Badan Layanan Umum-Badan Pengatur Jalan Tol yang memiliki fungsi strategis mendukung pelaksanaan dana bergulir untuk pembebasan lahan, pemerintah juga menerbitkan DIPA APBN Bagian Anggaran 999. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

34 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA 4.1. Capaian Kinerja Organisasi Tabel 6 Capaian Kinerja Organisasi berdasarkan e-monitoring Kode Program/ Kegiatan/Ou tput Pengaturan, Pengusahaan, Pengawasan Jalan Tol Dokumen Kegiatan Bagian Umum Dokumen Kegiatan Bidang Teknik Dokumen Pengawasan dan Pemantauan Dokumen Investasi Dokumen Pendanaan Tanah Jalan Tol (BLU) Layanan Perkantoran (BLU) Pelaporan secara Elektronik Layanan Perkantoran Pagu (Rp. Ribu) Realisasi (Rp. Ribu) ,63 5, ,39 5, ,19 4, ,24 3, ,37 4, ,70 5, ,00 2, ,28 9, ,36 15,82 Keuangan TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 RN RL RN RL RN RL RN RL 43,2 1 43,2 2 46,3 9 48,9 4 43,6 6 28,1 6 50,0 0 23,1 8 48,2 7 21,2 5 26,0 8 25,6 5 8,21 23,3 4 20,0 9 12,0 5 18,2 7 36,3 1 73, 92 73, 29 73, 58 71, 87 70, 33 84, 81 75, 00 33, 08 74, 18 33, ,91 45, ,07 31, ,99 23, ,21 35, ,73 26, ,27 30, ,88 29, ,88 55, ,02 RN 7,5 3 2,3 9 5,9 4 2,2 0 0,2 7 2,5 6 25, 00 0,0 0 15, 08 Fisik TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 RL Kinerj Kinerj RN RL a a RN RL Kinerja RN RL Kinerja 7,2 7 4,1 1 4,1 8 2,5 6 4,3 6 3,6 3 21, 21 20, 26 12, 61 96,62 171,77 70,29 116, , ,93 84,83 0,00 83,65 23, 40 4,9 8 24, 84 12, 17 9,9 7 24, 63 50, 00 0,0 0 31, 61 25, 66 23, 40 26, 88 14, 64 27, 12 23, 00 35, 34 30, 96 32, ,64 469,97 108,23 120,30 271,95 93,38 70,69 0,00 102,65 64, 36 55, 62 60, 09 62, 36 55, 21 79, 56 75, 00 38, 51 63, 40 50,0 4 49,1 7 52,4 3 39,9 0 49,3 6 61,9 3 53,0 2 33,9 0 49,1 7 77, , , , , , , , , , , , , , 00 97, , 00 92, , 00 98,53 100,00 100,00 100,00 100,00 97,12 100,00 92,70 100,00 Capaian Target 995 Kendaraan Bermotor ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 0 0, ,00 0,0 0 0, ,00 0,0 0 0, ,00 0,0 0 0, , , , Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,00 3, ,00 0,00 16,7 6 43,4 0 3,19 2,27 33, 52 65, 10 3, ,10 4, ,65 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0, ,00 100,00 0,0 0 0,0 0 0,8 4 2,2 7 0,00 0,00 33, 52 65, 10 0, 84 16,2 8 2, , , 00 65, ,00 65,10 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

35

36 Dalam rangka mengukur capaian kinerja, Sekretariat Pengatur Jalan Tol telah mengeluarkan Dokumen Rencana Aksi yang di monitoring secara berkala melalui Laporan Monev dan Pengukuran Kinerja per triwulan. Data lengkap Laporan Monitoring dan evaluasi dan Pengukuran Kinerja disajikan dalam tabel di bawah ini: Penjelasan kriteria penilaian dari tabel diatas sebagai berikut : NO KATEGORI NILAI ANGKA 1 AA > Memuaskan 2 A >75 85 Sangat Baik INTERPRETASI 3 B >65 75 Baik, Perlu sedikit perbaikan 4 CC >50 65 Cukup (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar 5 C >30 50 Kurang, perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar 6 D 0 30 Sangat Kurang, perlu banyak sekali perbaikan & perubahan yang sangat mendasar KATEGORI WARNA Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada triwulan pertama, kedua dan ketiga, hampir seluruh indikator kinerja output belum dapat memenuhi target kinerjanya. Walupun pada akhirnya di triwulan keempat sebagian besar indikator kinerja output berhasil memenuhi target kinerjanya, tabel di atas memberikan informasi bahwa Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol perlu memperbaiki pola perencanaan per triwulannya. Untuk perbaikan di masa yang akan datang, Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol akan berupaya untuk menyusun target kinerja per triwulan dengan lebih matang dan rasional agar tidak terjadi deviasi yang besar target kinerja dan realisasi. Pelaksanaan pekerjaan di tahun yang akan datang akan diupayakan untuk selalu mengacu pada target per triwulan yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih berkualitas, akuntabel, efektif dan efisien 4.2. Perbandingan Kinerja Organisasi Dalam pelaksanaan dan pencapaian kinerja dari tahun ke tahun, Sekretariat BPJT selalu berupaya melakukan perbaikan. Adapun gambaran perbandingan rata-rata capaian kinerja output Sekretariat BPJT mulai tahun dapat dilihat dari grafik berikut ini:

