SINTESIS ASKORBIL PALMITAT DARI METIL PALMITAT DAN ASETIL ASKORBAT MELALUI REAKSI INTERESTERIFIKASI DENGAN KATALIS LIPASE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS ASKORBIL PALMITAT DARI METIL PALMITAT DAN ASETIL ASKORBAT MELALUI REAKSI INTERESTERIFIKASI DENGAN KATALIS LIPASE"

Transkripsi

1 SINTESIS ASKORBIL PALMITAT DARI METIL PALMITAT DAN ASETIL ASKORBAT MELALUI REAKSI INTERESTERIFIKASI DENGAN KATALIS LIPASE SYNTHESIS ASCORBYL PALMITATE FROM METHYL PALMITATE AND ACETYL ASCORBAT THROUGH INTERESTERIFICATION REACTION WITH LIPASE CATALYZED Khoirun Nisak*, Daniel dan Chairul Saleh Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok No. 4 Gn. Kelua Samarinda. Telp *Corresponding Author: nisakkhoirun94@gmail.com ABSTRACT Synthesis of ascorbyl palmitate from methyl palmitate and acetyl ascorbate through interesterification reaction has been done. Modified were done to improve the nature of ascorbic acid that only soluble in water (lipophobic) become soluble in oil or fat (lipophylic). The interesterification reaction conducted with molar ratio 1:4 (methyl palmitate:acetyl ascorbate), lipase from coconut as a catalyst with amount 70 % from its substrat, ph 7, the temperature reaction C and the reaction time is 48 hours so the yield produce is 46,7241 %. Characterization of the functional group were confirmed with FT-IR. Analysis of antioxidant activity using radical reduction method 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH) result the antioxidant activity value of ascorbyl palmitate is 45,41 ppm. The result showing that ascorbyl palmitate synthesized is have a potency as an active antioxidant. Keywords: Ascorbyl Palmitate, Methyl Palmitate, Interesterification, Analysis of Antioxidant Activity and DPPH PENDAHULUAN Proses oksidasi dapat mengakibatkan penurunan kualitas dari produk pangan yang mengandung lemak atau minyak dengan menimbulkan perubahan seperti bau, rasa dan warna [1]. Untuk mencegah reaksi oksidasi dapat ditambahkan suatu senyawa antioksidan. Produk antioksidan terdapat dalam bentuk alami, semisintetik dan sintetik [2]. Antioksidan alami berupa vitamin seperti tokoferol dan asam askorbat lebih aman dan efisien untuk memperlambat oksidasi pada bahan makanan dibandingkan dengan antioksidan sintetik, tetapi penggunaannya terbatas hanya pada beberapa produk [3]. Keterbatasan asam askorbat yang tidak larut dalam minyak perlu dimodifikasi melalui reaksi esterifikasi atau transesterifikasi dengan asam lemak membentuk senyawa ester askorbil asam lemak agar dapat larut dalam minyak [4]. Modifikasi antioksidan alami baik disintesis secara kimia maupun secara enzimatik sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan suatu antioksidan semisintetik [5]. Modifikasi antioksidan secara kimiawi memiliki kelemahan yaitu adanya residu pelarut yang terikat pada produk dimana hal tersebut sangat tidak direkomendasikan untuk produk pangan ataupun kosmetik, karena akan menimbulkan efek samping pada pengguna [4]. Ditemukannya enzim lipase sebagai biokatalisator pada reaksi esterifikasi dan transesterifikasi menyebabkan pengaplikasian lipase untuk sintesis senyawa organik semakin dikembangkan. Salah satunya untuk memproduksi ester askorbil secara enzimatik [1]. Berdasarkan pemamparan diatas maka penelitian ini memfokuskan untuk mensintesis askorbil palmitat dari metil palmitat dan asetil askorbat melalui reaksi interesterifikasi dengan menggunakan katalis ekstrak kasar lipase dari buah kelapa. METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, batang pengaduk, spatula, oven, tiang statif, klem, hot plate, magnetic stirrer, gelas kimia, erlenmeyer, corong kaca, alat refluks, corong pisah, tabung reaksi, pipet mikro, rotary evaporator, spektrofotometer uv-vis. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah asam palmitat, asam askorbat, H 2 SO 4, metanol, aseton, kloroform, asam asetat anhidrat, DPPH, buffer fosfat ph 7, n-heksan, aquades

2 Jurnal Atomik., 2017, 02 (2) hal Prosedur Penelitian Pembuatan Metil Palmitat Pembuatan metil palmitat dilakukan menggunakan metode esterifikasi. Sebanyak 20,51 gram asam palmitat dimasukkan ke dalam labu alas datar leher 3 dan ditambahkan metanl berlebih. Sebanyak 1 ml H 2 SO 4(p) ditambahkan ke dalam campuran dan direfluks selama 4 jam pada suhu o C. Hasil reaksi dipisahkan menggunakan corong pisah. Fase atas diambil dan diuapkan menggunakan rotary evaporator. Residu dicuci dengan n-heksan dan aquades kemudian diuapkan kembali menggunakan rotary evaporator, Hasil yang didapatkan kemudian dianalisa menggunakan FT-IR. Asetilasi Asam Askorbat Asam askorbat sebanyak 17,61 gram dimasukkan ke dalam labu alas datar leher 3 dan ditambahkan 9,43 ml asam asetat anhidrat. Campuran direfluks selama 5 jam dengan suhu 70 o C. Hasil reaksi disaring dan residu dikeringkan menggunakan oven. Hasil yang didapatkan kemudian dianalisa mengunakan FT-IR. Preparasi Ekstrak Kasar Lipase Kelapa dibuang sabut dan tempurungnya. Kemudian disimpan pada suhu 4 C. Sampel sebanyak 10 gram diparut kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat ph 7 sebanyak 10 ml. Selanjutnya suspensi diperas sehingga diperoleh supernatan. Supernatan diambil dan dimasukkan dalam gelas kimia. Ampas ditambah lagi dengan buffer fosfat yang sama sebanyak 10 ml kemudian diperas lagi. Gabungan supernatan tersebut merupakan ekstrak kasar lipase. Pembuatan Askorbil Palmitat Pembuatan askorbil palmitat dilakukan menggunakan metode interesterifikasi. sebanyak 2,70 gram metil palmitat dimasukkan ke dalam labu alas datar leher tiga. Kemudian ditambahkan 50 ml aseton. Sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer, dimasukkan sebanyak 8,73 gram asetil askorbat. Serta 8 tetes buffer fosfat ph 7. Ditambahkan katalis ekstrak kasar lipase daging buah kelapa sebanyak 70% dari substrat. Selanjutnya campuran direfluks selama 48 jam dengan suhu C. Pemurnian produk dilakukan dengan menguapkan hasil reaksi menggunakan rotary evaporator. Selanjutnya filtrat dimasukkan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan kloroform sebanyak 15 ml. Kemudian dicuci menggunakan aquades. Campuran diuapkan kembali menggunakan rotary evaporator [2]. Hasil yang didapatkan kemudian dianalisa menggunakan FT-IR. Uji Aktivitas Antioksidan Askorbil palmitat hasil sintesis diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Askorbil palmitat ditimbang sebanyak 25 mg dilarutkan dalam 50 ml metanol. Larutan diencerkan dalam beberapa variasi konsentrasi yaitu 25;50;75 dan 100 ppm. Dari masing-masing konsentrasi tersebut dipipet sebanyak 4 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0,0004 M. Inkubasi selama 30 menit. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang maksimum. Persentase aktivitas antioksidan dinyatakan dalam % inhibisi dengan persamaan sebagai berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Metil Palmitat Pembuatan metil palmitat dilakukan melalui reaksi esterifikasi antara asam palmitat dan metanol dengan menggunakan katalis H 2 SO 4(p) serta. Pada proses esterifikasi metanol berfungsi sebagai pendonor gugus metil sedangkan H 2 SO 4(p) berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat jalannya reaksi. Campuran direfluks selama 4 jam dengan suhu reaksi dijaga pada suhu C. Setelah proses refluks diperoleh hasil reaksi berupa campuran yang terdiri dari dua fase. Fase atas diambil selanjutnya dipisahkan metanol berlebih dan pelarut dari metil palmitat menggunakan rotary evaporator. Metil palmitat yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan n-heksana untuk mengikat senyawa-senyawa yang bersifat non polar, selanjutnya dicuci menggunakan aquades sebanyak tiga kali untuk mengikat pengotor yang bersifat polar. Setelah itu ditambahkan Na 2 SO 4 anhidrat dan disaring. Filtrat yang didapatkan selanjutnya diuapkan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan metil palmitat dari pelarut yang masih tersisa. Didapatkan metil palmitat berupa cairan bening dengan bau yang khas dengan rendemen sebesar 74,82 %. Untuk memastikan metil palmitat telah terbentuk dapat dilihat dari spektrum FT-IR. Berikut spektrum FT-IR dari metil palmitat. 205

3 Gambar 1. Spektrum FT-IR Metil Palmitat Spektrum FT-IR tersebut menunjukkan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2916 dan 2846 cm -1 yang merupakan serapan khas berupa vibrasi stretching dari ikatan C-H sp 3 serta didukung oleh adanya vibrasi bending pada daerah bilangan gelombang 1435 cm -1. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1743 cm -1 merupakan vibrasi stretching dari gugus karbonil (C=O) ester serta didukung adanya vibrasi gugus C-O-C ester pada daerah bilangan gelombang 1172 cm -1. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 725 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi rocking dari (CH 2 ) n yang merupakan rantai panjang dari asam palmitat. Asetilasi Asam Askorbat Asetilasi dilakukan terhadap asam askorbat dengan asam asetat anhidrat tanpa menggunakan pelarut dan katalis dengan pemanasan pada temperatur 70 C selama 5 jam akan menghasilkan asetil askorbat. Perbandingan mol antara asam askorbat dan asam asetat anhidrat adalah 1:1 dengan harapan gugus hidroksil pada posisi atom C primer dapat terasetilasi dengan sempurna membentuk asetil askorbat. Hasil refluks selanjutnya disaring Residu kemudian dioven untuk menguapkan sisa pelarut yang kemungkinan masih tertinggal. Didapatkan asetil askorbat dengan persen (%) rendemen sebesar 43,43 %. Untuk memastikan asetil askorbat telah terbentuk dapat dilihat dari spektrum FT-IR. Berikut spektrum FT-IR dari asetil askorbat. Gambar 2. Spektrum FT-IR Asetil Askorbat Spektrum FT-IR tersebut memberikan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3410 cm -1 yang merupakan serapan khas gugus hidroksil (OH). Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2916 cm -1 dan 2823 cm -1 merupakan serapan khas dari vibrasi streching C-H sp 3. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1751 cm -1 merupakan serapan khas dari gugus karbonil (C=O) ester dan didukung oleh adanya vibrasi gugus C-O-C ester pada daerah bilangan gelombang 1319 cm -1. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1674 cm -1 merupakan serapan khas dari ikatan C=C dari asam askorbat yang tidak hilang setelah dilakukan asetilasi. Pembuatan Askorbil Palmitat Reaksi interesterifikasi dilakukan terhadap metil palmitat dengan asetil askorbat dengan rasio mol 1:4 (metil palmitat : asetil askorbat). Pelarut yang digunakan adalah aseton. Alasan utamanya adalah karena pelarut tersebut ekonomis, bersifat volatil (mudah menguap) dan diijinkan untuk digunakan di dalam produk makanan. Katalis yang digunakan dalam reaksi ini adalah ekstrak kasar lipase dari daging buah kelapa. Sebelum ditambahkan ekstrak kasar lipase, ke dalam campuran ditambahkan buffer fosfat ph 7 untuk mengkondisikan ph dari campuran tersebut agar saat ekstrak kasar lipase dimasukkan tidak terjadi kerusakan pada enzim. Ekstrak kasar lipase digunakan sebanyak 70% b/b dari substrat yaitu sebanyak 1,89 gram. Campuran direfluks selama 48 jam dengan suhu reaksi dijaga ±50 C agar lipase tidak terdenaturasi karena panas. Hasil refluks kemudian disaring, filtrat kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut yang tersisa. Filtrat tersebut kemudian dicuci menggunakan kloroform. Selanjutnya diuapkan kembali untuk menghilangkan pelarut. Didapatkan askorbil palmitat dengan rendemen sebesar 46,72 %. Dalam reaksi interesterifikasi ini digunakan lipase sebagai katalis. Lipase pada umumnya merupakan katalis untuk reaksi hidrolisis dari suatu minyak ataupun asam lemak. Namun dengan kondisi tertentu, seperti penggunaan pelarut-pelarut organik, lipase juga dapat mengkatalisis reaksi esterifikasi dengan asam lemak bebas, transesterifikasi ataupun interesterifikasi [6]. Kinerja suatu enzim dalam media pelarut organik juga dipengaruhi oleh adanya aktivitas air. Aktivitas air yang tinggi akan mengurangi hasil reaksi karena reaksi hidrolisis akan lebih mendominasi dibandingkan dengan reaksi esterifikasi/interesterifikasi. Sehingga untuk mencegah bertambahnya aktivitas air dalam reaksi

4 Jurnal Atomik., 2017, 02 (2) hal interesterifikasi ini, substrat diubah terlebih dahulu menjadi ester yaitu metil palmitat untuk meniadakan hasil samping yang berupa air. Untuk memastikan askorbil palmitat telah terbentuk dapat dilihat dari spektrum FT-IR. Berikut spektrum FT-IR dari askorbil palmitat. 100 %T (a) aspal Gambar 3. Spektrum FT-IR Askorbil Palmitat Spektrum FT-IR dari senyawa askorbil palmitat hasil sintesis memberikan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3410 cm -1 merupakan serapan khas dari gugus hidroksil (-OH). Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2922 cm -1 dan 2852 cm -1 merupakan serapan khas dari vibrasi streching C-H sp 3 serta didukung oleh adanya vibrasi bending pada daerah bilangan gelombang 1460 cm -1. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1747 cm -1 merupakan serapan khas dari gugus karbonil (C=O) ester yang didukung dengan adanya vibrasi bending C-O-C ester pada daerah bilangan gelombang 1321 cm -1. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1668 cm -1 merupakan serapan khas dari ikatan rangkap dua C=C dari senyawa asam askorbat. Terakhir yaitu puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 721 cm -1 merupakan vibrasi rocking dari (CH 2 ) n yang merupakan rantai panjang dari asam lemak (asam palmitat). Uji Aktivitas Antioksidan Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal DPPH pada askorbil palmitat hasil sintesis serta vitamin C sebagai pembanding maka diperoleh nilai persen (%) inhibisi. Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan regresi linear sederhana /cm (b) Gambar 4. (a). Grafik Regresi Linear antara Konsentrasi dengan % Inhibisi dari Askorbil Palmitat (b). Grafik Regresi Linear antara Konsentrasi dengan % Inhibisi dari Vitamin C Berdasarkan persamaan regresi linear yang diperoleh pada sampel dan vitamin C maka dapat ditentukan nilai IC 50 dari sampel askorbil palmitat dan vitamin C. Nilai IC 50 menyatakan konsentrasi sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50%. Nilai IC 50 dari sampel askorbil palmitat adalah sebesar 45,41 ppm sedangkan untuk vitamin C diperoleh nilai IC 50 sebesar 4,89 ppm. Sampel askorbil palmitat memiliki nilai IC 50 yang lebih besar dibandingkan dengan vitamin C tetapi dengan nilai IC 50 sebesar 45,41 ppm askorbil palmitat masuk ke dalam golongan antioksidan kuat (nilainya kurang dari 50 ppm). Memiliki nilai IC 50 yang lebih besar dibandingkan vitamin C menandakan bahwa kemampuannya dalam menangkap radikal DPPH sedikit berkurang. Akan tetapi tidak membuat askorbil palmitat menjadi antioksidan lemah atau tidak aktif. Keunggulan dari sintesis ini adalah membuat derivat asam askorbat yang dapat larut di dalam lemak. Sehingga kemampuannya untuk digunakan sebagai antioksidan pada makanan ataupun kosmetik berbahan dasar minyak atau lemak dapat dikembangkan secara lebih luas. Selain itu efeknya bagi tubuh adalah dapat tersimpan di dalam tubuh secara lebih lama karena sifatnya yang lipofilik, sehingga dapat digunakan sebagai cadangan vitamin di dalam tubuh. 207

5 KESIMPULAN Dari data analisa FT-IR dapat disimpulkan bahwa askorbil palmitat dapat dihasilkan melalui reaksi interesterifikasi antara metil palmitat dengan asetil askorbat dengan perbandingan rasio mol 1:4 menggunakan katalis ekstrak kasar enzim lipase dari daging buah kelapa sebanyak 70 % dari substrat, waktu reaksi 48 jam dan % rendemen sebesar 46,7241 %. Melalui uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH didapatkan nilai IC 50 dari askorbil palmitat hasil sintesis sebesar 45,41 ppm dan termasuk ke dalam kategori antioksidan kuat. DAFTAR PUSTAKA [1] Siswoyo, T.A & Ardiyati, T. (2009). Aktivitas dan Stabilitas Radical Scavenging L-Askorbil Palmitat Hasil SIntesis Secara Enzimatik. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XX. No. 2. [2] Karmee, S.K. (1990). Biocatalitic Synthesis of Ascorbyl Esters and Their Biotechnological Applications. Appl Microbiol Biotechnol, 81: [3] Lestari, S.P., Harjono & Supartono. (2012). Sintesis Askorbil Laurat Melalui Reaksi Esterifiksai dengan Katalis Enzim Lipase. Indonesian Journal of Chemical Science, Vol I. No. 2. [4] Song, Q.X., Wei, D.Z., Zhou, W.Y., Xu, W.Q. & Yang, S.L. (2004). Enzymatic Synthesis and Antioxidant Properties of L-Ascorbyl Oleaste and L-Ascorbyl Linoleate. Biotechnology Lett, 26: [5] Torres, P., Kunamneni, A., Ballesteros, A. & Plou, F.J. (2008). Enzymatic Modification for Ascorbic Acid and Alpha-Tocopherol to Enhance their Stability in Food and Nutritional Applications. The Open Food and Science Journal, 2:1-9. [6] Sun, W.J., Zhao, H.X., Cui, F.J., Li, Y.H., Yu, S.L., Zhou, Q., Qian, J.Y & Dong, Y. (2013). D- isoascorbyl Palmitate: Lipase Catalyzed Synthesis, Structural Characterization and Process Optimization Using Response Surface Methodology. Chemistry Central Journal, Vol. 7. No

SINTESIS ASKORBIL LAURAT DARI METIL LAURAT DAN ASAM ASKORBAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS LIPASE SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

SINTESIS ASKORBIL LAURAT DARI METIL LAURAT DAN ASAM ASKORBAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS LIPASE SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Jurnal Kimia Mulawarman Volume14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616 Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258 SINTESIS ASKORBIL LAURAT DARI METIL LAURAT DAN ASAM ASKORBAT MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI DENGAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer C

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer C BAB 3 BAHAN DAN METDE PENELITIAN 3.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer 210 0 C Fisons - Kondensor bola Pyrex - Buret (10 ml ± 0,05 ml)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

SINTESIS ESTER GALAKTOSA ASAM LEMAK DARI METIL ESTER MINYAK BIJI KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN GALAKTOSA ASETAT

SINTESIS ESTER GALAKTOSA ASAM LEMAK DARI METIL ESTER MINYAK BIJI KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN GALAKTOSA ASETAT SINTESIS ESTER GALAKTOSA ASAM LEMAK DARI METIL ESTER MINYAK BIJI KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN GALAKTOSA ASETAT Josua K. Panannangan *, Daniel dan Chairul Saleh Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar Lampiran 2. Penentuan Faktor Koreksi pada Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) dengan Alat Tensiometer Du Nuoy Faktor koreksi = ( γ ) air menurut literatur ( γ

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH Purwati, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia, Jurusan MIPA Unsoed Purwokerto ABSTRACT Oil and fat as part

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik, set alat maserasi, rotary evaporator, phmeter, freezer, pipet mikro,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi sederhana, neraca analitik, labu maserasi, rotary evaporator vacuum Sibata

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) Desy Triary Sandi*, M. Arifuddin, Laode Rijai Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

PEMBUATAN SABUN DALAM BENTUK POLIOL DARI MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera)

PEMBUATAN SABUN DALAM BENTUK POLIOL DARI MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera) PEMBUATAN SABUN DALAM BENTUK POLIOL DARI MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera) Eka Putri Jayanthy Sihombing 1*, Daniel Tarigan 2 dan Saibun Sitorus 2 1 Laboratorium Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)dengan METODE DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhidrazyl)

UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)dengan METODE DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhidrazyl) Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 818 UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)dengan METODE DPPH (1,1diphenyl2picryhidrazyl) FITOCHEMICAL TEST AND ANTIOXIDANT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap uji pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

Mifta Churohma 1*, Daniel Tarigan 1, Erwin 1 ABSTRACT

Mifta Churohma 1*, Daniel Tarigan 1, Erwin 1 ABSTRACT Jurnal Atomik., 2017, 02 (1) hal 151-155 ISS 2549-0052 (nline) PEETUA DERAJAT ESTERIFIKASI DEGA METDE BASE LIE PADA SITESIS ALDIMI KITSA ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI DARI ALDIMI KITSA DEGA ASETAT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : minyak jarak pagar, asam Akrilat (Sigma), natrium hidrogen karbonat (E.Merck), natrium sulfat anhydrous (E.Merck),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II) J. Sains Dasar 2014 3 (2) 169-173 Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II) [Cellulose production from modified cassava

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) Nazmy Maulidha*, Aditya Fridayanti, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI ISLAM ADIGUNA PROGRAM STUDI S-1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E Oleh: SUS INDRAYANAH 1409 2017 06 LATAR BELAKANG Vitamin E Antioksidan Alami Sintetis Friedel-Craft Belum

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) 56 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 57 Lampiran 3. Hasil uji asam diklofenak dengan FT-IR 58 Lampiran 4. Hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat-Alat Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat Vakum Fisons Neraca Analitis Melter PM 480 Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex Gelas Ukur 100 ml Pyrex Gelas

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci