BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA"

Transkripsi

1 BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA A. Pengertian sistem perekonomian sederhana, terbuka dan tertutup 1. Perekonomian Terbuka Dalam perekonomian terbuka, perdagangan luar negeri ikut dimasukan dalam perhitungan pendapatan nasional. Indikator adanya perdangangan internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain. Disini terdapat kemungkinan dari produsen untuk melakukan kegiatan ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan pasar-pasar di negara lain atau sebaliknya melakukan kegiatan impor atas bahan mentah dan bahan penolong serta mesin atau barang jadi dari luar negara. Dalam model terbuka ini jasa perbankan dan lembaga keuangan dapat juga berasal dari luar negeri dan kita dihadapkan pada sistem perekonomian yang semakin menyatu (the borderless economy) yang disebut dengan the global economy. Dengan memasukkan sektor luar negeri ke dalam model penghitungan pendapatan nasional, berarti kita menamijahkan dua variabel dalam model perekonomian tiga sektor, yaitu variabel ekspor (X) dan variabel impor (M). Dengan demikian untuk menghitung pendapatan nasional keseimbangan pada perekonomian terbuka dilakukan dengan jalan menyamakan antara sisi pendapatan dan sisi pengeluaran. Dalam sistem perekonomian terbuka ini, pengeluaran untuk impor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Untuk impor yang nilainya tetap dapat dituliskan sebagai berikut :M = M0; di mana M0 adalah besarnya impor. b. Sedangakn impor yang nilainya tergantung dari besar kecilnya pendapatan dirumuskan sebagai berikut: M= M0 + my, di mana Y adalah pendapatan dan adalah Marginal Propensity to impor. Menurut Tedi Heriayanto, tolak ukur yang baik untuk menilai kadar keterbukaan suatu perekonomian adalah rasio ekspor dan impor terhadap total GNP. Jika rasio ekspor-impor terhadap GNP melebihi 50% maka dikatakan perekonomian lebih terbuka. 1

2 Teori Makro Keynes terhadap Perekonomian Terbuka (Pasar Luar Negeri) Konsekuensi Perekonomian Terbuka Konsekuensi dari perekonomian terbuka adalah dengan munculnya pasar keempat (pasar luar negeri) di dalam proses/sistem perekonomian tersebut. Akibatnya keseimbangan umum (general equilibrium) tidak hanya ditentukan oleh tiga pasar tapi menjadi empat pasar yaitu pasar barang, pasar uang, pasar tenaga kerja, dan pasar luar negeri. Secara khusus adanya keempat pasar tersebut mempengaruhi tiga konsep yang meliputi: a. Permintaan Agregat (Z) Permintaan agregat sebelumnya pada perekonomian tertutup, posisi keseimbangan berdasarkan keseimbangan pasar dalam negeri (yaitu menentukan nilai P dan Q keseimbangan). Untuk perekonomian terbuka, Z mempunyai peranan yang sama. Oleh sebab itu Z diartikan sebagai seluruh permintaan akan barang/jasa yang diproduksikan di dalam negeri. Jadi Z meliputi: 1 1) Memasukkan permintaan luar negeri terhadap barang/jasa yang diproduksidi dalam negeri (ekspor ke luar negeri) 2) Mengeluarkan permintaan terhadap barang/jasa dari buatan luar negeri (impor) karena bukan merupakan permintaan barang/jasa dari dalam negeri. Jadi dalam perekonomian terbuka, rumus permintaan agregat menjadi: Z = C+I+G+(X-M) dimana X=ekspor dan M=Impor. Perbedaan antara Z untuk perekonomian tertutup dan terbuka adalah pada perekonomian terbuka ditambahkan (X-M) yang dikenal dengan Neraca Perdagangan. M harus dikeluarkan dari unsur pengeluaran agregat lain (C, I, dan G) termasuk pengeluaran G untuk barang-barang impor. X dianggap sebagai suatu yang ditentukan di luar negeri yang tidak dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam negeri (X dianggap sebagai varibel eksogen). Sedangkan M dianggap dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional (Y) semakin tinggi Y maka semakin besar M. Jadi M = my dimana M marginal propensity of import. 1 Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE),hal.136 2

3 Dengan adanya neraca perdagangan (transaksi luar negeri) maka multiplier permintaan agregar (Z) dan pendapatan agregat (Y) tidak lagi sama dengan 1/(1- c) tetapi menjadi 1/(1-c+m). Dimana besarnya 1/(1-c+m) selalu lebih kecil dari 1/ (1-c) karena m selalu bernilai positif. Jadi Z = Y = (1/(1-c+m)).(I+G+X). 2 b. Jumlah Uang Beredar (Ms). Perekonomian terbuka juga mempengaruhi pasar uang, baik dari sisi permintaan uang maupun sisi penawaran uang. Pada sisi permintaan uang (liquidity preference) terdapat satu faktor tambahan yang menentukan yaitu tingkat bunga di luar negeri selain tingkat bunga dalam negeri, tingkat GDP, dan tingkat harga di dalam negeri. Dalam ekonomi tertutup M d = Ѳ(P,Q,r) sedangkan dalam perekonomian terbuka M d = Ѳ(P,Q,r,rF) dimana r tingkat bunga dalam negeri, dan r F tingkat bunga luar negeri. 3 Pada sisi penawaran uang (M s ), pengaruh perekonomian terbuka terhadap penawaran uang lebih jelas. Hal ini ditunjukkan, jumlah uang beredar tergantung pada dua faktor tambahan yaitu posisi dari neraca perdagangan, dan besar kecilnya aliran bersih (netto) modal dari dan ke luar negeri (neraca perdagangan dan neraca aliran modal tergabung menjadi satu neraca yang disebut dengan neraca pembayaran). Neraca perdagangan dikatakan suplus apabila (X-M) adalah positif maka uang beredar di dalam negeri menjadi bertambah. Atau sebaliknya, neraca perdagangan dikatakan defisit apabila (X-M) adalah negatif maka uang yang beredar di dalam negeri menjadi berkurang. Apabila neraca aliran modal menunjukkan terjadi aliran bersih (netto) modal dari luar negeri ke dalam negeri maka ini berarti bahwa cadangan devisa bertambah. Cadangan devisa apabila diuangkan ke dalam rupiah maka akan menambah jumlah uang yang beredar di dalam negeri. Atau sebaliknya, apabila neraca aliran modal menunjukkan terjadi aliran bersih (netto) modal ke luar negeri dari dalam negeri maka rupiah akan dibawa ke luar negeri atau uang beredar berkurang, atau apabila ditukar dengan cadangan devisa ke luar negeri maka cadangan devisa akan berkurang. Jadi rumus uang beredar adalah M s = M s '+nh(x-m+k). 2 Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE),hal Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE),hal.140 3

4 Dimana M s uang beredar dalam perekonomian tertutup, n money multiplier yaitu 1/[u+v(1-u)], h perubahan cadangan yang rupiahkan yaitu 0<h<1, dan K aliran bersih modal ke dalam negeri. K dianggap terdiri dari dua unsur yaitu: a) unsur yang tidak terpengaruh oleh faktor-faktor ekonomis (unsur autonomous). b) unsur yang dipengaruhi oleh faktor ekonomis, khususnya perbedaan antara tingkat bunga di luar negeri (r F ) dan tingkat bunga di dalam negeri (r). Jadi K = K+K(r F,r) dimana K= aliran modal yang "autonomous", K(r F,r) aliran modal yang tidak autonomous atau "induced". 4 Apabila r F >r maka akan ada kecenderungan bagi modal untuk mengalir ke luar negeri (nilai K mengecil), dan apabila r naik r F tetap berarti r F <r maka modal dari luar negeri akan cenderung untuk masuk ke dalam negeri. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan karena bunga dalam negeri lebih tinggi. c. Tingkat Harga Barang/Jasa Dalam model perekonomian terbuka, tidak hanya mempunyai satu harga umum P, tetapi paling tidak ada dua tingkat harga umum, yaitu tingkat harga umum yang berlaku di dalam negeri (P) dan tingkat harga umum yang berlaku di luar negeri (P F$ ). P F adalah harga barang-barang yang dijual atau dibeli dipasar luar negeri, yang dinyatakan dalam mata uang asing (misal $ AS). Harga jual ekspor dan harga beli impor ditentukan oleh P F$. Akan tetapi bagi masyarakat Indonesia, berapa barang yang dibeli/dijual dan diimpor/diekspor di pasar dalam negeri menggunakan harga rupiah (P F Rp ) baik untuk membeli/menjual dan mengimpor/mengekspor produk dalam negeri maupun produk impor (luar negeri). Karena harga ekuivalen P F $ dengan P F Rp adalah dalam satuan uang dalam negeri (Rp), bila dihubungan dengan kurs devisa (E), maka P F Rp = E. P F $ dimana E kurs devisa yang merupakan harga dari setiap $ yang dinyatakan dalam Rp (misal Rp per US$). Perubahan E dan P F $ mempengaruhi secara luas perekonomian dalam negeri, yaitu melalui perubahan X dan M yang mengikutinya. Dalam perekonomian terbuka, harga X dan M dipengaruhi oleh harga luar negeri secara relatif terhadap 4 Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE),hal.141 4

5 harga dalam negeri. Maka perumusannya menjadi: X = X(P F $. E/P) ; M = M (Y, P F. E/P). 5 Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh faktor baru yaitu neraca pembayaran, sehingga menjadi: Ms = M's + n.h (X-M+K) dimana n money multiplier, h bagian dari perubahan cadangan devisa yang dirupiahkan, dan K aliran (netto) modal ke dalam negeri. Masalah Ketidakserasian Dalam teori klasik, permasalahan ketidakserasian dianggap tidak terjadi. Karena dalam teori klasik mekanisme penyesuaian akan terjadi secara automatis menuju keseimbangan intern maupun ekstern. Kaum klasik menganggap: a) Semua harga secara fleksibel akan bergerak ke atas maupun ke bawah. b) Semua pelaku ekonomi bereaksi secara cepat terhadap perubahan harga. c) Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional menganut sistem standar emas. Bila neraca pembayaran defisit, berdasarkan mekanisme Hume, emas akan mengalir ke luar negeri untuk menutup deficit tersebut. Akibatnya uang beredar atau persediaan emas di dalam negeri akan berkurang. Berdasarkan teori kuantitas, maka berakibat turunnya tingkat harga di dalam negeri. Akibat selanjutnya ekspor akan terangsang karena tingginya harga di luar negeri secara relative lebih besar terhadap harga dalam negeri sedangkan minat mengimpor luar negeri melemah karena harga dalam negeri lebih murah. Harga ini akan terus berlangsung sampai neraca pembayaran Negara tersebut deimbang kembali atau keseimbangan ektern tercapai. Sasaran keseimbangan intern akan tercapai secara automatis dengan cara simultan dengan keseimbangan ektern. Mengalirnya emas keluar negeri tidak disertai menurunnya output agregat. Output agregat akan tetap pada posisi full employment. Aliran emas keluar tidak mempengaruhi perubahan output, tetapi hanya pada perubahan harga. Berkurangnya emas di dalam negeri mempengaruhi penurunan harga di dalam negeri, harga akan kembali ke tingkat semula bila proses penyesuaian kea rah internal dan eksternal sudah selesai. 5 Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE),hal.144 5

6 Keseimbangan intern dibarengi keseimbangan ektern terjadi karena neraca pembayaran seimbang. Posisi ideal tersebut akan tercapai apabila secara kebetulan, dan dengan dilakukan kombinasi kebijakan makro yang tepat. Jadi bukan secara automatis seimbang. Kondisi keseimbangan yang tidak bersamaan antara intern dan ekstern tersebut disebut masalah ketidak serasian. Model perekonomian terbuka pada perdagangan impor ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (melalui marginal propensity to import) dan tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat harga dalam negeri. M= M(Y,P F. E/P), sedangkan perdagangan ekspor dipengaruhi oleh tingkat harga luar negeri relatif terhadap harga dalam negeri. X= X(P F. E/P). Y * dan P* pada posisi (P F. E/P*)keseimbangan intern tercapai pada M(Y*) tetapi ekstern tidak tercapai. Maka agar tercapai keseimbangan keduanya bersamaan maka neraca pembayaran harus seimbang yaitu M*=X*yaitu fungsi impor menjadi M'(Y*) maka tercapai keseimbanganintern dibarengi keseimbangan ektern. 6 Expenditure Reducing/Increasing dan Expenditure Switching Keserasian keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern tidak dating dengan sendirinya. Pemerintah harus dengan sadar melalui kebijakan atau regulasi berusaha mencapainya. Masalahnya adalah bagaimana caranya pemerintah dapat membuat suatu kebijakan yang tepat 1) expenditure reducing/increasing policies. Yang termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan fiscal dan moneter yang mempunyai efek utama terhadap tingkat Z. Misal perubahan pengeluaran pemerintah ( G), kebijakan tingkat bunga dalam negeri (r), penambahan jumlah uang beredar ( M s ), penurunan /peningkatan pajak pendapatan, dan lainlainnya. 2) expenditure switching policies. Yang termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan yang mempunyai efek utama terhadap tingkat ekspor dan impor, misalnya kebijakan kurs devisa (devaluasi/revaluasi), pembatasan terhadap impor dan bea masuk, dan lain-lainnya 7. 6 Ibid,hal.149 6

7 2. Perekonomian Tertutup Perekonomian tertutup adalah model perekonomian yang pada pelakunya, khususnya Produsen dan Konsumen, perekonomian ini adalah perekonomian yang tidak melibatkan diri dengan perdagangan internasional dan jasa serta modal dari Negara lain. Artinya Negara tersebut berusaha mandiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri secara sederhana dalam perekonomian ini akan melakukan kegiatan dalam penjualan dan pembelian di pasar yang saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing. Dalam transaksi pasar tersebut, mereka akan terikat dengan kontrak dagang atau kesepakatan jual beli, dan kemudian ditetapkanlah harga jual atau harga beli dari kegiatan tersebut. Untuk memfasilitasi kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi ini secara efektif maka sistem perekonomian memerlukan Lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya seperti pasar modal, lembaga asuransi, lembaga penjamin, pegadaian atau lembaga keuangan mikro yang terdapat di daerah pedesaan. Lembaga Perbankan peranannya sangat vital untuk mengumpulkan dana-dana yang ada di masyarakat, yang selanjutnya mereka akan melakukan pengalokasian dana tersebut melalui pemberian fasilitas perkreditan atau jasa perbankan lainnya. Hal ini dikatakan ekonomi pasar tertutup, karena didalamnya belum termasuk peran luar negeri dalam sistem ekonomi tersebut. 8 Model Dasar Dalam Perekonomian Tertutup Seluruh output dijual di dalam negeri, dan pengeluaran dibagi menjadi tiga komponen: konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah. Y = C + I + G Dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual dalam negeri dan sebagian diekspor untuk dijual di luar negeri. Kita dapat membagi pengeluaran output Y ekonomi terbuka dalam empat komponen: Cd, konsumsi barang dan jasa domestik, Id, investasi dalam barang dan jasa domestik, Gd, pemerintah pembelian barang dan jasa domestik, X, ekspor barang dan jasa domestik. Pembagian pengeluaran ke dalam komponen ini dinyatakan dalam identitas Y = Cd + Id + Gd + X. 7 Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE),hal

8 Jumlah dari tiga suku pertama, Cd + I d + Gd, adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa domestik. Istilah keempat, X, menghabiskan asing pada barang dan jasa domestik (nilai ekspor). Sejak, belanja domestik total adalah jumlah pengeluaran pada barang-barang domestik maupun asing dan layanan, kita dapat mengatakan bahwa, C = Cd + Cf, I = I + I f d, G = Gd + G f. Kami pengganti tiga persamaan ke dalam identitas di atas: Y = (C - Cf) + (I - Aku f) + (G - G f) + X. Kita dapat mengatur ulang untuk mendapatkan Y = C + I + G + X - (Cf + I + G f f). Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + I + G f f) adalah pengeluaran pada impor (IM). Kita dapat menulis identitas pos pendapatan nasional sebagai Y = C + I + G + X - IM. Karena nilai total impor adalah bagian dari pengeluaran domestik dan bukan merupakan bagian dari output domestik, maka dia dikurangi dari jumlah output.this memberi kita nilai Ekspor Neto (NX = X - IM), identitas menjadi Y = C + I + G + NX. Dalam perekonomian tertutup: Nasional tabungan = investasi. Negara perekonomian tertutup dapat meningkatkan kekayaan hanya dengan mengumpulkan modal baru. Jika output melebihi pengeluaran domestik, kita ekspor perbedaan itu: ekspor neto adalah positif. Jika output jatuh pendek dari pengeluaran domestik, kita mengimpor perbedaan itu: ekspor neto adalah negatif Perekonomian Sederhana Perekonomian sederhana sering disebut dengan perekonomian dua sector. Perekonomian sederhana adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan dan sektor rumah tangga. 10 Dalam perekonomian tidak terdapat pajak dan pengeluaran pemerintah. Perekonomian itu juga tidak melakukan perdagangan luar negeri dan dengan demikian perekonomian itu tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor. 11 Ciri-ciri aliran pendapatan dalam perekonomian sederhana

9 a. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji, upah, sewa, bunga, dan untung. b. Sebahagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumahtangga akan di gunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang di hasilkan oleh sektor perusahaan. c. Sisa dari berbagai jenis pendapatan rumahtangga yang tidak di gunakan untuk pengeluaran konsumsi akan di tabung dala institusi-institusi keuangan. d. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh institusi-institusi keuangan dari sektor rumahtangga. B. Pendapatan Nasional Dalam Perekonomian Sederhana Pendapatan nasional (national income) merupakan salah satu indikator kemampuan dan kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia suatu negara. Semakin baik dan berkualitas sumber daya suatu negara maka relatif semakin besar juga pendapatan nasionalnya. Kualitas sumber daya yang terbaik untuk memperbesar pendapatan nasional tentu saja adalah kualitas sumber daya manusianya, sehubungan dengan pernyataan ini beberapa contoh negara yang membuktikannya seperti Singapura dan Jepang. Negara-negara yang kualitas sumber daya manusianya sangat baik dan dianugrahi sumber daya alam yang cukup pastilah menjadi negara yang memiliki pendapatan nasional yang tinggi. Berdasarkan pendapatan nasional dengan membandingkannya terhadap jumlah penduduk, status suatu negara dapat ditentukan misalnya penggolongan sebagai negara maju atau negara berkembang, sebagai negara miskin atau negara kaya. Pendapatan nasional atau disebut juga dengan yield (Y), dalam perekonomian sederhana, dari sisi rumah tangga akan digunakan untuk dua macam hal, yaitu 1 Membeli barang dan jasa, atau dengan kata lain melakukan kegiatan konsumsi atau consupsion (C). 2 Menabung, yang disebut juga dengan saving (S)

10 Tingkat pendapatan nominal dalam model perekonomian dua sektor tergantung kepada jumlah pengeluaran agregat yang direncanakan yaitu rencana untuk menabung dan investasi. Analisis pendapatan nasional perekonomian sederhana: 1. Konsumsi Konsumsi adalah tindakan manusia untuk menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang. Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara besarnya pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan. C = a + by ATAU C = a + byd Dimana C pengeluaran untuk konsumsi, a autonomous consumption, yaitu angka yang menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan sama dengan nol atau tidak mempunyai pendapatan. B MPC marginal propensity to consume, yaitu angka yang menunjukkan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi karena adanya tambahan pendapatan. 2. Tabungan Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau 10

11 alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam ekonomi makro, tabungan adalah pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan konsumsi. Kita dapat mengetahui hubungan tabungan dengan pendapatan nasional dengan menggunakan fungsi tabungan. Fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan nasional dalam perekonomian. S=-a+(1-b)Y Dimana a konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0, b kecondongan konsumsi marginal (MPC), C tingkat konsumsi, S tingkat tabungan dan Y tingkat pendapatan nasional. 3. Investasi Investasi yang lazim disebut sebagai penanaman modal merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang/jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pada prakteknya, pencatatan nilai penanaman modal dilakukan dalam satuan tahun. Yang termasuk investasi adalah sebagai berikut : a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri perusahaan. b. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya. c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional. C. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi Dalam Pendekatan Ekonomi Konvensional dan Islam 1. Dalam pendekatan ekonomi konvensional Fungsi konsumsi yang berbentuk linear memiliki beberapa implikasi sebagai berikut: 11

12 a) Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC) adalah konstan selama rentang tingkat pendapatan yang relevan. b) Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC) adalah lebih besar daripada kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC) atau APC > MPC. c) Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC) akan semakin kecil atau turun kalau tingkat pendapatan (Yd) mengalami kenaikan. 12 Suatu Pemikiran alternatif dalam equilibrium pasar barang menyatakan bahwa, Investasi sama dengan tabungan. Ada suatu pemikiran dalam suatu pasar barang yang terkait antara produksi dan permintaan. Teori ini menyatakan bahwa tingkat investasi dalam suatu pasar barang adalah sama dengan tingkat tabungan. Teori ini dikemukanan oleh John M. Keynes pada tahun 1936 dalam bukunya The General Theaory of Employment, Income and Money. Tabungan perorangan dapat didefinisikan sebagai tabungan oleh konsumen, yang merupakan sisa penerimaan sesudah dikurangi konsumsinya. Hal itu dapat digambarkan dalam persamaan berikut : S = YD C dan S = Y T C Tabungan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai pajak sesudah dikurangi belanja pemerintah, T G. Kebijakan investasi adalah menspesifikasikan jenis-jenis risiko yang ditanggung dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi. Batasan yang dihadapi tersebut biasanya berupa pajak dan faktor legal atu pengaturan lainnya. Namun untuk sementara investasi disini diasumsikan sebagai peubah eksogen artinya nilainya dianggap konstan dan hanya dipengaruhi oleh perubah yang berada di luar model yang digunakan. 2. Dalam pendekatan ekonomi islam Dengan mengacu pada model persamaan konsumsi yaitu dan persamaan Y = C+S, maka akan diperoleh persamaan baru untuk saving yaitu: Kecenderungan menabung rata-rata (APS) adalah tingkat tabungan dibagi pendapatan nasional, dan kecenderungan menabung marjinai (MPS) adalah turunan pertama dan tingkat tabungan. Dengan mengacu pada persamaan di atas, maka akan diperoleh persamaan untuk Average Propensity of Save (APS) dan Marginal Propensity to Save (MPS), sebagai berikut: Bila dibandingkan dengan MPS pada sistem ekonomi konvensional (1 b) jelas berbeda dengan MPS dalam sistem ekonomi islam. 12 Muana Nanga, Makro Ekonomi,

13 Dalam konsep ekonomi Islam, fikih zakat menyebutkan bahwa sistem zakat berusaha untuk mempertemukan pihak surplus muslim dengan pihak devisit muslim. Hal ini dengan harapan terjadi proyeksi pemerataan pendapatan antara surplus dan devisit muslimatau bahkan menjadikan kelompok yang devisit (mustahik) menjadi surplus (muzakki). Zakat sendiri bukanlah suatu kegiatan yang semata-mata untuk tujuan duniawi, seperti distribusi pendapatan, stabilitas ekonomi, dan lainnya tetapi juga memiliki implikasi untuk kehidupan di akhirat. Hal inilah yang membedakan kebijakan fiskal dalam Islam dan kebijakan fiskal dalam ekonomi pasar. Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi Islam tentu berbeda dengan fungsi investasi dengan menggunakan ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi investasi di ekonomi konvensional dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, hal itu tentu tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi Islam. Menurut Metwally (1995) investasi di negara-negara penganut ekonomi Islam dipengaruhi oleh 3 sektor yaitu: a. ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak produktif (hoarding iddle asset). b. dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi. c. tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seoraang muslim boleh memilih tiga alternatif atas dananya, yaitu: memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas, memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata dan menginvestasikan tabungannya. Hubungan Antara Tabungan dan Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam 13 Tabungan dalam ekonomi Islam tidak begitu kuat dihubungkan dengan investasi. Karena ketika tabungan dimotifasi oleh alasan berjaga-jaga, hidup hemat dan sederhana, maka tidak relevan akumulasi tabungan ini kemudian digunakan untuk investasi yang mekanismenya dalam Islam menggunakan skema bagi-hasil yang memiliki risiko rugi. Risiko yang dimiliki investasi bagi hasil tidak begitu sinkron dengan alasan para pemilik uang untuk menahan uangnya berupa tabungan. Dan

14 akumulasi tabungan secara teori akan relatif kecil jika dibandingkan akumulasi investasi, yang berarti juga peran tabungan dalam perekonomian akan relatif kecil. Sementara itu apa yang diyakini dalam konvensional bahwa tabungan atau excess income yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang akan menjadi potensi investasi dapat saja dibenarkan dalam Islam, sepanjang memang kebutuhan mereka pada konsumsi pokok dan motif berjaga-jaga telah terpenuhi. Walaupun begitu menyebutkan kelebihan tersebut sebagai tabungan juga mungkin kurang tepat, karena memang ada intensi dari si pemilik untuk menggunakan kelebihan tersebut sebagai modal untuk men-generate keuntungan selanjutnya (investasi). Sehingga tabungan jenis ini merupakan potensi investasi yang harus menjadi perhatian para regulator dalam rangka membuat sebuah kebijakan, baik di sektor riil maupun di sektor moneter. Secara sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi atau produk keuangan syariah yang mampu menyerap potensi investasi, sehingga waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin. Hubungan tabungan dan investasi dalam perekonomian Islam yang khas ini memang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh konvensional. Sehingga perlu sebuah konsep pendekatan analisa ekonomi yang mampu memberikan penjelasan yang cukup tepat tentang posisi serta hubungan tabungan dan investasi dalam sistem ekonomi Islam, juga peran keduanya dalam memajukan kesejahteraan ekonomi. Selain itu, satu hal yang juga patut mendapat perhatian adalah prilaku menabung dari masyarakat non-muslim dimana mereka tidak terekspos oleh risiko zakat. Dalam sebuah negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam, masyarakat non-muslim akan juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga muslim namun dalam bentuk yang berbeda. Perlindungan kebutuhan dasar dan hak-hak sipil lainnya tak berbeda dengan warga muslim, tapi mereka juga dikenakan kewajiban membayar kharaj (pajak tanah) dan jizyah (pajak individu) layaknya muslim membayarkan kewajibannya berupa zakat. Dengan begitu warga non-muslim juga menghadapi risiko harta idle-nya berkurang, sehingga menabung akan juga tetap terjaga pada porsi yang sama dengan tabungan warga muslim dengan motif berjaga-jaga. Sementara kelebihan uang atau harta warga non-muslim akan dipaksa untuk masuk dalam mekanisme investasi yang sebenarnya. Yaitu investasi yang berkaitan dengan usaha produktif di sektor riil. 14

15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam perekonomian terbuka, perdagangan luar negeri ikut dimasukan dalam perhitungan pendapatan nasional. Indikator adanya perdangangan internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain. Disini terdapat kemungkinan dari produsen untuk melakukan kegiatan ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan pasar-pasar di negara lain atau sebaliknya melakukan kegiatan impor atas bahan mentah dan bahan penolong serta mesin atau barang jadi dari luar negara. Perekonomian tertutup adalah model perekonomian yang pada pelakunya, khususnya Produsen dan Konsumen, perekonomian ini adalah perekonomian yang 15

16 tidak melibatkan diri dengan perdagangan internasional dan jasa serta modal dari Negara lain. Perekonomian sederhana sering disebut dengan perekonomian dua sector. Perekonomian sederhana adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan dan sektor rumah tangga. Dalam perekonomian tidak terdapat pajak dan pengeluaran pemerintah. Perekonomian itu juga tidak melakukan perdagangan luar negeri dan dengan demikian perekonomian itu tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor. Pendapatan nasional (national income) merupakan salah satu indikator kemampuan dan kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia suatu negara. Semakin baik dan berkualitas sumber daya suatu negara maka relatif semakin besar juga pendapatan nasionalnya. Fungsi konsumsi yang berbentuk linear memiliki beberapa implikasi yaitu salah satunya, kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC) adalah konstan selama rentang tingkat pendapatan yang relevan. Tabungan perorangan dapat didefinisikan sebagai tabungan oleh konsumen, yang merupakan sisa penerimaan sesudah dikurangi konsumsinya. Kebijakan investasi adalah menspesifikasikan jenis-jenis risiko yang ditanggung dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi. Kecenderungan menabung rata-rata (APS) adalah tingkat tabungan dibagi pendapatan nasional, dan kecenderungan menabung marjinai (MPS) adalah turunan pertama dan tingkat tabungan. Fungsi investasi dalam ekonomi islam adalah memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas, memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata dan menginvestasikan tabungannya. 16

17 DAFTAR PUSTAKA Boediono,Ekonomi Makro,1985,(Yogyakarta:BPFE) Muana Nanga, Makro Ekonomi, erbuka.html sektor.html 17

Analisis Pendapatan Nasional Empat Sektor

Analisis Pendapatan Nasional Empat Sektor Nama : Arie Rachman Wicaksono NIM : 2120813114 Fakultas : Ekonomi / Manajemen Analisis Pendapatan Nasional Empat Sektor Perekonomian terbuka / perekonomian empat sektor merupakan suatu negara yang mempunyai

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN TERBUKA

PEREKONOMIAN TERBUKA 1. Arus Modal dan Barang Internasional PEREKONOMIAN TERBUKA Dalam perekonomian terbuka pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yg mereka hasilkan dr meproduksi barang

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI) = Neraca pembayaran luar negeri, adalah pecatatan

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan Hubungan antara konsumsi dan pendapatan Pada saat pendapatan rendah, rumah tangga mengorek

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan. EKONOMI MAKRO Lingkup Ekonomi Makro Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 1.1 Pengukuran Pendapatan Nasional Untuk mempermudah perhitungan pendapatan nasional terdapat tiga metode yang digunakan yaitu : 1. Metode Produksi (Production Approach)

Lebih terperinci

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK Nuhfil Hanani 1 II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK 2.1. Dasar Filsafat Mazhab Klasik Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith ( 1732-1790) yang tercermin dalam bukunya yang diterbitkan th. 1776 dengan

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP KURVA IS-LM a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP Referensi Bahan ajar kurva IS LM Profesor Nuhfil Hanani diakses dari http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/4-makro-4-analisis-is-lm-nuhfil.pdf

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value). A. PENDAHULUAN Uang adalah suatu benda atau alat tukar yang diterima oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan pertukaran barang dengan barang atau lainnya. Ciri-ciri uang agar penggunaannya efisien:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO Ekonomi Tertutup : Ekonomi yang tidak berinteraksi dengan ekonomi lain di dunia Ekonomi Terbuka : Ekonomi yang berinteraksi secara bebas dengan ekonomi lain

Lebih terperinci

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Konsumsi Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi (C) Tabungan (saving /dissaving) (S) 370

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menguasai konsep dan teori uang. 2. Menentukan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Jenis Arus dana Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Neraca Arus Dana (NAD) adalah sistem data finansial yang secara lengkap menggambarkan penggunaan tabungan dan sumber dana lainnya untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017 Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017 1. Ekonomi makro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang membahas? : C. Perekonomian secara agregatif Alasan : Teori Ekonomi Makro adalah suatu cabang ilmu ekonomi

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter Satuan Acara Perkuliahan 10 Sub Pokok Bahasan: Teori Permintaan Uang Teori Penawaran Uang Keseimbangan Pasar Uang (Kurva LM) Kebijakan Moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN 9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN Uang dan Lembaga Keuangan Sistem Keuangan di Indonesia Fungsi Uang Komponen uang beredar (Mo,M1, M2, M3) Peran Bank Sentral Perkembangan terbaru kasus uang dan perbankan (Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N.

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Gregory Mankiw) Bab 1 1. Jelaskan perbedaan antara makroekonomi dan mikro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi Konsumsi ( C ) Tabungan (saving /dissaving) ( S ) 370 375-5 390 390 0 410 405 5 430 420

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

Kerangka Belajar Ekonomi Makro Pandangan Klasik, Keyness dan Sesudahnya

Kerangka Belajar Ekonomi Makro Pandangan Klasik, Keyness dan Sesudahnya 3. Kerangka Belajar Ekonomi Makro Pandangan Klasik, Keyness dan Sesudahnya Mengapa Anda Perlu Tahu Tahun 1997 Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh krisis moneter di Asia. Secara

Lebih terperinci

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (2003;3) dalam bukunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (2003;3) dalam bukunya 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (2003;3) dalam bukunya Manajemen Dana Bank yaitu: Bank adalah suatu lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan dan Penawaran Uang Permintaan dan Penawaran Uang Teori Permintaan Uang 1. Quantity Theory of Money 2. Liquidity Preference Theory 3. Milton Friedman Theory Quantity Theory of Money...1 Dikembangkan oleh Irving Fisher Menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISA PENDAPATAN NASIONAL

ANALISA PENDAPATAN NASIONAL ANALISA PENDAPATAN NASIONAL Keadaan ekonomi yang diharapkan oleh suatu negara:. Tingkat kesempatan kerja (KK) yang tinggi 2. Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi 3. Tingkat pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Produk Domestik Bruto (PDB) Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H PENDAPATAN NASIONAL MANFAAT PERHITUNGAN D A N A N A LISA PENDAPATAN N A S I O N A L: 1. MENGETAHUI D A N MENELAAH S TRUKTUR S I S TEM PEREKONOMIAN 2. MEMBANDINGKAN PEREKONOMIAN D A R I W A KTU KE W A KTU

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Consumption - Saving - Investment

Consumption - Saving - Investment Consumption - Saving - Investment 1 Unsur yang mempengaruhi turun naiknya tingkat pendapatan nasional : Consumption atau Konsumsi (C) Saving atau Tabungan (S) Investment atau Investasi (I) 2 Pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

melindamelindo.wordpress.com Page 1

melindamelindo.wordpress.com Page 1 BAB 10. Uang - Uang adalah alat pembayaran yang sah yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran A. Fungsi Uang a. Fungsi Asli Uang 1. Alat Tukar Sebagai alat tukar, uang mempermudah manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

Keseimbangan di Pasar Uang

Keseimbangan di Pasar Uang Keseimbangan di Pasar Uang Motivasi Memiliki Uang Motivasi spekulasi Motivasi transaksi Motivasi berjaga-jaga Kelembagaan Pasar Dibutuhkan untuk membantu interaksi antara pelaku-pelaku ekonomi Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki surplus spending units

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki surplus spending units BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri perbankan, suku bunga sering dijadikan acuan dalam hal bertindak baik itu oleh pemilik bank maupun investor. Seperti pandangan ekonom kaum klasik

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

Andri Wijanarko,SE,ME

Andri Wijanarko,SE,ME Andri Wijanarko,SE,ME Andri_wijanarko@yahoo.com 2 A.Pengeluaran Pemerintah B. Pengeluaran Rumah tangga 3 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2008 2009 Pengeluaran Konsumsi 210,260,292 223,820,060 235,432,864 254,791,295

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP)

BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP) BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP) 3.1 Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan Perekonomian tiga sektor diartikan sebagai perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga, perusahaan

Lebih terperinci

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari masyarakat

Lebih terperinci

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP. Bahan Ajar Kurva IS-LM - Mayang Adelia Puspita, SP. MP

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP. Bahan Ajar Kurva IS-LM - Mayang Adelia Puspita, SP. MP KURVA IS-LM a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP Referensi Bahan ajar kurva IS LM Profesor Nuhfil Hanani diakses dari http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/4-makro-4-analisis-is-lm-nuhfil.pdf

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN

BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN Sebelum membahas lebih jauh mengenai beberapa model keseimbangan pendapatan baik dalam perekonomian dua sektor, tiga dan empat sektor akan dibahas

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

digambarkan sebagai berikut: C/S

digambarkan sebagai berikut: C/S FUNGSI KONSUMSI, FUNGSI TABUNGAN DAN PENDAPATAN NASIONAL Seorang ahli dalam bidang ekonomi bernama Keyness, mempunyai pendapat bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatannya.

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi : Dany Juhandi, S.P, M.Sc

KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi : Dany Juhandi, S.P, M.Sc KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Pengajar Semester : Dany Juhandi, S.P, M.Sc : I Pertemuan : 11 Pokok Bahasan PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN Amelira Haris Nasution,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh kredit domestik, pendapatan riil, utang luar negeri dan ekspor netto terhadap cadangan devisa

Lebih terperinci

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit EKONOMI KHUSUS 01. Dalam rangka menjaga kestabilan arus uang dan arus barang dalam perekonomian, bank sentral dapat melakukan penjualan dan pembelian surat-surat berharga di bursa efek. Kebijaksanaan bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi dan selisih neraca pembayaran terhadap kurs

Lebih terperinci

Akhmad Karim Assyifa NIM FISIP IKOM UT. TUGAS 3 Pengantar Ilmu Ekonomi

Akhmad Karim Assyifa NIM FISIP IKOM UT. TUGAS 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Akhmad Karim Assyifa NIM 030014935 FISIP IKOM UT TUGAS 3 Pengantar Ilmu Ekonomi RANGKUMAN MODUL 7 PEREKONOMIAN DUA SEKTOR Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan

Lebih terperinci