BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Indonesia memiliki beragam cabang olahraga, ada olahraga yang membutuhkan kerjasama tim dan ada pula yang hanya mengandalkan kekuatan individu. Setiap cabang olahraga memiliki kesempatan berkompetisi untuk menguji ketangkasan para atlet dalam memainkan perannya sebagai atlet nasional. Berbagai kompetisi diikuti oleh atlet nasional, baik kompetisi nasional sampai kompetisi internasional, diantaranya Sea Games, Olympiade, PON, dan sebagainya. Event kompetisi yang akan berlangsung di Indonesia yaitu event kompetisi periode 2 tahunan yakni Sea Games yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang pada tanggal November Sebelum mengikuti kompetisi, para atlet dibina dan dilatih untuk memiliki ketahanan fisik dan mental dalam menghadapi kompetisi baik dalam waktu dekat maupun masa pertandingan yang akan datang. Dalam rangka mengefektifitaskan waktu yang digunakan oleh atlet dalam berlatih dan meningkatkan prestasi atlet maka timbul kebutuhan hunian yang berada dekat dengan lokasi pelatihan. Menpora Andi Malarangeng (Kompas, 2010) mengemukakan untuk mendirikan sebuah komplek perkampungan atlet atau disebut juga dengan wisma atlet serta lengkap dengan fasilitas olahraga yang sesuai dengan idealisme komplek olahraga Senayan. Komplek olahraga senayan merupakan sarana berlatih bagi atlet nasional yang dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi nasional dan internasional. Berbagai macam lapangan maupun hall telah dipersiapkan dengan sangat baik dan teratur dari pemerintah khususnya pengelola Gelora Senayan. Selain sarana olahraga yang lengkap, pengelola Gelora juga telah menyiapkan sebuah kawasan penginapan untuk atlet yang akan mengikuti pelatihan di komplek Gelora Senayan, penginapan tersebut dinamakan Wisma Fajar. 1

2 Pemerintah mendirikan 8 buah wisma atlet di Jakarta. Wisma atlet tidak hanya diperuntukkan bagi atlet binaan, wisma tersebut dapat pula digunakan untuk umum seperti keluarga atlet yang ingin menginap, atau bahkan pelatih tamu yang didatangkan dari luar kota/negeri. Berdasarkan Perda no. 1, tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, wisma atlet yang menyebar di Jakarta diantaranya: Wisma Fajar Wisma Atlet Bulungan Wisma Atlet Ragunan Wisma Atlet Rawamangun Wisma Atlet Bahtera Jaya Wisma Atlet Cendrawasih Wisma Atlet Kebon Jahe Wisma Atlet Radin Inten Dari semua wisma atlet yang didirikan oleh pemerintah, hanya wisma fajar saja yang tidak lagi digunakan bagi atlet karena kondisi bangunan yang tidak lagi nyaman untuk dihuni. Menurut pengelola wisma fajar, fungsi awal dari wisma tersebut yaitu sebagai mess karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta, pada tahun Namun sejak pengelola bangunan tersebut berpindah tangan kepada pihak Gelora maka wisma tersebut dialih fungsi sebagai wisma atlet. Dikarenakan fungsi utama wisma fajar adalah sebagai mess karyawan Singapura sehingga desain yang dibuat pun menyerupai apartemen, namun sejak tahun , wisma fajar beralih fungsi menjadi wisma/tempat tinggal bagi atlet pelatnas. Pada saat wisma fajar ditempati oleh atlet, 1 unitnya diisi sebanyak 15 atlet. Hanya ada 6 unit yang digunakan oleh atlet, sisanya disewakan untuk umum dan juga digunakan untuk kantor pengelola. Wisma fajar kini tidak lagi menjadi tempat tinggal atlet pelatnas, keseluruhannya disewakan untuk umum, bahkan 2 diantaranya telah disewa oleh sebuah kontraktor dan digunakan sebagai tempat tinggal bagi para pekerjanya dengan alasan bahwa lokasi proyek yang sedang ditangani oleh kontraktor tersebut tidak jauh dari wisma fajar. Gedung yang tersisa disewakan kepada masyarakat umum. Melihat kondisi wisma fajar yang memprihatinkan, atlet pun menginap di Hotel Athlete Century Park yang lokasinya berada di sebelah wisma fajar. Dari kondisi ini, pihak pengelola Gelora ternyata belum dapat menyediakan komplek perkampungan atlet yang dikhususkan bagi para atlet pelatnas. 2

3 Latar Belakang Topik/Tema Dalam usaha mewujudkan perubahan wisma atlet, hal yang patut diperhatikan berikutnya adalah perilaku atlet dalam memanfaatkan waktu istirahat didalam sebuah ruang/teritori. Seperti yang diungkapkan oleh Winston Churcill (1943), we shape our building and afterwards our building shape us. Perilaku dan arsitektur tidak dapat terpisahkan karena pada dasarnya arsitektur dapat membentuk karakter pengguna dan begitu pula sebaliknya, perilaku atau karakter manusia dapat membentuk suatu ruang arsitektur. Karakter dan perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (Joyce M. Laurens, 2005). Performa atlet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jenis latihan dan pola istirahat. Terlebih lagi pada saat menjelang pertandingan, atlet cenderung stress dan cemas sehingga membutuhkan sarana atau ruang/teritori dengan tingkat privasi yang tinggi agar atlet dapat lebih relaks. Hal ini dikemukan oleh Agung Robianto dalam thesis-nya. Perilaku keseharian seorang atlet dapat dilihat dengan jelas karena kegiatan utamanya yaitu latihan agar dapat memenuhi syarat untuk maju berkompetisi. Haryanto Kandani (2010:333) mengemukakan bahwa, Di tengahtengah kesibukan dan proses pencapaian yang terus mendorong kita untuk melakukan lebih banyak hal, terkadang ini dapat membuat kita lupa mengambil waktu untuk istirahat. Beristirahat kadang kala menjadi hal terbaik agar kita dapat berlari lebih jauh lagi. Haryanto Kandani (2010) juga menambahkan dengan berlibur atau beristirahat tubuh akan lebih kuat dan segar untuk kembali beraktivitas. Istirahat juga berfungsi untuk memulihkan energi dan memberikan kesempatan pada tubuh untuk melakukan relaksasi sejenak. Sekuat apapun seorang atlet dalam berlatih yang melibatkan fisiknya pada waktunya atlet tersebut dapat merasakan lelah dan harus segera beristirahat. Berlibur atau beristirahat tidak harus dilakukan dengan pergi keluar kota atau ke taman-taman hiburan, berlibur dapat pula dilakukan dengan tidur ataupun dengan melakukan hobi lainnya seperti membaca, menonton televisi, dan bahkan bermain (Haryanto Kandani, 2010). Maka terbentuklah ruang-ruang arsitektur yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan atlet dalam beristirahat. 3

4 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari perancangan bangunan wisma atlet di Senayan adalah: Menciptakan perkampungan atlet yang sesuai kebutuhan istirahat atlet Merancang wisma yang ideal bagi atlet nasional Menciptakan arsitektur bangunan yang fungsional dan indah Tujuan dari perancangan bangunan wisma atlet di Senayan adalah: Memenuhi kebutuhan sarana tempat tinggal bagi atlet nasional Memberikan tempat beristirahat yang lengkap dengan sarana bagi atlet Menjadikan wisma fajar sebagai bangunan yang fungsional 1.3 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam wisma atlet ini akan ditekankan pada topik athlete behaviour/perilaku atlet secara arsitektural sebagai dasar dalam perancangan wisma atlet serta pemanfaatan fungsinya sebagai wisma untuk beristirahat. Karya tulis ini juga membahas permasalahan dan solusi yang tepat mengenai kebutuhan ruang beristirahat bagi atlet. Kasus Proyek Perkembangan olahraga nasional cukup meningkat, hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya kompetisi yang digelar oleh berbagai cabang olahraga. Dalam menyambut kompetisi, atlet dipersiapkan untuk berlatih di stadion nasional Gelora Bung Karno. Demi kelancaran dan kemudahan bagi atlet nasional untuk berlatih serta beristirahat maka pemerintah menyiapkan wisma yang diperuntukkan bagi atlet yang mengikuti masa pelatihan. Wisma tersebut berdekatan dengan lokasi pelatihan atlet agar dapat memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk berlatih, namun seiring berjalannya waktu wisma atlet tersebut pun menjadi tidak terawat dan tidak lagi memenuhi kriteria baik untuk ditempati oleh atlet nasional, hal ini diketahui berdasarkan sumber data serta literature mengenai wisma atlet. Wisma atlet nasional di Senayan, Jakarta yang diberi nama Wisma Fajar tersebut perlu ditinjau ulang dari segi arsitekturnya dengan dirancang ulang karena selain bangunannya yang sudah tidak terawat, wisma tersebut pun tidak lagi layak untuk bersaing dengan wisma atlet lain baik wisma atlet di Indonesia 4

5 maupun di mancanegara karena kurangnya fasilitas penunjang seperti yang ada di wisma lainnya serta tidak memenuhi standar internasional. Perancangan ulang dimaksudkan agar wisma menjadi layak dan dapat digunakan untuk kepentingan tempat tinggal atlet selama masa pelatihan untuk mempersiapkan diri berkompetisi, baik dalam kompetisi nasional maupun internasional yang akan digelar. Pemilik Proyek Pemilik proyek Wisma Fajar yaitu Sekretariat Negara Indonesia yang juga sebagai pemilik Gelora Bung Karno, Jakarta. Susunan badan pengelola terdiri dari unsur pemerintah dan Pemda DKI Jakarta. Besaran Proyek Besaran proyek yang diajukan memiliki luas lahan sebesar m 2 dengan luas bangunan lantai dasar berdasarkan ketentuan KDB 20% yaitu sebesar 2.196,2 m 2. Total luas seluruh bangunan berdasarkan KLB 2,5 yaitu sebesar ,5 m 2. Lahan Tapak Berdasarkan RUTRK yang berlaku, lahan yang akan digunakan untuk Wisma Atlet seharusnya diperuntukkan sebagai Karya Utama Taman (Kut), sehingga hanya boleh dibangun bangunan sebesar 20% dari luas lahan. Gambar 1.1 Ukuran Lahan Tapak U Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta Pusat 5

6 Berikut ini adalah data lahan tapak yang diperoleh berdasarkan peraturan yang berlaku dalam RUTRK: Luas lahan : ± m 2 Massa bangunan : Tunggal Jumlah lantai maksimal : 24 lantai KDB : 20% KLB : 2,5 GSB : Utara : 10 meter Selatan : 8 meter Timur : 0 meter Barat : 0 meter Batas lahan : Utara : Jalan Pintu Satu Senayan Selatan : Jalan Manila, Kebayoran Lama Timur : Hotel Athlete Century park Barat : Gedung KONI Pusat Letak Proyek Proyek yang direncanakan, berada di Jalan Pintu 1, Senayan, Jakarta Pusat Kecamatan Tanah Abang, kelurahan Gelora. Indonesia. Proyek wisma atlet menempati lahan dari wisma fajar, tepatnya berada di dalam komplek gedung KONI Pusat dan berbatasan dengan Hotel Athlete Century Park serta berseberangan dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menjadi tempat pelatihan dan arena kompetisi atlet nasional. 6

7 Gambar 1.2 Kawasan Gelora Bung Karno Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta Pusat Gambar 1.3 Letak Proyek Wisma Atlet Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta Pusat Topik Pada proyek wisma atlet di Senayan, topik yang diajukan adalah mengenai Athlete Behaviour (Perilaku Atlet). Tema Tema yang diajukan pada perancangan proyek wisma atlet yaitu, merancang wisma atlet dengan konsep menerapkan pola perilaku istirahat atlet dengan memperhatikan privasi dan teritori. 7

8 1.4 Metodologi Penelitian Desain dan Pendekatan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan kuesioner serta menerapkan teori yang mendukung perilaku istirahat atlet. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin mencari tahu lebih dalam mengenai perilaku atlet saat mengisi waktu istirahatnya dan ruangan yang digunakan oleh atlet untuk beristirahat. Paradigma Penelitian Gambar 1.4 Skema Paradigma Penelitian Perilaku Istirahat Atlet Kegiatan Harian Atlet Kegiatan Istirahat Atlet Faktor Lingkungan Konsep Perancangan Desain Wisma Atlet Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di dalam suatu lingkungan terkontrol, yaitu hotel athlete century park. Pertimbangan dari pemilihan lokasi penelitian ini yaitu hotel century park merupakan tempat tinggal atlet pelatihan 8

9 nasional, sedangkan wisma fajar yang menjadi lokasi proyek sudah tidak difungsikan sebagai wisma atlet pelatnas. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara temporer pada tanggal 27 dan 28 Maret Penelitian dilakukan pada 1 hari kerja dan 1 hari libur, hal ini berguna untuk mengetahui bagaimana perilaku istirahat atlet pada hari biasa dan pada hari libur mereka Pemilihan Subyek Populasi Pada penelitian ini, populasi yang ditetapkan adalah atlet pelatnas dari cabang olahraga tertentu yang berlatih di kawasan Gelora Senayan. Berdasarkan data yang didapat, atlet yang berlatih di Senayan dan masih menempati hotel century park meliputi atlet dari cabang olahraga berregu dan individu. Sampling dan Teknik Sampling Setelah populasi didapat, maka dapat diambil sampel untuk dilakukan penelitian. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan proporsional sampel, dimana sampel diambil secara acak namun proporsional berdasarkan cabang olahraga ber-regu atau individu Pengumpulan Data Variabel Penelitian Pengumpulan data diawali dengan penentuan variabel penelitian, Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, faktor usia, jenis kelamin, cabang olahraga, serta budaya atlet pelatnas. 9

10 Alat Pengumpulan Data Hal berikut yang harus dilakukan adalah penentuan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dibuat menggunakan skala pengukuran interval. Kuesioner berupa pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada atlet pelatnas mengenai fasilitas istirahat didalam wisma yang memperhatikan privasi dan teritori atlet. Survey Lapangan Selain dari penyebaran kuesioner kepada atlet pelatnas Gelora Senayan, pengumpulan data didapat pula dari survey lapangan ke hotel athlete century park, wisma atlet ragunan dan wisma fajar. Survey lapangan mendapat hasil mengenai perbandingan ruang-ruang wisma yang ada sekarang sebagai bahan pertimbangan penambahan ruang atau bahkan pengurangan ruang bagi atlet Analisis Analisis perilaku istirahat atlet dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Seluruh data yang terkumpul melalui kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel/diagram agar memudahkan pemahaman mengenai hasil analisis, serta dapat menjawab permasalahan yang timbul Interpretasi Penelitian Kegiatan interpretasi ini merupakan interpretasi tentang perilaku istirahat atlet pada umumnya. Kegiatan ini dilakukan secara langsung, maksudnya adalah peneliti terjun langsung ke lapangan dan mengamati perilaku atlet selama mereka beristirahat. 10

11 1.5 Metodologi Desain Metodologi desain wisma atlet menggunakan metode Broadbent, Design in Architecture, 1973, yaitu menggunakan 3 aspek pembahasan, diantaranya: Aspek Manusia (The Human System) Pemecahan masalah dengan menganalisa masalah yang berkaitan dengan perilaku manusia sebagai pemakai wisma atlet, dalam hal ini analisa mengenai kegiatan atlet pada saat istirahat. Serta bagaimana atlet menikmati waktu istirahatnya dengan baik. Aspek Lingkungan (The Environment System) Menganalisa lingkungan disekitar wisma atlet seperti analisa ruang luar wisma atlet, dan analisa lainnya yang menyangkut lingkungan serta hubungannya dengan penempatan ruang-ruang dalam wisma terhadap ruang luar. Aspek Bangunan (The Building System) Menganalisa fungsi bangunan sebagai wisma atlet serta hubungan antar ruangnya. Selain itu, menganalisa tata letak ruang-ruang dalam yang dibutuhkan bagi atlet untuk mengkualitaskan waktu istirahatnya. 1.6 Sistematika Pembahasan Penulisan karya tulis diawali dengan penentuan sistematika penulisan untuk memudahkan penulis melanjutkan karya tulis ini. Karya tulis ini dibagi menjadi beberapa bab, diantaranya: BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai gambaran umum proyek wisma atlet yang dijelaskan didalam latar belakang proyek dan latar belakang pemilihan topik/tema. Pada bab ini, disertai pula maksud dan tujuan tentang perancangan wisma atlet di Senayan. Lingkup pembahasan serta kerangka berpikir juga akan dijelaskan dalam bab ini. 11

12 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI Berisi tinjauan umum mengenai definisi, klasifikasi bangunan seputar proyek yang diajukan yaitu wisma atlet. Membahas pula tinjauan khusus mengenai topik/tema yang dipilih yaitu athlete behavior/perilaku atlet khususnya pada saat istirahat sebagai pendekatan ke dalam desain wisma atlet. Pada bab ini, dijelaskan pula mengenai studi banding lapangan dan literature. BAB III PERMASALAHAN Berisi tentang identifikasi permasalahan arsitektural yang ditinjau dari aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. BAB IV ANALISIS Berisi tentang pembahasan analisa dari permasalahan serta pendekatan pemecahan masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diterapkan dalam metode Broadbent. Hasil analisis akan berupa solusi perancangan yang akan digunakan dalam tahap konsep perencanaan dan perancangan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pada bab ini, menjelaskan mengenai dasar-dasar perancangan wisma atlet yang menerapkan topik perilaku atlet, konsep perancangan yang merupakan kesimpulan dari analisis permasalahan. DAFTAR PUSTAKA 12

13 1.7 Kerangka Berpikir JUDUL TUGAS AKHIR PERANCANGAN WISMA ATLET DI SENAYAN BERDASARKAN PERILAKU ISTIRAHAT ATLET LATAR BELAKANG AKTUALITA a. Wisma atlet senayan yang bernama wisma fajar sudah tidak digunakan lagi sebagai wisma atlet b. Atlet membutuhkan tempat yang baik untuk istirahat URGENSI Perlunya perencanaan wisma atlet sebagai sarana tempat tinggal dan beristirahat para atlet pelatnas ORIGINALITAS Perencanaan dan perancangan ruang-ruang dalam wisma atlet di Senayan disesuaikan dengan kebutuhan atlet akan ruang pada saat beristirahat MAKSUD dan TUJUAN Menciptakan wisma atlet yang lengkap dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh atlet untuk mengisi waktu istirahat PERMASALAHAN LANDASAN TEORI Teritori Privasi TINJAUAN UMUM Wisma Atlet Wisma Atlet TINJAUAN KHUSUS Perilaku atlet Privasi Teritori F E E D B ANALISIS A Analisa permasalahan berdasarkan aspek manusia, bangunan, dan lingkungan C K KONSEP PERANCANGAN Hasil dan kesimpulan dari analisis permasalahan SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN 13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Atlet dituntut untuk selalu memiliki kondisi tubuh yang prima, terutama pada musim pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sajoto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber : BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak cabang olahraga yang dapat menjadi kebanggaan, seperti sepakbola, bulutangkis, atletik, renang, tinju, dan sebagainya. Namun ironisnya, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang masih tergolong dalam kelompok negara berkembang. Adanya gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat telah memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prestasi atlet Indonesia merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia maupun daerahnya masing-masing. Pemerintah harus turut berpartisipasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.jatengprov.go.id/id/berita-utama/gub-tinjau-pplp-jatidiri)

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.jatengprov.go.id/id/berita-utama/gub-tinjau-pplp-jatidiri) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan prestasi olahraga di Indonesia belakangan ini kurang memuaskan dalam perolehan medali bahkan cenderung menurun drastis. Tahun 1970-an sampai 1990, olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 DRAFT PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA ATLET Nama / No. Responden : Usia : Cabang Olahraga : Asal : 1. Kegiatan apa saja yang Anda lakukan sehari hari? Bagaimana jadwalnya (waktu berlangsung)?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara

Lebih terperinci

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN HI-TECH ARCHITECTURE Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek.kondisi dunia pariwisata saat ini pun makin berkembang cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bermula dari Asian Games III Tahun 1958 di Tokyo dimana oleh Asian Games Federation, Indonesia ditunjuk untuk menjadi penyelenggara Asian Games ke IV Tahun 1962.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga adalah suatu kegiatan untuk menyehatkan tubuh baik secara jasmani maupun rohani. Kegiatan olahraga ini dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan

Lebih terperinci

Ichsan Ahmadi

Ichsan Ahmadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut TAP MPR No. IV/MPR/1999 (GBHN), olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang bermaksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh, Kegiatan

Lebih terperinci

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN. Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono NIM :

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN. Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono NIM : RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia yang banyak digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara setelah Bali di Indonesia,

Lebih terperinci

SEMARANG INLINE SPEED SKATE AREN

SEMARANG INLINE SPEED SKATE AREN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas olah raga sudah menjadi bagian kehidupan dari masyarakat saat ini. Kehidupan masyarakat perkotaan yang sibuk menuntut kebugaran fisik agar dapat beraktifitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat

Lebih terperinci

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG OLAHRAGA UNDIP - 1 -

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG OLAHRAGA UNDIP - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga adalah salah satu cara untuk menyehatkan tubuh. Olahraga pada masa muda pada umunya diketahui mempunyai dua keuntungan besar, yaitu : dapat membina bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, hal-hal yang terkait pentingnya olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang bermaksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh, Kegiatan olahraga ini dapat menjadi kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pembangunan JORR W1 yang menghubungkan Kebon Jeruk dan Penjaringan memberikan dampak positif dan negatif bagi kawasan di sekitarnya. Salah satu dampak negatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terpadat penduduknya di dunia. Dimana jumlah penduduk secara keseluruhan ditinjau dari hasil sensus penduduk 2000, telah mencapai

Lebih terperinci

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS BAB IV ANALISIS Analisis permasalahan yang ada dilakukan berdasarkan pada metode Broadbent yang berisi pembahasan mengenai aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. 4.1 Aspek Manusia Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PNDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepak bola merupakan olah raga paling popular dan digemari bukan hanya di Indonesia bahkan juga didunia saat ini. Sepak bola telah menjadi suatu fenomena tersendiri.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO WISMA ATLET JATIDIRI SEMARANG TUGAS AKHIR BESTY LINAWATI MANIK FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS DIPONEGORO WISMA ATLET JATIDIRI SEMARANG TUGAS AKHIR BESTY LINAWATI MANIK FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS DIPONEGORO WISMA ATLET JATIDIRI SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana BESTY LINAWATI MANIK 21020112120018 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam budaya Indonesia, tidak ada keterlibatan latihan fisik seperti olahraga modern. Suku asli Indonesia umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuaan

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( L P 3 A ) HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: Nama : Lina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di Indonesia terutama di kota-kota besar. Rendahnya persentase peningkatan lahan pemukiman dibandingkan

Lebih terperinci

PENERAPAN KULIT BANGUNAN YANG BERKELANJUTAN PADA WISMA ATLET DI SENAYAN

PENERAPAN KULIT BANGUNAN YANG BERKELANJUTAN PADA WISMA ATLET DI SENAYAN PENERAPAN KULIT BANGUNAN YANG BERKELANJUTAN PADA WISMA ATLET DI SENAYAN Andi Friska Damayanti Universitas Bina Nusantara, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolam renang merupakan fasilitas umum yang digemari oleh anakanak, remaja dan juga dewasa. Terutama remaja dan anak-anak sangat menyukai tempat yang menyediakan kebutuhan

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN...... iii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...... iv ABSTRAK...... v KATA PENGANTAR...... vi DAFTAR ISI...... vii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian Sirkuit adalah jalan yg melingkar atau berbentuk lingkaran, dipakai untuk berbagai perlombaan.sedangkan sirkuit olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan universitas terbesar di Kota Semarang. Lokasi kampus Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan universitas terbesar di Kota Semarang. Lokasi kampus Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan universitas terbesar di Kota Semarang. Lokasi kampus Universitas Diponegoro terdapat di dua lokasi,yaitu di kawasan Peleburan dan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur. BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar BelakangProyek Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan sebuah ruang. Sebuah kata ruang secara tidak langsung pasti berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sampai saat ini dijadikan tujuan utama masyarakat sebagai tempat untuk mengejar masa depan. Para pendatang dari daerah luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Korps Pegawai Republik Indonesia, atau disingkat Korpri, adalah organisasi di Indonesia yang anggotanya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai BUMN, BUMD serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri ikut serta dalam munculnya berbagai permasalahan kebutuhan akan hunian, terutama pada tingkat

Lebih terperinci

Wedding Mall di Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN

Wedding Mall di Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN Wedding Mall di Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang pasti ingin menikah. Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Pernikahan dianggap sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata. BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Perancangan Peningkatan devisa negara adalah hal yang penting untuk keberlangsungan pembangunan negara, sehingga pemasukan devisa seharusnya ditingkatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dunia Arsitektur sekarang ini sudah semakin berkembang melalui ide-ide untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dunia Arsitektur sekarang ini sudah semakin berkembang melalui ide-ide untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia Arsitektur sekarang ini sudah semakin berkembang melalui ide-ide untuk merancang suatu karya Arsitektur. Perkembangan pembangunan di Indonesia dewasa ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga paling populer dan digemari diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada waktu piala dunia 2010 yang diselenggarakan di Afrika Selatan, banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kondisi perekonomian nasional mendorong orientasi pembangunan Kota DKI Jakarta kearah barang dan jasa. Reorientasi mendorong dikembangkannya paradigma

Lebih terperinci

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA PROBLEMATIKA Aktualita: Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng Pembangunan wisata budaya betawi yang mengharuskan Perencanaan

Lebih terperinci

REDESAIN STADION SEPAKBOLA KOTA BEKASI

REDESAIN STADION SEPAKBOLA KOTA BEKASI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN STADION SEPAKBOLA KOTA BEKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Sulistiono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang mempunyai potensi sebagai pusat ekonomi dan bisnis di Indonesia karena mempunyai beberapa fasilitas penunjang yang memadahi sehingga dapat memudahkan

Lebih terperinci

CONDOMINUM DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT JAKARTA SELATAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

CONDOMINUM DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT JAKARTA SELATAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CONDOMINUM DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT JAKARTA SELATAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan dari UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Adapun dalam pembuatan laporan tugas akhir ini terdapat dua hal yang melatar belakanginya, yaitu : I.1.1 Latar Belakang Proyek I.1.2 Latar Belakang Topik dan Tema I.1.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Medan, ibukota Sumatera Utara adalah kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, serta kota terbesar di luar Pulau Jawa. Medan saat

Lebih terperinci

KOMPLEKS OLAHRAGA SURABAYA DI JAWA TIMUR Penekanan Desain Arsitektur High - Tech

KOMPLEKS OLAHRAGA SURABAYA DI JAWA TIMUR Penekanan Desain Arsitektur High - Tech LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEKS OLAHRAGA SURABAYA DI JAWA TIMUR Penekanan Desain Arsitektur High - Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK 1.1.1. Gagasan Awal Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah sebuah perancangan baru hotel resort di kawasan Pantai Sepanjang, Gunungkidul,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Saat ini industri perhotelan di Indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan dunia usaha yang ditandai dengan terus bertambahnya jumlah hotel yang ada. Dengan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN Pemerintah Provinsi DKI Jakar

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN Pemerintah Provinsi DKI Jakar SISTEM INFORMASI PERENCANAAN Pemerintah Provinsi DKI Jakar Program Tolok Ukur Program Target Kinerja Program P Anggaran Kegiatan 1.18.06 Program Peningkatan Sarana Prasarana Pemuda dan 1 001. Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kabupaten Semarang sebagai salah satu Kabupaten di Indonesia yang sedang berkembang, mempunyai berbagai macam dan banyak sekali aktivitas masyarakat didalamnya, ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maksud perencanaan dan perancangan hotel resort ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Maksud perencanaan dan perancangan hotel resort ini adalah : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan aktifitas di kota yang perekonomiannya sangat maju membuat ketertarikan banyak orang untuk mencari perekonomian sehari hari di kota tersebut. Dengan berbagai

Lebih terperinci

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Judul Proyek Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas orang di desa maupun orang yang telah lama tinggal di Jakarta. Kian hari kian berkembang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekreasi dan hiburan telah menjadi unsur penting dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Seiring perkembangan zaman, padatnya aktivitas,dan tingginya tuntutan hidup

Lebih terperinci

KOMPLEKS GEDUNG OLAHRAGA DI WONOSOBO

KOMPLEKS GEDUNG OLAHRAGA DI WONOSOBO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEKS GEDUNG OLAHRAGA DI WONOSOBO Penekanan Desain Arsitektur High-Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

T U G A S A K H I R 1

T U G A S A K H I R 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara selalu memiliki atlet-atlet berbakat terutama di bidang olahraga renang. Dimana prestasi terakhir yang membanggakan adalah mendapat medali

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Tabel 1.1. Tabel Hasil Penjualanan Sepeda Motor di Indonesia Tahun2013 Sumber: otonity.com (di unduh pada 1 Januari 2014)

Bab I Pendahuluan. Tabel 1.1. Tabel Hasil Penjualanan Sepeda Motor di Indonesia Tahun2013 Sumber: otonity.com (di unduh pada 1 Januari 2014) Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan dunia otomotif khususnya untuk sepeda motor dari brand Yamaha di Indonesia, saat ini menunjukan grafik peningkatan. Peningkatan yang terjadi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Kelayakan Proyek Atambua merupakan Ibukota Kabupaten Belu yang termasuk dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan rencana induk pengembangan,

Lebih terperinci

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus)

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Bina Nusantara adalah salah satu universitas di Jakarta yang banyak diminati oleh orang banyak. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang berasal dari dalam

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ENTERTAINMENT CENTER DI SEMARANG Penekanan desain Arsitektur Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu hal yang penting dalam hidup guna menjaga kesehatan tubuh seseorang. Olahraga sendiri terdiri dari berbagai jenis yang salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap makhluk hidup membutuhkan suatu ruang dimana dia dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan perlindungan dari segala aspek yang ada disekitarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Kelayakan Proyek Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal ini membuat tingkat kebutuhannya juga semakin bertambah, salah

Lebih terperinci

Wawancara pengurus wisma ragunan

Wawancara pengurus wisma ragunan Wawancara pengurus wisma ragunan 1. Berapa jumlah atlet di masing2 cabang olahraga? 2. Bagaimana cara pembagian kamar yg ada di wisma? Pengelompokan kamar2 berdasarkan apa? 3. Dari fasilitas/ruangan yg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar Udara Internasional Kuala Namu merupakan sebuah bandar udara Internasional yang terletak di kawasan Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bandara ini menggantikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG I.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Olahraga Di Magetan Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi penerus yang dikemudian hari akan membawa nama harum bangsa pada tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal.

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal. 94 BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan Sebuah proses perancangan merupakan proses yang panjang dengan sistematika yang harus jelas, dimana di dalam proses perancangan dari awal sampai akhir harus

Lebih terperinci

Hotel Bintang 5 di Kota Batam TA- 138

Hotel Bintang 5 di Kota Batam TA- 138 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Batam merupakan pulau di provinsi Kepulauan Riau yang terletak di perlintasan pelayaran internasional. Pulau Batam merupakan pulau di Indonesia yang paling berdeketan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar (basic human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai garis besar landasan konsep yang meliputi pengertian judul, latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang akan direncanakan dan dirancang adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan menampung pasien rujukan dari

Lebih terperinci

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di Kota Semarang. Universitas Diponegoro telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan

Lebih terperinci