HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 45 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Provinsi Jambi memiliki potensi budidaya air yang cukup besar, terutama dibidang perikanan budidaya air tawar dan bidang budidaya air payau. Komoditi unggulan yang dikembangkan adalah ikan nila dan ikan patin. Tangkit Baru adalah desa yang berada di Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Jumlah penduduk Muaro Jambi adalah sebanyak jiwa, dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah petani nenas, duku, berkebun karet, sawit, dan budidaya ikan patin. Muaro Jambi memiliki beberapa kecamatan yaitu: Petaling, Sumber Agung, Parit, Kumpe Ulu, dan Sungai Gelam. Sebagian besar penduduk Desa Tangkit Baru berasal dari Sulawesi dengan suku Wajok dan Bone. Mayoritas penduduk beragama Islam, bahasa yang digunakan adalah Melayu dan Bugis. Mata pencaharian penduduk Desa Tangkit Baru adalah petani nenas, pembudidaya ikan patin, dan sebagian kecil adalah pedagang. Mereka adalah petani/pembudidaya yang tangguh karena bila dilihat dari kondisi lahan yang diusahakan dalam bidang pertanian maupun budidaya adalah lahan gambut. Sehingga dibutuhkan ketekunan dan keuletan serta ketangguhan agar lahan dapat digunakan secara optimal. Kebijakan yang ditempuh dalam upaya memanfaatkan potensi yang ada secara optimal adalah mengembangkan sentra kawasan produksi dan Desa Tangkit Baru merupakan salah satu sentra kawasan produksi perikanan budidaya air tawar Provinsi Jambi dengan komoditas unggulan Ikan Patin Jenis Siam. Desa Tangkit Baru merupakan daerah marginal lahan gambut yang berada di Kecamatan Kumpe Ulu. Desa ini berjarak ± 15 km dari Ibu Kota Provinsi Jambi; hal ini menjadikan posisi desa ini strategis terutama dalam penyaluran sarana produksi perikanan dan pemasaran hasil produksi. Daerah ini terjangkau aliran listrik dan telepon. Jalan masuk ke lokasi cukup baik dan dapat ditempuh dalam jangka waktu ± 15 menit dari Jambi. Kawasan ini telah dikembangkan Ikan Patin Jenis Siam sejak tahun 2002, diawali dengan swadana masyarakat dengan mengembangkan kolam ikan secara

2 46 gotong royong sebanyak 20 kolam berukuran m² per kolam dengan tingkat produksi antara kg ikan patin setiap musim tanam (5 6 bulan). Sejauh ini ikan patin Tangkit Baru dipasarkan ke pasar Angsoduo, yaitu pusat pasar Kota Jambi. Di samping itu saat ini Tangkit telah memulai kegiatan usaha pengolahan ikan patin dalam bentuk salai ikan patin, dan abon ikan patin. Kegiatan ini akan memberikan nilai tambah terhadap ikan patin dan membuka lapangan kerja baru terutama bagi ibu rumah tangga dalam memberikan sumbangan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Mendayagunakan Lahan Gambut Lahan gambut selama ini dicap sulit ditumbuhi tanaman produksi. Beberapa karakterrnya tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman yakni sangat rendah ph tanah; hal ini bisa menyebabkan tanaman keracunan berbagai unsur hara. Di samping itu, arealnya juga sering terendam air cukup tinggi dan lama. Namun, petani di Desa Tangkit Baru, Jambi, mampu menggarap lahan gambut hingga menjadi sentra nenas dan pada saat ini telah alih usaha dilahan gambut tersebut menjadi sentra budidaya Ikan Patin Jenis Siam terbesar di Jambi. Pada awalnya dari total luas desa seluas ha, ha diantaranya merupakan areal penanaman nenas, luasan itu menutupi tiga perempat luas desa dan saat ini areal tanaman nenas tersebut telah banyak diganti dengan usaha budidaya ikan patin jenis siam. Wilayah Tangkit Baru semula merupakan lahan gambut yang sering tergenang air selama berbulan-bulan. Dalam kondisi seperti itu, segala macam tanaman mulai dari padi, kelapa, kopi, atau singkong yang ditanam tidak bisa menghasilkan. Lahan gambut selama ini memang masih sulit dimanfaatkan lantaran berbagai faktor. Tanahnya terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang sedang dalam proses perombakan. Secara alamiah, proses ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Masalahnya, sebelum bahan-bahan tadi hancur terdekomposisi menjadi tanah, pengonggokan sudah terjadi lagi lantaran kondisinya jenuh air atau temperatur rendah. Onggokan yang tidak kunjung lapuk ini membentuk lapisan yang disebut gambut.

3 47 Gambut terjadi pada areal yang tergenang atau sering tergenang air. Akibatnya pada lapisan gambut bertumpuk bahan-bahan berbagai unsur kimia. Lapisan gambut yang mempunyai ph sangat rendah ( ) membuat unsurunsur kimia tersebut menjadi racun bagi tanaman. Ditambah air yang terus menggenangi lahan membuat areal gambut sulit dimanfaatkan untuk pertanian atau pembudidayaan ikan tanpa perlakuan atau campur tangan manusia. Penduduk Desa Tangkit Baru menghadapi persoalan untuk memanfaatkan lahan gambut pada awal pembukaan desa mereka pada tahun Masyarakat mencari sumber permasalahan daerah mereka selalu tergenang air. Akhirnya ditemukan permasalahannya, daerah mereka ternyata permukaannya lebih rendah dibandingkan areal dekat sungai yang terletak dua kilometer dari desa mereka, karena itulah air tidak bisa mengalir ke sungai sehingga terus tergenang. Penduduk membuat saluran air selebar 2 meter dengan kedalaman 1-2 meter, sepanjang sekitar dua kilometer untuk membuang air. Jumlah saluran pembuangan yang mereka buat sebanyak sepuluh buah. Dengan adanya saluran drainase, Desa Tangkit Baru jarang terendam air, kecuali pada musim hujan lama terjadi genangan mencapai 1 4 minggu (Trubus. 1995). Keragaan Budidaya Ikan Patin di Lahan Gambut Dalam dunia perikanan, ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah. Rasa dagingnya yang lezat dan gurih mengakibatkan harga jualnya tinggi. Selain rasa dagingnya yang lezat, ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain misalnya ukuran per individunya besar. Di alam, panjangnya bisa mencapai 1,2 m. Ikan patin termasuk ikan yang rakus terhadap makanan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang cm. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk membongsorkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah (lahan gambut) sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.

4 48 Persiapan Kolam Pembesaran Untuk budidaya ikan di darat (air tawar), kolam mempunyai peranan yang sangat penting. Ini bisa dimaklumi karena selain sebagai media hidup ikan, kolam harus pula berfungsi sebagai sumber makanan alami ikan. Lokasi penelitian merupakan lahan yang memiliki kadar asam yang tinggi sehingga mengandung resiko ekonomis yang besar, meskipun resiko itu bisa dihindari, yakni bila sebelum digunakan kolam yang memiliki kadar asam tinggi dinetralkan dengan memberikan kapur (CaO). Kegiatan usaha budidaya ikan patin di lokasi penelitian dimulai dengan pembukaan lahan atau persiapan kolam pembesaran. Persiapan kolam pembesaran pada prinsipnya hanyalah kegiatan penggalian kolam dengan peralatan yang canggih berupa excavator untuk mengeruk tanah yang disewa dari kelompok. Biasanya sewa excavator untuk kolam yang berukuran 8 X 13 m² adalah Rp ,- dan kolam yang berukuran 8 X 20 m² adalah Rp ,-. Pada lokasi penelitian kolam tidak dibuat saluran kolam, pintu air, dan kamalir. Kolam merupakan kolam yang memiliki air dari mata air di dasar kolam yang merupakan lahan gambut, sehingga persediaan air tercukupi. Hal ini sejalan dengan pendapat Ghufran ( 2005: 77) bahwa kolam adalah wadah budidaya ikan air tawar yang telah lama digunakan sebagai wadah pemeliharaan ikan. Tidak ada kriteria khusus untuk kolam pembesaran sistem monokultur. Artinya, kolam tersebut bisa saja berupa kolam tanah. Pada pembesaran ikan sistem monokulultur ini ukuran kolam yang cocok bagi pemeliharaan ikan patin minimal 200 m². Apabila kurang dari ukuran itu berarti tidak ideal karena ikan patin tergolong ikan yang berukuran bongsor (Susanto dan Amri. 1997). Pematang kolam harus dibuat dengan ukuran yang memadai, sesuai dengan luas kolam. Selain kuat untuk menahan volume air di dalam kolam, pematang juga harus mampu menahan luapan air yang timbul karena banjir atau hujan lebat (Susanto dan Amri. 1997). Selanjutnya adalah penetralan asam pada kolam dengan cara pemberian kapur (CaO) dan pemupukan. Pengapuran berfungsi untuk menaikan ph tanah dan juga dapat mencegah serangan penyakit

5 49 Selesai pemupukan, kolam diairi sedalam 20 cm dan dibiarkan 3 4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Hari ke lima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 1.5 m. Ikan patin menyukai air dalam, tetapi penambahan air dilakukan secara bertahap. Pengairan Pengairan adalah proses dimana kolam yang telah siap digali, diberi air. Air kolam pada lokasi penelitian berasal dari kolam gambut itu sendiri dan kolam tidak memiliki saluran drainase. Proses pengairan dilakukan setelah pemupukan selesai, kolam diairi setinggi 20 cm dan dibiarkan beberapa hari. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan pada pytoplankton dan organisme air lainnya agar tumbuh dengan baik. Di alam, ikan patin menyukai perairan yang agak dalam sehingga sebelum penebaran dilakukan ke dalaman air kolam sebaiknya sudah mencapai 1.5 m. Pengisian air sampai mencapai ukuran ini harus dilakukan secara bertahap agar beban pematang tidak bertambah secara mendadak. Air yang digunakan untuk kolam adalah berasal dari mata air. Mata air ini biasanya berada di dekat kolam, tetapi kadang-kadang juga menjadi satu dengan kolam. Jenis kolam ini biasanya terjamin kontinuitas airnya dibandingkan dengan kolam tadah hujan. Namun biasanya kualitas airnya kurang baik karena miskin unsur hara dan phnya rendah (Afrianto dan Liviawati. 2003). Seleksi dan Penebaran Benih Seleksi dan penebaran benih pada lokasi penelitan menurut pembudidaya bahwa seleksi benih telah dilakukan oleh mereka yang menjual benih ke pembudidaya yakni benih dengan ukuran 2 inchi seharga Rp. 250,-. Alasan menggunakan benih ukuran tersebut karena bila benih terlalu kecil menyebabkan banyak benih yang mati dimakan sesamanya atau dimakan ikan gabus. Jadi pembudidaya membeli benih yang siap tebar, proses penebaran benih ikan patinpun tidaklah sulit karena hanya mengatur waktu yang tepat yakni pada saat suhu air dingin yakni sekitar jam 6-7 pagi dan pada waktu sore hari. Benih biasanya ditebar dengan cara perlahan-lahan dimasukan pada kolam yang telah

6 50 diberi batas gunanya agar benih dapat melakukan adaptasi dengan air kolam dan tidak stress yang menyebabkan kematian. Benih didapat pembudidaya dari Balai Benih Air Tawar (BBAT) yang terdapat di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, ada juga benih yang dibeli dari pembenihan yang dilakukan oleh bebarapa orang yang lokasinya berada di Kota Jambi. Benih ikan patin jenis siam agak sulit didapatkan, sehingga berapapun benih yang ditawarkan oleh pembibitan akan cepat terjual. Sayangnya pembudidaya di lokasi penelitian jarang melakukan pembenihan untuk kolamnya. Penebaran ikan ke kolam baru dapat dilakukan bila kondisi air kolam diperkirakan sudah stabil. Artinya, pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah cukup tersedia. Kepadatan penebaran untuk ikan patin yang dibesarkan di kolam secara monokultur adalah 1 ekor/m² untuk benih berukuran 100 gram/ekor. Kepadatan penebaran ini tergantung pada ukuran benih yang akan ditebar. Makin besar ukuran benih yang ditebarkan maka makin jarang kepadatan penebarannya, demikian pula sebaliknya (Susanto dan Amri. 1997). Pengelolaan Pakan Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan bernilai gizi baik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah ikan yang dipelihara menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi lambat. Akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan (Ghufran. 2005). Pengelolaan pakan, pakan awal diberikan pada benih ikan patin yang berukuran 2 inchi selama 2 bulan atau telah berumur 3 bulan berupa pellet halus yang dibeli dari luar, sedangkan setelah berumur 3 bulan sampai panen makanan yang diberikan adalah pellet kasar yang dibuat oleh pembudidaya perintis usaha ini. Ada beberapa pembudidaya melalui kelompok mengolah sendiri pembuatan pakan sehingga harga jual pakan tidak terlalu tinggi dan sangat menolong pembudidaya. Pakan diberikan dua kali dalam satu hari yakni pagi jam 7 dan sore jam atau jam Pemberian pakan di lokasi penelitian dilakukan dengan cara ditebar langsung menggunakan tangan.

7 51 Waktu atau saat pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi, siang, sore atau malam hari, hanya biasanya frekuensinya yang berbeda. Saat pemberian pakan yang teratur dimaksudkan untuk mendisiplinkan waktu makan ikan. Umumnya ikan yang sudah biasa diberi pakan pada pagi atau sore hari, ia akan merasa lapar pada pagi atau sore hari juga. Sehingga dengan membiasakan pemberian pakan pada waktu yang tepat dan teratur, nafsu makan ikan bisa diketahui. Tentu saja pakan lebih efisien karena pakan yang diberikan langsung dilahap habis. Pemberian pakan dapat dihentikan apabila ikan yang muncul hanya tinggal sepertiga dari seluruh populasi ikan di dalam kolam. Menurut pendapat Ghufran ( 2005:145), sekitar 50-60% biaya produksi tersedot untuk biaya pakan. Karenanya manajemen pakan, dalam hal ini pemilihan pakan atau pembuatan pakan, pengadaan, dan pemberian pakan yang terbaik harus diterapkan untuk menekan biaya yang semakin tinggi. Pengamatan Kesehatan dan Pertumbuhan Pengetahuan tentang pengamatan kesehatan dan pertumbuhan sangatlah diperlukan pembudidaya. Bila pengetahuan ini tidak mereka punyai akan mengakibatkan mereka tidak bisa mengantisipasi bila ikan patin mendadak terserang hama dan penyakit pada masa pertumbuhan Dalam budidaya ikan, termasuk budidaya ikan patin, hama dan penyakit dapat mengakibatkan kerugian ekonomis, karena hama dan penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan kematian. Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya atau hilangnya produksi. Di lokasi penelitian pembudidaya melakukan pengamatan pada ikan patin yang mati mendadak akibat terserang hama dan penyakit. Pembudidaya dapat membedakan kematian yang diakibatkan hama atau penyakit. Biasanya bila ada beberapa ikan yang terserang penyakit maka akan diikuti kematian ikan patin lainnya dalam satu kolam.

8 52 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit merupakan pengetahuan yang sangat dibutuhkan oleh pembudidaya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak terampil hal ini disebabkan bahwa mereka masih kurang pengetahuannya tentang hal tersebut. Pembudidaya kurang mencari informasi ke berbagai media dan hanya mengandalkan pembudidaya yang dianggapnya pintar dalam hal ini. Untuk itu, usaha budidaya ikan patin sebaiknya dibentengi dengan pengetahuan berbagai hama dan penyakit yang potensial mengganggu kelancaran usaha budidaya. Mencegah lebih baik daripada mengobati, karena selain pengobatan tidak bisa menjamin penyembuhan 100%, pengobatan juga membutuhkan biaya dan tenaga yang cukup besar. Ada beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu secara mekanik, kimia maupun biologis. Tindakan pencegahan secara mekanik adalah upaya mencegah serangan penyakit dengan bantuan peralatan mekanik. Tindakan pencegahan secara kimiawi adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan memanfaatkan berbagai senyawa kimia. Sedangkan tindakan pencegahan secara biologis adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan menggunakan prinsip-prinsip biologis atau organisme lain. Agar memberikan hasil yang memuaskan, pemilihan teknik pencegahan ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Pemanenan dan Pengemasan Pemanenan ikan dalam kolam yang baik dilakukan dengan mengeringkan kolam secara bertahap. Jika air kolam sudah tersisa sedalam cm, dibagian tengah dibuat kamalir (parit) yang menuju ke depan pintu air. Dasar kolam di dekat pintu air dibuatkan cekungan berbentuk kotak yang berukuran 3-5 m X 3 m dengan kedalaman cm. Ikan-ikan akan berkumpul di dalam cekungan tersebut.pintu kolam juga harus diberi saringan agar ikan tidak melompat keluar. Agar ikan tetap hidup, ikan di dalam cekungan ini harus dialiri air yang segar. Selanjutnya ikan-ikan ditangkap dengan seser (jaring tangan) dan dipindahkan ke dalam wadah-wadah penampungan yang sudah disediakan (Ghufran. 2005). Pada lokasi penelitian pembudidaya melakukan pemanen dengan cara menjaring atau menggiring ikan pada suatu tempat setelah ikan berkumpul

9 53 barulah dilakukan pemanenan. Hasil panen di bawa langsung oleh pedagang yang membeli di lokasi. Biasanya di lokasi penelitian pemanenan dilakukan pada malam hari habis magrib. Menurut pembudidaya hal ini dilakukan agar ikan patin yang akan dijual kembali oleh pedagang pada waktu pagi hari masih dalam keadaan segar. Kesegaran ikan patin yang akan dijual mempengaruhi harga jual. Pemanenan dan pengemasan yang baik akan menjadikan hasil panen tetap baik dan segar tanpa cacat sampai ke tangan pembeli. Menurut Ghufran ( 2005: 161) dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan patin, faktor panen dan pengemasan juga harus mendapat perhatian yang memadai. Pemanenan dan pengemasan yang memadai akan meningkatkan harga jual ikan. Setelah dipanen ikan harus selalu segar hingga sampai ke tangan konsumen. Penurunan mutu ikan akan menyebabkan nilai jualnya menjadi rendah. Beberapa perlakuan untuk mempertahankan kesegaran ikan dapat menempuh cara-cara berikut: (1) penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka. Ikan yang terluka akan mudah terserang bakteri, (2) Ikan dimasukan ke dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat celcius, (3) sebelum dikemas ikan harus dicuci bersih, dan (4) Wadah pengangkutan harus bersih dan tertutup (Ghufran. 2005). Pengolahan Hasil Saat ini di lokasi penelitian telah dilakukan Pengolahan hasil dari ikan patin ini berupa pembuatan abon ikan patin dengan harga jual/kilogram adalah Rp Pengolahan ini dimaksudkan agar ikan yang dijual bukan hanya dalam bentuk segar atau ikan yang tidak laku dijual dapat diolah kembali dengan harga jual yang tinggi, sehingga mengurangi resiko dalam penjualan. Pengolahan hasil biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga, mereka telah beberapa kali mendapatkan pelatihan bagaimana cara mengolah ikan patin menjadi abon. Dengan adanya pengolahan ikan patin ini mengakibatkan terjadi peningkatan pendapatan dalam keluarga dan juga mengurangi pengangguran di Desa Tangkit Baru.

10 54 Pengelolaan Modal Modal yang digunakan oleh pembudidaya ikan patin dalam usaha budidaya berupa modal awal yaitu barang-barang investasi yang terdiri dari: wadah yang bisa berupa kolam, uang, dan beberapa jenis peralatan (serok, cangkul, ember, jaring, dan lain-lain). Modal operasional digunakan untuk penggalian kolam, pembelian bibit, pembelian pupuk, pembelian kapur, pembelian pakan, dan mengupah tenaga kerja. Sumber modal pembudidaya ikan patin umumnya berasal dari modal sendiri, hanya sebagian kecil pembudidaya yang melakukan bagi hasil dengan modal bersama, peminjaman lewat Bank (BRI). Menurut pembudidaya mereka kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari Bank karena Bank menilai jaminan agunan berupa lahan budidaya (kolam) tidaklah memiliki nilai yang berarti. Umumnya modal yang digunakan untuk satu kolam dengan ukuran 8 X 13 m² adalah Rp. 7 juta s/d Rp. 9 juta. Untuk kolam yang berukuran 8 X 20 m² adalah Rp. 10 juta s/d Rp. 12 juta. Pemasaran Harga dan Sistem Pembayaran Harga jual ikan patin ditingkat pembudidaya antara Rp ,- sampai Rp ,- per kilogram. Dibandingkan dengan harga input produksi dan barangbarang kebutuhan sehari-hari, harga ikan tersebut masih jauh perbedaannya. Harga ikan patin dari tahun ke tahun ditingkat pembudidaya tidak mengalami peningkatan yang berarti, malah cenderung turun. Hal ini disebabkan produksi yang dihasilkan dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga harga jual ikan patin semakin melemah ditingkat pembudidaya. Penentuan harga yang terjadi pada pemasaran ikan patin di Desa Tangkit Baru dilakukan oleh pembudidaya melalui kelompok. Setiap minggunya pembudidaya melakukan diskusi kelompok untuk membahas harga jual ikan patin yang dilihat dari kapasitas produksi yang dihasilkan dan permintaan pasar. Biasanya ikan patin di pasarkan melalui pedagang besar, mereka langsung datang ke lokasi panen. Transaksi jual beli dilakukan sebelumnya, bila harga telah disepakati oleh pembudidaya dan pedagang besar maka ikan patin akan segera

11 55 dipanen dan diangkut ke pasar. Pembayaran dilakukan setelah ikan patin dipanen dan diketahui berapa hasil panen yang diperoleh per kolam. Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya harga yang dibeli oleh konsumen di Desa Tangkit Baru ini adalah: permintaan pasar, berat ikan patin, kualitas ikan patin. Pada saat permintaan pasar tinggi seperti musim kering yang pernah terjadi di Sumatra Selatan dimana pasokan ikan lokal sangat kurang maka pedagang pengumpul datang untuk membeli ikan patin dari Desa ini, sehingga harga ikan patin saat itu meningkat dari Rp 7.500,- perkilogram menjadi Rp ,- perkilogram, hal ini disebabkan karena Desa ini juga harus memenuhi permintaan ikan patin untuk Provinsi Jambi. Saat ini pembudidaya di Desa Tangkit Baru mengalami kelebihan produksi diakibatkan oleh permintaan pasar yang menurun dan banyaknya pembukaan kolam-kolam baru oleh pembudidaya sehingga setiap harinya terjadi kelebihan produksi. Kenyataannya bila ikan patin sampai umur 8 bulan belum dipanen maka akan terjadi pembusukan pada badan ikan dan menyebabkan kematian. Hal inilah ynag menjadi keresahan pembudidaya saat ini. Saluran Pemasaran Produksi melimpah yang telah dicapai pembudidaya ikan patin tidak begitu banyak artinya kalau tidak terjamin pemasarannya dan harga yang rendah. Pasar bagi hasil pertanian/perikanan sangat penting dan menentukan keberlanjutan produktivitas dari usahatani/usaha budidaya. Mosher (1987) mengelompokkan pasaran untuk hasil pertanian sebagai unsur pertama syarat pokok dalam pembangunan pertanian. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pasaran bagi hasil pertanian dalam memajukan suatu sistem pertanian pada suatu daerah tertentu. Pasaran bagi hasil pertanian yang baik akan menjamin produksi yang mereka hasilkan tidak sia-sia dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan keluarganya. Pembudidaya ikan patin tahun-tahun sebelumnya hanya berpikir cara berproduksi tanpa perlu memikirkan cara memasarkan hasil produksinya. Namun pada saat ini, karena produksi yang melimpah mengakibatkan pembudidaya harus berpikir keras tentang cara agar produksi tidak terbuang. Karena itu, pembudidaya

12 56 harus jeli melihat peluang usaha berupa pengolahan hasil yang menguntungkan bagi pembudidaya ikan patin. Saat ini di lokasi penelitian telah dilakukan pengolahan ikan patin. Sejauh ini ikan patin Tangkit Baru di pasarkan ke pasar Angsoduo, yaitu pusat pasar kota Jambi. Di samping itu, saat ini Tangkit telah memulai kegiatan usaha pengolahan ikan patin dalam bentuk salai patin, dan abon patin. Kegiatan ini akan memberikan nilai tambah terhadap ikan patin dan membuka lapangan kerja baru terutama bagi ibu rumah tangga dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Saluran pemasaran ikan patin di Desa Tangkit Baru di mulai dari pembudidaya ikan patin yang langsung menjual ke pedagang pengumpul di areal panen dan pedagang pengumpul menjual ke pasar lokal baik Provinsi maupun beberapa Kabupaten yang ada di Jambi, transaksi penjualan terjadi setiap hari di kawasan budidaya ikan patin Desa Tangkit Baru. Karakteristik Pembudidaya Ikan Patin di Desa Tangkit Baru Karakteristik individu akan sangat menentukan tingkat pemahaman individu terhadap informasi serta akan sangat menentukan pula kemampuan mereka dalam melakukan usaha budidaya ikan patin. Perubahan perilaku seseorang dalam kemandirian usaha budidaya akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik ekonomi dan lingkungan Menurut Madrie (1986), tingkat pendidikan formal, pengalaman, kekosmopolitan, nilai-nilai budaya, keberanian menghadapi resiko merupakan indikator yang menentukan karakteristik pribadi seseorang. Penelitian tentang kemandirian pembudidaya ikan patin menggunakan beberapa karakteristik pembudidaya kategori berdasarkan nilai tengah dan simpangan baku dari sebaran data yang diperoleh, responden penelitian umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Umur, (2) Motivasi, (3) Pengalaman usaha, (4) Pendidikan formal, (5) Jumlah tanggungan keluarga, (6) Tingkat kekosmopolitan, (7) Tenaga kerja dan, (8) Akses kredit dalam kategori rendah sampai tinggi (Tabel 2).

13 57 Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik No Peubah Kategori Jumlah (orang) 1 Umur Muda (19 30 tahun) Sedang ( tahun) Tua ( tahun) 2 Pendidikan formal Rendah ( 6 tahun) Sedang ( 7 11 tahun) Tinggi ( tahun) 3 Motivasi Rendah ( ) Sedang ( ) Tinggi ( ) 4 Pengalaman usaha kurang ( 1 tahun) Cukup ( 2 3 tahun) Banyak ( 4 10 tahun) 5 Tanggungan keluarga Sedikit ( 1 orang) Sedang ( 2 3 orang) Banyak ( 4 8 orang) 6 Kekosmopolitan Rendah ( 5) Sedang ( 6-7 ) Tinggi ( 8 20 ) 7 Tenaga kerja Sedikit ( 1 orang) Sedang ( 2 3 orang) Banyak ( 4 12 orang) 8 Akses Kredit Sulit (skor 5) Sedang (skor 6 11) Mudah (skor 12 18) Persentase (%) N= Penelitian tentang kemandirian pembudidaya ikan patin di desa Tangkit Baru guna mendukung keberhasilan dalam usaha budidaya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor. Menurut Rogers dan Shoemaker (Iswari. 2004: 65) faktor individu adalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri seseorang, yang mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi lainnya. Pemahaman faktor individu pembudidaya ikan patin penting, sebab dengan memahami karakteristik individu tersebut segala aspek yang berhubungan dengan kondisi pembudidaya, terutama yang berkaitan dengan: umur, pendidikan, motivasi, pengalaman usaha, tanggungan dalam keluarga, kekosmopolitan, tenaga kerja, dan akses kredit dapat diketahui dengan jelas.

14 58 Umur Pembudidaya Ikan Patin Umur Pembudidaya ikan patin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia pembudidaya ikan patin sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Umur pembudidaya ikan patin dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Muda, (2) Sedang, dan (3) Tua. Kategori muda berkisar dari 19 hingga 30 tahun, kategori sedang berkisar dari 33 sampai 39 tahun, dan kategori umur tua berkisar dari 40 hingga 65 tahun. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 69 pembudidaya ikan patin yang diinterview, kurang dari sepertiga responden pembudidaya ikan patin memiliki umur muda dan sedang, dan lebih dari sepertiga berumur tua. Pada Tabel 2. juga terlihat, bahwa mayoritas pembudidaya ikan patin yang dilibatkan dalam penelitian ini berumur tua. Umur menurut Padmowihardjo (1994: 36), bukan merupakan faktor psikologis, tetapi hal-hal yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur: (1) Mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual, dan organ-organ tertentu, dan (2) Akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang lain. Umur petani dalam penelitian ini bervariasi, dimana umur minimum 19 tahun dan maksimum 65 tahun, penelitian ini menyatakan bahwa mayoritas pembudidaya atau sebanyak 44% adalah berumur tua yakni tahun. Dengan demikian faktor umur bukanlah menjadi suatu kendala dalam perilaku membudidayakan ikan patin menuju keberhasilan. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa informasi teknologi maupun inovasi baru paling cepat diterima oleh mereka yang berusia muda. Namun tidak berarti mereka yang berumur tua tidak mau menerima informasi teknologi maupun inovasi baru atau menerima perubahan, sebab bagi mereka yang berumur tua mempunyai beberapa pertimbangan tepat yakni: kesehatan, kondisi fisik yang mulai menurun, dan ingin menikmati masa tua yang menyenangkan. Bagi petani muda yang mungkin ingin membuat perubahan dalam usahabudidaya tidak selalu dalam posisi untuk melaksanakannya, hal ini disebabkan dana yang mereka miliki terbatas.

15 59 Motivasi Pembudidaya Ikan Patin Motivasi dalam membudidayakan ikan patin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan yang timbul dari dalam diri pembudidaya ikan patin untuk melakukan usaha budidaya ikan patin. Motivasi dalam membudidayakan ikan patin oleh responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Kategori rendah berkisar dari skor 29 sampai 33, skor 34 hingga 35 termasuk kategori sedang, dan skor 36 sampai 45 masuk dalam kategori tinggi. Hasil penelitian tentang distribusi pembudidaya ikan patin berdasarkan motivasi dalam melakukan usaha budidaya disajikan dalam Tabel 2 yang menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga pembudidaya ikan patin yang diinterview memiliki motivasi rendah, lebih dari sepertiga memiliki motivasi sedang dan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, mayoritas pembudidaya ikan patin memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan usaha budidaya ikan patin di lahan gambut. Motivasi responden dalam usaha budidaya patin bervariasi, dengan kisaran skor minimum 29, skor maximum 45, dan rata-rata skor 35. Mayoritas pembudidaya ikan patin adalah mereka yang memiliki motivasi tinggi yakni sebesar 40.6%. Indikator yang digunakan dalam mengukur motivasi adalah sumber dorongan untuk melakukan usaha budidaya ikan patin. Hampir semua responden menyatakan memilih melakukan budidaya ikan patin atas dorongan sendiri dan keluarga, atau setelah melihat keberhasilan pembudidaya lain yang telah lebih dahulu melakukannya. Beberapa responden menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan usaha budidaya ikan patin adalah atas dorongan teman sesama pembudidaya atau tetangganya. Tidak ada responden yang melakukan usaha ini atas paksaan atau perintah seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Trigono (Massenga. 2001: 29) bahwa motivasi merupakan salah satu komponen penting dalam meraih keberhasilan suatu proses kerja, karena memuat unsur pendorong bagi seseorang untuk melakukan perkejaan sendiri maupun berkelompok. Hal ini dapat dilihat dari tingginya motivasi dari responden, hal ini karena dorongan oleh kebutuhannya sendiri bukan atas paksaan dari pihak luar.

16 60 Unsur motivasi sangat penting, karena dengan motivasi inilah akan timbul kekuatan potensial manusia untuk berprestasi sehingga pembudidaya dapat mandiri dalam melakukan usaha budidayanya. Pengalaman Usaha Pembudidaya Ikan Patin Pengalaman membudidayakan ikan patin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya pembudidaya ikan patin melakukan usaha budidaya yang dinyatakan dalam tahun. Pengalaman dalam usaha budidaya ikan patin dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Rendah, (2) Cukup, dan (3) Banyak. Kategori rendah lamanya adalah 1 tahun, kategori sedang berkisar dari 2 sampai 3 tahun, dan kategori tinggi berkisar dari 4 sampai 10 tahun. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 69 pembudidaya ikan patin yang diinterview kurang dari sepertiga responden memiliki sedikit dan sedang pengalaman dalam usaha budidaya ikan patin, dan lebih dari sepertiga yang memiliki cukup pengalaman dalam usaha budidaya ikan patin. Dengan demikian, Tabel 2. mengungkapkan bahwa mayoritas pembudidaya ikan patin memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usaha budidaya ikan patin. Pengalaman usaha budidaya responden dalam penelitian ini minimun 1 tahun, maksimum 10 tahun, dan mayoritas pembudidaya sebesar 37.7% memiliki pengalaman tinggi. Pengalaman usaha pembudidaya maksimum adalah 10 tahun dikarenakan usaha budidaya ikan patin ini baru dirintis pada tahun 1997 dan mulai berkembang tahun 2002, sebelumnya masyarakat di lokasi penelitian adalah petani nenas, karena melimpahnya panen nenas membuat harga nenas jatuh di pasaran, hal ini menyebabkan beberapa orang secara jeli mencermati permasalahan di desanya, dan melihat peluang dapat dibudidayakannya ikan patin jenis siam sehingga mendorong dimulainya budidaya ikan patin jenis siam di kolam. Pengalaman dalam proses belajar memiliki pengaruh yang nyata dan penting karena melalui pengalaman yang berhasil akan menimbulkan perasaan optimis dimasa akan datang. Sebaliknya pengalaman akan menimbulkan perasaan pesismis untuk dapat berhasil walaupun mendapat kesempatan untuk kembali mempelajari (Padmowihardjo. 2001). Menurut Mardikanto (1993: 86),

17 61 pengalaman seseorang akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapan untuk belajar lebih banyak, sehingga pengalaman dapat mengarahkan perhatian kepada minat, kebutuhan, dan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan Formal Pembudidaya Ikan Patin Pendidikan formal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya pembudidaya ikan patin mengikuti pendidikan formal berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang dinyatakan dalam tahun. Pendidikan formal responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Kategori rendah adalah 6 tahun, kategori sedang berkisar dari 7 hingga 11 tahun, dan kategori tinggi berkisar dari 12 sampai 21tahun. Tabel 2 menunjukkan, bahwa kurang dari sepertiga responden yang diwawancarai memiliki pendidikan formal rendah dan sedang, selebihnya lebih dari sepertiga responden memiliki pendidikan formal tinggi. Jadi Tabel 2. di atas menunjukkan, bahwa mayoritas pembudidaya ikan patin yang menjadi responden memiliki pendidikan formal yang sedang. Pendidikan formal menurut Mosher (1987: ), mempercepat proses belajar, memberikan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pembudidaya memiliki pendidikan formal sedang yaitu SLTP sederajat sampai SLTA sederajat sebanyak 39.1%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendidikan pembudidaya minimum adalah 6 tahun dan maksimum 21 tahun. Apabila dikaji lebih jauh, ternyata terjadi peningkatan taraf pendidikan formal pada generasi berikutnya. Anak-anak responden bersekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Bahkan ada satu orang pembudidaya bersekolah sampai jenjang Strata dua. Berdasarkan hasil wawancara, responden umumnya menginginkan anak-anaknya memiliki taraf pendidikan formal yang lebih tinggi daripada dirinya dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Hal ini didukung dengan kemauan dan kerja keras yang tinggi agar semakin meningkatnya perekonomian keluarga pembudidaya ikan patin.

18 62 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kemandirian, baik individu maupun masyarakat, merupakan dua hal yang saling terkait satu sama lain. Ada hubungan kausal diantara keduanya. Dalam hal ini kemandirian sejati hanya dapat dicapai oleh individu atau masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai (well educated). Bagi mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai, jalan menuju keberdayaan lebih terbuka lebar ketimbang mereka yang tidak berpendidikan (Suyono. 2006). Tanggungan Keluarga Pembudidaya Ikan Patin Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh keperluan hidupnya oleh responden. Jumlah tanggungan keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Kategori rendah adalah 1 orang, kategori sedang berkisar dari 2 sampai 3 orang, dan kategori tinggi berkisar dari 4 sampai 8 orang. Tabel 2. menunjukkan, bahwa dari 69 pembudidaya ikan patin yang diinterview kurang dari sepertiga responden memiliki sedikit dan sedang tanggungan keluarga, dan lebih dari sepertiga responden memiliki banyak tanggungan keluarga. Dengan demikian Tabel 2. menunjukkan, bahwa mayoritas pembudidaya ikan patin yang menjadi responden memiliki banyak tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga responden minimum 1 orang, maksimum 8 orang, dan mayoritas responden sebanyak 39.1% memiliki tanggungan keluarga yang besar. 22 orang responden yang memiliki jumlah tanggungan antara 1-3 orang, sedangkan responden yang tidak memiliki tanggungan dengan alasan tanggungan telah berkeluarga, ditinggal mati ataupun karena perceraian 6 orang, dan selebihnya responden memiliki 4-8 orang tanggungan. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga akan penyediaan tenaga kerja. Pembudidaya sebagai pelaku utama usaha budidaya tidak dapat dilepaskan dari keluarganya. Menurut Mardikanto (Iswari. 2004: 78) dalam kehidupan petani/pembudidaya kecil selalu dijumpai adanya kenyataan dimana kegiatan

19 63 usahatani/budidaya merupakan bagian dari kegiatan rumah tangga secara keseluruhan, dan berhubungan dengan kemampuan keluarga akan penyediaan tenaga kerja. Tingkat Kekosmopolitan Pembudidaya Ikan Patin Tingkat kekosmopolitan adalah kesediaan seseorang untuk berusaha mencari ide-ide baru dari luar lingkungannya atau tingkat keterbukaan seseorang dalam menerima pengaruh dari luar. Tingkat kekosmopolitan pembudidaya ikan patin dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) Kurang, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Kategori kurang memiliki nilai 5, kategori sedang memiliki nilai antara 6 sampai 7, dan kategori tinggi memiliki nilai 8 sampai 20. Tabel 2. menjelaskan, bahwa dari 69 pembudidaya ikan patin yang diinterview, lebih dari sepertiga responden memiliki tingkat kekosmopolitan rendah, sedangkan yang memiliki tingkat kekosmopolitan sedang juga lebih dari sepertiga responden, dan responden yang memiliki tingkat kekosmopolitan tinggi kurang dari sepertiga responden. Dengan demikian, Tabel 2. mengungkapkan, bahwa mayoritas pembudidaya ikan patin memiliki tingkat kekosmopolitan yang sedang. Tingkat kekosmopolitan adalah sikap dan aktivitas responden untuk meningkatkan usaha budidaya yang dimulai dari keterbukaan dan keberanian mencari, menerima, dan mencoba inovasi baru. Hasil penelitian menunjukan bahwa minimum tingkat kekosmopolitan pembudidaya pada skor 5, maksimum pada skor 20 dan mayoritas pembudidaya yakni sebanyak 36.2% memiliki tingkat kekosmopolitan sedang. Hal ini disebabkan banyaknya pembudidaya hanya mengandalkan berbagai informasi dari pembudidaya-pembudidaya yang memiliki pendidikan yang tinggi dan dapat mengakses berbagai informasi. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Rogers (1983) bahwa kekosmopolitan adalah keterbukaan seorang petani pada informasi melalui hubungan dengan berbagai sumber informasi, orang yang memiliki sifat kosmopolit tinggi biasanya suka mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya. Sebaliknya, orang yang memiliki sifat lokalit cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada

20 64 tetangganya atau teman-teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi. Jumlah Tenaga Kerja Pembudidaya Ikan Patin Tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang dapat membantu pembudidaya dalam melakukan kegiatan budidaya sampai pemanenan ikan patin. Tenaga kerja yang dimiliki responden dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) Sedikit, (2) Sedang, dan (3) Banyak. Kategori sedikit berkisar dari skor 1, sedangkan skor 2 sampai 3 dikategorikan sedang, dan kategori banyak memiliki kisaran skor antara 4 sampai 12. Hasil penelitian tentang distribusi pembudidaya ikan patin berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan disajikan dalam tabel di atas. Tabel 2. ini mengungkapkan kategori tenaga kerja berdasarkan jumlah dan persentase tenaga kerja yang digunakan pembudidaya. Tabel 2 menjelaskan, bahwa dari 69 pembudidaya ikan patin yang diinterview, lebih dari sepertiga menggunakan sedikit tenaga kerja di lahan usahanya, responden yang menyatakan sedang kurang dari sepertiga, sedangkan responden yang menyatakan mereka banyak menggunakan tenaga kerja dalam usahanya kurang dari sepertiga. Dengan demikian dapatlah dikatakan mayoritas responden adalah sedikit menggunakan tenaga kerja dalam membantu usaha budidaya ikan patin. Penggunaan tenaga kerja oleh pembudidaya di lokasi penelitian paling rendah 1 orang, dan paling tinggi antara 4 12 orang, mayoritas pembudidaya menggunakan tenaga kerja rendah yakni sebesar 40.6%. Kepemilikan tenaga kerja berkaitan dengan kuantitas tenaga kerja dalam keluarga yang dicurahkan dalam pengelolaan usaha budidaya. Dengan tersedianya tenaga kerja akan semakin meningkatkan keberhasilan pembudidaya untuk melaksanakan usaha budidayanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suratiyah (2006: 41) bahwa peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja di samping juga tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam

21 65 usahatani berbeda-beda. Banyak sedikitnya tenaga kerja luar yang digunakan tergantung pada dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut. Akses Kredit Pembudidaya Ikan Patin Akses kredit mempunyai arti sebagai akses yang diberikan kepada pembudidaya ikan patin untuk memperoleh pinjaman pada Bank pemerintah atau swasta atau badan usaha lainnya dalam mendukung usaha budidaya ikan patin. Akses kredit dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Sulit, (2) Sedang, (3) Mudah. Kategori sulit memiliki skor 5, sedangkan kategori sedang memiliki skor 6 sampai 11, mudah memiliki skor 12 sampai 18. Tabel 2. menjelaskan, bahwa dari 69 pembudidaya ikan patin yang diwawancara, lebih dari sepertiga responden mengatakan bahwa akses kredit yang diberikan kepada mereka sulit untuk mendapatkannya, sedangkan yang mengatakan antara sulit dan tidak kurang dari sepertiga, dan selebihnya mengatakan tidak sulit untuk mendapatkan kredit. Dengan demikian, Tabel 2. mengungkapkan, bahwa mayoritas pembudidaya ikan patin mengatakan akses kredit sangat sulit mereka dapatkan. Menurut pembudidaya sebanyak 37.7 % atau lebih dari sepertiga pembudidaya mengatakan bahwa sulit mengakses kredit yang ada. Hal ini disebabkan pemberi kredit (Bank BRI) tidak mau mengucurkan dananya ke pembudidaya yang hanya memiliki lahan/kolam yang sedikit, karena Bank merasa rugi atas agunan pemudidaya berupa lahan kolam gambut, menurut pihak Bank lahan tersebut tidak memiliki nilai rupiah yang berarti, sehingga pembudidaya kesulitan dalam mengembangkan usaha budidayanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Daniel (2004: 78) menyatakan bahwa pentingnya mendapatkan modal dari kredit disebabkan oleh kenyataan secara kolektif, memang modal merupakan faktor produksi non alami (bikinan manusia) yang ketersediaannya masih terbatas terutama pada negara-negara yang sedang berkembang. Dalam soal kebutuhan petani akan modal yang berasal dari kredit demi kemajuan usaha, persoalannya tidak terletak pada ada tidaknya atau perlu tidaknya kredit, melainkan masih

22 66 sangat terbatasnya kesempatan petani untuk maju atau kurangnya aspirasi mereka dalam peluang mendapatkan modal melalui kredit. Tingkat Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan pembudidaya ikan patin dalam mengelola usaha budidaya ikan patin yang dicirikan oleh kemampuan dalam menguasai beberapa aspek kegiatan usaha budidaya ikan patin dan kebebasan mereka dalam memasarkan hasil dan melakukan usaha pengolahan hasil budidaya agar produksi ikan patin tidak terbuang, sehingga tercapainya keberhasilan yang dapat dilihat dari Peningkatan produksi dan pendapatan. Aspek-aspek tersebut adalah: 1) Persiapan kolam, (2) pengairan, (3) seleksi dan penebaran benih, (4) pengelolaan pakan, (5) pengamatan kesehatan dan penyakit, (6) pengendalian hama dan penyakit, (7) pemanenan dan pengemasan, (8) Pengolahan hasil budidaya ikan patin, (9) Pemasaran. Kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang dapat mengantarkan manusia pada sukses dalam menjalani kehidupan, bersama dengan oranglain. Kemandirian seseorang dapat dinilai dari pengetahuan, sikap serta bentuk tindakan nyata berupa keterampilan terhadap objek budidaya. Berdasarkan teori dari Inkeles dan Smith (1974) ada beberapa kriteria kemandirian yaitu: (1) Petani mandiri mempunyai percaya diri dan mampu memutuskan atau mengambil suatu tindakan yang dinilai paling menguntungkan (efficient) secara cepat dan tepat dalam mengelola usahanya di bidang pertanian tanpa tergantung atau tersubordinasi oleh pihak lain, baik itu berupa perintah, ancaman, petunjuk atau anjuran (self dependence); (2) Senantiasa mengembangkan kesadaran diri dan kebutuhan akan pentingnya memperbaiki diri dan kehidupannya, serta punya inisiatif dan kemauan keras untuk mewujudkan harapan (optimistik dan daya juang); (3) Mampu bekerjasama dengan pihak lain dalam kedudukan setara hingga terjadi kesaling tergantungan dalam situasi saling menguntungkan dalam suatu kemitraan usaha yang berkelanjutan (interdependence); (4) Mempunyai daya saing yang tinggi dalam menetapkan pilihan tindakan terbaik bagi alternatif usaha yang ditempuh dalam kehidupannya

23 67 (filter system); (5) Senantiasa berusaha memperbaiki kehidupannya (hidup modern) melalui berbagai upaya memperluas wawasan berpikir dan pengetahuan, sikap dan keterampilannya (kosmopolit), sehingga berespon secara positif terhadap perubahan situasi (dinamis) dan berusaha secara sadar mengatasi permasalahan dengan prosedur yang dinilai paling tepat (progresif). Kemandirian pembudidaya ikan patin di Desa Tangkit Baru bila di hubungkan dengan teori di atas, ternyata hampir mencakup keseluruhan dari kriteria kemandirian telah ada pada kebanyakan pembudidaya di Desa Tangkit Baru. Hal ini bukan berarti mereka dapat berdiri sendiri tanpa pembudidaya lain, kemandirian yang mereka punyai didasari oleh keinginan untuk hidup lebih baik lagi dengan cara bekerjasama antar sesama pembudidaya. Kemandirian Pembudidaya dalam Usaha Budidaya Ikan Patin di lahan Gambut Kemandirian pembudidaya dalam usaha budidaya ikan patin, secara praktis dapat dilihat dalam berbagai segi yaitu kemampuan pembudidaya dalam pemilihan jenis komoditi yang diusahakan, penentuan harga komoditi yang dihasilkan, akses terhadap sarana produksi, kemampuan dalam bekerjasama, kemampuan mencari informasi, dan kemampuan dalam usaha budidaya ikan patin di lahan gambut. Menurut Sugiharto et al. (1997: 438), pertanian di Indonesia dikuasai oleh petani kecil dengan produk pertanian dan mutu bervariasi. Keterbatasanketerbatasan petani, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas akan pasar, dan berganing position pada kenyataannya akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses penentuan komoditas yang akan diusahakan petani. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahatani yang sulit berkembang. Sejalan dengan pendapat di atas, kemandirian pembudidaya ikan patin di Desa Tangkit Baru sangat dipengaruhi oleh pengelolaan modal dan keuangan, proses budidaya yang baik dan benar, serta bagaimana melakukan pemasaran agar produksi yang melimpah saat ini dapat dikendalikan. Kemandirian mereka dalam alih usaha dari nenas menjadi pembudidaya ikan patin di lahan yang mereka

24 68 tempati berupa lahan gambut harus mendapat perhatian khusus. Desa Tangkit Baru saat ini telah ditetapkan sebagai tempat percontohan Nasional bagi pembudidaya di lahan gambut. Untuk melihat tingkat kemandirian pembudidaya ikan patin maka digunakan kategori berdasarkan nilai tengah dan simpangan baku dari sebaran data yang diperoleh. Kemandirian pembudidaya dalam proses budidaya ikan patin yang baik dan benar, tingkat kemandirian dalam pengelolaan modal dan keuangan, tingkat kemandirian dalam pemasaran hasil budidaya ikan patin (Tabel 3). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kemandirian dalam Budidaya Ikan Patin di Lahan Gambut No 1. Faktor-faktor Tingkat Kemandirian Tingkat kemandirian dalam modal usaha budidaya ikan patin Kategori Jumlah Persentase Rendah (jumlah skor 25) Sedang (jumlah skor 25 30) Tinggi (jumlah skor 30) Tingkat kemandirian dalam proses budidaya ikan patin Rendah (jumlah skor 18) Sedang (jumlah skor 18 23) Tinggi (jumlah skor 23) Tingkat kemandirian dalam pemasaran hasil Rendah (jumlah skor 33) Sedang (jumlah skor 33 38) Tinggi (jumlah skor 38) Tingkat Kemandirian Rendah Sedang Tinggi Kemandirian pembudidaya di Desa ini sangat mempengaruhi pembudidaya-pembudidaya lain di Provinsi Jambi. Hal ini terlihat dari munculnya banyak pembudidaya ikan patin, saat ini usaha yang sedang giat-giatnya dilakukan oleh pememrintah Provinsi Jambi adalah mengekspor ikan patin jenis jambal ke Amerika Serikat dan Eropa melalui PT. Bonecom selaku industri pengolahan ikan dan sekaligus eksportir. Ikan Patin Jenis Siam hanya dikomsumsi masyarakat di Provinsi Jambi dan sekitarnya, ikan patin jenis siam ini kurang diminati negara lain karena daging yang kekuningan.

25 69 Tingkat Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin dalam Permodalan Jumlah skor tingkat kemandirian responden dalam permodalan dapat dilihat pada Tabel 3. yang memberi gambaran bahwa pembudidaya memiliki tingkat kemandirian dalam permodalan adalah rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yakni sebanyak 52 pembudidaya memiliki skor rendah yakni kurang dari skor 25 ( 0 24). Dalam melakukan usaha budidaya ikan patin, responden memanfaatkan modal yang dimiliki sendiri. Modal yang didapat dari luar berupa fasilitas pinjaman dari Bank diperoleh beberapa orang, hal ini disebabkan agunan yang diberikan kepada pihak Bank tidak mencukupi dan kenyataan yang terjadi bahwa bila pembudidaya mengagunkan lahan usahanya pihak Bank merasa berkeberatan untuk mengabulkan pinjaman dengan alasan lahan usaha budidaya tidak memiliki nilai yang berari untuk diagunkan. Modal sesungguhnya merupakan salah satu persoalan utama yang dikeluhkan oleh responden. Selama ini pembudidaya ikan patin hanya mengandalkan modal sendiri yang jumlahnya terbatas. Modal tersebut cukup untuk melakukan budidaya ikan patin (hanya untuk beberapa kolam saja) dan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun tidak cukup sebagai modal untuk mengembangkan usaha budidaya ikan patin dalam skala usaha yang lebih besar. Para pembudidaya berkeinginan untuk meningkatkan hasil, selain dengan cara memperbanyak kolam, juga dapat melakukan pengolahan hasil budidaya untuk meningkatkan nilai jual. Untuk itu diperlukan modal yang tidak sedikit. Dalam melakukan usaha budidaya ikan patin, responden lebih banyak tidak pernah mencatat keluar masuknya uang atau pendapatan rumah tangga. Mereka tidak melakukan perencanaan usaha, apalagi melakukan analisis untung rugi usaha. Hanya sebagian kecil mereka yanng melakukan pencatatan uang masuk dan keluar serta menganalisis untung dan rugi hal ini dilakukan oleh pembudidaya yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan dan modal usaha budidaya ikan patin umumnya diambil hanya berdasarkan kebiasaan atau informasi sesama pembudidaya ikan patin.

78 L A M P I R A N 78

78 L A M P I R A N 78 78 L A M P I R A N 78 KUESIONER PENELITIAN KEMANDIRIAN PEMBUDIDAYA IKAN PATIN DI KOLAM LAHAN GAMBUT DI DESA TANGKIT BARU, KEC. KUMPE ULU, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI Daftar Kuesioner Petunjuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEMBUDIDAYA IKAN PATIN DI LAHAN GAMBUT DI DESA TANGKIT BARU, KEC. KUMPE ULU, KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI

KEMANDIRIAN PEMBUDIDAYA IKAN PATIN DI LAHAN GAMBUT DI DESA TANGKIT BARU, KEC. KUMPE ULU, KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 September 08, Vol. 4 No. 2 KEMANDIRIAN PEMBUDIDAYA IKAN PATIN DI LAHAN GAMBUT DI DESA TANGKIT BARU, KEC. KUMPE ULU, KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI (SELF RELIANCE

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Penambak Udang Identitas penambak merupakan suatu yang penting dalam usaha tambak, karena petambak merupakan faktor utama dalam mengatur usaha udang vanname, jika penambak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian 36 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi,

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Bisnis Budidaya Ikan Bawal Bisnis Budidaya Ikan Bawal Nama : Anung Aninditha Nim : 10.11.3944 Kelas : S1.TI.2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Ikan bawal merupakan jenis ikan yang cukup poluper di pasar ikan konsumsi. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar pada perekonomian negara Indonesia. Salah satu andalan perkebunan Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Diversifikasi Siegler (1977) dalam Pakpahan (1989) menyebutkan bahwa diversifikasi berarti perluasan dari suatu produk yang diusahakan selama ini ke produk baru yang

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Di Susun Oleh: NAMA : ELIZON FEBRIANTO NIM : 11.01.2829 KELAS : 11-D3TI-01 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Abstraksi dengan meningkatnya kebutuhan akan protein hewani

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci