DAFTAR ISI LAMPIRAN 50. Daftar Isi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI LAMPIRAN 50. Daftar Isi"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Gambar ii Daftar Tabel iii Daftar Lampiran iv Kata Pengantar v BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Umum Pemasalahan dan Tantangan 6 BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi Misi Tujuan Sasaran 18 BAB 3 STRATEGI DAN KEBIJAKAN Strategi dan Arah Kebijakan Kementerian Perdagangan Strategi dan Kebijakan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional 24 BAB 4 PENUTUP 49 LAMPIRAN 50 i

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Keterkaitan antara Tujuan Kementerian Perdagangan 18 dengan Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Gambar 2.2 Keterkaitan antara Tujuan dengan Sasaran Direktorat 21 Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Gambar 3.1 Alur Kerja Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan 24 Internasional Gambar 3.2 Struktur Organisasi Lama 43 Gambar 3.3 Struktur Organisasi Baru 44 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1-1 Negosiasi dan Kesepakatan Multilateral, Regional dan Bilateral yang telah dicapai 3 Tabel 2-1 Target Peningkatan Hasil Perundingan 19 Tabel 2-2 Target Pemenuhan AEC Scorecard 19 Tabel 2-3 Target kesepakatan yang diratifikasi 19 Tabel 2-4 Target Partisipasi Perundingan Perdagangan 20 Internasional Tabel 2-5 Target Pengamanan Kebijakan Perdagangan Nasional di 20 Forum Internasional Tabel 2-6 Target Konsultasi publik/sosialisasi dan publikasi Kerja 20 Sama perdagangan internasional Tabel 2-7 Target Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis 21 iii

5 DAFTAR LAMPIRAN Formulir 1 Target Pembangunan Tahun Formulir 2 Alokasi Anggaran Baseline Tahun iv

6 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun merupakan acuan utama dalam melaksanakan program peningkatan kerja sama perdagangan internasional selama dalam mendukung pencapaian Rencana Strategis Pembangunan Perdagangan guna pembangunan daya saing ekonomi bangsa. Siring dengan semangat reformasi birokrasi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah melakukan penajaman tugas dan fungsi sehingga menyusun Rencana Strategis baru ini sesuai dengan restrukturisasi organisasi. Dalam menyusun rencana strategis ini, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional berpedoman pada RPJMN yang telah dielaborasi dalam Rencana Strategis Pembangunan Perdagangan , dan secara aktif berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan sehingga dapat dihasilkan sebuah rencana strategis yang transparan, terpadu, dan dapat diimplementasikan, serta sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang yang telah dikembangkan oleh pemerintah. Kerja Sama Perdagangan Internasional periode difokuskan untuk mendukung salah satu misi utama kementerian Perdagangan yaitu meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas melalui Trade Diplomacy. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional memiliki 1 (satu) kegiatan prioritas nasional lainnya bidang perekonomian yaitu Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional. Selain itu, dalam rangka mendukung fokus prioritas nasional, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional juga memiliki 4 (empat) kegiatan prioritas bidang yaitu Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral, Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN, Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa, serta Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini tidak akan terwujud tanpa dukungan seluruh pemangku kepentingan yang terkait; oleh karena itu Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional akan senantiasa melakukan koordinasi secara aktif dengan seluruh pihak terkait sehingga program peningkatan kerja sama perdagangan internasional dapat dilaksanakan dengan optimal. Akhir kata, semoga Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional tahun dapat bermanfaat bagi seluruh pihak terutama dalam mendukung tercapainya peningkatan kinerja ekspor non migas secara berkualaitas yang akhirnya diharapkan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat. Jakarta, Desember 2010 Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Gusmardi Bustami v

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan pembangunan perdagangan nasional sepanjang , diawali dari kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia, turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam negeri Indonesia. Untuk menjawab setiap tantangan yang dihadapi dan mengambil kesempatan atas potensi yang dimiliki, maka pencapaian kondisi perdagangan Indonesia yang diharapkan di masa mendatang, adalah: a. Peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional yang semakin kuat, yang didukung oleh sinergi lintas sektor, SDM yang berintegritas dan memiliki pengetahuan yang baik tentang international trade laws. Diharapkan manfaat liberalisasi perdagangan dapat dipetik secara optimum, yang terefleksi antara lain dengan meningkatnya penyelesaian masalah-masalah perdagangan internasional dan meningkatnya akses pasar. b. Peran sistem logistik dan saluran distribusi yang semakin berkembang dan meningkat, serta didorong oleh meningkatnya penggunaan teknologi elektronik, transportasi yang memadai, dan meningkatnya indeks kepercayaan berusaha di semua lini perdagangan dan perekonomian. c. Sistem hukum perdagangan dan law enforcement lahir dan berkembang secara positif mengikuti kecepatan dinamika bisnis, menopang eksistensi usaha, memberi kepastian usaha serta memperkuat kredibilitas kebijakan perekonomian. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

8 1.1.1 Peran Sektor Perdagangan Dalam Perekonomian Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung sektor lainnya. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, dan stabilisasi harga serta sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang perdagangan. Secara kuantitas, pentingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Nilai tambah sektor perdagangan selama periode menunjukkan peningkatan positif dari tahun ke tahun yaitu Rp. 293,9 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 363,3 Triliun pada tahun Peranan sektor perdagangan dalam PDB nasional masih tetap tinggi, yaitu 14% dari PDB nasional Pentingnya peran sektor perdagangan juga terlihat dari banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor ini. Jumlah tenaga kerja sektor perdagangan pada tahun 2008 sebanyak 17,1 juta jiwa, nomor dua setelah sektor pertanian. Jumlah tersebut meningkat 3,64 persen dari tahun sebelumnya. Jika digabung dengan hotel dan restoran, dimana terdapat transaksi perdagangan di dalamnya, maka jumlah tenaga kerja berjumlah 21,2 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,26 persen. Upaya Kementerian Perdagangan untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan menengah. Sementara itu, tenaga kerja di bidang perdagangan lebih didominasi pada Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

9 perdagangan eceran di pertokoan, warung, eceran tradisional, eceran modern, kecuali mobil dan motor. Dengan peningkatan sinergi dan koordinasi, maka 70% tenaga kerja sektor perdagangan yang terisi oleh usaha informal dapat ditingkatkan statusnya. Selain itu, integrasi strategis dengan segmen komunitas ekonomi kreatif diyakini akan membuka peluang kesempatan kerja yang signifikan Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Perdagangan Peran perdagangan dalam perekonomian dunia diperkuat dengan Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional. Peran Indonesia semakin penting dalam percaturan internasional. Hal ini disebabkan, selain karena Indonesia merupakan pasar yang besar dan tetap tumbuh positif di tengah krisis global, juga peran sentral Indonesia dalam diplomasi baik di forum multilateral maupun regional. Peran sentral ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan melalui kerja sama perdagangan dan investasi. Dalam rangka meningkatkan akses pasar, dilakukan multitrack strategy di fora multilateral, regional, dan bilateral. Melalui multitrack strategy ini, Indonesia telah berhasil memperkuat perannya di berbagai fora internasional, baik di forum WTO melalui G-20, G-33, dan NAMA 11, di forum ASEAN, ASEAN Mitra dan Sub Regional ASEAN serta forum Bilateral. Beberapa capaian utama diplomasi perdagangan periode ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 1.1 Negosiasi dan Kesepakatan Multilateral, Regional dan Bilateral yang telah dicapai: Forum Multilateral Negosiasi dan Kesepakatan Negosiasi Doha Development Agenda (DDA) Dalam perundingan liberalisasi Produk Pertanian (Agriculture), Indonesia sebagai koordinator G-33 berhasil menggalang kesatuan sikap seluruh anggota G-33 untuk secara konsisten Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

10 Forum Regional Negosiasi dan Kesepakatan mempertahankan posisinya dalam mengusulkan penghapusan/ pengurangan subsidi domestik, subsidi ekspor, penurunan tarif di negara maju serta penghapusan tariff produk-produk tropis, dengan tetap melindungi kepentingan petani di negara berkembang melalui konsep Special Products (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM). Konsep SP dan SSM dimaksudkan untuk mengecualikan produk-produk pertanian tertentu dari komitmen pengurangan tariff serta menetapkan Kebijakan mekanisme perlindungan petani dalam negeri pabila terjadi lonjakan impor. Konsep ini telah berhasil dimasukkan sebagai salah satu modalitas di pilar akses pasar perundingan di bidang pertanian. Dalam perundingan liberalisasi akses pasar produk nonpertanian (Non Agriculture Market Access-NAMA), Indonesia bersama kelompok NAMA 11 berupaya menurunkan tarif peak, tarif eskalasi barang industri di negara maju yang merupakan kepentingan produk eskpor negara-negara berkembang seperti Tekstil dan Produk Tekstil, dan Alas Kaki. Disamping itu telah diakui modalitas bagi negara berkembang untuk mengecualikan sebagian produknya dari komitmen pengurangan tarif serta tetap diperbolehkannya un-bound tarif. Dalam perundingan liberalisasi akses pasar jasa, Indonesia telah mengambil bagian dalam Ministerial Signaling Conference yang bertujuan untuk memperoleh kejelasan mengenai rencana offer negara-negara anggota dalam rangka komitmen liberalisasi perdagangan sektor jasa dalam Schedule of Commitment. Selain itu, juga telah disampaikan request Indonesia terkait Mode 4 kepada 9 negara mitra dagang. Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam penyusunan Disciplines on Domestic Regulations yang merupakan salah satu mandat dalam penyelesaian Putaran Doha. Dalam perundingan memperbaiki berbagai aturan perdagangan (Rules) dalam persetujuan WTO, Indonesia aktif memberikan kontribusi dalam proses menyempurnakan aturan perdagangan yang menyangkut Antidumping dan Subsidi Perikanan. ASEAN: Untuk mewujudkan AEC 2015 di bidang ekonomi, ASEAN sepakat untuk mengimplementasikan ASEAN Economic Community Blueprint, yang ditandatangani pada tahun 2007 dan diimplementasikan mulai tahun 2008 yang memuat berbagai agreements, protocols, MoUs dan MRAs di bidang perdagangan barang (ATIGA), jasa (AFAS), investasi (ACIA) dan lain lain. ASEAN Mitra: Disahkannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN- Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

11 Forum Negosiasi dan Kesepakatan Japan Comprehensive Economic Partnership Agreement (AJCEP), ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA), ASEAN India Free Trade Agreement (AIFTA), ASEAN-US Trade and Investment Framework Arrangement (TIFA) dan Draft ASEAN- Canada TIFA, sementara masih berlangsung perundingan ASEAN dengan India dan Jepang di bidang jasa dan investasi. Selain itu telah diselesaikan pula kajian mengenai East Asia Free Trade Agreement (EAS-EAFTA) dan Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA), penyelenggaraan East Asia Summit dan forum ASEAN + 3, pembicaraan penjajagan dengan the Southern Common Market (MERCOSUR) dan the Gulf Cooperation Council (GCC), penyelenggaraan Asia Europe Meeting (ASEM), perundingan ASEAN EU FTA (dihentikan sementara sejak tahun 2009) dan penyelenggaraan Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC). Sub-Regional :Penyelenggaraan KTT Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMTGT), dan KTT Brunei-Indonesia-Malaysia- Philippines East Asian Growth (BIMP-EGA) Bilateral APEC: Berbagai kesepakatan yang meskipun tidak mengikat secara hukum (legally binding) namun perlu diikuti/dilaksanakan Indonesia. Diantaranya adalah Supply-chain Conectivity Frameworks Environmental Goods and Services Work Programme, APEC Principles on Trade in Services, dan lain lain. JSG Indonesia Tunisia, Indonesia Turki, Indonesia UE, Indonesia Mesir, Indonesia Maroko, Indonesia Aljazair, Indonesia UAE. JSG Indonesia-Australia, Indonesia-India, dan Indonesia-EFTA telah selesai dan menghasilkan rekomendasi pembentukan ke arah FTA antara Indonesia dengan negara-negara mitra dimaksud. Konsultasi pra-negosiasi Indonesia EFTA Comprehensive Partnership Agreement, Indonesia Australia CEPA, Indonesia Pakistan, Indonesia Iran, Indonesia India dan Indonesia Chile. IJEPA, perjanjian bilateral FTA pertama bagi Indonesia. Implementasi IJEPA dibidang: Liberalisasi perdagangan dan investasi dengan menghapus/ mengurangi hambatan perdagangan (bea masuk) dan investasi (perbaikan dan kepastian hukum); Fasilitasi perdagangan dan investasi mencakup kerja sama standarisasi, bea cukai, pelabuhan dan jasa perdagangan. Upaya bersama memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan kepercayaan investor/ pebisnis Jepang; Capacity building yang merupakan mekanisme kerja sama peningkatan daya saing produsen Indonesia. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

12 1.2. Permasalahan dan Tantangan Permasalahan Sektor perdagangan dalam melaksanakan perannya di bidang perekonomian nasional menghadapi beberapa permasalahan sebagai tantangan yang perlu ditanggapi dan ditindaklanjuti. Permasalahan perdagangan internasional muncul dari lingkungan eksternal dan internal. Permasalahan eksternal mencakup antara lain tindakan atau kebijakan negara mitra dagang yang menghambat akses pasar ekspor Indonesia, adanya peningkatan penerapan hambatan non-tarif lainnya; serta meningkatnya blok-blok kerja sama pasar bebas. Adapun masalah perdagangan internasional yang muncul dari lingkungan internal mencakup antara lain kurang tersosialisainya hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional di kalangan para pembuat kebijakan nasional dan belum memadainya jumlah sumber daya manusia yang mampu mengamankan kebijakan nasional di bidang investasi dan perdagangan. Selain itu, pemanfaatan hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional oleh dunia usaha juga dirasakan belum optimal. Akses dan pengamanan pasar luar negeri masih terkendala oleh beberapa aspek seperti stagnannya Doha-Round WTO, kapasitas kelembagaan pengamanan perdagangan luar negeri yang belum memadai, kecenderungan negara-negara menerapkan tindakan nontarif, dan permasalahan - permasalahan spesifik lainnya sesuai forum masingmasing antara lain: a. Stagnasi Doha-Round WTO Stagnasi Doha-Round WTO terutama ditandai adanya masih terdapatnya perbedaan di beberapa isu pokok dan bersifat politis di tiga isu perundingan utama yaitu: (1) Pertanian ; (2) Non Pertanian (Non- Agricultural Market Access); dan (3) Jasa (Services), utamanya terkait dengan isu penerapan prinsip Less than full reciprocity bagi Negara Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

13 berkembang. Selain itu terdapat beberapa isu lainnya seperti: rules, trade facilitation, trade and environment, trade related intelectual properties dan trade and development yang dianggap belum cukup untuk menampung kepentingan negara berkembang. Masih terdapatnya perbedaan posisi antara negara maju dan negara berkembang di hampir setiap isu perundingan, sangat menyulitkan untuk dapat segera menyepakati seluruh modalitas perundingan, karena prinsip penyelesaiaan seluruh isu putaran Doha berisfat single undertaking. Indonesia berkepentingan di semua isu. Secara khusus untuk bidang pertanian, Indonesia memperjuangkan terbentuknya Special Product (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM) di forum WTO. Isu SP dan SSM tersebut berkaitan langsung dengan pengentasan kemiskinan, pembangunan pedesaan, dan ketahanan pangan bagi bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menyusun aturan tentang Special Products (SP) dan Special Safegaurds Mechanism (SSM) agar kepentingan petani Indonesia terlindungi dari serbuan impor produk pertanian dari negara mitra dagang. Selain itu, bersama-sama dengan Negara lainnya Indonesia juga memperjuangkan penurunan subsidi domestik dan penghapusan subsidi ekspor, serta pembukaan akses pasar produk-produk ekspor Negara berkembang di pasar Negara maju. Proses Penyelesaian Putaran Doha Development Agenda WTO ini merupakan masalah yang harus ditangani secara optimal. b. Kecenderungan Peningkatan Hambatan Non-tarif Selain itu, permasalahan yang masih dan akan dihadapi oleh produk Indonesia di pasar global adalah kecenderungan negara-negara meningkatkan hambatan nontarif seiring dengan menurunnya hambatan tarif dan kecenderungan semakin banyaknya tuduhan dumping, subsidi dan safeguards dari negara mitra dagang akibat dari krisis global di bidang ekonomi. Aspek kualitas dan standar produk Indonesia, terutama Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

14 yang terkait dengan isu lingkungan dan kesehatan, merupakan hambatan nontarif yang sering dihadapi terutama untuk produk pertanian dan perikanan. Sebagai bagian upaya dari penetrasi ekspor terutama pada pasar nontradisional, maka pemanfataan berbagai skema perdagangan seperti imbal dagang sebagai alternatif pola perdagangan perlu lebih dioptimalkan. c. Peningkatan Integrasi Ekonomi ASEAN, ASEAN - Mitra dan Sub- Regional Perekonomian Negara-negara Anggota ASEAN sesungguhnya tidak bersifat complementer. Oleh sebab itu, implementasi penuh CEPT-AFTA mulai 1 Januari 2010 justru semakin meningkatkan persaingan di antara sesama Negara Anggota ASEAN. Persaingan di kawasan ini juga semakin meningkat dengan diimplementasikannya kesepakatan FTA antara ASEAN dengan negara Mitra ASEAN. Kondisi ini pada akhirnya akan mengarah pada proses regional division of labour dimana negara anggota yang paling efisien dalam memproduksi suatu barang akan mengungguli pesaingnya sesama anggota ASEAN. Dalam konteks ini maka peningkatan daya saing dan kapasitas nasional merupakan kunci untuk dapat memenangkan persaingan tidak saja dalam lingkup intra-asean tetapi juga dengan negara Mitra ASEAN. Sementara itu, permasalahan juga dihadapi dalam pengembangan kerjasama sub-regional BIMP-EAGA dan IMT-GT, terutama dengan lemahnya koordinasi antara Pusat dan Daerah, antar Pemerintah Daerah serta antara Pemerintah dan dunia usaha. Permasalahan lain yang cukup mendasar sifatnya adalah kurangnya komitmen untuk mengimplementasikan berbagai kesepakatan internal dan eksternal ASEAN serta subregional antara lain untuk menyesuaikan berbagai kebijakan dan peraturan yang ada dengan kesepakatankesepakatan yang telah dicapai. Koordinasi kebijakan dan implementasinya di Tanah Air juga merupakan masalah tersendiri karena berpengaruh langsung pada tingkat daya saing perekonomian nasional yang relatif lemah saat ini dibanding beberapa negara anggota ASEAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

15 d. Permasalahan pada Kerja Sama Perdagangan Bilateral Kerja sama perdagangan bilateral lazimnya dilaksanakan antara dua Negara yang mempunyai hubungan diplomatic untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara, ke dua pihak tersebut menandatangai suatu persetujuan atau Agreement yang nantinya akan menjadi payung bagi semua bentuk kerjasama bilateral. Dalam menjalin kerja sama bilateral, Indonesia perlu memperhatikan potensi dan keadaan perekonomian dari Negara mitra dagang tersebut. Dalam rangka peningkatan akses pasar ke Negara mitra dagangan perlu adanya klasifikasi Negara mitra dagang menjadi tiga bagian yaitu: Pasar tradisional, Pasar Nontradisional, Pasar Alternatif. Namun demikian, dalam melakukan kerjasama perdagangan bilateral dengan negara mitra masih terdapat kendala dan permasalahan yang dihadapi yaitu masalah internal dan eksternal dalam perdagangan bilateral. Permasalahan internal antara lain adalah a) infrastruktur yang belum memadai; b) ketenagakerjaan yang belum terpecahkan; c) masalah penyelundupan dan kepastian hukum; d) belum berkembangnya industri pendukung yang kompetitif; e) kurangnya nilai tambah bagi produk SDA; f) kurang bersaingnya mutu produk Indonesia; g) regulasi domestik yang masih menghambat iklim usaha dan berpotensi mendorong high cost economy; h) rendahnya daya saing beberapa produk Industri Kecil dan Menengah (IKM); i) ketergantungan impor bahan baku bagi industri tekstil dan produk tekstil; dan j) eksportir yang merasa kurang dihargai. Permasalahan eksternal antara lain adalah a) persaingan global yang semakin tajam terutama dengan China, Vietnam, Malaysia dan Thailand; b) hambatan non tarif (non tariff barrier) semakin meningkat diterapkan oleh negara-negara maju; c) munculnya blok-blok perdagangan dunia oleh negara- negara maju seperti AFTA, NAFTA, APEC, MEE yang cenderung lebih bersifat proteksionisme. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

16 e. Permasalahan pada kerja sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Permasalahan kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan dan investasi, di kawasan Asia-Pasifik pada fora Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) semakin mengarah pada usaha meningkatkan komitmen untuk mengarahkan APEC menjadi fora yang bersifat binding dan mandatory melalui usulan kawasan perdagangan bebas Asia-Pasifik (Free Trade Area on the Asia-Pacific FTAAP) dan kesepakatan kerja sama ekonomi Trans-Pasifik (Trans Pacific Strategic Economic Partnership Agreement TPP). Arah pembahasan ini untuk sementara masih belum dapat diterima dimana penyelesaian tujuan APEC yang terdapat dalam Bogor Goals yaitu untuk mencapai perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di kawasan Asia-Pasifik masih terus berlanjut, antara lain penialaian pencapaian bagi ekonomi berkembang di tahun 2020, dan pekerjaan rumah bagi ekonomi maju pasca penilaian di tahun Selain itu, kebijakan perdagangan Indonesia yang berfokus pada upaya penyelesaian perundingan putaran Doha di fora WTO masih menjadi prioritas Indonesia dalam pelaksanaan kerja sama perdagangan. Selain pengarahan APEC menjadi fora yang bersifat binding dan mandatory, pembahasan-pembahasan kerja sama perdagangan di APEC di bidang akses dan fasilitasi perdagangan dan investasi yang tercermin antara lain melalui proposal-proposal inisiatif, guidelines, program kerja, dan sebagainya cenderung mengarah kepada pembukaan akses pasar bagi ekonomi maju, sementara agenda peningkatkan kapasitas dan kekuatan bagi ekonomi berkembang dalam menyikapi terbukanya pasar domestic maupun upaya peningkatan akses pasar relative bersifat umum dan tidak spesifik. Selain kerja sama ekonomi di tingkat regional seperti APEC, dilakukan pula kerja sama ekonomi melalui organisasi komoditi internasional. Kerja sama komoditi, secara umum bertujuan untuk meningkatkan kerja sama Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

17 antar produsen seperti pada Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), Asian and Pacific Coconut Community (APCC), International Pepper Community (IPC), International Tripartite Rubber Council (ITRC) atau antar produsen dan konsumen seperti International Coffee Organization (ICO), International Cocoa Organization (ICCO), dalam hal budidaya, pemasaran dan bantuan teknis yang semuanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup petani. Fungsi organisasi komoditi internasional tetap diarahkan untuk menstabilkan harga komoditi dan keseimbangan supply-demand. Kerja sama komoditi dibahas dalam pertemuan tahunan maupun pertemuan komite-komite. Melalui organisasi komoditi internasional tersebut, setiap Negara dapat mengajukan proposal-proposal yang dapat mengarah pada kemudahan akses pasar, bantuan teknis dalam budidaya atau penanganan produksi serta asistensi terkait penyediaan dan pengolahan data. Diperlukan inisiatif dari Negara anggota untuk dapat mengajukan dan memperjuangkan agar proposal-proposal tersebut dapat disetujui dan diimplementasikan. Disamping itu, mengingat dalam kerja sama komoditi penyediaan data sangat penting untuk menjaga keseimbangan supply-demand dan stabilitas harga maka perlu ditata kembali konsistensi dan validitas data komoditi Indonesia Tantangan Kerja sama perdagangan Internasional di Indonesia menghadapi tantangan terkait dengan lingkungan eksternal berupa kondisi makro perekonomian internasional yang secara langsung berpengaruh terhadap jalannya perundingan. Untuk periode , Diplomasi perdagangan akan dititikberatkan pada Negara Brazil, Rusia, India, dan RRT. Isu lingkungan juga perlu ditangani dengan diplomasi perdagangan yang baik mengingat hal tersebut akan menjadi pertimbangan kebijakan impor dunia. Tantangan internal lima tahun ke depan adalah penanganan perundingan perdagangan internasional. Konsolidasi penyusunan posisi runding dalam TIMNAS PPI perlu mendapat perhatian khusus terutama penyusunan data Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

18 base kepentingan nasional sesuai dengan yang diemban oleh masing masing instansi. Di bidang implementasi kesepakatan kerja sama perdagangan internasional terdapat tantangan pengamanan kebijakan terkait bidang perdagangan yang diterbitkan oleh Instansi selain Kementerian Perdagangan. Berdasarkan pengalaman tahun tahun sebelumnya, tantangan berat yang harus dihadapi oleh Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah pengamanan kebijakan nasional terkait perdagangan. Isu yang sering menjadi masalah adalah belum adanya komitmen kuat instansi terkait untuk menjadikan kesepakatan persetujuan perdagangan sebagai rujukan pembuatan kebijakan terkait bidang perdagangan. Selain itu, masing masing forum akan memiliki tantangan spesifik antara lain: a. Pemanfaatan Integrasi Ekonomi ASEAN, ASEAN - Mitra dan Sub- Regional Perkembangan kerja sama dalam lingkup ASEAN, ASEAN Mitra dan subregional menuntut kemampuan Indonesia tidak saja untuk ikut membentuk arah kerja sama di dalam forum-forum tersebut, tetapi juga memetik manfaat yang sebesar-besarnya dari kerja sama dimaksud bagi sebesar-besarnya kepentingan Indonesia. Hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa kerja sama dalam forum ASEAN, ASEAN-Mitra dan subreginal tidak terjadi dalam sebuah vacuum tetapi secara dinamik dipengaruhi oleh lingkungan strategisnya. Pengembangan East Asian Summit dengan bergabungnya Amerika Serikat dan Rusia, pembahasan pembentukan Free Trade Area of the Asia-Pacific, serta perkembangan Pacific Four Strategic Economic Partnership atau P4 menuju Trans Pacific Strategic Economic Partnership atau TPP, merupakan beberapa contoh dari tingginya dinamika kerja sama ekonomi dan perdagangan di kawasan ini. Indonesia perlu memanfaatkan momentum pertumbuhan kerja sama regional ini secara maksimal. Hal ini dapat diwujudkan apabila berbagai permasalahan di Tanah Air dapat diperbaiki terutama dengan memperbaiki koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

19 sejalan dengan proses integrasi ekonomi regional. Koordinasi kebijakan juga sangat diperlukan dalam konteks perumusan posisi runding agar Indonesia dapat menentukan tidak saja posisi defensive tetapi juga posisi offensive yang dapat semakin membuka akses pasar Indonesia di ASEAN dan negara mitra ASEAN. b. Tantangan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Pembahasan APEC menjadi fora yang bersifat binding dan mandatory dan pembahasan-pembahasan kerja sama yang mengarah kepada pembukaan akses pasar serta peningkatan kapasitas dan asistensi teknis yang bersifat umum, merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan memaksimalkan peran diplomasi perdagangan guna menjaga kepentingan Indonesia. Pembahasan-pembahasan konektifitas, perdagangan barang dan jasa terkait lingkungan, hambatan non tariff, dan fasilitasi perdagangan yang mencakup behind, at, dan across the border, perlu dikawal dengan baik sehingga tidak keluar dari koridor kerja sama APEC dan sesuai dengan arah kebijakan pemerintah Indonesia. Selain itu, tantangan yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah pertemuan penyelenggaraan APEC tahun 2013di Indonesia. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pencitraan Indonesia di mata internasional, memaksimalkan pemanfaatan skim-skim capacity building, serta memperoleh dukungan bagi program kerja nasional di berbagai bidang khususnya untuk meningkatkan domestic connectivity. Dengan mengemukanya masalah kesehatan, keselamatan dan perlindungan terhadap lingkungan, kebijakan diplomasi perdagangan dalam kerangka kerja sama komoditi semakin dititikberatkan pada peningkatan mutu dan pemenuhan standar komoditi. Guna meningkatkan ekspor, sebagai organisasi komoditi antar produsen, Indonesia bersama-sama Negara anggota lainnya perlu bekerja sama untuk memperluas pasar terutama pasar non tradisional bagi pemasaran Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

20 produk-produk bahan mentah dan produk olahan/bernilai tambah. Keberadaan organisasi komoditi internasional tersebut harus dioptimalkan agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi kepentingan Negara produsen. Untuk periode , Indonesia akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Sidang IPC, ITRC dan ANRPC. Hal ini dapat dijadikan momentum untuk menunjukkan eksistensi Indonesia sebagai Negara produsen kedua terbesar dunia khususnya lada dan karet alam. Tantangan ke depan adalah agar diplomasi perdagangan yang diterapkan dalam organisasi komoditi internasional dapat dioptimalkan untuk memberikan manfaat bagi kepentingan Indonesia. Indonesia harus semakin dapat memanfaatkan organisasi komoditi internasional tersebut untuk dapat memperoleh program-program kerjasama, proyek-proyek teknis dan peningkatan kapasitas. Kebijakan yang diberlakukan oleh negara mitra dagang, yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri. Kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri dari persaingan barang-barang impor disebut proteksi. Proteksi dalam perdagangan internasional terdiri atas kebijakan tarif, kebijakan non tarif, larangan impor, subsidi, dan dumping. c. Tantangan kerja sama perdagangan bilateral Kebijakan perdagangan yang diberlakukan di negara mitra dagang berpengaruh terhadap perdagangan bilateral. Kebijakan tersebut beragam bentuknya dari pengenaan tariff sampai hambatan non-tariff. Kedua bentuk kebijakan perdagangan tersebut diberlakukan oleh negaranegara pengimpor dengan berbagai macam maksud dan tujuan. Pengenaan tarif, peraturan teknis untuk alasan keamanan dan pemberlakuan standar teknis merupakan bentuk-bentuk hambatan teknis perdagangan yang paling umum diberlakukan oleh negara-negara maju dalam mengimport produk. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

21 Negara-negara berkembang yang merupakan penyedia utama juga memberlakukan hambatan perdagangan yang membatasi atau mengatur ekspor. Bentuk hambatan perdagangan yang paling umum diberlakukan adalah pengenaan pajak eksport dengan maksud untuk memperoleh pemasukan bagi pemerintah. Bentuk tantangan perdagangan non-tariff yang biasa diberlakukan oleh negara-negara maju (pasar tradisional) berupa : issue lingkungan RED, kesehatan manusia dan lingkungan REACH, lingkungan FLEGT, Lacey Act, REDD, lingkungan IUU Fishing, tuduhan dumping, standar produk (pre to post production), sanitary phytosanitary (Lalat buah, kandungan pewarna), peraturan untuk alasan kesehatan dan keamanan (health and safety regulations), pengendalian untuk perlindungan species (species protection controls) melalui penerapan CITES, pemberlakuan standar mutu dan standar teknis (quality and technical standards), dan kebijakan dan kendali oleh Pemerintah Untuk pasar non tradisional tantangan yang dihadapi antara lain; tarif bea masuk yang masih tinggi, legalisasi dokumen ekspor, prosedur kepabeanan yang memiliki prosedur yang sulit, trade financing, pelarangan impor, tuduhan dumping, visa kunjungan, transportasi, dan kebijakan investasi di mitra dagang. d. Tantangan kerja sama perdagangan multilateral Para pemimpin dunia di berbagai forum internasional seperti G20 dan APEC Leaders meeting telah memberikan sinyal komitmen politik yang kuat untuk penyelesaian Doha Development Agenda (DDA WTO) dan menyadari penuh bahwa pada tahun 2011 adalah tahun penting untuk mencapai penyelesaian tersebut. Penyelesaian DDA-WTO sangat diharapkan terutama oleh Negara-negara berkembang, mengingat apabila DDA-WTO gagal akan menimbulkan dampak-dampak seperti: a). Proliferasi bilateral dan regional FTA akan membawa kepada: Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

22 i) Trade diversion karena akses pasar hanya terbatas pada anggota FTA, dan ii) Menuntut pengerahan sumber daya optimal di bidang negosiasi. b). Negara berkembang akan dirugikan karena ketimpangan hasil Uruguay Round tidak akan bias diatasi secara proporsional. c). Prinsip MFN, S & D Treatment, Transparansi, less then full reciprocity tidak akan diberlakukan dan dengan demikian berpotensi mengakibatkan diskriminasi perdagangan tertutama bagi Negara berkembang. Sehingga dengan penyelesaian DDA-WTO, peraturan yang diciptakan diharapkan akan memberi negara berkembang akses lebih besar dan akan menjadikan perdagangan sebagai satu jalan mengatasi kemiskinan dengan cara negara maju memberi akses pasar kepada negara berkembang. Oleh sebab itu Negara-negara berkembang harus menghadapi tantangan untuk terus berperan aktif dan konstruktif dalam setiap negosiasi, baik substansi maupun prosesnya yang merupakan syarat mutlak jika tidak ingin kalah dalam diplomasi perdagangan multilateral. Sebab, sekali suatu isu disepakati, hal itu akan mengikat (binding) san dan sangat sukar untuk mengubahnya. Dengan demikian, tantangan utama bagi Indonesia dalam kerja sama perdagangan multilateral mencakup tiga hal, yakni : a. Tantangan dalam memperjuangkan kepentingan offensive dan defensive di dalam kerangka penyelesaian DDA-WTO; b. Bagaimana mensosialisikan kepada seluruh warga Indonesia agar dapat memanfaatkan kesempatan akses pasar secara optimal dan, c. Memperkuat pengamanan perdagangan dalam negeri terhadap kepentingan negara anggota WTO lainnya. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

23 BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 2.1 Visi Dalam rangka mewujudkan cita-cita yang ingin dicapai dalam jangka menengah dan panjang yang selaras dengan Kementerian Perdagangan, maka visi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional tahun yang ditetapkan sesuai dengan visi Kementerian Perdagangan yaitu: 2.2 Misi Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan Dalam proses mendukung misi Kementerian Perdagangan yaitu Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas dan mewujudkan 2 (dua) tujuan Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mengemban misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan akses pasar ekspor melalui diplomasi perdagangan; 2. Mengamankan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional. 2.3 Tujuan Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, maka tujuan program peningkatan Kerja Sama perdagangan internasional yang ingin dicapai adalah: 1. Peningkatan partisipasi aktif dalam perundingan perdagangan barang dan jasa di berbagai fora internasional (Multilateral, ASEAN, Bilateral, APEC, dan Organisasi Internasional Lainnya) guna meningkatkan pembukaan akses pasar. 2. Pengamanan kebijakan perdagangan nasional di fora internasional. 3. Peningkatan layanan Informasi hasil diplomasi perdagangan guna meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil perundingan. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

24 4. Peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya guna mendukung terwujudnya good governance dalam rangka peningkatan kerja sama perdagangan internasional. Gambar 2.1. Keterkaitan antara Tujuan Kementerian Perdagangan dengan Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional 2.4 Sasaran Sasaran merupakan indikator kinerja Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selama periode , sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah: 1. Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka peningkatan akses pasar ekspor a. Target yang ingin dicapai pada periode adalah hasil perundingan dan kerja sama Perdagangan Internasional sebanyak 140 (seratus empat puluh) hasil perundingan di tahun 2010 dan diharapkan dapat dicapai sebanyak 258 (dua ratus lima puluh delapan) hasil perundingan di tahun Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

25 Tabel 2-1 Target Peningkatan Hasil Perundingan Indikator Jumlah hasil perundingan Perdagangan Internasional Target b. Target yang ingin dicapai pada akhir periode adalah pemenuhan Asean Economic Community (AEC) Scorecard dari 70% di tahun 2010 diharapkan dapat menjadi 90% di tahun 2014 Tabel 2-2 Target Pemenuhan AEC Scorecard Target Indikator Presentase Pemenuhan Asean Economic Community (AEC) Scorecard 70% 87% 89% 90% 90% c. Target yang ingin dicapai pada periode adalah kesepakatan kerja sama perdagangan yang diratifikasi sebanyak 7 (tujuh) kesepakatan di tahun 2010 dan sebanyak 2 (dua) kesepakatan di tahun Tabel 2-3 Target Kesepakatan yang Diratifikasi Indikator Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan yang diratifikasi Target d. Target yang ingin dicapai pada periode adalah peningkatan partisipasi perundingan Perdagangan Internasional sebanyak 174 (seratus tujuh puluh empat) perundingan di tahun 2010 dan sebanyak 327 (tiga ratus dua puluh tujuh) perundingan di tahun Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

26 Tabel 2-4 Target Partisipasi Perundingan Perdagangan Internasional Indikator Jumlah partisipasi perundingan Perdagangan Internasional Target Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan RI di forum internasional Target yang ingin dipertahankan pada periode untuk persentase isu kebijakan perdagangan RI yang dapat diklarifikasi di berbagai fora internasional adalah 100%. Tabel 2-5 Target Pengamanan Kebijakan Perdagangan Nasional di Forum Internasional Indikator Persentase isu kebijakan perdagangan RI yang dapat diklarifikasi di berbagai fora internasional Target % 100% 100% 100% 100% 3. Meningkatnya kualitas layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan internasional. Tabel 2-6 Target layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan internasional Indikator Persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional (sample dunia usaha pada sosialisasi Ditjen KPI) Jumlah pengakses website Ditjen KPI Target Juta 50% 55% 60% 65% 1.4 Juta 1.6 Juta 1.9 Juta 2.1 Juta a. Target yang ingin dicapai pada periode adalah persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional (sample dunia usaha pada sosialisasi Ditjen KPI) Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

27 dengan rata-rata 50% di tahun 2010 dan menjadi 65% di tahun b. Target yang ingin dicapai pada periode adalah meningkatnya pengunjung website Ditjen KPI sebanyak 1 Juta pengunjung website di tahun 2010 dan sebanyak 2.1 juta di tahun Meningkatnya dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dalam rangka peningkatan kerja sama perdagangan internasional Gambar 2.2. Keterkaitan antara Tujuan dengan Sasasaran Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

28 BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam melakukan diplomasi perdagangan lima tahun ke depan, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mengacu pada kebijakan perdagangan luar negeri sesuai prioritas nasional yaitu Peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui diversifikasi pasar serta peningkatan keberagaman dan kualitas produk ekspor. 3.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kementerian Perdagangan Pembangunan perdagangan dalam lima tahun ke depan akan berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , serta bertumpu pada keseimbangan antara pembangunan perdagangan dalam negeri dan pembangunan perdagangan luar negeri. Artinya, peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penguatan perdagangan dalam negeri untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang di dalam negeri serta menciptakan iklim usaha yang sehat. Secara umum arah kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan didasari oleh Visi dan Misi Presiden, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kabinet Indonesia Bersatu II memiliki 11 (sebelas) Prioritas Nasional dan 8 (delapan) Prioritas Nasional lainnya di Bidang Perekonomian. Dari 11 (sebelas) Prioritas Nasional tersebut, Kementerian Perdagangan akan mendukung pelaksanan 2 (dua) program prioritas tersebut yaitu: (1) Iklim Investasi dan Iklim Usaha; (2) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Sedangkan untuk Prioritas Nasional lainnya di Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan akan melaksanakan program Peningkatan Peran dan Kemampuan Republik Indonesia dalam Diplomasi Perdagangan Internasional. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

29 Fokus Prioritas Pembangunan Perdagangan Luar Negeri untuk tahun yang terkait dengan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional: 1. Peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor yang didukung oleh kegiatan prioritas: a. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional (Kegiatan Prioritas Nasional Lainnya di bidang Perekonomian dan Bidang); b. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral (Kegiatan Prioritas Bidang); c. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN (Kegiatan Prioritas Bidang). 2. Peningkatan kualitas dan keberagaman produk ekspor, yang didukung oleh kegiatan prioritas: a. Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa (Kegiatan Prioritas Bidang). Arah kebijakan dalam lima tahun ke depan adalah mendukung peningkatan pertumbuhan ekspor non migas termasuk jasa sesuai target pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan dengan menitikberatkan pada peningkatan diplomasi perdagangan (trade diplomacy) dalam hal pembukaan akses pasar. Arah kebijakan kerja sama perdagangan internasional yang sesuai dengan Pokok Pikiran pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan adalah pengembangan kebijakan dan diplomasi perdagangan dengan senantiasa menjaga kepentingan nasional (terutama yang terkait dengan peningkatan akses pasar serta pengamanan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional), integritas wilayah dan pengamanan kekayaan SDA nasional. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

30 3.2 Strategi dan Kebijakan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kepentingan Indonesia dalam perdagangan internasional harus diperjuangkan melalui berbagai fora internasional dengan strategi multitrack. Strategi ini diterapkan agar berbagai kesempatan atau peluang yang ada dapat dimanfaatkan untuk memajukan kepentingan perdagangan Indonesia secara efektif. Langkah langkah yang akan ditempuh oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah: 1. Peningkatan partisipasi aktif dan kepemimpinan dalam forum multilateral dan regional. 2. Peningkatan kemitraan ekonomi dan perdagangan bilateral yang strategis. 3. Pengamanan kebijakan perdagangan nasional di berbagai fora internasional. Strategi multi-track tersebut dilaksanakan melalui peningkatan keterkaitan kerja di antara berbagai elemen kunci dalam pelaksanaan diplomasi perdagangan, yang dapat digambarkan dalam bagan berikut: Gambar 3.1 Alur Kerja Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

31 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional akan senantiasa meningkatkan peran diplomasi Indonesia di dunia internasional dengan memperhatikan masukan dari seluruh pihak yang terkait baik dunia usaha, akademisi, LSM, instansi terkait, pemerintah daerah, dan perwakilan perdagangan RI di luar negeri. Perwakilan perdagangan RI di luar negeri merupakan ujung tombak Kementerian Perdagangan di negara akreditasi yang perlu dioptimalkan. Perwakilan ini dapat menggali informasi dan data yang diperlukan untuk memperkuat posisi runding Indonesia. Posisi posisi negara mitra dagang dapat diketahui lebih dini dari perwakilan tersebut sehingga Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mampu memiliki dasar informasi yang lebih kuat untuk menyusun posisi Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyusun posisi Indonesia dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam diplomasi perdagangan. Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan agar semua pemangku kepentingan memiliki satu pandangan dalam menggambarkan kepentingan Indonesia di forum internasional. Hal tersebut dilakukan agar hasil kerja sama perdagangan internasional dapat dimanfaatkan secara optimal. Posisi dan strategi perundingan perdagangan internasional harus dirumuskan dan diperjuangkan berdasarkan kepentingan nasional secara komperehensif, terpadu dan terkoordinasi sehingga secara optimal mampu mendukung rencana, program dan pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya meningkatkan dan mempertahankan akses pasar internasional guna meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas sesuai target Kementerian Perdagangan. Hasil hasil kerja sama perdagangan internasional selain dapat membuka akses pasar juga dapat mengamankan kebijakan perdagangan nasional serta mendapatkan capacity building dan technical assistance sesuai kepentingan nasional. Kebijakan kebijakan perdagangan yang dibuat oleh Indonesia harus dapat dipertahankan di berbagai fora internasional sehingga tidak Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

32 melanggar ketentuan perdagangan internasional. Dengan terjalinnya kerja sama perdagangan internasional dengan negara mitra dagang, Indonesia dapat menegosiasikan capacity building dan technical assistance dari negara tersebut sebagai salah satu dari kerja sama yang disepakati. Perdagangan jasa yang saat ini kerap menjadi perhatian karena pertumbuhannya yang semakin meningkat merupakan salah satu kegiatan baru yang diemban oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Hal ini juga sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan dimana Ditjen KPI akan berpartisipasi aktif dalam perundingan perdagangan jasa untuk meningkatkan keberagaman produk ekspor. Mengingat bertambahnya hambatan perdagangan di dunia, maka diplomasi perdagangan sangat diperlukan. Produk produk ekspor tertentu antara lain CPO dan coklat lebih membutuhkan diplomasi dibandingkan dengan produk lainnya. Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional akan memberikan perhatian khusus pada produk-produk yang lebih memerlukan pendekatan diplomasi tersebut. Sesuai dengan amanah dari Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, diplomasi perdagangan juga akan menitikberatkan pada peningkatan diversifikasi tujuan ekspor. Peran diplomasi perdagangan Indonesia dengan negara non utama (pasar non tradisional) perlu ditingkatkan sehingga mampu menurunkan kebergantungan pasar ekspor Indonesia kepada negara negara utama (pasar tradisional). Indonesia yang tetap mengalami pertumbuhan ekonomi walau dilanda krisis karena berkurangnya ketergantungan pasar Indonesia terhadap negara utama merupakan pengalaman dan pembelajaran penting bagi Indonesia. Untuk itu, diplomasi perdagangan ke negara-negara non utama menjadi fokus perhatian Ditjen KPI. Brazil, Rusia, India, dan Cina yang dikenal dengan singkatan BRIC merupakan empat negara yang pertumbuhan ekonominya pesat. Menurut Goldman Sachs, pada tahun 2050, gabungan ekonomi ke-empat negara tersebut akan Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

33 mengalahkan negara-negara terkaya di dunia saat ini. Oleh sebab itu, Ditjen KPI akan melakukan pendekatan diplomasi ke negara BRIC tersebut untuk dapat mengambil peluang lebih dini dalam perubahan ekonomi di masa mendatang Program, Kegiatan, dan Indikator Kinerja Program yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional. Arah pelaksanaan Program tersebut: 1. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional melalui peningkatan partisipasi pada perundingan perdagangan internasional, penyusunan, dan peningkatan posisi runding Indonesia dalam perundingan internasional dan penyelenggaraan sidang-sidang di dalam negeri pada tingkat bilateral, regional maupun multilateral; 2. Peningkatan kerja sama di bidang perdagangan jasa melalui peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dan peningkatan partisipasi pada perundingan-perundingan bidang jasa; 3. Peningkatan kerja sama dan perundingan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan fora kerja sama multilateral, ASEAN, APEC, Organisasi Internasional Lainnya dan bilateral, termasuk perjanjian perdagangan Lintas Batas; 4. Peningkatan tatakelola yang baik melalui peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dalam rangka peningkatan kerja sama perdagangan internasional guna mewujudkan good governance. Program Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional selanjutnya terbagi ke dalam 7 (tujuh) kegiatan: 1. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional; 2. Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa; Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

34 3. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral; 4. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN; 5. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral; 6. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya; 7. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Berdasarkan hal-hal di atas, maka indikator kinerja program untuk periode adalah sesuai dengan target yang ditetapkan untuk mencapai sasaran Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional Alur pikir pembangunan ekonomi yang dijabarkan dalam prioritas pembangunan Bidang Ekonomi pada RPJMN (dalam hal ini Kementerian Perdagangan) merupakan salah satu penanggungjawab kegiatan prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian. Salah satu kegiatan prioritas nasional yang terdapat pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional di berbagai fora internasional. Hal ini dilakukan melalui peningkatan partisipasi aktif di berbagai forum internasional yang mampu meningkatkan hasil perundingan sesuai dengan kepentingan nasional terutama bagi peningkatan dan pengamanan akses pasar. Sasaran ini mendukung misi Kementerian Perdagangan yaitu Meningkatkan Kinerja Ekspor Non Migas Secara Berkualitas. Hal ini bisa ditunjukkan dengan dukungan peningkatan posisi strategis diplomasi Indonesia di bidang perdagangan. Kemampuan diplomasi perdagangan internasional tersebut diharapkan dapat meningkat sehingga Indonesia dapat menjadi pemeran sentral Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

35 dalam percaturan kerja sama dan perundingan perdagangan internasional. Strategi kerja sama perdagangan internasional diselenggarakan melalui jalur kerja sama perundingan di berbagai fora internasional. Dalam rangka memperkuat hal tersebut, dibentuklah Tim Nasional Perundingan Perdagangan Internasional yang diketuai oleh Menteri Perdagangan. Adapun Tim Nasional untuk Perundingan Perdagangan Internasional (TIMNAS PPI) dimaksud mempunyai tugas untuk: a. Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam setiap perundingan perdagangan internasional baik dalam forum multilateral, regional maupun bilateral berdasarkan kepentingan nasional; b. Menganalisa substansi, proses, hasil, dampak dan aspek lain perundingan perdagangan internasional yang akan dibahas dalam suatu perundingan perdagangan internasional terhadap kepentingan nasional; c. Mempersiapkan dan merumuskan posisi dan strategi suatu perundingan perdagangan internasional berdasarkan kepentingan nasional secara terpadu dan terkoordinasi sehingga secara maksimal mampu mengamankan rencana, program dan pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya guna meningkatkan akses pasar internasional mapun pertumbuhan ekonomi nasional; d. Merundingkan dan memperjuangkan posisi dan strategi berdasarkan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf c dalam setiap perundingan perdagangan internasional; dan e. Melakukan sosialisasi perkembangan dan hasil perundingan perdagangan internasional kepada instansi/lembaga terkait dan masyarakat baik melalui forum koordinasi, lokakarya, seminar maupun publikasi di media cetak dan elektronik. Optimalisasi dari Tim Nasional Perundingan Perdagangan Internasional perlu diselenggarakan sehingga dapat disusun pemikiran strategis kerja Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

36 sama perdagangan internasional baik jangka pendek maupun jangka menengah yang terpadu dengan kepentingan nasional. Layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan perlu dibenahi sehingga pemanfaatan hasil-hasil diplomasi perdagangan internasional juga dapat meningkat. Dengan meningkatnya pemanfaatan masyarakat tersebut khususnya pelaku usaha, maka peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional dapat lebih berkontribusi dalam peningkatan ekspor non migas. Berdasarkan hal-hal di atas, maka indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Hasil-hasil perundingan Perdagangan Internasional (MRA, MoU, Agreement, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report) 2. Jumlah partisipasi aktif pada perundingan perdagangan internasional; 3. Jumlah penyusunan posisi runding; 4. Jumlah penyelenggaraan sidang internasional di Dalam Negeri; 5. Jumlah sosialisasi hasil kerja sama perdagangan internasional; 6. Jumlah Publikasi kerja sama perdagangan internasional yang diterbitkan Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa Sebagaimana diketahui, perundingan perdagangan di bidang jasa akan dimulai kembali sesuai kesepakatan dalam perundingan Putaran Uruguay. Selain itu, sebagai anggota WTO, Indonesia selaku anggota WTO berkewajiban antara lain notifikasi di bidang perdagangan jasa untuk disampaikan kepada Sekretariat WTO. Perundingan/negosiasi bidang Perdagangan Jasa diberbagai fora perundingan seperti pada Putaran Uruguay tidak terlepas dari fakta yang menunjukkan bahwa sektor perdagangan jasa pertumbuhannya sangat cepat dibanding dengan sektor perdagangan barang sehingga berdampak Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

37 dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat disuatu negara. Berbagai studi menunjukkan bahwa semakin besar peran sektor jasa dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara maka negara tersebut akan semakin makmur. Oleh karena itu, perkembangan perdagangan jasa sudah menjadi salah satu pilar utama dalam agenda perundingan internasional (multilateral, regional dan bilateral). Menyadari pentingnya sektor jasa yang efisien dan kompetitif, banyak negara dewasa ini melakukan liberalisasi perdagangan jasa baik secara unilateral maupun plurilateral (kerjasama regional dan multilateral). Liberalisasi perdagangan jasa pada dasarnya mencakup langkah-langkah memperluas akses pasar atau mengurangi perlakuan diskriminatif terhadap penyedia jasa asing. Sehubungan dengan banyaknya hambatan perdagangan jasa berakar dari regulasi regulasi ekonomi domestik, liberalisasi perdagangan jasa memerlukan dukungan langkah-langkah deregulasi ekonomi. Untuk itu, Kementerian Perdagangan yang merupakan 'lead ministry' di bidang perdagangan jasa memiliki kegiatan khusus yang menangani perundingan dan kerja sama perdagangan jasa. Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa menitikberatkan pada 12 sektor jasa yaitu (1) jasa bisnis; (2) jasa komunikasi; (3) jasa konstruksi dan teknik; (4) jasa distribusi; (5) jasa pendidikan; (6) jasa lingkungan; (7) jasa keuangan; (8) jasa kesehatan; (9) jasa pariwisata; (10) jasa rekreasi; budaya dan olahraga; (11) jasa transportasi; dan (12) jasa lainnya kecuali jasa yang disediakan oleh pemerintah untuk kepentingan publik. Penekanan pada 12 (dua belas) sektor jasa ini dilakukan sejalan dengan fokus perdagangan luar negeri Rencana Strategis Pembangunan Perdagangan Tahun yaitu peningkatan keberagaman produk ekspor. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

38 Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kerja sama di Bidang Perdagangan Jasa dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi aktif dalam perundingan perdagangan jasa di berbagai fora internasional; 2. Posisi runding yang disusun; 3. Hasil perundingan dan kerja sama perdagangan jasa Peningkatan perundingan dan kerja sama multilateral Dalam kerangka kerja sama perdagangan multilateral, Ditjen KPI secara aktif akan terus meningkatkan peran dan kemampuan diplomasi untuk meningkatkan akses pasar dan mengamankan kebijakan perdagangan nasional baik melalui perundingan World Trade Organization (WTO) maupun perundingan Doha Development Agenda (DDA). Upaya memperoleh hasil maksimal dalam rangka pengamanan kepentingan nasional bidang perdagangan di forum multilateral terutama di WTO menjadi dasar utama pertimbangan Indonesia berpartisipasi dalam meja perundingan maupun forum diskusi. Kepentingan untuk megamankan hak hak Indonesia dalam setiap kesepakatan multilateral menjadi pedoman dasar perundingan. Indonesia akan terus melakukan pendekatan baik formal maupun informal dengan negara-negara kunci untuk memajukan perundingan DDA-WTO yang fokus pada 7 isu yaitu Pertanian, Non Pertanian, Jasa, Rules, Hak atas Kekayaan Intelektual, Fasilitasi Perdagangan, Perdagangan dan Lingkungan melalui strategi offensif dan defensif. Strategi offensif adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor Indonesia melalui perjuangan akses pasar untuk produk-produk Indonesia, sedangkan strategi defensif adalah langkahlangkah yang dilakukan dalam rangka mengamankan produk-produk Indonesia dari hambatan perdagangan yang bertentangan dengan prinsipprinsip perdagangan yang adil. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

39 Ditjen KPI juga selalu mengedepankan sikap aktif dan konstruktif dalam mendorong kemajuan perundingan WTO. Dalam perundingan WTO, Indonesia selalu mendorong diselesaikannya putaran perundingan Doha (Doha Round) yang telah berlangsung sejak tahun Indonesia dianggap sebagai salah satu key player yang mewakili Negara Berkembang dalam berbagai isu perundingan. Hal ini dapat dilihat dari peran aktif Indonesia di berbagai groupings yang memperjuangkan kepentingan Negara Berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Groupings tersebut antara lain adalah: G-33 (sebagai koordinator) yang memperjuangkan Negara-negara anggota yang tergabung didalamnya pada perundingan bidang pertanian di forum WTO, G-20, Cairns Group, dan NAMA-11. Indonesia termasuk pihak yang selalu berkomitmen mencegah kebijakan proteksionis serta mendukung proses transparansi di WTO melalui kegiatan monitoring. Terkait hal ini, Ditjen KPI telah menyampaikan sejumlah informasi kebijakan perdagangan dan yang terkait perdagangan kepada Trade Policy Review Body (TPRB) WTO. Ditjen KPI juga aktif menjawab berbagai pertanyaan negara anggota maupun Sekretariat WTO mengenai kebijakan perdagangan Indonesia. Ditjen KPI juga aktif memperjuangkan kepentingan nasional atas dampak kebijakan negara lain seperti penanganan kasus kebijakan Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act AS yang melarang rokok kretek Indonesia di pasar AS. Meskipun Perundingan Putaran Doha saat ini tengah mengalami penundaan untuk sementara waktu, tetapi Indonesia tetap akan konsisten memperjuangkan posisi dan kepentingan nasional dalam perundingan Doha Development Agenda (DDA) yang meliputi bidangbidang: Pertanian, Akses Pasar Barang Non-Pertanian (NAMA), Jasa, HKI dan Kesehatan Masyarakat (Public Health), Rules, Fasilitasi Perdagangan, Perdagangan dan Lingkungan; Pembangunan dan Perlakuan Khusus dan Berbeda (S&D Treatment). Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

40 Indonesia juga memanfaatkan semaksimal mungkin keberadaan sistem perdagangan multilateral khususnya mekanisme penyelesaian sengketa guna pencapaian kepentingan perdagangan. Keberhasilan Indonesia dalam menyelesaikan kasus kasus sengketa dagang didukung oleh kerja sama yang erat antara pemerintah dan pengusaha. Keberhasilan Indonesia memenangkan kasus anti-dumping untuk Certain Paper Products seyogyanya dapat dijadikan model di masa mendatang untuk mengatasi masalah tuduhan dumping dan subsidi, ancaman safeguard, dan masalah lainnya yang dapat mengancam kelancaran ekspor dari Indonesia. Dalam memperkuat peran WTO, perlu ditingkatkan kegiatan monitoring untuk mencegah proteksionisme. Selain itu, proses aksesi juga perlu ditingkatkan terutama untuk negara berkembang. Isu lain pada WTO yang perlu perhatian adalah isu-isu yang diangkat oleh negara berkembang seperti aid for trade, duty free quota free, cotton, serta memberikan kesempatan akses pasar yang lebih luas kepada negaranegara berkembang dan LDCs, termasuk pemberian bantuan teknis. Selain itu, perlu ada penguatan kerja sama antar WTO dan lembaga internasional lainnya. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan multilateral dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama multilateral; 2. Jumlah pertanyaan/ tanggapan/keberatan terkait kebijakan perdagangan RI dari luar Negeri yang dapat diklarifikasi di forum WTO; 3. Hasil perundingan kerja sama perdagangan multilateral (termasuk respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan/ deklarasi/ ratifikasi); Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

41 4. Jumlah posisi runding yang disusun (proposal/point of intervention/posisi runding/rekomendasi); 5. Jumlah penanganan isu-isu perdagangan multilateral Peningkatan Perundingan dan Kerja Sama ASEAN Sejak tahun 2008 kerjasama ASEAN dilaksanakan berlandaskan ASEAN Charter yang membawa konsekuensi bahwa kerja sama ASEAN memiliki kekuatan hukum yang tetap. Bersamaan dengan berlakunya ASEAN Charter maka pilar ekonomi kerjasama ASEAN juga menerapkan ASEAN Economic Blueprint (AEC) 2015 Blueprint, yaitu sebuah cetak-biru yang terdiri dari 4 empat) pilar utama, yakni a) pasar tunggal dan basis produksi; (b) kawasan yang berdaya-saing; (c) pembangunan ekonomi yang merata; dan (d) integrasi ke dalam perekonomian dunia. Implementasi yang efektif dan tepat waktu dari AEC Blueprint merupakan prasyarat bagi ASEAN untuk tetap memainkan peran kunci dalam perkembangan proses integrasi ekonomi regional sesuai prinsip ASEAN Centrality yang diamanatkan oleh ASEAN Charter. Dalam hal ini, Indonesia sangat berkepentingan untuk menjaga ASEAN Centrality apabila arsitektur perekonomian regional ingin dikembangkan searah dengan kepentingan strategik Indonesia di kawasan ini. Lebih jauh, dan sebagai negara yang memainkan peran kunci di ASEAN, Indonesia harus dapat meningkatkan perannya dalam setiap perundingan, baik di internal ASEAN, eksternal ASEAN maupun dalam kerjasama sub-regional dan antar kawasan. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan ASEAN dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Pemenuhan ASEAN Economy Community Scorecard; 2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional; Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

42 3. Hasil perundingan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional (termasuk guidance of principal/summary of Discussion/Deklarasi); 4. Jumlah posisi runding yang disusun; 5. Jumlah penanganan isu-isu perjumlah kesepakatan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional yang diratifikasidagangan ASEAN; 6. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional yang diratifikasi Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Bilateral Lima tahun ke depan, hubungan kerja sama perdagangan bilateral akan ditekankan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi melalui penghapusan hambatan tariff dan non tariff dan perjuangan kerja sama bantuan teknis dan capacity building. Upaya diversifikasi tujuan pasar dengan mempertahankan pasar utama dan meningkatkan pasar non utama dilakukan melalui pendekatan bilateral dengan mengadakan pembahasan masalah-masalah perdagangan kedua negara dan business forum. Berbagai perundingan internasional dalam forum bilateral berkembang sangat cepat dan memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia harus berperan aktif dalam setiap perundingan tersebut, guna melindungi kepentingan ekonomi Indonesia di bidang perdagangan dan investasi. Pendekatan diplomasi perdagangan dilakukan melalui forum negosiasi/non negosiasi dengan pendekatan kerja sama bilateral yang berorientasi pada penjajagan pengembangan Economic Partnership Agreement (IJEPA, IE-CEPA, IA-CEPA), Joint Study towards the Feasibility of Free Trade Agreements (Turki, Mesir, Tunisia), Joint Committee (Afrika Selatan), Bilateral Consultations (Joint Commission, Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

43 Working Group on Trade and Investment RI-EU, RI-Russia, bilateral commodity meeting, issue/sectoral meeting), Economic Partnership Agreement (EPA), dan forum pertemuan yang regular/terstruktur ataupun tidak terstruktur. Untuk mendukung perundingan disusun posisi runding atas masukan dari stakeholder dan instansi terkait melalui; pertemuan teknis dengan instansi terkait, menyusun hambatan tarif dan non tarif, isu perundingan, posisi Indonesia sesuai dengan subyek yang dirundingkan, strategi perundingan dalam menghadapi mitra runding, Schedule Commitment Indonesia sesuai dengan isu yang dirundingkan; dan menyusun komoditi potensial Indonesia di negara-negara mitra dagang. Kegiatan akan dicapai melalui forum; joint commission meeting, Joint study group dalam rangka kerja sama perdagangan yang lebih comprehensive, Joint Trade Committee, bilateral meeting, trade mission, secara reguler, forum Tourism, Trade and Investment (TTI), upaya peningkatan kerja sama capacity building khususnya di bidang industri kreatif untuk produk-produk yang berkembang (mebel, tekstil, perhiasan, aksesori rumah); peningkatan capacity building dalam memproduksi produk yang sustainable (ramah lingkungan) misalnya untuk produk-produk pertanian dan kehutanan, dan meningkatkan produk ekspor bernilai tambah tinggi terutama untuk produk-produk yang berbasis pada sumber daya alam serta memanfaatkan teknologi tingkat menengah. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan bilateral dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Posisi Runding yang disusun; (Pra Negosiasi); 2. Partisipasi aktif dalam Perundingan Perdagangan Bilateral; (Negosiasi) Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

44 3. Hasil Perundingan Perdagangan Bilateral (MRA, MoU, Agreement, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, Report Discussion, Agreed Conclusion); 4. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan bilateral yang diratifikasi; 5. Jumlah konsultasi publik dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan nasional Peningkatan Kerja Sama Perdagangan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya APEC, yang terdiri atas 21 ekonomi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.7 milyar orang, jumlah GDP dengan persentase 55 % dari total dunia, dan mewakili 43% nilai perdagangan dunia, merupakan forum yang strategis dan menjadi salah satu wadah kerja sama ekonomi internasional yang cukup berpengaruh. Sejalan dengan usianya yang telah mencapai 20 tahun lebih, APEC telah berkontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi masing-masing anggota dan terhadap ekonomi global. Kawasan ini telah berkembang menjadi wilayah ekonomi yang dinamis dengan pertumbuhan output rata-rata 7% per tahun dibanding kawasan di luarnya sebesar 5%. Selain tercapainya sebagian agenda internal (yakni pencapaian Bogor Goals oleh ekonomi maju pada tahun 2010), maka faktor eksternal seperti krisis ekonomi global, dinamika globalisasi ekonomi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pertumbuhan dan perubahan pola perdagangan, lahirnya berbagai Preferential Trade Agreements (PTAs) atau Free Trade Agreements (FTAs) telah melahirkan kesadaran bahwa APEC pada abad ke-21 ini akan dan sepantasnya berbeda dari APEC pada saat terbentuknya di tahun Di tengah bermunculannya pemahaman inilah, Indonesia mempersiapkan diri untuk memegang tampuk kepemimpinan APEC pada tahun Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

45 Indonesia tidak saja merupakan salah satu founding fathers kerja sama APEC tetapi dalam perjalanan sejarahnya ikut mendorong dan memperkuat forum ini sebagai sebuah miniature hubungan Utara- Selatan di bidang ekonomi. Partisipasi Indonesia ini didasari kesadaran akan pentingnya mengantisipasi proses globalisasi ekonomi dan mengambil manfaat serta mengamankan kepentingan nasional di tengah perubahan tata perekonomian dan perdagangan dunia yang cenderung semakin cepat ini. Tidak heran, Indonesia juga memberi nilai strategis bagi terciptanya hubungan erat dan dialogis antara pemerintah dengan kalangan bisnis dan masyarakat, baik dalam proses pengembangan kebijakan, pengembangan kapasitas melalui pemanfaatan proyek-proyek capacity building APEC, serta kegiatan-kegiatan promosi yang memungkinkan Indonesia untuk memproyeksikan kepentingankepentingannya dan mengamankan posisinya dalam tata hubungan ekonomi internasional. Dapat diperikarakan bahwa tahun 2013 akan menjadi momentum penting bagi kerja sama APEC. Pada saat itu, bukan hanya pembahasan FTAAP dan TPP sudah berkembang jauh, tetapi juga kemungkinan besar Perundingan Putaran Doha sudah dapat diselesaikan. Keadaan ini akan menciptakan tantangan baru bagi APEC: menjadikan WTO sebagai platform umum APEC dan pada saat bersamaan menjaga relevansi APEC dalam normal track dan memfasilitasi pembahasan FTAAP dan TPP bagi ekonomi yang berminat melalui fast track. Indonesia termasuk dalam lima besar produsen komoditi dunia meliputi karet alam, kopi, lada, kelapa, kelapa sawit dan kakao. Organisasi komoditi internasional merupakan forum strategis untuk dapat memperjuangkan kepentingan komoditi Indonesia melalui perundinganperundingan internasional. Guna tetap eksis sebagai Negara produsen terbesar, perlu diidentifikasi hal-hal penting yang dibutuhkan masingmasing komoditi agar dapat disusun proposal proyek yang tepat sasaran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

46 Diplomasi perdagangan internasional melalui perundingan-perundingan pada organisasi komoditi internasional diharapkan mampu memperjuangkan dan melindungi kepentingan Indonesia. Perundingan terkait kegiatan dan program kerja organisasi komodit internasional difokuskan pada peningkatan kapasitas melalui pelatihan, penyusunan proposal proyek, memperluas penelitan dan pengembangan, penyusunan standar mutu, penciptaan suatu mekanisme agar harga komoditi dapat stabil pada tingkat yang menguntungkan produsen, yang semuanya diharapkan pula mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan posisi tawar Indonesia, pada khususnya dan Negara produsen pada umumnya dalam perdagangan komoditi global. Partisipasi dalam perundingan komoditi internasional sangat penting agar kesepakatan yang dihasilkan dari perundingan komoditi internasional sejalan dengan kebijakan perdagangan nasional Indonesia. Indonesia bersama negara berkembang lainnya secara konsisten mendukung kerja sama komoditi internasional serta memberikan inisiatif-inisiatif pembentukan forum-forum dan pengaturan-pengaturan baru di bidang komoditi. Keikutsertaan Indonesia dalam forum antara eksportir dan importir perlu ditingkatkan, sebab dengan bertemunya kedua belah pihak maka dapat diupayakan terciptanya kondisi perdagangan komoditi dunia yang lebih baik dan saling menguntungkan. Forum eksportir dan importir dapat juga sebagai forum untuk melakukan lobby-lobby dan transaksi-transaksi perdagangan. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan APEC dan Organisasi Internasional lainnya dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya. 2. Hasil perundingan kerja sama APEC dan Organisasi internasional. 3. Posisi runding yang disusun; Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

47 4. Jumlah kesepakatan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya yang diratifikasi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen KPI Dukungan manajemen dan dukungan teknis merupakan penunjang utama kelancaran terselenggaranya kegiatan pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan tata kelola yang baik pada pelaksanaan dukungan tersebut. Sejalan dengan reformasi birokrasi, penerapan pemerintahan yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan dukungan tersebut harus terus dikembangkan dan diimplementasikan. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya tersebut diharapkan dapat melaksanakan: a. Peningkatan Pengelolaan Perencanaan Program dan Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Perencanaan dengan berlandaskan pada prinsip penyerapan anggaran berbasis kinerja antara lain dengan melakukan penerapan sistem BSC dan peningkatan koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Dalam perencanaan program dan kegiatan tersebut, perlu ditentukan indikator kinerja masing masing kegiatan sehingga tiap kegiatan memiliki ukuran keberhasilan yang jelas. b. Peningkatan Pengelolaan Evaluasi dan Pelaporan Evaluasi dan Pelaporan merupakan kegiatan yang harus diperkuat. Evaluasi dapat menunjukkan kinerja suatu organisasi sehingga dapat menunjukkan tercapai atau tidaknya target target yang telah diterapkan. Laporan disusun tiap bulan, triwulan, dan tahunan untuk menunjukkan hasil hasil yang telah dicapai dalam hal kerja sama perdagangan internasional. Dengan meningkatnya kualitas laporan, maka data base tentang hasil dan proses perundingan pun akan menguat. Hal ini mempermudah Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ketika melakukan konsultasi publik dengan masyarakat. c. Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Sarana Ditjen KPI Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

48 Sumber Daya Manusia dan Sarana merupakan faktor utama dalam terselenggaranya kelancaran kegiatan pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia dan Sarana sehingga mampu menyelenggarakan kegiatan dengan optimal. d. Peningkatan Pengelolaan Keuangan Tertib administrasi keuangan merupakan salah satu penerapan dari pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, peningkatan pengelolaan keuangan perlu diselenggarakan. Sistem informasi dapat mendukung pengelolaan keuangan sehingga pengelolaan keuangan dapat lebih trasparan dan akuntabel sehingga menciptakan wilayah tertib administrasi. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan teknis dan administratif kepada Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode adalah sebagai berikut: 1. Persentase realisasi kegiatan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional sesuai perencanaan; 2. Persentase pelaksanaan pembinaan kepegawaian terdiri dari tingkat kehadiran, presentasi keikutsertaan pada diklat struktural wajib, dan presentase SDM berdasarkan tingkat akademis; 3. Jumlah laporan kegiatan Ditjen KPI (laporan tahunan, bulanan, dan triwulan) 4. Jumlah laporan pelaksanaan kinerja (LAK Ditjen KPI dan Setditjen KPI); 5. Jumlah Dokumen Perencanaan Ditjen KPI (Kontrak Kinerja, Rencana Kinerja, dan RKA-K/L). 6. Persentase Pemutakhiran Informasi pada Website Ditjen KPI (Hasil Perundingan) Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

49 3.2.2 Ketatalaksanaan dan Kelembagaan Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M- DAG/PE/3/2005 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama perdagangan internasional. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional terdiri dari 6 (enam) unit setingkat Eselon II yaitu 5 (lima) unit teknis setingkat Eselon II dan 1 (satu) unit Sekretariat Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Sekretariat Direktorat Direktorat Kerjasama Multilateral Direktorat Kerjasama Regional Direktorat Kerjasama Bilateral I Direktorat Kerjasama Bilateral II Direktorat Pengamanan Perdagangan Gambar 3.2 Struktur Organisasi Sebelum Restrukturisasi Seiring dengan semangat reformasi birokrasi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mengusulkan penajaman tugas dan fungsi dengan pembentukan struktur organisasi yang baru. Pada tahun 2010 diselenggarakan restrukturisasi organisasi yang ditandai dengan keluarnya Permendag Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 yang menggantikan Permendag Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

50 DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT KERJA SAMA MULTILATERAL DIREKTORAT KERJA SAMA ASEAN DIREKTORAT KERJA SAMA APEC DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA DIREKTORAT KERJA SAMA BILATERAL DIREKTORAT PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sesudah Restrukturisasi Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; b. pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; c. penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur. dan kriteria di bidang kerja sama perdagangan internasional; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; dan e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional terdiri dari unsur: 1. Pemimpin, yaitu Dirjen Kerja Sama Perdangangan Internasional mempunyai tugas memimpin, merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Perdagangan Internasional; Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

51 2. Pembantu Pemimpin, yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi dan dukungan teknis lainnya kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional; 3. Pelaksana, yaitu Direktorat- direktorat Teknis yaitu: a. Direktorat Kerja Sama Multilateral, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Multilateral; b. Direktorat Kerja Sama ASEAN, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional; c. Direktorat Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya; d. Direktorat Kerja Sama Bilateral, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Bilateral; e. Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Perdagangan Jasa. Dengan adanya berbagai tantangan dan tuntutan akan perubahan tersebut, serta dalam pencapaian target sasaran strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, maka organisasi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ke depan dikelompokkan dan melaksanakan serta mengembang fungsi-fungsi sebagai berikut: Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

52 1. Peningkatan peran dan kemampuan di bidang diplomasi perdagangan internasional sehingga mampu menjadi pemeran sentral dalam berbagai forum multilateral dan regional, serta dapat meningkatkan kemitraan strategis pada forum bilateral. 2. Perundingan perdagangan jasa semakin berkembang, oleh sebab itu Kerja Sama di bidang perdagangan jasa perlu ditingkatkan. Peningkatan Kerja Sama di bidang perdagangan jasa tersebut dapat meningkatkan akses pasar jasa Indonesia. Peluang pasar jasa harus dimanfaatkan secara optimal. 3. Kerja Sama Perdagangan Internasional di fora Multilateral penting dan bermanfaat untuk dilakukan karena posisi tawar terbaik Indonesia diperhatikan dunia dan dapat membuka serta memanfaatkan akses pasar ke seluruh dunia dibandingkan dengan hanya melalui satu negara atau wilayah. Selain itu, WTO dapat menjadi sistem yang terbaik untuk memastikan perdagangan yang adil (fair trade). 4. Kerja Sama perdagangan ASEAN merupakan hal yang prioritas, mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan diimplementasikan pada Tahun Hal ini menjadi perhatian khusus Indonesia. Ditjen KPI yang menangani pilar ekonomi akan kerap melakukan meningkatkan perannya pada kerja sama ASEAN. 5. Lambatnya kemajuan perundingan WTO membuat perdagangan regional semakin berkembang. Perdagangan Regional saat ini dapat dimanfaatkan dengan baik salah satunya adalah dengan adanya Kerja Sama perdagangan APEC. Peningkatan Kerja Sama perdagangan APEC perlu diselenggarakan untuk dapat menangkap peluang peluang yang ada dari kekuatan suatu kawasan. Selain itu, kerja sama dengan organisasi internasional lainnya seperti badan-badan dunia dan organisasi komoditi perlu dilakukan sehingga Indonesia mampu mengoptimalkan peluang-peluang yang ada. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

53 6. Hubungan perdagangan dalam forum bilateral dengan negara mitra dagang secara aktif diselenggarakan oleh Indonesia. Kemitraan strategis antar dua negara yang mampu memberikan keuntungan di dua belah pihak perlu diselenggarakan dengan maksimal. 7. Fungsi Penunjang untuk memberikan dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dalam rangka peningkatan tata kelola yang baik berdasarkan konsep good governance. Disamping itu, seiring dengan perkembangan, tantangan, dan tuntutan perubahan, baik eksternal maupun internal, maka untuk dapat menjalankan tugas yang diemban dan sasaran yang ditetapkan, organisasi dan tatalaksana Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional sudah sepatutnya harus mengalami perubahan menuju pemerintahan yang baik (good governance). Penyempurnaan fungsi kelembagaan berfokus pada 5 (lima) hal, yaitu: (1) penyempurnaan proses bisnis; (2) implementasi Balanced Scorecard; (3) restrukturisasi program; (4) penguatan sistem pelaporan; dan (5) pemantapan pengelolaan keuangan. Penyempurnaan proses bisnis diarahkan untuk menghasilkan proses bisnis yang akuntabel dan transparan serta berkinerja kepada stakeholder internal dan eksternal yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Dalam penyempurnaan proses bisnis ini dilakukan penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) dan penyempurnaan manajemen pelayanan. Implementasi Balanced Scorecard, yang sudah mulai dirintis sejak tahun 2007 akan lebih ditingkatkan untuk membangun sistem informasi manajemen yang lebih efektif. Fungsi BSC sebagai alat untuk mengukur kinerja aparat menjadi sangat penting dalam upaya pemantapan sistem manajemen perencanaan, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan, program, pencapaian sasaran, dan target yang ditetapkan. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

54 Sementara itu, upaya pemangkasan jalur birokrasi dan perbaikan sistem manajerial dilakukan dengan merestrukturisasi program dan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Hasil restrukturisasi merupakan dasar RPJMN tahun , yang mengacu pada penerapan anggaran berbasis kinerja. Sehingga, pada periode dimaksud, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional bergerak bersama seluruh unit yang terdapat pada Kementerian Perdagangan untuk semakin meningkatkan efektivitas dan efisiensi anggaran serta meningkatkan kinerja aparatur. Terkait dengan sistem pelaporan dan akuntabilitas instansi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam meningkatkan kinerja yang baik harus senantiasa didukung oleh kemampuan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan professional. Pencapaian peringkat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) merupakan hal yang harus dapat diraih dalam kurun waktu 5 (tahun) tahun mendatang. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

55 BAB IV PENUTUP Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun memberikan dukungan bagi tercapainya visi dan misi kementerian Perdagangan Tahun , serta merupakan implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Rencana Strategis ini merupakan landasan bagi peningkatan pengembangan Kerja Sama Perdagangan Internasional melalui penetapan arah pembangunan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Rencana Strategis ini dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) Tahunan yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh instansi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan. Rencana Strategis ini juga menjadi pedoman bagi seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan perdagangan yang telah ditetapkan pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI

56 TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN KEMENTERIAN PERDAGANGAN Formulir 1 UNIT: DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PROGRAM/ TARGET INDIKATOR Satuan UNIT SASARAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Pemenuhan ASEAN Economy Community Scorecard % DIREKTORAT JENDERAL KPI PROGRAM PENINGKATAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka peningkatan akses pasar ekspor 2. Hasil-hasil perundingan Perdagangan Internasional (Agreement, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan, guidance of principal, dan summary of discussion, protocol) hasil perundingan Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional 3. Partisipasi aktif pada perundingan perdagangan internasional 4. Kesepakatan kerja sama perdagangan yang diratifikasi 5. Persentase isu kebijakan perdagangan RI yang dapat diklarifikasi di berbagai fora internasional perundingan proses ratifikasi % Meningkatnya kualitas layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan internasional 6. Persentase pemahaman terhadap hasil kerja % sama dan kesepakatan perdagangan internasional (sample dunia usaha pada sosialisasi Ditjen KPI) 7. Jumlah pengunjung website Ditjen KPI Pengunjung DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Meningkatnya pelayanan teknis dan administratif kepada Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional 1. Persentase realisasi kegiatan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional sesuai perencanaan 2. Persentase pelaksanaan pembinaan kepegawaian 3. Jumlah laporan kegiatan Ditjen KPI (laporan tahunan, bulanan, dan triwulan) % SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL % Laporan 4. Jumlah laporan pelaksanaan kinerja LAK 5. Jumlah Dokumen Perencanaan Ditjen KPI yang disusun 6. Persentase Pemutakhiran Informasi pada Website Ditjen KPI (Hasil Perundingan) Dokumen % PENINGKATAN PERAN DAN KEMAMPUAN DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Meningkatnya peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan di berbagai fora internasional 1. Hasil-hasil perundingan Perdagangan Internasional 2. Partisipasi aktif pada perundingan perdagangan internasional hasil perundingan SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL perundingan 3. Jumlah posisi runding yang disusun posisi runding

57 TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN KEMENTERIAN PERDAGANGAN Formulir 1 UNIT: DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PROGRAM/ TARGET INDIKATOR Satuan UNIT SASARAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 4. Jumlah penyelenggaraan sidang internasional kegiatan di Dalam Negeri 5. Jumlah sosialisasi hasil kerja sama perdagangan internasional 6. Jumlah Publikasi kerja sama perdagangan internasional yang diterbitkan kegiatan publikasi PENINGKATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERDAGANGAN JASA Meningkatnya kerja sama di Bidang Perdagangan Jasa 1. Hasil perundingan bidang jasa di forum internasional 2. Partisipasi aktif pada perundingan perdagangan jasa hasil perundingan perundingan DIREKTORAT PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA 3. Jumlah posisi runding yang disusun posisi runding PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN MULTILATERAL Meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan multilateral 1. Hasil perundingan kerja sama perdagangan multilateral (termasuk respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan/ deklarasi/ratifikasi) 2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama multilateral 3. Jumlah penanganan isu-isu perdagangan multilateral 4. Jumlah posisi runding yang disusun (proposal/point of intervention/posisi runding/rekomendasi) 5. Jumlah pertanyaan/tanggapan/ keberatan terkait kebijakan perdagangan RI dari luar negeri yang dapat diklarifikasi hasil perundingan perundingan isu proposal/ point of intervention/ posisi runding/ rekomendasi Klarifikasi DIREKTORAT KERJA SAMA MULTILATERAL PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN ASEAN Meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog,Antar dan Sub Regional, serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN 1. Pemenuhan ASEAN Economy Community Scorecard % DIREKTORAT KERJA SAMA ASEAN 2. Hasil perundingan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN (termasuk guidance of principal/summary of hasil perundingan 3. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional, serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN perundingan 4. Jumlah posisi runding yang disusun posisi runding 5. Jumlah penanganan isu-isu perdagangan ASEAN isu

58 TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN KEMENTERIAN PERDAGANGAN Formulir 1 UNIT: DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PROGRAM/ TARGET INDIKATOR Satuan UNIT SASARAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 6. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan proses ratifikasi ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional, serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN yang diratifikasi PENINGKATAN KERJA SAMA DAN Meningkatnya hasil kerja sama dan 1. Hasil perundingan kerja sama APEC dan hasil perundingan DIREKTORAT KERJA SAMA PERUNDINGAN APEC DAN perundingan APEC dan Organisasi Organisasi Internasional lainnya APEC DAN ORGANISASI ORGANISASI INTERNASIONAL Internasional lainnya INTERNASIONAL LAINNYA LAINNYA 2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja perundingan sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya 3. Jumlah posisi runding yang disusun posisi runding 4. Jumlah kesepakatan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya yang diratifikasi proses ratifikasi PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN BILATERAL Meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan bilateral 1. Hasil perundingan kerja sama perdagangan bilateral hasil perundingan DIREKTORAT KERJA SAMA BILATERAL 2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja perundingan sama bilateral 3. Jumlah posisi runding yang disusun posisi runding 4. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan bilateral yang diratifikasi 5. Jumlah konsultasi publik dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan nasional proses ratifikasi kegiatan Note: Nomenklatur Outcome dan indikator outcome diambil dari dokumen Restrukturisasi Program dan Kegiatan Kemdag

59

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi 329 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat tekanan

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA Kementerian Perdagangan, Januari 2018

CAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA Kementerian Perdagangan, Januari 2018 CAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA 2018, Januari 2018 Menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok serta mengutamakan penyerapan produksi dalam negeri Meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional As of 31 /01/2012 OUTLINE I. Outlook Dan Sasaran Strategis Rencana Aksi 2012 II. Fokus Pembangunan

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi negaranya. Dewasa ini, salah satu syarat penting untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab 1. Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Pembangunan pendidikan tinggi sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 merupakan bagian tugas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Perguruan tinggi

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM 1. Forum Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation-APEC) dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 BAHAN KULIAH WORLD TRADE ORGANIZATION Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 SEJARAH TERBENTUKNYA GATT (1) Kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 527/MPP/KEP/7/2002 TANGGAL 5 JULI 2002 TENTANG TATA KERJA TIM NASIONAL WTO DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PERUNDING UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

B. PASAR NON TRADISIONAL Negara tujuan / mitra dagang yang ekonominya kuat atau menengah yang berpotensi menjadi mitra dagang.

B. PASAR NON TRADISIONAL Negara tujuan / mitra dagang yang ekonominya kuat atau menengah yang berpotensi menjadi mitra dagang. Perdagangan barang saat ini sudah berkembang jauh dengan makin derasnya perdagangan antar negara. Dimana arus barang yang keluar dan masuk ke suatu negara sudah terjalin nyaris tanpa batas. Pengusaha berusaha

Lebih terperinci

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS

RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS Disampaikan oleh: Direktur Perdagangan, Investasi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Jakarta, 8

Lebih terperinci

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Perdagangan Dalam Negeri PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Perdagangan Dalam Negeri PEMERINTAH - 824 - DD. PEMBAGIAN URUSAN AN PERDAGANGAN SUB 1. Perdagangan Dalam Negeri 1. Penetapan pedoman serta pembinaan dan pengawasan pemberian izin usaha perdagangan (SIUP). 1. Pembinaan dan pengawasan dalam

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010

Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010 Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010 Priyo Hadi Sutanto & Joko Mogoginta Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 26 Maret 2010 2010 All Rights Reserved. 19 Juli 1991

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci