BAB II KAJIAN TEORETIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIK"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Pengembangan Model Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dalam penerapan metode ilmiah. 1 Karena penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi seperti observasi sistematis terkontrol, mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan fakta dan gejala yang ada. 2 Penelitian dan pengembangan model pembelajaran di desain dalam bentuk tulisan yang menyajikan model-model latihan bosu ball pada panahan. Penelitian pengembangan (development research) merupakan penelitian yang dipergunakan untuk menciptakan produk baru dan atau mengembangkan produk yang telah ada berdasarkan analisis kebutuhan yang terdapat dilapangan (observasi, wawancara, kuisioner kebutuhan awal). 3 Contoh pengembangan dari bahan pengajaran adalah buku ajar, alat peraga, model latihan dan lain sebagainya. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori yang sudah 1 Ali Maksum. Metodologi Penelitian (Surabaya: Unesa University Press, 2012 ), h.16 2 Hamid Darmadi. Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h.24 3 James Tangkudung. Macam-macam Metodologi Penelitian Uraian dan Contohnya (Jakarta:Lensa Media Pustaka, 2016), h.7 7

2 8 ada, namun penelitian yang di dasarkan dari hasil uji lapangan yang hasilnya akan terus menerus di revisi untuk memperoleh capaian hasil terbaik. Penelitian dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu penelitian dasar, terapan, evaluasi, pengembangan dan mendesak. Pembagian penelitian didasarkan pada fungsi dan penerapannya dalam pendidikan serta berapa lama hasilnya dapat digunakan yaitu penelitian dan pengembangan. Penelitian pengembangan menemukan Phatern, urutan pertumbuhan, perubahan dan terutama memiliki maksud untuk mengembangkan materi latihan dan bahan ajar. Contoh pengembangan dari bahan pengajaran adalah buku ajar, alat peraga, modul pembelajaran dan lain sebagainya. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori, akan tetapi apa yang dihasilkan di uji dilapangan kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. 4 Penelitian dan pengembangan (research and development/r&d) menurut sugiyono menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. 5 4 Borg. W. R & Gall, M. D, Educational Research: An Introduction, 4 th Edition. (New York: Longman Inc, 2007), h Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 297

3 9 Model dapat dikatakan sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Dengan kata lain model juga dapat dipandang sebagai upaya dan untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. 6 Pada dasarnya model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Tetapi ada juga yang mengartikan bahwa model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya miniatur stadion gelora bung karno yang dipakai sebagai gambar stadion gelora bung karno sebenarnya. Dalam istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori, akan tetapi apa yang dihasilkan di uji dilapangan kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Dari teori di atas model latihan dapat diartikan sebagai cara mengorganisasikan suasana latihan untuk mencapai tujuan dari latihan, model inilah yang nantinya akan dirancang dan dirumuskan dalam penelitian pengembangan menghasilkan sebuah produk berupa model latihan. 5 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Dian Rakyat, 2010) h. 86.

4 10 Pengembangan model latihan merupakan hasil penelitian yang berorientasi pada hasil pengembangan produk. 7 Jadi penelitian dan pengembangan (research and development/r&d) dapat menghasilkan produk yang dapat diuji keefektifitasan dari produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan (research and development/r&d) harus dilakukan dengan berurutan sesuai prosedur penelitian untuk mendapatkan produk yang di inginkan dan produk yang bisa di pertanggung jawabkan keilmiahanya. Penelitian pengembangan merupakan suatu siklus yang diawali dari adanya suatu kebutuhan yang membutuhkan pemecahan masalah dengan menggunakan suatu produk tertentu untuk di uji tingkat ke efektifitasanya, dilanjutkan membuat produk pengembangan di uji produk pengembangan tersebut. Produk dievaluasi dan direvisi dari hasil uji coba. Dengan kata lain penelitian penelitian dan pengembangan (research and development/r&d) menitik beratkan pada pengembangan produk yang telah ada untuk di revisi untuk menjadi lebih menarik sehingga nilai kebermanfaatanya bertambah. Berdasarkan pengertian diatas dalam penelitian ini berusaha mengembangkan model latihan bola bosu pada cabang olahraga panahan dalam mengembangkan sebuah model latihan diantaranya 7 Sugiyono, Motode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 297

5 11 1) Model Pengembangan Instruksional (MPI) berikut. Model Pengembangan Instruksional (MPI) adalah seperti gambar 2.1 Implementasi, Evaluasi Sumatif dan difusi Inovasi Gambar 2.1 Tahapan MPI Sumber: M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern2012, h.116 Tahap mengidentifikasi yang terdapat dalam gambar 1.1 jika diuraikan menjadi tiga langkah sebagai berikut. 8 (1) Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum, (2) Melakukan analisis instruksional, (3) Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik. 9 Tahap mengevaluasi dan merevisi dinyatakan sebagai berikut, menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi. Hasil akhir langkah kedelapan adalah sistem 8 M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.116

6 12 instruksional yang siap pakai. Di luar delapan langkah tersebut, MPI juga membahas secara singkat satu rangkaian tiga kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari desain instruksional, yaitu implementasi, evaluasi sumatif dan difusi inovasi. Kelebihan dari model ini adalah, (a) analisisnya tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis, (b) uji coba yang berulangkali menyebabkan hasil sistem yang diperoleh dapat diandalkan (c) uji coba diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan, (d) kegiatan revisi dilaksanakan setelah diadakan tes formatif (e) penilaian ahli untuk validasi sudah nampak jelas. Kekurangannya adalah belum sampai ke tahapan penilaian sumatif. 2) Model Pengembangan IDI Pengembangan instruksional model IDI (Instructional Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan University Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).Model IDI ini telah dikembangkan dan diujicobakan pada negara-negara di Asia dan Eropa serta telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan modelmodel pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan

7 13 model pendekatan sistim yang meliputi tiga tahapan, yakni; 1) Pembatasan (define); 2) Pengembangan (develop); dan 3) Penilaian (evaluate), 10 1) Pembatasan (define) Dimulai dengan analisis kebutuhan atau yang disebut need assesment. Pada dasarnya need assesment ini berusaha menemukan suatu perbedaan (descrypancy) antara apa yang ada dan apa yang idealnya (yang diinginkan). Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu diadakan prioritas mana yang didahulukan dan mana yang dikemudian. 2) Tahap Pengembangan Identifikasi tujuan; tujuan instruksional yang hendak dicapai perlu diidentifikasikan terlebih dahulu, baik tujuan instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan Terminal Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang disebut Enabling Objectives. TIK adalah penjabaran yang lebih rinci dari TIU, maka TIK dianggap penting sekali dalam pengembangan instruksional, disamping itu TIK perlu karena; (a) Membantu peserta didik dan guru untuk memahami secara jelas apa-apa yang diharapkan sebagai hasil kegiatan instruksional; (b) TIK merupakan building blocks dari pengajaran yang diberikan; 10 Ketut Agustini, Pengembangan Media Ajar Berteknologi Hypertext Untuk Perkuliahan Komunikasi Data Dan Jaringan Komputer Berbasis Nilai Kearifan Lokal Konsep Subak, Disertasi, (Jakarta: UNJ, 2012), h

8 14 (c) TIK merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan oleh peserta didik sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan. 3) Tahap penilaian Tes uji coba; Setelah prototipe program instruksional tersebut disusun, maka langkah berikutnya harus diadakan uji-coba.uji-coba ini dapat dilakukan pada sampel audien untuk menentukan kelemahan dan kebaikan serta efesiensi dan keefektifan suatu program yang dikembangkan. Dilihat dari langkah-langkah keseluruhan model ini, secara garis besar sudah memadai yang dimulai dari need assesment, terminal objectives dan evaluate. Namun kurang detail dalam setiap langkahnya dan kurang sistematis serta belum melibatkan ahli dalam penilaian sehingga ada kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan dan dihasilkan masih memiliki kekurangan/kesalahan. 3) Model Pengembangan ADDIE Model ini merupakan salah satu yang digunakan dalam pengembangan model latihan yang diperhatikan tahap tahap dasar desain latihan yang sederhana, yang terdiri dari lima fase yaitu; (a) Analisis, (b) Desain, (c) Development, (d) Implement, (e) Evaluation Benny A Pribadi. Model Design Sistem Lama (Jakarta; dian raya, 2009) h. 125

9 15 Model ADDIE dapat digambarkan seperti gambar 2.2 Analyze Implement Evaluate Design Develog Gambar 2.2 Model ADDIE Tahapan Model ADDIE yaitu Sumber: Robert Maribe Branch, Instructional Design: The ADDIE Approach, 2009, h. 1. a) Analysis (analisa) yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). b) Design (desain/perencanaan) dalam tahapan perencanaan merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan

10 16 realistic). Berikutnya menyusun tes, dalam menyusun tes harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran media yang tepat, seharusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dan juga dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. c) Development (pengembangan) yaitu proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Tahapan ini merupakan bagian dari pengembangan model ADDIE. d) Implementation (implementasi/eksekusi) yaitu pada tahapan implementasi angka nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dan di buat sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. e) Evaluation (evaluasi/ umpan balik) merupakan proses untuk melihat apakah model yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Dalam tahap evaluasi bisa dilaksanakan pada empat tahapan diatas namun Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

11 17 Dalam model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model pengembangan ADDIE adalah model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis. Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis. Namun model ini memiliki kekurangan, kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan. 4) Model Pengembangan Dick and Carey Model Pengembangan ini menggunakan model pendekatan sistem (system approach models) yaitu sebuah sistem prosedural yang bekerja dengan prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan sebelumnya dan menghasilkan keluaran untuk tahap berikutnya, sehingga semua komponen tersebut bekerja bersamasama untuk memenuhi dan menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif. 12 Model tersebut dilengkapi dengan tahap evaluasi yang dapat membantu dalam menentukan apakah ada sesuatu yang salah dan bagaimana cara untuk memperbaiki dan meningkatkannya. System approach models merupakan sebuah model yang digunakan untuk mendesain materi 12 Dick Walter, Lou Carey, dan James O. Carey,The Systematic Design of Instruction (Ohio: Pearson New Jersey Columbus, 2009), h. 3.

12 18 pembelajaran. Model yang dikemukakan memiliki komponen yang tidak selengkap model-model pengembangan yang lain, tetapi tersusun dari komponen-komponen utama dalam model-model yang lain. Desain dan proses dalam model ini mengacu pada Instructional Systems Development (ISD). Komponen dalam system approach models (rancangan model pengembangan) menurut Dick and Carey terdiri dari 10 tahap, yakni: (1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran (assess needs to ldentify goal(s)) (2) melaksanakan analisis pembelajaran (conduct instructional analysis) (3) mengidentifikasi karakter siswa (analyze learners and contexts) (4) merumuskan tujuan media (write performance objectives) (5) mengembangkan referensi kriteria tes (develop assessment instruments) (6) mengembangkan strategi pembelajaran (develop instructional strategy) (7) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran (develop and select instructional materials) (8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct the formative evaluation of instruction) (9) merevisi media pembelajaran (revise instruction)

13 19 (10) melaksanakan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluation) Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model Kemp, tetapi ditambah komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat tahap yang akan dilewati pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.

14 20 Berikut gambar model pengembangan oleh Dick and Carey. Gambar 2.3 Model Pengembangan Dick and Carey. Sumber: Dick Walter, Lou Carey, and James O. Carey, The Systematic Design of Instruction 2009, h Model Pengembangan Borg and Gall Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti tercantum pada gambar 2.5 berikut. Research and Information collecting Planning Develop preliminary form of product Preliminary field testing Operational field testing Operational Product revision Main field testing Main product revision Final product revision Dissemination and Implementation Gambar 2.4 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D) menurut Borg dan Gall Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall, Educational Research: An Introduction, Eighth Edition. New York: Longman, 2005), h. 590.

15 21 Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting) Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. a) Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup? b) Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan. c) Riset skala kecil: Pengembangan sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.

16 22 2. Merencanakan Penelitian (Planning) Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: a) merumuskan tujuan penelitian; b) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; c) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian. 3. Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product) Langkah ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); b) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; c) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; d) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian. 4. Preliminary Field Testing Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a)melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi. 5. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision) Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan

17 23 produk awal ini, lebihbanyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal. 6. Main Field Test Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a)melakukan uji efektivitas desain produk; b) uji efektivitas desain, pada umumnya,menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; c) Hasil uji lapanganadalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi. 7. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision) Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yanglebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil ujilapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan,karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanyakelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan padaevaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. 8. Uji Kelayakan (Operational Field Testing) Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar:a) melakukan ujiefektivitas dan adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; c) hasil uji

18 24 lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi. 9. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision) Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yangdikembangkan.pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkatefektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai generalisasi yang dapat diandalkan. 10. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation) Memberikan/menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui mediamassa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control.teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas: (a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, (b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, (c) uji lapangan, (d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.

19 25 Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada, a. penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan. b. Penggunaan expert judment selama proses pengembangan c. Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detail sehingga terlihat kompleks. Sedangkan persamaannya terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama dikembangkan. Dari model-model yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail, dan model ini juga memungkinkan kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model Borg dan Gall tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.

20 26 B. Konsep model yang dikembangkan Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukan bahwa suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya. Tentu saja semua mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses belajar dengan baik. Sebagai saran, desain pembelajaran mengandung aspek bagaimana sebaiknya pembelajaran diselenggarakan atau diciptakan melalui serangkaian prosedur serta penciptaan lingkungan belajar. Selain itu, desain pembelajaran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk suatu proses belajar Model-model membantu untuk mengonsep representasi dari realitas. Sebuah model adalah representasi sederhana dari bentuk yang kompleks, proses, dan fungsi fenomena fisik dan ide, menyerdehanakan realitas yang terlalu kompleks untuk digambarkan. Karena banyak situasi yang unik pada situasi yang khusus, model membantu mengidentifikasikan apa yang umum dan berlaku pada beberapa situasi. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung

21 27 diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu system kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) deskripsi suatu sistem yang mungkin imajiner; dan (6) penyajian data yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, konseptual, dan teoritik.model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model di artikan sebagai kerangka konseptual yang tidak sembarang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan, model dasar dipakai untuk menunjukkan model yang generik yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model yang lebih lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. 14 Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empiris. 14 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 51.

22 28 Beberapa pendapat tentang model yang telah di jelaskan dapat diartikan bahwa model adalah suatu gambaran yang bertujuan untuk memperjelas sesuatu. Model yang dimaksudkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah gambaran pola yang meliputi analisis, pengembangan, pembuatan materi, dan evaluasi dalam untuk mencapai tujuan keterampilan memanah pada cabang olahraga panahan, karena suatu latihan memerlukan bermacam-macam model latihan yang dapat membantu proses pencapaian latihan yang maksimal. Latihan mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkunganya. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 15 Tingkah laku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapak diamati dan yang tidak diamati. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan behaviorial performance, sedangkan yang tidak dapat diamati disebut behaviorial tendency. Sedangkan mengajar merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Tenaga pengajar berperan tidak hanya sekedar menyampaikan info kepada siswa saja tetapi tenaga pengajar juga harus berusaha agar siswa mau latihan. 16 Karena mengajar sebagai upaya yang di sengaja, maka tenaga 15 Husdarta dan yudha M. Saputra, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2013), h Ibid., h. 4

23 29 pengajar terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan. Menurut Philip Vickerman Teaching is a reflective process, and requires you to be a dynamic practitioner who is ready to constantly ask critical questions of what, why, where, how, and when teaching, learning and assessment should take place. 17 Pendapat Philip Vickerman dapat di artikan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang mengharuskan kita semua menjadi praktisi yang mudah menyesuaikan diri dan terus menerus mengajukan pertanyaan kritis tentang apa, mengapa, dimana, bagaimana dan kapan ketika sedang mengajar, serta melakukan penilaian. Kegiatan latihan dan mengajar dapat diartikan dengan latihan. Menurut Joel A. Michael dan Harold I. Modell menyatakan bahwa: Meaningful learning is universally taken to be the goal of all education. This refers to the state in which the new material being learned is related to, or incorporated into, existing mental representations (models) of already learned material. When meaningful learning has occurred, when the learner's mental representations of knowledge are richly interconnected, both retention and retrieval of knowledge are facilitated. 18 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa latihan adalah proses interaksi siswa dengan tenaga pengajar dan sumber latihan pada suatu lingkungan 17 Philip Vickerman, Teaching Physical Education to Children with Special Educational Needs (USA : Rouledge : 2007), h Joel A. Michael dan Harold I. Modell,Active Learning in Secondary and College Science Classrooms(London : LEA, 2003), h. 15

24 30 latihan. 19 Dengan demikian kegiatan latihan dapat di artikan sebagai interaksi yang terjadi antara tenaga pengajar dengan siswa, dosen dengan mahasiswa atau pengajar dengan pelatihan. Dalam kegiatan latihan di sekolah tenaga pengajar sebagai pendidik atau pengajar yang bertugas untuk memberikan materi kepada peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagi penerima materi dari seorang tenaga pengajar. Model adalah perbuatan yang kompleks. Perbuatan yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan pengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Oleh karena itu dalam dunia pengajaran ada baiknya tenaga pengajar menggunakan suatu prototipe dari suatu teori atau model. Disebut model karena hanya merupakan garis besar atau pokokpokok yang memerlukan pengembangan yang sangat situasional. Model latihan dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kirikulum, mengatur materi latihan dan memberi petunjuk pada pengajar dalam proses latihan. Eilias M. Award menyatakan bahwa A models is a representation of real of planned system. 20 Maksud dari pernyataan tersebut adalah model sebagai suatu representasi dari suatu kenyataan system yang direncanakan. 19 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, ayat 20, h Bruce Joyce, et al, Model of Teaching (Boston: Allyn and Bacon, 2000), h. 3

25 31 Model latihan merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang.isi yang terkandung di dalam model latihan adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Model latihan mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode ataupun prosedur latihan. Istilah model latihan mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode latihan: (1) Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik, (2) Tujuan latihan yang akan dicapai, (3) Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model latihan dapat dolaksanakan dengan optimal, (4) Lingkungan latihan yang diperlukan agar tujuan latihan dapat dicapai. 21 Model latihan kelincahan dikembangakan dengan mengacu kepada perkembangan fisik dan psikis atlet yang sudah mulai matang.latar belakang kemampuan motorik dan pengalaman latihan serta pengetahuan. Proses dari suatu latihan merupakan suatu dasar dari peningkatan efektifitas jasmani. Oleh karena itu kita harus terlebih dahulu mengerti dan memahami arti dari latihan. Latihan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas fungsional organ tubuh serat psikis pelakunya. Oleh sebab itu latihan yang dilakukan harus disusun dan dilaksanakan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Latihan dengan cara yang tidak 21 Husdarta, Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 2-3

26 32 tepat akan mempengaruhi perkembangan anak, baik secara fisiologi ataupun psikologis. Sukadiyanta mengemukakan bahwa latihan (practice) adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. 22 Harsono melihat bahwa, latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban fisik, teknik, taktik dan mental yang harus teratur, meningkat, bertahap dan berulang-rulang. 23 Menurut James Tangkudung, bahwa latihan merupakan proses yang berulang dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal. 24 Menurut Harre dalam Sukadiyanto menjelaskan bahwa latihan (training) adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan olahragawan. 25 Sedankangkan Lumintuarso berpendapat bahwa latihan pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu 22 Sukadiyanta, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Bandung; Lubuk Agung, 2012), h Harsono, Teori dan Metodologi Pelatihan (UPI: Bandung, 2006), h James Tangkudung, dan Wahyuningtyas Puspitorini Kepelatihan Olahraga Pembinaan Prestasi Olahraga Edisi II, (Jakarta; Cerdas Jaya, 2012), h Sukadiyanto., op. cit., h, 6

27 33 individu dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. 26 Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses latihan yang sistematis dan dilakukan secara berulangulang dan beban latihan yang diberikan selalu meningkat setiap harinya. Sistematis maksudnya bahwa pelatihan yang dilaksnakan secara teratur, berencana, sesuai jadual, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, berkesinambungan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Berulangulang berarti bahwa gerakan yang dilakukan harus dilatih secara berulangulang agar gerakan yang dimaksud kelihatan sukar dan koordinasi yang masih rendah menjadi kian mudah. Otomatis dan refleksi pelaksnaannya. Demikian pula agar pola serta koordinasi gerak menjadi semakin halus sehingga semakin menghemat energi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan pada hakikatnya kegiatan yang bertujuan membina dan menormalkan keadaan tubuh, pembentukan gerakan, pembinaan prestasi yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, ketahanan dan keterampilan dengan fase-fase pemanasan, latihan inti dan latihan penenangan sesuai dengan prinsipprinsip latihan untuk mencapai ambang batas denyut nadi dan keterampilan cabang olahraga tertentu yang diprogramkan secara optimal. Setiap 26 Ria Lumintuarso., Teori Kepelatihan Olahraga (Jakarta: LANKOR Kemenpora, 2013), h. 45

28 34 perbedaan tujuan latihan yang akan dilakukan akan berbeda pula jenis latihannya. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal dan meskipun keadaan abstrak ideal tersebut adalah kenyataan yang kongkrit yang juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang akan dapat diperoleh. Suatu model mempunyai kekhususan untuk setiap perorangan atau tim, suatu model akan memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan fisiologis atlet, fasilitas, dan lingkungan sosial. Menurut James Tangkudung model merupakan sebuah tiruan, simulasi dari suatu kenyataan yang disusun dari suatu elemen-elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang. Hal ini juga merupakan isomorphs dari suatu bayangan/gambaran yang diperoleh secara abstrak, yaitu suatu proses mental pembuatan generalisasi dari contoh yang nyata sama dengan menggambarkan suasana pertandingan. 27 Benny a pribadi menjelaskan bahwa model adalah suatu yang menggambarkan adanya pola berfikir, sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan James Tangkudung, Kepelatihan Olahraga Pembinaan Prestasi Olahraga, (Jakarta; Cerdas Jaya, 2006), h Benny a Pribadi, Langkah Penting Merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan Berkualitas (Jakarta: Dian Rakyat), h,86

29 35 Pengembangan model merupakan rangkaian proses intensive yang berkaitan dengan model sebelumnya, evaluasi atlet saat ini, dan fondasi keilmuan yang kuat. Walaupun prosesnya memakan waktu, waktu akan digunakan dengan baik disebabkan oleh model latihan yang lebih baik, lebih mungkin untuk mencapai level penampilan yang lebih tinggi. Model tersebut harus dievaluasi dan dimodifikasi secara kontinyu dalam melihat respon ilmu pengetahuan baru, level perkembangan atlet, dan pengukuran kemajuan atlet. 29 Berdasarkan hal tersebut maka model merupakan suatu bentuk tiruan dari aslinya dengan tujuan memperoleh sesuatu yang ideal dengan memperhatikan faktor fisiologis, fasilitas, dan lingkungan sosial atlet. Melalui model-model latihan ini atlet diberikan kebebasan dalam memilih model latihan yang dapat membantu dalam kegiatan latihan panahan. Dengan demikian model latihan merupakan cara atau variasi yang dilakukan guna mencapai tujuan perbaikan sistem organisasi dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraga. 29 Tudor O,Bompa, Periodization Theory and Methodology of training (New York University, Champaign: Human Kinetics Books,2009), h

30 36 C. Kerangka Teoritik 1. Deskripsi Panahan Panahan awalnya adalah alat berburu dan mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade. Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga ketepatan. Keterampilan teknik untuk seseorang sangat penting karena apabila kemampuan pemanah dalam melakukan akurasi memanah dapat meningkatkan maka perasaan akan gerakan ini akan disimpan dalam memorinya, ini akan berpengaruh pada potensi penampilan pemanah dalam berkonsentrasi selama latihan/pertandingan berlangsung. Gerakan ini adalah pengetahuan tentang posisi tubuh dalam ruang untuk memenuhi atau merasakan suatu ketepatan. Pengaturan jarak merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam tujuan olahraga yang terukur. Dimana pengaturan jarak bisa mengoptimalkan latihan dari yang mudah sampai dimana tingkat kesulitan pada jarak dapat dikuasai dengan baik dan benar. Pemanah harus mempunyai kesabaran, keuletan, konsentrasi dan ketahanan mental yang tinggi, sehingga unsur-unsur seperti bentuk tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang pemanah dapat terbentuk. Dalam

31 37 menguasai suatu teknik yang baik dicabang olahraga panahan tidaklah mudah, dimana dalam pengusaannya tersebut bisa di dapat melalui proses latihan yang berkesinambungan. Dalam latihan seorang pemanah memerlukan pemahaman terhadap gerakan itu dan perlu pengulanganpengulangan di setiap gerakan yang dilakukan. Teknik memanah tidak sesederhana seperti apa yang terlihat yaitu, menarik dan melepas anak panah saja. Tetapi pemanah harus dapat melakukan gerakan memanah sesuai teknik yang benar, membidik sasaran dengan tepat. Berdasarkan pengamatan selama menjadi pemanah panahan dalam penguasaan teknik memanah masih ada beberapa pemanah yang khususnya pemanah kurang baik, hal ini disebabkan karena belum benar benar matang dalam penguasaan teknik. Panahan membutuhkan keterampilan teknik di setiap gerakan yang dilakukan. Pemanah harus mempunyai kesabaran, keuletan, konsentrasi, keajegan dan ketahanan mental yang tinggi. Sehingga unsur-unsur seperti bentuk tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang pemanah dapat terbentuk. Dalam menguasai suatu teknik yang baik dan benar dalam cabang olahraga panahan tidaklah mudah, dimana dalam pengusaannya tersebut bisa didapat melalui proses latihan yang

32 38 berkesinambungan, dalam latihan, seorang pemanah memerlukan pemahaman terhadap gerakan itu dan perlu pengulangan-pengulangan Teknik Dasar Panahan Bentuk teknik memanah yang tepat dan benar, sangat berkaitan erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak. Khususnya mengenai mekanika gerak yang terkait dalam panahan ada 2 (dua) poros/axis gerak, mengenai poros gerak dalam teknik memanah dapat jelaskan sebagai berikut : a. Poros I / Axis I adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur (bow hand) satu garis lurus, lihat gambar dibawah ini : Gambar 2.5 Poros I dengan poros tubuh lurus pada saat Full-Draw 30 Kisik Lee and Robert de Bondt., Total Archery (Samick Sports CO.,LTD, 2005), h. 144

33 39 Gambar 2.6 Poros I dengan poros tubuh lurus pada saat Pre-Draw Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 3 b. Poros II / Axis II adalah posisi panah dan lengan penarik (draw hand) satu garis lurus, lihat gambar dibawah ini : Gambar 2.7 Poros II pada saat tarikan penuh dilihat dari atas. Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 4 Secara garis besar teknik memanah terbagi dalam 12 langkah, yaitu : (1) Stance (posisi/sikap berdiri), (2) Nocking (memasang anak panah pada tali string), (3) Hooking and Gripping (menyiapkan jari penarik dan posisi grip), (4) Mindset (konsentrasi kearah sasaran), (5) Set-up (pra tarikan penuh), (6) Drawing (tarikan penuh), (7) Anchoring (menjangkarkan tangan penarik pada posisi dibawah dagu pemanah), (8) Loading/Transfer to Holding

34 40 (transfer tenaga tarikan), (9) Aiming & Expansion (membidik kearah sasaran), (10) Release (melepaskan tali dan panah), (11) Follow-through (gerak lanjutan), (12) Feedback (umpan balik). Ke dua belas urutan teknik diatas dapat disimpulkan kedalam 3 tahapan urutan, yaitu : 1. Tahap I terdiri dari (stance) sikap berdiri, (nocking) memasang anak panah, (hooking and gripping) menyiapkan jari penarik dan posisi grip, dan (mindset) konsentrasi kearah sasaran. 2. Tahap II terdiri dari (set-up) pra tarikan penuh, (drawing) tarikan penuh, (anchoring) menjangkarkan tangan penarik, (loading/transfer to holding) transfer tenaga tarikan. 3. Tahap III terdiri dari Aiming & Expansion (membidik), Release (melepaskan tali/panah), Follow-through (gerak lanjutan), Feedback (umpan balik). Penjelasan lebih lanjut tentang teknik memanah adalah pada bagian berikut ini : a. Sikap/Cara berdiri (Stance) Sikap/posisi berdiri yang dimaksud disini adalah berdiri dengan posisi terbuka (open stance) dengan membuka posisi kaki bagian kiri kira-kira derajat dengan pembagian berat badan 60-70% pada bagian tumit dan 40-30% pada kaki bagian depan.

35 41 Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Jarak antara kedua kaki selebar bahu b. Kedua lutut harus rileks Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini : Gambar 2.8 Posisi berdiri (Square dan open stance) Sumber : Graeme Jeffrey.,The 10 steps (Copyright Centenary Archers club., 2006), h,2. a. Nocking (Memasang anak panah) Adalah gerakan menempatkan atau memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali dan menempatkan gandar (shaft) pada sandaran panah (arrow rest). Kemudian diikuti dengan menempatkan jari-jari penarik pada tali dan siap menarik tali. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

36 42 1. Bulu indeks menjahui sisi jendela busur 2. Ekor anak panah benar-benar masuk tali. Perlu diperhatikan agar nocking point benar-benar pas dengan nock. Nocking point yang terlalu besar atau longgar akan menyebabkan terganggunya terbang anak panah. Gambar 2.9 Posisi Memasang Anak Panah Pada Tali String Sumber: Graeme Jeffrey., The 10 steps (Copyright Centenary Archers club., 2006), h. 3. a. Gripping the bow and Hooking the string (memegang busur dan memposisikan jari pada tali string). Tali harus diposisikan pada ruas jari paling atas yang dimana dalam pengambilan posisi tidak boleh terlalu dalam atau pun keluar. Sangat dianjurkan bahwa penempatan posisi jari harus tepat berada diruas pertama/paling atas karena hal ini akan memudahkan saat proses pelepasan

37 43 tali. Jika posisi tali diambil terlalu dalam maka yang akan terjadi pada saat pelepasan adalah hambatan yang besar dan sebaliknya jika posisi penempatan tali ditempatkan pada ujung jari (finger tip) maka hal ini akan melemahkan posisi hooking 31. Gambar 2.10 Gripping the bow (memegang busur). Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), p. 10 Gambar 2.11 Hooking the string (memposisikan jari pada tali string). Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 10

38 44 b. Mindset Pola pikir positif, kondisi fisik, teknik dan mental merupakan poin-poin terpenting dari penampilan seorang pemanah. Dalam melatih unsur konsentrasi kita harus melakukan pengulangan sebanyak mungkin, dan dalam melatihnya seorang pemanah harus berada dalam kondisi relaks dan fokus pada tujuan yang mereka inginkan. Gambar 2.12 Mindset Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 37 c. Set-up Set-up adalah gerakan mengangkat lengan penahan busur (bow arm) setinggi bahu dan tangan penarik siap untuk menarik tali busur. Beberapa hal yang mesti diperhatikan adalah :

39 45 1) Lengan penahan busur harus rileks sedangkan siku lengan penarik setinggi mata dan siap untuk menarik. 2) Tali sudah dalam keadaan tertarik sedikit 3) Tali ditarik oleh tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, serta jari manis). Jari telunjuk diatas ekor panah dan jari tengah serta jari manis di bawah ekor anak panah. 4) Tali ditempatkan pada ruas jari pertama 5) Tekanan busur terhadap telapak tangan penahan busur di tengahtengah titik Y, yang dibentuk oleh ibu jari dan jari telunjuk (lengan penahan busur). Gambar 2.13 Set Up (Posisi pra tarikan busur). Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 21 d. Drawing (Menarik Tali) Drawing atau menarik adalah gerakan menarik tali busur (string) pada posisi pre-daw (pra tarikan) kemudian dilanjutkan menarik tali busur tersebut

40 46 (string) sampai menyentuh bagian hidung, dagu, dan bibir. Setelah tali busur telah ditarik penuh kemudian dilanjutkan dengan menjangkarkan (anchoring) tangan penarik tali di bawah dagu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : 1) Tali harus ditarik pada lintasannya lurus sampai ke dagu, posisi kepala tidak boleh berubah (diam). Tali yang mendekati dagu atau kepala, tidak boleh kepala yang bergerak maju mendekati tali. 2) Gerakan menarik terdiri dari fase pre-draw, tarikan pertama/utama (the primary draw) dan tarikan kedua (the secondary draw). 3) Gunakan otot-otot belakang bahu untuk menarik tali busur, otot-otot tersebut adalah : M. Deltoideus posterior, M. Teres Major, M. Rhomboideus Major dan M. Trapezius. Gambar 2.14 Drawing (menarik tali busur) Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h, 32

41 47 e. Anchoring (Menjangkarkan tangan penarik tali) Anchoring adalah gerakan menjangkarkan tangan penarik pada bagian dagu. Beberapa hal yang harus diperhatikan : 1) Tempat penjangkaran tangan penarik tali harus tetap sama (ajeg) dan kokoh menempel dibawah dagu. 2) Penjangkaran tangan penarik tali harus memungkinkan terlihatnya bayangan tali pada busur (string alignment). 3) Penjangkaran ini harus sedemikian rupa, sehingga poros II bisa dicapai. 4) Jenis penjangkaran antara lain adalah : a. Penjangkaran di tengah. Pada jenis penjangkaran ini tali menyentuh bagian tengah dagu, bibir dan hidung serta tangan penarik menempel di bawah dagu. b. Penjangkaran disisi/samping. Pada jenis ini tali menyentuh bagian samping dagu, bibir, dan hidung, serta tangan penarik menempel di bawah dagu.

42 48 Gambar 2.15 Anchoring (penjangkaran) Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 81 f. Transfer/Loading to Holding Transfer/loading adalah suatu keadaan menahan sikap memanah beberapa saat setelah penjangkaran dan sebelum anak panah dilepas. Pada saat ini otot-otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi agar sikap memanah tidak berubah dan bersamaan dengan itu pemanah melakukan pembidikan kearah sasaran.

43 49 Gambar 2.16 Transfer/Loading to Holding (Menahan sikap memanah) Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 81 g. Breathing (Pernafasan) Pada saat pemanah hendak mengangkat kemudian menarik busur maka pemanah tersebut harus mengambil nafas yang dimana pada saat sampai pada proses transfer/loading si pemanah ini melepaskannya secara perlahan sehingga posisi paru-paru bagian dalam kembali pada keadaan sebelum menarik nafas. h. Aiming and expansion (Membidik) Membidik adalah gerakan mengarahkan atau menempatkan titik alat pembidik (fisir) pada sasaran/titik sasaran. Pada saat membidik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Sikap memanah harus dipertahankan (lihat transfer/loading). 2. String alignment harus tetap (bayangan tali pada busur). 3. Jangan membidik terlalu lama.

44 50 Dari hasil pengamatan pada setiap kejuaraan dunia dan Nasional, para juara rata-rata hanya memerlukan waktu 3-4 detik sejak anchoring (penjangkaran) sampai melepaskan anak panah. Gambar 2.17 Aiming and expansion (Membidik) Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 156 i. Release (Melepaskan anak panah) Release adalah gerakan melepaskan tali busur dengan cara merilekskan jari-jari penarik tali. Setelah tali busur dilepas, maka anak panah akan terlontar kedepan. Release yang baik akan menyebabkan terbangnya anak panah mulus Kim,Hyung Tak., Archery, op. cit., h. 88

45 51 Gambar 2.18 Release (Melepaskan anak panah) Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h Peralatan Olahraga Panahan Dalam olahraga panahan, sudah banyak yang tahu peralatan apa yang harus dipakai guna berlatih panahan, ada yang bernama busur, anak panah, target atau sasaran, dan aksesoris lainnya untuk keselamatan dalam berlatih. a. Busur Busur adalah alat yang dipergunakan untuk memantulkan anak panah untuk mengenai sasaran 33. Panah (atau Busur Panah) dikategorikan sebagai sebuah senjata yang cara menggunakannya dengan menembakkan anak panah yang dibantu oleh kekuatan elastisitas dari panah itu sendiri. Biasanya senjata ini digunakan untuk berburu dan pada masa lalu sebagai salah satu 33 Aif Syariffudin. Kamus Istilah Olahraga Popular di Indonesia, (Jakarta : C.V. Baru), h. 288.

46 52 peralatan perang. Selain itu panah juga digunakan sebagai alat utama dalam olaharaga panahan Gambar 2.19 Busur Sumber : Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h. 4 Busur terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah : 1. Bagian pegangan (handle section/riser). 2. Dahan busur atas (Upper Limb) 3. Dahan busur bawah (Lower Limb) 4. Tali busur (bow string) 5. Lilitan tengah (serving) 6. Pembatas nock/ekor panah (nock locator) 7. Lilitan ujung 8. Tempat pegangan (grip) 9. Alat pembidik (visir/sighter) 10. Klicker 11. Tempat sandaran panah (arrow rest) 12. Stabilisator pendek (short) 13. Torque flight compensator (TFC) 14. Stabilisator panjang (long) 15. Ukuran busur Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h. 4

47 53 b. Anak Panah Anak Panah adalah sebuah proyektil tajam yang digunakan untuk menembak dengan menggunakan busur sebagai pemicunya. Gambar 3.20 Anak Panah Sumber: Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h.6 Bagian bagian panah adalah sebagai berikut: 1. Point 2. Shaft 3. cresting 4. Vane 5. Nock 35 c. Pelindung Lengan (Arm guard) Dipergunakan untuk melindungi lengan daripada tali busur pada waktu melepaskan anak panah dari busur. 35 Anthony Camera. Op. Cit., h. 6

48 54 Gambar 2.21 Pelindung Lengan Sumber : Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h. 18 d. Pelindung Jari (finger tab) Alat yang dibuat dari kulit untuk melindungi jari-jari telunjuk, tengah dan jari manis pada waktu menarik busur. Gambar 2.22 : Pelindung Jari Sumber : Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010), h. 18

49 55 e. Target Face Gambar 3.3 : Target Face Sumber: PERPANI. Peraturan Lomba Panahan Ronde Nasional. (Jakarta), h. 8. Target atau sasaran adalah yang dipergunakan sebagai sasaran untuk memanah 36. Dalam buku Peraturan Lomba Panahan Ronde Nasional dijelaskan bahwa penilaian perkenaan anak panah sebagai berikut : 1. KUNING : a. daerah bagian dalam =10 b. daerah bagian luar = 9 2. MERAH : a. daerah bagian dalam = 8 b. daerah bagian luar = 7 3. BIRU MUDA : a. daerah bagian dalam = Target face yang digunakan dalam panahan berbeda beda tergantung pada ronde yang digunakan. Ronde Nasional (Perpani) jarak Aif Syariffudin. Op.cit, h PERPANI. Peraturan Lomba Panahan Ronde Nasional. (Jakarta), h. 8.

50 56 meter dan 40 meter target face ukuran 80 cm 5 ring dan jarak 30 meter ukuran target face 80 cm 6 ring, dan Ronde FITA 122 cm untuk jarak dan 60 meter, sedangkan untuk jarak meter target face ukuran 80 cm 5 ring dan 30 meter ukuran target face 80 cm 6 ring, digunakan Ronde Nasional dengan ukuran target face 80 cm. 4. Latihan 1. Teknik 2. Fisik a. Strength secara fisiologis kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban. b. Endurance daya tahan jantung dan paru adalah kesanggupan system jantung, paru paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktifitas sehari hari, dalam waktu cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. c. Speed kemampuan berpindah dari satu tempat ketempat yang lain dalam waktu yang sesingkat singkatnya. d. Balance kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara cepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance).

51 57 e. Flexibilitas kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal. f. Power gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum 38. Menurut Sofyan Hanif perlu diketahui komponen-komponen apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi cabang olahraga yang di tekuni komponen komponen itu adalah daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, keseimbangan, koordinasi, akurasi 39. Penampilan terbaik ketika berlaga tentunya tidak di peroleh dengan mudah tentunya di perlukan proses yang panjangan melalui berbagai macam proses latihan yang panjang. Menurut Tangkudung latihan adalah merupakan proses yang berulang guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai hasil yang maksimal. 40 Suatu kegiatan yang berulang ditujukan untuk memperoleh gerakan baik dengan tujuan gerakan tersebut bisa secara otomatis. Menurut Junjungan dalam dwiyogo segala daya upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh baik kesegaran jasmani maupun kondisi fisik seorang atlet. 41 Dari pendapat tersebut dapat di sederhanaan bahwa latian merukana suatu bentuk usaha meningkatkat kondisi fisik secara 38 Widiastuti, Tes dan Pengukuran Olahraga (Jakarta : Percetakan Jakarta Cetakan Pertama 2011), h Achmad Sofyan HAnif, Kepelatihan Dasar Sepak Takraw, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2015), h James Tangkudung, Kepelatihan Olahraga Pembinaan Prestasi Olahraga, (Jakarta; Cerdas Jaya, 2006), h Wasis D. Dwiyoga. Pembelajaran pengetahuan kesegaran Jasmani. (Malang: UM Wineka Media), 2003, h. 63

52 58 menyeluruh sesuai dengan tujuan tertentu. Menurut Sukadiyanto dan dangsina menyatakan bahwa Tujuan latian secara umum adalah untuk membantu para pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan secara konseptual serta ketrampilan dalam membantu mengungkapkan potensi olahragawan mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran latian secara umum adalah untuk meningkatkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. 42 Tujuan latian yang di maksud adalah mempersiapkan apa yang akan menjadi tujuan diadakan latian. Dari pendapat ahli di atas dapat di simpulkan bahwa latihan adalah proses peningkatan kondisi fisik dengan aktivitas fisik secara menyeluruh yang di lakukan secara berulang-ulang guna mencapai puncak prestasi. Berlatih tentunya tidak mengindahkan prinsip sebuah latihan. prinsip latihan menurut bompa dalam Tangkudung dan wahyuningtyas melitputi; (1) prinsip aktif, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individualisasi, (5) prinsip variasi latihan (6) prinsip model dalam proses latihan, (7) prinsip overload atau penambahan beban latihan. 43 Penyusunan dan pelaksanaan program latihan hendaknya memperhatikan prinsip prinsip (a) multilateral, (b) spesialisasi, (c) individual, 42 Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Bandung: Lubuk Agung, 2011), h James TAngkudung, op. cit., h. 58

53 59 (d) beban berlebih, (e) memperhitungkan perbedaan genere, (f) variasi latihan, (g) pengembangan model latihan. a) Multilateral Menurut Lubis Prinsip multirateral adalah pengembangan fisik secara keseluruhan, pengembangan rencana ini sangat penting selama tahap awal pengembangan atlet. 44 Latihan multirateral ini adalah latian yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan tahapan dasar perkembangan anak guna mempersiapkan latian pengembangan atlet pemula. Multirateral bertujuan untuk menurut Bompa dalam Milsydayu dan Kurniawan menyebutkan bahwa orang orang eropa timur, dimana sekolah mengembangkan keterampilan pokok seperti lari, jalan, lompat, lempar, tangkap, berguling, dan menjaga keseimbangan. 45 Multirateral multirateral juga mengembangakan keterampilan pokok dasar yang harus di maksimalkan atlet seperti berjalan berjalan, berlari berlumpat, lempar, tangkap dll. Jadi pembinaan multirateral ini sangatlah penting untuk dilakukan mengingat pembinaan multirateral yang menyeluruh kepada aspek-aspek perkembangan motorik sehingga anak akan siap beradaptasi dengan pola 44 Johansyah lubis, Panduan Praktis Penyusunan Program Latihan (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013), h Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan, Imu kepelatihan Dasar (Bandung: Alfabeta), 2015, h. 148

54 60 latian yang akan di hadapi guna menuju prestasi puncak di setiap cabang cabang yang di minati. b) Spesialisasi Latihan dilakukan untuk memenuhi tujuan pencapaian prestasi yang di dahului pengembangan multirateral dan dilanjutkan ke spesialisasi. Menurut Lubis Spesialisasi adalah latihan yang langsung dilakukan dilapangan. Sebagai contoh latihan daya tahan dapat merangsang kemampuan adaptasi cardiorespirasi. Sebaliknya latihan pembebanan yang dilakukan menghasilkan kontraksi otot, sistem saraf otot dan bioenergik. 46 Spesialisasi adalah tahap kedua setelah pembinaan atlet secara menyeluruh. Spesialisasi bertujuan membentuk atau mengembangkan kondisi tubuh tertentu agar bisa mencapai tujuan gerakan tertentu dalam sebuah olahraga. Sedangkan Menurut Tangkudung pengembangan spesialisasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, sebab menuju kearah fisik, teknis, taktis dan adaptasi psikologi yang kompleks. 47 Spesialisasi adalah pengembangan secara lebih khusus karena mengarah kearah lingkup micro seperti fisik secara kompleks, dalam segi gerakan yang di inginkan, masalah dalam pelaksanaan pertandingan atau permainan, dan mengarah kearah mental atlet tersebut. 46 Johansyah lubis, op. cit., h James TAngkudung, op. cit., h. 11

55 61 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan spesialisasi daah penembangan yang lebih kearah lingkup yang spesifik dan kompleks berdasarkan tujuan prestasi di cabang tersebut. c) Individual Menurut Tangkudung karakteristik individual pada intinya memahami keterbatasan dan kekuatan individual. 48 Prinsip individual di gunakan pelatih untuk memahami keterbatasan-keterbatasan atlet dalam melaksaakan program yang dibuat pelatih dan kekuatan yang bisa di maksimalkan potensinya. sedangkan menurut Mylsidayu dan kurniawan Individual adalah syarat latihan sepanjang masa. Syarat individual yang harus di pertimbangkan oleh pelatih adalah kemampuan atlet, potensi, dan karakteristik pelatihan dan kecabangan atlet. 49 Tanpa mengetahui prinsip individual pelatih tidak akan pernah bisa memaksimakan kemampuan atlet, potensi mana yang harus di kembangkan dari atlet tersebut, metode melatih apa yang cocok untuk melatih alet dan cabang apa yang harus atlet tersebut kuasai. Jadi dapat di simpulkan prinsip individual. d) Beban berlebih (over load) Beban berlebih (over load) adalah penerapan pembebanan latihan yang semakin hari semakin meningkat, yang artinya pembebanan yang 48 Ibid, h Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan, Op. Cit., h. 14

56 62 diberikan melebihi yang dapat dilakukan saat itu. Beban tersebut akan menimbulkan respon awal tubuh berupa kelelahan bila pembebanan dihentikan maka akan terjadi proses pemulihan (recovery). 50 Pembebanan dalam latihan di perlukan agar tubuh dapat memeperoleh adaptasi yang baik dalam penampilan gerak. e) Memperhitungkan perbedaan gender Membedakan kelompok berdasarkan jenis kelamin karena perbedaan gender berhubungan dengan faktor anatomical, biomekanika dan kemampuan kinerja. 51 Memperhitungkan perbedaan gender tentunya berbicara faktor anatomi tubuh, faktor bimekanika gerakan berdasarkan bentuk tubuh dan kemampuan atlet saat menampilkan gerakan. Masa pra remaja anatara laki laki dan perempuan sangat serupa pada tinggi, lingkar tubuh, berat, kepadatan tulang dan ketebalan lemak. 52 Anatomi tubuh dalam perbedaan gender adalah faktor utama dalam pertimbangan. Memperhitungkan gender penting untuk memberikan program latihan antara perempuan dan laki laki. 50 Johansyah lubis, op. cit., h Johansah Lubis, op. cit., h Tudor Bompa, op. cit., h. 47

57 63 5. Bola Bosu Bosu "Latihan Keseimbangan adalah salah satu dari sejumlah produk pelatihan keseimbangan bola Bosu. Bosu ini memiliki ukuran 25 inci diameter. Melekat pada alas lantai. Disarankan bahwa bola bosu akan mengembang dengan kerapatan cukup kuat dan mengembang dari sekitar 8 sampai 10 inci dari lantai. Dua pegangan tersembunyi di bagian bawah dan ke sisi lantai membuatnya mudah untuk memakai atau membawa bola bosu". Pemprograman Bosu itu terkait dirancang untuk melatih keseimbangan fungsinya dalam kemampuan gerakan terpadu. Produk bosu ini merancang keseimbangan yang unik. stabilitas inti. Dan perangkat pelatihan proprioseptif yang terintegrasi dengan baik dengan semua jenis peralatan pelatihan kebugaran. Hal ini dapat saja sebagai alat pelatihan yang luar biasa, fungsinya bola bosu merancang keseimbangan dalam produk yang unik yang dapat membuat latihan keduanya menarik dan efektif bagi orang-orang terutama penggemar fitnes dan seorang atlet dan pelatih. Bola Bosu adalah bola stabilitas keseimbangan yang unik. Bosu dapat meningkatkan dimensi ukuran dari 55cm ke 65cm bila dibandingkan dengan bola biasa. Bosu ini menstabilkan beban dinamis dalam menciptakan bola lebih stabil - yang tetap menempatkan ketika ditetapkan. Stabilitas ini meningkatkan fleksibilitas dari latihan dan resistensi ditambahkan memberikan pilihan untuk menantang latihan baru dan variasi pada gerakan

58 64 variasi. Desain lingkaran konsentris pada "enam sisi". Bola bosu memberikan titik acuan yang jelas untuk teknik latihan yang tepat. posisi tubuh dan mengukur kemajuan. Umpan balik visual dan terdengar adalah keuntungan latihan yang besar dan membantu orang maju dalam mengukur keterampilan lebih sederhana 53. a. Keseimbangan Keseimbangan merupakan kemampuan untuk menstabilkan dan mempertahankan posisi tubuh yang diinginkan. keseimbangan juga dapat dianggap sebagai kelenturan dan efisien, posisi bagian tubuh atau seluruh tubuh. gerakan alami dan fungctional secara langsung dengan kerja otot yang berhubungan dalam sendi. Otot dan sistem syaraf berinteraksi dengan system muskuloskeletal secara terkoordinasi dan kompleks. Menggunakan stabilitas atau keseimbangan, pelatihan ini adalah cara sempurna untuk merangsang dan melatih interaksi yang kompleks ini dari tubuh. Berpikir tentang kegiatan umum dan dengan cepat menjadi seluruh tubuh. Tuntutan ditempatkan pada tubuh selama latihan stabilitas, pelatihan keseimbangan dan rantai latihan tertutup bervariasi secara dramatis, tetapi meniru kehidupan dan olahraga setiap hari. Tubuh berusaha untuk menjaga keseimbangan dan untuk mengintegrasikan respon. 53 Jay Blahnick and Douglas Brooks, Candice Copeland Brooks And The BOSU Development, (Jakarta, BOSU Fitness, 2012), hal 6

59 65 b. Tubuh Equilibrium Sejumlah komponen merupakan blok bangunan utama yang berkontribusi terhadap gerakan yang efektif dan fungctional aman, serta kinerja terampil. Konsep keseimbangan tubuh meliputi: 1. Kinestetik. mekanisme umpan balik ini memberikan kesadaran tentang bagaimana tubuh diposisikan setiap saat. akal kinestetik atau proprioseptif memungkinkan tubuh untuk melihat atau merasakan gerakan, berat badan - ketahanan dan posisi. 2. Proprioception. Proprioception yang tumpang tindih dengan kesadaran kinestetik, memberikan rasa simetri tubuh. Atau keseimbangan yang diperlukan dan posisi antara bagian tubuh, dan secara khusus mengacu pada rasa posisi sendi. Proprioception, seperti yang dimediasi oleh organ sensorik seperti spindle otot yang terletak antara serat-serat otot. Merupakan kesadaran akan atau normal posisi. Keseimbangan atau gerakan tubuh atau bagian-bagiannya. 3. Gradasi Of Force. Kemampuan untuk mengontrol produksi kekuatan otot dan mempertahankan menyamakan kedudukan, dinamis, posisi terlepas dari tugas fisik di tangan, sangat penting untuk semua jenis gerakan manusia. aplikasi yang benar dari kekuatan yang kompleks. Belajar dan di bawah pengaruh langsung dari kontrol saraf. Peraturan tenaga otot disebut sebagai

60 66 "Gradasi Of Force". Ketiga komponen keseimbangan tubuh yang penting untuk dipertimbangkan bila digunakan dalam konteks kinerja olahraga dan harian keseimbangan persyaratan gerakan, rasa kinestetik, proprioception, gerak tubuh dan aplikasi kekuatan yang tepat merupakan aspek kunci dari aktifitas gerakan dinamis, terintegrasi, terkoordinasi dan terampil respon. Mampu pusat kesempatan seseorang gravitasi untuk mengimbangi gerakan diperlukan adalah kunci untuk bergerak terampil. Kelincahan adalah istilah teknis untuk hal ini dikembangkan yang menggabungkan proprioception dan keseimbangan, dan memungkinkan seseorang untuk bergerak secara efisien, percaya diri, anggun dan lancar. 54 c. Sistem Penglihatan Sensorik Secara Otomatisasi Banyak tanggapan yang dibuat tubuh untuk menyeimbangkan (Stimulus eksternal. Visual Mempengaruhi tempat Kontak dan Gerakan) disebut tanggapan reaksi. Postur tubuh sebagai otomatis terjadi sebelum gerakan dan setelah refleks. Belum memiliki kesamaan dengan kedua. Sama seperti tinggi - tingkat kinerja olahraga merupakan gambaran prestasi neuromuskuler yang luar biasa. Pada bahkan itu tingkat yang paling sederhana. Begitu juga pelatihan keseimbangan dan pemeliharaannya. Perbedaan utama dalam perspektif adalah bahwa pelatihan keseimbangan dapat diakses oleh semua, 54 Ibid, h.18

61 67 mudah dilakukan, menyenangkan dan memuaskan belum tingkat keterampilan apapun, yang berkaitan dengan gerakan, tergantung pada partisipasi rumit dan tepat dari sistem saraf pusat seperti itu bertindak atas otot. Setelah menerima informasi itu hanya melalui kompleks, integrasi otomatis beberapa sistem sensorik tubuh. salah satu yang secara akurat dapat posisi tubuh. Memandang di mana dan bagaimana posisi tubuh berada dalam ruang, dan mudah mengatur berapa banyak otot untuk mempertahankan tepat untuk batas kinerja, menjamin pelaksanaan yang aman dari gerakan dan mempertahankan atau memulihkan keselarasan dan pusat gravitasi tanpa pikir panjang. Sistem neurosmucular yaitu pemulihan keseimbangan tubuh - langsung influence dan melalui visual dan sistem vestibular. Pelatihan berbagai sistem reseptor saraf dan sensorik dari tubuh dengan fungsional, keseimbangan dan pelatihan khusus olahraga / aktivitas dapat menyebabkan lebih efisien. Pola pergerakan akurat dan sangat terampil. Gerakan terampil lebih hemat energi yang lebih aman dan rasanya lebih baik. Bergerak anggun dan melakukan yang lebih baik hanya dua alasan mengapa pelatihan fungsional penting untuk semua orang yang ingin pindah secara efisien dan dengan tujuan. Pentingnya luas - berkisar rencana serangan yang mencakup fungsional. Dalam dan spesifik latihan / praktek jelas. Pendekatan lengkap harus:

62 68 1. Ajarkan sistem saraf bagaimana mengatur produksi kekuatan otot. 2. Meningkatkan proprioception atau kesadaran posisi tubuh. Atau bagian-bagian itu. Dan bagaimana mereka diposisikan. 3. Mengembangkan pola efficientmovement lebih skillfull dan energi. 4. fleksibilitas daya tahan kardiorespirasi. Menstabilkan kekuatan. Otot kekuatan dan daya tahan - dan mengembangkan daya. Yang menggabungkan unsur kekuatan dengan kecepatan gerakan. Pelatihan fungsional menggabungkan konsep keseimbangan/pelatihan stabilitas dan tertutup rantai latihan (CCE). Dengan membutuhkan refleks motorik alami tubuh untuk bereaksi sebagai unit terintegrasi. Dalam kata lain. Seluruh tubuh ditantang untuk berpartisipasi dalam rangka mempertahankan postur tubuh yang benar dan keseimbangan saat bergerak. Dimasukkannya kegiatan yang melibatkan seluruh tubuh secara dinamis dan terkoordinasi merupakan pengembangan dari kebugaran fungsional. Jenis kebugaran besarbesaran ini mudah ditransfer ke tugas sehari-hari. Rekreasi dan stabilisasi olahraga kontraksi bahwa untuk gerakan yang efektif. Latihan fungsional untuk olahraga yang merancang program latihan kekuatan yang lebih detail tentang inti latihan mereka ditulis, dan saya tidak membuat Hubungan dari jenis apa latihan keseimbangan dengan menggunakan latihan core stability mempunyai kerja otot yang dimaksudkan untuk bekerja dalam gerakan keseimbangan. stabilitas inti adalah kemampuan untuk menciptakan gerakan di kaki dan lengan tanpa gerakan

63 69 kompensasi dari tulang belakang atau panggul, dan dalam arti yang luas memungkinkan kekuatan untuk bergerak dari tanah melalui pinggul, tulang belakang atau tulang belikat-toraks sendi tanpa kebocoran energy. Energi didefinisikan sebagai titik di mana energi yang hilang merupakan hasil dari ketidak mampuan tubuh untuk menstabilkan sendi tertentu. Torso kekuatan meliputi stabilitas inti, stabilitas pinggul dan bahu stabilitas, dan memindahkan kekuatan penting, kemampuan untuk memindahkan ekstremitas tetap menjaga stabilitas di daerah tersebut. Keseimbangan atau balance diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan system neuromascular tubuh dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromascular dalam suatu posisi atau sikap yang efisian sementara bergerak. Menururt Ismaryati Keseimbangan adalah mempertahankan keadaan seimbang. 55 Sedangkan menurut Nurhasan keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol alat-alat tubuhnya yang bersifat neuromuscular. Jadi keseimbangan dapat diartikan kemampuan seseorang mengontrol alat-alat tubuhnya dalam mepertahankan keadaan seimbang. Keseimbangan dibagi menjadi dua macam yaitu: keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis Ismaryati. Tes dan Pengukuran Olahraga (Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2008), h Nurhasan. Modul Tes dan Pengukuran (UPI Bandung: 2007), h. 108

64 70 Sedangkan menurut Sajoto pengertian keseimbangan sebagai: kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi: mempertahankan posisi badan dalam berbagai situasi memerlukan kemampuan tersendiri oleh atlit. 57 Menurut Harsono Keseimbangan adalah keseimbangan berhubungan dengan koordinasi dari, dan dalam beberapa keterampilan, juga dengan agilitas. 58 Dengan demikian untuk menjaga sikap keseimbangan dalam melakukan kegiatan memanah, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol semua gerakan. 57 Sajoto. M, Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga (Depdikbud Direktorat Tingkat Proyek Pengembangan LPTK: Jakarta, 1998), h Harsono, Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching (P2LPTK Depdiknas: Jakarta, 1988), h.24

65 71 1. Up Hands On the Bosu Ball (Gambar 2.24) Keterangan : Atlet : Busur : Bola Bosu Tujuan : Kekuatan Daya Tahan Lengan Pelaksanaan : 1. Atlet mempersiapkan busur dan dan bola bosu 2. Atlet berdiri diatas bola bosu 3. Atlet merentangkan kedua lengan dan tangan kiri memegang bola bosu sambal menahan selama 15 detik Tempat Alat dan Fasilitas : Lapangan Panahan : Busur dan Bola Bosu

66 72 2. Plank + Shoot On the Bosu Ball (Gambar 2.25) Keterangan : Atlet : Busur, Anak Panah dan Bola bosu Tujuan : Core dengan Keseimbangan Pelaksanaan : 1. Atlet mempersiapkan busur, anak panah dan bola bosu. 2. Atlet melakukan PLANK Posisi lengan menempel kebola bosu dan posisi lengan menekuk dan lengan menempel ke bola bosu. 3. Setelah itu atlet bersiap menembakkan anak panah kearah target face. 4. Tempat : Lapangan Panahan 5. Alat dan Fasilitas : Busur, Anak Panah dan Bola bosu

67 73 3. Push Up Archery + Shoot On the Bosu Ball (Gambar 2.26) Keterangan : Atlet : Busur, Anak Panah dan Bola Bosu Tujuan : Kekuatan Daya Tahan Lengan dengan Keseimbangan Pelaksanaan : 1. Atlet mempersiapkan Busur, Anak Panah dan Bola Bosu 2. Posisi lengan atlet seperti gerakan Push Up lengan dan telapak tangan ada dibola bosu dan lengan menekuk kebawah lalu diberi gerakan keatas dan lengan kiri menahan beban dibola bosu sedangkan tangan kanan diposisi ANCHOR Dibawah dagu terusan pengulangan. 3. Setelah itu atlet menembakkan anak panah kearah target face. Tempat Alat dan Fasilitas : Lapangan Panahan : Busur, Anak Panah dan Bola Bosu

68 74 4. Shoot With Bosu Ball A B (Gambar 2.27) Keterangan : Atlet : Alat : Target Tujuan : Keseimbangan Pelaksanaan : 1. Atlet mempersiapkan busur dan panah serta bola bosu. 2. Atlet berdiri diatas bola bosu. 3. Atlet menembakkan anak panah diatas bola bosu kearah target. Tempat Alat dan Fasilitas : Lapangan Panahan : Busur. Anak Panah dan Bola bosu

69 75 5. Sprint + Shoot On the Target (Gambar. 2.28) Keterangan : Atlet : Busur dan Anak Panah : Bola Bosu Tujuan : Daya Tahan dengan Keseimbangan Pelaksanaaan : 1. Atlet mempersiapkan busur, anak panah dan bola bosu 2. Atlet bersiap lari bolak balik kearah target dan balik menuju arah bola bosu 3. Atlet bersiap berdiri diatas bola bosu sambal menembakkan anak panah kearah target. Tempat Alat dan Fasilitas : Lapangan Panahan : Busur dan anak panah : Bola Bosu

70 76 6. Hands Walking + Shoot On The Bosu Ball (Gambar. 2.29) Keterangan : Atlet : Busur dan Anak Panah : Bosu Ball : Cones Tujuan : Daya Tahan dengan dan Keseimbangan Pelaksanaan : 1. Atlet mempersiapkan cones, busur, anak panah dan bola bosu 2. Atlet bersiap disamping cones melakukan gerakan hands walking berjalan dengan kedua tangan sampai mencapai target cones yang ditentukan 3. Setelah itu atlet bersiap naik ke atas bola bosu lalu menembakkan anak panah kearah target Tempat Alat dan Fasilitas : Lapangan Panahan : Busur, anak panah dan cones

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN Kadek Dian Vanagosi, S.Pd., M.Pd. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

Lebih terperinci

BAB 4 TEKNIK MEMANAH

BAB 4 TEKNIK MEMANAH Teknik Memanah 32 BAB 4 TEKNIK MEMANAH Pengantar Pengulangan menembak dalam olahraga panahan diperlukan teknik yang benar. Penguasaan teknik yang benar sangat menunjang terhadap pencapaian prestasi maksimal.

Lebih terperinci

RESEACH AND DEVELOPMENT. Imam Gunawan

RESEACH AND DEVELOPMENT. Imam Gunawan RESEACH AND DEVELOPMENT Imam Gunawan RESEACH AND DEVELOPMENT VERSI BORG AND GALL Menurut Borg and Gall (1989:782 model penelitian dan pengembangan adalah a process used develop and validate educational

Lebih terperinci

SOSIALISASI OLAHRAGA PANAHAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DI SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL

SOSIALISASI OLAHRAGA PANAHAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DI SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SOSIALISASI OLAHRAGA PANAHAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DI SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL Oleh: Yudik Prasetyo, S.Or., M.Kes., AIFO. FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

Lebih terperinci

TEKNIK-TEKNIK DASAR BAGI ATLET PEMULA PANAHAN Oleh: Yudik Prasetyo Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

TEKNIK-TEKNIK DASAR BAGI ATLET PEMULA PANAHAN Oleh: Yudik Prasetyo Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY TEKNIK-TEKNIK DASAR BAGI ATLET PEMULA PANAHAN Oleh: Yudik Prasetyo Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY Abstrak Manusia sejak kapan mulai memanah belum ada yang mengetahui, namun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga panahan merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut atletnya untuk memiliki kemampuan konsentrasi lebih dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 PERALATAN PANAHAN

BAB 2 PERALATAN PANAHAN 6 BAB 2 PERALATAN PANAHAN Pengantar Peralatan yang baik tak ubahnya seperti teman yang baik, karena dapat menambah kesenangan bagi pengguna peralatan tersebut. Peralatan yang baik juga sangat penting,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and 37 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and development atau penelitian pengembangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul : KEJURDA PANAHAN YUNIOR SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul : KEJURDA PANAHAN YUNIOR SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. BAB I PENDAHULUAN A. Judul : KEJURDA PANAHAN YUNIOR SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. B. Analisis Situasi Cikal bakal panji olahraga di dunia Sport for All dan di Indonesia tahun 1983, memasyarakatkan olahraga

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS PENAMPILAN TEKNIK

BAB 5 ANALISIS PENAMPILAN TEKNIK 53 BAB 5 ANALISIS PENAMPILAN TEKNIK Pengantar Dalam olahraga panahan, penguasaan teknik memanah yang baik memegang peranan penting dalam pelaksanaan memanah. Teknik yang salah dan dilakukan secara terus

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1 Pengertian Model a. Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses. b. Proses sistematis

Lebih terperinci

Penelitian dan Pengembangan R&D

Penelitian dan Pengembangan R&D Penelitian dan Pengembangan R&D Content Definisi R & D Konsep Dasar R & D Tujuan R & D Karakteristik R & D R & D dalam penelitian Metode R & D Langkah-Langkah Penelitian R & D Contoh Penelitian R & D Sistematika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian Pendidikan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA Negeri di kota Bandung, yaitu SMA Negeri 15 Bandung. Populasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SENAM BERBASIS PENCAK SILAT. Widiastuti Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

PENGEMBANGAN MODEL SENAM BERBASIS PENCAK SILAT. Widiastuti Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta JPD: Jurnal Pendidikan Dasar http://doi.org/10.21009/jpd DOI: doi.org/10.21009/jpd.082.05 PENGEMBANGAN MODEL SENAM BERBASIS PENCAK SILAT Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Wididilla41@gmail.com

Lebih terperinci

PENELITIAN PENDIDIKAN BERGENRE RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) Oleh : Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah ABSTRAK

PENELITIAN PENDIDIKAN BERGENRE RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) Oleh : Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN BERGENRE RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) Oleh : Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah ABSTRAK Salah satu jenis penelitian pendidikan yang dapat dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan inkuiri. Efektifitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. 77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. Pendekatan Research and Development yang merujuk pada teori Borg and Gall

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan.

III. METODE PENELITIAN. mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan. 51 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan (Research and Development) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER PADA CABANG OLAHRAGA PANAHAN

2015 PENGARUH LATIHAN WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER PADA CABANG OLAHRAGA PANAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga panahan sudah sejak lama di kenal di Indonesia, olahraga ini membutuhkan sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan, konsentrasi dan ketahanan mental

Lebih terperinci

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Masalah Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, BAB III METODOLOGI Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga telah membudaya di masyarakat Indonesia. Berbagai lapisan masyarakat banyak yang gemar berolahraga. Hal ini menunjukan bahwa, orang telah menyadari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest.

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest. 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA negeri di Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada tahun

Lebih terperinci

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH 18 BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH Pengantar Menembak (shooting) dalam olahraga panahan sangat memerlukan konsistensi (keajegan) dan stabilitas yang tinggi, sehingga dengan adanya konsistensi dan stabilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meninjau pertimbangan dari kesesuaian tujuan penelitian adalah penelitian dan pengembangan atau Research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta tujuan penelitian. Untuk sampai ke tujuan tersebut peneliti mengarahkan

BAB III METODE PENELITIAN. serta tujuan penelitian. Untuk sampai ke tujuan tersebut peneliti mengarahkan 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menyesuaikan sifat dan kenyataan masalah serta tujuan penelitian. Untuk sampai ke tujuan tersebut peneliti mengarahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan atau biasa disebut dengan research and development, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau 59 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D). Produk yang dikembangkan berupa metode bermain dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (research and development) atau R & D. Pemilihan penggunaan

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (research and development) atau R & D. Pemilihan penggunaan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development) atau R & D. Pemilihan penggunaan metode R & D dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat membanggakan. Bahkan para pemanah Indonesia Berjaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat membanggakan. Bahkan para pemanah Indonesia Berjaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan prestasi panahan di Indonesia pada tahun 1988 di Indonesia sangat membanggakan. Bahkan para pemanah Indonesia Berjaya pada event event Internasional

Lebih terperinci

Research and Development

Research and Development Research and Development Metode Penelitian dan pengembangan Edit your company slogan Contents Definisi Research and Development R & D dalam Penelitian R & D Sebagai Penghubung Metode dalam R & D Langkah-langkah

Lebih terperinci

process used to develop and validate educational production". Dengan

process used to develop and validate educational production. Dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development), dengan alasan karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang 53 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa pada jenjang sekolah menengah. Metode dari

Lebih terperinci

RESEARCH & DEVELOPMENT (R&D) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PENELITIAN MAHASISWA KEOLAHRAGAAN

RESEARCH & DEVELOPMENT (R&D) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PENELITIAN MAHASISWA KEOLAHRAGAAN RESEARCH & DEVELOPMENT (R&D) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PENELITIAN MAHASISWA KEOLAHRAGAAN GUMILAR MULYA Dosen FKIP Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya Jawa Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Pengertian penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan metode penelitian yang dilaksanakan. Uraian tersebut diawali dengan uraian tentang lokasi dan subjek penelitian, desain dan metode penelitian yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D). Gall and Borg (2003;569) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dalam Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Kecerdasan Jamak ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 1 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN Oleh: Rofiqul Fuadi Sholihin, Yoto dan Sunomo

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN LATIHAN TEKNIK DASAR OLAHRAGA BOLA TANGAN.

SOSIALISASI DAN LATIHAN TEKNIK DASAR OLAHRAGA BOLA TANGAN. SOSIALISASI DAN LATIHAN TEKNIK DASAR OLAHRAGA BOLA TANGAN Tara Ismarrangga 1, Sugiyanto 2, Agus Kristiyanto 3 1,2,3 (Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret) 24 PENDIDIKAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

Lantip Diat Prasojo Universitas Negeri Yogyakarta

Lantip Diat Prasojo Universitas Negeri Yogyakarta MODEL PENGEMBANGAN SOFTWARE PERPUSTAKAAN ON-LINE DI SMAN 1 KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lantip Diat Prasojo Universitas Negeri Yogyakarta Email: lantip1975@gmail.com, lantip@uny.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan. Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Research

Lebih terperinci

Tugas2_PT206B_

Tugas2_PT206B_ Analisis pembelajaran Menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pythagoras pada materi menggunakan rumus pythagoras dalam memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pythagoras pada materi menggunakan rumus pythagoras dalam memecahkan 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yaitu pengembangan penilaian kinerja (performance assessment) untuk menemukan rumus pythagoras pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan 39 BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 3.1 Model Penelitian Pengembangan Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dan pengembangan, model yang akan dikembangkan dalam pengembangan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sangat pesat, tidak hanya berorientasi pada penelitian dasar (basic research) dan

BAB III METODE PENELITIAN. sangat pesat, tidak hanya berorientasi pada penelitian dasar (basic research) dan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Penelitian Pengembangan (R & D) Penelitian bidang pendidikan saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, tidak hanya berorientasi pada penelitian

Lebih terperinci

RESEARCH & DEVELOPMENT

RESEARCH & DEVELOPMENT RESEARCH & DEVELOPMENT ( R & D) APA, MENGAPA DAN BAGIMANA MENGAPA R & D 1. Kegagalan pendidikan dalam membangun SDM bangsa, diduga krn Kebijakan yang diimplementasikan tidak didahului dg R & D 2. Tuntutan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUSUR DARI PRALON UNTUK PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER PANAHAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN BUSUR DARI PRALON UNTUK PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER PANAHAN SISWA SEKOLAH DASAR Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 11, Nomor 2, November 2015 Shaquila Awalia Fajri & Yudik Prasetyo Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D), yaitu sebuah strategi atau

Lebih terperinci

Perencanaan Pembelajaran: Suatu Pengantar

Perencanaan Pembelajaran: Suatu Pengantar Perencanaan Pembelajaran: Suatu Pengantar Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, S.Pd., M.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2013 Pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Peneliti menetapkan dua jenis lokasi untuk penelitian ini, lokasi pertama merupakan lokasi pengembangan produk, yaitu di SLB Bina Kasih Kota Bandung. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis 126 BAB III METODE PENELITIAN Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa

Lebih terperinci

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Modul Pelatihan Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Kegiatan Belajar 4 Dr. BENNY A. PRI 1 Seri Modul JF-PTP KEGIATAN BELAJAR 4 Perancangan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan penelitian pengembangan (Research & Development). Pendekatan ini mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan. tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan. tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (Penelitian dan Pengembangan). Hal ini dikarenakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu aplikasi mobile learning berbasis WAP. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang jenis penelitian yang digunakan, subjek penelitian, desain pengembangan yang dilakukan, teknik dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL MATH GAME DENGAN MODEL ETNOMATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA SMA DITINJAU DARI KEVALIDANNYA

PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL MATH GAME DENGAN MODEL ETNOMATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA SMA DITINJAU DARI KEVALIDANNYA PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL MATH GAME DENGAN MODEL ETNOMATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA SMA DITINJAU DARI KEVALIDANNYA Achmad Buchori 1, Sudargo 2, Noviana Dini Rahmawati 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Kompetensi Dasar Materi Pokok Strategi Perkuliahan Sumber Bahan/ Referensi 1 Kontrak Perkuliahan

SILABUS MATA KULIAH. Kompetensi Dasar Materi Pokok Strategi Perkuliahan Sumber Bahan/ Referensi 1 Kontrak Perkuliahan SILABUS MATA KULIAH Fakultas : Ilmu Keolahragaan Program Studi : IKORA, PKO, PJKR Nama Mata Kuliah : Orpil Panahan Kode Mata Kuliah : IKF 149 Jumlah SKS : 1 SKS (Praktik 1 sks) Semester : IV (Empat) Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Pengembangan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Pengembangan atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Borg dan Gall (1979: 624), yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif 116 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif berbasis komputer yang nantinya digunakan pada pembelajaran PAI. Adapun pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka peneltian ini menggunakan pendekatan metode penelitian dan pengembangan (Research and Develompment), yaitu

Lebih terperinci

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 2, September 2015 ( ) Tersedia Online:

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 2, September 2015 ( ) Tersedia Online: Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS (109-114) Tersedia Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK PEMBELAJARAN PKn SMP Alif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian 152 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Ajar Aljabar Linear berbasis Discovery-Inquiry Guna meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Pengembangan Buku Ajar Aljabar Linear berbasis Discovery-Inquiry Guna meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 23 Pengembangan Buku Ajar Aljabar Linear berbasis Discovery-Inquiry Guna meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Swasti Maharani, Tri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research 42 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulam data, prosedur penelitian dan pengembangan serta analisis instrumen. 3.1

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 6 Model Pengembangan Pembelajaran Kaitannya Dengan Bahan Ajar MODEL PENGEMBANGAN FOUR-D (4D) Model pengembangan

Lebih terperinci

Vol. 2 No. 1 ISSN April 2016

Vol. 2 No. 1 ISSN April 2016 PENGARUH LATIHAN DECLINE PUSH UP DAN STANDING FORE ARM FLEXION TERHADAP KETEPATAN SERVICE ATAS PADA UKM BOLAVOLI IKIP MATARAM TAHUN 2016 Johan Irmansyah, Adi Suriatno Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 15 (1), Januari Juni 2016 : 1-25

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 15 (1), Januari Juni 2016 : 1-25 KONTRIBUSI DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN DENGAN KETEPATAN MEMANAH PADA ATLET PANAHAN PENGPROV PERPANI ACEH TAHUN 2015 Maimun Nusufi * Abstrak: Penelitian bertujuan Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Proceeding: The First International Seminar on Trends in Science and Science Education 2014 ISBN

Proceeding: The First International Seminar on Trends in Science and Science Education 2014 ISBN SE-036 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN HYBRIDLEARNING MATA KULIAH PENGANTAR SOSIOLOGI DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Trisni Andayani 1 Fakultas Ilmu Sosial, E-mail: trisniandayani@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB 5 MENTAL TRAINING UNTUK ATLET PANAHAN

BAB 5 MENTAL TRAINING UNTUK ATLET PANAHAN 1 BAB 5 MENTAL TRAINING UNTUK ATLET PANAHAN Pengantar Setiap atlet ketika ditanya sepakat bahwa kesiapan dan ketahanan mental penting untuk mencapai prestasi maksimal dalam setiap perlombaan. Tujuan bahasan

Lebih terperinci

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22 P-ISSN: 2528-5688 E-ISSN: 2528-5696 VOLT Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22 PENGUJIAN VALIDITAS, PRAKTIKALITAS,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam 71 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi matematika serta diarahkan pada peningkatan kemampuan berfikir siswa

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB 7 ANALISIS BIOMEKANIK DALAM PANAHAN

BAB 7 ANALISIS BIOMEKANIK DALAM PANAHAN 81 BAB 7 ANALISIS BIOMEKANIK DALAM PANAHAN Pengantar Dalam olahraga panahan atau olahraga lainnya, atlet sangat dituntut untuk menampilkan penampilan terbaiknya. Nampaknya ini bukanlah sesuatu yang mudah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh : Asep Herry Hernawan A. Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan proses yang yang ditata dan diatur sedemikian rupa menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta, SMA Negeri 1 Karanganyar, dan SMA Negeri 2 Karanganyar. Waktu penelitian dilaksanakan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian Modul pembelajaran fisika ini dikembangkan di Laboratorium Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Beberapan hasil kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Beberapan hasil kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian 112 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapan hasil kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian pengembangan bahan ajar workshop pendidikan kesehatan ini antara lain adalah : 1.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN Endang Mulyatiningsih Mengajar merupakan tugas utama seorang pendidik (guru, dosen, tutor, instruktur, widyaiswara). Pendidik yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide

Lebih terperinci

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SELOKA 3 (2) (2014) Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Menurut Sugiyono, metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu merupakan jenis penelitian pengembangan (Research & Development). Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (1983:772), Educational

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas 29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penugasan yang berbasis peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah

Lebih terperinci

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA PENGEMBANGAN BUKU AJAR ALJABAR LINEAR UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA BERBASIS MODEL DISCOVERY-INQUIRY Swasti Maharani 1), Tri Andari 2) 1,2 FKIP, Universitas PGRI Madiun email: swastimh@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan. 84 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode penelitian dan pengembangan. Dalam aplikasinya melakukan penyesuaian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH DOI: doi.org/10.21009/0305010219 PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH Widya Nurhayati a), Vina Serevina b), Fauzi Bakri c) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and Carrey, yaitu suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian pengembangan (Research and Development, atau R & D) dalam bidang pendidikan. Borg and Gall (1983: 773) mendefinisikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF Tri Handayani 1, Sajidan 2, Baskoro Adi Prayitno 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Lebih terperinci

Penelitian Pengembangan

Penelitian Pengembangan 1 Penelitian Pengembangan Oleh : Nunuk Suryani Tesis dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan tesis dan disertasi yang ditulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan jenis masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini akan memanfaatkan metode penelitian dan pengembangan (research and development). 3.1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini akan diuraikan masalah metodologi yang digunakan dalam penelitian, mulai dari metode, desain, prosedur, paradigma, subjek dan sumber data, teknik pengumpulan

Lebih terperinci