BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gagasan Islamisasi sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati dan menjadi great projek bagi kalangan masyarakat Muslim. Gagasan ini muncul untuk merespon perkembangan pengetahuan modern yang didominasi peradaban barat non- Islam. Dominasi peradaban sekuler menjadi factor dominan dari kemunduran umat islam. Pemikiran tentang islamisasi ilmu pengetahuan bertitik dari pemikiran tentang hubungan antar islam dan ilmu modern (sains) berbagai pendapat muncul menafsirkan hubungan tersebut baik pendapat yang pro maupun kontra. Islamisasi Ilmu dewasa ini banyak dibahas di dunia Islam juga berlatar belakang dan dalam konteks krisis yang modern yang kini tidak saja melanda masyarakat Barat sebagai tempat lahir dan berkembangnya Ilmu pengetahuan modern, melainkan juga telah melanda masyarakat di dunia Islam. Islamisasi Ilmu sesungguhnya adalah usaha untuk mencari dan menyediakan sebuah model alternatif bagi Ilmu pengetahuan modern ini merupakan sebuah persepsi dan tanggapan baru dari intelektual muslim kontemporer, yang berbeda dengan persepsi dan tanggapan intelektual muslim pada masa sebelumnya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu Islamisasi Ilmu Pengetahuan? 2. Siapa tokoh-tokoh yang berperan dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan? 3. Bagaimana pentingnaya Islamisasi Pengetahuan? 4. Bagaimana langkah langkah Isamisasi Pengetahuan? 1

2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Islamisasi Ilmu Islamisasi ilmu pengetahuan berarti melakukan suatu aktifitas keilmuan seperti mengungkap, mengumpulkan, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang Islam terhadap islam, terhadap alam, kehidupan dan manusia.aktifitas keilmuan itu adalah penambahan atau pemungsian akal manusia, atau lebih tepatnya, pemungsian kemampuan akal manusia, terhadap gejala, baik yang bersifat kebendaan, kehidupan, kerohanian, atau kemanusiaan, dalam lingkup alam, dunia dan kehidupan. 1 Islamisasi bukan terbatas hanya pada apa yang disebut dengan ilmu dalam mengahadapi alam. Tapi harus menjangkau apa yang dikenal dengan lingkup ilmu-ilmu kemanusiaan bahkan dalam hal ini Islamisasi sangat dibutuhkan. Sebab Islamisasi berkepentingan untuk menata kondisi manusia di dunia, mengatur kehidupannya, agar ia mampu menunaikan tugasnya di dunia dengan baik. Islamisasi ilmu pengetahuan disini tidak hanya berarti seruan untuk mewujudkan keserasian antara ilmu pengetahuan manusia dengan tuntunan agama, pada tigkat praktek. Tapi yang dimaksud disini adalah mengantisipasi semua aktifitas keilmuan manusia pada dua tingkat, teori dan praktik sekaligus, agar kegiatan keilmuan tersebut terwujud pada lingkup landasan iman dan terbentuk sesuai dengan tuntunan dan persepsinya yang universal dengan meneladani ilmu-ilmu lain. 2 Semetara sebagian intelektual muslim kontemporer memberikan respon epistimologis terhadap tantangan modernitas dengan melakukan usaha humanisasi ilmuilmu keislaman, sebagian yang lain memberikan respon dengan melakukan sebuah gerakan yang dikenal dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa peradaban modern dewasa ini sedang berada dalam kondisi kritis. Beberapa masalah yang menandai krisisnya peradaban modern itu dapat disebut sebagi contoh, anatara lain : Tersisihkannya dimensi ilahiyah dalam kehidupan manusia sebagai akibat sekularisasi, adanya degradasi nilai-nilai humanitas, aliensi manusia, dan krisis lingkungan, sebagai akibat pengurasan dan pengrusakan sumber daya alam. 3 Sebagai gerakan pemikiran, Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini merupakan sebuah persepsi dan tanggapan baru dari Intelektual Muslim kontemporer, yang berbeda dengan persepsi dan tanggapan Intelektual Muslim pada masa sebelumnya. Persepsi dan tanggapan Intelektual Muslim pada masa sebelumnya, yakni abad ke sembilan belas dan paruh pertama abad ke dua puluh, terdapat ilmu pengetahuan modern secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok utama. Kelompok pertama menanggapinya secara negatif, yakni dengan menyatakan perlawanan dan penolakan terhadap ilmu pengetahuan modern. Sedangkan kelompok kedua menganggapinya secara positif, yakni dengan berusaha keras untuk mempelajari dan menguasainya. 4 1 Imaduddin, dan Kholil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah, Jakarta:Media Da wah,hlm.4 2 Imaduddin, dan Kholil, Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah, Jakarta:Media Da wah,hlm Sholihan, Epistimologi pengembangan ilmu-ilmu keislaman, Semarang: Walisongo press, 2011, Cet 1, hal Sholihan, Epistimologi pengembangan ilmu-ilmu keislaman, Semarang: Walisongo press,2011,cet 1, hal

3 Dengan Islamisasi ilmu, ada satu asumsi bahwa terdapat perbedaan antara ilmu pengetahuan modern dengan ilmu pengetahuan yang islami.perbedaan ini terutama berkenaan dengan landasan filosofisnya. ilmu pengetahuan yang positivistic tidak membutuhkan Tuhan sebagai sebuah hipotesis. ia bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam tanpa bantuan sebab-sebab spiritual dan metafisik, melainkan lebih dalam bentuk sebab-sebab natural atau material semata. Sebagai individu, mungkin banyak ilmuan modern yang percaya pada tuhan atau realitas tertinggi, namun sebagai komunitas ilmiah mereka harus mengikuti norma ilmiah untuk menghapuskan Tuhan atau hal-hal metafisik lain dari alam semesta. Mereka mempelajari relitas alam fisik yang indipenden sepenuhnya dan realitas metafisik. Pada lain pihak, Islam memandang bahwa realitas fisik hanyalah sebuah dimensi dari realitas secara keseluruhan. Bahkan realitas fisik adalah realitas realitas tingkat rendah, tidak memiliki eksistensi yang berdiri sendiri, dan ia memperoleh eksistensinya dari tuhan sebagai realitas tertinggi. 5 B. Tokoh yang berperan dalam Islamisasi Ilmu dan Pemikirannya 1. Sayyed Hossein Nasr Ide Islamisasi sains pertama kali yang dicetuskan oleh Nasr dalam bukunya The Encounter of Man and Nature tahun Sains Islam menurut Nasr tidak akan dapat diperoleh kecuali dari intelek yang bersifat ilahiyah dan bukan akal manusia. kedudukan intelek adalah dari hati, bukan di kepala, karena akal tidak lebih dari pantulan ruhaniyah. Untuk mewujudkan sains islami, Nasr menggunakan perbandingan dengan apa yang telah diraih Islam pada zaman keemasannya (zaman pertengahan). Menurutnya, pada saat itu dengan teologi yang mendominasi sains, sains telah memperoleh kecerahan dan dapat menyelamatkan umat dari sifat destruktif sains Maurice Bucaille Bucaille merupakan seorang dokter ahli bedah bangsa Prancis yang beralih menjadi spiritualis, ia menjadi orang tekenal di dunia Islam dengan diterbitkannya buku La Bible La Coran at La Science ( The Bible, The Qur an and science/ Bible Qur an dan Sains Modern). Bucaille mengawali pembahasan dari bukunya tersebut dengan menelaah keotentikan teks suci al-qur an. Kemudian dia mengkonfrontasikannya dengan Bibel, dan dia mengambil suatu kesimpulan akhir bahwa al-qur an dalam hal keotentikannya teks lebih mutawatir. dibandingkan dengan Bibel. Sedangkan dalam kaitannya dengan perkembangan sains di dunia kontemporer, metode yang digunakannya cukup sederhana. dengan merujuk beberapa ayat al-qur an dan juga Bibel, dia mengaitkannya dengan sains modern, dengan fakta ilmiah yang telah ditemukan. Dalam komparasi ini, kemudian dia juga mengambil suatu kesimpulan bahwa al-qur an memiliki kesesuaian dengan fakta ilmiah sains modern, sementara Bibel banyak kelemahan 7 3. Ismail raji Al-Faruqi 5 Sholihan, Epistimologi Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Semarang: Walisongo press,2011,cet 1, hal Muhammad, dan Zaenuddin, Filsafat Ilmu: Perpsektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Mendia, 2003, hal.40 7 Muhammad, dan Zaenuddin, Filsafat Ilmu: Perpsektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Mendia, 2003, hal

