Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman ( ) 1. Oleh: Devra Lismanto 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman ( ) 1. Oleh: Devra Lismanto 2"

Transkripsi

1 Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman ( ) 1 Oleh: Devra Lismanto 2 Abstrak Tulisan ini berjudul Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman ( ). Kajian ini mencoba mengungkapkan sejarah perkembangan lembaga Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman dari statusnya sebagai UPBAT, lalu Balai Benih Ikan Sentral, hingga berubah menjadi instalasi Balai Benih Ikan dan dampaknya terhadap masyarakat Kecamatan Rao Mapatunggul. Metode yang digunakan adalah metode ilmu sejarah yang mencakup 4 tahapan yakni, heuristik, kritik, interpretasi, dan terakhir historiografi. Sumber penelitian dihimpun dari studi perpustakaan, kearsipan dan tentu saja wawancara yang terarah dengan nara sumber terkait. Sasaran yang hendak dicapai adalah karya sejarah yang bercorak deskriptif-analaitis terkait Balai Benih Ikan Beringin Rao, mulai saat berdiri tahun 1952 hingga tahun 1983 Balai Benih ikan Beringin Rao mengalami kegagalan dalam menjalankan programnya mengajak masyarakat untuk melakukan budidaya dan pembenihan ikan. Perubahan struktur terjadi pada tahun 1984 saat Balai Benih Ikan Beringin Rao direnovasi dan berganti nama menjadi UPBAT. Akhir tahun 1984 ini Balai Benih Ikan mengeluarkan program kolam baru benih gratis dan mulai melakukan pelatihan. Masa ini merupakan awal dimulainya pembenihan dan budidaya ikan yang dilakukan masyarakat kecamatan Rao Mapatunggul. Karena keberhasilannya dalam mengembangkan pembenihan dan budidaya ikan di kecamatan Rao Mapatunggul, BBI Beringin Rao kemudian ditunjuk menjadi BBI sentral pada tahun 1989 sampai BBI Beringin Rao mengali penurunan pada akhir tahun 1998 dan berubah menjadi instalasi budidaya ikan. akibat penurunan ini hubungan masyarakat dengan BBI Beringin Rao mulai memudar dan pelatihan-pelatihan di BB Beringin dihentikan pada tahun Kata kunci: BBI, UPBAT, Beringin Rao 1 Karya ini merupakan bagian dari skripsi penulis dengan judul yang sama dan dibimbing oleh Dr. Mhd Nur, M.S dan Dra. Eni May, M.Si. 2 Penulis adalah mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah FIB Universitas Andalas.

2 A. Pendahuluan Sistem perikanan darat di Indonesia terbilang banyak. Termasuk di Sumatera Barat, yang daerahnya memiliki sumber air yang memadai untuk pengembangan perikanan darat, misalnya air dari pegunungan. Banyak tempat di daerah ini kemudian memiliki apa yang dikenal sebagai Balai Benih Ikan (BBI), sebagai sentra pembibitan ikan darat yang dikelola oleh pemerintah, khususnya dinas perikanan. BBI pertama di Sumatra Barat adalah BBI Sentral Sicincin, di Kabupaten Padangpariaman. BBI ini didirikan pada tahun 1951 dengan tujuan untuk meningkatkan produksi benih ikan air tawar dalam jumlah maupun mutu. Namun, masalahnya kemudian, produksi benih dari BBI Sentral Sicincin ini tidak mampu menjangkau seluruh daerah di Sumatra Barat dalam pendistribusiannya. Untuk itulah hadir kemudian BBI yang kedua yakni BBI Beringin Rao di Kecamatan Rao Mapatunggul di Kabupaten Pasaman, ketiga BBI Sungai Dareh di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya tahun Keempat BBI Singkarak di Kecamatan Singkarak Kabupaten Solok pada tahun 1960, serta kelima BBI Padang Tinggi di Kecamatan Koto Nan IV Kota Payakumbuh pada tahun Pembangunan BBI tambahan ini diharapkan dapat membantu pendistribusian benih dan mengurangi angka kematian benih saat didistribusikan kepada petani. Dari kelima BBI tersebut, BBI Beringin Rao merupakan BBI terluas yakni mencapai 3,98 hektar persegi. BBI ini terbagi dalam luas kolam induk 0,25 hektar, luas kolam pendederan 1,4 hektar, luas kolam tak berfungsi 0,88 hektar dan luas daratan 1,45 hektar. Lokasi BBI Beringin Rao yakni di Jorong Beringin Nagari Lansek Kadok, Kecamatan Rao Mapatunggul, Kabupaten Pasaman. BBI ini dididirikan pada tahun BBI merupakan kantor/tempat dilakukannya kegiatan pengembangan benih ikan. Sementara itu menurut Direktorat Jendral Perikanan (Departeman Pertanian), BBI adalah sarana pemerintah untuk menghasilkan benih ikan dan untuk membina usaha pembenihan ikan rakyat yang tersebar diseluruh Indonesia. BBI berfungsi sebagai penghasil induk ikan bermutu dalam rangka menunjang usaha pembenihan mutu benih ikan, sebagai penghasil benih untuk keperluan penebaran benih di perairan umum, mengisi kekurangan benih yang dhasilkan usaha pembenihan

3 rakyat (UPR), dan juga sebagai tempat melaksanakan adaptasi teknis-teknis pembenihan yang lebih baik dan sekaligus menyampaikannya kepada usaha pembenihan rakyat (UPR). BBI dibedakan menjadi dua macam unit yaitu BBI lokal dan BBI sentral, masing-masing BBI tersebut mempunyai tugas berbeda. BBI lokal bertugas untuk menerapkan dan menyebarluaskan teknologi pembenihan, dan menyalurkan benih ikan yang bermutu, sementara itu BBI sentral bertugas menerapkan metoda lapangan hasil penelitian teknologi pembenihan baru termasuk pengujian ikan baru yang baik untuk budidaya. BBI Sentral juga bertugas menyebarluaskan teknologi pembenihan ikan yang lebih menguntungkan, dan menyediakan dan menyebarkan jenis ikan yang baik untuk budidaya dari ukuran benih sampai induk. BBI Sentral juga berkewajiban menyediakan dan menyalurkan benih ikan bermutu dan memproduksi benih dua kali lebih banyak dibanding produksi BBI lokal. Dalam struktur organisasi BBI lokal berada di bawah naungan dan bertanggung jawab kepada Dinas perikanan daerah Kabupaten dibawahi oleh Dinas perikanan provinsi, sementara itu BBI sentral bertanggung jawab langsung kepada Dinas perikanan Provinsi. Mengacu pada jenis-jenis BBI di atas BBI Beringin Rao pernah menjadi Unit Pembinaan Budidaya Air Tawar (UPBAT) sekaligus menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) BBI Beringin Rao ( ) dan menjadi BBI sentral ( ) hingga menjadi BBI instalasi Beringin Rao ( ). Studi terhadap BBI Beringin Rao ini termasuk studi sejarah sosial ekonomi, khususnya sejarah sosial ekonomi pertanian. Sejarah ekonomi terkait dengan sejarah produksi, distribusi barang dana jasa. Karena yang dibahas adalah BBI Beringin Rao, Pasaman, maka studi ini termasuk studi terhadap suatu lembaga, termasuk aktivitas dan orang-orang yang terlibat atau berperan dalam lembaga tersebut, dalam hal ini BBI Beringin Rao. Kajian ini berdasarkan penelitian dengan metode sejarah, yakni heuristik, kritik, interpretasi (analisis dan penafsiran) dan penulisan atau historiografi. B. Pembahasan BBI Beringin Rao didirikan di Nagari Lansek Kadok Kecamatan Rao Mapatunggul. Berdasarkan cerita turun temurun yang berkembang di tengah masyarakat, nagari Lansek Kadok adalah nama suatu kampung tua yang terletak di Kabupaten Pasaman, Kecamatan Rao

