DAM DAN BAUM. Diktat Kuliah Tes Grafis. gambar kepala?... Neny Andriani, M.Psi PSI/RAB/5/08

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAM DAN BAUM. Diktat Kuliah Tes Grafis. gambar kepala?... Neny Andriani, M.Psi PSI/RAB/5/08"

Transkripsi

1 DAM DAN BAUM I. DAM (Draw a Man) DAM merupakan tes proyeksi. Asumsi dari tes ini adalah (secara klinis) gambar orang berhubungan dengan dorongan-dorongan, konflik, kecemasan-kecemasan dan kompensasi dari individu tersebut. Biasanya individu akan menggambar orang sebagai manusianya sendiri dan kertas sebagai lingkungan. Jadi, gambar orang merupakan proyeksi dari individu tersebut dan kertas sebagai lingkungan. Tes ini bisa dilakukan secara klasikal maupun individual dengan posisi kertas vertikal. Tes ini berguna untuk mengukur kepribadian. Administrasi Instruksi : Individu diminta untuk menuliskan namanya di sebelah kanan atas (+ data lainnya). Kemudian individu diminta untuk menggambar manusia, bentuknya terserah. Peralatan : Kertas ukuran folio / kuarto (8.5 x 11 inci) Pensil HB (yang lunak) Meja yang rata Penghapus Bila individu tidak mau mengerjakan, beri kata-kata pemacu semangat dan katakan bahwa yang dilihat bukan bagusnya gambar tersebut, tetapi usaha untuk menggambar. Observasi : Hal-hal yang perlu dicatat, misalnya : Tingkah laku yang spontan atau tidak dalam menggambar Pada bagian mana yang perlu ditekankan Data identifikasi, antara lain : penempatan gambar, penghapusan, pengubahan atau penggantian, usia, penekanan mannerism Komentar-komentar individu selama menggambar, misalnya kok susah ya gambar kepala?.... Kemudian tingkah laku individu sangat penting untuk membantu didalam interpretasi akhir. Setelah menggambar individu diminta untuk menggambar lagi tetapi dengan jenis kelamin yang berbeda, setelah itu individu diminta untuk menceritakan tentang orang yang digambar tersebut. Sebaiknya gambar ini adalah 1

2 gambar orang yang lengkap tetapi individu jangan diberi sugesti untuk itu. Untuk gambar lengkap mencakup : Kepala Tangan Tubuh/torsol/trunk Kaki (leg dan feet) Urutan menggambar, mana yang lebih duluan digambar dan mana yang belakangan INTERPRETASI A. Struktural Formal 1) Tema Untuk melihat identifikasi diri / konsep diri individu Untuk melihat aksi atau pergerakan (berjalan, berdiri dan sebagainya). 2) Suksesi (urutan gambar) ; untuk melihat penyesuaian diri individu 3) Simetris ; untuk melihat kekakuan dan kecemasan (dorongan, kompulsif, dan sebagainya). Sebagai contoh kaki kiri dan kaki kanan sama. 4) Midline (garis tengah) ; untuk melihat ketidakmatangan secara emosional, dan ketergantungan. 5) Penempatan dan ukuran gambar, bagaimana individu menempatkan diri dalam lingkungan. Misalnya kekiri = menarik diri, kekanan = keluar, kecil = tidak aman. 6) Cara berdiri ; menghadap kemindividuah. Bila menghadap ke arah samping, ada batas yang menutupi sebagian badan / kaki, kesulitan gambar kaki berarti orang yang tidak mantap. 7) Perspektif 8) Tekanan garis ; tekanan, jenis dan execution. 9) Indikator konflik ; bagian gambar yang mendapatkan perlakuan khusus (penghapusan, di reinforce, dan lain-lain). B. Content a) Kepala Kepala merupakan pusat yang penting untuk lokasi self. Biasanya kepala mendapatkan penekanan kecuali dalam gambar-gambar orang yang menderita neurotik, depresif atau individu yan menarik diri dari lingkungan sosial. 2

3 Kepala terutama merupakan pusat intelektual, dominasi sosial dan kontrol impuls-impuls tubuh, dan fungsi-fungsi hubungan sosial. Individu yang obsesif kompulsif seringkali memberikan penampilan kekuatan seperti monyet dalam figur yang ia gambar, namun mengabaikan kepala. Kepala yang besar tidak proporsional tidak sesuai dibuat individu dengan penyakit otak yang organis, individu yang pernah mengalami operasi otak dan individu yang sering sakit kepala atau terganggu suatu kepekaan lainnya dalam kepala. Demikian pula pada individu yang mengalami keterbelakangan mental juga akan menggambar kepala yang besar. Individu-individu yang paranoid, narsisitik, dan selalu merasa dirinya benar akan menggambar kepala sebagai ekspresi ego yang membengkak. Juga tidak jelas mengapa anak yang berusia 3-4 tahun seringkali menggambar kepala dengan ukuran besar, kadang-kadang keluar dari kepala sebagai suatu representasi lengkap dari individu. Alasan yang dapat diterima adalah karena gerakan dan eksplorasi tangan terhadap lingkungan (dari tubuhnya sendiri) merupakan ciri-ciri penting dari perkembangan awal individu, maka lengan dan tungkai kaki akan muncul sebelum penggambaran tubuh. Karena perkembangan ego individu yaitu the sense of yang berhubungan dengan kekuatan intelek dan kontrol berada pada tahap awal maka harus diteliti dari sudut lain arti penekanan fungsional pada mereka. Selain itu kepala yang digambar agak besar juga mengindikasikan tendensi hipokondris, penekanan pada fantasi, aspirasi intelektual yang dangkal dan kurang matang dalam introspeksi atau fantasi. Sedangkan kepala yang terlalu besar mengindikasikan tendensi aspiratif lebih besar dari kemauan. Kepala yang digambar paling akhir diinterpretasikan adanya konflik dalam hubungan manusiawi, kemungkinan kesulitan bicara, gambar kepala besar pada jenis kelamin lain. Pada bentuk kepala yang kurang tepat adanya organicity, kepala yang bentuknya aneh atau ganjil adanya identifikasi feminin berhubungan dengan narcisistik dan obsesi-kompulsif. Kepala yang mengecil adanya kesadaran dalam diri dan merasa malu (withdrawl). Gambar kepala yang bentuknya coret menggambarkan adanya kelainan organis. Sedangkan kepala yang retak/terpecah/terpindah-pindah adanya identifikasi kewanitaan yang dihubungkan narsisme dan mekanisme obsesif-kompulsif. b) Rambut Pada umumnya penekanan rambut, baik yang dibuat di kepala, dada, sebagai jenggot, ataupun kumis dianggap sebagai indikasi dorongan-dorongan varilitas. Penekanan rambut berombak yang mempesonakan jika diiringi dengan detaik kosmetik yang menyolok dapat ditemukan pada gambar-gambar individu perempuan yang sexually deligent atau individu perempuan yang mempunyai cita- 3

4 cita glamor. Penekanan ini paling banyak ditemukan dalam masa remaja tetapi juga ditemukan pada individu-individu yang terlalu cepat matang dibidang sexual atau sosial. Rambut mempunyai nilai erotis, biasanya pada individu-individu umur tahun, dimana individu mulai memperhatikan rambutnya. Rambut botak pada individu laki-laki mengindikasikan kurang jantan, sedangkan menekankan pada rambut adanya indikasi infantil dan kemunduran dorongan seks serta sensualitas kebutuhan seksual. Menekankan pada rambut tapi dishading, adanya lambang kejantanan, anxiety akan sensual needs, dalam gambar bayangan yang lebat, kemungkinan merasa cemas terhadap keinginan-keinginan sensualnya yang terlalu berlebihan. Perhatian yang berlebihan pada rambut biasanya narsisitik, dan tendensi homoseks. Rambut yang digambar hanya pada bagian tengah adanya identifikasi feminin yang berhubungan dengan narsisitik serta obsesif-kompulsif. Rambut yang digambar berulang-ulang diindikasikan suka menyerang. Adanya rambut putih pada pria mengindikasikan merasa terhambat kejantanannya. Rambut para wanita yang tak ada pada pria, adanya regresi. Penempatan rambut yang tidak tepat, adanya tekanan atau tuntutan kejantanan. Rambut tipis atau tanpa tekanan, kurang jantan/tidak pasti. Rambut yang digambar menyolok dan kacau, sifat kekacauan pada individu tersebut. Rambut yang gundul atau sedikit sekali; adanya tendensi katrasi kompleks. Rambut yang digambar gondrong; erotis proten/kemungkinan ada konflik. Jambang, kumis dan rambut lain-lainnya; adanya keraguan pada kejantanan sehingga kompensasinya menjadi sok jantan serta ketidakpastian seksual. Rambut yang digambar pada rahang; adanya indikasi schizoid. Jambang yang dibuat secara khusus atau jenggot; menggunakan kekuatan atau kejantanan. Jenggot yang digambar seperti janggut kambing; ingin menunjukkan kejantanan dengan cara yang tidak wajar/kurang wajar dan indikasi artistik yaitu anti sosial, atau ada unsur-unsur schizoid. Jenggot yang digambar dengan tekanan shading; adanya perhatian yang berlebihan pada kejantanan. Rambut yang digambar kusut; adanya ketidakmatangan seksual. c) Ekspresi Wajah Ekspresi wajah telah terbukti sebagai salah satu ciri khusus dari gambar yang dapat dinilai secara langsung dan mempunyai tingkat kepercayaan yang cukup baik. Individu secara tak sadar memberi warna pada gambarnya, yaitu suatu ekspresi kebencian, ketakutan, kebingungan, agresi, pemberontakan, kedamaian, kelemahan atau efek yang tak sesuai. Menunjukkan sikap individu terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain tentang dirinya dan bukan sikapnya terhadap orang lain, serta suasana hati dan sikapnya yang berlaku pada saat ini. 4

5 Muka atau wajah yang suram ; adanya kesadaran diri dan merasa malu Wajah dengan ekspresi yang menentramkan atau menunjukkan perasaan damai; merasa tidak aman. Wajah yang menunjukkan kekhusukan diri; schizoid Wajah yang berkesan buruk atau wajah yang menunjukkan seperti wajah bekas-bekas goresan luka, atau seperti adanya parutan bekas luka. Seks gambar sama dengan gambar individu; adanya kemungkinan menunjukkan indikasi menanti atau menunggu agresi yang datang dari lingkungan, merasa terganggu dengan harga dirinya dan melambangkan trauma psikis. Wajah yang kekindividu-kindividukan ; tingkah laku sosial yang kekindividukindividukan. Wajah yang kewanita-wanitaan yang digambar oleh laki-laki ; adanya kecenderungan homoseksual Wajah yang seperti topeng; perasaan yang berhati-hati, suka akan rahasia, dan kemungkinan merasa depersosialisasi dan keasingan diri Wajah dengan penekanan yang berlebihan; merasa kekurangan/ketidakcukupan/ketidakcakapan dengan kompensasi fantasinya. d) Mulut dan Bibir Mulut muncul bersamaan dengan kepala pada gambar individu-individu. Ini konsisiten pada aspek fungsional pada pertumbuhan individu. Mulut, seperti halnya bagian-bagian lain pada wajah, memperlihatkan proyeksi menggambar yang luas. Penekanan pada mulut dapat dinyatakan dengan tidak adanya mulut, diperkuat, ukuran khusus, shading, hapusan atau penempatan yang salah. Penekanan oral pada gambar individu-individu, merupakan individu primitif, individu regresi, alkoholik dan mengalami depresi. Mulut besar (ditonjolkan) ; biasa pada individu kecil Mulut yang ditekankan ; erotis oral, kebutuhan tergantung, ketidakmatangan Mulut tebal dan lurus ; oral agresif/suka mengkritik, dapat dikatakan sadisme Bibir tebal dan melengkung pada gambar wanita ; adanya kecenderungan narsisme Mulut bulat ; cenderung feminin Mulut yang terbuka ; cenderung oral erotis dan cenderung dependensi Mulut tertutup/terkatup ; menutup diri, tak mau terbuka, menolak ketergantungan, menekankan permusuhan Mulut mencibir ; menghina orang lain, agresif (bermusuhan mungkin karena perasaan) dan independen 5

6 Mulut yang cekung berlekuk ; oral dependensi, ketidakmatangan psikoseksual, dan butuh perhatian Mulut yang cupid ban ; erotisme remaja, narsistik, dan sombong (pada individu wanita remaja) Slash of mouth ; kemarahan dan permusuhan, agresif, dan over kritik sadistik verbal Mulut yang mengarah keatas; memaksakan diri, berpura-pura sebagai kompensasi perasaan yang bisa menerima, dan tendensi menunjukkan senyum Giginya kelihatan ; oral agresif (suka mengkritik), tendensi menyerang secara oral, dan sinisme Tertawa lebar ; tendensi orang depresi dengan kompensasi orang tertawa lebar Sangat kecil ; menentang oral dependensi dan independen Mulut tak digambar/dihilangkan ; penolakan terhadap kebutuhan afektif, perasaan bersalah, depresi, dan kontak verbal yang terganggu (dengan lingkungan) Bibir mulut yang tebal pada individu laki-laki ; kewanita-wanitaan Mulut seperti badut ; bersifat keramah-tamahan yang dipaksakan, afeksi yang tidak tepat/tidak pantas Mulut yang berbentuk atau menunjukkan adanya celung, atau seperti mulut yang siap menerima sesuatu ; adanya ketergantungan yang pasif. Mulut yang ditandai oleh kepenuhan, terbuka atau oval ; perasaan ketergantungan dan erotik pada oral Mulut yang tidak ada (digambar oleh wanita) ; adanya kemungkinan untuk mengambil/menghardik/mencaci maki tokoh Ibu. e) Dagu Pentingnya dagu dalam banyangan tubuh (body image) berasal dari arti simbolis dan bukan berasal dari perasaan fungsional konkrit. Dalam gambar profil dagu sering dihapus, diperkuat, adanya perubahan garis atau dibuat menonjol keluar. Perlakuan seperti ini dianggap sebagai suatu kompensasi atau suatu kelemahan yang tidak dapat mengambil atau membuat suatu keputusan dan takut akan tanggung jawab. Dagu ditekankan ; adanya kompensasi ketidakpastian, tak bisa mengambil keputusan, takut akan tanggung jawab dan fantasi Melebih-lebihkan dagu ; kompensasi dari perasaan tak mampu, dan tak dapat mengambil keputusan Perluasan dagu ; adanya dorongan agresif 6

7 Tekanan pada dagu (pada gambar jenis kelamin lain) ; dependen pada Ibu, menganggap jenis kelamin lain lebih kuat Menggambar jakun ; indikasi menunjukkan kejantanan. Hal ini wajar pada remaja f) Mata Mata merupakan pusat sebagian besar fungsi-fungsi komunikasi sosial. Mata tidak hanya dianggap sebagai jendela dari jiwa yang memperlihatkan inner life individu yang bersangkutan, tetapi merupakan organ penting untuk melakukan kontak penting dengan dunia luar. Selain itu mata sebagai alat yang berhubungan dengan lingkungan dunia luar yang memberikan informasi visual, dan merupakan alat pengolah terjadinya umpan balik. Mata berbentuk bulatan ; egosentris histeris, ketidakmatangan dan regresi Mata berbentuk bulatan dengan tekanan terkatup ; pertautan ide-ide dan paranoia Mata yang terkatup ; paranoia Mata yang terlalu kecil ; ingin mencampakkan dunia luar (tak acuh) dan self absorbtion Mata yang tidak melihat ; emotionally immaturity dan egosentris, kekindividukindividuan, cacat mental tingkat ringan, biasa untuk individu-individu, tergantung, emosi yang datar serta hambatan dalam membedakan sesuatu Buta : tertutup total dan cekung ; tanda keengganan memperhatikan sekitar, mungkin suka bertengkar, tendensi menolak keadaan yang tidak menyenangkan, tendensi menyatakan ketidaksenangan Lebar dan diberi tekanan ; bermusuhan dan mengancam, bersemangat, indikasi pamer terutama pada individu perempuan remaja, homoseksual, histeris egoisitas Tajam, besar, disertai kepala besar ; paranoid, unsur agresif, sadisme, ingin berkuasa besar sekali, wanita lebih sering menggambar mata besar, tetapi bila individu laki-laki menggambar mata besar, dikatakan bahwa individu tersebut mempunyai tendensi homoseksual Setengah tertutup ; introvert, kurang kontak dengan dunia luar, kontak sosial sangat kurang (terlebih bila tak digambar) Mata diberi kacamata ; kompensasi dalam pergaulan karena malu terhadap konflik yang dialami Mata sipit ; kepicikan pandangan Mata membelalak ; rangsangan, gairah seksual 7