37 Gambar 2 Perbandingan Rata-Rata Capaian Kinerja Output Sekretaris BPJT Tahun Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja Sekretarariat BPJT cenderung berkisar pada angka %. Rata-rata capaian kinerja tersebut fluktuatif karena adanya beberapa penyesuaian terkait kebijakan pemerintah misalnya adanya penghematan anggaran yang mempengaruhi besaran capaian kinerja output. Pada tahun 2013, terdapat penurunan kinerja yang cukup signifikan, yaitu sebesar 5% karena adanya dana bintang di Satker BLU-BP Set BPJT yang jumlahnya cukup signifikan sehingga mengurang progress capaian kinerja satker yang pada akhirnya berpengaruh pada capaian output Eselon II Sekretariat BPJT, namun capaian kinerja tersebut telah diperbaiki di tahun Tahun 2015, capaian output secara keseluruhan di Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol mengalami penurunan karena berbagai faktor yang disebutkan sebelumnya. Namun demikian, Pada Tahun 2016, capaian output mengalami peningkatan kembali yaitu dengan capaian sebesar persen Analisis Kinerja Organisasi Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi dari masing-masing Instansi Pemerintah. PENGUKURAN KINERJA Unit Kerja Eselon II Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun Anggaran 2016 SASARAN PROGRAM Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Outcome Waktu Tempuh pada Koridor Utama 2,6 /100km jam Output Jumlah Dokumen Bagian Umum 3 Dokumen 3 Dokumen 100 Jumlah Dokumen Bidang Teknik 2 Dokumen 2 Dokumen 100 Jumlah Dokumen Pengawasan dan 2 Laporan 2 Laporan 100 Pemantauan Jumlah Dokumen Investasi Jalan Tol 2 Dokumen 2 Dokumen 100 Jumlah Dokumen Pendanaan Tanah Jalan Tol 2 Laporan 2 Laporan 100 Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-monitoring) Satker Kemen PU II 28 Dokumen 28 Laporan 28 Terpenuhinya Layanan Perkantoran 12 Bulan Layanan 12 Bulan Layanan 100 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

38 Terpenuhinya Layanan Perkantoran 12 Bulan 12 Bulan 100 (BLU) Layanan Layanan Jumlah Kendaraan Bermotor 4 Unit 0 Unit 0 Jumlah Perangkat Pengolah Data dan 40 Unit 20 Unit 50 Komunikasi Jumlah Peralatan dan Fasilitas 83 Unit 50 Unit 63 Perkantoran Jumlah Anggaran : Rp ,00 Jumlah Realisasi : Rp ,00 Keberhasilan/kegagalan capaian indikator kinerja outcome dan output di Sekretariat Pengatur Jalan Tol dijelaskan sebagai berikut : 1. Kinerja outcome Sekretariat BPJT Tahun 2016 mendukung 1 (indikator) indikator kinerja outcome program Penyelenggaraan Jalan di Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama. 2. Rata-rata capaian kinerja output Sekretariat BPJT tahun 2016 adalah 95.83%. Dari angka rata-rata capaian kinerja ini, kinerja output Sekretariat BPJT dapat dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan dari 11 indikator kinerja output, hampir semua indikator kinerja output sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja. Indikator kinerja output yang tidak sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja adalah indikator kinerja output Kendaraan Bermotor, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi, serta Peralatan dan Fasilitas Perkantoran masing-masing capaiannya adalah 0%, 80% dan 15%. Hal yang menyebabkan capaian kinerja output ini tidak sesuai dengan nilai yang ditargetkan adalah karena adanya perubahan prioritas pemenuhan kebutuhan belanja meubelair dan alat komunikasi dan pengolah data sehingga dalam berakibat pada tidak tercapainya pemenuhan target output. Selain itu, masih terdapat kendala dalam hal proses penghapusan barang-barang modal yang dalam kondisi rusak. Untuk belanja kendaraan bermotor, dana untuk belanja tersebut dibintang oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Adapun penjelasan rinci mengenai capaian kinerja Sekretariat BPJT, diuraikan sebagai berikut: Sasaran strategis : Meningkatnya Dukungan Konektivitas Untuk Penguatan Daya Saing Indikator kinerja outcome: Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama Indikator kinerja Output pada outcome tersebut adalah: 1. Dokumen Bidang Teknik terdiri atas paket-paket pekerjaan yang dilaksanakan oleh Bidang Teknik Sekretariat BPJT. Pada indikator kinerja output tersebut, realisasi pegukuran kinerja mencapai 100%. Namun demikian, beberapa kinerja produk masih perlu ditindaklanjuti dan dikembangkan agar lebih berdaya guna dan bisa dimafaatkan secara optimal. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

39 Dukungan paket-paket kegiatan dalam output ini dimaksudkan untuk memberikan pendampingan dalam pemeriksaan DED, revieu desain jalan tol termasuk usulan penambahan fasilitas jalan tol; melakukan monitoring konstruksi jalan tol; melaksanakan laik fungsi jalan tol serta mendukung tugas-tugas dari bidang teknik BPJT terkait proses penyiapan pelelangan pengusahaan jalan tol. Paket kegiatan lainnya pada output tersebuat diatas adalah paket pekerjaan Penyusunan Review FS Rencana Pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan yang bertujuan untuk meninjau kembali kelayakan finansial ruas jalan tol tersebut sebagai prasyarat penyelenggaraan lelang pengusahaan jalan tol. Selain itu juga terdapat paket kegiatan Evaluasi Perencanaan Teknis Jalan Tol dan Monitoring Pembangunan Jalan Tol yang diarahkan untuk memberikan bantuan teknis bagi BPJT dalam evaluasi basic design dan pemantauan konstruksi ruas jalan tol yang sedang dibangun. Pelaksanaan paket pekerjaan pada output ini tidak mengalami kendala berarti kecuali yang terkait koordinasi dengan instansi-instansi daerah. Status s.d.oktober 2014 Oktober 2014 Oktober 2015 Oktober 2015 Saat ini Konstruksi OlehSwasta : 193,84 km Swasta : 378,61 Km Swasta : 423,57 Km 1.Kertosono-Mojokerto (Seksi II,III) [24,70 km] 1.Kertosono-Mojokerto (Seksi I) [14,70 km] 1.Pejagan-Pemalang (Seksi I & II) [20,22 km] 2.Surabaya-Mojokerto (Seksi IA, IB, IV) [17,17 km] 2.Pejagan-Pemalang (Seksi I & II) [20,22 km] 2.Kertosono-Mojokerto (Seksi I) [14,70 km] 3.Cinere-Jagorawi (Seksi II) [5,55 km] 3.Depok-Antasari (Seksi I) [5,82 km] 3.Bekasi-Cawang-KampungMelayu (Seksi I) [11,00 km] 4.Porong-Gempol (SeksiKejapanan-Gempol) [3,55 k4.bekasi-cawang-kampungmelayu (Seksi I) [11,00 km]4.depok-antasari (Seksi I) [5,82 km] 5.Gempol-Pasuruan (Seksi I) [14,70 km] 5.Medan-Kualanamu-Tb. Tinggi (Seksi II) [43,9 km] 5.Medan-Kualanamu-Tb. Tinggi (Seksi II) [43,9 km] 6.Cikampek-Palimanan [116, 75 km] 6.Medan-Binjai [16,72 km] 6.Medan-Binjai [16,72 km] 7.Gempol-Pandaan [12,05 km] 7.Palembang-Indralaya [24,48 km] 7.Palembang-Indralaya [24,48 km] 8.Bakauheni-TerbanggiBesar [155 km] 8.Bakauheni-TerbanggiBesar [155 km] 9.Semarang-Solo (Seksi III) [17,57 km] 9.Semarang-Solo (Seksi III) [17,57 km] 10.Solo-Mantingan- Ngawi (Seksi III & IV) [69,20 km] 10.Solo-Mantingan- Ngawi (Seksi III & IV) [69,20 km] 11.Pemalang-Batang (39,20 Km) 12.Semarang-Batang (75 Km) 13.Pasirkoja-Soreang (10,57 km) 14.Cimanggis-Cibitung (25,39 km) 15.Pekanbaru-Kandis (131 Km) 16.Kayu Agung-Palembang Betung (111,69) 17.Tb. Besar-Kayu Agung (185 Km) Tabel 8 Ruas-ruas Jalan Tol Konstruksi per Dokumen Investasi Jalan Tol, kinerja produk diarahkan dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi penyiapan, pelayanan dan pengendalian pengusahaan jalan tol (investasi jalan tol). Realisasi pengukuran kinerja adalah 2 dokumen sesuai dengan target awal penetapan kinerja sebanyak 2 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

40 dokumen sehingga prosentasi pencapaian output adalah sebesar 100%. Dalam rangka pelaksanaan tupoksinya, Sekretariat BPJT memerlukan pendampingan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) untuk jalan tol operasi dan non operasi. Pendampingan tersebut dilaksanakan melalui paket kegiatan Dukungan Manajemen Evaluasi Kinerja Pengusahaan jalan Tol. Selain itu, dilaksanakan juga paket-paket kegiatan yang berupa kajian dalam rangka mendukung kinerja persiapan, pelayanan dan pengendalian investasi dan pelaksanaan pelelangan pengusahaan jalan tol yang diarahkan untuk percepatan pengembangan dan pembangunan jalan tol di Indonesia. s.d.oktober 2014 Oktober 2014 Oktober 2015 Oktober 2015 Saat ini 1 Ruas (61,70 km) PenambahanLelang 6 Ruas (327,90 km) 13 Ruas (1.485,2 km) Medan-Kualanamu-TebingTinggi (61.70 km) 1.Soreang-Pasirkoja (10,57 km) Penambahan Lelang 9 ruas (1.158,2 km) 2.Kayuagung-Palembang-Betung (111,69 km) 1.Jakarta-Cikampek II Elevated (36,4 Km) 3.Manado-Bitung (39 km) 2.Serang-Panimbang (83,9 Km) 4.Balikpapan-Samarinda (99,02 km) 3.Cileunyi-Sumedang-Dawuan (58,50 Km) 5.Pandaan-Malang (37,62 km) 4.Krian-Legundi Bunder-Manyar (30 Km) 6.Serpong-Balaraja (30 km) 5.Probolinggo-Banyuwangi (170,36 Km) 6.Semarang-Demak (23,99 Km) 7.Medan-Banda Aceh (455 Km)* 8.Tebing Tinggi-Prapat (60 Km)* 9.Padang-Pekanbaru (240 Km) * Tabel 9 Ruas Jalan Tol Selesai Lelang per 2016 Status s.d.oktober 2014 Oktober 2014 Oktober 2015 Ground Breaking 6 ruas (153,6 km) 1.Bekasi-Cawang-KampungMelayu (Tahap I, 11 km), 20 Oktober Cinere-Jagorawi (Seksi IIA, 3,5, km), 3 Oktober 2 3.Depok-Antasari (Seksi I dan II, 5,8 km), 8 Maret 4.Solo-Mantingan-Ngawi (Seksi III dan IV, 69,2 km), 26 September Medan-Kualanamu-Tebingtinggi (Seksi II, 43,9 km), 23 September Pejagan-Pemalang (Seksi I dan II, 20,2 km), 23 J 12 ruas (494,43 km) penambahan 6 ruas groun breaking (340,83 km) 1.Soreang-Pasirkoja (10,57 km). 10 September Bakauheuni-TerbanggiBesar (155 km), 30 April Palembang-Indralaya (24,48 km), 30 April Solo-Ngawi-Kertosono (118,71 km), 30 April Ciawi-Sukabumi (Seksi I, 15,35 km), 9 Februari Medan-Binjai (16,72 km), 27 Januari 2015 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah Oktober 2015 Saat ini 14 ruas (608,63 km) Penambahan 2 ruas Ground Breaking (114,2 Km) 1.Pemalang- Batang (39,20 km), 16 Juni Batang- Semarang (75 km), 16 Juni 2016 Tabel 10 Ruas Jalan Tol Ground Breaking Kumulatif Pengukuran Kinerja pada output Dokumen Pengawasan dan Pemantauan mencapai 100%. Kinerja produk pada output ini diharapkan mampu mendukung fungsi pengawasan dan pemantauan jalan tol, yaitu

41 dilaksanakan salah satunya melalui pekerjaan evaluasi pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimum) jalan tol. Jalan tol yang memenuhi SPM diharapkan bisa memberikan layanan yang optimal dan bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pengguna jalan serta bagi para pihak yang berkepentingan. Saat ini total jumlah ruas jalan tol yang sudah beroperasi adalah 33 ruas jalan tol dengan total panjang mencapai km. Dalam pelaksanaan tupoksi pengawasan dan pemantaun, telah dilaksanakan beberaba terobosan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna jalan tol, antara lain: peningkatan kualitas SPM, peberapan manajemen aset, efisiensi operasi dengan integrasi operasi dan peniadaan barrier gate: implementasi Integrated Transportation System (ITS). Mengingat keterbatasan jumlah sumber daya manusia di BPJT dalam rangka manajemen pengawasan yang rutin dan komprehensif terhadap seluruh ruas jalan tol dan dalam rangka melaksanakan salah satu kewajiban BPJT, dipandang perlu bantuan dari pihak ketiga untuk membantu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan pemantauan tersebut. Dampak positif yang diharapakan dari pelaksanan keguatan ini adalah semakin meningkatnya kinerja layanan operator jalan tol dan terpenuhinya kepuasan pengguna jalan tol. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

42 JALAN TOL OPERASI DI INDONESIA Status : 30 Desember 2016 No Ruas Jalan Tol Panjang (Km) BUJT 1 Belawan - Medan - Tanjung Morawa PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2 Tangerang - Merak PT Jasa Marga (Persero) Tbk 3 Jakarta - Tangerang PT Jasa Marga (Persero) Tbk 4 JORR W1 (Kebon Jeruk - Penjaringan) 9.85 PT Jakarta Lingkar Baratsatu 5 JORR W2 Utara (Kebon Jeruk - Ulujami) 7.87 PT Marga Lingkar Jakarta - Kebon Jeruk - Ciledug = Ciledug - Ulujami = JORR (Rorotan - Ulujami) PT Jasa Marga (Persero) Tbk 7 Pondok Aren - Bintaro Viaduct - Ulujami 5.55 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8 Pondok Aren - Serpong 7.25 PT Bintaro Serpong Damai 9 Cawang - Tj. Priok - Ancol Timur - Jembatan Tiga/Pluit PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. 10 Cawang - Tomang - Pluit PT Jasa Marga (Persero) Tbk 11 Prof.Dr.Ir.Soedijatmo PT Jasa Marga (Persero) Tbk 12 Jakarta - Bogor - Ciawi PT Jasa Marga (Persero) Tbk 13 Cinere-Jagorawi Seksi I 3.50 PT Trans Lingkar Kita Jaya 14 Bogor Ring Road Seksi I dan IIA 5.80 PT Marga Sarana Jabar - Seksi I (Sentul Selatan - Kedung Halang) = Seksi IIA (Kedung Halang - Kedung Badak) = Jakarta - Cikampek PT Jasa Marga (Persero) Tbk 16 Cikampek - Padalarang PT Jasa Marga (Persero) Tbk 17 Padalarang - Cileunyi PT Jasa Marga (Persero) Tbk 18 Cikampek-Palimanan PT Lintas Marga Sedaya 19 Palimanan - Kanci PT Jasa Marga (Persero) Tbk 20 Kanci - Pejagan PT Semesta Marga Raya 21 Semarang Seksi A,B,C PT Jasa Marga (Persero) Tbk 22 Semarang-Solo Seksi I dan II PT Trans Marga Jateng - Seksi I (Semarang - Ungaran) = Seksi II (Ungaran - Bawen) = Jembatan Surabaya-Madura 5.40 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 24 Surabaya - Gempol PT Jasa Marga (Persero) Tbk Relokasi Porong - Gempol Seksi III (Kejapanan - Gempol) 3.50 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 25 Surabaya - Mojokerto Seksi IA dan IV PT Marga Nujyasumo Agung Seksi IA (Waru - Sepanjang) = 1.89 Seksi IV (Krian - Mojokerto) = Surabaya-Gresik 20.7 PT Margabumi Matraraya 27 Simpang Susun Waru - Bandara Juanda 12.8 PT Citra Margatama Surabaya 28 Kertosono - Mojokerto PT Marga Harjaya Infrastruktur Seksi I (Bandar Jombang) 14.7 PT Marga Harjaya Infrastruktur Seksi III Gempol - Pandaan PT Jasamarga Pandaan Tol 30 Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa PT Jasamarga Bali Tol 31 Makassar Seksi IV PT Jalan Tol Seksi Empat 32 Ujung Pandang Seksi 1 dan PT Bosowa Marga Nusantara 33 Pejagan - Pemalang Seksi I dan II (Pejagan - Brebes Timur) PT Pejagan Pemalang Toll Road Total Panjang Tabel 11 Ruas Jalan Tol yang sudah Operasi 4. Output Dokumen Pendanan Tanah Jalan tol (BLU) mencapai realisasi pengukuran kinerja sebesar 100% atau 2 dokumen dari target awal sebanyak 2 dokumen. Manfaat kegiatan tersebut adalah Terdukungnya pelaksanaan pengelolaan dana bergulir pengadaan tanah jalan tol. Pada tahun ini, kinerja output ini tidak berjalan maksimal karena realisasi dana bergulir yang disalurkan untuk pengadaan tanah jalan tol cukup sedikit. Tahun ini adalah tahun transisi terkait adanya UU Pengadaan Tanah yang sudah mulai diimplementasikan pada tahun Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

43 5. Output Dokumen Bagian Umum, Capaian Outputnya Konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu 100%. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah Fasilitasi Kehumasan Jalan Tol meliputi koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan Peresmian Jalan Tol, Ground Breaking, Penandatanganan/ Amandemen Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol, kegiatan Dukungan Pelaksanaan Website BPJT, Kegiatan Peningkatan dan Pembinaan SDM serta kegiatan Pendampingan dan Bantuan Hukum Litasi dan Non Litigasi. 6. Output Layanan Perkantoran memenuhi target 100 % sesuai perjanjian kinerja. Semua komponen dalam output dapat dilaksanakan. Catatan untuk output ini adalah capaian realisasi keuangan yang tidak bisa maksimal karena adanya beberapa kekurangan dalam perencanaan yang terkait dengan kebijakan Honorarium Kepala dan Anggota BPJT, cadangan belanja tunjangan kinerja pegawai dan pembayaran belanja lembur pegawai. 7. Pelaksanaan Output Layanan Perkantoran (BLU) mencapai target 100 % sesuai perjanjian kinerja. Output ini melaksanakan fungsi pemenuhan belanja operasional dan pemeliharaan di lingkungan Satuan Kerja BLU- Bidang Pendanaan. Pada output ini, terdapat komponen belanja gaji pegawai BLU yang belum bias dilaksanakan karena proses pembayaran tunjangan (remunerasi) untuk pegawai BLU belum disetujui. 8. Output Jumlah Kendaraan Bermotor tidak memenuhi target penetapan kinerja dengan pencapain output sebesar 0%. Anggaran untuk pengadaan kendaraan dinas bermotor untuk Satuan Kerja BLU tidak disetujui dan masih dibintang oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. 9. Output Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi mencapai 80% dari target awal. Pemenuhan output ini belum maksimal karena mempertimbangkan prioritas kebutuhan organisasi terkait sarana dan prasarana alat pengolah data dan komunikasi. Selain itu, penghapusan peralatan dan mesin di Satuan Kerja Sekretariat Pengatur Jalan Tol sedang diproses sehingga belanja modal terkait hal tersebut ditunda pelaksanaannya. 10. Output Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran pencapaiannya adalah 10% dari target awal. Hal ini dikarenakan adanya proses penghapusan BMN untuk peralatan dan fasilitas pekantoran yang rusak belum selesai sehingga proses pembelian untuk meubelair ditunda pelaksaannya. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

44 Pelaksanaan kegiatan Sekretariat BPJT pada tahun 2016 menunjukkan adanya peningkatan kinerja dibandingakan pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya. Tingkat realisasi dan penyerapan anggaran pada setiap output pada kegiatan di Sekretariat BPJT menunjukkan kenaikan. Pencapaian indikator kinerja output, pencapaian kinerja Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol sudah cukup bagus dengan prosentase output yang hampir semuanya mencapai angka 100. Terhadap target kinerja lima tahunan (Renstra), pencapaian Sekretariat BPJT dikategorikan berhasil memenuhi target capain untuk tahun berjalan. Menginjak usia yang ke sepuluh, Sekretariat BPJT sebagai bagian dari entitas Badan Pengatur Jalan Tol telah melaksanakan target capaian indikator kinerja output Renstra dalam kategori berhasil. Pada tahun anggaran 2016 ini, capaian dari Badan Pengatur Jalan Tol dalam hal pembangunan jalan tol adalah peresmian ruas-ruas jalan tol baru epanjang km. Ruas-ruas jalan tol yang tahun ini diresmikan adalah ruas jalan tol Surabaya- Mojokerto Seksi IV sepanjang km, jalan tol Pejagan-Pemalang Seksi I&2 sepanjang km dan jalan tol Kertosono-Mojokerto sepanjang 5.02 km. Tabel 12 Progres Pembangunan Jalan Tol Tahun 2016 NO RUAS JALAN TOL PJG (KM) PROGRES (%) TANAH KONSTRUKSI OPERASI 1. Surabaya- Mojokerto Seksi IV 18, Maret Pejagan- Pemalang Seksi I & II 20, Juni Kertosono Mojokerto Seksi III 5, Desember 2016 TOTAL 43,69 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

45 Jalan tol Surabaya-Mojokerto Seksi IV Jalan tol Surabaya-Mojokerto Seksi IV sepanjang km diresmikan pengoperasiannya pada tanggal 19 Maret Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, meresmikan jalan tol Surabaya Mojokerto Seksi IV, (Krian - Mojokerto) pada tanggal 19 Maret 2016 di Mojokerto, Jawa Timur. Tol Surabaya Mojokerto atau biasa disebut dengan tol Sumo merupakan bagian dari Tol Trans Jawa. Tol Sumo membentang sepanjang 36,27km dan menghubungkan Kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto. Gambar 7 Peresmian Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IV Jalan Tol Sumo dibangun dengan biaya investasi sebesar Rp3,2 triliun rupiah dengan masa konsensi 42 tahun. Sementara untuk seksi IB (Sepanjang - WRR) dari total panjang, 4,3 Km, 94,91 persen lahannya telah dibebaskan dan konstruksinya telah mencapai 62,85 persen. Sedangkan untuk Seksi II (WRR Driyorejo/5,1 km) dan Seksi III (Driyorejo- Kriyan/6,1 km) progress ppembebasan lahannya masing-masing sebesar 67,75 persen dan 76,72 persen. Pembangunan jalan tol ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan di jalan arteri Surabaya hingga Mojokerto dan memberi dampak positif terhadap peningkatan perekonomian di wilayah tersebut. Jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi I&2 Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan pengoperasian pemanfaatan jalan tol Pejagan Pemalang Seksi I dan II (Pejagan Brebes Timur) pada tanggal 16 Juni 2016 di Brebes, Jawa Tengah. Pada kesempatan yang sama, Presiden juga meresmikan integrasi sistem transaksi jalan tol cluster 1 yaitu Jakarta Cikampek Purwakarta Padaralarang Cileunyi dan Cikopo Palimanan dan cluster 2 yaitu Palimanan Kanci Pejagan Pemalang. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

46 Jalan tol Pejagan Pemalang merupakan bagian jaringan jalan tol Trans Jawa yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur nasional. Hal ini selaras dengan salah satu agenda prioritas Nawa Cita yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Pengoperasian jalan tol yang tersambung dengan ruas Kanci Pejagan ini akan meningkatkan aksesibiltas di wilayah Jawa Tengah dan akan mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi nasional secara keseluruhannya. Gambar 8 Peresmian Jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi I dan II Biaya investasi keseluruhan pembangunan jalan tol Pejagan Pemalang senilai Rp6,8 triliun. Pengusahaannya dilakukan oleh PT Pejagan Pemalang Tol Road yang pemegang sahamnya terdiri dari PT Waskita MNC Transjawa Tollroad (99,99 persen) dan PT Waskita Karya (Persero) (0,0 persen). Tarif tol pada jalan tol Pejagan Pemalang Seksi I dan II adalah sebesar Rp1.000 per kilometer untuk golongan I sehingga tarif tol terjauh sampai Brebes Timur adalah sebesar Rp Masa konsesi jalan tol tersebut adalah 45 tahun terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Konstruksi (SPMK) pada Jalan tol Pejagan Pemalang Seksi III dan IV saat ini masih dalam tahap pengadaan tanah dan akan segera dimulai konstruksi. Kedua seksi tersebut dijadwalkan beroperasi pada tahun 2017 sejalan dengan target pengoperasian Trans Jawa. Terkait integrasi sistem transaksi jalan tol, pada saat yang sama juga dilaksanakan pengintegrasian Sistem Transaksi Elektronik Jalan Tol Cluster 1 yang merupakan suatu terobosan yang berorientasi kepada pelayanan ke masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat menghemat waktu tempuh dan biaya operasional kendaraan sehingga dapat meningkatkan efisiensi transportasi dan mengurangi biaya logistik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

47 Uji coba pengintegrasian sistem transaksi jalan tol tersebut telah dilakukan sejak 13 Juni 2016 lalu. Dengan terintegrasinya sistem pembayaran tol dari Jakarta hingga Brebes Timur, transaksi dilakukan secara tertutup pada tiga gerbang tol yaitu Gerbang Tol Cikarang Utama (pengambilan kartu cluster 1), Palimanan (pembayaran tol cluster 1 dan pengambilan kartu cluster 2) dan Brebes Timur (pembayaran tol cluster 2). Pembayaran tol secara elektronik dilakukan secara multi bank serta ditunjang dengan partisipasi dari empat bank nasional yaitu Bank Mandiri, BCA, BNI dan BRI pada cluster 1 dan cluster 2 ditunjang oleh Bank Mandiri, BNI dan BRI. Integrasi sistem transaksi ini akan diberlakukan untuk ruasruas jalan tol lainnya. Pengintegrasian sistem ini merupakan langkah awal pelaksanaan road map Electronic Toll Collection jalan tol di Indonesia, menuju diterapkannya pembayaran secara tanpa henti (multilane free flow) dalam beberapa tahun kedepan. Jalan Tol Kertosono-Mojokerto Seksi III Ruas Tol Mojokerto-Kertosono sepanjang 40,5 Km. Bagian dari tol Trans Jawa ini membentang dari Bandar Kedungmulyo di Kabupaten Jombang sampai Kecamatan Jetis di Kabupaten Mojokerto. Seksi 1 sepanjang 14,7 Km yang menghubungkan antara Bandar Kedungmulyo dengan Tembelang resmi beroperasi sejak Oktober Ruas Jalan Tol ini mulai diuji coba operasi pada tanggal 1 Desember Dengan dioperasikannya tol ini diharapkan akan semakin memicu pertumbuhan ekonomidan juga mampu mengurai sejumlah titik macet di jalur utama penghubung Jawa timur dan Jawa tengah, tepatnya di bypass Mojokerto Efisiensi dan Efektivitas Dalam Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kerja, terdapat standar dasar bagi pelaksanaan evaluasi kinerja yaiutu : Ketaatan (Complience) berkaitan dengan upaya audit, dengan mempertanyakan sejauh mana transaksi oleh pemerintah telah sejalan atau sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan perundangan. Efisiensi (efficiency) berkaitan dengan sejauh mana instansi pemerintah telah mencapai tingkat produktivitas optimum atas dasar sumber daya yang telah digunakan. Efektivitas (effectiveness) berkaitan dengan sejauh mana tingkat pencapaian tujuan kebijakan atas dasar pemanfaatan sumber daya publik. Nilai efektivitas dan efisiensi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

48 Efisiensi Dimana: Keterangan : E : Efisiensi a : Penyerapan Anggaran c : Pencapaian Keluaran (Fisik) RAK : Realisasi Anggaran per Keluaran PAK : Pagu Anggaran per Keluaran RVK : Realisasi Volume Keluaran TVK : Target Volume Keluaran n : Jumlah Jenis Keluaran Output Kegiatan Pagu Anggaran Realisasi Anggaran Target Volume Realisasi Volume a c a/c (1-(a/c)) (1-(a/c)X100) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Jumlah Dokumen Bagian Umum 3,577,806 2,578, Jumlah Dokumen Bidang Teknik 11,776,190 8,713, Jumlah Dokumen Pengawasan dan Pemantauan Jumlah Dokumen Investasi Jalan Tol 9,531,050 7,930, ,274,570 8,229, Layanan Perkantoran 10,022,036 7,718, Jumlah Dokumen Pendanaan Jalan Tol 10,762,416 7,239, Layanan Perkantoran (BLU) 8,223,414 4,348, Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e- 59,098 23, Jumlah Kendaraan Bermotor 558, Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 596, , ,400 38, ,612,000 47,106, Tabel 13 Pengukuran Efektivitas dan Efisieansi Kinerja Sehingga Nilai Efisiensi dapat dihitung sebagai berikut : NE = 50% + ( E x 50) 20 Efisiensi =308,13/11 = 28,01 NE = 70,525 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

49 BAB V PENUTUP 5.1. Permasalahan Setelah melewati usia ke sepuluh, BPJT mengalami banyak keterbatasan antara lain sumber daya manusia maupun prasarana dan sarana kerja yang tersedia, sedangkan beban tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan cukup berat dan beresiko. Menghadapi berbagai permasalahan tersebut, diharapkan adanya pengembangan sistem kebijakan yang dapat mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BPJT pada tahun-tahun mendatang. Selain itu perlu juga perhatian untuk penanganan tugas ad-hoc dan strategis melalui pembentukan tim kerja, mekanisme koordinasi antar unit kerja sehingga dicapai hasil yang optimal. Mengingat makin beratnya beban tugas dan tuntutan target yang diberikan kepada BPJT, diperlukan upaya yang lebih keras agar kinerja BPJT pada tahun mendatang tetap lebih baik. 1. Permasalahan dan Tantangan Internal Permasalahan dan tantangan internal, antara lain adalah: a. Perlu analisis perencanaan SDM yang efektif dan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan teknis/seminar/workshop, peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab staf pada substansi, serta penambahan staf profesional bila diperlukan; b. Perlu dilakukan proses perencanaan program tahunan Sekretariat BPJT yang lebih baik dan tajam guna mencapai sasaran yang ditargetkan, untuk kegiatan yang masih perlu tindak lanjut, agar diproses dalam kegiatan lanjutan sehingga dapat dicapai sasaran dan manfaat yang maksimal; c. Peningkatan peran manajemen dalam pengelolaan organisasi yang efektif agar kinerja perencanaan, pelaksanaan, supervisi, dan evaluasi bisa dilaksanakan secara optimal. 2. Permasalahan dan Tantangan Eksternal Permasalahan dan tantangan eksternal yang dihadapi, antara lain adalah: a. Kepastian pembiayaan pengadaan tanah dan ketersediaan dana oleh Pemerintah untuk penyelesaian pengadaan tanah Jalan Tol Trans Jawa, Jabodetabek dan Non Trans Jawa (termasuk Trans Sumatera, Balikpapan- Samarinda dan Manado-Bitung)

50 b. Dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan/atau Kota, instansi Pemerintah lain serta aparat penegak hukum untuk percepatan penyelesaian pengadaan tanah termasuk percepatan penyelesaian konsinyasi, tanah wakaf, tanah kas desa dan bangunanbangunan yang masih berdiri di dalam ROW sehingga tidak mengganggu pelaksanaan konstruksi c. Percepatan penyelesaian dokumen perencanaan dan/ atau penetapan lokasi dan/ atau dokumen lain sesuai ketentuan UU No.2/2012 dan Perpres No. 30/2015 d. Kemudahan pemenuhan persyaratan pinjaman dari Pemberi Pinjaman, dalam hal pelaksanaan konstruksi yang dipercepat (early construction) persyaratan tanah harus sudah bebas 100% dan kepercayaan Pemberi Pinjaman terhadap Pemegang Saham mayoritas e. Dukungan Pemerintah yang beragam f. Jaminan Pemerintah dan alokasi resiko atas pelaksanaan proyek pembangunan jalan tol untuk menarik minat investor g. Penerapan ketentuan cidera janji dan pengakhiran PPJT apabila BUJT tidak memenuhi kewajiban sesuai PPJT Langkah ke Depan Dengan mengacu pada kinerja tahun 2016 serta permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan perhatian untuk peningkatan kinerja ke depan khususnya terhadap pencapaian sasaran kegiatan. Beberapa hal yang terkait dengan upaya peningkatan kinerja tersebut adalah : a. Perlu analisis perencanaan SDM yang efektif dan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan/seminar/workshop, peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab staf pada substansi, serta penambahan staf profesional bila diperlukan; b. Perlu dilakukan proses perencanaan program tahunan Sekretariat BPJT yang lebih baik dan tajam guna mencapai sasaran yang ditargetkan, untuk kegiatan yang masih perlu tindak lanjut, agar diproses dalam kegiatan lanjutan sehingga dapat dicapai sasaran dan manfaat yang maksimal; c. Peningkatan peran manajemen dalam pengelolaan organisasi yang efektif agar kinerja perencanaan, pelaksanaan, supervisi, dan evaluasi bisa dilaksanakan secara optimal. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

51 LAMPIRAN Pada Lampiran dimuat Lampiran Formulir Pernyataan Penetapan Kinerja dan Penetapan Kinerja (Formulir PK), Catatan Kaki, dan Lampiran visualiasi foto pelaksanaan kegiatan beserta keterangan foto yang menjelaskan manfaat dari kegiatan tersebut bagi masyarakat. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

52 FOTO KEGIATAN BIDANG PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN TAHUN 2016 Pelaksanaan Monitoring Standar Pelayanan Minimum Jalan Tol Pemeriksaan reflektifitas rambu dan reflektor pada malam hari Pemeriksaan lampu PJU pada malam hari Pemeriksaan peralatan kendaraan rescue Pemeriksaan peralatan kendaraan ambulan Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

53 Pemeriksaan kerusakan rigid pavement yang pecah Pemeriksaan kerusakan lubang pada jalan Pemeriksaan waktu traksaksi pada gerbang tol Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

54 Pemeriksaan raitining wall yang rusak Pemeriksaan sentral komunikasi pada jalan tol Surabaya Gempol Pendampingan BPK pada Pemeriksaan Jalan Tol Operasi Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

55 Spanduk sosialisasi penyesuaian tarif Pemeriksaan SPM Jalan Tol Jembatan Suramadu Pemeriksaan dinding penahan saluran yang rusak Pemeriksaan penurunan perkerasan bahu jalan Pemeriksaan saluran drainase yang Permukaan jalan yang mengalami Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

56 tertutup rumput segregasi Workshop Kajian Indeks Kepuasan Pelanggan Pengguna Jalan Tol Terhadap Pelayanan Jalan Tol Operasi Laporan Kinerja Instasi Pemerintah

57 KEGIATAN EVALUASI LAIK JALAN TOL FUNGSI KERTOSONO-MOJOKERTO SEKSI III Manfaat evaluasi laik fungsi jalan tol adalah untuk mengetahui seberapa jauh pemenuhan persyaratan laik fungsi secara teknis dan administrasi sebagai jalan tol dan ketentuan sistem tol yang meliputi sistem pengumpulan tol dan perlengkapan sarana operasi serta pelayanan lalu lintas pada Jalan Tol Ruas Kertosono-Mojokerto Seksi III sepanjang 5Km sebelum dioperasikan untuk umum. Aspek-aspek yang dievaluasi terdiri dari : 1. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas, antara lain meliputi : a. Pemeriksaan rambu dan marka jalan, meliputi : Penempatan dan kelengkapan Kesesuaian dengan standar Refleksivitas dan bahan b. Pengaturan lalu lintas pada simpang susun dan akses keluar/masuk c. Pengaturan keselamatan lalu lintas d. Pelaksanaan RKL dan RPL 2. Sarana jalan, jembatan, dan bangunan pelengkap, meliputi : a. Kelaikan teknis jalan, jembatan dan bangunan pelengkap; b. Sistem pengaturan saluran buangan air; c. Perlindungan lereng, dll. 3. Operasi dan Administrasi, meliputi: a. Ketersediaan sistem dan peralatan pelayanan lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan b. Ketersediaan sistem dan peralatan pelayanan transaksi c. Ketersediaan sistem dan peralatan informasi serta komunikasi d. Data administrasi pengadaan lahan, as built drawing, dll. Berikut adalah contoh Berita Acara yang dibuat setelah pelaksanaan Evaluasi Laik Fungi Jalan Tol. BA Evaluasi Laik Fungsi Jalan Tol Kertosono-Mojokerto Seksi III

58 N o Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut Perbaikan a. Perapian lubang utilitas gerbang tol untuk dapat segera ditutup, termasuk saluran pembuanga n air AC di gardu tol Sudah dilaksanakan b. Pemasangan chevron pada Block Bumper Gerbang Tol Mojokerto. Sudah dilakukan dengan pemasangan chevron c. Penggantian rambu penyempitan di KM 708 di jalur B diganti Rambu Peringatan Hati Hati dengan penambahan redaksi dibawahnya Kendalikan Kecepatan Sudah dilaksanakan d. Pengoperasian jalan tol yang terintegrasi dengan jalan tol surabaya mojokerto harus sudah dapat menggunakan pembayaran e-payment multibank e-payment sudah dapat dilakukan dengan Bank Mandiri

59 e. Genangan air pada lajur gardu tol pada saat hujan Sudah dilaksanakan penambahan tali air di pulau gerbang f. Terjadi kebocoran pada atap gerbang tol pada saat hujan Sudah dilaksanakan perbaikan g. Tulisan Kementeria n PU pada semua papan tarif tol diganti dengan Kementeria n PUPR Sudah dilaksanakan perbaikan

60 h. Pagar ROW tidak sesuai dengan pembebasan lahan (lokasi Kemantren 1) Akan segera dilakukan pemasangan pagar setelah koordinasi dengan PPT & PPK serta aparat desa i. Papan Kepemilikan Negara belum terpasang Akan segera dilakukan pemasangan Papan Kepemilikan Negara setelah koordinasi dengan PPK

61 RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENGADAAN TANAH JALAN TOL PULAU JAWA RAPAT KOORDINASI KHUSUS PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM WILAYAH JABODETABEK

62 RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENGADAAN TANAH WILAYAH JAWA BARAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Januari 2016 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Januari 2015 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun 2014 merupakan salah

Lebih terperinci

BPJT. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol. Januari 2015

BPJT. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol. Januari 2015 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Januari 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Ringkasan Eksekutif... v BAB

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BP JT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Januari 2016 Laporan Kinerja Instasi Pemerintah i Laporan Kinerja Instasi

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1056, 2015 KEMEN-PUPR. Dukungan Pemerintah. Pengadaan Tanah. Jalan Tol. Badan Usaha. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR

Lebih terperinci

SAMPU V PENGADAAN TANAH INFRASTRUKTUR PU PENINGKATAN KEMAMPUAN SDM BIDANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DENPASAR 3 OKTOBER 2012 POSISI DAYA SAING KITA 50/144 2012 2013 KUALITAS INFRA

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA

TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA MENTER! PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA PERATURAN MENTER! PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENERUSAN PENGUSAHAAN JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-15.1-/216 DS5272-8985-171-5367 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik

Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik D. Hari Pratama Divisi IT JSMR Bandung, 26 September 2014 Daftar Isi Sekilas Jasa Marga 2 Regulasi Saat Ini 3 Track Record pada Industri Jalan Tol di Indonesia

Lebih terperinci

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018 Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018 Sumber gambar: http://properti.kompas.com DELI SERDANG, KompasProperti - Presiden Joko Widodo (Jokowi)meresmikan Tol Medan-Kualanamu-Tebing

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Periode 2015-2019. Dalam rangka

Lebih terperinci

Tinjauan Yuridis Dibalik Kenaikan Tarif Tol Oleh: Moch Alfi Muzakki *

Tinjauan Yuridis Dibalik Kenaikan Tarif Tol Oleh: Moch Alfi Muzakki * Tinjauan Yuridis Dibalik Kenaikan Tarif Tol Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 3 Maret 2016; disetujui: 10 Maret 2016 Jalan Tol bagi kehidupan masyarakat perkotaan tidaklah asing. Jalan Tol seakan-

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KLN

LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KLN TA 2015 LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KLN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT RINGKASAN EKSEKUTIF Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri yang

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Soritaon Siregar, M. Soc. Sci. Kepala Pusat Investasi Pemerintah, Kementerian

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-22.12-/215 DS7746-141-8282-737 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-15.9-/215 DS689-2394-8-376 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-022.12-0/AG/2014 DS 0429-8282-0028-9458 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dengan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5.8%. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum; MEMUTUSKAN:

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum; MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 /PRT/M/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.13-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1 KONDISI UMUM... 1-1 1.1.1 CAPAIAN TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-2014... 1-3 1.1.2 CAPAIAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.13-/216 DS6661-495-3652-64 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-022.12-0/2013 DS 4105-0456-6406-8058 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 28 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.11-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-15.11-/215 DS32-7897-872-849 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-33.14-/216 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI RKA-KL (PMK 249/2011 APLIKASI SMART)

PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI RKA-KL (PMK 249/2011 APLIKASI SMART) KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL DALAM NEGERI POLITIK Sekretariat DAN PEMERINTAHAN Jenderal UMUM Biro Perencanaan PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-047.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.01-0/AG/2014 DS 2788-9070-1320-6272 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-33.1-/218 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-15.1-/215 DS741-6895-9721-8948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kelembagaan PT. Trans Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk pembangunan Jalan Tol Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08/PRT/M/2010 TANGGAL 8 JULI 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem No.933, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Dekonsentrasi. Penatausahaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-18.1-/216 DS933-1269-654-625 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dubnick (2005), akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.02-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.11-0/AG/2014 DS 5285-5913-0762-4090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci