BAB II TINJAUAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. GAMBARAN UMUM PROYEK v Judul : Gelanggang Olahraga dan Fasilitas Perbelanjaan v Tema : Integrasi fungsi v Lokasi : Ragunan, Pasar Minggu v Luas Lahan : m2 v Sifat Proyek : Fiktif v Radius pelayanan : Berskala Regional, terutama Jakarta Selatan v Fungsi : Menampung, kegiatan olahraga didalam Gelanggang Olahraga dan adanya sarana perbelanjaan sebagai sarana pendukung. 1. Fasilitas yang direncanakan Sarana Olahraga Utama : - Area Bola Basket - Area Bola Volley - Area Bulu Tangkis - Sepak Bola (Indoor) Sarana Olahraga Rekreasi : - Kolam Renang - Billyard - Fitness - Tennis - Squash - Mini Golf II - 7

2 Fasilitas Penunjang OR. : - Ruang Multifungsi - Ruang Ganti - Ruang Latihan - Ruang Sauna / Massage - Ruang Pengelola - Ruang Informasi dan Reception - Ruang P3K - Toilet - Kantin - M/E - Musholla - Gudang Fasilitas Perbelanjaan OR. : - Pertokoan - Supermarket - R. Terbuka / Plaza - Food Court - ATM & Telepon - Pos & Giro II - 8

3 2.2 TINJAUAN GELANGGANG OLAHRAGA Pengertian Judul dari proyek yang direncanakan mengandung pengertian sebagai berikut: Gelaggang adalah: Ruang/lapangan tempat berolahraga, bertinju, menyabung ayam, berpacu kuda, tempat pertandingan, dsb 1. Mengandung makna ruang atau lapangan tempat olahraga atau lingkungan yang mengelilingi kegiatan olahraga. Olahraga adalah: Olahraga, terdiri dari kata olah dapat diartikan mengolah meraju, mengurus, memasak, membina bakat atau potensi yang ada didalam diri seseorang. Sedangkan raga artinya badan termasuk jiwa/roh yang meliputi didalam tubuh 2. Kegiatan jasmani dan rohani yang dilaksanakan secara teratur mengenai waktu, alat dan tempat, secara spontan dan swadaya serta mencakup segala aktivitas manusia untuk memperkuat daya tahan tubuh 3. Suatu gerakan yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang sehat jasmani, mental, dan rohani, juga ditujukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang disiplin dan sportifitas yang tinggi, serta membina dan meningkatkan prestasi sebagai kebanggaan nasional 4. Kegiatan atau melatih gerak badan untuk melenturkan otot-otot yang tegang dan menguatkan otot yang lemah, agar tubuh tetap sehat jasmani maupun rohani. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 2 Aip, Drs, Buku Pengetahuan Olahraga Untuk SLTA, Jakarta, Dinas Olahraga DKI Jakarta, Garis-garis Besar Haluan Negara II - 9

4 Jadi pengertian Gelanggang Olahraga adalah: Merupakan suatu wadah yang menampung kegiatan olahraga Sedangkan pengertian fasilitas perbelanjaan adalah : Fasilitas adalah segala yang memudahkan (untuk bertempat tinggal, berpergian, dan sebagainya) 5 Perbelanjaan adalah berasal dari kata belanja yang artinya uang yang dipakai untuk keperluan sehari-hari, uang yang dipakai untuk suatu ongkos, biaya dan juga berarti biaya-biaya yang dikeluarkan. 6 Jadi pengertian Fasilitas Perbelanjaan adalah : Tempat yang digunakan untuk orang berbelanjaan / mengeluarkan biaya / uang untuk keperluan sehari-hari Klasifikasi Kegiatan Olahraga Agak sulit untuk membagi-bagi dalam golongan-golongan tertentu, karena dalam olahraga, sangat banyak kegiatan-kegiatan dan gerakangerakan yang dilakukan di masyarakat. Untuk itu coba diadakan pendekatan-pendekatan dengan menggolongkannya berdasarkan beberapa sudut pandang. 7 A. Ditinjau dari tujuan khusus serta jangkauan utamanya, dibagi atas: a. Olahraga Pendidikan Olahraga pendidikan, bersifat permasalahan terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa dan bertujuan untuk mendidik melalui pemeliharaan kesegaraan jasmani, pemupuk sifat olahragawan dan apresiasi terhadap olahraga sebagai kehidupan sehari-hari. b. Olahraga Prestasi Olahraga prestasi adalah olahraga yang bertujuan membina kegiatan olahraga jenis-jenis tertentu secara itensif dan tekan untuk memperoleh tingkat kemahiran dan prestasi yang tinggi. 5 Poerwardarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka Ibid, Hal BAPPENAS, Rancangan REVELITA III 1979/ /1984. II - 10

5 c. Olahraga Rekreasi Olahraga rekreasi adalah olahraga bertujuan mengajak berbagai kalangan masyarakat untuk melakukan olahraga kegemarannya masing-masing agar memperoleh rasa senang dan sehat jasmani dan rohani, kepuasan sosial serta memulihkan kesegaran jasmani. d. Olahraga Massal Olahraga massal adalah olahraga yang bertujuan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan mengajak melakukan senam pagi, gerak jalan, olahraga tradisional dan olahraga lain untuk membina ketahanan nasional dan memupuk kemampuan fungsional manusiawi. e. Olahraga Khusus Olahraga khusus adalah olahraga yang mencakup olahraga jenis tertentu yang sesuai bagi seorang cacat jasmani yang bertujuan penguasaan dan kemahiran jenis-jenis olahraga tertentu serta mencakup pula kegiatan olahraga yang betujuan penyembuhan dalam arti pemulihan kesehatan dan kesegaran dan ketahanan sebagian atau seluruh jasmani seseorang yang melakukannya sebagai terapi olahraga atau seluruh jenis-jenis tertentu. B. Berdasarkan Big Muscle Activity, dibagi atas: Atletik dan Non atletik (lari, lompat, lempar, renang dan senam). C. Berdasarkan ruang, out door (luar ruangan) dan indoor (dalam ruangan) D. Berdasarkan arena atau lapangannya: - Lapangan rumput/ tidak diperkeras, seperti sepak bola, dsb. - Lapangan diperkeras, seperti basket, dsb. - Es, seperti ski. - Udara seperti gliding, parachuting, dsb. - Air/perairan seperti dayung, layer, dsb Prasarana Olahraga A. Prasarana olahraga ruang terbuka, cabang olahraga yang mencakup didalamnya antara lain: II - 11

6 - Atletik - Renang - Sepak Bola - Olahraga Air - Panahan - Olahraga Dirgantara - Baseball - Balap Sepeda B. Prasarana olahraga ruang terbuka/tertutup, cabang olahraga yang tercakup didalamnya antara lain: - Bulutangkis - Sepak Takraw - Volley - Menembak - Basket - Tennis C. Prasarana olahraga ruang tertutup, cabang olahraga yang tercakup didalamnya antara lain: - Anggar - Billiard - Angkat Besi - Tennis Meja - Senam - Catur Pengguna Gelanggang Olahraga Pengguna Fasilitas Olahraga (umum) Gelanggang Olahraga sebagai fasilitas umum yang direncanakan ini akan melayani masyarakat yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan sifat kegiatan olahraga yang berlangsung, yaitu : - Umum (non-prestasi) Masyarakat yang menggunakan fasilitas olahraga untuk rekreasi (dilakukan pada waktu umum). - Khusus (prestasi) Orang tertentu yang menggunakan fasilitas ketika diadakannya suatu kegiatan olahraga tertentu. Panitia Penyelenggara Panitia penyelenggara adalah sekelompok orang yang menjadi anggota panitia dalam suatu kegiatan olahraga tertentu. Mereka bertugas untuk II - 12

7 menyelenggarakan, mengatur, menata dan bertanggung-jawab atas kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan olahraga. Pengelola Mengingat biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan dan perawatan bangunan ini cukup besar, maka diperlukan pengelola bangunan/ gedung, dimana mereka bertugas merawat dan mengelola gedung, baik secara fisik maupun administrasi (pendaftaran pemakai, manajemen keuangan, pengurus izin) Waktu Kegiatan Olahraga dan Rekreasi Pemanfaatan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan : - Existence Time Waktu yang diperlukan manusia bagi dirinya untuk pemuasan kebutuhan hidup primer seperti sandang, pangan dan papan. - Subitence Time Waktu yang diperlukan manusia bagi dirinya untuk tahap tetap hidup dan berkarya serta berkreasi seperti bekerja, belajar, dan lain-lain. - Leisure Time Waktu yang diperlukan manusia bagi dirinya untuk melepaskan diri dari kegiatan rutinitasnya menurut apa yang disukainya guna menyembuhkan kesegaran dan kebugaran tubuhnya. Dari ketiga pemanfaatan waktu diatas, pada umumnya olahraga dan rekreasi termasuk ke dalam pemanfaatan waktu, Leisure time. Karena sering dilakukan pada waktu senggang Klasifikasi Sarana Olahraga Tertutup Klasifikasi Sarana Olahraga Berdasarkan Skala Pelayanan Fasilitas olahraga skala pelayanan, terbagi atas: A. Skala Nasional, fasilitas olahraga ini menampung atau melayani kegiatan-kegiatan diantaranya kompetisi utama, pertandingan, latihan dan mengajar dengan standard internasional seperti PON, Sea Games dan sejenisnya. II - 13

8 Contoh: - Gedung Istora Senayan, Jakarta - Stadion Tennis Indoor Senayan, Jakarta B. Skala Regional, fasilitas olahraga yang melayani satu atau beberapa daerah dengan populasi penduduk dan merupakan fasilitas pelengkap disuatu daerah atau wilayah. Cotoh: - Gedung Olahraga Penjaringan - Gedung Olahraga Bulungan - Gedung Olahraga Grogol C. Skala Lingkungan, fasilitas olahraga yang melayani satu lingkungan, dalam hal ini lingkungan pemukiman dengan populasi penduduk, dan biasanya disediakan dalam satu kompleks perumahan sebagai salah satu sarana pelengkap. Contoh: - Sport Club Mega Kebon Jeruk di perumahan Mega Kebon Jeruk - Sunter Sport Club di perumahan Sunter. D. Skala Sekolah, fasilitas olahraga yang melayani kegiatan olahraga disuatu sekolah, biasanya berbentuk aula serbaguna dan dapat berbentuk lapangan terbuka serta digunakan hanya untuk latihan olahraga standard saja. E. Skala Khusus, fasilitas olahraga yang menangani jenis olahraga yang bersifat komersil atau diperuntukan penyandang cacat, biasanya dibentuk oleh pihak swasta Klasifikasi Sarana Olahraga Berdasarkan Skala Pelayanan. Dikaitkan Dengan Tipe Bangunan Olahraga 8 1. Gedung Olahraga Tipe A Gedung olahraga yang dalam penggunaannya melayani wilayah Propinsi/ Daerah Tingkat I. 8 Standard Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga, Kantor Menpora, 1997 II - 14

9 2. Gedung Olahraga Tipe B Gedung olahraga yang dalam penggunaannya melayani wilayah Kabupaten/ Kotamadya. 3. Gedung Olahraga Tipe C Gedung olahraga yang dalam penggunaannya melayani wilayah Kecamatan Klasifikasi Sarana Olahraga Berdasarkan Type Bangunan Fasilitas olahraga berdasarkan type bangunan, terdiri dari 9 : A. Type A, untuk Pemda (U.P.T) Menyediakan Cabang Kapasitas Ukuran Minimal Hall Olahraga Penonton - 1 lapangan basket 50 m x 30 m (belum termasuk org - 1 lapangan volley daerah bebas) dengan ketinggian - 1 lapangan tennis langit-langit 12,5 m. - 4 lapangan bulutangkis B. Type B, untuk Walikota (Gelanggang Olahraga) Menyediakan Cabang Olahraga Ukuran Minimal Hall - 1 lapangan basket 32 m x 22 m (sudah termasuk - 1 lapangan volley daerah bebas) dengan ketinggian - 3 lapangan bulutangkis langit-langit 12,5 m. Kapasitas Penonton org C. Type C, untuk Kecamatan (Balai Rakyat) Menyediakan Cabang Olahraga Ukuran Minimal Hall - 1 lapangan volley 24 m x 16 m dengan ketinggian - 1 lapangan bulutangkis langit-langit 9 m. Kapasitas Penonton Max org 9 Standard Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga, Kantor Menpora, 1997 II - 15

10 D. Type D, Kelurahan (Sarana Krida Karang Taruna) Menyediakan Cabang Olahraga Ukuran Minimal Hall - 1 lapangan bulutangkis 24 m x 16 m dengan ketinggian langit-langit 9 m. Kapasitas Penonton < org Klasifikasi Sarana Olahraga Berdasarkan Standard Wilayah Klasifikasi dan jenis sarana olahraga yang dapat dipergunakan sesuai standard wilayah, prestasi nasional maupun internasional, oleh KONI PUSAT diberikan saran mengenai Pembangunan Fasilitas Olahraga secara garis besar: a. Untuk tingkat Wilayah ; Terdiri ; - Gelanggang olahraga/ stadion - Lapangan olahraga - Kolam renang - Gedung serbaguna - Fasilitas penunjang lainnya Pengawas : Langsung ditangani oleh Walikota wilayah setempat Pelayanan : Mulai dari masyarakat sampai atlet b. Untuk tingkat Wilayah ; Terdiri ; - Gelanggang olahraga - Stadion (minimal lapangan hijau) - Kolam renang - Gedung konferensi Pengawas : Dinas olahraga wilayah Pelayanan : Terutama para pelajar dan mahasiswa disamping masyarakat umum c. Untuk tujuan fasilitas olahraga Dimaksudkan ; - Melayani kebutuhan mayarakat - Memberikan pembinaan/ pemassalan olahraga, - Memberikan semangat berolahraga II - 16

11 Bangunan Olahraga Sebagai Bangunan Yang Multifungsi 10 Suatu arena harus merupakan suatu bangunan yang multi-fungsi, dapat menampung berbagai macam alternatif kegiatan dan bersifat fleksibel. Proses ganti antar kegiatan, sebagai permisalan, diusahakan suatu penggunaan biaya pada level yang minimum untuk membantu menciptakan viabilitas ekonomi; set-up dan break-down adalah suatu hal yang merugikan, baik waktu maupun ruang. Keputusan terhadap rancangan mempunyai implikasi yang patut dipertimbangkan untuk manajemen arena yang berkelanjutan, dan manajemen yang berkemampuan serta pengaruh harus disertakan pada tahap desain. 11 Pada tahap perencanaan sudah sehausnya termasuk didalamnya suatu analisa terhadap keinginan dan kelayakan serta viabilitas finansial dari fasilitas olahraga yang direncanakan. Ini dapat dihasilkan melalui penelitian terhadap pasar secara kompeten. Kegiatan olahraga hanya merupakan salah satu bagian dari program suatu bangunan olahraga dan saran diperlukan terhadap kemungkinan bangunan olahraga sebagai bangunan multi-fungsi atas dasar keuntungan yang dihasilkan. Alternatifalternatif kegiatan pada bangunan olahraga yang perlu dipertimbangkan, yaitu: - Entertainment (including contest) - Exshibitions - Conferences and conventions - Community recreation programmers - Social event Karakteristik Bangunan dan Lingkungan Fasilitas Olahraga Menurut Lewis Keeble ada beberapa prinsip utama untuk menentukan suatu lokasi perencanaan fasilitas olahraga, yaitu: 10 Sport Council, Arenas, A planning, design and Management Guide, 1989, Hal Sport Council, Arenas, A planning, design and Management Guide, 1989, Conclusion, Hal.16 II - 17

12 - Berada pada lokasi yang mudah dicapai. - Suatu lokasi yang berada didalam wilayah kota. Hal ini disebabkan kegiatan olahraga merupakan bagian penting dalam kehiupan sehari-hari. - Memanfaatkan efek topografi lahan yang kurang diminati oleh kegiatan kota lain. - Dengan kehadiran lokasi fasilitas olahraga tersebut menambah keindahan dan daya tarik suatu kota. - Fasilitas olahraga tersebut, bukan sebagai penggangu melainkan bersifat komplementer atau sebagai nilai tambah dalam suatu kota. - Mengupayakan agar fasilitas olahraga didalam kota tersebut dapat menunjang ekonomi kota atau minimal lokasi disekitar tapak. - Perlu memperhatikan dampak negatif dan banyaknya jumlah penonton terhadap kemacetan lalu lintas dan mungkin adanya perusakan terhadap lingkungan sekitarnya PERKEMBANGAN OLAHRAGA DI INDONESIA Di Indonesia olahraga sudah dikenal sejak jaman nenek moyang yaitu yang dikenal dengan sebutan olahraga tradisional. Olahraga tradisional ini biasanya dilakukan dan dipertandingkan pada waktu perayaan-perayaan adat dan merupakan salah satu mata acara dalam perayaan tersebut. Olahraga modern dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan, dapat diterima oleh masyarakat dan berkembang pada saat ini. Perkembangan olahraga modern di Indonesia: o Jaman penjajahan, pada masa penjajahan Belanda, sedangkan bangsa Indonesia tidak diperbolehkan memakai fasilitas-fasilitas tersebut. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang kegiatan olahraga mulai ditingkatkan mulai dari pelajar, mahasiswa dan pegawai diharuskan melakukan gerak badan setiap pagi, dan diajarkan bela diri dan atletik (untuk kepentingan bangsa Jepang dalam memenangkan peperangan). Pada bulan Oktober 1942 sempat diadakan pekan olahraga ISI (Ikatan Sport Indonesia). II - 18

13 o Jaman Kemerdekaan, setelah merdeka Indonesia berusaha membangun bidang olahraga dan memajukannya serta menyelenggarakan pertandingan-pertandingan. Sehingga berkembang pada saat ini, dan Indonesia mengikuti kegiatan-kegiatan olahraga seperti: Olympiade, Asian Games, SEA Games, dll. Dimana perkembangan olahraga merupakan bagian dari keseluruhan pembangunan nasional. Yang bertujuan menjadikan manusia Indonesia yang utuh dan membangun fisik yang sehat dan dapat membentuk sumber daya manusia yang memahami pentingnya sportifitas, disiplin, kualitas, kompentitif dan berjiwa nasionalis RENCANA DAN KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH Rencana dan Kebijaksanaan Pengadaan Fasilitas Umum di DKI Jakarta Tujuan dan Sasaran Tujuan pengembangan fasilitas umum adalah terwujudnya pelayanan kebutuhan masyarakat baik fisik, sosial, mental maupun spiritual yang memadai dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat. Sasarannya adalah pemenuhan fasilitas umum secara bertahap baik dari segi jumlah maupun kuantitas. Kebutuhan Fasilitas Umum Perkiraan fasilitas umum di DKI Jakarta 2005 tersaji pada tabel di halaman berikut: No Jenis Fasilitas Jml sekarang Kebutuhan Kekurangan Unit Luas Ha 1 Pendidikan Kesehatan Olahraga/ Rekreasi Seni Budaya Kesejahteraan Sosial Perkantoran/ Adm. Pemerintahan Pasar Total Fasilitas Umum Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta 1980 II - 19

14 Kebijaksanaan Pengembangan Fasilitas Umum Kebijaksanaan pokok pengembangan fasilitas umum adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan fasilitas umum akan disebarkan pada sentra-sentra primer, sekunder, tersier dan lokal serta pada lingkungan pemukiman, sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. 2. Standar luas lahan dan konstruksi bangunan fasilitas umum untuk setiap Wilayah Pengembangan berbeda, sesuai dengan kepadatan penduduk dan kondisi fisik lingkungannya. 3. Pengadaan lahan dan pembiayaan pembangunan fasilitas umum dapat dilakukan dari berbagai sumber masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah atau campuran antara ketiganya. Langkah-langkah Langkah-langkah utama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan fasilitas umum adalah sebagai berikut : 1. Menyusun pedoman lebih terperinci pembangunan fasilitas umum untuk setiap wilayah pengembangan dan pedoman umum untuk setiap jenis sentra. 2. Menetapkan standard luas lahan, struktur dan konstruksi bangunan umum. Tabel statika kebutuhan fasilitas umum pada masing-masing Wilayah Pengembangan Wilayah pengembangan (WP) Barat Laut Timur Laut Utara Pusat Timur Barat Selatan Tanjung Priok Kekurangan/ Kebutuahan Unit Luas Ha Total Sumber: Rencana Bagian Wilayah Kota DKI Jakarta 2005, Dinas Tata Kota II - 20

15 3. Menyediakan lahan untuk fasilitas umum bagi daerah-daerah yang akan dikembangkan secara pesat, khususnya di WP Barat dan WP Timur Kebijaksanaan Prasarana dan sarana olahraga DKI Jakarta Pembangunan prasarana dan sarana olahraga berpedoman pada azas manfaat dan prioritas, serta mengikut-sertakan partisipasi masyarakat. Dalam membangun prasarana olahraga berpedoman pada pemanfaatan lahan sesuai RUTR. Pembangunan prasarana dan sarana olahraga tidak lepas dari pola pembinaan olahraga, yang terdiri dari permasalahan, pembibitan, peningkatan prestasi dan tenaga pembinanya. Untuk permasalahan dan pembibitan, kebijaksanaan pengadaan prasarana dan sarana dengan ciri standar (termasuk laboratorium olahraga serta prasarana dan sarana sekolah). Untuk upaya penyediaan tenaga pembina, maka kebijaksanaan yang berkaiatan dengan prasarana dan sarana adalah diupayakan dengan ciri standard KONDISI KOTA JAKARTA Potensi Strategis Fasilitas Olahraga di Jakarta Jakarta adalah salah satu kota dengan laju pertumbuhan penduduk paling menakjubkan di dunia. Bila pada awal 1940-an penduduknya baru jiwa, Mei lalu dalam pencatatan penduduk menjelang pemilu jumlah warga Jakarta telah mencapai jiwa. Data dari Dinas Kependudukan DKI menyebutkan penduduk Jakarta bertambah dengan jiwa setiap harinya, atau sekitar empat persen setahun. Jika diasumsikan tingkat laju pertumbuhan ini terus bertahan hingga tahun 2020, pada saat ini Jakarta akan berpenduduk di atas 20 juata jiwa. Pertumbuhan dan arah perkembangan fisik kota Jakarta selama hampir 20 tahun tidak sepenuhnya mengikuti pola pertahapan II - 21

16 perkembangan fisik sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Induk , melainkan banyak ditentukan oleh pola kemudahan-kemudahan prasarana yang ada. Pertumbuhan jumlah penduduk yang belum diimbangi dengan peningkatan sosial ekonominya, mengakibatkan tumbuhnya konsentrasikonsentrasi pemukiman yang padat tanpa didukung oleh prasaran dan sarana memadai. Fasilitas umum yang terbangun di Jakarta belum menunjukkan pola penyebaran yang merata dan berjenjang (hirarkis) serta belum menggambarkan suatu kesatuan yang mencerminkan pusat-pusat pelayanan, terutama di daerah-daerah pemukiman yang telah berkembang. Tabel statitik jumlah fasilitas umum pada masing-masing Wilayah Pengembangan Wilayah Sosial/ Kesejahteraan Pendidikan Kesehatan Pengembangan Olahraga Rakyat WP BL 55,0 35,5 58,0 11,0 WP TL 71,6 43,0 65,1 21,0 WP U 62,4 62,4 67,0 37,9 WP T 80,9 74,1 51,8 34,8 WP B 77,3 58,3 51,4 26,5 WP P 82,0 60,3 79,7 32,7 WP S - 98,0 51,7 87,3 RATA-RATA DKI JAKARTA 75,3 55,0 65,8 Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta 1980 Rata-rata Perwilayahan pengembangan 39,9 46,9 57,4 63,7 53,4 63,7 - Jumlah penduduk dalam angka yang besar dan berpartisipasi masyarakat yang aktif dalam ke-olahraga-an, merupakan faktor yang sangat potensial bagi perkembangan olahraga di Jakarta, jika ini dapat dimanfaatkan secara baik bagi pemerintah dan pihak-pihak yang berkaitan. 2.6 PERUNTUKAN WILAYAH KOTA JAKARTA Berdasarkan rencana induk DKI Jakarta, secara garis besar wilayah Jakarta dibagi dalam sembilan wilayah pengembangan: II - 22

17 1. Barat Laut (WP-BL) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, sebagian wilayah Jakarta Pusat. Pembangunan prasarana dan air minum di wilayah ini sangat mahal. 2. Tanjung Priok (WP-TP) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, cenderung berkembang pesat sebagai daerah hunian. Kondisi lingkungan masih kurang memuaskan. 3. Barat (WP-B) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Barat, sebagian wilayah Jakarta Selatan. Merupakan wilayah strategis pengembangan jangka panjang. 4. Timur (WP-T) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Timur, dengan kondisi tanah yang baik untuk pengembangan kota. 5. Selatan (WP-S) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Timur. Merupakan daerah resapan air dan telah dilakukan pengendalian terhadap penggunaan ruang terbuka hijau. 6. Utara (WP-U) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Sebagian besar merupakan wilayah pusat perdagangan dan jasa yang semakin meningkat. Memiliki jaringan lalu-lintas yang padat. 7. Timur Laut (WP-TL) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur, serta relatif kurang berkembang. 8. Pusat (WP-P) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Pusat, sebagian Jakarta Selatan. Lingkungannya baik, memiliki potensi pengembangan cukup besar. 9. Pulau Seribu (WP-PS) Meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, dimana merupakan daerah taman nasional laut yang perlu dijaga dan dilestarikan. II - 23

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna

Lebih terperinci

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya

Lebih terperinci

fisik, mental dan rohaniah manusia demi

fisik, mental dan rohaniah manusia demi BAB II TINJAUAN UMUM OLAHRAGA PERMAINAN 2.1. OLAHRAGA PERMAINAN 2.1.1- Pengertian Pengertian olahraga menurut keputusan Jendral Olahraga no. Direktur 057 tahun 1968 adalah kegiatan manusia yang wajar sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, penduduknya berjumlah 2.109.339 dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Olahraga Di Magetan Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi penerus yang dikemudian hari akan membawa nama harum bangsa pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Kelayakan Proyek Atambua merupakan Ibukota Kabupaten Belu yang termasuk dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan rencana induk pengembangan,

Lebih terperinci

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dijabarkan mengenai latar belakang diperlukannya Gedung Olahraga Air Di Denpasar, rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perkembangan dunia olahraga akhir-akhir ini terutama di Indonesia sedang mengalami kemunduruan, dapat dilihat dari menurunnya prestasi atlet-atlet Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam budaya Indonesia, tidak ada keterlibatan latihan fisik seperti olahraga modern. Suku asli Indonesia umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuaan

Lebih terperinci

Revitalisasi GOR Trilomba Juang Semarang

Revitalisasi GOR Trilomba Juang Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelanggang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,1995) adalah ruang/lapangan tempat menyabung ayam, bertinju, berpacu(kuda), olahraga dan sebagainya.

Lebih terperinci

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN HI-TECH ARCHITECTURE Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Proyek Kebutuhan akan sarana hiburan pada saat ini terutama di kota-kota besar semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan kota tersebut. Selain itu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Adapun dalam pembuatan laporan tugas akhir ini terdapat dua hal yang melatar belakanginya, yaitu : I.1.1 Latar Belakang Proyek I.1.2 Latar Belakang Topik dan Tema I.1.1

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN OLAH RAGA NASIONAL (PON) XVIII TAHUN 2008 DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA BEKASI Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota Bekasi

Lebih terperinci

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : HALIM LAKSANA JAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. : Jl. Jenderal Sudirman, Kec. Tangerang, Kotamadya Tangerang. : Berskala lingkungan, diutamakan untuk para. sekitarnya.

BAB II TINJAUAN UMUM. : Jl. Jenderal Sudirman, Kec. Tangerang, Kotamadya Tangerang. : Berskala lingkungan, diutamakan untuk para. sekitarnya. BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Gambaran umum proyek Judul proyek Tema proyek Sifat proyek Lokasi proyek : Pusat Kegiatan Remaja : Arsitektur Organik : Fiktif : Jl. Jenderal Sudirman, Kec. Tangerang, Kotamadya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang bermaksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh, Kegiatan olahraga ini dapat menjadi kegiatan yang

Lebih terperinci

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga 8. URUSAN PEMUDA DAN OLAH RAGA Pembangunan pemuda dan olahraga mempunyai peran strategis dalam mendukung peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Pemuda memiliki peran aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral manusia. Olahraga bukan hanya sekedar hobi, tapi olahraga sudah

BAB I PENDAHULUAN. moral manusia. Olahraga bukan hanya sekedar hobi, tapi olahraga sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan pada manusia. Olahraga juga merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PROYEK BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Nama Proyek : Taman Rekreasi dan Olah Raga di Danau Suntar Barat Tujuannya : Untuk Menciptakan Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga sekaligus sebagai pengikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aquatic Arena di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Aquatic Arena di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Kegiatan olahraga sangat bermanfaat untuk jasmasni dan rohani manusia. Manfaat jasmani yang kita dapat dari berolahraga menyebabkan

Lebih terperinci

Renovasi 15 Venue Olahraga di GBK Sudah 87,27%

Renovasi 15 Venue Olahraga di GBK Sudah 87,27% Rilis PUPR #1 21 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/572 Renovasi 15 Venue Olahraga di GBK Sudah 87,27% Jakarta Jelang Asian Games XVIII yang akan dimulai 18 Agustus 2018, seluruh konstruksi infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN OLAHRAGA TERPADU MELALUI SPORT TRAINING CENTER KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PANDUAN PEKAN OLAHRAGA (POR) PELAJAR KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR KABUPATEN BANTUL

PANDUAN PEKAN OLAHRAGA (POR) PELAJAR KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR KABUPATEN BANTUL PANDUAN PEKAN OLAHRAGA (POR) PELAJAR KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016 KANTOR PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL Jl. R.A. Kartini No. 38 Trirenggo Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Indonesia memiliki beragam cabang olahraga, ada olahraga yang membutuhkan kerjasama tim dan ada pula yang hanya mengandalkan kekuatan individu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, hal-hal yang terkait pentingnya olahraga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 27 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 27 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 27 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gelanggang olahraga merupakan suatu bangunan yang dapat menampung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Gelanggang olahraga merupakan suatu bangunan yang dapat menampung kegiatan BAB I PENDAHULUAN Gelanggang olahraga merupakan suatu bangunan yang dapat menampung kegiatan yang berhubungan dengan olahraga. Di dalam gedung ini terdapat berbagai fasilitas yang mendukung segala aktivitas

Lebih terperinci

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN Pemerintah Provinsi DKI Jakar

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN Pemerintah Provinsi DKI Jakar SISTEM INFORMASI PERENCANAAN Pemerintah Provinsi DKI Jakar Program Tolok Ukur Program Target Kinerja Program P Anggaran Kegiatan 1.18.06 Program Peningkatan Sarana Prasarana Pemuda dan 1 001. Koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Kelayakan Proyek Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal ini membuat tingkat kebutuhannya juga semakin bertambah, salah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN 1.1. Pengertian Judul Judul laporan ini, Re-Desain penekanan pada Aksesibilitas Bangunan. Untuk dapat memahami pengertian dari judul tersebut, perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang dipilih adalah PEKALONGAN AQUATIC CENTER, dari judul tersebut dapat diartikan atau diuraikan sebagai berikut : Pekalongan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI

BAB II PROFIL INSTANSI BAB II PROFIL INSTANSI 2.1 Sejarah Instansi Gelanggang Olahraga Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia, didirikan bersamaan dengan didirikannya Univesitas Pendidikan Indonesia tanggal 20 Oktober

Lebih terperinci

Renovasi 15 Venue Olahraga GBK Ditargetkan Selesai Desember 2017

Renovasi 15 Venue Olahraga GBK Ditargetkan Selesai Desember 2017 Rilis PUPR #2 3 Oktober 2017 SP.BIRKOM/X/2017/486 Renovasi 15 Venue Olahraga GBK Ditargetkan Selesai Desember 2017 Jakarta - Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), yang juga Ketua Dewan Pengawas

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEPPRES 318 TAHUN 1962 YAYASAN GELORA BUNG KARNO KEPPRES 4 TAHUN 1984 BEBERAPA DIUBAH TERAKHIR KEPPRES 94 TAHUN 2004

LATAR BELAKANG KEPPRES 318 TAHUN 1962 YAYASAN GELORA BUNG KARNO KEPPRES 4 TAHUN 1984 BEBERAPA DIUBAH TERAKHIR KEPPRES 94 TAHUN 2004 GELORA BUNG KARNO KEPPRES 318 TAHUN 1962 YAYASAN GELORA BUNG KARNO KEPPRES 4 TAHUN 1984 BEBERAPA DIUBAH TERAKHIR KEPPRES 94 TAHUN 2004 KEPPRES 7 TAHUN 2001 PERUBAHAN NAMA JADI GELORA BUNG KARNO LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI P P L M - 1 3 Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 13 w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul 1. Sport : sport atau olahraga merupakan tarjemahan dari kata sport yang berasal dari bahasa latin, disportare, yang berarti menghibur diri. Selain itu pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era globalisasi yang semakin dapat dirasakan dalam kehidupan seharihari, pola hidup dari dampak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

PANDUAN KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR (PEKAN OLAHRAGA PELAJAR) KABUPATEN BANTUL

PANDUAN KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR (PEKAN OLAHRAGA PELAJAR) KABUPATEN BANTUL PANDUAN KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR (PEKAN OLAHRAGA PELAJAR) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015 KANTOR PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL Jl. R.A. Kartini No. 38 Trirenggo Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI E PERATURAN DAERAH CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI SARANA OLAH RAGA WALIKOTA CIREBON, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L M - 2 0 1 4 Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 w. k e m e n p o r a. g o. i d w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga adalah suatu kegiatan untuk menyehatkan tubuh baik secara jasmani maupun rohani. Kegiatan olahraga ini dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan

Lebih terperinci

EXECUTIVE GAME CENTER

EXECUTIVE GAME CENTER BAB I PENDAHULUAN EXECUTIVE GAME CENTER 1.1. Pengertian Judul Executive: Seseorang yang sudah bisa dikatakan sukses dalam berkarir, baik sebagai pegawai maupun sebagai wirausahawan yang memiliki omset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Santosa Giriwijoyo (2007) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Santosa Giriwijoyo (2007) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia dan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang terbentuknya sport club di Denpasar, rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan Landasan Konseptual

Lebih terperinci

Medan Tennis Center- Structure as Architecture BAB I PENDAHULUAN

Medan Tennis Center- Structure as Architecture BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu elemen penting dalam daur hidup manusia khususnya berperan dalam aspek biologis yaitu menjaga kondisi fisik dan organ tubuh tetap sehat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin layak. Mereka bekerja banting tulang untuk memenuhi keinginan yang tidak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMPLEK OLAHRAGA KUDUS PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN TUGAS AKHIR PERIODE 131/53 APRIL SEPTEMBER 2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMPLEK OLAHRAGA KUDUS PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN TUGAS AKHIR PERIODE 131/53 APRIL SEPTEMBER 2015 UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMPLEK OLAHRAGA KUDUS PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN TUGAS AKHIR PERIODE 131/53 APRIL SEPTEMBER 2015 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana/S1 SAMSUL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dilakukan oleh orang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan permainan yang popular dan berkembang di Indonesia salah satunya bolavoli. Permainan bolavoli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasikan

Lebih terperinci

14 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

14 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 14 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemuda, olah raga, kebudayaan dan pariwisata berdasarkan asas

Lebih terperinci

GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL

GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SITI RUKIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 2) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang? undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi? tingginya bagi masyarakat,

Lebih terperinci

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kegiatan yang banyak digemari hampir oleh seluruh warga dunia terutama oleh masyarakat indonesia baik dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 947, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Gerakan Ayo Olahraga. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN AYO OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN. P P L P - 1 Data dan Informasi PPLP 1 PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L P 1 www.kemenpora.go.id Kementerian Pemuda dan Olahraga i K E

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG OLAH RAGA DI SEMARANG BARAT

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG OLAH RAGA DI SEMARANG BARAT LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG OLAH RAGA DI SEMARANG BARAT Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ERLITA WIDIYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SOLO RACQUET SPORTS CENTER

BAB I PENDAHULUAN SOLO RACQUET SPORTS CENTER BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL SOLO : nama Kota di Provinsi Jawa Tengah Indonesia RACQUET : alat untuk memukul bola, pada ujungnya berbentuk bidang oval (bulat telur) berjaring (dari bahan nilon),

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional, dipenghujung tahun 2005 lahir Undang-Undang No. 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Internasional, dipenghujung tahun 2005 lahir Undang-Undang No. 3 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah merosotnya prestasi olahraga secara Nasional maupun Internasional, dipenghujung tahun 2005 lahir Undang-Undang No. 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : Tahun 2017 27 Januari 2017 PEMERINTAH KOTA MEDAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga di masa sekarang ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, bukan hanya di Indonesia saja, tetapi di seluruh penjuru dunia ini. Bahkan sekarang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

DATA FASILITAS DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DATA FASILITAS DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DATA FASILITAS DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NO NAMA FASILITAS JENIS FASILITAS ALAMAT A UPT. GELANGGANG OLAHRAGA 1 UPT. Gelanggang Olahraga Rawamangun UPT. Gelanggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini banyak orang yang menyadari pentingnya melakukan olahraga. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan, diantaranya untuk menjadi sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 KEADAAN KOTA YOGYAKARTA Kota Yogyakarta merupakan kota yang sangat kaya akan warisan budaya, masyarakat kota Yogyakarta sebagian besar berkebudayaan jawa yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN. P P L M - 1 Data dan Informasi 1 PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L M 1 www.kemenpora.go.id Kementerian Pemuda dan Olahraga i K E M E N

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 19 2006 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN GELANGGANG OLAH RAGA (GOR) DI KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP BERKAT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi Lampung yang merupakan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi Lampung yang merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, kebudayaan, dan pusat kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. .1. Batasan Judul : merupakan fasilitas olah raga yang menyediakan. 1994, hal. 107).

BAB I PENDAHULUAN. .1. Batasan Judul : merupakan fasilitas olah raga yang menyediakan. 1994, hal. 107). BAB I PENDAHULUAN.1. Batasan Judul Pusat Olah Raga : merupakan fasilitas olah raga yang menyediakan sarana untuk berbagai cabang olah raga dalam suatu area. (Abdul Kadir dalam Wiyatiningsih, Stadion 1994,

Lebih terperinci

GELANGGANG OLAHRAGA SEPAKBOLA KABUPATEN BEKASI

GELANGGANG OLAHRAGA SEPAKBOLA KABUPATEN BEKASI GELANGGANG OLAHRAGA SEPAKBOLA KABUPATEN BEKASI Oleh: Aristo Amrullah, EdyDarmawan, BambangSuyono Meningkatnya pamor bidang olahraga khusunya sepakbola di mata masyarakat Indonesia, menuntut terciptanya

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Softball merupakan olahraga bola kecil yang lahir di Amerika Serikat diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun 1887. Softball di Indonesia sering

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa keolahragaan merupakan upaya

Lebih terperinci