4 Mapatunggul. Berdasarkan sejarah Lansek Kadok secara turun temurun nagari Lansek Kadok sudah ada sejak abad XIV. Masyarakat nagari Lansek Kadok pada umumnya lebih banyak mengandalkan usaha pertanian dan perikanan dalam menopang kebutuhan hidupnya, hal ini karena kondisi alam di nagari Lansek Kadok cukup mendukung dalam melakukan usaha pertanian padi dan peternakan ikan. BBI Beringin Rao berperan besar dalam perkembangan perikanan di nagari Lansek Kadok, masyarakat yang sebelumnya belum mengenal budidaya dan pembenihan ikan dibimbing untuk melakukan budidaya ikan dengan benar. Balai Benih Ikan (BBI) tepatnya didirikan di Jorong Beringin pada tahun Luasnya sekitar 4 hektar dan berbentuk kolam sebanyak enam bidang dan khusus hanya melakukan kegiatan pembenihan ikan. Ikan yang dibudidayakan ada beberapa jenis yaitu ikan mas, kujam, sapek dan ikan nila. Pada masa awal berdiri BBI Beringin Rao dipimpin oleh Ramli Datuak Majo Kayo yang merupakan putra asli Beringin. Pada masa awal berdiri hubungan yang terjalin antara petugas BBI dengan masyarakat masih sangat minim, hal ini dikarenakan masih rendahnya minat masyarakat untuk melakukan budidaya/pembenihan ikan, karena masyarakat lebih memilih sektor pertanian dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Hal ini terjadi karena masyarakat belum mengenal pembenihan dan budidaya ikan dengan benar, dan budidaya ikan masih dilakukan dengan cara yang sangat tradisional. Sejak BBI Beringin Rao berdiri 1952 hingga tahun 1983, interaksi yang terjalin antara petugas BBI dengan masyarakat sekitar khususnya masih sangat minim. Petugas BBI nampak tidak berhasil mengajak masyarakat untuk mencoba melakukan budidaya dan pembenihan ikan. Petugas BBI nampaknya juga tidak dapat menunjukkan atau meyakinkan masyarakat setempat bahwa pembenihan ikan lebih menguntungkan dibanding usaha pertanian dan perkebunan. Hal ini disebabkan belum ditemukannya teknologi perikanan yang dapat meyakinkan masyarakat akan hal tersebut. Setelah mengalami kesulitan dalam membantu dan menarik minat masyarakat untuk melakukan pembenihan ikan kolam air tawar dalam rentang waktu pemerintah kemudian melakukan renovasi dan pembangunan kolam BBI Beringin Rao pada tahun Renovasi ini juga disertai dengan perubahan nama BBI, dari yang sebelumnya bernama Balai Benih Ikan (BBI) Beringin Rao menjadi Unit Pembinaan Budidaya Air Tawar (UPBAT) Balai Benih Ikan Beringin Rao, yang lebih fokus dalam membina masyarakat dalam melakukan

5 budidaya ikan kolam air tawar. Pembangunan ini sendiri berlangsung dari tahun , jumlah kolam BBI yang sebelumnya hanya 6 bidang, kemudian dibangun ulang menjadi 40 bidang. Awal perkembangan pesat budidaya ikan di Kecamatan Rao Mapatunggul terjadi Pada tahun 1993 saat terbukanya pasar (pemasaran) ke danau Maninjau, Agam, yang banyak dalam bentuk atau sistem Keramba Jala Apung. Produksi benih ikan masyarakat pada masa itu mencapai ekor. Peningkatan juga terjadi dalam produksi benih BBI yang meningkat hingga mencapai ekor. Setelah terbuka pasar ke Maninjau terjadi perubahan dalam pola pikir masyarakat dan mereka mencoba beternak ikan. Hal ini terjadi karena penghasilan yang didapat dari budidaya/pembenihan ikan lebih besar dibanding bertani di sawah, selain menghabiskan banyak biaya dan tenaga, panennya juga lama bisa memakan waktu empat bulan untuk sekali panen. Hal ini berbeda jauh dengan berternak ikan yang hasilnya bisa di panen dalam waktu satu bulan saja dan biayanya juga tidak terlalu besar karena benih ikan meraka dapatkan secara gratis dari BBI Beringin Rao. Budidaya ikan terus berkembang di kecamatan Rao Mapatunggul. Hal ini terlihat dari meningkatnya produksi dan terus terbukanya pasar ke beberapa daerah, selain ke danau Maninjau pada tahun Pada akhir tahun 1995 pemasaran benih ikan terus berkembang pesat, selain memasok benih didalam provinsi Sumatra Barat, seperti Maninjau, juga telah mengembangkan sayapnya sampai ke provinsi Sumatra Utara pada umumnya dan khususnya Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara pada tahun Pemasaran bibit ikan yang terus meluas ke banyak daerah bahkan telah menembus pasar di Danau Toba pada tahun Pada tahun 1999 pengiriman benih ikan dari kecamatan Rao Mapatunggul juga dilakukan ke daerah danau buatan di Bangkinang (Riau). Bisa dikatakan, BBI di Rao ini telah berkembang baik, sekaitan dengan meningkatnya permintaan bibit ikan air tawar tidak hanya dari kawasan Pasaman, Sumatera Barat, tetapi juga provinsi tetangga, khususnya Riau dan Sumatera Utara. Sekalipun demikian, dampak terhadap masyarakat lokal, khususnsya Pasaman, tetap tidak sebesar harapan awalnya. Sebagian masyarakat lokal masih belum memanfaatkan potensi lingkungannnya, sawah, kolam atau pekarangan, untuk membudidayakan ikan darat di mana bibitnya bisa diperoleh di BBI beringin Rao Pasaman. Padahal, budidaya ikan darat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, di samping pekerjaan lainnya.