4 Karya dari al-faruqi tentang ide Islamisasi sains adalah Islamization of knowledge: General Principles and Work plan. Ide al-faruqi ini sebagimana juga banyak menjadi landasan awal ide Islamisasi sains nasr dan Bucaille, yaitu berawal dari keprihatinannya yang mencermati bahwa dalam jajaran peradaban dunia dewasa ini umat islam hampir di semua segi baik politik,ekonomi, budaya, maupun pendidikan berada ada posisi bangsa yang lebih rendah. Al-Faruqi menyebut hal ini sebagai malaise yang dihadapi umat. Ilmu pengetahuan menurut tradisi islam tidak menerangkan dan memahami realitas sebagai entitas yang terpisah dan indipenden dari realitas absolute (Allah), tetapi melihatnya sebagai bagian integral dari eksistensi Allah. Oleh karena itu,islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-faruqi harus diarahkan pada suatu kondisi analisis dan sintesis tentang hubungan realitas yang sedang dipelajari dengan hukum(pola) hukum tuhan. Rencana kerja Islamisasi sains al-faruqi memili tujuan untuk : a. Menguasai disiplin modern b. Menguasai warisan Islam c. Menetapkan relevansi khusus pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern d. Mencari jalan untuk Sintesis khusus kreatif antara warisan (Islam) dan ilmu pengetahuan modern e. Meluncurkan pemikiran Islam pada jaan yang mengarah pada kepatuhan pada hukum Tuhan 8 4. Syed Muhammad Naquib Al-Attas Al-Attas menagatakan Islamisasi adalah jalan utama pembebasan manusia dari trades magis, mitologis, animates nasional cutural dan sesudah itu dari pengendalian sekuler terhadap nalar dan bahasanya yang selama ini diderita umat islam. Dengan demikian sifat Islmisasi suatu proses pembebasan. Langkah yang paling efektif dalam program Islamisasi sains dan disiplin pengetahuan adalah melalui Islamisasi bahasa. Islamisasi bahasa menurut al-attas sesungguhnya telah ditunjukkan oeh al-qwur an sendiri dalam surat al-alaq (96):1-5 Banyak ilmuan Muslim yang telah menulis tentang dampak buruk konsep keilmuan sekuler Barat terhadap kemanusiaan. Tetapi, sebuah langkah berdasar pada konsep yang sistematis dan mendasar telah dipelopori oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-attas, yang sejak lama mengingatkan bahwa problem utama umat islam adala problem ilmu pengetahuan (The Probblem of Knowledge). 9 Dalam berbagai karyanya, yang dimulai di awal 1070-an, Prof. Naquib al-attas menjelaskan dasar-dasar perbedaan ontologis, epistimologis, etika, dan budaya antara Islam dan Barat sekuler yang dominan. Al-Attas pun telah meluncurkan wacana serius tentang dewestrnisasi dan dekolonisasi melalui proyek intelektual islamisasi pengetahuan kontemporer, yang berpusat di universitas. Menurut al-attas, islamisasi adalah: usaha untuk membebaskan manusia pertama-tamanya dari tradisi magis, mitos, animistic, kultur nasional, lalu membebaskan dari jeratan secular yang membelenggu akal dan bahasanya. Orang islam adalah orang yang akal dan 8 Bakar dan Osman, Tauhid dan Sains, Bandung: Pustaka Hidayah, 1994, hal Muhammad, dan Zaenuddin, Filsafat Ilmu,Perpsektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Mendia, 2003, hal

5 bahasanya tidak lagi dikontrol oleh magis, mitos, animism dan tradisi nasionalisme dan kulturalnya. Inilah perbedaan anatar Islam dann sekularisme. Selain itu, Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan suatu upaya untuk mengeliminir unsure-unsur serta konsep-konsep pokok yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat, khususnya ilmu-ilmu kemanusiaan. 5. Ziauddin Sardar Sardar mengidentifikasikan cara perumusan epistmologi Islam, yaitu: 1) Merumuskan paradigma ilmu pengetahuan, yaitu dengan manitik beratkan pada konsep, prinsip dan nilai Islam penting yang berhubbungan dengan pengkajian khusus. 2) Merusmuskan paradigma tingakah laku, dengan jalan menentukan batasan etika dimana para ilmuwan muslim bisa bekerjja secara bebas. Sardar menegaskan para prinsipnya sains dan teknologi senantiasa berkaitan dengan 10 nilai dasar Islam, yaitu: tauhid, khalifah, ibadah, ilmu, halal, haram, adl, dhalim, dan dhliy (pemborosan). 10 C. Pentingnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan Banyak hal yang penting kenapa Islamisasi Ilmu Pengetahuan itu harus ada, Karena dengan adaya Islamisasi ilmu banyak sekali manfaat yang akan diperoleh, khususnya dalam meninggikan harkat dan derajat agama Islam. Hal hal tersebut diantaranya : 1. Kepentingan Aqidah Agama Islam semenjak awal sesuai dengan namanya memiliki orientasi yang jelas : Islam semata mata karena Allah, Tuhan semesta alam, karena iradah, kalimah, perintah dan larangannya, karena sunnah dan aturannya di alam dunia dan kehidupan. Dialah yang meletakkan manusia dan kelompok orang yang beriman berdasarkan apa yang kita sebutkan dalam kondisi yang sesuai dengan sunnah dan aturannya. Kegiatan keilmuan, baik bersifat kemanusiaan, ilmiah, atau praktis, tak satupun yang menghalanginya umtuk dilaksanakan dalam cakupan iman. Bila dalam bidang ini ada salah satu disiplin ilmu yang bertentangan dengan prinsip keimanan, maka hal itu terjadi karena adanya kelainan pada kebenaran ilmu tersebut atau pada konsepnya atau pada cara mengelolanya. Bisa pula kita lihat proses saling berpengaruh mempengaruhi antara aqidah dan ilmu pengetahuan di dalam pandangan Islam, sebagai suatu hal yang menguatkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan tersebut terbentuk dalam kerangka Islam. Islam, sebagaimana telah dikatakan, menuntut bahkan memerintahkan agar diadakan kegiatan keilmuan. Sementara kegiatan yang dipacu oleh motivasi iman ini pada gilirannya akan memperkuat pandangan Islam, menyinarinya dengan nilai nilai keilmuan, serta menopangnya dengan berbagai saran penguat, pembuktian, penyebarluasan dan penyentuhan dengan alam. Artinya Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah suatu kepentingan aqidah yang mempunyai dua orientasi pokok. Pertama, membantu umat Islam seluruh dunia untuk lebih faham dan mengerti 10 Muhammad, dan Zaenuddin, Filsafat Ilmu: Perpsektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Mendia, 2003, hal.48 5

6 tentang tatanan agama yang mereka anut. Dengan demikian akan bertambah keyakinan mereka akan kebenaran Islam dalam membimbing kehidupan manusia dengan konsep ilmu pengetahuan. Kedua, untuk memungkinkan umat Islam sedunia melakukan penelitian dengan kekuatan material dan mengembangkan kehidupan modern agar mereka bisa hidup layak di dunia ini, dan bisa menghadapi tekanan dan tantangan dari pihak lain Kepentingan Kemanusiaan Ini konsekuensi logis dari uraian sebelumnya. Bila aqidah bertujuan untuk membina insan yang beriman, berfikir, seimbang dan bahagia, maka aktivitas keilmuan yang dikontrol oleh pandangan iman tampil sebagai pembantu bagi terwujudnya tujuan diatas. Kita bisa menggambarkan nilai yang hakiki dari aktivitas keilmuan yang tidak berlandaskan agama terhadap manusia. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang tidak agamis, atau atheis, maka ilmu pengetahuan yang Islami selalu berusaha untuk memberikan manfaat kepada seluruh umat manusia. Ia tidak didukung oleh kepentingan menjaga rahasia atau menyembunyikan suatu penemuan dengan alasan yang pragmatis dari orang lain. Pengalaman sejarah menunjukkan, ilmu pengetahuan yang dilandasi iman suka memberi, dan bersifat manusiawi. Dengan artian bahwa ia selalu berusaha untuk mengabdi pada semua manusia tanpa memandang perbedaan warna, ras, letak geografis, bahkan sekte dan agama Kepentingan Peradaban Meniru ilmu Barat atau mengimpornya tidak mampu membangun suatu peradaban atau merehabilitasinya dari kerusakan dan kehancuran. Hasil maksimal dari tindakan ini adalah membuat dunia ketiga beredar dalam orbit peradaban orang lain. Bisa saja maju selangkah dalam bidang modernisasi fisik. Tapi pada tingkat peradaban dia tak punya peta yang tetap dan istimewa di atas permukaan boa bumi ini. Islamisasi ilmu pengetahuan, lewat analisa yang ringkas ini, kelihatan penting sekali. Sebab dengan Islamisasi, umat Islam, baik hari ini, maupun esok, bisa melewati satu dari dua hal. Boleh jadi umat islam membaur dengan yang lain, tapi ia tetap memiliki identitas khusus, atau menghindar sama sekali tanpa menggunakan kemajuan mereka. Disini, ketika umat Islam berkesempatan untuk melakukan aktivitasnya dalam lingkaran keimanan, mereka akan tahu bagaimana mengambil api suci dari orang lain. Api tersebut bukan digunakan untuk membakar dunia, atau menghancurkan dirinya sendiri. Tapi digunakan untuk membina unsur unsur ilmu pengetahuan yang diatur menurut tuntunan iman. Bahkan dilanjutkan untuk mengembalikan peranannya yang 11 Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da wah.1994.hlm Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da wah.1994.hlm

7 terlupakan, yaitu untuk merehabilitasi alam dengan ilmu pengetahuan yang disinari iman dan bersandarkan pada petunjuk Allah SWT Kepentingan Ilmiah Kegiatan ilmiah biasanya sering dilakukan karena keinginan seseorang untuk menciptakan suatu penemuan dan keunggulan. Bila lingkup analisa lebih diperluas kearah berbagai kelompok, maka aktivitas ilmiah biasanya dijadikan sarana untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pembangunan strategis, begitu juga angkatan senjata. Islamisasi ilmu pengetahuan sesuai dengan bahasan ini, berarti mengisi aktivitas keilmuan pada tingkat kuantitas dan kualitas dengan bahan bakar baru yang membuatnya terus bekerja dan layak untuk mengungkap fakta fakta baru, menyinari sunnah dan aturan aturan Allah, dan menunjukkan kepada sumber sumber kekuatan dan potensi potensi yang masih tersimpan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Kitabullah sejak lama, dan mengajak umat Islam untuk merobek tabir penutup dan mengeluarkannya ke tengah khalayak manusia demi kebaikan dan kesejahteraan. D. Langkah Langkah Islamisasi Pengetahuan a. Penguasaan disiplin ilmu modern dengan cara membaginya ke dalam kategori kategori, prinsip prinsip, metodologi, problem dan tema yang dominan di Barat. b. Survei disiplin ilmu yang dibuat dalam bentuk esai untuk mengetahui garis besar asal usul sejarah dan perkembangan maupun metodologinya, perluasan visi bidang kajiannya, dan kontribusi utamanya yang memperluas daya jangkauannya. c. Menguasai warisan khazanah Islam sebagai titik tolak Islamisasi Pengetahuan. d. Penyajian disiplin ilmu Islam yang relevan dan khas Islam. e. Penilain kritis terhadap disiplin khazanah ilmu. f. Melakukan survei atas masalah pokok umat Islam. g. Melakukan analisis-sintetik kreatif. Ini hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai disiplin ilmu, warisan Islam dan sekaligus pula melakukan analisis kritis terhadap keduanya. h. Menata ulang disiplin ilmu dibawah frame work Islam: menyediakan text book untuk universitas. i. Melaksanakan berbagai konferensi, seminar, workshop, dan sebagainya sebagai faculty training Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da wah.1994.hlm Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da wah.1994.hlm Juhaya, S Praja. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta:Teraju.2002.hlm

8 BAB III KESIMPULAN Islamisasi ilmu pengetahuan berarti melakukan suatu aktifitas keilmuan seperti mengungkap, mengumpulkan, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang Islam terhadap islam, terhadap alam, kehidupan dan manusia. Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan antara lain Sayyed Hossein Nasr, Maurice Bucaille, Ismail Raji Al Faruqi, Syed Muhammad Naquib Al-Attas,dan Ziauddin Sardar.Dengan adaya Islamisasi ilmu banyak sekali manfaat yang akan diperoleh, khususnya dalam meninggikan harkat dan derajat agama Islam. Hal hal tersebut diantaranya, Kepentingan Aqidah, kepentingan kemanusiaan,kepentingan peradaban, dan kepentingan ilmiah. Selain itu dalam gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan terdapat langkah langkah yang diperlukan untuk mencapai proses Islamisasi Pengetahuan, diantaranya, Penguasaan disiplin ilmu modern dengan cara membaginya ke dalam kategori kategori, prinsip prinsip, metodologi, problem dan tema yang dominan di Barat. Survei disiplin ilmu yang dibuat dalam bentuk esai untuk mengetahui garis besar asal usul sejarah dan perkembangan maupun metodologinya, perluasan visi bidang kajiannya, dan kontribusi utamanya yang memperluas daya jangkauannya. Menguasai warisan khazanah Islam sebagai titik tolak Islamisasi Pengetahuan. Penyajian disiplin ilmu Islam yang relevan dan khas Islam. 8

9 BAB IV PENUTUP Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terimakasih atas antusiasme dari pembaca yang berkenan menelaah dan mengimplementasikan isi makalah ini. Saran dan kritik konstruktif tetap kami harapkan sebagai bahn perbaikan. Sekian dan terimakasih. 9

10 DAFTAR PUSTAKA Bakar, Osman, Tauhid dan Sains (Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam), Bandung: Pustaka Hidayah, 1994 Imaduddin, Khalil Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan sejarah, Jakarta: Media da wah Muhammad. Zaenuddin Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Media Sholihan Epistimologi Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Semarang: Walisongo press S.Praja, Juhaya Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta:Teraju 10

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan suatu proses pengembangan potensi kreatif peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berkepribadian muslim,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan dan Kompetensi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Islam yang terdiri dari berbagai dimensi ajaran

Lebih terperinci

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer U á Å ÄÄt{ ÜÜt{ÅtÇ ÜÜt{ Å Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Oleh: Sarjuni, S.Ag., M.Hum. 1 Sain Tidak Bebas Nilai (Not Values-Free) 1. Ilmu yang di dalam peradaban Barat diklaim sebagai bebas nilai,

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang dimunculkan dalam bab ini berisi

BAB VII PENUTUP. dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang dimunculkan dalam bab ini berisi BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Paparan pada bab-bab sebelumnya merupakan rangkaian alur penelitian yang ditujukan untuk menjelaskan permasalahan seperti yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang

Lebih terperinci

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul IPTEK

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Dosen : Dr. Muhammad Yusro, MT FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA MATERI PERKULIAHAN Mengapa dan bagaimana PAI diajarkan di perguruan tinggi Bagaimana manusia bertuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisotris Dari hasil penelitian ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam, 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, 78 BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, baik yang tampak ataupun tidak tampak. Manusia pun mau tidak

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN A. Langkah-langkah Untuk Mencapai Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ketika mengeluarkan suatu ide besar yang dikemukakan oleh para intelektual atau ilmuwan pasti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

sepenuhnya modeniti, sebaliknya cuba mengubahsuai ciri-ciri modeniti untuk

sepenuhnya modeniti, sebaliknya cuba mengubahsuai ciri-ciri modeniti untuk Bab 8: Kesimpulan Malaysia adalah sebuah negara yang sedang pesat menuju ke arah kemodenan. Modenisasi yang berlaku menyebabkan timbulnya pelbagai cabaran khususnya kepada masyarakat Malaysia yang majoritinya

Lebih terperinci

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Jusmarwan Nacing, SP ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENG ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Jusmarwan Nacing, SP Bogor, 21 Mei 2010 Manusia, ilmu

Lebih terperinci

MANUSIA SAIN, TEKNOLOGI DAN SENI

MANUSIA SAIN, TEKNOLOGI DAN SENI MANUSIA SAIN, TEKNOLOGI DAN SENI A. Pendahuluan Tema ini mengandung dua subtansi kajian yaitu bagaimana posisi manusia dalam ipteks dan apa manfaat Ipteks bagi manusia. Manusia merupakan subyek dan salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar 87 BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar Abdul Malik Fadjar mengibaratkan Hubungan Islam dan pendidikan seperti dua

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan 344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS Nuryani, M. IAIN Palopo Abstrak: Filsafat merupakan sebuah sistem komprehensif dari ide-ide mengenai keadaan yang murni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Hakikat Ilmu Filsafat dalam Konteks Pendidikan Filsafat dan Metafisika

Hakikat Ilmu Filsafat dalam Konteks Pendidikan Filsafat dan Metafisika Hakikat Ilmu Filsafat dalam Konteks Pendidikan Filsafat dan Metafisika (menuju Filsafat Spiritual) Oleh Marsigit Surau Saiful Amin Yogyakarta HERMENEUTICS OF LIFE SILATURAKHIM T S U N A M I Mount of M

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 11Fakultas TEKNIK PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Ilmu dalam Perspektif Historis Beberapa Aspek Penting dalam

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat didorong oleh kualitas pendidikan manusia. Ilmu pengetahuan memang bersifat objektif

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut: 254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

DPIK A Pengantar Psikologi & Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Islam

DPIK A Pengantar Psikologi & Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Islam SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING DPIK A Pengantar Psikologi & Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Islam Pensyarah: Ustazah Nek Mah Bte Batri Master in Islamic Studies Calon PhD- Fiqh Sains & Teknologi

Lebih terperinci

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sering menjadikan manusia putus asa. Persoalan-persoalan tersebut. dari adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sering menjadikan manusia putus asa. Persoalan-persoalan tersebut. dari adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup dan persoalannya menjadi hal yang selalu menyibukkan seseorang, bahkan sering menjadikan manusia putus asa. Persoalan-persoalan tersebut semakin menjadi sangat

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DIMENSI PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Dapat Dijadikan Bahan Perbandingan dalam Mengembangkan Proses Belajar dan Pembelajaran pada Lembaga Diklat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS DAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI. A. Persamaan Pemikiran Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS DAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI. A. Persamaan Pemikiran Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS DAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI A. Persamaan Pemikiran Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi Persaingan sistem pendidikan Barat dengan sistem pendidikan

Lebih terperinci

Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C : Drs. Dang Eif Saeful Amin, M.Ag Dzulfikar

Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C : Drs. Dang Eif Saeful Amin, M.Ag Dzulfikar SAP ILMU ALAMIAH DASAR Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan BPI UIN SGD BANDUNG PROGRAM PEMBELAJARAN Mata kuliah : ILMU ALAMIAH DASAR Bobot : 3 sks Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C Dosen : Drs.

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SMP ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII A di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah BAB I PENDAHULUAN Belajar tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhenti untuk menggali ilmu. Walau ajal menjemput, tak kenal kata menyerah untuk belajar. Salah satunya adalah membaca, dengan

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 09Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pendidikan dan Kompetensi Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen 1. ILMU PENGETAUAN DAN TEKNOLOGI DALAM PANDANGAN ISLAM Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN Bahruddin Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama, Tangerang. Abstrak Islamisasi Sains merupakan salah satu upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam kedalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, 07-9-09 Senin, 07 September 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Â PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QURAN 1430 H DI ISTANA BOGOR, JAWA BARAT,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini?

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? 1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada anda dan rekan-rekan semuanya. Berdasarkan Kitab Suci Al Qur

Lebih terperinci

TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG

TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG Disampaikan pada: Pelantikan Ikatan Alumni IAIN Raden Fatah (IKARAFAH) Palembang dan Diskusi Transformasi

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Tauhid Dosen Pengampu: Bapak Drs. A. GHOFIR ROMAS Disusun oleh: Duriatun Nadhifa (1601016057) Halimah Sya diah (1601016058)

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. 1 Latar Belakang Kritik terhadap bisnis konvensional 2 cenderung bebas value dan amoral a. Berbicara pada dataran keilmuan manusia

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

19 October 2016 RGS 1

19 October 2016 RGS 1 PENGEMBANGAN ILMU KEPERAWATAN Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns.,M.Kep 19 October 2016 RGS 1 PENGERTIAN ILMU Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang memiliki ciri adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi pendidikan Islam yang dilakukan dengan jalan mengadopsi sistem pendidikan Barat ternyata menimbulkan krisis dalam masyarakat Islam, yakni umat Islam

Lebih terperinci

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Reaksi-reaksi spontan telah dikemukakan oleh beberapa orang. Tetapi, tentu, reaksi-reaksi itu belum terumuskan dengan baik. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

Islam dan Teknologi. Bag.2. Oleh : Didin Hafidudin dan Abdullah Shahab. Pada Acara Diskusi Panel Teknik Mesin ITS. Islam dan Teknologi bag 2

Islam dan Teknologi. Bag.2. Oleh : Didin Hafidudin dan Abdullah Shahab. Pada Acara Diskusi Panel Teknik Mesin ITS. Islam dan Teknologi bag 2 Islam dan Teknologi Bag.2 Oleh : Didin Hafidudin dan Abdullah Shahab Pada Acara Diskusi Panel Teknik Mesin ITS 1 / 5 Judul di atas ternyata laris manis. Menjadi postingan dengan pencarian cukup besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etos kerja mendeskripsikan segi-segi kualitas akhlak yang baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen Modul ke: Pendidikan Pancasila Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Makna Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas

Lebih terperinci

KONSEP SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM

KONSEP SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM KOD KURSUS : CTU 211 SAINS DAN TEKNOLOGI ISLAM TA ARUF SILIBUS KURSUS RANCANGAN PENGKULIAHAN SEPANJANG SEMESTER JULAI-NOVEMBER 2007 SKIMA PEMARKAHAN CTU 211 ESSEI = 15% PEMBENTANGAN = 10 % UJIAN = 15 %

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah. Al-Qur an merupakan kitab suci yang terakhir yang dipedomani umat Islam hingga akhir masa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement International Conference on Islamic Civilization 29-31 Agustus 2014 Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement Jl. Gajayana 50 Dinoyo Malang 65144 Jawa Timur Indonesia Telp. / Faks. +62 (0)

Lebih terperinci

Watak benda-benda samawi

Watak benda-benda samawi Watak benda-benda samawi B. WATAK BENDA-BENDA SAMAWI MATAHARI DAN BULAN Matahari adalah cahaya (Diya) dan bulan adalah terang (Nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang

Lebih terperinci

HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid

HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid Ibn Khaldun seorang filsuf dan sejarawan Muslim besar abad ke- 14 pernah mempunyai harapan besar perlunya dikembangkan apa yang disebutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan menyimpulkan penulisan skripsi ini atas semua uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab ke-3, bab ke-4 dan bab ke-5.

Lebih terperinci

MAKALAH AGAMA DAN ETIKA ISLAM IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM

MAKALAH AGAMA DAN ETIKA ISLAM IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM MAKALAH AGAMA DAN ETIKA ISLAM IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM Disusun oleh Yestria Yaswari 10510022 Nur aeni 10510029 Septi Nur Diana 10510036 Rizki Dewi 10510038 Syamsul Bahri 10510040 Junia Fitri 10510046

Lebih terperinci