LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013
|
|
- Ari Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan oleh Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tanggal 30 Mei di Swiss-belhotel Kendari. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh sekira 100 peserta yang terdiri dari unsur pemerintah daerah, pelaku usaha, asosiasi, dan akademisi yang berada di kota Kendari. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut dipaparkan 4 topik yaitu: (i) Rencana Isu Konferensi Tingkat Menteri WTO ke - IX 2013 yang disampaikan oleh Direktur Kerja Sama Multilateral; (ii) Perkembangan Posisi Indonesia Pada Sektor Jasa Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Jasa Transportasi dan Logisitik Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa; (iii) Indonesia Menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Mitra Dialog I Direktorat Kerja Sama ASEAN; dan (iv) Perdagangan Internasional (Peluang atau Tantangan Terhadap Perekonomian Indonesia) yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Sulawesi Tenggara. II. PEMBAHASAN 1. Rencana Isu Konferensi Tingkat Menteri WTO ke - IX 2013 Pada paparan ini disampaikan keputusan General Council WTO yang telah memutuskan Indonesia sebagai tuan rumah KTM IX WTO pada tanggal 3-6 Desember 2013 di Bali. Adapun beberapa isu yang akan menjadi isu pada KTM IX WTO antara lain: a. Trade Facilitation yang mempunyai tujuan antara lain: Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 1
2 - Menciptakan suatu regulasi untuk terwujudnya kerja sama yang efektif dan harmonis antar Negara Anggota WTO khususnya sektor kepabeanan serta instansi yang berwenang lainnya di bidang Fasilitasi Perdagangan. - Mewujudkan iklim perdagangan yang kondusif dengan mengurangi hambatan hambatan di sektor arus lalu lintas ekspor impor. - Memberikan dukungan bantuan teknis serta capacity building bagi Negara Negara berkembang dan LDC s dengan menjunjung semangat Special and Differential Treatment (S&DT). b. Least developed countries (LDCs package) yang merupakan upaya negara LDCs untuk menembus akses pasar negara anggota WTO. LDCs Pertama kali disampaikan pada Ministerial Conference 8 Desember 2011, yang sebelumnya sudah dalam sidang informal Trade Negotiation Committee (TNC) pada bulan Mei 2011 bahwa KTM WTO 8 dapat menjadikan beberapa LDCs isu menjadi early harvest. LDCs package mencakup antara lain: (i) Duty free-quota free; (ii) Rules of Origin under Duty Free Quota Free; (iii) The LDCs Services waiver; dan (iv) Cotton c. Tariff Rate Quota (TRQ) merupakan kebijakan perdagangan untuk membatasi masuknya impor produk tertentu dengan cara menerapkan tingkat tarif yang lebih rendah atau nol untuk produk impor dalam kuantitas tertentu (in-quota tariff) dan penerapan tingkat tarif yang lebih tinggi untuk volume di atas kuota (out-quota tariff). Indonesia merupakan salah satu anggota yang memiliki komitmen TRQ atas produk milk and cream of fat and its product dan rice. Mengingat Indonesia menerapkan applied tariff impor atas produk tersebut lebih rendah dari in quota tarif, maka Indonesia tidak memiliki TRQ underfill. Bahkan Indonesia telah memberikan akses pasar yang lebih besar dari yang dikomitmenkan untuk produk beras dan milk. d. Public stockholding for Food Security Negara Berkembang (G-33) menginginkan pengecualian atau perlakuan berbeda (S&DT) yang diberikan kepada negara berkembang bahwa pemerintah dapat melakukan: (i) Pembelian stok pangan dengan tujuan Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 2
3 mendukung produsen berpendapatan rendah (low income and poor resources producers/petani miskin); dan (ii) Pemerintah dapat melakukan dukungan dalam rangka farmer settlement, program land reform, pembangunan pedesaan dan keamanan penghidupan desa (melalui pengecualian reduction dalam perhitungan komitmen subsidi dalam Domestic Support yang trade distorting). e. Information Technology Agreement (ITA) AS dan EU menyampaikan proposal ITA Expansion (ITA II), yang memperluas cakupan produk ITA dalam ITA I. Posisi Indonesia belum berminat untuk berpartisipasi dalam ITA II karena perkembangan yang ada dari ITA I tidak menunjukkan adanya pertumbuhan industri Information and Communications Technology (ICT) di Indonesia. f. Strategi Pemerintah Indonesia akan menjembatani beberapa negara key players untuk isu deliverables pada KTM WTO sebagai isu yang balance menguntungan bagi negara berkembang dan negara maju. 2. Perkembangan Posisi Indonesia Pada Sektor Jasa Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Paparan diawali dengan penyampaian Peranan Jasa dalam Perdagangan Internasional sebagai bidang yang paling cepat berkembang dibandingkan dengan bidang lainnya. Selanjutnya secara umum dipaparkan mengenai esensi GATS, dengan salah satu concern terletak pada adanya kesulitan yang ditemui dalam melakukan perundingan jasa secara multilateral karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi masing-masing negara anggota yang mempengaruhi kemampuan suatu negara dalam menghasilkan peraturan/kebijakan dan cara pandangnya. Adapun untuk perundingan perdagangan jasa di ASEAN dipaparkan mengenai prinsip dasarnya yaitu legally binding, GATS Plus. Liberalisasi jasa pada kerangka ASEAN dilakukan melalui putaran negosiasi di bawah Coordinating Committee on Services (CCS). ASEAN memfasilitasi free flow of services, penyusunan saling pengakuan kualifikasi tenaga kerja profesional (mutual recognition Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 3
4 arrangements). Adapun perkembangan pada perundingan ASEAN antara lain: (i) ASEAN telah menyelesaikan delapan Paket Komitmen AFAS sampai dengan tahun 2012, dengan 80 subsektor jasa telah diintegrasikan; dan (ii) Saat ini negara-negara ASEAN telah memasuki Paket Komitmen AFAS ke-9 dengan 104 subsektor yang akan diintegrasikan. Sebagai penutup, pembicara juga menyampaikan tantangan persaingan harus dihadapi dan peluang yang harus mampu dimanfaatkan dalam menghadapi persaingan global maupun regional. 3. Indonesia Menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pada paparan ini disampaikan beberapa hal terkait dengan kesiapan Indonesia menghadapi AEC serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia antara lain: a. Bahwa setiap negara membutuhkan dan pasti melakukan hubungan dengan negara lain, baik politik maupun ekonomi. b. ASEAN terbentuk didasarkan karena rasa kebersamaan tentang perlunya kestabilan politik dan keamanan di wilayah Asia Tenggara. Namun hal tersebut tidak cukup, sehingga cakupan dari tujuan pembentukan ASEAN diperluas untuk bagaimana bisa menyejahterakan penduduk di wilayah Asia Tenggara, yaitu dengan memberdayakan ekonomi. c. Proses integrasi ekonomi telah dimulai sejak tahun 1977 pada saat FTA disepakati dan visi Masyarakat Ekonomi ASEAN disepakati pada saat Bali Concord 2003 dan pada tahun 2007 pencapaian visi dipercepat menjadi d. Ada empat aspek perekonomian dalam MEA yang akan diintegrasikan yaitu bahwa ASEAN Harus menjadi pasar dan basis produksi tunggal, kawasan yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian dunia. e. Untuk mempersiapkan dalam menghadapi MEA, masyarakat diharapkan dapat mempersiapkan diri, terutama dalam hal Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 4
5 meningkatkan kemampuan atau skill dan kompetensi dari masingmasing individu. f. Bahwa dengan adanya MEA ini, akan membawa beberapa peluang dan manfaat, diantaranya bahwa dengan MEA akan mendorong investasi ke dalam negeri, karena investasi sangat penting untuk pertumbuhan perekonomian. Selain itu dengan adanya pasar tunggal dalam MEA, akan membuat orang untuk membuka usaha. g. Namun di luar itu semua, tentunya kita juga memiliki beberapa masalah dalam negeri dalam menghadapi MEA, namun dalam masalah-masalah tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alasan bahwa Indonesia tidak siap menghadapai MEA, karena pemerintah sudah mempunyai beberapa strategi untuk mengatasi masalah-masalah dalam negeri, di antaranya yaitu: perbaikan infrastruktur fisik (transportasi, telekomunikasi, jalan tol dan retrukturisasi serta revitalisasi), peningkatan iklim usaha yang kondusif, reformasi kebijakan, reformasi kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 4. Perdagangan Internasional (Peluang atau Tantangan Terhadap Perekonomian Indonesia) Pada paparan ini disampaikan beberapa hal terkait teori mengenai perdagangan internasional dan faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional. Alasan untuk melakukan perdagangan luar negeri antara lain: (i) Untuk memperoleh barang atau sumber daya yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri; (ii) Untuk meningkatkan produksi dan perluasan kesempatan kerja dalam negeri; (iii) Untuk memperluas pasar produk dalam negeri; (iv) Untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya di dalam negeri; (v) Memperoleh keuntungan dari spesialisasi; dan (vi) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Perdagangan Internasional antara lain: (i) Memiliki jumlah penduduk besar; (ii) Memiliki banyak sumber daya, terutama sumber daya alam. (iii) Jumlah pengusaha dan industri masih terbatas, terutama yang berorientasi ekspor. (iv) Masalah infrastruktur, Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 5
6 energi, dan air bersih; (v) Penguasaan dan penerapan teknologi masih rendah; dan (vi) Adanya berbagai kesepakan dalam perdagangan internasional (antar negara dan kawasan). Sebagai penutup, pembicara juga menyampaikan kondisi perekonomian di Sulawesi Tenggara. III. DISKUSI TANYA JAWAB Pertanyaan: a. Ferry Fadli, Fakultas Ekonomi-Universitas Muhammadiyah Kendari: (i) Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya barang tambang yang sudah banyak diekspor ke manca negara. Namun kenapa kondisi masyarakatnya masih terlihat kurang sejahtera. Sehingga ada kesan yang kaya hanya pengusaha dan pemerintahnya saja; (ii) Diharapkan penambahan seminar atau workshop yang menyajikan kiat-kiat apa saja yang harus dilakukan mahasiswa untuk menghadapi pasar bebas dan materi kewirausahaan. b. Mustar, Fakultas Ekonomi-Universitas Haluoleo: (i) Bagaimana posisi Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menyikapi perdagangan internasional; (ii) Bagaimana dampak ekonomi dari kerja sama perdagangan internasional, apakah akan membawa keuntungan atau kerugian. c. Laode Arifin, Fakultas Hukum-Universitas Haluoleo: Apakah wujud nyata dari hasil sosialisasi yang telah dilakukan pemerintah. d. Nuraini, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik-Universitas Haluoleo: Sejauh mana peran pemerintah dalam perdagangan internasional, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Sedangkan jika ditilik dari kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang masih serba kekurangan dan angka kemiskinan yang semakin tinggi. e. Heriyanti, Fakultas Hukum-Universitas Haluoleo: (i) Akan sangat banyak unsur-unsur asing masuk ke Indonesia ketika penerapan AEC 2015, khususnya Jasa advokat atau pengacara, hal ini akan meningkatkan kompetisi di sektor jasa tersebut (ii) Jika dilihat dari perjanjian internasional Indonesia Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 6
7 harus membuka pasarnya untuk investor asing tanpa adanya perbedaan perlakuan, namun demikian pemerintah juga berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melindungi investor dalam negeri. f. Kadar, Fakultas Ekonomi-Universitas Haluoleo: (i) Indonesia adalah negeri agraris, namun kenapa kebijakan terhadap sektor pertaniannya tidak seperti negara maju; (ii) Sulawesi Tengara ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Namun dalam penerapannya pemerintah kurang melakukan investasi di sektor hilir. Hal ini mengakibatkan barang tambang dari Sulawesi Tenggara di ekspor dalam bentuk mentah yang tentunya tidak membantu ekonomi masyarakat di kawasan tersebut. Jawaban: a. Terkait peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Gerakan kewirausahaan yang akan meningkatkan SDM sebenarnya sudah menjadi agenda pemerintah. Untuk itu peran perguruan tinggi adalah mendirikan suatu unit pelatihan atau pengembangan kewirausahaan yang dana operasionalnya dianggarkan oleh pemerintah. Selain itu pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk membangun pengetahuan masyarakatnya terhadap pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN Untuk itulah peran dari Kementerian Koordinator Perekonomian untuk mengoordinir persiapan-persiapan yang perlu dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyongsong MEA tersebut. b. Terkait akses informasi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan informasi terkait hal tersebut. Namun khusus untuk sosialisasi, saat ini Pemerintah hanya melakukannya dengan bekerja sama dengan Disperindag Provinsi. Jika pihak akademisi memerlukan seminar atau workshop terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN yang lebih terperinci lagi, maka dapat menghubungi Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Perdagangan. Melalui sosialisasi, pemerintah dapat mengetahui sektor mana yang perlu ditingkatkan dan yang perlu dikembangkan, yang kemudian dituangkan dalam kebijakan-kebijakan yang akan melindungi sektor tersebut dari efek negatif perjanjian perdagangan Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 7
8 internasional. Terkait informasi akses pasar, masyarakat dapat menghubungi Atase Perdagangan atau Kepala ITPC Kementerian Perdagangan ataupun menghubungi Kedutaan Besar di negara tersebut. c. Terkait dengan daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap perdagangan internasional. Dari data ekspor, terlihat bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara banyak mengekspor barang tambang dalam bentuk mentah atau ore. Dari struktur pendapatan adalah 45% bersumber dari pertanian dan 44% dari Jasa, sektor industri hanya 11%. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil sumber daya alam tidak direspons oleh industri pengolahan, sehingga proses transformasi ekonomi tidak berjalan seperti di negara maju. Komoditi andalan Provinsi Sulawesi Tenggara seperti Kakao dan Mete banyak diekspor melalui pelabuhan provinsi lain terutama Makassar dan Surabaya. Hal ini adalah tugas pemerintah daerah yang harus menyediakan infrastruktur yang dapat mendistribusikan komoditi dan industri yang dapat mengolah bahan mentah. Pemerintah pusat dalam hal ini juga telah menerbitkan peraturan yang melarang ekspor barang mentah. Sehingga akan mendorong peningkatan sektor hilir, kesempatan kerja dan nilai tambah suatu barang. Termasuk juga membangun UKM, saat ini Kemenko Perekonomian sudah membangun inkubator wirausaha untuk meningkatkan daya saing dari UKM. Untuk subsidi pertanian yang dapat meningkatkan daya saing. Di dalam WTO subsidi sebenarnya sudah dikategorikan, seperti Green Box (subsidi yang diperbolehkan), Amber Box (subisidi yang mendistorsi perdagangan, namun harus diturunkan secara bertahap), Red Box (subsidi yang dilarang). Untuk itulah negara-negara maju akan menurunkan subsidi pertaniannya secara bertahap karena akan mendistorsi perdagangan. d. Terkait akan banyaknya para pelaku bisnis asing yang masuk. Kesepakatan perdagangan internasional mengharuskan Indonesia memperlakukan investor tanpa ada diskriminasi. Untuk itu jika ada sektor jasa yang mengalami tekanan dari asing, maka masyarakat dapat menggugat pemerintah. Selain itu sebenarnya dalam kesepakatan perdagangan telah dibuat Daftar Negatif Investasi, disitulah sektor-sektor yang tidak boleh dimasuki oleh asing Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 8
9 ditetapkan. Namun,kita juga tidak perlu khawatir dengan asing, karena kita bicara jasa, yang lebih banyak commercial present-nya daripada investasi, di mana bentuk usaha itu harus dalam Perseroan Terbatas sehingga kepemilikannya dibatasi atau tidak 100%. e. Terkait perluasan akses pasar. Pemerintah dalam melakukan hubungan dagang internasional melakukannya melalui dua jalur yaitu pasar tradisional dan nontradisional. Namun terkait kondisi ekonomi dunia yang sedang turun maka pemerintah selalu meningkatkan akses pasar di pasar nontradisional. Melalui misi dagang dan pameran produk Indonesia akan semakin dikenal diseluruh dunia. IV. PENUTUP Guna mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan, telah dilakukan penyebaran kuesioner kepada para peserta. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 70 kuesioner yang telah diisi dengan baik, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pemahaman peserta sosialisasi di Kota Kendari adalah 79%. Dalam seminar, para peserta seminar mengharapkan pemerintah dapat lebih mengedepankan kepentingan ekonomi dalam negeri dahulu, serta memperbanyak Seminar atau Workshop yang dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya seperti Pelatihan Berwirausaha. Hal ini diharapakan dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia ketika AEC mulai diberlakukan secara resmi. Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 9
10 Foto Kegiatan Sosialisasi di Kendari Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 10
11 Foto Kegiatan Sosialisasi di Kendari Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Kendari 11
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...
Lebih terperinciSambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia
Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperincihambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l
BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Pembicaraan pertanian di bawah proposal juga diajukan oleh negara-negara membangun komitmen pemerintah untuk
PAKET BALI : PELUANG DAN TANTANGAN PRODUK PERTANIAN INDONESIA Shanti Darmastuti (Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UPN Veteran Jakarta) Abstract Agricultural sector has become one
Lebih terperinciPERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi
PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat
Lebih terperinciDr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014
Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciRESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari
RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu
Lebih terperinciTUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI
TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : A Dosen : Huala Adolf,
Lebih terperinciLAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION
2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION JENEWA, 21 22 MARET 2011 BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI KE
Lebih terperinciBAB II. WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO
BAB II WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO A. WTO sebagai Organisasi Perdagangan Dunia 1. Perubahan GATT menjadi WTO World Trade Organization (WTO) didirikan pada
Lebih terperinciTANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts
TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015 Yang terhormat: Walikota Depok; Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Lebih terperinciLatar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mendorong munculnya perubahan dari berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Parigi, 4 Mei 2015 Yth.: 1. Bupati Parigi Moutong; 2.
Lebih terperinciARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *
ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinciMENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 527/MPP/KEP/7/2002 TANGGAL 5 JULI 2002 TENTANG TATA KERJA TIM NASIONAL WTO DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PERUNDING UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan internasional, kebutuhan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi
Lebih terperinci2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciMenerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia
Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN
22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4, Jakarta Telp : Fax :
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4, Jakarta 10710 Telp : 3511178 Fax : 3511186 Nomor : S- 03 /D.VII.M.EKON.4/01/2016 Jakarta, 13 Januari 2016
Lebih terperinciBAB III ANALISIS ISU STRATEGIS
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN
LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN ANALISIS KESEIMBANGAN UMUM DAMPAK PAKET BALI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA DAN TINDAK LANJUTNYA Oleh: Reni Kustiari Erna Maria Lokollo Hermanto Adi Saktyanu Kritiantoadi
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016 Yang terhormat: Presiden Direktur PT. Kalbe Farma; CEO
Lebih terperinciSALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
SALINAN t,',?s r. *, J.Tnt ", r, o UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTPCO' AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANUATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai
Lebih terperinciSIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia
SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR)
TERM OF REFERENCE (TOR) WorkshopKetahananEkonomidanSosial Memperkuat Ketahanan Dan Stabilitas Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Ditengah Tantangan Nasional Dan Global Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Lebih terperinciProyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10
RI N G K ASA N KEG IATA N 15 18 DESEMBER 2015, NAIROBI TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10 Badan pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan I Tahun 2016 Kode Dan Nama Program [035.01.06] Program Koordinasi
Lebih terperinciRUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH
Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciMULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL
MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF
Lebih terperinciLAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 CAPAIAN KINERJA PENYERAPAN ANGGARAN PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan II Tahun 2016 Kode Dan Nama Program
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciKeywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly
KAJIAN PENGATURAN TERHADAP STANDAR PRODUK PRIORITAS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DALAM KAITANNYA DENGAN PRAKTIK MONOPOLI Oleh: I Gusti Putu Ngurah Satriawibawa I
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:
DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang tertuang di dalam Bab I sampai dengan Bab IV tesis ini, maka sebagai penegasan jawaban atas permasalahan penelitian yang
Lebih terperinciDAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))
DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN
Lebih terperinciWritten by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46
RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Ne
No.729, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Surat Keterangan Asal. Intansi Penerbit. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan
Lebih terperinciKesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Menghadapi MEA 2015 SEKILAS TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)/ MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya
Lebih terperinciTantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015
Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 32/M-DAG/PER/5/2015 TENTANG
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciB. PASAR NON TRADISIONAL Negara tujuan / mitra dagang yang ekonominya kuat atau menengah yang berpotensi menjadi mitra dagang.
Perdagangan barang saat ini sudah berkembang jauh dengan makin derasnya perdagangan antar negara. Dimana arus barang yang keluar dan masuk ke suatu negara sudah terjalin nyaris tanpa batas. Pengusaha berusaha
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEMITRAAN EKONOMI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA RAPAT KERJA KEMENDAG TAHUN 2016 JAKARTA, 27 JANUARI 2016
SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA RAPAT KERJA KEMENDAG TAHUN 2016 JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Salam Pembuka: Yang kami hormati: - Pimpinan Komisi VI DPR-RI; - Bapak Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciPEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan
2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Lebih terperinciNASKAH AKADEMIK DAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS HUKUM PUSAT KAJIAN GOOD GOVERNANCE DAN PUBLIC MANAGEMENT Jalan Majapahit No. 62.Telp. (0370) 633035 Mataram Lombok 83125
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang
BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral
Lebih terperinciURAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciPenguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa
RI N G K ASA N KEG IATA N TPSA SEPTEMBER 2016 CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek TPSA menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai
Lebih terperinci