Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016"

Transkripsi

1 Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi 57 Kasus Lapis Tipis PZT NATURAL B, Vol. 4, No. 1, April 2017 Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016 Meidi Arisalwadi 1)*, Sukir Maryanto 2), Hetty Triastuty 3) 1) Program Studi Magister Ilmu Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya 2) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya 3) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Bandung Diterima 23 Januari 2017, direvisi 30 April 2017 ABSTRAK Gunungapi Bromo merupakan salah satu dari serangkaian gunungapi aktif di Indonesia yang terletak di dalam kaldera Tengger, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Gunungapi Bromo mengalami peningkatan aktivitas vulkanik pada akhir tahun 2015 sampai awal tahun Penelitian dilakukan untuk menentukan karakteristik tremor vulkanik. Metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik dari tremor vulkanik adalah analisis spektral dan analisis waveform cross correlation. Analisis spektrogram didapatkan nilai frekuensi 1-8 Hz untuk tremor vulkanik Gunungapi Bromo. Hasil analisis spektral tremor vulkanik Gunungapi Bromo dapat dilihat berdasarkan nilai puncak-puncak frekuensi yang tidak beraturan yang berarti tremornya tipe spasmodik. Berdasarkan Pola puncak-puncak dari analisis spektral tremor yang menggunakan 3 stasiun memiliki pola yang sama dan analisis waveform cross correlation tremor vulkanik Gunungapi Bromo diindikasikan berasal dari sumber mekanisme yang sama karena didapatkan nilai koefiesien cross correlaton cukup baik yang berkisar diantara 0,6-0,8. Kata Kunci: seismik, tremor, spektral, spektrogram, waveform cross correlation ABSTRACT Bromo volcano is one of a series of active volcanoes in Indonesia, located on the Tengger caldera, Probolinggo, East Java. Bromo volcano has increased volcanic activity in the end 2015 until early The research was conducted to determine the characteristics of volcanic tremors. The methods used to determine the characteristics of volcanic tremors are spectral analysis and cross-correlation waveform analysis. Spectrogram analysis obtained frequency value 1-8 Hz for volcanic tremor of Bromo Volcano. From the results of spectral analysis volcanic tremor, it s can be seen the value of the frequency peaks irregular means the type of spasmodic tremor. Based on the pattern of the peaks of the tremor spectral analysis using 3 stations having the same pattern and the analysis of cross-correlation waveform volcanic tremor of Bromo volcano was indicated from the same source mechanism because the correlation coefficient value is good that ranged about Keywords: seismic, tremor, spectral, spectrogram, waveform cross correlation PENDAHULUAN Gunungapi Bromo terletak pada LS dan BT dengan tinggi puncaknya 2329 m dari permukaan laut (dpl). Posisinya berada di wilayah Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Gunungapi *Corresponding author: meidi.arisalwadi@gmail.com Bromo mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, seperti yang diketahui pada akhir tahun 2015 sampai awal tahun Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Pos PGA Bromo, tremor vulkanik Gunungapi Bromo secara perlahan energinya mulai meningkat ditandai dengan membesarnya amplitudo tremor vulkanik, sehingga pada 4 Desember 2015 statusnya dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) [1]. Pemantuan dan monitoring gunungapi

2 58 Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016 dapat menggunakan metode geofisika. Metode seismik saat ini merupakan metode geofisika utama dalam pemantauan dan monitoring gunungapi, dimana pengamatan yang dapat dilakukan secara kontinyu. Dalam pengamatan gunungapi hal yang perlu diketahui adalah karakteriktik gempa vulkanik. Gempa vulkanik merupakan gempa yang dihasilkan dari aktivitas gunungapi yang tercatat oleh seismogram. Gempa vulkanik terbagi menjadi 4 tipe, yaitu gempa vulkanik A, gempa vulkanik B, gempa tremor, dan gempa letusan [2,3]. Pada Gunungapi Bromo aktivitas vulkanik di dominasi oleh gempa tremor vulkanik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan karakteristik dari tremor vulkanik Gunungapi Bromo. Tremor vulkanik merupakan aktivitas vulkanik yang menandakan awal dari pergerakan magma dan menjadi salah satu penanda akan terjadinya letusan [2]. Metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik dari tremor vulkanik dengan menganalisis waveform dan spektralnya seperti yang pernah dilakukan di Gunungapi Semeru dengan menganalisis spektral tremor harmonik dan menentukan frekuensi tremor Gunungapi Semeru [4,5]. Metode untuk mengetahui sinyal tremor berasal dari sumber yang sama bisa dilakukan dengan menganalisis waveform cross correlation. Metode ini pernah dilakukan di Gunungapi Augustine dan Redoubt untuk mengetahui perulangan sinyal seismik berdasarkan kemiripan dari bentuk gelombang, dan untuk mengetahui bentuk gelombang tremor maupun swarm setiap fase aktivitas gununggunung tersebut memiliki kemiripan [6,7]. Kemiripan antara suatu sinyal dengan sinyal lainnya dapat mengindikasikan bahwa sinyal tersebut berasal dari lokasi sumber dan mekanisme yang sama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, analisis tremor vulkanik di Gunungapi Bromo perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan mekanisme sumbernya. Karakterisasi tremor vulkanik dilakukan berdasarkan frekuensinya dan kemiripan sinyal berdasarkan waveform dari ada tremor yang terekam pada seismometer. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan analisis spektral dan analisis waveform cross correlation. METODE PENELITIAN Seleksi Data. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder rekaman seismik Gunungapi Bromo pada bulan Februari Data rekaman seismik tersebut didapatkan dari 3 (tiga) buah stasiun temporer Broadband yaitu stasiun Batok (BTK), stasiun Kursi (KUR) dan stasiun Pos (POS). Seperti dapat dilihat Gambar 1 kontur posisi stasiun. Gambar 1. Posisi stasiun seismometer Gunungapi Bromo

3 Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi Kasus Lapis Tipis PZT 59 Gambar 2. Contoh data seismogram Gunungapi Bromo pada stasiun BTK yang terekam di 3 komponen. Data hasil rekaman seismik pada setiap stasiun berupa rekaman digital yang dilakukan secara terus menerus selama 24 jam (Gambar 2). Data ini kemudian dibagi menjadi 48 bagian, setiap bagian merupakan data yang direkam selama 30 menit. Seismometer yang digunakan untuk merekam data adalah seismometer tipe GURALPH CMG-40T dengan sensitivitas 2 x 400 V/m/s. Dilakukan pemelihan data (event tremor), pada proses ini pemilihan event tremor dilakukan dengan menggunakan software Geopsy Software ini dapat memotong event tremor sesuai dengan waktu kejadiannya [8]. Analisis Waveform dan Spektral. Analisis waveform merupakan analisis yang dilakukan dengan melihat pola sinyal gelombang yang terbentuk. Analisis ini dapat membedakan jenis event gempa yang terjadi secara visual. Analisis spektral merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui frekuensi dominan suatu event gempa. Dalam analisis ini diterapkan transformasi Fourier untuk mengubah dari domain waktu ke domain frekuensi. Transformasi Fourier merupakan metode untuk menentukan kandungan frekuensi dari sebuah sinyal. Hasil dari transformasi Fourier adalah distribusi densitas spektral yang mencirikan amplitudo dan fase dari beragam frekuensi yang menyusun sinyal. Transformasi Fourier dapat dituliskan oleh persamaan (1) dan (2)[9] H f h t e j2 ft dt (1) h t H f e j2 ft df dimana, H(f) = fungsi dalam kawasan frekuensi h(t) = fungsi dalam kawasan waktu t f (2) = waktu (detik) = frekeunsi (Hz) Pada analisis spektral ini menggunakan seluruh bentuk sinyal sehingga jika terjadi kesalahan informasi akan mudah dihindari dengan pengukuran titik- titik dalam domain waktu. Terdapat dua cara dalam estimasi spektral dapat dilakukan yaitu estimasi secara langsung dan tidak langsung. Estimasi secara langsung diterapkan dengan transformasi secara langsung pada data mentah untuk mendapatkan estimasi spektralnya dengan mengaplikasikan FFT (Fast Fourier Transfrom). Sedangkan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara periodogram rata-rata [10]. Analisis spektral diterapkan pada data di domain waktu yang dipilih. Dari analisis spektral ini dapat ditentukan kandungan frekuensi tremor beserta estimasi besarnya daya dari setiap frekuensi yang bersangkutan. Nilai frekuensi dominan yang diperoleh dari analisis spektrum, digunakan untuk menentukan sumber tremor serta frekuensi dominan dari sumber itu terhadap data tremor yang dihasilkan relatif sama antara satu dengan lainnya. Untuk memastikan apakah data yang terekam berasal dari sumber atau mekanisme sumber yang sama, maka pola spektrum dibandingkan dengan pola spektrum data dari stasiun lain.

4 60 Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016 Pada penelitian ini analisis spektral digunakan program Matlab GUI Seismo_Volcanalysis yang dibuat oleh Philippe Lesage dan dikembangkan oleh PVMBG. Dengan program ini dapat dilakukan penentuan spektrogram dan spektrum frekuensi dari event yang sudah diseleksi [8]. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 3. f g t f g t d (4) Sedangkan untuk fungsi diskritnya, Waveform cross corroletaion dapat dituliskan seperti dibawah ini f g f m g n m n (5) Berdasarkan hasil analisis dari metode ini, metode waveform cross correlation digunakan untuk mengukur kemiripan dua sinyal sebagai fungsi dari time-lag dengan mengidentifikasi nilai korelasi maksimum dan waktu relatif dari setiap pasangan gelombang yang dianalisis [13]. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. Diagram untuk analisis spektral Analisis waveform cross correlation tremor Gunungapi Bromo. Data yang digunakan dipilih berdasarkan analisis spektral dan bentuk gelombang (waveform) selanjutnya dilakukan waveform cross correlation dari masing-masing data tersebut. Tahap waveform cross correlation ini dilakukan menggunakan Toolbox GISMO (toolbox correlation waveform for MATLAB) [11]. Pada penelitian ini, sinyal tremor yang dianalisis dipotong terlebih dahulu dengan sekitar 30 sekon untuk mendapatkan event tremornya. Kemudian ditentukan tingkat kemiripan antar sinyal dan diplot dalam bentuk matriks yang menampilkan koefisien korelasi antar setiap event yang dianalisis. Waveform cross corroletaion menerapkan metode pengukuran secara statistik yang membandingkan bentuk gelombang dari dua sinyal sebagai fungsi dari pergeseran waktu. Adapun persamaan waveform cross corroletaion dari 2 fungsi kontinyu f dan g [12]. Analisis Waveform dan Spektral. Analisis waveform dilakukan dengan melihat bentuk atau pola sinyal gelombang dari gempa vulkanik secara visual. Hal ini berdasarkan dengan karakteristik yang sudah di tentukan atau berdasarkan karakteristik tremor vulkanik dari Minakami (1974) [2,3]. Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan event tremor vulkanik (Gambar 4a). Event tremor seperti yang tampak pada Gambar 4a dipilih karena event tremor yang berlangsung secara kontinyu. Sehingga dari hasil pemilihan event tersebut tidak dapat dihitung jumlah event yang terjadi tetapi dapat dihitung kejadian berdasarkan perubahan amplitudo secara tiba-tiba. Analisis data dari waveform tremor tersebut yang dilakukan yaitu mengubah domain waktu ke domain frekuensi dengan proses FFT. Proses ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai frekuensi yang terkandung dalam sebuah sinyal. Sebelum dilakukan FFT terhadap sinyal tremor yang terpilih dilakukan filter dengan bandpass 1-10 Hz. Frekuensi tremor berada pada range frekuensi tersebut, hal ini pernah dilakukannya pada analisis spektral pada Gunungapi Bromo untuk melihat karakteristik tremornya [14]. Tujuannya difilter dan dilakukan FFT adalah untuk meminimalis atau menghindari keikutsertaan derau (noise) dalam analisis frekuensi. Sinyal-sinyal derau tersebut antara lain sinyal gempa-gempa tektonik, sinyalsinyal volkano-tektonik, sinyal oleh gempagempa letusan dan sinyal lain yang bukan tremor.

5 Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi Kasus Lapis Tipis PZT 61 Nilai frekuensi merupakan salah satu karakteristik dari tremor vulkanik. Sinyal tremor yang terpilih kemudian dianalisis untuk diperoleh kandungan spektralnya menggunakan program Matlab GUI Seismo_Volcanalysis. Program ini menganalisis sinyal dengan metode periodogram dan STFT (Short Time Fourier Transform) [8]. Berdasarkan Gambar 4, tampak pada salah satu data tremor 09 Februari 2016 jam dianalisis spektral. Hasil dari analisis tersebut berupa spektrogram (Gambar 4b) dan periodogram spektrum frekuensinya (Gambar 4c). Hasil analisis spektrogram ditentukan untuk melihat power spectrum sinyal tremor dalam fungsi waktu dan frekuensi. Sedangkan, Analisis periodogram rata-rata dilakukan untuk mengamati spektrum frekuensinya (Gambar 4c). Tampak pada hasil spektrogram kandungan frekuensi sinyal tremor tersebut berada range 1-8 Hz yang ditunjukan dengan skala bernilai tinggi (warna merah). Tampilan spektrogram dengan warna merah diartikan sebagai frekuensi yang memiliki amplitudo spektrum maksimum. Sementara, spektrum frekuensinya (Gambar 4c) tampak puncak frekuensinya sulit untuk ditentukan dan tidak adanya perulangan puncak secara periodik dan nilai frekuensi dominannya sekitar 5 Hz maka tremor Gunungapi Bromo dapat dikategorikan tremor non-harmonik (spasmodik) [8]. Tremor spasmodik yaitu tremor yang tidak memiliki keraturan puncak frekuensi dan tidak adanya perulangan puncak secara periodik. Gambar 4. (a) Waveform event tremor yang terekam di stasiun BTK pukul 20:00 dan hasil analisis spektral berupa (b) spektrogram dan (c) periodogram spektrum frekuensi. Penentuan untuk mengetahui event tremor vulkanik yang berasal dari sumber yang sama maka perlu dilakukan analisis spektral pada 3 stasiun. Pada Gambar 5 dapat dilihat grafik spektral yang berasal dari 3 stasiun (POS, KUR, dan BTK) pada komponen Z (vertikal). Garis merah putus-putus yang tampak pada Gambar 5 memperlihatkan puncak-puncak frekuensi pada 3 stasiun memiliki pola yang sama, hal ini yang menggambarkan bahwa event berasal dari sumber yang sama. Namun frekuensi dominan pada tiap stasiun tidak sama. Stasiun BTK dan KUR mempunyai frekuensi lebih tinggi dari pada POS berkisar antara 5-6 Hz. Hal tersebut disebabkan oleh medium penjalarannya. Analisis spektrum tremor adalah untuk memprediksi pola dinamika sumber sinyal. Satu nilai frekuensi yang dominan akan mewakili satu sumber di dalam tubuh gunungapi. Sinyal bisa berasal dari kantong magma, dapur magma maupun sinyal yang berasal dari pergerakan fluida di dalam pipa magma [8].

6 62 Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016 Gambar 5. Puncak-puncak frekuensi dari salah satu sinyal tremor vulkanik Gunungapi Bromo yang terekam pada tanggal 11 Februari 2016 di 3 stasuan seismometer (BTK, KUR, dan POS) Analisis Waveform Cross Correlation Tremor Gunungapi Bromo. Metode waveform crosss correlation digunakan untuk mengetahui korelasi antar sinyal tremor yang terekam. Analisis ini dilakukan menggunakan data dari stasiun Batok (BTK) dikarenakan stasiun ini merupakan stasiun terdekat dari kawah Gunungapi Bromo dimana sinyal yang terekam lebih bagus. Hasil dari analisis dengan metode waveform cross correlation ini yaitu koefisien korelasi yang merepresentasikan kemiripan antar sinyal gelombang yang dianalisis dengan skala 0 hingga 1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 6 [11]. Sumbu x pada grafik Gambar 6 merupakan nomor kejadian (event number), sumbu y adalah waktu dan indikator warna merupakan nilai korelasi bentuk gelombang. Sumbu x dan sumbu y sebenarnya mengindikasikan waktu terjadinya tremor. Namun, untuk memudahkan pembacaan, sumbu x diubah namanya menjadi nomor kejadian dengan data yang di olah 200 sinyal. Berdasarkan Gambar 6 didapatkan nilai koefisien korelasi cukup bagus berkisar 0,5-0,8 [7]. Jika dianalisis dari tampilan matriks tersebut maka dapat dilihat bahwa ada beberapa perbedaan tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo pada periode bulan Februari 2016 (data yang dianalisis) yang ditunjukkan oleh garis merah putus-putus. Sinyal tremor peridoe 9-10 Februari 2016 berada di kelompok yang sama dengan nilai koefisien korelasi berkisar 0,6-0,8 (Gambar 6). Sinyal tremor yang terekam di BTK cukup tinggi berdasarkan pengamatan data digital atau waveformnya. Frekuensi dominan sinyal tremor yang terjadi pada tanggal periode 9 Februari 2016 dan 10 Februari 2016 berada pada kisaran 5,5 Hz. Sinyal tremor pada tanggal 11 Februari 2016 berdasarkan Gambar 6 di atas berada dalam satu kelompok tersendiri dengan nilai koefisien korelasi berkisar 0,5-0,7. Pada tanggal ini, sinyal tremor berubah ubah tidak menerus dengan frekuensi dominan sekitar 6 Hz. Gambar 6. Matriks koefisien korelasi data tremor Gunungapi periode Februari 2016

7 Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi Kasus Lapis Tipis PZT 63 Berdasarkan bentuk gelombang dan bentuk spektrum tremor vulkanik Gunungapi Bromo termasuk tremor non harmonik (spasmodik) seperti yang telah diklasifikan oleh Minakami [2,3], karena tidak adannya perulangan puncak secara periodik. Secara keseluruhan tremor Gunungapi Bromo merupakan gabungan tremor non-harmonik (awal) dan harmonik (akhir) atau sebaliknya. Beberapa peneliti menyebut tremor tersebut dengan istilah quasi-harmonic tremor. Dalam penelitian yang dilakukan tremor harmonik mempunyai ciri adanya perulangan puncak secara periodik pada puncak spektrumnya [15]. Pada penelitian ini tremor Gunungapi Bromo dikarakterisasi menjadi dua tipe tremor yaitu tremor yang terjadi terus menurus dengan amplitudo yang tinggi mempunyai frekuensi dominan sekitar 5 Hz dan tremor yang berasosiasi dengan letusan atau letupan mempunyai frekuensi dominan sekitar 4,5 Hz. Perubahan secara temporal dari frekuensi tremor vulkanik berkaitan dengan perubahan parameter fisis yang mengontrol sumber tremor vulkanik, dalam beberapa penelitian nilai frekuensi berkaitan dengan geometri saluran conduit [16]. Berdasarkan hasil waveform cross correlation dapat diketahui bahwa perbedaan kelompok tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo ini dipengaruhi oleh bentuk sinyal yang terekam pada stasiun dan frekuensi dari tremor tersebut. Dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan setiap tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo memiliki korelasi satu sama lain dengan nilai lebih dari 0,5 yang berarti bahwa tremor yang terjadi merupakan rentetan tremor yang berasal dari sumber yang sama [5]. KESIMPULAN Berdasarkan yang telah dilakukan dengan menggunakan data pada bulan Februari 2016 maka didapatkan beberapa kesimpulan antara lain karakteristik tremor Gunungapi Bromo mempunyai kandungan frekuensi dominan berkisar 5 Hz dan kandungan frekuensi berdasarkan spectrogram berada pada range 1-8 Hz. Tremor dianalisis menggunakan metode waveform cross correlation didapatkan hasil korelasi yang cukup baik dengan nilai korelasi 0,6-0,8. Dengan nilai koefisien korelasi paling tinggi 0,8 pada hari 9 dan 10 Februari UCAPAN TERIMAKASIH Penulis sangat berterimakasih pada seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini, khususnya Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika Universitas Brawijaya, rekan-rekan kelompok riset BRAVO ENERGEOBHAS dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. DAFTAR PUSTAKA [1] Triastuty, H., Mulyana, I., Kuswandarto, H., F., A.S.N., Andrian, W. and Prasodjo, E. (2016) Erupsi Bromo Desember 2015 Februari GEOMAGZ (Majalah Geologi Populer), Bandung. [2] Zobin, V.M. (2012) Summary for Policymakers. In: Intergovernmental Panel on Climate Change, editor. Climate Change The Physical Science Basis, second edi. Cambridge University Press, Cambridge. p [3] Minakami, T. (1974) Seismology of volcanoes in Japan. Dev Solid Earth Geophys, 6, [4] Schlindwein, V., Wassermann, J. and Scherbaum, F. (1995) Spectral analysis of harmonic tremor signals at Mt. Semeru Volcano, Indonesia. Geophysical Research Letters, 22, [5] Konstantinou, K.I. and Schlindwein, V. (2003) Nature, wavefield properties and source mechanism of volcanic tremor: a review. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 119, [6] Buurman, H. and West, M.E. (2010) Seismic precursors to volcanic explosions during the 2006 eruption of Augustine Volcano [Internet]. Power, J.A., Coombs., M.L., Freymueller, J.T.,eds., 2006 Erupt. Augustine Volcano, Alaska U.S.G.S Prof. Pap [7] Buurman, H., West, M.E. and Thompson, G. (2013) The seismicity of the 2009 Redoubt

8 64 Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016 eruption. Journal of Volcanology and Geothermal Research, Elsevier B.V. 259, [8] Lumbanraja, W. and Brotopuspito, K.S. (2015) Identifikasi Dinamika Magma Berdasarkan Analisis Tremor Vulkanik di Gunungapi Slamet Jawa Tengah. Jurnal Fisika Indonesia, 19. [9] Brigham, E.O. (1988) The fast Fourier transform and its applications. Prentice- Hall. Inc, New Jersey, USA. [10] Triastuty, H. (1996) Analisis Fisis Tingkat Kegiatan Gunung Bromo Berdasarkan Spektral Tremor dan Hiposenter Gempa Gunungapi. Instut Teknologi Bandung. [11] West, M.E. (2008) Tools and topics in seismic waveform cross correlation [Internet]. GI Seismology Lab., University of Alaska Fairbanks, Alaska. [12] Weisstein, E.W. (2017) Cross-Correlation [Internet]. Wolfram MathWorld. [13] Triastuty, H. (2014) Penentuan Lokasi sumber tremor vulkanik Gunung Api Raung pada erupsi di bulan Oktober- November Jurnal Gunungapi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 6. [14] Gottschämmer, E. (1999) Volcanic tremor associated with eruptive activity at Bromo volcano. Annali Di Geofisica, [15] Maryanto, S., Iguchi, M. and Tameguri, T. (2008) Constraints on the source mechanism of harmonic tremors based on seismological, ground deformation, and visual observations at Sakurajima volcano, Japan. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 170, [16] Wildani, A. (2013) Analisis Tremor Gunungapi Raung, Jawa Timur - Indinesia. Universitas Brawijaya.

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA Arin Wildani 1, Sukir Maryanto 2, Adi Susilo 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya parameter dan banyaknya jenis mekanisme sumber yang belum diketahui secara pasti, dimana parameter tersebut ikut mempengaruhi pola erupsi dan waktu erupsi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI GEOFISIKA MITIGASI BENCANA LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI PENERAPAN METODE GEOFISIKA TERPADU UNTUK MENGURANGI RESIKO LETUSAN G. SEMERU, JAWA TIMUR Oleh: Sukir Maryanto, Ph.D Dr.Eng. Didik R.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa BAB III METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan data rekaman sinyal seismik Gunungapi Semeru yang diperoleh dari pos pengamatan gunungapi Semeru. Data

Lebih terperinci

ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR

ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR Oleh: Akhmad Jufriadi 1, Sukir Maryanto, Adi Susilo, B. Heri Purwanto 3, M.Hendrasto 4 ABSTRAK: Aktivitas Gunung Ijen pada

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013 ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013 Indria R Anggraeni 1, Adi Susilo 1, Hetty Triastuty 2 1) Jurusan

Lebih terperinci

Wahana Fisika, 1(1),2016, 42-53

Wahana Fisika, 1(1),2016, 42-53 Penentuan Karakteristik Tremor Gunungapi Semeru Jawa Timur Berdasarkan Analisis Spektral (Studi Kasus: Oktober 2015-Desember 2015) Dea Hertiara Municha 1,*, Mimin Iryanti 2,, Hetty Triastuty 1 1 Departemen

Lebih terperinci

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009 Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 9 Oktober 29 Arif Rahman Hakim 1, Hairunisa 2 1,2 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima 1 arifrahmanhakim5@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990). 17 III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang adalah perambatan suatu energi, yang mampu memindahkan partikel ke tempat lain sesuai dengan arah perambatannya (Tjia, 1993). Gerak gelombang adalah

Lebih terperinci

ANALISIS NON LINIER TREMOR VULKANIK GUNUNGAPI RAUNG JAWA TIMUR INDONESIA

ANALISIS NON LINIER TREMOR VULKANIK GUNUNGAPI RAUNG JAWA TIMUR INDONESIA ANALISIS NON LINIER TREMOR VULKANIK GUNUNGAPI RAUNG JAWA TIMUR INDONESIA Oleh: Arin Wildani 1, Sukir Maryanto 2, Hendra Gunawan 3, Hetty Triastuty 3 Muhammad Hendrasto 3 ABSTRAK : Penelitian mengenai aktifitas

Lebih terperinci

Pembuatan Master Shock Seismogram Tiga Komponen Gempa Gunungapi Krakatau 27 Juni 1995

Pembuatan Master Shock Seismogram Tiga Komponen Gempa Gunungapi Krakatau 27 Juni 1995 Pembuatan Master Shock Seismogram Tiga Komponen Gempa Gunungapi Krakatau 27 Juni 1995 Bambang Wijatmoko 1, *, Wahyudi 2, Kirbani Sri Brotopuspito 2 1 Staf Pengajar, Departemen Geofisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

Studi Pendahuluan Mengenai Penentuan Episenter Tremor Vulkanik Dengan Menggunakan Metode Semblance (Studi Kasus Gunungapi Sakurajima)

Studi Pendahuluan Mengenai Penentuan Episenter Tremor Vulkanik Dengan Menggunakan Metode Semblance (Studi Kasus Gunungapi Sakurajima) 172 NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 213 Studi Pendahuluan Mengenai Penentuan Episenter Tremor Vulkanik Dengan Menggunakan Metode Semblance Studi Kasus Gunungapi Sakurajima) Ratri Andinisari 1)*, Sukir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas vulkanisme dapat mengakibatkan bentuk bencana alam yang menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara (Hariyanto, 1999:14) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008 EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon

Lebih terperinci

Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik

Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Gempa Vulkanik Welayaturromadhona, Adi Susilo Ph.D, Dr. Hetty Triastuty 2 ) Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang IV. METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan yang dapat digunakan pada wilayah permukiman.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dari data deformasi dengan survei GPS dan data seismik. Parameter

Lebih terperinci

Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010

Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010 JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 13, NOMOR 2 JUNIN 2017 Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010 Dairoh dan Wiwit Suryanto Program

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 44 BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Pembacaan Rekaman Gelombang gempa Metode geofisika yang digunakan adalah metode pembacaan rekaman gelombang gempa. Metode ini merupakaan pembacaan dari alat yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung Identifikasi gempa tipe A dan tipe B Menentukan waktu

Lebih terperinci

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

ERUPSI G. SOPUTAN 2007 ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Konsep transformasi wavelet awalnya dikemukakan oleh Morlet dan Arens (1982), di bidang geofisika untuk menganalisis data seismik yang tidak stasioner,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI TAHUN ANGGARAN 2011 BIDANG ILMU: GEOFISIKA MITIGASI LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENERAPAN METODE GEOFISIKA TERPADU UNTUK MENGURANGI RESIKO LETUSAN G. SEMERU, JAWA TIMUR (TAHAP II) Sukir Maryanto,

Lebih terperinci

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007 AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 27 UMAR ROSADI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada bulan Oktober akhir hingga November 27 terjadi perubahan aktivitas vulkanik G. Semeru. Jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini, untuk mengetahu tingkat aktivitas kegempaan gununng Guntur dilakuakn dengan menggunakan metode seismik. Metode ini memanfaatkan

Lebih terperinci

Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86

Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86 Identifikasi Tingkat Aktivitas Gunung Guntur Periode Oktober -November 2015 Berdasarkan Analisis Spektral Dan Sebaran Hiposenter - Episenter Gempa Vulkanik Ria Sulistiawan 1,*, Nanang Dwi Ardi 2,, Hetty

Lebih terperinci

PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006.

PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006. PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006 Oleh : INDRIATI RETNO P / J2D 004 175 2008 Abstract The purpose of this research

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Evrita Lusiana Utari Fakultas Sains & Teknologi Prodi Teknik Elektro UNRIYO ABSTRAK Maksud dan tujuan penulisan

Lebih terperinci

Telepon: , , Faksimili: ,

Telepon: , , Faksimili: , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK 4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan Dalam bab ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE SEISMIK Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang yang melewati bumi. Gelombang yang dirambatkannya berasal

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai Data rekaman seismik digital G.Guntur Oktober-November 2015 Penentuan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISSN: XXXXXX Time-Frequency Analysis of Seismic-Volcanic Signals

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISSN: XXXXXX Time-Frequency Analysis of Seismic-Volcanic Signals Time-Frequency Analysis of Seismic-Volcanic Signals Elisati Hulu 1, Bambang Riyanto T 2, Sri Widyantoro 3 1,2 School of Electrical Engineering and Informatics, Institut Teknologi Bandung, Achmad Bakrie

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI GEMPA PADA GUNUNG LOKON BERDASARKAN REKAMAN DATA SEISMOGRAM APRIL MEI 2012

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI GEMPA PADA GUNUNG LOKON BERDASARKAN REKAMAN DATA SEISMOGRAM APRIL MEI 2012 ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI GEMPA PADA GUNUNG LOKON BERDASARKAN REKAMAN DATA SEISMOGRAM APRIL MEI 2012 Leovina Prinanda Putri 1, Prof.Drs.Suharno, B.Sc., M.Sc., Ph.D 1, Bagus Sapto Mulyatno,

Lebih terperinci

STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK

STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK Rianza Julian, Prof. Dr. Suharno, MS., M.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN

MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN Oleh: Hena Dian Ayu 1 2, Akhmad Jufriadi 2 ABSTRAK : Mekanisme erupsi suatu gunungapi dapat dilihat berdasarkan karakteristik dan bagaimana model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk mengetahui aktivitas dan karakteristik dari gunung tersebut.

Lebih terperinci

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS). xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia yaitu berkisar 129 gunungapi aktif (Gambar 1.1) atau sekitar 15 % dari seluruh gunungapi yang ada di bumi. Meskipun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Bulan April 2015 hingga Mei 2015 dan bertempat di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Bulan April 2015 hingga Mei 2015 dan bertempat di 30 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dimulai pada Bulan April 2015 hingga Mei 2015 dan bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementrian Energi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU Yeza Febriani, Ika Daruwati, Rindi Genesa Hatika Program

Lebih terperinci

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE POLARISASI SINYAL ULF DALAM PEMISAHAN PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DARI ANOMALI GEOMAGNET TERKAIT GEMPA BUMI

PENERAPAN METODE POLARISASI SINYAL ULF DALAM PEMISAHAN PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DARI ANOMALI GEOMAGNET TERKAIT GEMPA BUMI Fibusi (JoF) Vol.1 No.3, Desember 2013 PENERAPAN METODE POLARISASI SINYAL ULF DALAM PEMISAHAN PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DARI ANOMALI GEOMAGNET TERKAIT GEMPA BUMI S.F. Purba 1, F. Nuraeni 2,*, J.A. Utama

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, 1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat lebih dari 1800 gunung lumpur yang tersebar di dunia (Dimitrov, 2002). Mayoritas distribusi dari gunung lumpur terdapat di benua Asia, Eropa, dan Amerika.

Lebih terperinci

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009 KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 009 Estu KRISWATI dan Oktory PRAMBADA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara 7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

ANALISIS FREKUENSI DAN BENTUK LETUPAN GUNUNG LUMPUR BLEDUK KUWU

ANALISIS FREKUENSI DAN BENTUK LETUPAN GUNUNG LUMPUR BLEDUK KUWU ANALISIS FREKUENSI DAN BENTUK LETUPAN GUNUNG LUMPUR BLEDUK KUWU Fita Widiyatun Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta Email: Fita.wdy@gmail.com Abstrak Bleduk Kuwu merupakan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 KRISTIANTO, HANIK HUMAIDA, KUSHENDRATNO, SAPARI DWIYONO Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung, 40122 Sari

Lebih terperinci

ANALISIS SINYAL DARI GEMPA TORNILO DI GUNUNG PAPANDAYAN PERIODE BULAN APRIL-MEI SARI BACAAN

ANALISIS SINYAL DARI GEMPA TORNILO DI GUNUNG PAPANDAYAN PERIODE BULAN APRIL-MEI SARI BACAAN ANALISIS SINYAL DARI GEMPA TORNILO DI GUNUNG PAPANDAYAN PERIODE BULAN APRIL-MEI 2013 Muhammad Alfauzi 1, Muhammad Hamzah 1, Bambang Hari Mei 1, Hetty Triastuty 2 1 Universitas Hasanuddin, 2 PVMBG muhammadalfauzi17@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali dikembangkan oleh Nakamura (1989) dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan peta jalur lempeng dunia, wilayah Indonesia terletak pada pertemuan lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan Lempeng Pasifik

Lebih terperinci

ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT

ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2, April 2011 108 ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT Novi Avisena* ABSTRAK :Telah dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode seismik di

Lebih terperinci

Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi

Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi Dhika Rosari Purbaa), Acep Purqonb) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (1) 53-57 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya Sandy Nur Eko Wibowo a,b*, As

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006

KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006 KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006 Wahyu Budi Setyawan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Tlp. 021 64713850, Fax. 021 64711948, e-mail: wahyubudisetyawan@yahoo.com

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Sebaran gunung lumpur di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Istadi dkk, 2009).

Gambar 1.1. Sebaran gunung lumpur di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Istadi dkk, 2009). 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mud volcano (Gunung lumpur) adalah fenomena keluarnya material lumpur yang bercampur dengan air dan gas dari bawah permukaan melalui suatu patahan atau rekahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metoda Mikrozonasi Gempabumi Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya batuan sedimen yang berada di atas basement dengan perbedaan densitas dan kecepatan

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Emilia Kurniawati 1 dan Supriyanto 2,* 1 Laboratorium Geofisika Program Studi Fisika FMIPA Universitas Mulawarman 2 Program

Lebih terperinci

Gempa mikro sebagai indikasi amblesnya Kawah Tompaluan, Gunung Lokon, Sulawesi Utara

Gempa mikro sebagai indikasi amblesnya Kawah Tompaluan, Gunung Lokon, Sulawesi Utara Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 1-10 Gempa mikro sebagai indikasi amblesnya Kawah Tompaluan, Gunung Lokon, Sulawesi Utara SR. Wittiri 1 dan Nia Haerani 2 1 Sekretariat Badan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014 PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014 Sepry Dawid 1), Ferdy 1), Guntur Pasau 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi khususnya Bidang Mitigasi Gempabumi dan Gerakan Tanah, yang

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS. Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika

SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS. Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika I. PENDAHULUAN Indonesia terletak didaerah yang memiliki resiko bencana

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGURANGAN NOISE SEISMIK MENGGUNAKAN FILTER WIENER PADA ALGORITMA DETEKSI OTOMATIS SINYAL GEMPABUMI

IMPLEMENTASI PENGURANGAN NOISE SEISMIK MENGGUNAKAN FILTER WIENER PADA ALGORITMA DETEKSI OTOMATIS SINYAL GEMPABUMI Implementasi Pengurangan Noise... (Sriyanto dan Sipayung) IMPLEMENTASI PENGURANGAN NOISE SEISMIK MENGGUNAKAN FILTER WIENER PADA ALGORITMA DETEKSI OTOMATIS SINYAL GEMPABUMI Sesar Prabu Dwi Sriyanto *, Renhard

Lebih terperinci

VARIASI ZONA LEMAH STRUKTUR INTERNAL GUNUNG LOKON BERDASARKAN STUDI SEISMO-VULKANIK

VARIASI ZONA LEMAH STRUKTUR INTERNAL GUNUNG LOKON BERDASARKAN STUDI SEISMO-VULKANIK VARIASI ZONA LEMAH STRUKTUR INTERNAL GUNUNG LOKON BERDASARKAN STUDI SEISMO-VULKANIK Silvester Anthe 1), Guntur Pasau 1), Adey Tanauma 1) 1) Program Studi Fisika, FMIPA, UNSRAT e-mail: silvesteranthe@gmail.com,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013

IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013 IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013 Winda Dwi ayu Sari 1, Daeng Achmad Suaidi 2, Nasikhudin 3 1 Mahasiswa Fisika Universitas

Lebih terperinci

AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI

AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI I. PENDAHULUAN Gempabumi merupakan gerakan tanah secara tiba-tiba dari suatu region dan bersifat transient. Hampir 90%, merupakan gempabumi tektonik (tectonic

Lebih terperinci

Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year

Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 3 No. 1 April 2012: 41-55 Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun 2010 2011 Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year 2010-2011 Akhmad

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran

Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode mengumpulkan data tanpa melakukan akuisisi data secara langsung

Lebih terperinci

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur 4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Retakan Pada Peningkatan Aktivitas Gunung Egon, Nusa Tenggara Timur Periode Desember 2015 Januari 2016

Pertumbuhan Retakan Pada Peningkatan Aktivitas Gunung Egon, Nusa Tenggara Timur Periode Desember 2015 Januari 2016 JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-issn: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: jlbg_geo@yahoo.com - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Lebih terperinci

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur 4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur G. Iya KETERANGAN UMUM Nama : G. Iya Nama Lain : Endeh Api Nama Kawah : Kawah 1 dan Kawah 2 Tipe Gunungapi : Strato Lokasi Geografis : 8 03.5' LS dan 121 38'BT Lokasi

Lebih terperinci

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG Rasmid 1, Muhamad Imam Ramdhan 2 1 Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA 2 Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, INDONESIA

Lebih terperinci

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji) 42 Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji) Friska Puji Lestari 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Hamdy Arifin 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas

Lebih terperinci

Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur

Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur IV.1 Seismisitas Gunung Guntur Seismisitas atau kegempaan Gunung Guntur diamati secara menerus dari Pos Pengamatan Gunungapi Guntur

Lebih terperinci

Kaitan Antara Teori Gelombang dan Jalur Rekahan Gempa Bumi Melalui Array Response Function

Kaitan Antara Teori Gelombang dan Jalur Rekahan Gempa Bumi Melalui Array Response Function Kaitan Antara Teori Gelombang dan Jalur Rekahan Gempa Bumi elalui Array Response Function Deassy Siska., S.Si.,.Sc Universitas alikussaleh Jl. Cot Tgk Nie, Reuleut, Kecamatan uara Batu, Aceh Utara, Indonesia

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 ESTU KRISWATI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Selama Januari - Maret 2008 terdapat 2 gunungapi berstatus Siaga (level 3) dan 11

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak studi menunjukkan bahwa kerusakan infrastruktur akibat gempa bumi akan lebih besar terjadi pada wilayah yang tanahnya tidak terkonsolidasi dengan baik. Tanah yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 1 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 9 JAKARTA 195 Telepon: -713, 5,1-5371 Faksimile: -71, 1-537 E-mail:

Lebih terperinci

GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD

GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD Wa Ode Isra Mirani, Muh. Altin Massinai, Makhrani*) *)Program Studi Geofisika FMIPA Unhas Email : isramirani10@gmail.com Sari Bacaan Indonesia berada diantara tiga lempeng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan

BAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan 23 BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini ingin membangun sistem yang dapat melakukan langkah dasar identifikasi, yaitu melakukan ektraksi suara Gamelan Bonang, dengan ekstrasi ini,

Lebih terperinci

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program

Lebih terperinci

Identifikasi Dinamika Magma Berdasarkan Analisis Tremor Vulkanik di Gunungapi Slamet Jawa Tengah

Identifikasi Dinamika Magma Berdasarkan Analisis Tremor Vulkanik di Gunungapi Slamet Jawa Tengah Jurnal Fisika Indonesia Lumbanraja dan Sri Brotopuspito Vol. 19 (2015) No. 57 p.55-61 ARTIKEL RISET Identifikasi Dinamika Magma Berdasarkan Analisis Tremor Vulkanik di Gunungapi Slamet Jawa Tengah Wanri

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional

Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN 2338-350X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Estimasi Kedalaman Pusat Tekanan dan Volume Magma dari Hasil Perbandingan

Lebih terperinci

Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011

Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 o. 3 Desember 2011: 185-190 Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011 Cecep Sulaeman dan Sri Hidayati Badan Geologi Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122 SARI Pada tanggal

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG Oleh : Ellys Kumala P (1107100040) Dosen Pembimbing Dr. Melania Suweni Muntini, MT JURUSAN

Lebih terperinci

), DAN TIME FREQUENCY ANALYSIS

), DAN TIME FREQUENCY ANALYSIS Karakteristik Mikrotremor di.. (Kholis Nurhanafi) 107 KARAKTERISTIK MIKROTREMOR DI PERMUKAAN SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, KAWASAN KARST GUNUNG SEWU, BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS KURVA HORIZONTAL

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi disebabkan adanya deformasi struktur di bawah bumi akibat adanya tekanan ataupun tarikan karena

Lebih terperinci