8 Mata juling ; pikiran kacau Lingkaran bola mata besar, tapi mata kecil ; konflik voyeurism Penekanan pada bintik hitam mata atau tidak ada bintik hitamnya ; menunjukkan cita-citanya dan paranioa Mata yang menyolok/digambarkan secara menonjol ; sifat menyerang Mata besar tanpa pupil mata ; kecenderungan voyeurism dengan persaan bersalah Mata dengan bulu mata yang lebat ; homoseksual Bulu mata yang panjang ; genit/suka menarik perhatian, suka membujuk, suka memamerkan diri Bulu mata pada gambar individu laki-laki ; kewanita-wanitaan, kecenderungan homoerotik, dan homoseksual g) Telinga Secara fungsional, telinga merupakan organ yang relatif pasif. Adanya telinga pada gambar nampak setelah bagian-bagian lain dari gambar. Jika telinga dihilangkan maka hal ini tidak terlalu berarti, dibandingkan bagian lain dari tubuh. Jika telinga dibuat menyolok baik melalui ukuran, penekanan, transparasi melalui rambut, bentuk, penempatan atau adanya hapusan, maka dapat dianggap hal yang peka dalam psyche individu yang menggambarnya. Telinga merupakan suatu organ untuk menerima pembicara, perekam berita dari orang lain, juga menerima dari dunia luar. Pada individu-individu sering tak digambar atau kalaupun digambar biasanya paling akhir, kalau terjadi pada orang dewasa cenderung infantil. Penekanan atau pembesaran telinga ; jika berlebihan mungkin karena ada halusinasi pendengaran, tendensi gangguan penyakit telinga, paranoid, schizoid, ketidakstabilan tuna rungu, ingin tahu yang besar, daya kritik yang kurang, peka terhadap kritik/sikap orang lain karena neurotik ekstrim, paranoia, tendensi konflik homoseksual pasif. Telinga besar, mulut lurus dan tebal ; tendensi oposisi terhadap otoritas Telinga lebar ; peka terhadap kritik Telinga kabur/tidak jelas ; kesadaran pribadi goncang, adanya keraguan Telinga digambar akhir ; konflik dalam hubungan manusiawi, mungkin ada kesulitan bicara Kurang tekanan ; penolakan terhadap kritik, menolak pendapat orang lain, menghindari halusinasi pendengaran, lebih umum pada orang yang lanjut usia daripada orang muda 8

9 h) Hidung Hidung tak digambar ; sebagai simbol phalik atau ada kemungkinan konflik seksual Hidung yang melebar, mengembang, dan bengkok ; memiliki sikap yang merendahkan atau memandang hina pada orang lain, adanya kecenderungan berpikir dalam istilah-istilah yang secara sosial stereotype bersifat mengejek Hidung terputus-putus ; melankolia involusional, impotensi seksual, pada remaja pria merasa ketidakcakapan/ kekurangan peranan laki-laki dengan dorongan ke arah itu. Hidung dengan bayangannya ; kastrasi kemungkinan diproyeksikan terhadap lawan jenisnya Hidung yang letaknya dipusat ; merasa ada penonjolan/ketegasan dari sifat kewanitaan, merasakan kebutuhan akan penegasan sifat kewanitaan Lubang dan cuping hidung ; agresi yang primitif i) Leher Seringkali leher tidak diberi penekanan grafis pada individu-individu yang terganggu dalam ketidakmampuan mengkoordinir impuls-implus dan fungsi-fungsi kontrol mereka. Mereka tidak begitu menyadari adanya suatu split dalam kepribadiannya. Diperkirakan bahwa ada konflik sehubungan dengan kekuatan superego. Leher yang panjang dan tipis (kurus) ; kurang amampu mengontrol dorongan, adanya permusuhan Besar dan gemuk ; rigid, penggabungan implus yang baik Satu dimensi ; kurang mampu mengontrol dorongan dan nafsu Menghilangkan pangkal leher ; sering membiarkan dorongan-dorongan dengan kontrol yang tidak cermat Leher yang ditutupi dengan dasi (alat lain.kerah baju) ; melakukan kontrol intelektual terhadap implus/impulsnya Leher yang digambar secara berlebihan besarnya ; adanya kesadaran akan dorongan-dorongan fisik, dengan usaha untuk mengontrolnya Leher yang digambar panjang seperti jerapah ; adanya indikasi schizophrenia Leher yang dipanjang-panjangkan ; histeria karena adanya hambatan di dalam menelan, masalah didalam mengontrol rasa marah atau mengontrol dorongan-dorongan primitif, kecenderungan schizoid Leher yang menyempit/mengecil ; indikasi depresi Leher yang tidak digambar/dihilangkan; adanya ketidakmatangan, kekurangan kontrol/dorongan-dorongan, dan regresi 9

10 Leher yang pendek padat; sifat memanjakan diri sendiri, perwujudan dorongan yang tidak terkendali j) Lengan dan Tangan Secara fungsional lengan dan tangan dibebani arti-arti psikologis yang berhubungan dengan perkembangan ego dan adaptasi sosial. Lengan menggambarkan kegiatan untuk menerima atupun menolak atau menentang dunia luar, dan mengindikasikan kekuatan. Lengan dan tangan yang dihilangkan (terpotong/tertutup) ; indikasi schizophrenia depesif, aktivitas produktif, perasaan bersalah berhubungan dengan pemisahan dan seksual Bila lengan tak digambar sama sekali ; adanya gangguan otak yang berhubungan dengan motoriknya Digambar tak sesuai sama sekali ; adanya konflik dalam kontak dengan orang lain, sifat agresif terlebih bila terdapat pada individu usia remaja, tendensi psikopat (pada orang dewasa) Lengan yang dilipat (dimuka/bersedekap) ; adanya ambivalensi, usaha yang nampak kuat, dan bermusuhan dengan seksualitas Dilipat kebelakang ; menolak dunia luar karena rasa curiga dan bermusuhan, kontrol yang kaku terhadap impuls Lengan yang pendek sekali ; ambisi kemauan yang lemah, merasa lemah, banyak mengharapkan bantuan Lengan yang kecil dan tipis ; merasa lemah dan sia-sia atau tidak berguna, merasa tak mampu mencapai hasil Lengan seperti sayap ; lemah, ada hambatan kontak sosial Lengan dibelakang ; perasaan bersalah ingin menghukum tangan, kebutuhan mengontrol agresi, lengan dengan garis tebal, perasaan menghukum Lengan yang luas/tebal ; adanya indikasi mengutamakan kekuatan, mementingkan otot daripada otak Lengan yang panjang ; ambisius dan usaha untuk sukses, mengharapkan perhatian dan kasih sayang Lengan yang sangat panjang ; indikasi ambisi dan mencari kompensasi dari perasaan tidak pasti Lengan yang nampak meraih ; melaksindividuan interaksi sosial Garis lengan yang langsung dan lancar ; siap berhubungan dengan lingkungan Subyek laki-laki. Gambar laki-laki, tanpa lengan ; dorongan genital yang kuat dan berkaitan rasa bersalah, adanya keinginan menjadi dikebiri Lengan yang lekat dibadan ; ketegangan 10

11 Pundak melambangkan kemampuan dan kekuatan. Kalau diganbung dengan tangan,lengan dan juga kaki akan memberi gambaran usaha untuk mencari kekuatan. Pundak yang lebar dan besar mengindikasikan perasaan mampu. Pundak yang sempit dan kecil menunjukkan perasaan yang inferior dan mencoba mencari kompensasi sedangkan pundak yang persegi menunjukkan individu yang kaku dan bermusuhan. Emotional indicator DAM : Suatu gambar dapat dikatakan mempunyai indikator emosional apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Gambar tersebut berbeda dengan gambar yang dibuat oleh individu normal lainnya. 2. Perbedaan tersebut jarang terdapat pada gambar-gambar individu normal. Berdasarkan kriteria diatas, Koppitz menyusun beberapa indikator emosional menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Menyangkut gambar secara keseluruhan Kualitas garis (terputus atau tidak) Apakah ada integrasi antara bagian-bagian badan (kepala, tangan dan lainlain) Shading Ukuran gambar dan arah, penempatan gambar (miring atau tidak) 2. Menyangkut pada bagian-bagian tubuh (kepala, mata, lengan dan tangan, genital) Apakah digambar lebih dari satu Cara menggambar Base line Tambahan-tambahan lain (matahari, awan dan lain-lain) 3. Penghapusan meliputi bagian mata, hidung dan lain sebagainya. Koppitz memberikan pengecualian yang harus diperhatikan. Terdapat beberapa hal yang tidak dapat dikatakan sebagai indikator emosional apabila digambar oleh individu usia dibawah 6 tahun, yaitu : 1. Sedikitnya integrasi dari bagian-bagian tubuh karena individu 6 tahun belum sampai pada taraf tersebut. Individu laki-laki < 7 tahun dan individu perempuan 6 tahun. 2. Shading pada badan. Individu laki-laki < 9 tahun dan individu perempuan 8 tahun. 11

12 3. Shading pada tangan dan leher. Individu laki-laki 8 tahun dan individu perempuan 7 tahun. 4. Garis yang besar. Individu laki-laki 8 tahun dan individu perempuan 8 tahun. 5. Penghapusan pada hidung. Individu laki-laki 6 tahun dan individu perempuan 5 tahun. 6. Penghapusan pada lengan. Individu laki-laki 6 tahun dan individu perempuan 5 tahun. 7. Penghapusan pada kaki. Individu laki-laki 9 tahun dan individu perempuan 7 tahun. 8. Penghapusan pada leher. Individu laki-laki 10 tahun dan individu perempuan 9 tahun. Lokasi Gambar Lokasi gambar menunjukkan penempatan diri individu dalam lingkungannya. Berikut ini ada beberapa interpretasi penempatan gambar, yaitu: 1. Gambar berada di atas yaitu di atas garis tengah, hal ini mengindikasikan bahwa individu memiliki kemauan yang cukup tinggi, memiliki potensi yang cukup besar, antusias, memiliki rasio yang baik walaupun kadang-kadang kelewat batas. 2. Gambar di tengah, hal ini mengindikasikan bahwa individu memiliki adaptasi yang cukup baik, bersifat egosentris, insecure dan rigid. 3. Gambar di bawah atau di dasar, hal ini mengindikasikan bahwa individu membutuhkan akan kepastian/depresif, kurang memiliki usaha, mudah menyerah, memiliki perasaan insecure, mampu berpikir pada hal-hal konkrit, membutuhkan keseimbangan dan kontrol. 4. Gambar cenderung ke kanan, mengindikasikan bahwa individu sudah dapat mengontrol emosionilnya, mau berusaha keras, berorientasi pada lingkungan, dan cenderung ekstrovert. 5. Gambar di kanan atas, mengindikasikan negativisme pada diri sendiri, agresif, dan memberontak. 6. Gambar cenderung ke kiri dan kecil, mengindikasikan bahwa individu dikuasai oleh emosi, menekankan pada masa yang lalu, self oriented, depresif tapi banyak frustasi, introvert, dan banyak dikendalikan unconsciusness. 12

13 Gambar Kesadaran Titik Aku Ketidaksadaran Penarikkan garis yang konsisten mengindikasikan penyesuaian diri individu cukup baik. Apabila penarikkan garis kabur mengindikasikan bahwa individu terkesan kurang berani tampil dilingkungannya dan menyatakan dirinya, cemas, insecure, ragu dan penakut. Sementara penarikkan garis secara tebal mengindikasikan bahwa individu memiliki percaya diri yang baik, memiliki dorongan bermusuhan yang tampak, ada kecemasan bila disertai shading dan tekanan yang kuat. Untuk penarikkan garis tipis mengindikasikan bahwa individu memiliki hambatan bila berhubungan dengan lingkungan. Garis tipis, patah dan tidak tetap mengindikasikan bahwa individu merasa ketakutan, tidak aman. Garis seperti gergaji mengindikasikan kecemasan, kontrol motorik rendah, kurang dapat mencapai keseimbangan. II. BAUM (Tes Gambar Pohon) Tes ini awalnya digunakan oleh Emil Jucher untuk membantu mendiagnosa. Pohon sebagai gambar, merupakan pernyataan dari the being of the person. Tes ini kemudian dikembangkan oleh Charles Koch, yang sekarang dikenal dengan Tes Pohon (Baum Test). Administrasi a. Situasi Tes Tes dihadapi tanpa prasangka karena menyangka tes ini merupakan tes kemampuan menggambar. Akan tetapi tes ini tetap harus disertakan dengan 13

14 tes lain untuk menganalisa suatu kepribadian yang lengkap dari seseorang individu. b. Instruksi Instruksi yang diberikan sangat sederhana, yaitu: gambarlah pohon.... Akan tetapi dengan instruksi ini, seseorang bebas untuk menyatakan diri dalam berbagai bentuk pohon, baik itu semak belukar, pohon pinus, pohon buahbuahan yang rindang maupun pohon lainnya, yang secara psikologis menarik, namun menimbulkan kesukaran untuk dapat diteliti secara sistematis. Semula terdapat 4 instruksi, yakni: 1. gambarlah pohon daun-daunan 2. gambarlah pohon, tetapi jangan pohon pinus 3. gambarlah pohon buah-buahan 4. gambarlah suatu pohon yang berkayu, kecuali: a. jenis pohon perdu b. jenis pohon pinus c. jenis pohon palma d. jenis pohon randu e. jenis bambu f. jenis rumput-rumputan g. jenis pohon beringin c. Alat yang dibutuhkan Bentuk dan besarnya gambar terserah subjek, namun ada beberapa persyaratan, yaitu: 1. Kertas HVS ukuran F4 2. Pinsil lunak 3. Waktu tidak dibatasi (work limit) 4. Tidak diperkenankan menghapus/ menggaris d. Diferensiasi Tugas Bila kita mempunyai kesan bahwa gambar yang diperoleh kurang terdiferensiasi, maka tes dapat diulangi. Biasanya gambar yang kedua adalah yang sebenarnya. e. Hubungan antara Pohon dan Manusia Hubungan antara bentuk pohon dan manusia adalah menanam kehidupan dalam pohon seperti suatu patung yang berdiri, mencapai kemiripan paling tinggi dengan manusia (Humanity) dan bahwa pertemuan dengan pohon adalah pertemuan dengan diri sendiri (Hiltbrunner/ Baume). 14

15 Letak tanaman merupakan sistem yang terbuka; segala sesuatu menuju keluar, segala sesuatu terjadi di permukaan, bentuk di bawah kulitnya dan pada ujung-ujung tunasnya. Hanya jenis pohon yang dapat memperlihatkan kejadian ini (berbeda dengan konstitusi manusia dan binatang yang tidak memperlihatkan hal ini dan merupakan suatu sistem yang tertutup). Karena itu keberadaan tanaman (the being of) berarti gerakan hidup keluar, suatu usaha menjauhi zone-zone pertumbuhan pusat, yang tidak berguna dan bersifat simbolis. Proyeksi mula-mula dilepas melalui filter tema proyeksi, dan diperoleh hasilnya yaitu gambar pohon, yang diteliti ciri-ciri grafisnya. Bagaimanapun reaksi subjek berbeda antar individu. Sebagian konteks interpretasi gambar pohon ini memanfaatkan prinsip-primsip yang dilandasi oleh arti garis-garis dan coretan yang dibuat untuk menciptakan gambar dan mempergunakan prinsip-prinsip yang melatarbelakangi simbolik ruang. f. Garis dan Coretan-Coretan Gambar diperoleh sebagai akibat dari gerakan motorik tangan, khususnya motorik halus. Gerakan ini dikendalikan oleh otak dengan pusat-pusat kordinasinya. Gerakan-gerakan motorik seseorang turut dipengaruhi kondisi kognisi, kondisi emosi dan kekuatan dorongan yang sedang apa adanya. Artinya, motorik yang dimaksud pada dasarnya adalah suatu psikomotorik. Apabila terjadi pengulangan coretan yang berlebihan (dan menghasilkan bagian yang menghitam pada gambar), maka perseverasi gerakan yang tampak mengandung interpretasi bahwa vitalitas orang yang bersangkutan terikat dan terpaku pada suatu segi penghayatan emosional pada dirinya, yang pada umumnya berupa efek kecemasan yang kuat. Penghitaman kertas gambar merupakan penyembunyian sesuatu yang dalam psikoanalisa disebut represi. Energi dan vitalitas seseorang tampak pada bentuk garis dan coretan yang tidak terhenti pada batas-batas kertas atau bagian yang pantas digambar, memainkan garis dan coretan itu cenderung melampaui batas-batas yang dimaksud (diluar kertas gambar). Vitalitas yang tidak dapat dikendalikan dapat sejajar dengan kecenderungan ekspansif (tidak mau mengenal batas-batas perilaku sendiri). Garis yang terputus-putus menunjukkan ekspresi dari keadaan psikis dan biasanya tampak pada orang yang mudah cemas (nervous). g. Arah Kiri dan Kanan Pada batang biasanya berupa shading. Arah kanan menunjukkan adanya gangguan dalam relationship atau dengan lingkungan. Sedangkan arah kiri 15

16 menunjukkan konflik dalam dirinya atau dalam hubungan dengan masa lampau. Setiap goncangan dalam keseimbangan menunjukkan adanya ketidaktenangan yang ditandai dengan pemindahan daerah mahkota ke kiri atau ke kanan. h. Deformasi Batang yang berlubang, terpotong dan banyak gambar pohon, memperlihatkan tanda-tanda adanya gangguan i. Pertumbuhan Pohon yang sehat tumbuh dari akar dan batang yang sesuai dengan rencananya sendiri. Titik sambungnya adalah peralihan dari batang ke mahkota. Pada gambar-gambar individu normal sampai usia 8 tahun, kedua bagian ini di tempatkan yang satu di atas yang lain, batang merupakan bagian terpisah dan ditutup dibagian atas oleh garis horizontal. Dahan-dahan kemudian ditambahkan. j. Perkembangan Gambar Pohon 1. Stroke Trunk/ batang digambar dengan 1 garis (< 5 tahun) 2. Pada individu normal sampai usia 8 tahun, gambar mahkota letaknya diatas pohon. Batang merupakan bagian yang terpisah dengan garis horizontal. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengalaman individu dan juga bentuk perlakuan yang khusus pada usia ini. Pada individu yang lebih besar, biasanya mengindikasikan taraf kemampuan individu yang kurang, dimana mereka tidak dapat berpikir secara keseluruhan. 3. Pohon dengan bentuk membulat dan batang yang lurus biasanya digambar individu usia dibawah 10 tahun. Apabila digambar oleh orang dewasa biasanya menunjukkan seseorang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasi kegagalan, sehingga sikap dan tingkah lakunya seringkali seperti individu remaja. 4. Aksesoris (burung, sarang burung, individu kecil, dll), biasanya normal digambar oleh individu usia 7-9 tahun. 5. Stroke branch (5-8 tahun) biasanya banyak digambar individu 7-8 tahun. 6. Double Stroke Trunk timbul mulai usia 9 tahun. 7. Buah (5 tahun 29 %) sampai usia 9 tahun. Paling banyak digambar individu usia 6 tahun dan mulai menurun usia 13 tahun. 8. Stereotype (dahan, daun dan buah) biasanya digambarkan individu usia 5-7 tahun. 16

17 k. Buah 1. Pada individu yang normal biasanya menghilang pada usia 10 th. 2. Pada orang-orang yang tuli dan bisu, menunjukkan hal tersebut karena adanya retardasi dalam perkembangan. 3. Pada individu, biasanya menunjukkan ingin cepat melihat goal (hasil), individu-individu tidak dapat menunggu. Bagi mereka, melihat hasil adalah sesuatu yang menarik. 4. Orang dewasa yang menggambar buah biasanya naif, tidak matang, lamban, sensual & malas. 5. Tetapi kalau buah digambar oleh indvidu yang matang biasanya menunjukkan maturity, dapat mengatasi/ menguasai diri. 6. Buah yang jatuh tidak tidak mempunyai arti yang sama pada setiap usia. Pada individu berarti menunjukkan kehilangan. Interpretasi BAUM Test a. Lokasi Penempatan Gambar Max Pulver membagi penempatan gambar dalam beberapa lokasi, dimana daerah ini dibagi menurut daerah kiri dan kanan. 1. Daerah kiri, menekankan pada kehidupan masa lalu dan jenis kepribadian yang introvert. 2. Daerah kanan, menekankan pada kehidupan yang akan datang dan kepribadian yang ekstravert. 3. Daerah A (kesadaran atas), menekankan pada bidang intelektual, norma, etika dan religi. 4. Daerah B, menekankan pada unsur ego dan kehidupan yang berkaitan dengan perasaan sensitif serta rasa ego yang kuat. 5. Daerah C, menekankan pada kebutuhan materiil, libidoseksual, fisik, dorongan erotis dan dorongan bawah sadar. L A B C R C Menurut Hertz terdapat beberapa lokasi penempatan yang lebih mendetail, seperti pada: 1. Daerah 1, menekankan pada bidang rohani, idealisme dan etika. 17

18 2. Daerah 2, menekankan pada kecenderungan ekstravert, memiliki sifat altruisme dan dorongan untuk menyelesaikan masalah orang lain. 3. Daerah 3, menekankan pada hal-hal yang bersifat fisik/ material. 4. Daerah 4, menekankan pada kecenderungan introvert, egois, penarikan diri, dan semua persoalan lebih suka diselesaikan sendiri. 5. Daerah 5, menunjukkan adanya hambatan yang berkaitan dengan keinginan yang tidak tercapai, keinginan yang kurang didukung oleh kemauan dan kemampuan, terlalu idealis dan pola berpikir kurang dewasa. 6. Daerah 6, menekankan pada kebutuhan yang bersifat materialistik. 7. Daerah 7, menunjukkan adanya konflik, perasaan tertekan dan kecenderungan depresif. 8. Daerah 8, menunjukkan kerakteristik yang bersifat agresif b. Kualitas Garis Tekanan Tekanan menunjukkan dorongan, kebutuhan atau hasrat personal yang kuat. Hal ini juga menunjukkan kekuatan yang dimiliki oleh individu unutk mencapai sesuatu, selain itu juga menunjukkan kekuatan untuk melawan atau mengatasi suatu ketegangan. Sedangkan tekanan yang lemah menunjukkan kemungkinan adanya rasa enggan atau kurang bersemangat dan depresif, terutama bila gambar kecil dengan lokasi di bawah. Keajegan Garis yang sering muncul adalah garis yang terputus-putus dan tidak konstruktif. Hal ini menunjukkan sikap ragu-ragu. Garis terputus dengan tekanan lemah menunjukkan adanya keinginan aktivitas yang tidak terkendali. Shading Shading menunjukkan adanya kecemasan yang mengindikasikan kecenderungan neurotis, bentuk lain dari manfestasi adanya rasa tidak aman. Akan tetapi gambar Shading menunjukkan hal yang normal pada individu. 18

19 Faktor-Faktor Analisis BAUM Test Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis terhadap gambar pohon adalah sebagai berikut : a. Ukuran gambar Dapat dilihat dari 2 segi, yaitu : 1. Perbandingan antara besar gambar dan ukuran kertas; biasanya 2/3 dari kertas folio, penyimpangan dari ukuran tsb menunjukkan indikasi tertentu, gambar besar atau kecil. 2. Perbandingan antara mahkota dan batangnya; biasanya 2/3 dari batangnya, sering dijumpai juga mahkota yang lebih besar ataupun seimbang. b. Kesan gambar Mengungkapkan suasana gambar dibuat, apakah cukup jelas, kesan gambar pohon hidup, mati, ditiup angin, statis, dinamis dan sebagainya. c. Penempatan/ lokasi Terdapat beberapa lokasi, antara lain: 1. Cenderung di tengah; mudah beradaptasi pada hal-hal yang nyata, adanya kesadaran individual, cenderung ke arah obyektif, banyak mendasarkan pada empiris. 2. Cenderung ke kiri; ke arah aku (ego), dipengaruhi oleh masa lampau, introvert, subyektivitas, terlalu menghubungkan segala sesuatu kedalam dirinya, senang menimbang dirinya, sukar dipengaruhi, senang menyembunyikan masalah. 3. Cenderung ke kanan; ekstrovert, orientasi ke arah masa yang akan datang, lebih terbuka, lebih obyektif, lebih mudah dipengaruhi dunia luar. 4. Cenderung ke atas; penuh dengan dunia ide, imajinatif, intelektual, kesadaran yang over individual. 5. Cenderung ke bawah; mudah didominasi oleh drive-nya (ketidaksadarannya). d. Aspek perkembangan atau umur e. Bagian-bagian dari pohon (akar, batang dan mahkota) Akar Menunjukkan sifat primitif, id (menuruti hawa nafsu, impulsive), belum tercapainya tingkat kedewasaan yang baik, sedang mencari pegangan, ada kelemahan pada dirinya terutama kemauannya, terikat pada hal-hal yang 19

20 konservatif/ tradisional, banyak dikendalikan hal-hal yang tak sadar, statis, sukar melepaskan diri dari problema yang sedang dihadapi. Pada individu-individu gambar akar yang digambar terlihat merupakan hal yang biasa/ normal. Batang Pada umunya batang digambarkan dengan membuat dua garis yang sejajar. Tetapi individu-individu akan menggambar batang dengan satu garis dan ini merupakan hal yang normal. Mulai usia 5 tahun, gambar batang satu garis akan berkurang atau menghilang. Pada individu-individu debil masih akan berlangsung sampai usia 8 tahun. Menurut statistik, 42% individu debil masih menggambar batang dengan satu garis sedangkan pada orang-orang embisil 72% pada usia dewasa menggambar batang dengan satu garis. Individu yang baru masuk sekolah biasanya menggambar batang yang kerucut. Hal ini normal pada usia 8-9 tahun. Pada individu usia 8-9 tahun yang embisil juga ada kecenderungan menggambar demikian. Pada orang dewasa menunjukkan indikasi tertentu. Menggambarkan ego, prinsip realita, sangat intuitif, tertarik pada hal-hal nyata, perasaan/ emosinya mudah bergerak, sensitif, kurang kesadaran serta merupakan pusat dan memegang peranan penting dalam keseimbangan antara kiri dan kanan. Permukaan Batang Menunjukkan arti ke arah hubungan orang dengan lingkungan secara emosional dan efektif, bagaimana sikap individu di dalam kontak dengan dunia luar/ dalam menghadapi lingkungan sekitarnya, menunjukkan penyesuaian diri, keadaan yang lampau, kehidupan afek dan self-defence mechanism. Batang yang digambar licin/ rigid menunjukkan sifat sensitive, rangsang dari luar tak mudah menimbulkan problem. Batang yang digambar dengan kasar menunjukkan sifat sensitif, setiap rangsang yang diterima mudah menimbulkan problem, misal mudah marah. Batang yang digambar dengan arsiran sehingga tampak 3 dimensi menunjukkan tingkat intelegensi yang tinggi. Mahkota Terdiri dari dahan, daun, buah, dan bunga. Menunjukkan aktifitas atau prosesproses yang berhubungan dengan rasio, stabilitas elemen antara kehidupan yang lalu dan kehidupan yang akan datang dalam alam rohaniah seseorang. 20

21 Merupakan daerah kontak dengan lingkungan daerah relationship dan pertukaran apa yang berasal dari dalam dan dari luar, menggambarkan super ego yang berkuasa, intelektual, ide-ide, fantasi, cita-cita, norma-norma dsb. Kemungkinan Gambar dan Bentuk Pohon a. Batang pohon berbentuk kerucut Bentuk seperti ini seringkali digambar oleh individu-individu yang baru masuk sekolah, dan hal ini normal untuk individu usia 8-9 tahun. Demikian pula dengan individu-individu debil yang menggambar seperti ini, sedangkan pada orang dewasa ini menunjukkan adanya regresi, cenderung statis, konkrit dalam menghadapi sesuatu, ada kemungkinan lambat dalam belajar, lebih praktis tapi sangat teoritis (motorik agak kasar). b. Batang yang dikatakan tidak sinambung Biasanya dibuat dengan coret-coretan pendek, yang kemudian dipertebal lagi menunjukkan keragu-raguan, tidak dapat bersikap tegas. Jika garisnya dibuat halus dan tipis menunjukkan keragu-raguan, peka terhadap orang lain, nervous, tidak sabar dan mudah tersinggung. c. Batang sebelah kiri digambar dengan garis yang tidak teratur, tampak raguragu dibandingkan garis batang sebelah kanan. Kulit batang menggambarkan semacam kontak, hubungan dengan lingkungan. Jika batang sebelah kanan digambar dengan garis yang lurus, serasi dan bagus menunjukkan suatu sikap keluar yang normal, baik, serasi akan tetapi apabila sisi kiri tidak teratur, ada liku-liku menunjukkan gangguan kontak dengan sesamanya pada masa lampau, mengalami kesukaran dalam penyesuaian diri. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan kesulitan atau hambatan pergaulan (masa lalu) yang berusaha ditutupi. d. Batang sebelah kanan digambar dengan garis yang tidak teratur, tampak ragu-ragu dibandingkan garis batang sebelah kiri. Hal ini menunjukkan sikap pergaulan keluar yang diliputi keragu-raguan, sedangkan di masa lampau tidak mengalami masalah, sehingga dapat diartikan dengan penyesuaian diri yang berhubungan dengan kesukaran sosial, menunjukkan minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kesukaran sosial, adanya hambatan dalam perkembangan, serta interaksi 21

22 keluar dan hal-hal yang berkaitan dengan masa depan mengalami hambatan. e. Disamping batang kanan yang digambar ragu-ragu ditambah dengan pohon kecil atau rumput-rumputan. Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran kontak sosial itu benar-benar aktual dan berhubungan dengan orang-orang tertentu. f. Gambar batang yang bergelombang serasi Hal ini menunjukkan suatu kemampuan penyesuaian diri sosial yang baik, tidak selalu mencari konflik, termasuk seseorang yang diplomatis, lincah, dan dinamis. g. Gambar batang yang ditebalkan Hal ini menunjukkan adanya hambatan dalam afeksi, need yang tidak dapat disalurkan dan mempunyai dorongan yang kuat tapi tidak disertai dengan kemampuan. h. Gambar batang yang ditebalkan dan disertai luka-luka Hal ini menunjukkan afek yang tertumpuk dan sewaktu-waktu dapat keluar misalnya dalam bentuk makian dan sebagainya, serta hambatan frustasi dalam pengalaman afek-afeknya. III. Human Figure Drawings (HFDs) Human Figure Drawings test (HFDs) merupakan salah satu jenis tes proyeksi yang mengambil bentuk ekspresif (Lindzey, 1961 dalam Rabin, 1981). Tes mengambar orang ini telah menjadi salah satu teknik yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap individu. Tes ini bertujuan untuk melihat kecemasan maupun dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu. HFDs menggali berbagai aspek kepribadian seperti emosi, konflik bahkan keadaan patologis (Koppitz, 1968). Tes ini dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa gambar orang yang dihasilkan merupakan dorongan, kecemasan, konflik dan karakteristik dari orang tersebut. Dengan perkataan lain, hasil gambar adalah gambaran orang itu sendiri dan kertas merupakan representasi dari lingkungannya (Malchiodi, 1998). 22

23 Hal ini sejalan dengan pendapat Koppitz (1968) yang menyatakan bahwa HFDs merupakan refleksi dari sikap terhadap diri individu sendiri dan terhadap significant others dalam kehidupannya. HFDs dapat mengungkapkan sikap terhadap tekanan hidup dan cara individu tersebut menghadapinya. Administrasi Menurut Koppitz (1968) tes Human Figure Drawings (HFDs) sebenarnya dapat diadministrasikan secara klasikal (grup) maupun secara individual. HFDs lebih baik dilakukan jika secara individual agar mudah untuk melakukan obesrvasi tentang cara kerja individu dan dapat membuat pertanyaan mengenai figur yang digambar (Koppitz, 1968). Berikut ini adalah hal yang perlu dipersiapkan saat memberikan tes HFDs yaitu, tempat duduk dan meja yang nyaman bagi individu untuk melakukan tugasnya. Alat yang digunakan antara lain: a. Kertas kosong yang berukuran 8,5 X 11 inchi atau ukuran 21, 58 X 27, 94 cm b. Pensil HB c. Diperbolehkan menggunakan penghapus Pemeriksa memberikan instruksi kepada individu dengan mengatakan: Pada kertas ini, saya minta kamu untuk menggambar orang lengkap, boleh menggambar siapa saja yang ingin kamu gambar, yang penting adalah orang lengkap, tidak boleh stick figure ataupun cartoon figure (gambar tokoh-tokoh kartun). Untuk individuindividu yang tidak mengerti arti dari orang maka, pemeriksa dapat mengatakan Kamu boleh menggambar seorang pria atau wanita atau individu laki-laki atau individu perempuan, terserah apa yang kamu inginkan untuk digambar. Pada tes HFDs ini tidak diberikan batas waktu. Kebanyakan individu akan menyelesaikan gambar mereka kurang dari 10 menit, dan beberapa individu menyelesaikan tes ini hanya dalam 1 atau 2 menit. Individu bebas untuk menghapus atau mengubah gambarnya sesuai dengan pilihannya. Pemeriksa harus cermat 23

24 dalam melakukan observasi perilaku individu dalam menggambar dan membuat catatan dari sesuatu yang luar biasa. Selanjutnya perhatikan urutan dari figur yang digambar individu, sikap individu dan komentar-komentar yang secara spontan diucapkan selama waktu yang dibutuhkan serta berapa banyak kertas yang digunakan. Pada individu yang tidak puas akan gambarnya, dia diizinkan untuk mengulanginya lagi pada kertas yang kedua (Koppitz, 1968). Interpretasi Interpretasi terhadap hasil tes gambar orang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara objective scoring dan clinical interpretation. Berikut akan diuraikan mengenai dua cara interpretasi tersebut (Koppitz, 1968). a. Objective Scoring Interpretasi HFDs dengan cara objective scoring dilakukan berdasarkan dua tipe, yaitu developmental items dan emotional indicators. Developmental items adalah ciri-ciri gambar yang berhubungan dengan tingkat kematangan individu. Sedangkan emotional indicator (indikator emosional) adalah ciri-ciri gambar yang berhubungan dengan sikap dan masalah serta kecemasan (Koppitz, 1968). 1). Developmental items Developmental items adalah item-item yang muncul pada hasil HFDs individu dengan tingkat usia yang lebih muda yang kemudian meningkat frekuensi kemunculannya seiring dengan meningkatnya usia, sampai mencapai ciri-ciri yang umumnya pada sebagian besar HFDs pada usia tertentu (Koppitz, 1968). Menurut Koppitz (1968) terdapat empat kategori berdasarkan frekuensi kemunculan ciri gambar, yaitu Expected, Common, Not Unusual dan Exceptional. Kategori expected mencakup semua item yang muncul pada 86 24

25 % - 100% HFDs pada usia tertentu. Kategori common mencakup semua item yang muncul pada 51% - 85% HFDs pada usia tertentu. Kategori not unusual mencakup semua item yang muncul pada 16% - 50% HFDs pada usia tertentu. Kategori exceptional mencakup item-item yang muncul pada 15% atau kurang dari HFDs pada usia tertentu dan dipertimbangkan sebagai hal yang tidak biasa digambar oleh individu pada usia tersebut (Koppitz, 1968). Terdapat 30 buah item yang termasuk didalam developmental items ini yaitu: Tabel 1. Developmental Items Kepala Leher Tungkai Mata Badan Tungkai 2 dimensi Pupil Lengan Tumit Alis dan bulu Lengan 2 dimensi Kaki mata Hidung Lengan yang Kaki 2 dimensi menempel dipundak Lubang hidung Lengan yang Profil menempel ke bawah Mulut Siku Proporsi yang baik Bibir Tangan Pakaian 1 potong atau tidak ada Telinga Jari tangan Pakaian 2 atau 3 potong Rambut atau kepala memakai topi Jumlah jari tangan yang benar Pakaian 4 potong atau lebih 2). Emotional Indicators Berdasarkan indikator emosional, hasil HFDs diinterpretasikan sebagai refleksi dari kecemasan, perhatian dan sikap individu. Indikator emosional tersebut merupakan ciri-ciri pada HFDs yang dapat memenuhi 3 kriteria, yaitu: a. Harus memiliki clinical validity, artinya mampu membedakan antara HFDs dari individu yang mengalami gangguan emosi dengan individu yang tidak mengalami gangguan emosi. 25

26 b. Merupakan gambar yang tidak biasa dan jarang terdapat pada gambar orang dari individu-individu yang normal yang bukan pasien psikiatri (< 16% dari gambar orang pada usia tersebut). c. Tidak ada hubungan dengan usia dan kematangan, frekuensi munculnya tidak bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Menurut penelitian yang dilakukan Machover, Hammer, dan Koppitz terdapat 38 potensial indikator emosional yang terbagi dalam tiga tipe yang berbeda yaitu quality sign, special features dan ommisions (Koppitz, 1968). Dari penelitian selanjutnya ternyata hanya 30 ciri yang signifikan sebagai indikator emosional. i). Kualitas Gambar Ciri-ciri yang mengacu pada kualitas gambar orang yang dihasilkan yaitu (Koppitz, 1968): a. Bagian-bagian figur orang yang kurang terintegrasi. Integrasi merupakan penggabungan bagian-bagian figur orang yang digambar. Kurangnya integrasi tidak menjadi indikator emosional untuk individu laki-laki di bawah usia 7 tahun dan individu perempuan di bawah usia 6 tahun. Jika digambar oleh individu di atas usia tersebut, tanda ini berhubungan dengan ketidakstabilan, kepribadian yang kurang terintegrasi, kurangnya koordinasi atau impulsif, ketidakmatangan, kerusakan neurologis, regresi yang berhubungan dengan gangguan emosional. b. Shading pada wajah atau bagian-bagian wajah Shading pada wajah merupakan indikator emosional yang signifikan pada semua usia. Shading pada seluruh wajah menunjukkan kecemasan dan konsep diri yang buruk. Adanya Shading pada bagian tertentu dari wajah merefleksikan kecemasan berhubungan dengan bagian atau fungsi dari bagian yang diberi shading. c. Shading pada tubuh atau anggota tubuh 26

27 Shading pada tubuh tidak menjadi indikator emosional pada individu berusia 8 atau 9 tahun. Hal itu berkaitan dengan kecemasan dengan bentu atau fungsi tubuh jika digambar oleh individu diatas usia itu. d. Shading pada tangan atau leher Shading bukan merupakan indikator emosional sampai individu perempuan berusia 7 tahun dan individu laki-laki berusia 8 tahun. Shading pada tangan menunjukkan kecemasan terhadap aktivitas yang melibatkan tangan baik nyata maupun imajiner. Shading pada leher mengindikasikan adanya kesulitan dalam mengontrol dorongan. e. Anggota tubuh yang digambar tidak simetris. Berkaitan dengan keseimbangan bagian tubuh kiri dan kanan (Machover, 1949). Anggota tubuh yang digambar secara tidak simetris merefleksikan kurangnya koordinasi, impulsifitas, physical awkwardness (kekakuan fisik) dan ketidakmampuan fisik. f. Figur dalam posisi miring sampai 15 derajat atau lebih Figur yang digambar miring sebesar 15 derajat atau lebih mengindikasikan kurangnya stabilitas dan keseimbangan, serta kurangnya rasa aman untuk berpijak. g. Gambar berukuran kecil (tinggi 2 inci atau kurang). Merefleksikan perasaan tidak aman, perasaan tidak mampu, shrunken ego (penyusutan ego), perhatian yang berlebih terhadap lingkungan dan depresi. h. Gambar berukuran besar (tinggi 9 inci atau lebih) Tidak menjadi indikator emosional sampai usia 8 tahun, sedangkan untuk individu diatas usia tersebut mengindikasikan ekspansifitas, tidak matang dan kurang kontrol diri. i. Transparencies Gambar dibuat dengan memperlihatkan bagian dalam figur yang digambar. Ciri ini berhubungan dengan ketidakmatangan, impulsifitas, dan tingkah laku 27

Nursakinah Oktaviana Sasmita, S.Psi, M.Si

Nursakinah Oktaviana Sasmita, S.Psi, M.Si Modul ke: DAP (Draw A Person) Fakultas PSIKOLOGI Nursakinah Oktaviana Sasmita, S.Psi, M.Si Program Studi Tes Proyektif SEJARAH DAP Sejarah Perkembangan Tes DAP Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering

Lebih terperinci

NO KESAN/DETAIL DESKRIPSI ANALISIS 1. Garis Penarikan satu kali garis pada bagian cabang, Garis tipis yang dipertebal pada bagian batang

NO KESAN/DETAIL DESKRIPSI ANALISIS 1. Garis Penarikan satu kali garis pada bagian cabang, Garis tipis yang dipertebal pada bagian batang LAPORAN TES KEPRIBADIAN (TES GRAFIS) BAUM, DAP, dan HTP a. Tes Kepribadian (Tes Grafis) Nama alat tes : BAUM Tujuan : Mengetahui karakter dan kepribadian seseorang berdasarkan fungsi Id, Ego, Super Ego

Lebih terperinci

House-Tree-Person (HTP) for kids

House-Tree-Person (HTP) for kids House-Tree-Person (HTP) for kids Tokoh: J.N. Buck (1948) Yoiles (1952; 1971) Emmanuel Hammer (1954) 1 Latar Belakang HTP merupakan salah satu prosedur gambar yang pertama khusus dirancang untuk mengukur

Lebih terperinci

Business Communication. Communication Science Study Program Tine A. Wulandari, M. I. Kom.

Business Communication. Communication Science Study Program Tine A. Wulandari, M. I. Kom. Tes Wartegg Tes Wartegg dilakukan untuk mengukur emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek. Dalam tes ini, Anda diharuskan untuk melengkapi gambar yang ada di dalam kotak. Setelah itu, pada instruksi

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

Metode Observasi & Wawancara

Metode Observasi & Wawancara Modul ke: Metode Observasi & Wawancara Ilmu Pernyataan Pernyataan Tubuh Bagian Atas (Wajah) Pernyataan Badan dan Anggota Badan Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis A. Garis / Line Garis atau line adalah suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan sebagainya. Dari pengertian diatas, garis dapat digolongkan

Lebih terperinci

Tes Inventory. Pengertian Personality Test, Proses Asesmen, Aspek yang Diukur. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Tes Inventory. Pengertian Personality Test, Proses Asesmen, Aspek yang Diukur. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: Tes Inventory Pengertian Personality Test, Proses Asesmen, Aspek yang Diukur Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Personality Test Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

GESTURES MATERI 8 MATA KULIAH ILMU PERNYATAAN KOMUNIKASI KINESIK:

GESTURES MATERI 8 MATA KULIAH ILMU PERNYATAAN KOMUNIKASI KINESIK: KOMUNIKASI KINESIK: GESTURES Gesture termasuk bentuk komunikasi kinesik, meliputi gerakan tubuh dan tangan saat berkomunikasi. Dari penelitiannya tahun 1965, Ekman menemukan bahwa tanda-tanda (cues) dari

Lebih terperinci

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah dimaksudkan untuk menyempurnakan bentuk wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk wajah ideal atau bentuk wajah oval (bulat telur

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber) Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber) Masalah berawal dari guru Tujuannya memperbaiki pembelajaran Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

C. Teknik-teknik Gambar

C. Teknik-teknik Gambar C. Teknik-teknik Gambar 1. Thematic Apperception Test (TAT) Dikembangkan oleh Henry Murray Stimulusnya lebih terstruktur dan meminta respon verbal yang lebih kompleks & terorganisasi secara bermakna Terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM PSIKODIAGNOSTIK: TES PROYEKTIF

PEDOMAN PRAKTIKUM PSIKODIAGNOSTIK: TES PROYEKTIF PEDOMAN PRAKTIKUM PSIKODIAGNOSTIK: TES PROYEKTIF PENDAHULUAN Kegiatan praktikum dalam mata kuliah psikodiagnostik diperlukan sebagai upaya untuk membekali mahasiswa agar memiliki kompetensi afektif dan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

PERSONAL GROOMING. 1. Kesan Pertama 2. Etiket dan Etika 3. Penampilan Menarik

PERSONAL GROOMING. 1. Kesan Pertama 2. Etiket dan Etika 3. Penampilan Menarik PERSONAL GROOMING 1. Kesan Pertama 2. Etiket dan Etika 3. Penampilan Menarik Apa yang ditangkap oleh customer,adalah sebuah persepsi yang ia anggap adalah benar dan akan melekat di benaknya kemudian mempengaruhi

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN TES GRAFIS

FORMAT LAPORAN TES GRAFIS FORMAT LAPORAN TES GRAFIS TATA PENULISAN LAPORAN TES GRAFIS 1. Dibuat pada kertas berukuran A4 80gr 2. Margins : Tepi Atas = 2.5 cm Tepi Bawah = 2.5 cm Tepi Kiri = 3 cm Tepi Kanan = 2.5 cm 3. Spasi : 1.5

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

TES GRAFIS SEBAGAI ALAT PSIKODIAGNOSTIK

TES GRAFIS SEBAGAI ALAT PSIKODIAGNOSTIK TES GRAFIS SEBAGAI ALAT PSIKODIAGNOSTIK Pendahuluan Dalam dekade terakhir, pemeriksaan psikologi mempunyai pengaruh besar pada kehidupan manusia Indonesia. Kebanyakan dari mereka yang bersekolah, masuk

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

Masa remaja.ppd 1. Bab 7. Perkembangan Peserta Didik. Masa Remaja

Masa remaja.ppd 1. Bab 7. Perkembangan Peserta Didik. Masa Remaja Masa remaja.ppd 1 Bab 7 Perkembangan Peserta Didik Masa Remaja Masa Remaja (11-21 th) Pembagian masa remaja: Remaja Awal (masa puber) Lk: 12-16 th Pr: 11-15 th Remaja Akhir 15/16 18/21 th Pengertian Remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERMASALAHANNYA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERMASALAHANNYA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERMASALAHANNYA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA APA DAN SIAPA REMAJA? Individu yang berada pada periode perkembangan yang terentang sejak berakhirnya masa anak sampai datangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

TIPS MENGHADAPI PSIKOTES. Candra Ariokusuma

TIPS MENGHADAPI PSIKOTES. Candra Ariokusuma TIPS MENGHADAPI PSIKOTES Candra Ariokusuma Seberapa pentingkah psikotes? Psikotes sendiri merupakan suatu tahapan yang selalu ada dalam proses seleksi untuk karyawan di perusahaan maupun instansi pemerintah.

Lebih terperinci

TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES. Oleh: Ubaii Achmad

TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES. Oleh: Ubaii Achmad TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES Oleh: Ubaii Achmad A. Pengantar. Klages memakai cara pendekatan pensifatan dan menentang cara pendekatan tipologis. Namun cara pendekatan tipologi itu sama sekali tidak

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

Freud s Psychoanalytic Theories

Freud s Psychoanalytic Theories Modul ke: 02Fakultas Erna PSIKOLOGI Freud s Psychoanalytic Theories Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Freud (1856-1939) Pendekatan Dinamis Dinamakan juga : Energi psikis, energi dorongan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

Cara Membaca Bahasa Tubuh

Cara Membaca Bahasa Tubuh Cara Membaca Bahasa Tubuh Disunting oleh WikiHowID Editor, Rosy Guerra Memerhatikan sinyal yang dikirim orang dengan bahasa tubuhnya adalah keterampilan sosial yang sangat bermanfaat. Sebagian dari kita

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Akhir dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS PRIBADI

DATA IDENTITAS PRIBADI LAMPIRAN Lampiran 1 DATA IDENTITAS PRIBADI Petunjuk Pengisian Isilah pertanyaan pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas ditempat yang disediakan. Data Pribadi : Usia Pendidikan : tahun :.. Lampiran

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS)

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata-kata),dan menggunakan metode forced choice technique (FCT) dengan pilihan alternatif

Lebih terperinci

Nomor : Usia : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : Usia : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : Usia : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakanlah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Kerjakanlah semua nomor dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI. Sunardi, PLB FIP UPI

PERKEMBANGAN EMOSI. Sunardi, PLB FIP UPI PERKEMBANGAN EMOSI Sunardi, PLB FIP UPI PERKEMBANGAN EMOSI Mar at, 2006 Berlangsung sejak lahir sampai dewasa, tetapi untuk memahami secara pasti mengenai emosi bayi adalah amat sukar. Mengapa? Informasi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat, BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat, informasi menjadi cepat tersebar ke seluruh pelosok Indonesia melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS LABORATORIUM LANJUT PSIKOLOGI EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS 2015/2016 EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata -kata),dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

Perkembangan Manusia

Perkembangan Manusia Perkembangan Manusia Ciri-ciri perkembangan 1. Perkembangan mengikuti pola yang teratur, baik pada masa pranatal maupun postnatal. Pola perkembangan individu bersifat chepalocaudal, yaitu perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory

Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory Modul ke: Tes Inventori: MMPI Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi.,

Lebih terperinci

Tetapi, tetapi, tetapi

Tetapi, tetapi, tetapi Tetapi, tetapi, tetapi Tetapi engkau telah tetapkan semua itu Iya betul tak mungkin aku salah melihat Tidak! Katamu Tetapi Tetapi mata itu tetap menatapku lekat-lekat Menatapku dengan sinar lembut mutiara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi anak yang terlahir normal, para orang tua relatif mudah dalam mengasuh dan mendidik mereka. Akan tetapi, pada anak yang lahir dengan berkelainan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

HAMBATAN EMOSI DAN PRILAKU. Materi Perkuliahan Jurusan LB FIP UPI

HAMBATAN EMOSI DAN PRILAKU. Materi Perkuliahan Jurusan LB FIP UPI HAMBATAN EMOSI DAN PRILAKU Materi Perkuliahan Jurusan LB FIP UPI KONSEP EMOSI 1. Chaplin (2002): Merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci