KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2012, DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUSMARDI BUSTAMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2012, DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUSMARDI BUSTAMI"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Laporan Tahunan Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun 2011 dapat diselesaikan dengan baik. Mengingat negara Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar, memilki kepentingan secara strategis untuk berpartisipasi dalam perundingan internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional terkait akses pasar. Dengan di dukung oleh kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar, Indonesia telah diakui oleh dunia sebagai salah satu kunci penting keberhasilan perundingan perdagangan pada berbagai fora. Buku ini merupakan rangkuman dari kegiatan perundingan dan kesepakatan Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2011 di ketiga fora perundingan yakni multilateral regional, dan bilateral. Selain itu buku ini juga menguraikan halhal yang akan dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2012, serta masalah-masalah yang masih perlu penanganan tindak lanjut secara intensif sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan. Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penerbitan buku Laporan Tahunan ini. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Maret 2012, DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUSMARDI BUSTAMI 1

2 DAFTAR ISI HAL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... v I. PROFIL DITJEN. KPI... 1 II. PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL... 5 III. KEGIATAN PENUNJANG IV. STRATEGI TAHUN KALEDIOSKOP DITJEN. KPI TAHUN

3 4 Laporan Tahunan 2011

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Ekonomi dunia mulai pulih di awal tahun 2011, namun ternyata pada pertengahan tahun 2011 ekonomi dunia kembali dihantam badai krisis. Badai krisis ekonomi kali ini bermula dari krisis keuangan yang terjadi di Yunani dan berimbas pada kestabilan keuangan Uni Eropa. Di satu sisi krisis ekonomi di Amerika Serikat masih belum pulih sejak tahun Hal ini tercermin dari revisi pertumbuhan ekonomi dunia yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF), dari 4% di tahun 2011 menjadi 3,3% di tahun Namun demikian proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diproyeksikan pada kisaran angka 6%. Dengan demikian Indonesia masih harus tetap melanjutkan strategi peningkatan diversifikasi pasar ekspor untuk menstimulasikan tingkat pertumbuhan ekonomi. Strategi ini telah terbukti berhasil pada tahun 2011, dengan indikatornya adalah nilai ekspor Indonesia yang mencapai USD 203 miliar. Nilai ekspor ini telah melampaui target yang telah ditetapkan diawal tahun yakni sebesar USD 200 miliar. Untuk tahun 2012 target ekspor Indonesia telah ditetapkan sebesar USD 230 Miliar oleh Menteri Perdagangan. Untuk mencapai target ekspor tersebut Direktorat Jenderal Kerja Sama Internasional mengemban tugas untuk membuka akses pasar non tradisional seluas-luasnya seperti kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. Mengingat pasar tradisional saat ini seperti Amerika Serikat, Uni Erop, RRT, Jepang, dan India diperkirakan akan mengalami perlambatan ekonomi. Upaya lain yang dilakukan oleh Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional adalah dengan cara terus menerus mendorong perundingan di semua fora perundingan melalui 3 (tiga) fora kerjasama, yaitu: (i) fora multilateral; (ii) fora regional; dan (iii) fora bilateral. Dari ketiga fora kerja sama tersebut, beberapa pencapaian yang telah dicapai oleh Ditjen KPI pada tahun 2011, antara lain: 1. Pencapaian hasil kerja sama perdagangan internasional di forum multilateral adalah keberhasilan Negosiasi isu pertanian di World Trade Organization (WTO) pada awal Januari 2011 terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) yang membahas masalah Draf Teks ke-5 Pertanian. Pada tahun 2011 Indonesia dapat menyelesaikan dan mengamankan kepentingan Indonesia dalam beberapa isu diantaranya adalah: a. Penyusunan database level OTDS Indonesia, yang bermanfaat bagi Indonesia dalam hal Domestic Support atau subsidi domestik. b. Penyusunan HS 9 Digit Produk Tropis yang akan diajukan untuk dihapuskan tarif bea masuknya di negara maju. c. Penentuan kisaran angka trigger SSM yang berpedoman pada prinsip posisi defensif dan ofensif. d. Penentuan Sensitive Product (SPs) apabila hanya ditetapkan zero cut hanya 5% dari total SP Indonesia. e. Simulasi produk-produk sensitif yang akan terpotong tarif bea masuknya berdasarkan pemotongan tarif general tier formula. 2. Tahun 2011 ASEAN menggarisbawahi 4 (empat) hal penting yang perlu dipastikan pelaksanaannya dalam rangka mewujudkan AEC 2015 yakni: (i) percepatan implementasi 5

5 AEC Blueprint; (ii) ASEAN Centrality sebagai prinsip ASEAN dalam membangun regional architecture; (iii) pengembangan ekonomi yang merata di ASEAN; dan (iv) penguatan ASEAN Secretariat dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengawal perkembangan integrasi ekonomi ASEAN. Khusus tahun 2011 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan 2 sidang ASEAN Summit dan 1 sidang tingkat Menteri Ekonomi. Dengan terselenggaranya sidang tersebut maka implementasi ASEAN Economic Community 2015 diharapkan dapat segera terwujud. Untuk Ketua ASEAN di tahun 2012 adalah Cambodia, diharapkan ketua selanjutnya dapat meneruskan semua komitmen yang telah disepakati di tahun Para Menteri APEC menyadari belum adanya kemajuan substantif pasca pertemuan para Pemimpin APEC di Yokohama, dan belum adanya solusi dalam mengatasi perbedaan yang ada sehingga Doha Development Agenda(DDA) sulit terselesaikan pada tahun Para Menteri sepakat untuk menjembatani perbedaan yang ada pada proses penyelesaian DDA secara konkret. Selain itu juga mereka sepakat untuk memanfaatkan momentum ini sehingga dapat memberikan dorongan politik yang diperlukan. Dalam kaitan ini para Menteri menyepakati Statement on the WTO Doha Development Agenda Negotiations and Resisting Protectionism.Dengan APEC Supply-Chain Connectivity Action Plan yang disepakati para Leaders di Yokohama tahun 2010, diharapkan dapat membantu pencapaian APEC wide target dalam peningkatan kinerja supply-chain, yaitu penurunan waktu, biaya, dan ketidakpastian pergerakan barang dan jasa di kawasan Asia-Pasifik sebesar 10% pada tahun Para Menteri sepakat untuk melaksanakan kegiatan konkret pada tahun 2011 guna mendukung pencapaian target tahun 2015 di antaranya melalui: a. Pengembangan rencana dan langkah untuk simplifikasi prosedur pabean, dan pengembangan best practices guna implementasi de minimis values yang lebih luas terkait dengan batas minimal imports value yang dikenakan bea masuk pabean; b. Peningkatan dan pengembangan penggunaan advance rulings dan pre-arrival processing for shipment; c. Penyelesaian APEC Authorized Economic Operator (AEO) Best Practices Guidelines dan pengembangan rencana capacity building guna mendukung pelaksanaan guidelines; d. Meningkatkan kapasitas sub-provider logistik lokal dan regional melalui peningkatan daya saing; dan e. Pengembangan guidelines yang dapat digunakan oleh otoritas pabean dalam penanganan penyalahgunaan hak atas kekayaan intelektual melalui identifikasi langkah efektif yang dapat digunakan sebagai penegakkan atas hukum hak atas kekayaan intelektual di perbatasan. 4. Developing-8 (D-8) didirikan melalui Deklarasi Istanbul pada Konferensi Tingkat Tinggi Pertama D-8 (KTT D-8 ke-1) pada tanggal 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki. Salah satu kerja sama D-8 terdapat forum kerja sama di bidang pertanian dan dalam pertemuan The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security terdapat lima Working Group, diantaranya: (i) Working Group on Seed Bank; (ii) Working Group on Animal Feed; (iii) Working Group on Fertilizer; (iv) Working Group on Standards and Trade Issues; dan (v) Working Group on Marine and Fisheries. The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security dilaksanakan pada tanggal Mei 2011 di Tehran, Iran. 5. Pada pertemuan Bilateral Indonesia Korea Selatan yang ditandai dengan penandatanganan MoU Governing Mutual Administrative Assistance and Cooperation on the Implementation of Origin Certification and Verification of the Agreement on Trade in Goods under AKFTA antara 6 Laporan Tahunan 2011

6 RI-Korea Selatan telah dilaksanakan pada tanggal 11 Februari MoU tersebut bertujuan untuk mencegah dan mengatasi pemalsuan certificate of origin (CoO)/Surat Keterangan Asal (SKA) dan pelanggaran lainnya yang mengganggu pelaksanaan perjanjian barang dalam kerangka AKFTA. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan; dan Commissioner of the Korea Customs Service (KCS 6. Pertemuan Komisi Bersama Indonesia China atau Joint Commission Meeting (JCM) merupakan wadah formal bilateral tahunan di bidang ekonomi perdagangan dan investasi yang menindaklanjuti Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh kedua Kepala Negara pada tahun Pada pertemuan Presiden RI dan PM China di Jakarta bulan April 2011, kedua Kepala Pemerintahan telah menyaksikan penandatanganan Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade antara Menteri Perdagangan RI dan China, di mana salah satu isi pentingnya adalah pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation. Agreement tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama dan mempromosikan perkembangan sosial dan ekonomi masing-masing sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku pada masing-masing negara. 7. Pertemuan ketiga Joint Study Group (JSG) Indonesia-Turki, dilaksanakan pada tanggal Februari 2011 di Ankara, Turki. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas Final Joint Report kedua pihak serta menyusun kesimpulan dan rekomendasi dari JSG Indonesia-Turki dimaksud. 8. Sepanjang tahun 2011, perundingan perdagangan jasa WTO telah menyelenggarakan beberapa sidang dengan membahas isu Implementation of the Modalities for the Special Treatment for Least-Developed Country Members in the Trade in Services Negotiations (LDCs Modalities) dan Review of Progress in Negotiations, Including Pursuant to Paragraph 15 of the Guidelines for Negotiations serta Organization of Future Work. 9. Pada perundingan Jasa Apec Isu-isu yang dibahas dalam Group on Services (GOS) 3 ini dikelompokkan ke dalam 3 topik utama, yakni: (i) Completed Projects; (ii) Updates on current Group on Services Activities; dan (iii) New work Group on Services program. Strategi kedepan Kerja sama Perdagangan Internasional, antara lain: 1. Dalam fora multilateral, setiap negara terikat oleh aturan dan ketentuan yang dalam hal ini diatur oleh WTO. Selama tahun 2011, Indonesia beberapa kali mengalami tuduhan dari negara lain atas kebijakan perdagangannya. Salah satunya adalah tuduhan atas kebijakan Indonesia terhadap rokok kretek dari Amerika Serikat. Ditjen KPI melalui Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa untuk WTO dan Direktorat Multilateral berhasil menangani tuduhan dengan baik dan memenangkan dispute tersebut. Ditjen KPI juga akan meningkatkan peran KADI dan KPPI sebagai instrumen pengamanan perdagangan dalam fora multilateral. Selain itu Direktorat Multilateral akan memanfaatkan secara optimal forum Trade Policy Review (TPR) sebagai sarana untuk mengevaluasi kebijakan multilateral RI dan sekaligus sebagai ajang public relations terkait bidang perdagangan. 2. Serah terima Keketuaan ASEAN dari Indonesia kepada Cambodia Setelah sukses menjadi tuan rumah dan ketua ASEAN di tahun 2011, Indonesia menyerahkan tongkat estafet keketuaan pada Cambodja. Di tahun 2012 Ditjen KPI akan terus aktif dalam 7

7 perundingan ASEAN, terutama dalam mengemban misi untuk membantu terwujudnya ASEAN Economic Community Selain itu, ASEAN juga akan terus memperkuat hubungan regional dengan Rusia dan Amerika Serikat dalam forum East Asia Summit, sehingga akses pasar bagi para pengusaha Indonesia akan menjadi lebih besar. Ditjen KPI juga akan terus mensosialisakan lingkup kerja sama ekonomi ASEAN kepada para pengusaha lokal, agar tercipta mindset bahwa ASEAN adalah pasar Indonesia. 3. Trans Pacific Partnership (TPP) dan Persiapan Menjadi Tuan Rumah APEC 2013 Seperti halnya kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN, kerja sama ekonomi dalam kerangka APEC pun tidak kalah penting, khususnya dalam pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). Dengan bergabungnya Jepang dalam forum TPP akan mempengaruhi pola kerja sama ekonomi Indonesia di forum tersebut. Ditjen KPI akan terus berupaya membawa misi dagang dan ekonomi yang menjadi national interest dalam forum APEC. Momentum Indonesia sebagai tuan rumah APEC pada tahun 2013 akan dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan posisi runding dan citra Indonesia. Dengan menjadi tuan rumah APEC, Indonesia akan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasn Asia Pasifik sebagaimana yang tercantum dalam bogor goals dengan tetap memelihara kepentingan nasional. Selain itu, sosialisasi terhadap persiapan menjadi tuan rumah APEC 2013 dan TPP juga diperlukan mengingat masih rendahnya social awareness masyarakat dan pengusaha Indonesia. 4. Pembukaan Kerja Sama yang lebih aktif dengan negara pasar non tradisional Pada tahun 2012, Ditjen KPI berencana melakukan kunjungan kerja dan misi dagang ke beberapa negara pasar non tradisional, diantaranya : Brazil, Argentina, Afrika Selatan dan Nigeria. Pemilihan mitra negara pasar non tradisional tersebut diperkuat oleh fakta bahwa negara-negara dari Amerika Selatan dan Afrika memiliki potensi perekonomian yang besar dan akan terus berkembang. 5. Mempererat hubungan dagang dengan negara mitra pasar tradisional. Selain menjalin hubungan dagang dan perekonomian baru dengan negara pasar non tradisional, Ditjen KPI juga terus berusaha mempererat hubungan dagang dan ekonomi yang sudah terjalin dengan negara mitra dari pasar tradisional. Sebagai contoh, hubungan dagang dan ekonomi dengan Republik Korea akan dipererat dengan join announcement RI-Korea CEPA yang rencananya akan dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan oleh Pemimpin kedua negara pada Maret Perdagangan Jasa menjadi terasa lebih penting dalam model kerja sama dagang dan ekonomi komprehensif dimasa mendatang, tidak terlepas pada fora multilateral, regional, dan bilateral. Dalam organisasi ASEAN contohnya, terdapat perundingan AFAS yang mengurusi bidang perdagangan jasa. Sejauh ini AFAS sudah dilaksanakan sebanyak 8 kali. AFAS ke-9 akan dilaksanakan pada rangkaian perundingan ASEAN di tahun Di dalam fora bilateral, pentingnya keterlibatan perdagangan jasa dapat dilihat dari contoh kerja sama dagang dan ekonomi antara Indonesia dan Republik Korea dalam model Comprehensive Economic Partnership Agreement ( CEPA ) yang baru disepakati akhir-akhir ini. Selain itu, perundingan perdagangan jasa di fora multilateral, diatur dalam Generel Agreement on Trade and Services ( GATS ) yang terus disempurnakan sampai sekarang. 8 Laporan Tahunan 2011

8 I. PROFIL DITJEN KPI VISI MISI Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan 1. Meningkatkan akses pasar ekspor melalui diplomasi perdagangan; 2. Mengamankan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional. Bilateral Regional Multilateral 1

9 DITJEN KPI DARI MASA KE MASA Sebagai salah satu unit kerja yang menangani bidang kerja sama perdagangan internasional, dalam perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian nama yang secara kronologis dapat diuraikan sebagai berikut: Tahun Seiring dengan kehadiran Departemen Perdagangan Republik Indonesia, pada periode ini institusi yang menangani hubungan kerja sama internasional adalah Direktorat Hubungan Perdagangan Luar Negeri yang merupakan salah satu Direktorat dalam lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri. Tupoksi dari Direktorat Hubungan Perdagangan Luar Negeri antara lain yaitu menyelenggarakan hubungan kerja sama internasional antara Indonesia dengan negara - negara mitra dagang, lembaga perdagangan internasional baik di tingkat regional (ASEAN, APEC), di tingkat multilarteral (GATT/WTO, UNCTAD, QIC/OKI, ESCAP, UNIDO) demikian pula dengan beberapa asosiasi komoditi pada tataran internasional seperti, International Pepper Community (IPC), Asia Pacific Coconut Community (APCC), Association of Natural Rubber Producing Countries (ANPRC), International Textile and Clothing Bureau (ITCB). Tahun Sebagai konsekuensi penggabungan Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan menjadi Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Keppres nomor 388/M tahun 1995 tanggal 6 Desember 1995) maka melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 92 / MPP / Kep / 4 / 1996, Direktorat Hubungan Perdagangan Luar Negeri di pecah menjadi dua direktorat yaitu Direktorat Hubungan Perdagangan Bilateral dan Direktorat Hubungan perdagangan Multilateral dan Regional. Pemekaran menjadi dua direktorat ini sebagai konsekuensi dari perkembangan di era globalisasi di mana Indonesia harus ikut dalam berbagai perundingan di kancah internasional baik di forum bilateral maupun regional dan multilateral. Tahun Perkembangan kerja sama di bidang perdagangan internasional terus mengalami perubahan yang pesat yang diikuti dengan perkembangan lingkungan strategis pasca perang dingin yang ditandai dengan pertarungan ideologi (politik internasional) kearah simbiose ekonomi politik (perdagangan internasional). Hal ini menuntut Indonesia untuk turut serta berperan aktif pada fora internasional (bilateral, regional, dan multilateral), maka melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan nomor 444 / MPP / Kep / 9 / 1998 maka dibentuk Direktorat Jenderal Kerja sama Lembaga Industri dan Perdagangan Internasional (Ditjen KLIPI) yang terdiri dari 4 Direktorat yaitu Direktorat Kerja sama Bilateral I, Direktorat Kerja sama Bilateral II, Direktorat Kerja sama Regional, Direktorat Kerja sama Multilateral dan 1 Sekretariat. Tahun Melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 86 / M / Kep / 3 / 2001 Direktorat Jenderal Lembaga Kerja Sama Industri dan Perdagangan Internasional (Ditjen KLIPI) mengalami pergantian nama menjadi Direktorat Jenderal Kerja sama 2 Laporan Tahunan 2011

10 Industri dan Perdagangan Internasional (Ditjen KIPI). Dalam struktur organisasi Ditjen KIPI terdiri dari 5 Direktorat yaitu Direktorat Kerja sama Bilateral 1, Direktorat Kerja sama Bilateral 2, Direktorat Kerja sama Regional, Direktorat kerja sama Multilateral, dan Direktorat Pengamanan Perdagangan serta 1 Sekretariat. Tahun Kebijakan pemerintah dalam kabinet Indonesia Bersatu telah memisahkan kembali Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjadi Departemen Perindustrian dan Departemen perdagangan. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden nomor 187/M tahun 2004 tanggal 20 Okrober 2004 yang selanjutnya keberadaan Direktorat Jenderal Kerja sama Industri dan Perdagangan Internasional saat ini di bawah Departemen Perdagangan. Tahun 2005 Sekarang Berkaitan dengan kebijakan pemerintah tersebut di atas, melalui Peraturan Presiden nomor 10 tahun 2005 terjadi pergantian nama Direktorat Jenderal Kerja sama Industri dan Perdagangan Internasional menjadi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. TUGAS POKOK DITJEN KPI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Ditjen KPI: 1. adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Perdagangan. 2. dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Kerja sama Perdagangan Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama perdagangan internasional. Dalam melaksanaan tugas pokok, menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; 3. Penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kerja sama perdagangan internasional; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; dan 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kerja sama Perdagangan Internasional. 3

11 STRUKTUR ORGANISASI 4 Laporan Tahunan 2011

12 II. PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Ekonomi dunia mulai pulih di awal tahun 2011, namun ternyata pada pertengahan tahun 2011 ekonomi dunia kembali dihantam badai krisis. Badai krisis ekonomi kali ini bermula dari krisis keuangan yang terjadi di Yunani dan berimbas pada kestabilan keuangan Uni Eropa. Di satu sisi krisis ekonomi di Amerika Serikat masih belum pulih sejak tahun Hal ini tercermin dari revisi pertumbuhan ekonomi dunia yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF), dari 4% di tahun 2011 menjadi 3,3% di tahun Namun demikian proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diproyeksikan pada kisaran angka 6%. Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional menjalankan strategi diversifikasi tujuan ekspor ke negaranegara pasar nontradisional. Selain itu, Ditjen KPI memiliki kegiatan prioritas nasional yaitu dengan peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional dalam rangka mempertahankan laju ekspor Indonesia. Strategi ini telah terbukti berhasil pada tahun 2011, dengan indikatornya adalah nilai ekspor Indonesia yang mencapai USD 203 miliar. Nilai ekspor ini telah melampaui target yang telah ditetapkan diawal tahun yakni sebesar USD 200 miliar. Untuk tahun 2012 target ekspor Indonesia telah ditetapkan sebesar USD 230 Miliar oleh Menteri Perdagangan. Untuk mencapai target ekspor tersebut Direktorat Jenderal Kerja Sama Internasional mengemban tugas untuk membuka akses pasar non tradisional seluas-luasnya seperti kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. Mengingat pasar tradisional saat ini seperti Amerika Serikat, Uni Erop, RRT, Jepang, dan India diperkirakan akan mengalami perlambatan ekonomi. Selain membuka akses pasar non tradisional Ditjen KPI juga akan meningkatkan posisi Indonesia pada setiap forum perundingan perdagangan internasional. Dengan meningkatkan posisi dari anggota biasa menjadi koordinator ataupun ketua dalam setiap perundingan secara tidak langsung akan meningkatkan citra Indonesia dalam forum internasional. 5

13 A. Direktorat Kerja Sama Multilateral 1. Pertanian/Agriculture Negosiasi isu pertanian di World Trade Organization (WTO) pada awal Januari 2011 adalah terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) yang membahas masalah Draf Teks ke-5 Pertanian. Pembahasan hal ini telah memasuki tahap konsultasi informal baik plurilateral maupun bilateral. Kemajuan yang telah dicapai dalam rangkaian sidang tersebut adalah adanya indikasi yang kuat dari para anggota untuk terus melakukan konsultasi setelah sidang ini berakhir, baik untuk membahas isu outstanding maupun isu teknis lainnya. Arah pendekatan pembahasan isu teknis dan outstanding ke depan akan lebih diserahkan ke negaranegara key players untuk menyelesaikannya, baik dalam format small groups maupun konsultasi bilateral. Indonesia sendiri masih terlibat aktif melakukan konsultasi bilateral dan plurilateral mengenai isu SSM dengan beberapa negara yang berkepentingan untuk mengamankan ekspor produk pertanian mereka seperti Australia, Selandia Baru, dan Norwegia. Indonesia dalam perundingan bidang pertanian akan membahas dan menyelesaikan seluruh isu pending pertanian, diantaranya adalah technical issues serta beberapa bracketed issues di ketiga pilar Domestic Support, Market Access, dan Export Competition. Indonesia menyatakan kesiapannya untuk terus berpartisipasi dalam pembahasan problem solving atas isu SSM. Pada tahun 2011 Indonesia dapat menyelesaikan dan mengamankan kepentingan nasional dalam beberapa isu diantaranya adalah: a. Penyusunan database level OTDS Indonesia, yang bermanfaat bagi Indonesia dalam hal Domestic Support atau subsidi domestik. b. Penyusunan HS 9 Digit Produk Tropis yang akan diajukan untuk dihapuskan tarif bea masuknya di negara maju. c. Penentuan kisaran angka trigger SSM yang berpedoman pada prinsip posisi defensif dan ofensif. d. Penentuan Sensitive Product (SPs) apabila hanya ditetapkan zero cut hanya sebesar 5% dari total SP Indonesia. e. Simulasi produk-produk sensitif yang akan terpotong tarif bea masuknya berdasarkan pemotongan tarif general tier formula. 6 Laporan Tahunan 2011

14 2. Non Pertanian/ Non Agriculutural Market Access (NAMA) Sidang NAMA yang dilaksanakan pada tanggal Maret 2011 membahas sejumlah dokumen baru dan pertemuan informal Product Basket Approach dalam rangka inisiatif sektoral. Adapun proposalproposalnya adalah sebagai berikut: Proposal LDCs terkait Rules of Origin (RoO), Proposal Korea terkait standar internasional dan Conformity Assessment Procedures dalam negosiasi NTB produk elektronik, Proposal Israel terkait Request-offer approach dalam negosiasi NAMA, Proposal sejumlah negara terutama Singapura terkait negosiasi sektoral, dan Proposal ACP Group terkait transparansi. Diharapkan negara-negara pengusul usulan dalam proposal tersebut dapat segera melakukan konsultasi. 3. Fasilitasi dan Aturan Perdagangan a. Trade Facilitation Dalam beberapa sidang Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF), selama tahun 2011 mencatat telah diadakan pertemuan informal, bilateral, dan plurilateral NGTF. Tujuan dari pertemuan informal ini adalah konsolidasi melalui konsultasi intensif di antara anggota WTO untuk men-stream linedraft text. Pertemuan informal ini disebut dengan nama Facilitator Led Informal Consultation yakni anggota WTO yang bertindak sebagai fasilitator mengoordinasikan pertemuan informal ini bertempat di Sekretariat WTO maupun di mission. b. Negotiating Group on Rules (NG on Rules) Untuk mengantisipasi agar posisi RI atas Draft Consolidated Text Trade Facilitation dapat terakomodir dengan baik, maka RI telah melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dan akan segera menyusun written comment berisi masukan, tanggapan dan posisi runding RI atas Draft Consolidated Text revisi ke 7 dan Draft proposed text guna mengamankan kepentingan RI pada perundingan dimaksud. Manfaat dari hal tersebut adalah untuk mempermudah masuknya barang ekspor di negara mitra dagang dengan menciptakan sistem transparansi proses administrasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan ekspor. Sidang NG on Rules sampai saat ini masih membahas beberapa isu utama, antara lain seperti zeroing, circumvention, dan product underconsideration. Untuk isu ini,indonesia pada dasarnya keberatan dengan penerapan zeroing dalam menentukan dumping margin. Karena dengan metode ini akan meningkatkan dumping margin dan dianggap merugikan bagi negara-negara berkembang. Sedangkan untuk fisheries subsidies, Indonesia tengah mempersiapkan proposal baru dengan tetap berbasis pada proposal Indonesia yang lama serta mengakomodir perkembangan perundingan. 4. Hak Kekayaan Intelektual, Investasi Lingkungan dan Isu Baru a. Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (Trips) Pada tahun 2011, sebagaimana telah diagendakan secara reguler, TRIPS Council telah menyelenggarakan sidang sebanyak 3 (tiga) kali. Dalam setiap sidang TRIPS Council, Indonesia turut menyuarakan kepentingan mayoritas negara berkembang khususnya terkait isu Geographical 7

15 b. Trade and Environment c. Trade and Development Indications (GI) dan TRIPS - Convention on Biological Diversity (CBD). Pada bulan April 2011, Indonesia bersama beberapa negara berkembang lainnya sepakat untuk mengusulkan proposal terkait dengan amandemen Article 29 TRIPS Agreement. Melalui usulan amandemen ini diharapkan nantinya TRIPS Agreement dapat memfasilitasi pencegahan penyalahgunaan Sumber Daya Genetik (SDG) dan pemberian paten yang tidak tepat serta meningkatkan transparansi dalam pemanfaatan SDG. Hal ini merupakan salah satu kepentingan diplomasi Indonesia yang saling melengkapi dengan perjuangan di berbagai fora lain. Untuk sidang Committee on Trade and Environment (CTE) membahas mengenai beberapa submission baru,yaitu: 1) Proposal draft text memenuhi mandat perundingan para 31 (i) dan (ii) yang diajukan oleh delegasi US; 2) Simulasi mengenai penurunan tarif terhadap environmental goods yang disampaikan oleh delegasi China; dan 3) Proposal outcome on Paragraph 31 (iii) yang diajukan oleh delegasi Singapura dan Meksiko. Selain itu pada tanggal 22 Maret 2011, Indonesia dan Amerika Serikat telah melakukan bilateral meeting untuk membahas proposal Amerika Serikat mengenai Paragraf 31 (i) dan 31 (ii) terkait dengan dimasukkannya Sanitary and Phytosanitary Agreement dalam preambul. Selain itu juga mengenai concern Indonesia terhadap AS yang menginginkan perlunya share domestic experience. Diharapkan pembahasan tidak hanya pada trade data and technical data saja tetapi diperluas juga terhadap Non Tariff Barriers (NTBs) serta cross cutting issue seperti Technical Assistance and Capacity Building misalnya issue technology transfer. Regional Review Meeting on Aid for Trade Asia Pacific berlangsung pada tanggal 14 Juni 2011 di Jakarta. Pertemuan ini bertujuan untuk mengambil pelajaran dan membagi pengalaman positif dari skema aid for trade sebagai complementary Doha Development Agenda terhadap liberalisasi perdagangan dan pertumbuhan ekonomi khususnya negaranegara Asia Pasifik, efektivitasnya saat ini, dan tantangannya di masa yang akan datang. Dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-8 WTO pada tanggal Desember 2011 dilaksanakan Working Sessions untuk membahastrade and Development. Pentingnya pembangunan baik dalam konteks perundingan DDA dan perdagangan maupun kegiatan WTO secara umum. Sebagai contoh, pentingnya Aid for Trade dan perannya dalam perdagangan ke dalam strategi pembangunan nasional, serta kebutuhan pendanaan perdagangan dan peningkatan Committe on Trade and Development. Dalam hal ini para menteri juga menekankan bahwa untuk mencapai tingkat pembangunan yang ideal, hambatan non-tarif seperti standar teknis dan keamanan perlu dihapuskan untuk meningkatkan ekspor Least Developed Countries (LDCs). Akses pasar duty free quota free telah diberikan oleh sebagian negara maju dan dalam hal ini perlu diikuti oleh negara berkembang yang lebih mampu. 8 Laporan Tahunan 2011

16 5. Ketentuan Perdagangan dan Notifikasi Terkait Dispute Settlement Body (DSB) Indonesia - AS (Tobacco Act) Proses terakhir yang telah dilaksanakan oleh Indonesia dan Amerika Serikat adalah dengan menyampaikan jawaban atas 2 nd Set of Question from Panel yang dikeluarkan panel pada saat Second Substantive Meeting Panel DSB-WTO terkait sengketa Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act antar Indonesia dan Amerika Serikat pada tanggal 10 Maret Kemudian Panel memberikan beberapa additional question yang harus dijawab oleh kedua belah pihak. Diharapkan dengan terselesaikannya sengketa ini, akses rokok kretek Indonesia ke Amerika Serikat akan tetap terbuka sehingga menghidupkan kembali industri rokok kretek dan petani tembakau Indonesia. B. Direktorat Kerja Sama ASEAN 1. Internal ASEAN a. ASEAN Economic Community 2015 Tahun 2011 ASEAN menggarisbawahi 4 (empat) hal penting yang perlu dipastikan pelaksanaannya dalam rangka mewujudkan AEC 2015 yakni: (i) percepatan implementasi AEC Blueprint; (ii) ASEAN Centrality sebagai prinsip ASEAN dalam membangun regional architecture; (iii) pengembangan ekonomi yang merata di ASEAN; dan (iv) penguatan ASEAN Secretariat dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengawal perkembangan integrasi ekonomi ASEAN. Khusus tahun 2011 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan 2 sidang ASEAN Summit dan 1 sidang tingkat Menteri Ekonomi. Dengan terselenggaranya sidang tersebut maka implementasi ASEAN Economic Community 2015 diharapkan dapat segera terwujud. Untuk Ketua ASEAN di tahun 2012 adalah Cambodia, diharapkan ketua selanjutnya dapat meneruskan semua komitmen yang telah disepakati di tahun

17 b. ASEAN Economic Community (AEC) Scorecard ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) AEC Scorecard merupakan alat yang digunakan oleh ASEAN Secretariat untuk mengukur tingkat implementasi AEC Blueprint pada setiap periode implementasi. Pada tahun 2011 Indonesia ditargetkan oleh ASEAN untuk memenuhi 178 measures pada AEC Scorecard, namun melihat kondisi yang ada maka target yang dapat dipenuhi oleh Indonesia sebanyak 154 measures. Berdasarkan pemenuhan measures tersebut maka terlihat bahwa capaian Ditjen KPI untuk Pemenuhan Asean Economic Community (AEC) Scorecard adalah 64,61% atau 115 measures (as of Desember 2011) dari target yang telah di tetapkan yaitu 87% atau 154 measures, dengan kata lain telah Indonesia telah mencapai 74,24% dari target yang telah di tetapkan sebelumnya. Pemenuhan pelaksanaan AEC Blueprint sesuai target waktu masih menjadi tantangan tersendiri bagi anggota ASEAN, terutama adanya keterlambatan ratifikasi, penyesuaian ketentuan domestik dengan kesepakatan yang dicapai dan hambatan lainnya. ASEAN menegaskan kembali komitmennya untuk melaksanakan AEC Blueprint secara konsisten dan mendorong masing-masing anggota untuk membentuk sistem pemantauan implementasi AEC Blueprint di tingkat nasional, yang nantinya bersinergi dengan mekanisme pemantauan di tingkat regional melalui ASEAN Integration Monitoring Office (AIMO) yang berada di Sekretariat ASEAN. Berkaitan dengan ratifikasi ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA), Indonesia telah meratifikasi ACIA melalui Perpres No. 49/2011 pada tanggal 8 Agustus 2011 dan telah menyampaikan notifikasinya ke ASEAN Secretariat. Sampai saat ini ACIA belum dapat berlaku efektif (enter into force/eif), oleh karena ACIA Reservation List belum disahkan oleh ASEAN Investment Area (AIA) Council. Sekretaris Jenderal ASEAN akan segera menyampaikan surat kepada para Menteri AIA Council untuk mendapatkan persetujuan secara ad-referendum atas ACIA Reservation List. Diharapkan final endorsement dapat dilakukan pada saat AEM Retreat bulan Februari 2012 sehingga ACIA dapat berlaku efektif sebelum KTT ASEAN ke-20 pada bulan April Dewan AIA juga mensahkan Modalitas Penghapusan/Perbaikan Hambatan Investasi ( Modality for the Elimination/Improvement of Investment Restrictions and Impediments ) pada pertemuan CCI ke 52 bulan Februari AIA Council juga mencatat perkembangan yang telah dicapai dalam 10 Laporan Tahunan 2011

18 2. ASEAN Mitra a. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) b. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), c. ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), d. ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) meliberalisasikan investasi yang diatur dalam AIA Agreement yakni sektor maupun sub-sektor yang berada di dalam Temporary Exclusion List (TEL). Semua negara ASEAN telah menghapuskan sektor dan subsektor TEL sesuai dengan jadwal yang disepakati, yaitu tahun ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China bertujuan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerja sama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para Pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China. Dalam perdagangan Indonesia - China, pemanfaatan preferensi tarif oleh kedua pihak cukup tinggi dan perdagangan antara kedua pihak terus ditingkatkan. Indonesia dan Jepang saat ini sedang melakukan proses penyelesaian transposisi HS, sehingga Indonesia dapat segera mengimplementasikan Persetujuan AJCEP. Persetujuan Perdagangan Jasa dan Investasi masih dalam tahap perundingan, dan dijadwalkan akan diselesaikan pada pertemuan AEM Minister for Economy, Trade and Industry (METI) ke- 17 bulan Agustus Negosiasi persetujuan di bidang jasa dan investasi praktis belum dapat diselesaikan karena kedua pihak melakukan pendekatan negosiasi yang berbeda, namun kedua pihak sepakat untuk tetap menyelesaikan negosiasi di kedua bidang ini pada tahun Di sela-sela KTT ASEAN ke-19 telah dilakukan penandatanganan the Second Protocol to Amend the Agreement on Trade in Goods under the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation among the Governments of the Member Countries of the Association of Southeast Asian Nations and the Republic of Korea pada tanggal 16 November 2011 oleh para Menteri Ekonomi ASEAN. Penandatanganan protoko tersebut dilakukan oleh Menteri Perdagangan Korea yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Korea pada tanggal 17 November 2011 di Nusa Dua-Bali, Indonesia. Protokol tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi pemindahan komitmen produk jalur sensitif ke jalur normal dan perubahan Operational Certification Procedures (OCP). Pada KTT ASEAN ke- 19, ASEAN India, pada tanggal November 2011 di Nusa Dua-Bali, Indonesia, Senior Economic Official Meeting (SEOM) mendapatkan updates dari Malaysia sebagai ASEAN Country Coordinator untuk perundingan ASEAN - India FTA. Updates tersebut antara lain mengenai perkembangan negosiasi antara ASEAN dan India di tiga bidang, yaitu: (i) Products Specific Rules (PSR); (ii) Services; dan (iii) Investment. Terkait isu PSRs, ASEAN belum mencapai kesepakatan terkait dengan 40 PSR dan 10 PSR tambahan yang diusulkan oleh India pada pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AITNC) ke-29. Saat ini, Indonesia baru dapat menyetujui 28 dari 40 daftar PSR tersebut, dan mengusulkan 10 PSR tambahan tapi di luar usulan India. 11

19 e. ASEAN-Australia- New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA) f. ASEAN - US Trade and Investment Framework Arrangement (ASEAN-US TIFA) Program/ Kegiatan Perundingan di bidang investasi ASEAN India FTA juga belum dapat difinalisasi, oleh karena sikap India yang selalu bersyarat terhadap posisi ASEAN terkait pendekatan negative list, serta kecenderungan backtracking terhadap isu yang sudah dibahas dan disepakati. Semua anggota ASEAN beserta Australia dan Selandia Baru telah meratifikasi dan mengimplementasikan Trade in Goods ASEAN-Australia and New Zealand. Indonesia telah mengimplemtasikan ANNZFTA sejak tanggal 10 Januari 2012 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK No. 166/PMK.011/2011). Australia dan Selandia Baru sangat concern terhadap isu Economic Cooperation. Kerja sama ekonomi tersebut dilaksanakan dengan Economic Cooperation Support Programme (AECSP) untuk jangka waktu 5 tahun ( ) dengan estimasi biaya AUD Juta. Proyek-proyek kerja sama ekonomi yang didanai selama ini antara lain adalah: (i) in-country training on ROO for Cambodia and Laos; (ii) ASEAN Regional Diagnostics Network on Sanitary and Phytosanitary Measures; (iii) Forum on ASEAN Regional Qualifications Framework to support education services; dan (iv) Workshop on Accession to the WIPO Madrid Protocol. Peluncuran CER-ASEAN Integration Partnership Forum (IPF) telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2011 di Kuala Lumpur, Malaysia. Forum tersebut menginformasikan pengalaman Australian dan Selandia Baru dalam membangun CER dan Single Economic Market kedua negara. Forum ini diharapkan dapat mendorong dilakukannya dialog antara ASEAN dan CER berkaitan dengan isu integrasi ekonomi dan connectivity. ASEAN - US Trade and Investment Framework Arrangement (ASEAN-US TIFA) telah ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN dan United State Trade Representatif (USTR) pada tanggal 25 Agustus 2006 di Kuala Lumpur Malaysia. ASEAN-US TIFA didirikan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. 1) ASEAN-US Work Plan 2010 telah disetujui oleh AEM pada bulan Oktober 2009 di Hua Hin Thailand yang terdiri dari 6 inisiatif dan sudah dilaksanakan. 2) Dua inisiatif baru ASEAN-US Work Plan 2012 yaitu digital connectivity and the health care services sector telah disetujui oleh AEM tanggal 11 Agustus 2011 di Manado dan diadopsi oleh para Pemimpin ASEAN tanggal 18 November 2012 di Bali. 3) Pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty- Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) tanggal Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan beberapa kesepakatan antara lain, yaitu: a) Terkait dengan implementasi ASEAN-US Work Plan Singapura telah ditunjuk menjadi country shepherd dari 2 (dua) inisiatif baru dalam ASEAN - US Work Plan atas rekomendasi Indonesia,. Prioritas akan diberikan pada pelaksanaan program kerja sama yang telah ada dan pada pelaksanaan Digital Dialogue. b) SEOM menyambut baik usulan US untuk menyelenggarakan 12 Laporan Tahunan 2011

20 ASEAN - US Trade and Environment Forum dan mengusulkan agar perwakilan pejabat dari sektor terkait lingkungan seperti pertanian dan kehutanan turut dilibatkan dalam forum tersebut. SEOM sepakat untuk memberikan masukan bagi penyempurnaan konsep usulan penyelenggaraan trade and environment forum tersebut. c) Mengingat jadwal kegiatan beberapa ASEAN Economic Minister (AEM) yang sudah padat, dan menimbang bahwa pada bulan April 2012 sudah terjadwal beberapa kegiatan yang melibatkan AEM (KTT dan road show ke Jepang), maka SEOM mengusulkan agar ASEAN Road Show to the US dapat dijadwalkan pada Kuartal III tahun ini. g. ASEAN Canada Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment telah diadopsi oleh Menteri Perdagangan RI selaku Chair of ASEAN Economic Minister, dan Minister of International Trade and Minister for the Asia-Pacific Gateway of Canada pada tanggal 2 Oktober 2011 di Jakarta, Indonesia. Tujuan dari deklarasi tersebut adalah untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara ASEAN dan Canada, terutama dibidang perdagangan barang dan jasa, kerja sama industri dan investasi. Pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) pada tanggal Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu: (i) Indonesia, selaku Country Coordinator ASEAN- Canada, menyampaikan komitmennya untuk menindaklanjuti Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment dengan menyusun Work Plan dengan focus pada trade in goods, services, industrial cooperation and investment. Philippines mengusulkan adanya kegiatan ASEAN Roadshow to Canada dalam work plan yang difokuskan pada sektor pertambangan, sedangkan Thailand mengusulkan kegiatan ASEAN - Canada Business Summit. h. ASEAN EU Pada pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty- Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) tanggal Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan kesepakatan yaitu: selaku Country Coordinator ASEAN-EU dan Cambodia sebagai tuan rumah, melaporkan rencana penyelenggaraan the 2nd ASEAN-EU Business Summit, dan the 11th AEM-EU Consultations yang akan dilaksanakan mendahului KTT ASEAN ke-20 pada bulan April Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi ASEAN-EU Business Summit (AEBS) yakni promoting bilateral partnership framework towards an ASEAN-EU framework, pertemuan sepakat agar masing-masing Negara menyampaikan perkembangan pembicaraan bilateralnya dengan EU pada pertemuan SEOM yang akan akan datang. Paralel dengan Pertemuan SEOM 1/43 berlangsung pula 1st Workshop of the ASEAN-EU FTA Negotiating Capacity Programme tanggal Januari 2012 yang merupakan bantuan capacity building dari EU. i. ASEAN Russia Pada pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty- Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) tanggal

21 Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan kesepakatan yaitu: selaku Country Coordinator ASEAN-Russia melaporkan bahwa ASEAN - Russia Trade and Investment Cooperation Roadmap belum dapat difinalisasi karena Russia tidak dapat melanjutkan pembahasan bila tidak melibatkan Negara anggota Common Economic Space (CES) lainnya selain Russia, yakni Belarus dan Kazakstan. SEOM sepakat untuk melakukan konsultasi internal, dan agar Sekretariat ASEAN mengecek apakah Belarus dan Kazakstan termasuk di dalam Treaty of Amity yang ditandatangani Russia dan ASEAN. 3. Intra dan Inter Regional IMT GT dan BIMP EAGA adalah Kerja sama Ekonomi Sub-Regional (KESR) yang melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, dan Brunnei Darussalam. Kerja sama IMTGT melibatkan provinsi di Indonesia (Aceh, Bangka- Belitung, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumut, Riau, Sumsel, dan Sumbar. Sedangkan BIMP EAGA melibatkan propinsi Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulut dan Papua. Kerja sama sub regional merupakan kerja sama untuk menindaklanjuti kesepakatan yang sudah dicapai pada tingkat ASEAN. IMTGT memiliki 6 (enam) working group (WG) dan BIMP EAGA memiliki 4 (empat) cluster dan 1 (satu) task force. Prinsip dari kerja sama sub regional adalah private sector driven, dimana private sector merupakan ujung tombak dalam kerja sama sub regional untuk mengimplementasikan perjanjian yang sudah disepakati. Progres sampai saat ini masing-masing WG dan cluster sedang melakukan kegiatan sesuai dengan road map masing IMTGT dan BIMP EAGA. 4. Kerja Sama Bilateral Anggota ASEAN Pertemuan Bilateral to Review the Border Trade Agreement (BTA) 1970 between Indonesia and Malaysia telah berlangsung pada tanggal 8-9 Desember 2011 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertemuan masih berfokus pada pembahasan antara lain: (i) penyamaan persepsi atas prinsip-prinsip dasar pengaturan Perdagangan Lintas Batas (PLB) dan elemen BTA yang pernah dibahas oleh kedua negara pada pertemuan bulan Juli 2009 di Bandung, Indonesia; dan (ii) pembahasan text BTA berdasarkan draft text BTA usulan Indonesia (per 29 November 2011). Hal mendasar yang akan mempengaruhi proses penyelesaian review atas BTA ini adalah status dari Border Crossing Agreement (BCA) 2006 yang belum diratifikasi oleh kedua negara dan berdasarkan ketentuan Pasal XIV ayat 2 dari BCA 2006 telah berakhir sejak Januari C. Direktorat Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya 1. Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Para Menteri APEC menyadari belum adanya kemajuan substantif pasca pertemuan para Pemimpin APEC di Yokohama, dan belum adanya solusi dalam mengatasi perbedaan yang ada sehingga Doha Development Agenda(DDA) sulit terselesaikan pada tahun Para Menteri sepakat untuk menjembatani perbedaan yang ada pada proses penyelesaian DDA secara konkret. Selain itu juga mereka sepakat 14 Laporan Tahunan 2011

22 untuk memanfaatkan momentum ini sehingga dapat memberikan dorongan politik yang diperlukan. Dalam kaitan ini para Menteri menyepakati Statement on the WTO Doha Development Agenda Negotiations and Resisting Protectionism. Para Menteri pun menyepakati the list of next generation trade and investment issues to be addressed in 2011, yang meliputi: (i) Facilitating global supply chains; (ii) Enhancing SMEs participation in global production chains; dan (iii )Promoting Effective, Non-Discriminatory, Market-Driven Innovation Policy. APEC berperan penting sebagai inkubator bagi Free Trade Area of Asia- Pasific (FTAAP) antara lain melalui penentuan, penajaman dan penanganan isu-isu masa depan perdagangan dan investasi yang akan dihadapi. Dengan APEC Supply-Chain Connectivity Action Plan yang disepakati para Leaders di Yokohama tahun 2010, diharapkan dapat membantu pencapaian APEC wide target dalam peningkatan kinerja supply-chain, yaitu penurunan waktu, biaya, dan ketidakpastian pergerakan barang dan jasa di kawasan Asia-Pasifik sebesar 10% pada tahun Para Menteri sepakat untuk melaksanakan kegiatan konkret pada tahun 2011 guna mendukung pencapaian target tahun 2015 di antaranya melalui: 1) Pengembangan rencana dan langkah untuk simplifikasi prosedur pabean, dan pengembangan best practices guna implementasi de minimis values yang lebih luas terkait dengan batas minimal imports value yang dikenakan bea masuk pabean; 2) Peningkatan dan pengembangan penggunaan advance rulings dan pre-arrival processing for shipment; 3) Penyelesaian APEC Authorized Economic Operator (AEO) Best Practices Guidelines dan pengembangan rencana capacity building guna mendukung pelaksanaan guidelines; 4) Meningkatkan kapasitas sub-provider logistik lokal dan regional melalui peningkatan daya saing; dan 5) Pengembangan guidelines yang dapat digunakan oleh otoritas pabean dalam penanganan penyalahgunaan hak atas kekayaan intelektual melalui identifikasi langkah efektif yang dapat digunakan sebagai penegakkan atas hukum hak atas kekayaan intelektual di perbatasan. a. APEC Ministerial Meeting Pertemuan ini diselenggarakan pada tanggal 11 November 2011 di Honolulu, Hawai, Amerika Serikat, dan dihadiri oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Luar Negeri. Format pertemuan terbagi atas dua sesi, yakni Trade Ministers Session dan Non - Trade Ministers Session,di mana masing-masing sesi diselenggarakan secara bersamaan. Pertemuan membahas agenda Support for the Multilateral Trade System dan agenda yang menjadi prioritas APEC tahun 2011, yaitu: Strengthening Regional Economic Integration and Expanding Trade, Promoting Green Growth, dan Advancing Regulatory Convergence 15

23 andcooperation. Ekonomi APEC sepakat mendukung dipercepatnya penyelesaian DDA. Para Menteri menyatakan agar KTM ke-8 tersebut dapat diarahkan pada isu-isu yang dapat disepakati penyelesaiannya. Indonesia menyampaikan beberapa kriteria, yaitu: (i) do-ability ; (ii) elemen pembangunan; (iii) berdampak pada kegiatanperdagangan; dan (iv) menjawab tantangan global. Ditambahkan juga bahwa pembahasan isu-isu tersebut harus dilakukan dalam kerangka penyelesaian perundingan Putaran Doha secara keseluruhan dan seimbang. Agenda ini membahas tiga hal yang merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Para Menteri Perdagangan di BigSky, Montana yaitu: Next Generation on Trade and Investment (NGTI), Supply Chains Connectivity Action Plan, dan Addressing Barriers to SMEs Trade. Agenda NGTI membahas bagaimana memajukan kebijakan inovatif yang berorientasi pasar, efektif dan tidak diskriminatif, serta bagaimana meningkatan partisipasi UKM dalam rantai produksi global. Hal yang mendasar yang menjadi perbedaan pandangan antar ekonomi pada bahasan kebijakan inovatif adalah terkait kewajiban menghilangkan regulasi domestik yang melarang menjadikan lokasi pengembangan atau kepemilikan atas hak atas kekayaan intelektual sebagai preferensi untuk pengadaanbarang/jasa pemerintah. b. APEC Committee on Trade and Investment Committee on Trade and Investment (CTI) telah menyepakati seperangkat guidelines atau pedoman untuk memberikan arah bagi pelaksanaan langkah-langkah menuju pencapaian Bogor Goals pada CTI juga sepakat agar ekonomi APEC menyerahkan Bogor Goals Progress Report pada Individual Action Plans (IAPs) template sederhana yang disepakati saat Senior Officials' Meeting-I yakni pada bulan Februari 2012, dalam rangka mendukung kerja Policy Support Unit guna mempersiapkan laporan singkat untuk di diskusikan pada Senior Officials' Meeting-II pada bulan Juni/Juli c. Market Access Group Ekonomi APEC didorong untuk terus mengeksplorasi ide-ide lebih lanjut tentang bagaimana Market Access Group dapat berkontribusi untuk mendukung sistem perdagangan multilateral, termasuk Information Technology Agreement. APEC Website on Tariff and Rules of Origin telah diluncurkan pada 16 Laporan Tahunan 2011

24 bulan Juni 2010 yang sekarang ini telah terhubung ke semua web portal masing-masing individu terkait informasi mengenai tarif dan Rules of Origin. Indonesia telah mengadopsi serta telah menyediakan portal yang telah terhubung dengan APEC Website on Tariff and Rules of Origin. 2. Organisasi Internasional a. United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) b. the Organization of the Islamic Cooperation Sidang ke-67 UN-ESCAP dilaksanakan pada tanggal Mei 2011 di Bangkok, Thailand. Sidang tersebut terdiri atas Senior Official Meeting (SOM) yang terbagi menjadi dua, yaitu Committee of the whole dan Working Group on Draft Resolution serta Pertemuan Tingkat Tinggi (PTM) dengan tema Beyond the crises: long term perspectives on social protection and development in Asia and the Pacific. Manfaatnya bagi Indonesia adalah setiap negara anggota dapat melihat perkembangan, menyampaikan perubahan kebijakan nasional dan membantu mempertajam isu yang dibahas dalam setiap agenda pertemuan dan mengkaji ulang serta memberikan masukan mengenai berbagai kegiatan UN-ESCAP terutama dalam hal kualitas ketepatan waktu dan kelayakan informasi serta rekomendasi mengenai berbagai isu terkait. Dukungannya terhadap akses pasar non tradisional adalah dengan membuka akses pasar baru di negara non tradisional di 62 negara anggota UN-ESCAP. Pertemuan 27 th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation/ Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dilaksanakan pada tanggal Oktober 2011 di Istanbul, Turki. Terkait upaya peningkatan perdagangan intra-oki, Negara-negara anggota OKI diminta untuk segera menandatangani dan meratifikasi semua agreements kerja sama ekonomi-perdagangan. Terkait dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara OKI melalui investasi, Negaranegara anggota OKI diharapkan dapat membuat regulasi penanaman modal yang dapat memperbaiki iklim investasi dan men-share peraturanperaturan terkait, data dan statistik kepada negara anggota lainnya. Ratifikasi Persetujuan dimaksud, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Indonesia antara lain berupa: 1. terciptanya iklim yang lebih kondusif demi terciptanya transparansi dalam liberalisasi perdagangan dan penanaman modal antar negaranegara anggota OKI; 2. meningkatnya daya saing pelaku usaha nasional dengan negaranegara anggota OKI; 3. meningkatnya kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dengan Negara-negara Anggota OKI lainnya yang berpartisipasi dengan adanya fasilitas pengurangan dan penghapusan tarif, para tarif, dan hambatan non-tarif secara bertahap untuk produk ekspor Indonesia di wilayah negara-negara anggota OKI lainnya; 4. pelaksanaan Persetujuan akan memungkinkan eksportir Indonesia untuk mendapatkan perlakuan tarif khusus untuk produk terpilih di 17

25 c. Development 8 (D 8) pasar negara-negara yang berpartisipasi dan memungkinkan eksportir untuk mendapatkan keunggulan kompetitif atas produk sejenis yang berasal dari negara yang tidak berpartisipasi. Dukungan terhadapa akses pasar non tradisional adalah dengan membuka akses pasar baru di wilayah Asia, Afrika, dan Arab. Developing-8 (D-8) didirikan melalui Deklarasi Istanbul pada Konferensi Tingkat Tinggi Pertama D-8 (KTT D-8 ke-1) pada tanggal 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki. Salah satu kerja sama D-8 terdapat forum kerja sama di bidang pertanian dan dalam pertemuan The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security terdapat lima Working Group, diantaranya: (i) Working Group on Seed Bank; (ii) Working Group on Animal Feed; (iii) Working Group on Fertilizer; (iv) Working Group on Standards and Trade Issues; dan (v) Working Group on Marine and Fisheries. The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security dilaksanakan pada tanggal Mei 2011 di Tehran, Iran. Manfaatnya bagi Indonesia adalah meningkatkan posisi negara berkembang dalam perekonomian dunia, memperluas dan menciptakan peluang baru dalam hubungan perdagangan. Dukungannya terhadap akses pasar non tradisional adalah dengan membuka akses pasar baru di negara non tradisional seperti Iran,Turki, Nigeria, Bangladesh, Mesir.Pada WG Animal Feed, atas usul Indonesia, sidang menyepakati bahwa perdagangan antar anggota bukan pada pakan ternak (animal feed) saja namun kepada feedstuff. 3. Organisasi Komoditi a. International Pepper Community (IPC) The 39 th Session and Other Meetings of IPC secara resmi dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan pada tanggal 22 November 2010 di Mataram, Lombok, Indonesia. Sidang dihadiri oleh delegasi dari negaranegara anggota yakni: Brasil, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam sebagai anggota serta Kamboja, dan negara konsumen. Dalam pertemuan tersebut semua negara anggota diminta untuk menyampaikan informasi yang terkait Good Manufacturing Practice (GMP) kepada Sekretariat IPC paling lambat bulan Februari 2012, dan meminta kepada negara-negara pengkonsumsi lada agar menyerahkan daftar bahan kimia dan batas penggunaan residu yang diizinkan. Indonesia menyampaikan telah memiliki data recovery Aflatoxin dengan menggunakan metoda ASTA dan AOAC dan akan disampaikan pada Expert Meeting bulan Maret Selain itu para peserta menyetujui partisipasi laboratorium negara pengimpor harus memenuhi ISO/IECI yang merupakan persyaratan umum dari kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi dan mengaktifkan kembali IPC Committee on Marketing, Common Sales Contract and Arbitration Board, IPC Committee on Research and Development untuk pengembangan industri lada. Manfaatnya bagi Indonesia adalah dapat memahami masalah praktek perdagangan yang akan menguntungkan petani serta masalah yang dihadapi petani lokal seperti harga rendah di tingkat petani dan internasional, penyakit tanaman lada, diseminasi harga lada kepada 18 Laporan Tahunan 2011

26 b. Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) c. Asian and Pacific Coconut Community (APCC) petani melalui short messaging service. Pasar tradisional lada adalah Vietnam dan Malaysia. Taiwan merupakan pasar non tradisional yang telah menempati tujuan ekspor lada. Lada menyumbang devisa negara terbesar keempat untuk komoditas perkebunan setelah minyak sawit, karet, dan kopi. Sidang ke-34 Assembly ANRPC dan sidang terkait lainnya dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 5 November 2011 di Maikou City, Hainan, China. Sidang tersebut menyepakati untuk melaksanakan workshop mengenai model supply karet alam dengan memberdayakan resources dan expertise yang tersedia dinegara anggota. Workshop dimaksud bertujuan untuk membangun consolidated supply model bagi negara produsen karet alam dan rencananya akan dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Thailand. Manfaat yang dapat diambil bagi Indonesia adalah pertukaran informasi secara bulanan dengan adanya ANRPC Monthly Bulletin, pemahaman terhadap supply demand karet melalui workshop supply demand, dan berdialog dengan konsumen utama karet alam. Karet dan produk karet termasuk dalam produk utama dan Indonesia merupakan negara eksportir terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Selain itu akan dibuat video terkait karet alam yang berisikan data-data berupa angka yang menunjukkan pentingnya perkebunan karet alam dalam melindungi lingkungan (green crubber cultivation) dan tayangan mengenai kepemilikan perkebunan karet yang didominasi oleh petani kecil yang akan menyadari masyarakat betapa pentingnya komoditi karet alam sebagai sarana pengentasan kemiskinan dan peran perkebunan karet alam dalam konservasi tanah. The 47 th Asian and Pacific Coconut Community Session/Ministerial Meetingtelah dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 di Bangkok, Thailand. Kesepakatan kerja sama komoditi yang disetujui oleh 14 negara anggota APCC, antara lain menyetujui multi country clinical trials di beberapa negara anggota untuk membuktikan keandalan dan manfaat kesehatan produk-produk olahan kelapa, standar APCC untuk 15 jenis produk kelapa hanya digunakan sebagai referensi, melalui pemilihan secara tertulis. Manfaatnya bagi Indonesia adalah pertukaran informasi dan technology know-how melalui study tour ke Filipina, pelaksanaan training mengenai value-added products dan phytoplasma/wilt disease. Implementasi terhadap proyek untuk mengembangkan produk kelapa yang paling dibutuhkan masyarakat.transfer teknologi melalui workshop dan study tour. Pasar tradisional kelapa adalah negara Malaysia dan Korea Selatan. China merupakan pasar non tradisional yang telah menempati posisi ketiga sebagai tujuan ekspor kelapa. Komoditi Kelapa berada di peringkat kelima sebagai produk ekspor pertanian setelah kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Walaupun produk kelapa belum masuk dalam produk namun memiliki potensi yang besar nantinya. 19

27 d. International Tripartite Rubber Council (ITRC) Special Meeting ITRC yang diinisiasi oleh Thailand dan didukung oleh Malaysia telah dilaksanakan pada tanggal 19 November2011 di Bangkok, Thailand. Special Meeting dimaksud bertujuan untuk membahas faktorfaktor penyebab penurunan harga karet alam yang cukup tajam dan usaha-usaha untuk mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan harga karet alam lebih dalam. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan harga karet alam, berdasarkan pengamatan yang dilakukan anggota Committee on Strategic Market Operation (CSMO), International Rubber Consortium Limited (IRCo), faktor utama yang mempengaruhi adalah krisis utang yang terjadi di Eurozone dan stok karet alam di Qingdao, China yang tercatat sebanyak 200,000 ton. Anggota Board of Director IRCo menambahkan bahwa isu contract default yang banyak dilakukan pengusaha China berperan pula dalam menurunkan harga karet alam. Mempertimbangkan supply-demand karet alam dunia, dapat disimpulkan bahwa fundamental karet alam masih kuat bahkan pasokan cenderung ketat sehingga penurunan cukup signifikan harga karet alam sebesar 26% dalam beberapa bulan terakhir dipandang abnormal dan tidak beralasan mengingat suplai karet alam ketat, tetapi harga semakin turun. Faktor spekulator di pasar berjangka juga menjadi salah satu penyebabnya. e. International Coffee Organization (ICO) Perkembangan isu-isu yang dibahas dalam perundingan organisasi ini antara lain adalah: (i) Total expenditure ICO untuk tahun anggaran 2011/2012 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 7,4% sebagai akibat dari tingkat inflasi rata-rata di Inggris yang mencapai 5%. (ii) Pemerintah Jepang telah mencabut beberapa Mandatory Inspection Order namun Mandatory Inspection Order terhadap Indonesia dan Ethiopia masih diberlakukan. (iii) Indonesia ditawarkan dana sebesar US$ untuk melaksanakan Good Agricultural Practices (GAP) yang salah satu kegiatannya adalah training kepada petani dalam rangka upaya meningkatkan produktivitas kopi di Indonesia. (iv) Tingkat compliance negara produsen lebih rendah dibanding dengan negara konsumen yaitu hanya 68% untuk negara produsen dan 98% untuk negara konsumen. (v) Tarif dan pungutan (tax) di negara eksportir lebih tinggi dimana hal ini dapat menghambat kerja sama Selatan Selatan 20 Laporan Tahunan 2011

28 D. Direktorat Kerja Sama Bilateral 1. Indonesia Amerika Serikat antara negara produsen kopi dan mengurangi ketersediaan pasar bagi kopi. Penurunan tarif dapat meningkatkan konsumsi domestik di negara eksportir dan memajukan industri kopi domestik melalui meningkatnya variasi campuran kopi (blend). Manfaatnya bagi Indonesia adalah petani akan memperoleh pelatihan mengenai GAP apabila dana dari CFC disetujui. Pihak swasta dapat melakukan dialog dengan pihak swasta negara ICO lainnya untuk melobi mengenai non tariff barriers. Pasar tradisional kopi adalah Brazil dan Vietnam. India merupakan pasar non tradisional yang telah menempati posisi ketiga sebagai tujuan ekspor kopi. Kopi dan kopi olahan termasuk dalam produk utama Indonesia merupakan negara eksportir terbesar ke tiga di dunia setelah Vietnam. Indonesia dan Amerika Serikat telah melakukan pertemuan Mid Term Joint Commission (JCM) II RI-AS pada tanggal 9 Mei Pertemuan tersebut membahas perkembangan isu kebijakan perdagangan dan investasi pada kedua negara seperti kerja sama Trans Pacific, industri film, labelisasi untuk berbagai produk, impor daging sapi AS ke Indonesia, dan pemutakhiran daftar negatif investasi. Agenda sidang Working Group on Trade and Investment (WGTI) pada Joint Commission Meeting (JCM) II RI-AS, mencakup: (i) Format Next Trade and Investment Council (TIC) Meeting; (ii) Update on Film Issue; (iii) Update on Negative List Changes in Pharmaceutical Sector; (iv) Product Labeling on Food and Beverages; (v) Update on GSP; (vi) Acknowledgement of Commercial Dialogue, OPIC Conference, and ASEAN Regional Entrepreneurship Summit; (vii) Report on Locomotive Bidding; dan (viii) Task Force on Agriculture Science and Technology Cooperation. Kemudian pada tanggal 14 Juli 2011 telah diselenggarakan preliminary meeting Commercial Dialogue (CD) yang diselenggarakan di Washington D.C. Rapat preliminary. CD dipimpin oleh Under Secretary of Commerce for International Trade. Sedangkan Delri dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional, Kemenko Perekonomian. Adapun tujuan dari preliminary meeting tersebut adalah rencana pembentukan Commercial Dialogue (CD) sebagai pelengkap mekanisme kerja sama yang telah ada seperti TIFA dan WG on Trade and Investment. CD merupakan kerja sama saling menguntungkan yang mengedepankan peran sektor swasta dalam memanfaatkan peluang investasi dan perdagangan antara kedua negara. Format dialog disepakati dalam dua jalur, yaitu pembahasan crosscutting issues dan issue per sektor. Dialog diusulkan untuk berfokus pada beberapa area kerja sama yaitu investment climate, trade expansion, small and medium enterprises, entrepreneurship, clean energy, dan industrial cooperation. Selain itu adapula pertemuan Working Group on Trade and Investment 21

29 (WGTI) pada Joint Commission Meeting II (JCM) RI-AS telah dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 23 Juli 2011 dengan dipimpin bersama oleh Staf Ahli Mendag Bidang Kebijakan Perdagangan dan Kawasan Ekonomi Khusus dan Assistant USTR for Southeast Asia and the Pacific. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia terdiri dari perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, BPOM dan BKPM. Sedangkan pihak AS diwakili oleh Economic Counselor, Commercial Counselor dan Internal Economic Affairs officer dari US Embassy. Pada pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk intensif bekerja sama dengan tujuan memperdalam hubungan perdagangan dan investasi kedua negara. Kedua pihak mencatatkan peningkatan perdagangan Indonesia dan AS dalam setahun terakhir namun sepakat bahwa masih ada ruang gerak dan masih dapat diupayakan terkait peningkatan ekspor dan impor serta kerja sama antara kedua negara. WGTI membahas perkembangan dari berbagai isu terkait perdagangan dan investasi yang menjadi perhatian Indonesia dan Amerika Serikat. Diskusi positif dilaksanakan kedua pihak dengan membahas isu-isu terkait perdagangan dan investasi yang menjadi perhatian, termasuk akses pasar film, Daftar Negatif Investasi (DNI) Indonesia, ketentuan labeling makanan dan minuman, Program General System of Preferences (GSP), proses bidding lokomotif, dan Task Force on Agriculture Science and Technology Cooperation. Kemudian terakhir pada tanggal 19 September 2011 telah dilaksanakan pertemuan Trade and Investment (TIC) XI RI-AS di Washington, D.C. Pertemuan tersebut di pimpin oleh Staf Khusus Bidang Kerja Sama Internasional bersama dengan Assistant USTR for Southeast Asia and The Pacific, dan dihadiri oleh pejabat terkait dari kedua negara. Pertemuan ini membahas isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara sebagaimana tertuang dalam agenda pertemuan. Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain: (i) Kunjungan Presiden AS; dan (ii) Dialog terkait isu perfilman, isu pharmaceuticals, isu alokasi impor daging, isu on-shore data center. 2. Indonesia Australia Sebagai tindak lanjut peluncuran Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia, pada tanggal 2 November 2010 di Jakarta maka pada tanggal 8 Maret 2011 di Sydney, Australia telah dilaksanakan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA. Hal tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan kedua negara bahwa sebelum dimulainya putaran perundingan, kedua negara akan melakukan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA untuk bertukar pikiran mengenai rencana pelaksanaan negosiasi IA-CEPA dan mencari pemahaman bersama tentang dimensi kerja sama ekonomi dalam rangka IA-CEPA. Pada konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA pertama, secara khusus, Wamendag RI menyampaikan ada 4 (empat) clusters sebagai pendekatan dalam economic cooperation yang dapat dilakukan oleh kedua negara yaitu: a. Cluster Pertanian/Agriculture (seperti sektor beef dan dairyproducts) yang meliputi: perdagangan langsung (direct trade), peningkatan 22 Laporan Tahunan 2011

