BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tandan buah segar yang di hasilkan perkebunan kelapa sawit diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari beberapa stasiun. Stasiun proses pengolahan tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit dan inti klapa sawit pada umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sbagai berikut, penerima buah (fruit reteption), rebusan (sterilizer), pemipilan (stripper), pencacahan (digester), pengempaan (presser), pemurnian (clarifier), pemisahan biji dan kernel. Sementara, stasiun pendukung sebagai brikut, laboratorium (laboratory), pengolahan air (water treatment), penimbunan produk (bulking), bengkel (workshop), pembangkit tenaga (power). (Pahan, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan manusia, akan memiliki masa tenggang penggunaan, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan itu sendiri adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga dan mengembalikan sampai suatu kondiri yang dapat diterima. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pemeliharaan dalam proses produksi. Ketika sudah terjadi kegagalan pada mesin atau peralatan kerja maka mesin tersebut tidak dapat beroperasi secara normal atau terhentinya operasional secara total dalam kondisi mendadak. Kegagalan ini harus dihindari karena akan terjadi kerugian akibat terhentinya mesin produksi yang menyebabkan tidak tercapainya kualitas atau output produksi. Salah satu yang mempengaruhi kualitas dan mutu olah PKS adalah proses perebusan. Proses perebusan tersebut merupakan titik awal proses pengolahan untuk mendapatkan mutu yang baik, proses perebusan memiliki peran yang 1

2 sangat penting, dikarnakan ada banyak alat didalam proses produksi yang bergantung pada alat atau mesin ini. Demi tercapainya tujuan dan mutu olah yang optimal proses perebusan harus benar-benar diperhatikan. Faktor -faktor yang mempengaruhi proses prebusan yaitu, tekanan dan suhu, sehingga efesiensi dan efektifitas peroses perebusan dapat tercapai. Kegagalan komponen dan peralatan industri harus ditangani secara tuntas penyebab utamanya agar tidak terjadi kegagalan sejenis dimasa mendatang. Kegagalan kemungkinan terjadi sebagai akibat dari desain alat, pengoperasian dan kondisi alat lingkungan. Analisis kerusakan/kegagalan (failure analysis), adalah kegiatan atau usaha untuk menyelidiki sebab-sebab kegagalan suatu komponen. Semua indikasi harus dipelajari dan diteliti untuk mendapatkan keputusan apakah komponen layak repair atau tidak. Modus kegagalan bisa berupa kehausan, kegagalan yang ekstrim adalah bilamana komponen mengalami patah atau pecah. (Abdul Wahid, 1995) Kasus kegagalan sangat merugikan, karena itu untuk menghindari peristiwa tersebut maka perlu dipelajari penyebab terjadinya kegagalan. Penyelidikan terhadap sebab-sebab terjadinya kegagalan terjadinya kegagalan akan bermanfaat terutama untuk menghindari kerugian biaya yang berlebih. Dengan mengetahui penyebab kegagalan maka berbagai tindakan pencegahan (preventive) dapat dilakukan. Menurut data maintenance dari bulan januari 2016 sampai bulan april 2017 salah satu pabrik kelapa sawit di Ujung Batu (RIAU) adalah kerusakan pada continuous sterilizer umumnya terjadi pada shackle chain. Meskipun banyak bagian- bagian lain yang berpotensi terjadinya kerusakan. Kerusakan tersebut kemungkinan terjadi dikarenakan kesalahan memilih material, salah desain, kondisi oprasi tidak sesuai dan salah perawatan sehingga dapat merubah sifat- 2

3 sifat dari suatu material. Karena suatu material memiliki sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik, mekanik dan kimia. (Ing. Schonment Alois dan Gruber Karl, 2003). Pada pabrik kelapa sawit ditemukan kasus kerusakan pada sistem sterilisasi sebanyak 1932 jam dari total breakdown pada mesin continuous sterilizer, 915,50 jam continuous sterilizer dimana kerusakan tersebut pada shackle chain 482,50 jam dari total breakdown Sehubungan ditemukannya putusnya shackle chain IMC CAW19 pada continuous sterilizer yang dimiliki salah satu pabrik kelapa sawit di Ujung Batu (RIAU), diperlukan analisa kegagalan suatu material dan pengujian mekanik, pengujian mekanik dilakukan untuk menunjukkan kemampuan dan sifat dari suatu bahan ketika menerima suatu pola pembebanan tertentu. Sifat material yang termasuk dalam klompok sifat mekanik adalah kekuatan Tarik, kekeuatan luluh, kekerasan, keuletan, ketangguhan, ketahanan aus, ketahanan terhadap rambatan retak, ketahanan terhadap temperatur tinggi. Maka Tugas Akhir ini akan memaparkan hasil analisis uji kekerasan pada shackle chain pada continous sterizer yang dimiliki salah satu Pabrik Kelapa Sawit tersebut. Dengan melakukan analisa uji kekerasan diharapkan menjadi rekomendasi terhadap tindakan pencegahan sehingga kegagalan tersebut tidak terulang kembali. Kekerasan bahan adalah satu sifat mekanis mekanis bahan yang dapat menunjukkan kekuatan bahan tersebut. Kekerasan bahan dipengaruhi oleh unsur dan jumlahnya, fasa/senyawa yang ada serta atom-atom penyusun bahan tersebut. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan Analisa Kegagalan shackle chain IMC CAW19 AISI 1040 pada Continous Sterizer dengan Uji Kekerasan. 3

4 1.2 Urgensi Penelitian Terjadinya perubahan bentuk dan putusnya shackle chain pada continous sterilizer yang dimiliki salah satu Pabrik Kelapa Sawit tersebut merupakan permasalahan yang sangat vital di Pabrik Kelapa Sawit, karena ada banyak alat didalam proses produksi bergantung pada continuous sterilizer. Modus kegagalan yang ekstrim adalah bila mana komponen mengalami patah atau pecah. Kegagalan komponen dan peralatan industri harus ditangani dengan tuntas penyebabutamanya agar tidak terjadi kembali kegagalan yang sejenis dimasa mendatang, sehingga perlu dipelajari sebab terjadinya kegagalan sebagai tindakan pencegahan (preventif). Penyelidikan terhadap sebab-sebab terjadinya dapat dilakukan dengan pengujian mekanik. Kekerasan bahan adalah salah satu sifat mekanis bahan yang dapat menunjukkan kekuatan bahan tersebut. Maka dari itu, diperlukan pengujian kekerasan material shackle chain untuk mengetahui nilai kekerasan dari material shackle chain tersebut. 1.3 Tujuan Khusus a. Mengetahui nilai kekerasan pada shackle chain IMC CAW19 AISI 1040 b. Mengetahui persentase perbedaan nilai kekerasan material shackle chain IMC CAW19 AISI 1040 pada kondisi yang berbeda (Baru, yang sudah mengalami pemakaian dalam kondisi baik, yang sudah mengalami kegagalan (putus) c. Menginformasikan pengaruh nilai kekerasan terhadap kerusakan material shackle chain IMC CAW19 AISI 1040 d. Mengetahui penyebab terjadinya perubahan kekerasan material IMC CAW19 AISI Target Temuan Mampu menganalisa dan memberikan informasi penyebab kegagalan shackle chain IMC CAW19 AISI 1040 pada Continous Sterilizer dengan Uji Kekerasan. 4

5 1.5 Kontribusi Kontribusi penelitian ini adalah: 1) Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pelaku industri kelapa sawit mengenai nilai kekerasan shackle chain pada Continous Sterilizer 2) Dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk gelar sarjana sains terapan. 3) Sebagai bahan pertimbangan untuk penulisan selanjutnya dalam mengalisa kerusakan Continous Sterilizer pada pipa shackle chain. 4) Dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP- AP) Medan jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP). 5