6 C. Kesimpulan BBI Beringin Rao dibangun pada tahun 1952 sebagai lembaga pemerintah yang bergerak di bidang perikanan yaitu dalam pembenihan ikan. Dalam perjalanannya BBI Beringin Rao mengalami pasang surut, mulai dari perubahan nama setelah BBI Beringin Rao direnovasi pada tahun 1984, BBI yang sebelumnya hanya bernama BBI Beringin Rao kemudian berubah menjadi Unit Pembinaan Budidaya Air Tawar (UPBAT) BBI Beringin Rao. Perubahan ini disebabkan oleh kegagalan BBI mengajak masyarakat melakukan usaha budidaya dan pembenihan ikan di kecamatan Rao Mapatunggul dalam rentang waktu BBI dinilai telah berhasil dalam mengembangkan budidaya dan pembenihan ikan di kecamatan Rao Mapatunggul pada tahun Karna keberhasilannya tersebut BBI Beringin Rao kemudian dijadikan BBI Sentral dan berganti nama menjadi BBI Sentral Beringin Rao sekaligus membawahi empat BBI lainnya di Sumatra Barat yaitu BBI Sicincin, BBI Sungai Dareh, UPPU Singkarak dan BBI Padang Tinggi. Kemunduran BBI Beringin Rao dimulai pada tahun 1998 pada saat Nanang Muldansyah menjadi kepala di BBI Beringin Rao, karena mengalami berbagai masalah seperti kekurangan pasokan air untuk mengairi kolam, kualitas induk yang kurang baik yang menyebabkan produksi benih menjadi tidak memuaskan. Mutu benih yang dihasilkan juga kurang baik dan karenan dianggap terlalu jauh dari pusat pemerintahan propinsi dan dianggap akan mengalami keulitan dalam mengontrol empat BBI lainnya. Maka pada tahun 1998 BBI Beringin Rao kemudian dijadikan sebagai instalasi dan BBI Sicincin dijadikan sebagai BBI sentral. Daftar Pustaka Djatmika. Usaha Perikanan Kolam Air Deras. Jakarta: Simplex, Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Houve. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press, Kahin, Audrey. Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra Barat Dalam Politik Indonesia Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka, Undri, Orang Pasaman (menelusuri Sejarah Masyarakat di Rantau Minangkabau), Padang: Lembaga Kajian Gerakan Padri ( ), 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang FAO memperkirakan bahwa kebutuhan global terhadap ikan dan produk hasil pengolahan ikan pada tahun 2015 meningkat hingga 183 juta ton. Hal ini berarti terdapat peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

Rencana Tahun Disnakkan. 12 bulan. Disnakkan. 42 unit. Disnakkan. 12 bulan. 25 jenis. 5 jenis. 10 jenis. Disnakkan

Rencana Tahun Disnakkan. 12 bulan. Disnakkan. 42 unit. Disnakkan. 12 bulan. 25 jenis. 5 jenis. 10 jenis. Disnakkan RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017 KABUPATEN DHARMASRAYA SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN NO REKE NING 1 Urusan/Bidang Urusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam ini merupakan suatu anugerah ke arah pengembangan perikanan, baik perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam ini merupakan suatu anugerah ke arah pengembangan perikanan, baik perikanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan sungai, rawa, danau, telaga, sawah, tambak, dan laut. Kekayaan alam ini merupakan suatu anugerah ke arah pengembangan perikanan,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. dengan menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. (tengkulak/blantik) atau pembeli masih secara tradisional. Sistem jual beli /

I.PENDAHULUAN. dengan menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. (tengkulak/blantik) atau pembeli masih secara tradisional. Sistem jual beli / I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak, meningkatkan produksi dan mutu hasil ternak agar dapat memenuhi permintaan pasar dan memperluas

Lebih terperinci

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013 C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan potensi wilayah dengan peluang yang cukup prospektif salah satunya adalah melalui pengembangan agrowisata. Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011 URUSAN PILIHAN. Kelautan dan Perikanan Pembangunan daerah tahun 20 pada urusan kelautan dan perikanan, Pemerintah Kabupaten Temanggung hanya melaksanakan urusan di bidang perikanan darat dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan Dokumen Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 1995 Kerjasama dengan Bapedda dan Kantor Statistik Kabupaten Agam Tahun 1996. LubukBasung: BPS. 1996. Badan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI.

PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI. PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI Oleh: MIRA NOVIANTI 06134020 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b. 30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 109 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembagunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki kawasan perairan yang hampir 1/3 dari seluruh kawasannya, baik perairan laut maupun perairan tawar yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak.

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak, meningkatkan produksi dan mutu hasil ternak agar dapat memenuhi permintaan pasar dan

Lebih terperinci

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis terutama dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara,

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 No.40/07/13/TH. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI SUMATERA BARAT 13,33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut maupun perairan air tawar. Potensi sumber daya perairan umum yang cukup luas ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perikanan budi daya ikan air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai disadari dan digarap dengan baik pada era 1990-an. Salah satu sentra kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial, bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat beragam sumber daya alam yang melimpah, seperti berbagai jenis

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN SOLOK SELATAN, DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang kelautan merupakan bidang yang sangat menjanjikan dalam pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang meliputi sektor perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN SOLOK SELATAN, DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN SOLOK SELATAN, DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial, bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN SOLOK SELATAN, DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA)

PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA) PENDAHULUAN Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan. Jadi yang dimaksud dengan lembaga

Lebih terperinci

Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan

Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan Rasidi 1, Estu Nugroho 1, Lies Emawati 1, Idil Ardi 2, Deni Radona

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH ELSA THESSIA YENEVA 06114052 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Perkembangan Perikanan Budidaya dan Kontribusinya di sektor Pertanian Dalam Perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat

Perkembangan Perikanan Budidaya dan Kontribusinya di sektor Pertanian Dalam Perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat Perkembangan Perikanan Budidaya dan Kontribusinya di sektor Pertanian Dalam Perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat Oleh M. Ramli Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan UNRI Pekanbaru ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulau di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulau di Indonesia, menurut data statistik yang dikeluarkan Direktorat Jendral Pemerintahan Umum

Lebih terperinci

SUPLAI BENIH IKAN UNTUK KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI NAGARI TANJUNG SANI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

SUPLAI BENIH IKAN UNTUK KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI NAGARI TANJUNG SANI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT 1 SUPLAI BENIH IKAN UNTUK KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI NAGARI TANJUNG SANI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT THE SUPPLY OF FISH SEED FOR FLOATING NET CAGES IN THE TANJUNG SANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya pada sektor pariwisata. Pembangunan dibidang pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu wilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya, dan pembangunan merupakan suatu

Lebih terperinci

Perkembangan Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Program Minapolitan Di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Perkembangan Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Program Minapolitan Di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat Perkembangan Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Program Minapolitan Di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat By Defni Ariani 1), Zulkarnain 2), Kusai, 3) Email: Defniarianilintang95@gmail.com

Lebih terperinci

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG Perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN Uraian I. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Perkantoran Sasaran Indikator Rencana Tingkat Capaian (Target) Program Uraian Indikator

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015. DAFTAR PUSTAKA A. Arsip Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015. Badan Pusat Statistik, Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Sumatera Barat Sumatera Barat yang terletak antara 0 0 54' Lintang Utara dan 3 0 30' Lintang Selatan serta 98 0 36' dan 101 0 53' Bujur Timur, tercatat

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (Perairan Umum Daratan) Tim Penelitian : Zahri Nasution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghancurkan beberapa kegiatan bisnis, terutama bisnis yang sedikit

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghancurkan beberapa kegiatan bisnis, terutama bisnis yang sedikit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis perekonomian yang melanda negara kita pada saat ini telah cukup banyak menghancurkan beberapa kegiatan bisnis, terutama bisnis yang sedikit local content. Namun

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN A PUSAT STATISTIKT A T I S T I K No. 41/7/13/ Th. XIX, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PRODUKSI PADI TAHUN 2015NAIK1,25 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 2015 sebanyak 2,55 juta

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi perencanaan yang sudah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2014

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadhirat Allah SWT atas berkat dan karunia-nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai sumber daya alam laut yang besar baik sumber daya hayati maupun non hayati. Selain perairan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa. Di samping pengaruh

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU JURNAL Motivasi Pembudidaya Dalam Usaha Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Jorong Rambahan Nagari Tanjung Betung Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat OLEH RAFIKAH NIM:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 58, G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN NOMOR 58 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI DAN ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemekaran daerah atau desentralisasi merupakan sebuah aspirasi masyarakat untuk kemajuan daerahnya sendiri dimana daerah otonom baru mempunyai kewenangan sendiri untuk

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DAN TANDA DAFTAR USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 1995 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 1995 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 1995 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat literatur tentang perkebunan di Sumatera Utara yang umumnya hanya terdapat di daerah eks Sumatera Timur 1, seperti yang ditulis oleh Karl J. Pelzer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN Alamat : Jln. Raya Ratahan Belang Kompleks Perkantoran Blok B Kel. Pasan Kec. Ratahan KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan

Lebih terperinci

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA SKRIPSI PELAKSANAAN KEWENANGAN BADAN MUSYAWARATAN NAGARI (BAMUS) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NAGARI PADA NAGARI KOTO MALINTANG KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM Program Kekhususan HUKUM TATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara otomatis kebutuhan terhadap pangan akan meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PERIKANAN KABUPATEN KAMPAR

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PERIKANAN KABUPATEN KAMPAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PERIKANAN KABUPATEN KAMPAR NO. PROGRAM/KEGIATAN/URAIAN PEKERJAAN LOKASI VOLUME PAGU ANGGARAN (Rp.) SUMBER DANA 1 2 3 4 5 6 1. Program Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISA PELAKSANAAN KEMITRAAN ANAK ANGKAT BAPAK ANGKAT (ABA) DALAM USAHA AGRIBISNIS KELAPA SAWIT DI PT. GMP KEC. PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

ANALISA PELAKSANAAN KEMITRAAN ANAK ANGKAT BAPAK ANGKAT (ABA) DALAM USAHA AGRIBISNIS KELAPA SAWIT DI PT. GMP KEC. PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ANALISA PELAKSANAAN KEMITRAAN ANAK ANGKAT BAPAK ANGKAT (ABA) DALAM USAHA AGRIBISNIS KELAPA SAWIT DI PT. GMP KEC. PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT OLEH YAYAN ERIZAL 03 115 005 PEMBIMBING 1. Dr. Ir. Endry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melayu dengan nama ibu kotanya Pulau Punjung. Kabupaten ini dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Melayu dengan nama ibu kotanya Pulau Punjung. Kabupaten ini dibentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Pada kawasan ini dahulunya pernah berdiri sebuah Kerajaan Melayu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sekitar 81% dari wilayah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub-sektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, pertenakan, perikanan dan kehutanan. Salah satu bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province. JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 ANALISIS USAHA KERAMBA JARING APUNG, PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGANNYA DI NAGARI TANJUNG SANI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Business analysis floating

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 2.1.5 Analisis Efiensi Penggunaan Sumber Daya. Pencapaian indikator kinerja kasus illegal fishing yang mendukung sasaran Berkurangnya kegiatan yang merusak Sumberdaya Kelautan dan Perikanan serta Illegal

Lebih terperinci