30 kapasitas dengan tujuan untuk memberikan kontribusi bagi terwujudnya kebijakan pertanian Indonesia, pembangunan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar negara ketiga termasuk fasilitasi perdagangan dan investasi sebagai basis produksi; b. Cluster Barang Pertambangan/Extractive Mineral (seperti tembaga dan batu bara) yang mencakup kegiatan perdagangan langsung, praktik pengelolaan sumber daya yang baik (best practice) termasuk tata pemerintahan yang baik, peningkatan kapasitas regulator termasuk pemerintah lokal, mendukung investasi bersama dan inisiatif pengolahan serta penciptaan nilai tambah produk untuk pasar negara ketiga; c. Cluster Green Economy atau Sustanaible Trade (seperti Crude Palm Oil), meliputi kegiatan pengembangan standar dan proses sertifikasi, penelitian untuk mempromosikan clean sectors dan perdagangan ramah lingkungan melalui aktivitas perdagangan dan investasi; dan d. Cluster Jasa (seperti jasa pendidikan, kesehatan, dan perhotelan/pariwisata) yang akan mendukung pengembangan industri-industri jasa kompetitif. Pada tanggal 18 April 2011, telah dilaksanakan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA tahap ke II di Jakarta, Indonesia. Pada kesempatan ini telah disepakati isi Guiding Principles and Modalities of IA-CEPA. Namun, masih terdapat 2 (dua) squarebrackets yang menjadi pending matters. Selain itu, kedua negara sepakat untuk melaksanakan joint outreach untuk mendapatkan masukan/input dari stakeholders. Pada pertemuan ini, pemerintah Australia telah menyatakan persetujuannya terhadap usulan Wamendag RI atas keempat konsep clustering dalam economic cooperation. Hal lain yang patut dicatat dari pertemuan dimaksud ialah kesepakatan kedua negara untuk melibatkan peran serta aktif stakeholders pada proses negosiasi, salah satunya melalui sosialisasi atas perkembangan negosiasi kepada stakeholders. Konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA tahap ke-2 dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara Menteri Perdagangan Indonesia dan Australia yang dilaksanakan rutin setiap tahun yakni Trade Ministers Meeting.The 9 th Indonesia Australia Trade Ministers Meeting (TMM) telah dilaksanakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 20 April TMM ke-9 ini merupakan tindak lanjut dari TMM ke-8 yang telah diadakan pada tanggal 19 Februari 2009 di Sydney, Australia. Tujuan pelaksanaan TMM adalah sebagai forum bilateral bagi kedua negara untuk membahas langkah-langkah yang perlu diambil guna memperkuat kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi kedua negara. Beberapa isu-isu penting yang dibahas, yaitu: (i) Akses pasar buah-buah tropis yang sulit menembus pasar Australia, terkait aturan Sanitary dan Phytosanitary (SPS) Australia; (ii) Holding Order yang dikenakan kepada beberapa produk-produk makanan Indonesia; (iii) Akses pasar Australia ke Indonesia terkait Live Cattle, Boxed Beef dan Offal; dan (iv) Ketentuan mengenai labeling di Indonesia. 23

31 3. Indonesia Brazil Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Brazil telah dilaksanakan pada tanggal 3-4 Oktober 2011 di Jakarta dengan 3 (tiga) Working Group, yaitu: (i) Working Group on Trade and Investment, (ii) Working Group on Agriculture, dan (iii) Working Group on Energy. Ditjen KPI tergabung dalam Working Group on Trade and Investment, hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan dimaksud adalah sebagai berikut: a. Indonesia menawarkan perdagangan produk-produk potensial di luar komoditas yang selama ini telah diekspor ke Brazil, dan saling bekerja sama dan saling bertukar informasi mengenai value-added products kedua negara. b. Indonesia menyampaikan berbagai isu terkait hambatan perdagangan yang selama ini dihadapi Indonesia, diantaranya tuduhan dumping oleh Brazil terhadap beberapa produk Indonesia dan rencana pelarangan penjualan rokok kretek di Brazil. Indonesia mengharapkan agar Brazil dapat meminimalisir dan mengurangi pemberlakuan tuduhan dumping terhadap Indonesia, mengingat bahwa hal tersebut dapat mengganggu keharmonisan hubungan perdagangan kedua negara. Kemudian Brazil berjanji untuk menyampaikan isu terkait kepada Department of Trade Defence (DECOM) yaitu badan yang berwenang menangani urusan pengamanan perdagangan di Brazil dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Indonesia tersebut. c. Memanfaatkan kerja sama antara KADIN dan sektor swasta kedua negara dalam rangka meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara serta bertukar informasi mengenai event-event perdagangan yang berlangsung di kedua negara. d. Perusahaan VALE dari Brazil akan kembali berinvestasi di Indonesia. Terkait hal tersebut, instansi terkait akan berkoordinasi dengan VALE untuk menginformasikan Kebijakan dan Peraturan investasi di Indonesia. e. Indonesia berniat untuk berpartisipasi dalam menyediakan suplai kebutuhan World Cup 2014 dan Olimpiade 2016 yang akan berlangsung di Brazil dan mengundang Indonesia untuk meninjau ke Brazil. 24 Laporan Tahunan 2011

32 Sebagai tindak lanjut dari SKB ke-2, maka pada tanggal 16 November 2011 di Bali, telah dilakukan penandatanganan MoU between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of External Relations of the Federative Republic of Brazil on Enhancing the Promotion of Trade and Investment. Penandatanganan MoU tersebut dalah bentuk komitmen kedua negara untuk lebih mempererat hubungan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi. MoU ini secara umum menegaskan tentang pentingnya peranan Working Group untuk menyukseskan terwujudnya peningkatan promosi perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Brasil. Lebih dari pada itu, penandatanganan MoU ini adalah salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara pasar nontradisional, termasukd engan Brasil yang menjadi mitra dagang utama Indonesia di kawasan Amerika Latin. Di antara yang menjadi program utama Working Group untuk mewujudkan tujuan itu adalah dengan meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi kedua Negara pada tingkat bilateral dan multilateral. Di samping itu adalah memfasilitasi pertukaran informasi dan upaya lainnya yangdibutuhkan oleh sektor publik dan kalangan pengusaha dengan menciptakan iklim bisnis yang kondusif,mengembangkan dan meningkatkan potensi perdagangan dan investasi di masing-masing negara, memfasilitasi diskusi dan pembahasan isu perdagangan dan investasi yang diperlukan oleh stake holder terkait dari kedua negara. 4. Indonesia Canada Negosiasi Foreign Investment Promotion and Protection Agreement (FIPA) IX Indonesia-Kanada diselenggarakan pada tanggal April 2011 di Bandung. Dalam negosiasi tersebut, dilakukan pembahasan to do list dari pertemuan FIPA VIII dan draft agreement sebagai berikut: a. To review the issue of Portfolio Investment. Canada will provide some suggested wording for Indonesia s consideration intersessionally that the FIPA Agreement does not cover Portfolio Investment; b. Indonesia to provide an updated Annex II. Canada will re-submit its Annex II. Both Parties to provide their input intersessionally; c. Canada will provide its competition law; d. Canada will provide comments on Indonesia s tax proposal; e. Canada to give further consideration to the Definition of Central Government; f. Both Parties to review the relationship of the FIPA to the GATS; g. Both Parties to look at the possibility of teleconference or to discuss the Balance of Payments/Temporary Safeguard Measures. Pada tanggal 2 Oktober 2011, Minister for International Trade and Minister for the Asia Pacific Gateway berkunjung ke Indonesia dalam rangka exchange of letters untuk joint declaration/deklarasi bersama perjanjian kerja sama ASEAN Kanada. Deklarasi bersama ini pada intinya memuat kesepakatan antara ASEAN dan Kanada untuk mendorong hubungan perdagangan dan investasi 25

33 kedua pihak dengan cara menyusun program kerja pada waktu yang akan datang. Deklarasi ini bertujuan juga untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa, kerja sama industri, investasi, dan peningkatan UKM, koordinasi dalam forum WTO dan APEC, serta pertukaran informasi peluang perdagangan dan investasi. 5. Indonesia Ecuador Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Ekuador telah dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2011 di Jakarta, dengan hasil pertemuan sebagai berikut: a. Bidang Perdagangan dan Investasi Kedua negara sepakat untuk lebih meningkatkan upaya kerja sama untuk meningkatkan perdagangan antara kedua negara. Indonesia optimis atas prospek perdagangan bilateral kedua negara di masa yang akan datang. Dengan adanya FTA antara Indonesia dan Ekuador diharapkan para pengusaha kedua negara dapat memanfaatkannya. Selain itu akan terdapat kemungkinan pembentukan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang kiranya dapat lebih fokus dan terarah. Selain itu Indonesia juga mengundang Ekuador untuk menghadiri dan mengikuti Trade Expo Indonesia (TEI) yang diadakan setiap tahun di Indonesia. b. Bidang Energi Saat ini Indonesia sedang mengembangkan panas bumi sebagai sumber listrik, yang potensinya mencapai 12 gigawatt listrik. Untuk itu Indonesia mengundang pihak Ekuador untuk berinvestasi di sektor tersebut, mengingat sudah adanya MoU di bidang energi antara Indonesia-Ekuador. c. Bidang Manajemen Bencana Indonesia menawarkan kepada Ekuador kerja sama di bidang teknologi early warning system bencana tsunami, konsep rumah tahan gempa, dan information and technology di bidang manajemen bencana. d. Bidang Komunikasi dan Informatika Oleh karen beberapa tahun lalu telah dijajagi kerja sama antara PT. Telkom dengan Perusahan Telekomunikasi Ekuador, Fondo de Solidaridad dan sempat terhenti. Untuk itu delegasi Indonesia meminta kepastian apakah ada pengganti dari perusahaan tersebut terkait dengan kerja sama dengan PT. Telkom. e. Bidang Budaya dan Pariwisata Diinformasikan bahwa pada tahun 2007 telah ditandatangani MoU kerja sama di bidang budaya dan terdapat juga MoU kerja sama di bidang pariwisata. Sementara MoU mengenai perlindungan cagar budaya yang diajukan Ekuador sedang dalam pembahasan internal oleh instansi terkait di Indonesia. 26 Laporan Tahunan 2011

34 6. Indonesia EFTA Perundingan pertama IE-CEPA berlangsung pada tanggal 31 Januari - 2 Februari 2011 di Jakarta. Perundingan pertama ini merupakan tindak lanjut dari pengumuman bersama pada tanggal 7 Juli 2010 antara Presiden Indonesia dengan Presiden Swiss yang memberikan mandat kepada kedua ketua tim perunding untuk memulai perundingan Indonesia-EFTA Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA). Kedua belah pihak telah membahas framework dan menyepakati dasar-dasar negosiasi, yaitu: (i) prinsip single undertaking, (ii) struktur negosiasi, (iii) waktu dan tempat, (iv) focal point dan contact person, serta (v) hasil negosiasi. Pada perundingan pertama hal yang telah disepakati adalah membentuk 4 (empat) kelompok kerja/working Group(WG), yaitu: trade in goods, trade in service, investment, rules of origin, dan ditambah 1 (satu) discussion group on other issue (intelectual property rights/ipr, cooperation and capacity building, government procurement, dan general provisions). Kemudian pertemuan The 2 nd Round of Negotiation Indonesia-EFTA Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA) dilaksanakan pada tanggal 6-8 Juni 2011 di Jenewa, Swiss. Dalam kelanjutan perundingan ini, isu-isu yang dibahas mencakup 4 WG pada pertemuan pertama dan ditambah 4 WG baru, yaitu: WG on trade in goods, WG on trade in service, WG on rules of origin and customs procedures, WG on investment, WG on intellectual property rights, WG on cooperation for capacity building, WG on government procurement dan WG on general provision. Pada perundingan ini juga telah dilaksanakan konsultasi dengan pihak EFTA untuk membahas isuisu mengenai sustainable development, trade remedies, dan competition. Kemudian diadakan kembali perundingan ketiga IE-CEPA yang berlangsung pada tanggal 1-4 November 2011 di Bali, Indonesia. Berkenaan dengan trade in goods, hubungan antara chapter trade ingoods dengan agreement on agriculture, Indonesia memandang bahwa agreement on agriculture perlu menjadi bagian integral dari chapter trade in goods, sedangkan EFTA memandang agreement on agriculture dilakukan secara terpisah, namun bersama-sama dengan chapter trade in goods keduanya membentuk kerangka dan instrumen IE-CEPA. Terkait penurunan tarif, EFTA menginginkan tarif kedua belah pihak langsung turun seketika IE-CEPA diberlakukan, Indonesia menginginkan penurunan tarif secara bertahap mengingat perbedaan tingkat ekonomi kedua pihak. Terkait trade remedies, Indonesia menginginkan agar klausul trade remedies merujuk kepada WTO, sedangkan EFTA 27

35 menginginkan klausul trade remedies disusun secara khusus mengingat status preferensi IE-CEPA. 7. Indonesia India Pada tanggal 25 Januari 2011 di India, Presiden Indonesia dan Perdana Menteri India sepakat meluncurkan negosiasi Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement(II-CECA), untuk memperkuat kerja sama ekonomi, perdagangan barang dan jasa termasuk investasi. Kedua kepala negara berharap bahwa melalui II-CECA kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan India akan dapat dibangun pada tingkat yang lebih tinggi dan memberi manfaat yang lebih besar dari ASEAN India Free Trade Agreement (AIFTA). Selain itu, pemimpin kedua negara menyepakati Joint Statement: Vision for the India Indonesia New Strategic Partnership over the coming decade. Joint Statement tersebut memuat kemajuan kerja sama yang telah dicapai dalam kerangka kemitraan strategis dan kerja sama yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan yang akan dicapai dalam sepuluh tahun mendatang. Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan kedua negara telah menandatangani Memorandum of Understanding between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of Commerce and Industry of the Republic of India on the Establishment of Biennial Trade Ministers' Forum (BTMF). MoU tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa agar tercapai target nilai total perdagangan sebesar US$ 25 miliar pada tahun BTMF ini merupakan forum bilateral yang akan dilaksanakan setiap dua tahun sekali untuk membicarakan upaya peningkatan hubungan ekonomi dan kerja sama perdagangan kedua negara. Selain pertemuan bilateral, Menteri Perdagangan RI berkesempatan untuk melakukan serangkaian kegiatan lain, yakni: (i) menghadiri business forum; (ii) melakukanpertemuan dengan pengusaha India; (iii) serta menandatangani nota kesepahaman kerja sama bilateral antara kedua Pemerintah dan business forum. Menindaklanjuti peluncuran II-CECA oleh Kepala Negara kedua negara, pada tanggal 11 Agustus 2011, tim inti juru runding II-CECA dari kedua negara telah melaksanakan pertemuan informal guna membahas persiapan dimulainya negosiasi II-CECA. Dalam pertemuan ini disepakati akan diadakan pertemuan lanjutan (konsultasi pra-negosiasi) yang rencananya akan diadakan back to back dengan the 1 st Biennial Trade Ministers Forum. Konsultasi pra-negosiasi telah dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2011 di Jakarta, Indonesia. Pada pertemuan ini, para perunding kedua negara membahas langkah awal yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi perundingan II-CECA. Pertemuan ini telah berhasil menyusun scope and structure of II-CECA dan guiding principles and modalities yang akan digunakan sebagai dasar untuk perundingan II- CECA. Kedua negara juga sepakat untuk mengadakan pertemuan lanjutan untuk menindaklanjuti peluncuran II-CECA pada kesempatan pertama. 28 Laporan Tahunan 2011

36 Setelah pelaksanaan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA yakni pada tanggal 4 Oktober 2011, telah dilaksanakan 1 st Indonesia-IndiaBilateral Trade Ministers Forum (1 st BTMF)di Jakarta, Indonesia. Pertemuan tersebut merupakan implementasi dari kesepakatan kedua Menteri Perdagangan pada bulan January Pertemuan didahului dengan pertemuan pada tingkat Senior Official Meeting (SOM) yang kemudian dilanjutkan dengan Ministerial Meeting. Pada tingkat SOM, kedua pimpinan pertemuan melakukan exchange of views atas sejumlah isu perdagangan yang menjadi concern utama kedua negara, yakni: (i) larangan impor daging sapi dari India; (ii) hambatan non tarif yang dialami produk farmasi India; (iii) hambatan non tarif untuk ekspor biji pinang dan produk makanan Indonesia ke India; serta (iv) struktur tarif India yang kompleks. Pada tingkat Ministerial Meeting, Kedua Menteri menyepakati untuk membentuk dua Working Group; yakni (i) Working Group on Trade and Investment yang melibatkan unsur pemerintah serta pengusaha; dan (ii) Working Group on Trade Facilitation and Resolution yang melibatkan unsur pemerintah. 8. Indonesia Jepang Pertemuan The First Meeting of Working Group under the Subcommittee on Rules of Origin for Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) dilaksanakan pada tanggal Mei 2011 di Tokyo, Jepang. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas transposisi HS 2002 ke HS 2007 pada Product Specific Rules (PSR) di bawah IJ-EPA. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Sub-committee on Rules of Origin di Jakarta pada tanggal 5-6 Agustus Dalam pertemuan tersebut telah didiskusikan transposisi 585 sub-pos tarif, dan terdapat tiga sub-pos tarif yang belum disepakati. Ketiga subpos tarif tersebut akan disepakati secara intersession. 9. Indonesia Korea Selatan Penandatanganan MoU Governing Mutual Administrative Assistance and Cooperation on the Implementation of Origin Certification and Verification of the Agreement on Trade in Goods under AKFTA antara RI- Korea Selatan telah dilaksanakan pada tanggal 11 Februari MoU tersebut bertujuan untuk mencegah dan mengatasi pemalsuan 29

37 certificate of origin (CoO)/Surat Keterangan Asal (SKA) dan pelanggaran lainnya yang mengganggu pelaksanaan perjanjian barang dalam kerangka AKFTA. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan; dan Commissioner of the Korea Customs Service (KCS). Kemudian pada tanggal Mei 2011 telah diselenggarakan Pertemuan Joint Task Force (JTF) RI-Republic of Korea (ROK) ke-3 yang dilakukan dalam format working level dan kemudian disebut dengan the First Meeting of Working Level Task Force (WLTF). Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerja sama Indonesia - Korea antara lain di bidang perdagangan, investasi, industri, infrastruktur, energi, dan lain-lain. Working Level Task Force terdiri dari 7 (tujuh) working group, antara lain adalah: trade and investment; forestry, agriculture and fisheries; energy and mineral resources; infrastructure and construction; defense industry; industry cooperation; dan policy support and financing development. Dalam pertemuan ini, Wakil Menteri Perdagangan menyampaikan bahwa dalam pertemuan kedua Menteri, kedua belah pihak sepakat untuk menetapkan target perdagangan sebesar US$ 40 miliar pada tahun Diharapkan WGTI akan lebih dalam mengkaji hal ini dan kerja sama kedua negara tidak hanya fokus kepada cara meningkatkan nilai perdagangan tapi juga kualitas dari perdagangan tersebut. Indonesia mengharapkan dapat lebih banyak mengekspor barang-barang value added ke Korea dan lebih banyak investasi yang masuk ke Indonesia. Pertemuan pertama Joint Study Group (JSG) telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2011 di Jakarta dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal September 2011 di Seoul, Korea. Pertemuan JSG Indonesia-Korea bertujuan untuk melakukan diskusi dan mempelajari lebih jauh potensi serta hubungan Indonesia dan Korea guna membangun jejaring dan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan serta mengevaluasi kemungkinan dilaksanakannya suatu Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara kedua negara. Kedua pihak telah berhasil menyepakati sebagian besar substansi Draft JSG Report dan merevisi draft tersebut menjadi lebih ringkas, seimbang, dan konsisten. Draft JSG Report rencananya akan diselesaikan pada pertemuan ketiga pada tanggal Oktober 2011 di Jakarta. 30 Laporan Tahunan 2011

38 10. Indonesia Pakistan Pertemuan Trade Negotiating Committee (TNC) ke-7 diselenggarakan pada tanggal Juni 2011 di Islamabad, Pakistan. Pada pertemuan dimaksud Indonesia membawa proposal baru guna memecah kebuntuan pembahasan request list of products dan sekaligus menyelesaikan perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Pakistan. Menanggapi posisi final dari Indonesia, Pakistan tetap pada prinsip proportionality and equitable reciprocity dan belum dapat menerima posisi final Indonesia. Dengan tidak fleksibelnya posisi Pakistan maka perundingan diputuskan untuk ditunda. Indonesia menyampaikan kembali proposal Indonesia dan kepastian akan diberikannya perlakuan 0% tarif sepanjang tahun untuk jeruk Kinnow dengan syarat CPO Indonesia disamakan perlakuan tarifnya dengan CPO Malaysia dan tidak ada lagi penambahan permintaan produk dari pihak Pakistan. Sebagai tindak lanjut TNC ke 7, pada tanggal 16 September 2011, pertemuan TNC ke-8 Indonesia - Pakistan telah dilaksanakan di Jakarta. Pada kesempatan tersebut kedua pihak berhasil mencapai kesepakatan terkait dengan product list Preferential Trade Agreement yang tertuang dalam Draft Preferential Trade Agreement Indonesia-Pakistan. Apabila PTA tersebut berhasil ditandatangani kedua belah pihak maka Indonesia dapat meningkatkan akses pasar ekspor ke Pakistan. 11. Indonesia Papua New Guinea Joint Border Committee (JBC) RI-PNG ke-28 telah dilaksanakan pada tanggal Juni 2011 di Batam, Indonesia. Pertemuan tersebut dibagi ke dalam 2 (dua) sesi pertemuan yakni plennary dan workinggroup/subsidiary organs, yang terdiri atas: Border Liaisons Meeting; Joint Sub Committee on Security Matters relating to Border Areas; Joint Sub Committee on Survey and Demarcation of the Boundary and Mapping of the Border Areas (JTSC-SDM); Sub Committee on Communication; dan Joint Sub Committee on Trade and Investment along the Border Areas. Back to back dengan pertemuan JBC RI-PNG tersebut, telah dilaksanakan pertemuan Joint Sub Committee on Trade and Investment along the Border Areas di mana Kementerian Perdagangan bertindak sebagai focal point sekaligus ketua Working Group. Pertemuan Joint Sub Committee on Trade and Investment along the 31

39 Border Areas menghasilkan kesepakatan bagi kedua negara untuk mempertukarkan draft Terms of Reference (TOR) mengenai pembentukan Sub Committee on Trade and Investment. Sementara itu, hal-hal penting yang dibahas dalam plennary antara lain: (i) Pembukaan Pos Perbatasan Skouw Wutung; (ii) Pembentukan Joint Sub-Committee on Trade and Investment along the Border Areas; MoU pembentukan Joint Sub-Committee on Environment Along the Border Area; (iii) Review Basic Agreement on Border Arrangements RI PNG; (iv) Rencana kerja sama ekonomi pembangunan antara BNPP dengan PNG Border Development Authority; (v) Rencana penyusunan MoU mengenai Transnational Crimes; dan Isu over-the-border flight terhadap penerbangan Indonesia. 12. Indonesia China Pertemuan Komisi Bersama Indonesia China atau Joint Commission Meeting (JCM) merupakan wadah formal bilateral tahunan di bidang ekonomi perdagangan dan investasi yang menindaklanjuti Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh kedua Kepala Negara pada tahun Pada pertemuan Presiden RI dan PM China di Jakarta bulan April 2011, kedua Kepala Pemerintahan telah menyaksikan penandatanganan Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade antara Menteri Perdagangan RI dan China, di mana salah satu isi pentingnya adalah pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation. Agreement tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama dan mempromosikan perkembangan sosial dan ekonomi masing-masing sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku pada masing-masing negara. Pada pertemuan ke-3 Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Indonesia - China tanggal Juli 2011 di Beijing, China telah dibahas draft MoU on External Merchandise Trade Data Exchange. Namun MoU tersebut masih harus melalui proses di Kementerian Luar Negeri masing-masing negara untuk mendapat persetujuan. Kedua belah pihak juga membahas berbagai isu terkait dengan implementasi Agreed Minutes for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation (agreed minutes). 32 Laporan Tahunan 2011

40 Dalam pertemuan ke-3 EWG tersebut, pihak Indonesia mengharapkan pihak China dapat memenuhi komitmen kedua pejabat tinggi negara baik dalam Joint Communique on Further Strengthening China-Indonesia Strategic Partnership maupun Agreed Minutes untuk menciptakan perdagangan yang berimbang dan berkelanjutan. Komitmen tersebut harus didukung oleh semua pihak termasuk level teknis di masingmasing negara. 13. Indonesia Turki Pertemuan ketiga Joint Study Group (JSG) Indonesia-Turki, dilaksanakan pada tanggal Februari 2011 di Ankara, Turki. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas Final Joint Report kedua pihak serta menyusun kesimpulan dan rekomendasi dari JSG Indonesia-Turki dimaksud. Sebelum dilaksanakannya pertemuan, kedua pihak mengadakan pertemuan dengan Directorate General of EU Affairs, Undersecretariat of the PRIME Ministry for For Foreign Trade. Hal-hal penting yang dibahas antara lain: 1) Bahwa JSG dimaksud sesuai dengan komitmen kedua belah pihak akan diselesaikan dalam waktu satu tahun dengan durasi pertemuan sebanyak tiga kali dan dapat menyimpulkan Final Joint Report; 2) Turki telah melakukan Free Trade Agreement (FTA) dengan 17 negara dan beberapa negara seperti Chile dan Yordan akan diimplementasikan pada bulan Maret FTA dengan Malaysia sudah memasuki tahap lanjut dalam perundingan yang diharapkan akan dirampungkan pada akhir 2011; Untuk itu pihak Turki mengharapkan Indonesia menyambut niat Turki untuk menaikkan status hubungan bilateral dengan suatu Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP) yang selanjutnya akan membentuk FTA, dan proses FTA dengan Turki tidak membatasi durasi negosiasi FTA; 3) Pihak Turki menjamin bahwa perundingan FTA bilateral dengan pihak ketiga dapat diluncurkan dengan catatan: (i) tujuan akhir FTA yang bersangkutan adalah sejalan dengan Custom Union Turki Uni Eropa; (ii) dalam hal hubungan segitiga FTA antara negara ketiga di satu pihak dan Turki serta Uni Eropa di lain pihak, masa peralihan dapat berbeda asalkan tetap mengarah ke tujuan yang sama sesuai dengan butir (i) dimaksud. Kedua pihak menyepakati untuk membahas laporan versi terakhir JSG yang sesuai dengan agenda yang telah disepakati. Oleh karena itu, kedua pihak telah berhasil menyelesaikan dengan menyusun laporan akhir yang berjudul Turkey-Indonesia Joint Study Group on The Feasibility of a Comprehensive Trade and Economic Partnership Agreement. 14. Indonesia Uni Eropa Pertemuan Vision Group ke-2 merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama yang telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 di Jakarta yang bertujuan untuk melakukan kajian peningkatan kerja sama bilateral Indonesia-Uni Eropa ke arah kemitraan ekonomi yang lebih bersifat strategis, komprehensif, dan inovatif. 33

41 Pertemuan kedua ini akan memberikan gambaran atas kerangka rekomendasi yang akan difinalisasi pada pertemuan VG-3 di Jakarta. Agenda pertemuan kali ini adalah membahas dan mendiskusikan beberapa isu utama antara lain pengembangan sektor perikanan, iklim investasi, pembangunan infrastruktur, mekanisme komunikasi yang efektif dengan stakeholder, serta diskusi mengenai sektor-sektor yang akan terkena dampak apabila rekomendasi Vision Group akhirnya menuju ke arah peningkatan hubungan bilateral. Pembahasan ini sangat penting guna menyusun rekomendasi sebagai hasil dari Vision Group (tim pakar) yang rencananya akan disampaikan kepada Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dan Komisioner Eropa untuk Perdagangan, pada bulan Mei Di sela-sela pertemuan tersebut Indonesia juga melakukan beberapa kegiatan pendukung sebagai upaya menambah informasi terkait pembentukan kemitraan Indonesia Uni Eropa seperti melaksanakan dialog dengan asosiasi sektoral di Eropa, yaitu tekstil (Euratex) dan kimia (CEFIC), menghadiri diseminasi hasil kajian Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) tentang iklim investasi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Centre of European Policy Studies (CEPS) dengan OECD, dan menghadiri diskusi dengan tema "Putting Indonesia on Your Strategic Map: Investment Opportunities in the Southeast Asia s Most Promising Star Performer" yang diselenggarakan oleh European Institute for Asian Studies (EIAS). Melalui Long Term Vision for Trade and Investment Cooperation kedua negara memiliki forum diskusi yang terbuka dan selalu update terhadap hubungan bilateral kedua negara. Pertemuan Working Group on Trade and Investment (WGTI) Rl - EU ke-4 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2011 di Brussel. Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Selain itu, WGTI juga mengangkat isu-isu spesifik yang terkait dengan akses pasar kedua negara, seperti palm oil, fishery product, cocoa product, daftar negatif investasi, dan peraturan labelling. Kedua pihak sepakat untuk saling memberikan informasi dan menindaklanjuti isu-isu bilateral yang ada dalam tingkat teknis secara regular. Untuk itu, Indonesia menyampaikan perlunya koordinasi dan pertemuan dengan kementerian terkait guna membahas isu-isu yang masih pending dan mencabut isu-isu yang sudah diselesaikan. Kemudian pada tanggal 11November 2011 di Bogor dilakukan pertemuan ke-10 Senior Officials Meeting (SOM) Indonesia - Uni Eropa (UE). Pertemuan ke-10 SOM Indonesia - UE ini merupakanpertemuan terakhir karena untuk pertemuan berikutnya tingkat perundingan akan dinaikkan menjadi Joint Committee yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri kedua belah pihak. Dalam Joint Commission dimaksud juga terdapat Working Group on Trade and Investment (WGTI) yang membawahi tiga Sectoral Working Group (SWG),yaitu: SWG on Sanitary and Phytosanitary, SWG on Industry and Environment, dan SWG on Pharmaceutical and Cosmetics. 34 Laporan Tahunan 2011

42 Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia atas kerja sama ini maka Kementerian Perdagangan telah melaksanakan sosialisasi rekomendasi Vision Group di Medan pada tanggal 4 Agustus 2011, dan telah mengirimkan surat permintaan masukan atas scoping paper Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) RI-UE kepada 62 asosiasi pengusaha dan lembaga pemerintah. Saat ini,ditjen KPI telah menerima respons dari beberapa instansi pemerintahan dan asosiasi pengusaha yang mayoritas merefleksikan kesadaran akan pentingnya suatu kerja sama kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan UE. Masukan dan respons dari para pemangku kepentingan ini akan tercermin dalam counter draftscoping exercise Indonesia yang diharapkan dapat disampaikan pada pertemuan WGTI RI-UE tahun depan. E. Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa 1. Perundingan Jasa WTO Sepanjang tahun 2011, WTO telah menyelenggarakan beberapa sidang dengan membahas isu Implementation of the Modalities for the Special Treatment for Least-Developed Country Members in the Trade in Services Negotiations (LDCs Modalities) dan Review of Progress in Negotiations, Including Pursuant to Paragraph 15 of the Guidelines for Negotiations serta Organization of Future Work. Perundingan akses pasar harus berimbang, memperhatikan elemen pembangunan dan kepentingan kepentingan ekspor negara berkembang seperti mode 4, isu rules, dan domestic regulation. Dan juga harus memperhatikan aspek pembangunan seperti yang tertuang dalam Artikel IV, XIX GATS, dan Annex C Deklarasi Hong Kong. Perundingan domestic regulation perlu memperhatikan prinsip-prinsip right to regulate dan special needs of developing countries. Perkembangan perundingan menunjukkan peningkatan yang pesat pada pertemuan baik plurilateral maupun bilateral, namun beberapa negara menyatakan perundingan plurilateral selain mempunyai manfaat tetapi juga terdapat kelemahan, yaitu tidak diperolehnya penjelasan yang spesifik tentang komitmen yang diberikan oleh negaranegara anggota. Dukungan yang dapat diberikan dalam kerangka WTO adalah terutama 35

43 terkait akses pasar di berbagai sektor jasa, termasuk ketiga komoditi unggulan Indonesia. Sehingga dapat dijaga kepentingan Indonesia untuk sektor jasa yang memiliki sensitifitas yang tinggi, termasuk jasa telekomunikasi dan tenaga kerja. 2. Perundingan Jasa APEC Isu-isu yang dibahas dalam Group on Services (GOS) 3 ini dikelompokkan ke dalam 3 topik utama, yakni: (i) Completed Projects; (ii) Updates on current Group on Services Activities; dan (iii) New work Group on Services program. Melalui kerja sama ini diharapkan adanya share of views/experiences dan capacity buildings yang diharapkan dapat berguna bagi government officials serta stakeholders terkait dan terakomodasinya kepentingan Indonesia di sub fora APEC GOS. Dukungannya terhadap akses pasar non tradisional adalah dengan berpartisipasi dalam berbagai pertemuan dan meningkatkan capacity building. Dukungan sidang ini terhadap ketiga komoditi unggulan bidang jasa tersebut adalah secara umum dapat menjaga dan mengawal kepentingan Indonesia di APEC. 3. Perundingan Jasa ASEAN ASEAN India Isu utama yang menjadi fokus pembahasan pada pertemuan ASEAN CCS adalah pemenuhan komitmen AFAS 8, penentuan mekanisme penerapan fleksibilitas, dan pembahasan Movement of Natural Persons Agreement. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) ke-66 telah diselenggarakan pada tanggal September 2011 di Singapura. Manfaat dari pertemuan tersebut dapat mengetahui dan mempelajari tingkat liberalisasi jasa pada masing-masing sektor, di negara anggota ASEAN lainnya, terutama mengenai jasa ketenagakerjaan (jasa profesional). Dukungan terhadap jasa ketenagakerjaan dilakukan melalui pembahasan implementasi MRA di jasa engineering dan arsitek, serta 5 jasa profesional lainnya (land surveying, akuntansi, medical, dental dan nursing) dan setara dengan standar yang disesuaikan oleh ASEAN. Terkait dengan tenaga kerja perlu membuka akses pasar dibidang jasa bagi tenaga kerja profesional Indonesia, tidak hanya low skill tetapi high skill. MRA bertujuan untuk saling mengakui standar jasa profesional di ASEAN. Kemudian, dukungan atas teknologi informasi dilakukan melalui ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), dengan road map yang ada, negara anggota ASEAN diminta untuk memberikan offer mereka di sektor jasa yang salah satunya adanya teknologi informasi (computer related services dan telekomunikasi) yaitu dengan membuka akses pasar di sektor tersebut. Perundingan di bidang services, India masih meminta anggota ASEAN untuk meningkatkan offer-nya setara dengan AANZFTA khususnya di Mode 4 dari sub sektor yang menjadi kepentingan India (CRS, Construction and Related Engineering, Environmental Consultancy Services, Other Business Services, dan Research and Development and Professionals Services), dan sebagai imbalannya India akan memberikan Single MFN Offer kepada seluruh negara anggota ASEAN. 36 Laporan Tahunan 2011

44 4. Perundingan Jasa Bilateral a. Forum IE CEPA Pada perundingan ketiga, Kedua pihak melakukan pertukaran paper terkait isu Movement of Natural Person. Selain itu kedua pihak juga saling mempresentasikan kepentingan dan posisi masing-masing di bidang maritim, turisme, financial dan kesehatan. Terdapat kemungkinan untuk melakukan pertukaran request pada perundingan selanjutnya. Tindak Lanjut Kedua pihak akan meninjau posisi masing-masing dalam definitions of natural and juridical persons dan artikel emergency safeguard measures serta denial of benefits. Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti antara lain: Indonesia akan mempertimbangan usulan flexibility EFTA dalam chapter trade in services. Indonesia akan menyediakan (1) daftar profesi dan contoh dari perjanjian MRA, (2) amandemen pada draft annex MNP dengan mengintegrasikan non- paper usulan Indonesia. EFTA akan menyampaikan (1) proposal dalam artikel domestic regulation, (2) informasi mengenai mekanisme dalam annex tourism and travel services, dan (3) informasi mengenai kualifikasi dalam mode 4. 37

45 III. KEGIATAN PENUNJANG Secara umum Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional melaksanakan sebagian tugas-tugas Ditjen KPI untuk menunjang pelaksanaan urusan perencanaan, hukum dan pelaporan, urusan keuangan, serta pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga dan tata usaha serta kearsipan sehingga tercipta sinergi antara unit teknis yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal dalam melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal. A. Bagian Program dan Kerja Sama 39

46 1. Program Ditjen KPI tahun No Program 2011 (Rp) 2012 (Rp) % 1. Peningkatan kerja sama perdagangan internasional Total pagu Tahun 2011 Ditjen KPI memperoleh pagu sebesar Rp ,- dikarenakan ada penghematan anggaran Kementerian Lembaga sebesar 10% maka anggaran Ditjen KPI Rp dengan realisasi sebesar Rp atau 89.98%. 2. Dokumen Perencanaan Dokumen perencanaan yang disusun oleh Ditjen KPI pada tahun 2011 adalah sebanyak 3 (tiga) dokumen yaitu Penetapan atau Kontrak Kinerja Tahun 2011, Rencana Kerja/Kinerja Tahun 2012, dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun Dokumen perencanaan yang disusun telah sesuai dengan target sehingga capaian adalah 100%. Indikator ini merupakan indikator baru yang dicantumkan pada lampiran 1 Rencana Strategis Ditjen KPI Tahun setelah restrukturisasi organisasi untuk mendukung penerapan penganggaran berbasis kinerja. Tiap kegiatan memerlukan indikator kinerja yang dapat diukur sehingga indikator dan target kinerja kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur akuntabilitas kinerja suatu unit kerja dalam hal ini Sekretaris Ditjen KPI bertanggung jawab untuk menyusun dokumen perencanaan baik tahunan maupun lima tahunan. Nilai sementara evaluasi aspek perencanaan pada LAK Ditjen KPI Tahun 2010 yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal adalah dari 45 menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki pada dokumen perencanaan tahun berikutnya terutama keselarasan antara Rencana Kerja/Kinerja dengan Penetapan/Kontrak Kinerja dan Dokumentasi bahwa sosialisasi dokumen perencanaan telah dilakukan. Untuk itu, pada tahun 2011 telah dilakukan penyelarasan pada dokumen Rencana Strategis Ditjen KPI Tahun setelah restrukturisasi organisasi, Rencana Kerja/Kinerja, Penetapan/Kontrak Kinerja, dan Rencana Kerja dan Anggaran. Dokumen perencanaan disusun berdasarkan masukan dari seluruh unit eselon II Ditjen KPI dan dirumuskan kembali untuk kemudian ditetapkan dan diketahui oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Penetapan Kinerja Ditjen KPI Tahun 2011 merupakan komitmen pejabat Ditjen KPI untuk mencapai kinerja yang akan dicapai sesuai dengan yang ditetapkan. Penetapan atau Kontrak Kinerja Tahun 2011 disusun berdasarkan Rencana Strategis Ditjen KPI Tahun setelah Restrukturisasi Organisasi dan 40 Laporan Tahunan 2011

47 mengacu pada Rencana Kerja/Kinerja Tahun Dokumen Penetapan Kinerja ditanda-tangani oleh pimpinan masing masing unit dan disosialisasikan kepada pegawai Ditjen KPI. Penetapan kinerja tahun 2011 anggaran belum dipisahkan per indikator kinerja karena ada indikator yang saling mendukung. Namun untuk penetapan/kotrak kinerja tahun 2012 disepakati untuk membagi anggaran per indikator dimana dilakukan pemilihan komponen yang paling mendukung atau dominan mendukung indikator tersebut meskipun komponen tersebut juga mendukung indikator lainnya. Rencana Kerja/Kinerja Ditjen KPI Tahun 2012 yang disusun menggunakan anggaran tahun 2011 memberikan gambaran mengenai program, kegiatan, indikator kinerja dan target kinerja dari program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh Ditjen KPI pada tahun anggaran Dokumen Rencana Kerja/Kinerja tersebut disusun berdasarkan indikator dan target kinerja yang dicantumkan pada Rencana Strategis Ditjen KPI setelah Restrukturisasi Organisasi. Rencana Kerja dan Anggaran Ditjen KPI Tahun 2012 yang disusun menggunakan anggaran tahun 2011 dibuat berdasarkan Rencana Kerja/Kinerja Tahun 2012 dan arahan Pimpinan Kementerian Perdagangan. Komponen komponen pada Rencana Kerja dan Anggaran disesuaikan dengan indikator kinerja kegiatan sehingga dapat terlihat korelasi antara dokumen Rencana Kerja dan Anggaran dengan Rencana Kerja/Kinerja. Penyesuaian anggaran pada Rencana Kerja dan Anggaran dilakukan karena Surat Kementerian Luar Negeri ke Kementerian Perdagangan yang menyatakan bahwa persiapan pertemuan APEC harus dianggarkan oleh masing-masing Kementerian terkait. Persiapan rangkaian pertemuan perdagangan APEC Tahun 2013 tersebut. Oleh sebab itu, Rencana Kerja dan Anggaran Ditjen KPI Tahun 2012 mengalami peningkatan anggaran dibandingkan dengan anggaran pada Rencana Kerja/Kinerja Tahun memiliki 4 (empat) kegiatan prioritas bidang yang masuk dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011 yaitu (1) Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional; (2) Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral; (3) Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN; dan (4) Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa. Pada umumnya capaian kegiatan prioritas bidang tahun 2011 pada Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional telah memenuhi target dengan rata rata capaian: 1) Kegiatan Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional adalah %; 2) Kegiatan capaian Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan 41

48 3. Koordinasi Perencanaan Program Bilateral %; 3) Kegiatan Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN %; dan 4) Rata rata capaian kegiatan Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa %. Pada Tahun 2012, Sekretariat Ditjen KPI telah melakukan persiapan penyusunan dokumen perencanaan yaitu kegiatan penyusunan bahan trilateral meeting antara Kementerian Perdagangan dengan BAPPENAS dan Kementerian Keuangan dan Rancangan Rencana Kerja Ditjen KPI Tahun Rancangan Rencana Kerja Ditjen KPI Tahun 2013 diharapkan dapat difinalkan pada bulan Maret 2013 sehingga dapat digunakan sebagai bahan trilateral meeting dengan dengan BAPPENAS dan Kementerian Keuangan. Isu yang perlu mendapat perhatian pada tahun 2013 adalah: 1) Pelaksanaan komitmen Indonesia dalam Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC-Blueprint). 2) Pelaksanaan review komitmen Indonesia dalam IJ-EPA yang akan dilaksanakan pada tahun ) Persiapan menghadapi liberalisasi Jasa Logistik dalam Master Plan on ASEAN Connectivity (institutional connectivity) pada tahun ) Keketuaan Indonesia dalam APEC Bagian Program pada tahun 2011 telah melakukan koordinasi Progam dan Koordinasi Implementasi BSC. Koordinasi perencanaan program dengan pemerintah daerah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan perhatian daerah terhadap program kerja sama perdagangan internasional serta apakah Provinsi tersebut melakukan perencanaan dengan memperhatikan perkembangan kerja sama perdagangan internasional. Koordinasi pada tahun 2011 dilakukan antara lain dengan Provinsi Bali, Jawa Tengah, dan Banten. B. Bagian Hukum dan Pelaporan 1. Penyusunan SK dan Telaahan Dokumen a. Penyusunan SK Menteri Perdagangan Nomor: 1001/M-DAG/KEP/10/2011 tentang Pembentukan Kelompok Perunding Perdagangan Internasional dan Sekretariat Tim Nasional untuk Perundingan Perdagangan Internasional (Timnas PPI); b. Penyusunan SK Menteri Perdagangan Nomor 485/M-DAG/KEP/8/2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Bidang Jasa Periode Tahun 2011; c. Penelaahan Dokumen Kesepakatan Perdagangan 42 Laporan Tahunan 2011

49 Internasional dilakukan untuk mereview kembali kesepakatan kerjasama perdagangan internasional yang betul-betul dirasakan manfaatnya bagi pemangku kepentingan; 2. Laporan-laporan Rutin a. Selama tahun 2011 telah tersusun 12 Laporan Bulanan Ditjen KPI (Januari Desember 2011). Laporan tersebut berisikan kegiatan rutin yang dilakukan oleh unit teknis. b. Laporan Triwulanan UKP4 periode tahun 2011 berisikan dari rangkuman hasil-hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional yang telah di sepakati. Hasil kesepakatan tersebut dapat berbentuk Mutual Recognition Arrangement, Agreed Minutes, Chair Report, dan sebagainya; c. Laporan Timnas PPI Semester I Tahun 2011 disusun untuk merangkum kembali posisi runding yang telah disusun oleh unit teknis bersama dengan Kementerian atau Lembaga lain, sehingga anggota Tim Perunding lainnya dapat mengetahui sejarah dari suatu posisi runding terhadap suatu isu perundingan internasional; 3. Monitoring dan Evaluasi a. Electronic Monitoring Laporan Ditjen KPI periode tahun 2011 dilakukan sepanjang tahun, dalam rangka membandingkan antara perencanaan dan pelaksanaan program Ditjen KPI; 4. Workshop dan Pertemuan Teknis b. Pada tahun 2011 kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kerja Sama Perdagangan Internasional dilakukan di 20 Daerah Tk I/TkII, dan 3 (negara) Workshop Penyusunan LAK tahun 2011 dilaksanakan dalam rangka mengarahkan unit teknis untuk membuat laporan akuntabilitas keuangan yang baik dan sesuai dengan arahan Menteri Perdagangan maupun Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 43

50 5. Ruang Publik a. Telah membentuk Tim Jejaring Kehumasan di Lingkungan Ditjen KPI sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang mempunyai tugas untuk menjawab kebutuhan informasi para stakeholder terkait kerja sama perdagangan internasional Indonesia; b. Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional dilaksanakan di 8 (delapan) daerah, dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, serta Kadin Daerah. Kedelapan daerah tersebut adalah Makassar, Manado, Bangka Belitung, Yogyakarta, Padang, Jakarta, Medan, dan Mataram. Sosialisasi ini diselenggarakan untuk mempertemukan stakeholder dengan anggota tim perunding di forum kerja sama perdagangan internasional. C. Bagian Keuangan c. Dalam tahun 2011 telah diterbitkan 5 (buletin) Kerja Sama Perdagangan Internasional. Walaupun sebenarnya dalam Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian dan Lembaga direncanakan sebanyak 6 edisi, dikarenakan pada tahun 2011 SDM Ditjen KPI banyak difokuskan pada penyelenggaraan Keketuan ASEAN 2011 oleh Indonesia; d. Selama tahun 2011 telah diterbitkan 10 Judul Leaflet/Brosur Kerja Sama Perdagangan Internasional. Leaflet/Brosur ini adalah salah satu media untuk mendiseminasikan hasil-hasil kesepakatan perdagangan internasional maupun perkembangan perundingan internasional. 1. Realisasi Anggaran Pada tahun 2011 Ditjen KPI memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp atau naik sebesar 50.25% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2010 dan anggaran tahun 2011 tersebut 44 Laporan Tahunan 2011

51 terserap sebesar Rp atau sebesar 89.78% (data dari SISKA 2011). Berikut rincian realisasi belanja s/d bulan Desember 2011: a. Belanja Pegawai s/d Bulan Desember 2011 Rp atau terserap sebesar 94.13%. b. Belanja barang s/d Bulan Desember 2011 Rp atau terserap sebesar 89.06%. c. Belanja modal s/d Bulan Desember 2011 Rp atau terserap sebesar 83.61%. Sedangkan Pada tahun 2012 Ditjen KPI memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp atau naik sebesar 19.30% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2011, dengan alokasi belanja sebagai berikut: a. Belanja pegawai sebesar Rp b. Belanja barang sebesar Rp c. Belanja modal sebesar Rp Penyusunan laporan keuangan: a. Telah disusun laporan keuangan Ditjen KPI Semester I dan Semester II Tahun Anggaran 2011; b. Telah dilakukan rekonsiliasi data barang milik negara Ditjen KPI dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III, Ditjen Kekayaan Negara, Kemenkeu; c. Telah dilakukan rekonsiliasi internal antara Simak-BMN dan SAK guna mendukung laporan Keuangan Semester I dan II Ditjen KPI Tahun Pertemuan Teknis a. Pertemuan Teknis dalam rangka Konsultasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Sidang-Sidang Internasional di Dalam Negeri pada Ditjen KPI pada tanggal Mei 2011; b. Pertemuan teknis dalam rangka persiapan menghadapi akhir Tahun Anggaran 2011; c. Pertemuan Teknis dalam rangka penyusunan laporan keuangan semester II Ditjen KPI Tahun Workshop a. Workshop keuangan dengan tema Peningkatan Pemahaman Pengelolaan Keuangan Negara pada tanggal Mei 2011 di Bogor; b. Workshop BMN dengan tema Peningkatan Tata Usaha Barang Persediaan dan Barang Milik Negara pada tanggal November 2011 di Bogor; c. Workshop Keuangan dengan tema Mekanisme Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Berpedoman pada Keppres 38 Tahun 1980 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 97/PMK.05/2010 pada tanggal 08 November 2011; d. Inventarisasi dan penelitian/penilaian Barang Milik/kekayaan Negara pada Ditjen KPI, Kemendag; e. Penghapusan BMN pada Ditjen KPI melalui serah terima BMN dari Ditjen KPI kepada Direktorat Pengamanan Perdagangan; f. Penyelenggaraan Pelaporan SIAPP dan SIMAK-BMN tentang Pelatihan aplikasi pelaporan SIAPP pada tanggal Agustus 2011 di Bogor. 45

52 D. Bagian Umum dan Organisasi 1. Personalia disamping mempunyai 6 orang Pejabat Eselon II juga terdapat Pejabat Eselon III sebanyak 28 orang terdiri dari 4 Kepala Bagian dan 24 Kepala Sub Direktorat serta Pejabat eselon IV sebanyak 63 orang terdiri dari 10 Kepala Sub Bagian, 5 Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan 48 Kepala Seksi, sehingga jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Ditjen KPI saat ini termasuk pelaksana berjumlah 217 orang dan CPNS sebanyak 11 orang. Dari keseluruhan jumlah PNS Ditjen KPI tersebut, ada beberapa pegawai Ditjen KPI yang diperbantukan di KADI sebanyak 10 orang, dan di KPPI sebanyak 7 orang. Adapun posisi jabatan di lingkungan Ditjen KPI yang masih belum terisi sampai tanggal 6 Februari 2012, dapat dilihat pada tabel berikut ini: No Unit Eselon Jabatan Jumlah 1 Dit. Kerja Sama III Kasubdit Peningkatan Akses Pasar 1 Multilateral Barang Pertanian IV Kasi Non tarif Non Pertanian 1 2 Dit. Kerja Sama ASEAN III Kasubdit masyarakat Ekonomi 1 3 Dit. Perundingan Perdagangan Jasa IV ASEAN Kasie Jasa Lingkungan dan Jasa Lainnya 1 Adapun Jumlah PNS di lingkungan Ditjen KPI menurut golongan adalah sebagai berikut: NO GOLONGAN JUMLAH KETERANGAN 1 IV 33 2 III II 16 4 I 1 JUMLAH 217 Pada tahun 2012, terdapat sebanyak 6 (enam) pegawai Ditjen KPI yang akan memasuki masa purna tugasnya, dengan rinciannya adalah sebagai berikut: NO NAMA JABATAN PENSIUN BULAN 1. Rachmadi Pelaksana pada Setditjen KPI Februari 2. Dra. Utari Kurnianingsih, M.Si Kasubdit Asia Selatan, Australia dan Pasifik pada Dit. Kerja Sama bilateral April 3. Watono Kaubdit Jasa Kontruksi Pariwisata Rekreasi Budaya dan Olahraga dan Transportasi pada Dit. Perundingan perdagangan Jasa April 46 Laporan Tahunan 2011

53 5. Latifah Muniri, SH, MH Kasubag Hukum pada Setditjen KPI Juli 6. Farida Pelaksana pada Dit. Kerja Sama November Bilateral 7. Dra. Sundari Pudjiastuti, MM Kasubdit jasa pendidikan dan kesehatan pada Dit. Perundingan Perdagangan Jasa Desember 2. Perlengkapan Perlengkapan berupa kendaraan, sarana perkantoran seperti komputer yang ada di lingkungan Ditjen KPI. dapat dilihat pada tabel berikut: No Jenis barang Satuan Jumlah 1 Mobil Unit 21 2 Sepeda motor Unit 14 3 P C unit Buah Note book Buah 89 5 Printer Buah Scanner Buah 11 8 Lemari Penyimpanan Buah 15 9 Meja kerja kayu Buah Kursi besi/metal Buah Perpustakaan WTO Sebagai salah satu sarana untuk mempublikasikan berbagai hal yang terkait dengan perdagangan internasional atau Kerja Sama perdagangan internasional, Ditjen KPI juga mempunyai perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan. Adapun jumlah koleksi buku yang ada pada Perpustakaan WTO berjumlah eksemplar dengan judul buku, dan jumlah pengunjung rata-rata perbulan 25 orang di tahun Setiap tahunnya dilakukan pembelian buku agar buku yang ada pada Perpustakaan WTO mengikuti perkembangan terkini. 4. Reformasi Birokrasi Dalam upaya mendukung reformasi birokrasi yang digadang oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi maka Ditjen KPI telah membuat Standard Operating Procedure untuk mendokumentasikan kegiatan inti Ditjen KPI sendiri. 47

54 IV. STRATEGI TAHUN 2012 Perkembangan perekonomian dunia global mengalami perubahan yang cukup signifikan pada tahun Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang yang telah lama menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia, mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang menurun. Masih terhambatnya kesepakatan perdagangan dalam forum multilateral yang ditandai oleh belum tercapainya kesepakatan Putaran DOHA, membuat Ditjen KPI mengembangkan strategi dan pendekatan baru dalam menyambut tahun Memasuki awal tahun 2012, Ditjen KPI telah menyiapkan beberapa langkah strategis sebagai upaya untuk menyesuaikan programnya dengan kondisi perekonomian di dunia tersebut. Selain itu, Ditjen KPI juga terus mempertahankan program dan kerja sama yang sudah ada dan berusaha meningkatkannya. Fora Multilateral Dalam fora multilateral, setiap negara terikat oleh aturan dan ketentuan yang dalam hal ini diatur oleh WTO. Selama tahun 2011, Indonesia beberapa kali mengalami tuduhan dari negara lain atas kebijakan perdagangannya. Salah satunya adalah tuduhan atas kebijakan Indonesia terhadap rokok kretek dari Amerika Serikat. Ditjen KPI melalui Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa untuk WTO dan Direktorat Multilateral berhasil menangani tuduhan dengan baik dan memenangkan dispute tersebut. Ditjen KPI juga akan meningkatkan peran KADI dan KPPI sebagai instrumen pengamanan perdagangan dalam fora multilateral. Selain itu Direktorat Multilateral akan memanfaatkan secara optimal forum Trade Policy Review (TPR) sebagai sarana untuk mengevaluasi kebijakan multilateral RI dan sekaligus sebagai ajang public relations terkait bidang perdagangan. Fora Regional o Serah terima Keketuaan ASEAN dari Indonesia kepada Cambodia Setelah sukses menjadi tuan rumah dan ketua ASEAN di tahun 2011, Indonesia menyerahkan tongkat estafet keketuaan pada Cambodja. Di tahun 2012 Ditjen KPI akan terus aktif dalam perundingan ASEAN, terutama dalam mengemban misi untuk membantu terwujudnya ASEAN Economic Community Selain itu, ASEAN juga akan terus memperkuat hubungan regional dengan Rusia dan Amerika Serikat dalam forum East Asia Summit, sehingga akses pasar bagi para pengusaha Indonesia akan menjadi lebih besar. Ditjen KPI juga akan terus mensosialisakan lingkup kerja sama ekonomi ASEAN kepada para pengusaha lokal, agar tercipta mindset bahwa ASEAN adalah pasar Indonesia. o Trans Pacific Partnership (TPP) dan Persiapan Menjadi Tuan Rumah APEC 2013 Seperti halnya kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN, kerja sama ekonomi dalam kerangka APEC pun tidak kalah penting, khususnya dalam pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). Dengan bergabungnya Jepang dalam forum TPP akan mempengaruhi pola kerja sama ekonomi Indonesia di forum tersebut. Ditjen KPI akan terus berupaya membawa misi dagang dan ekonomi yang menjadi national interest dalam forum APEC. Momentum Indonesia sebagai tuan rumah APEC pada tahun 2013 akan dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan posisi runding dan citra Indonesia. Dengan menjadi tuan rumah APEC, Indonesia akan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasn Asia Pasifik sebagaimana yang tercantum dalam bogor goals dengan 48

55 tetap memelihara kepentingan nasional. Selain itu, sosialisasi terhadap persiapan menjadi tuan rumah APEC 2013 dan TPP juga diperlukan mengingat masih rendahnya social awareness masyarakat dan pengusaha Indonesia. Fora Bilateral o Pembukaan Kerja Sama yang lebih aktif dengan negara pasar non tradisional Pada tahun 2012, Ditjen KPI berencana melakukan kunjungan kerja dan misi dagang ke beberapa negara pasar non tradisional, diantaranya: Brazil, Argentina, Afrika Selatan dan Nigeria. Pemilihan mitra negara pasar non tradisional tersebut diperkuat oleh fakta bahwa negara-negara dari Amerika Selatan dan Afrika memiliki potensi perekonomian yang besar dan akan terus berkembang. o Mempererat hubungan dagang dengan negara mitra pasar tradisional. Selain menjalin hubungan dagang dan perekonomian baru dengan negara pasar non tradisional, Ditjen KPI juga terus berusaha mempererat hubungan dagang dan ekonomi yang sudah terjalin dengan negara mitra dari pasar tradisional. Sebagai contoh, hubungan dagang dan ekonomi dengan Republik Korea akan dipererat dengan Joint announcement RI-Korea CEPA yang rencananya akan dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan oleh Pemimpin kedua negara pada Maret Perundingan Perdagangan Jasa Dengan adanya pengalihan tanggung jawab terhadap perdagangan jasa dari Kementerian keuangan ke Kementerian Perdagangan pada tahun 2010, Potensi perdagangan jasa sangatlah besar sehingga diperlukan Direktorat tersendiri yang mengurusi perundingan perdagangan jasa. Perdagangan Jasa menjadi terasa lebih penting dalam model kerja sama dagang dan ekonomi komprehensif dimasa mendatang, tidak terlepas pada fora multilateral, regional, dan bilateral. Dalam organisasi ASEAN contohnya, terdapat perundingan AFAS yang mengurusi bidang perdagangan jasa. Sejauh ini AFAS sudah dilaksanakan sebanyak 8 kali. AFAS ke-9 akan dilaksanakan pada rangkaian perundingan ASEAN di tahun Di dalam fora bilateral, pentingnya keterlibatan perdagangan jasa dapat dilihat dari contoh kerja sama dagang dan ekonomi antara Indonesia dan Republik Korea dalam model Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang baru disepakati akhir-akhir ini. Selain itu, perundingan perdagangan jasa di fora multilateral, diatur dalam Generel Agreement on Trade and Services (GATS) yang terus disempurnakan sampai sekarang. 49 Laporan Tahunan 2011

56 KALEIDIOSKOP DITJEN KPI TAHUN 2011 Prep SEOM for JPM Yogyakarta, 8 Maret th ASEAN Summit Jakarta,6 Mei 2011 SEOM 1/42, Jakarta, 20 Januari 2011 Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI. Makassar,18 Maret 2011 APEC MRT Big Sky, 20 Mei Januari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni Bilateral Indonesia Swedia. Jakarta, 8 Februari 2011 WEF for East Asia Jakarta, 12 Juni 2011 The 17 th ASEAN Economic Ministers Retreat, Vientiene 26 Februari 2011 The 9 th Indonesia Australia TMM. Jakarta, 20 April 2011 Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI, Pangkal Pinang, 21 Juni 2011 Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI, Yogyakarta, 28 Juni 2011

57 Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI Padang, 11 Juli th Session & Meetings of International Pepper Community, Lombok, 22 November 2011 Special Meeting SEOM Jakarta, 20 September 2011 The Trade Negotiating Committee (TNC) ke-7 Indonesia Pakistan. Jakarta, 16 September 2011 APEC Ministerial Meeting (AMM) ke-23. Honolulu, 11 November 2011 ASEAN Regional Entrepreneurship Summit. Nusa Dua, 22 Juli Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember Pertemuan pertama BTMF Indonesia-India. Jakarta, 4 Oktober 2011 Pertemuan Timnas PPI Jakarta, 28 November 2011 ASEAN Economic Ministerial Meeting. Manado, Agustus 2011 KTM WTO ke 8 Jenewa, 14 Desember 2011 Bilateral Indonesia Kanada Jakarta, 2 Oktober 2011 Laporan Tahunan 2011 ITRC Ministerial Meeting. Nusa Dua Bali, 12 Desember 2011

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax: DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : A Dosen : Huala Adolf,

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM 1. Forum Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation-APEC) dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan gagasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI

Lebih terperinci

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION JENEWA, 21 22 MARET 2011 BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI KE

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG PENGENAAN TARIF BEA MASUK DALAM SKEMA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGA) DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 527/MPP/KEP/7/2002 TANGGAL 5 JULI 2002 TENTANG TATA KERJA TIM NASIONAL WTO DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PERUNDING UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN 50. Daftar Isi

DAFTAR ISI LAMPIRAN 50. Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Gambar ii Daftar Tabel iii Daftar Lampiran iv Kata Pengantar v BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Kondisi Umum 1 1.2 Pemasalahan dan Tantangan 6 BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Lebih terperinci

: Institute Of Southeast Asian Studies

: Institute Of Southeast Asian Studies BOOK REVIEW Judul : ASEAN: Life After the Charter Editor : S. Tiwari Penerbit : Institute Of Southeast Asian Studies Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 186 halaman Tahun penerbitan : 2010 Pembuat resensi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa Menteri Perdagangan melalui surat Nomor: 330/M- DAG/SD/4/2016 tanggal 14 April 2016 hal Permohonan Perubahan Peraturan Menter

2016, No c. bahwa Menteri Perdagangan melalui surat Nomor: 330/M- DAG/SD/4/2016 tanggal 14 April 2016 hal Permohonan Perubahan Peraturan Menter No.773, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Tarif. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/PMK.010/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) Latar Belakang The Asia-Pacific Parliamentarians' Conference on Environment and Development (APPCED) didirikan oleh Parlemen

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia No.92, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Republik Rakyat Tiongkok. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 TENTANG SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 A. Pendahuluan Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN LETTER OF UNDERSTANDING FOR THE AMENDMENT OF THE PRODUCT SPECIFIC RULES SET OUT IN APPENDIX 2 OF ANNEX 3 OF THE AGREEMENT ON

Lebih terperinci

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional As of 31 /01/2012 OUTLINE I. Outlook Dan Sasaran Strategis Rencana Aksi 2012 II. Fokus Pembangunan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta Maret 2011 DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUSMARDI BUSTAMI

KATA PENGANTAR. dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta Maret 2011 DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUSMARDI BUSTAMI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Laporan Tahunan Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional Tahun 2010 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI DAFTAR INFORMASI PUBLIK. Bagian Pembuat Informasi. Bagian Pengelolaan PHLN dan Atani

DAFTAR INFORMASI PUBLIK BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI DAFTAR INFORMASI PUBLIK. Bagian Pembuat Informasi. Bagian Pengelolaan PHLN dan Atani DAFTAR INFORMASI PUBLIK BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI DAFTAR INFORMASI PUBLIK No. Ringkasan Waktu dan Tempat Pembuatan 1. CF-SKR Biro KLN, Januari- 2. Perencanaan dan Koordinasi PHLN Biro KLN,Jakarta, Januari

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Puket,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1034, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Sistem Sertifikasi Mandiri. Percontohan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/8/2013

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEMITRAAN EKONOMI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR GAMBAR... 8

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR GAMBAR... 8 DITERBITKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 48 / IV / 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI......... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF......... 4 DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

Prof. Dr. Rina Oktaviani Guru Besar FEM-IPB International Trade and Policy Studies- IPB. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

Prof. Dr. Rina Oktaviani Guru Besar FEM-IPB International Trade and Policy Studies- IPB. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Prof. Dr. Rina Oktaviani Guru Besar FEM-IPB International Trade and Policy Studies- IPB Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Perundingan Pertanian Indonesia Di Forum WTO (Pasca Bali)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA-PACIFIC ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan

Lebih terperinci

SALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

SALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum SALINAN t,',?s r. *, J.Tnt ", r, o UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTPCO' AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANUATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan

Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ASISTEN DEPUTI KERJASAMA EKONOMI EGIONAL DAN SUB-REGIONAL PADA APEC WORKSHOP Penerapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang

Lebih terperinci

IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT

IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT Kurniawan, SE ASBTRAK Skema FTA pada dasarnya ditujukan untuk pengaturan penurunan dan/atau penghapusan tarif bea masuk, sebagai wujud dari berkembangnya liberalisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

S E L A Y A N G P A N D A N G ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA)

S E L A Y A N G P A N D A N G ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA) S E L A Y A N G P A N D A N G ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA) Pendahuluan ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) dulunya bernama ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO). Proses kelahirannya

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997 Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997 TENTANG KETENTUAN DAN TATACARA PERMOHONAN FASILITAS

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS Nama Drs. Djauhari Oratmangun Tempat dan Tanggal Lahir Beo - Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gambaran Umum G20 Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Latar Belakang Faktor utama terbentuknya G20 Ketergantungan antar negara semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa RI N G K ASA N KEG IATA N TPSA SEPTEMBER 2016 CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek TPSA menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG. Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan

PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG. Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan ERA GLOBALISASI Konsumen harus mampu membuat pilihan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang 1. Neraca perdagangan Jepang dengan Dunia periode Januari-Agustus 2015 tercatat

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK KAJIAN SINGKAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN CARTAGENA PROTOCOL ON BIOSAFETY TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN

Lebih terperinci