PEMEKARAN KECAMATAN SUNGAI BEREMAS : LAHIRNYA KECAMATAN KOTO BALINGKA ( ) Oleh

Transkripsi

1 PEMEKARAN KECAMATAN SUNGAI BEREMAS : LAHIRNYA KECAMATAN KOTO BALINGKA ( ) Oleh Feni Sandra 1 Ranti Nazmi 2 Meldawati 3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This thesis examines the process of expansion Balingka Koto district, who officially split from Beremas River District in 2003 with the issuance of Law No. 38 Year 2003 on the establishment of Balingka Koto district and two other district in Pasaman. The methot of historical research, the firs heuristic is data collection. The second criticism is the source of the tes data. The third interpretation of the combined data with other data. Historiography is the fourth present the results of research in the from of thesis. These results indicate that people's desire to establish Balingka Koto district itself has existed since the existence of a problem that occurs between the Trenches with Air Bangis Nagari, District Koto Balingka birth is a very long struggle and also a very unique event as the birth of a Balingka Koto district, with the demands of citizens in the Trenches of regents then form a new district with the name Koto Balingka district. Keywords: regional growth, power, rule 1 Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat Pendidikan Sejarah 2 Staf Pengajar Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Staf Pengajar Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

2 PENDAHULUAN Kecamatan Sungai Beremas pada tahun 2002 dengan Ibu Kota Kecamatan berada di Kabupaten Pasaman, Kecamatan ini memiliki dua nagari yaitu Nagari Air Bangis dan Nagari Parit, wilayah Kecamatan Sungai Beremas yang begitu luas, akhirnya pada tahun 2003 Kecamatan Sungai Beremas dimekarkan dan lahirnya Kecamatan Koto Balingka dengan pusat pemerintahan di Nagari Parit, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten No. 38 Tahun Adanya keinginan pemekaran Kecamatan Sungai Beremas lahirnya Kecamatan Koto Balingka pada tahun 2003, tidak terlepas juga dengan adanya semangat para tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan Koto Balingka untuk mendirikan Kecamatan baru setelah adanya konflik yang berkepanjangan bulan September 2002 antara Air Bangis dengan Nagari Parit sehingga mereka sulit untuk bersatu. Koto Balingka mendirikan Kecamatan dengan tujuan untuk memberdayagunakan sumber daya alam yang ada. 5 4 Proposal Pemekaran Kecamatan Sungai Beremas, Tahun Wawancara Zulkifli Nasotion, di Koto Balingka 16 juni 2003 (Ketua Panitia Pemekaran Kecamatan Sungai Beremas). Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Kecamatan Koto Balingka, secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan proses terbentukya Kecamatan Koto Balingka 2. Mengungkapkan perkembangan Kecamatan Koto Balingka setelah terpisah dari Kecamatan Sungai Beremas 3. Untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap kehidupan sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan politik terhadap kehidupan masyarakat Kecamatan Koto Balingka Tulisan terdahulu yang relevan diantara Tulisan Dedi Dasriano dengan judul Sejarah Pemekaran Pasaman mengkaji tentang menemukan faktor pemekaran melalui perjalanan lintas sejarah di wilayah Pasaman dalam memainkan peranannya di tingkat local pada masa kolonial kependudukan Jepang awal kemerdekaan dan punjaknya awal reformasi. 6 Selanjutnya tulisan Rizki Desfandri dengan judul Dari Sijunjung Hingga Pulau 6 Dedi Dasriano (Mahasiswa UNP)

3 Punjung: Studi Perkembangan Kabupaten Dharmasraya ( ), yang mengkaji proses terbentuknya Pemerintahan Dharmasraya dari Sijunjung yang tergabung dalam Daerah Administratif Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung hingga pindah ke Pulau Punjung kerena Kabupaten Dhamasraya yang memisahkan diri dari Kabupaten Induk. 7 Tulisan Rahmat Habibi, dengan judul Pemekaran Kecamatan Lembah Melintang: Lahirnya Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman ( ). Yang menunjukkan adanya keinginan masyarakat Sungai Aur untuk memisahkan diri supaya terwujudnya pembangunan. 8 Dengan melihat beberapa perbedaan tulisan di atas, maka judul penulis yaitu Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Pasaman: lahirnya Kecamatan Koto Balingka Tahun ( ). Dilihat dari latar belakang masalah penulis mengakat judul ini karena adanya konflik mendirikan Kecamatan Koto Balingka. 9 untuk 7 Rizki Desfandri (Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat) 8 Rahmat Habibi (Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat) 9 Feni Sandra (Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat) METODE Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah dengan melalui empat tahap: Heuristik (Pengumpulan data) yaitu Kegiatan mengumpulkan sumber, dokumen, arsip dan wawancara. Kritik sumber adalah pengujian terhadap keaslian dan kesahihan informasi atau Untuk Menguji Informasi Yang terdapat dalam sumber. Iterpretasi adalah Menafsirkan antara fakta satu dengan yang lain. Historiografi (mengkaji hasil penelitian) Penyajian Hasil Penelitian dalam Skripsi. 10 PEMBAHASAN Latar belakang keinginan masyarakat untuk memekarkan Kecamatan Sungai Beremas, Kecamatan Sungai Beremas merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten Pasaman pada tahun 2003, dalam tahun 2004 Kecamatan Sungai Beremas termasuk dalam Kabupaten Pasaman Barat karena terjadinya pemekaran kabupaten. Tahun 2003 terjadinya pemekaran Kecamatan Sungai Beremas yang melahirkan kecamatan baru yaitu Kecamatan Koto Balingka, kecamatan ini ingin memekarkan diri karena adanya 10 Mestika Zed, Metodologi sejarah, Padang: hlm 39-41

4 semangat para tokoh-tokoh Koto Balingka ingin memisahkan diri dari Kecamatan Sungai Beremas karna tidak bisa bersatunya Kecamatan Nagari Air Bangis dengan Nagari Parit pernah terjadinya konflik antara Siswa Nagari Parit dengan Nagari Air Bangis, Silaping, Desa Baru, karena itulah maka terjadilah pemekaran Kecamatan Sungai Beremas yang lahirnya Kecamatan Koto Balingka. Tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam pemekaran Kecamatan Koto Balingka diantaranya adalah: Ketua KAN (Darmawi BGD Maha Rajo Lelo), ketua BPAN (Fakhruddin), kepala Jorong Parit (Yufrizal), Diadakanlah pertemuan dan diundang parapara Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang dan pemuda yang membuat kesepakatan bersama untuk mendukung sepenuhnya pemekaran Kecamatan di Sungai Beremas, sehingga dipilih bagi yang hadir sebagai ketua (Zulkifli NST), dan Sekretaris (Syamsul Bahri) dan tokoh masyarakat (Yuni Is). Sehingga wali Nagari Parit beserta sekretaris dan tokoh masyarakat untuk mensiasati permasalah pemekaran tersebut. Peresmian Kecamatan Koto Balingka pada tanggal 29 Agustus 2003, Kecamatan Koto Balingka merupakan salah satu nagari yang terluas di Kabupaten Pasaman, yang terlihat dari pantai Sikabau menuju sebuah pilar di Rura Patontang yang berbatasan dengan Kabupaten Mandahiling Natal. Dilihat dari penerimaan dana bantuan Kabupaten Pasaman dan dengan target Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp ,- oleh karena itulah pantas Nagari Parit dijadikan sebuah Kecamatan yang Defenitif. 11 Potensi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat Kecamatan Koto Balingka secara umum bersumber dari perkebunan dan pertanian, seperti: kelapa sawit, karet, padi, jagung, kacang dan ubiubian. Sosial budaya adat yang berlaku di Kecamatan Koto Balingka ditinjau dari segi agama masyarakat Kecamatan Koto Balingka mayoritas memeluk agama islam yang merupakan masyarakat majemuk. Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Kecamatan Koto Balingka memiliki etnis yang berbeda yaitu Batak Mandailing, Minangkabau dan Jawa, umumnya masyarakat Kecamatan Koto Balingka adalah orang Minang dan tetapi juga memakai bahasa Mandailing sebagai bahasa sehari-hari, di dalam kehidupan sosial masyarakat Kecamatan Koto Balingka umumnya berjalan dengan baik yang terlihat 11 Proposal Pemekaran Kecamatan Sungai Beremas

5 dari saling hormat satu sama lainnya, kalau ada persoalan selalu bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat sehingga tidak berdampak buruk terhadap masyarakat. Kebudayaan yang terdapat di Kecamatan Koto Balingka adalah tingginya minat masyarakat untuk melestarikan kesenian tradisional, pranata agama dan budaya adat masih menjadi nilai dasar masyarakat, di dalam adat perkawinan masyarakat Kecamatan Koto Balingka memakai adat Minangkabau, dimana pihak laki-laki memberi kepada pihak perempuan dan seorang laki-laki tinggal di rumah perempuan. Salah satu faktor utama dalam meningkatkan pendidikan, penduduk bisa tersedianya pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Perkembangan Kecamatan Koto Balingka telah terjadi peningkatan atau perubahan, mengenai dari tahun 2006 sudah terlihat peningkatannya dari tahun ketahun dan sampai tatun 2011, jumlah sekolah di Kecamatan Koto Baling SD memiliki 18 dan tahun terjadi peningkatan menjadi 19, SLTP memiliki 1 dan memiliki 4 skolah SLTP, sedangkan SMA belum terlihat perubahannya. Dibidang Kesehatan juga mulai mendapatkan perhatian dari pemerintahan dalam membangun Kecamatan Koto Balingka, sudah ada mendirikan satu puskesmas pusat, puskesmas pembantu tujuh (7), praktek dokter dua (2 ), dan posyandu (33). Pemekaran Kecamatan Koto Balingka berdampak jelas terhadap bidang sosial budaya, bidang ekonomi dan bidang politik. 12 KESIMPULAN Kecamatan Koto Balingka dimekarkan tanggal 29 Agustus 2003 dengan keluarkan Undang-Undang No 38 tahun 2003, setelah terjadinya pemekaran masalah-masalah yang timbul antara masyarakat Koto Balingka dengan Sungai Beremas tidak pernah terjadi lagi, dampak pemekaran terhadap masyarakat Kecamatan Koto Balingka adalah bidang ekonomi, bidang sosil budaya, pendidikan, kesehatan dan politik, dampak tersebut sudah ada perubahan, dimana telah mendapat perhatian pemerintah, sekarang telah mengalami kemajuan, DAFTAR PUSTAKA Proposal Panitia Persiapan Pemekaran Kecamatan Sungai Beremas, Pasaman Tahun BPS Kecamatan Koto Balingka

6 Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman 2003 Dalam Pembentukan Kecamatan Koto Balingka Surat Permohonan Keputusan BPAN Dalam Pembentukan Nama dan Ibu Kota Kecamatan BPS Sungai Beremas Dalam Angka 2002 Zusneli Zubir, dkk. 2007, Pemekaran Wilayah di Kabupaten Bengkulu Selatan: Kabupaten Seluma Dari Wacana Hingga Realita. Padang: BPNST. Andi Mustari Pide, Otonomi Daerah Dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI. Padang: BPNST Ginandjar Kartasasmita, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo. Syafrudin Ateng, 2010, Hukum Modern Dalam Desain Otonomi Desa. Bandung: P.T Alumni.