BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS DAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI. A. Persamaan Pemikiran Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS DAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI. A. Persamaan Pemikiran Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYED NAQUIB AL-ATTAS DAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI A. Persamaan Pemikiran Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi Persaingan sistem pendidikan Barat dengan sistem pendidikan tradisonal telah berlangsung lama. Hasilnya, sistem pendidikan Barat yang banyak menguasai dan mengendalikan sistem pendidikan di dunia muslim saat ini. Pendidikan yang disadari sebagai faktor terpenting dalam membina umat hampir tidak bisa dihindarkan dari pengaruh Barat. Sehingga memunculkan dualisme antara pendidikan Barat dan pendidikan Timur. Hal ini banyak memunculkan masalah di antaranya yaitu menimbulkan pandangan dikotomis yang memisahkan ilmu-ilmu agama dengan imlu-ilmu umum. Selain itu juga menimbulkan disintegrasi dalam sistem pendidikan Islam. Hal inilah yang memicu para pakar muslim untuk menemukan solusi atas pemecahan masalah tersebut. Salah satu gagasan yang dianggap mampu untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Gagasan islamisaasi ilmu pengetahuan ini pertama kali muncul pada tahun 1977 yang diselenggarakan di sebuah konferensi dunia yang pertama tentang pendidikan muslim di Makkah. Konferensi yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh King Abdul Aziz University ini berhasil membahas

2 67 makalah yang ditulis oleh sarjana-sarjana dari 40 negara, dan merumuskan rekomendasi untuk pembenahan dan penyempurnaan sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Gagasan ini antara lain dilontarkan oleh Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi, diadakannya konferensi ini, salah satunya adalah usaha untuk menghilangkan dikotomi dalam sistem pendidikan yang ada diseluruh dunia muslim. Sebenarnya, sebelum al-attas dan al-faruqi, sudah ada rancangan yang mengarah ke Islamisasi ilmu pengetahuan yaitu di antaranya diungkapkan oleh Iqbal, Sayyed Husein Nasr, walaupun ide islamisasi ilmu ini telah dicanangkan oleh beberapa sarjana Islam, tetapi penjelasan dan konsep yang runtut dan sistematis bermula dari al-attas. Dan al-faruqi juga turut dalam berkecimpung dan mengembangkan ide ini, termasuk merealisasikannya. Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi mempunyai kesamaan pemikiran bahwa untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh umat di antaranya yaitu dikotomi dalam pendidikan, merosotnya moralitas umat, adalah dengan cara mengadakan islamisasi ilmu pengetahuan. Dari kedua pemikiran tokoh di atas dapat dianalisa bahwa ada banyak persamaan dalam kerangka pemikiran mereka tentang islamisasi ilmu pengetahuan. Di antaranya yaitu:

3 68 1. Dilihat dari sudut pandang epistimologis, mereka mempunyai pemikiran yang sama tentang ilmu. Menurut mereka ilmu itu tidak berdiri bebas nilai (value free) tetapi ilmu terikat (value bond) dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Menurut mereka ilmu itu berdiri subyektif tergantung pada orang yang menelitinya. Hal ini dapat dilihat dari pendapat al-attas dalam bukunya Islam dan sekularisme yang mengatakan bahwa ilmu bukannya netral, bahkan dapat disusupi dengan sifat dan kandungan yang menyerupai ilmu. Pengetahuan, telah dituangi dengan suatu sifat dan isi yang ditopengi sebagai suatu pengetahuan. Apa yang dirumuskan dan disebarkan adalah pengetahuan yang dituangi dengan watak dan kepribadian peradaban Barat, pengetahuan yang disajikan dan dibawakan itu berupa pengetahuan yang semu yang dilebur secara halus dengan yang sejati sehingga orang-orang lain yang mengambilnya dengan tidak sadar seakan-akan menerima pengetahuan yang sejati. 1 Al-Faruqi juga mengatakan dalam bukunya Islamization of Knowledge bahwa ilmu modern bukannya bersifat universal, tetapi umumnya bersifat etnosentrik dan eurosentrik khususnya. Maka ilmu pengetahuan modern tidak boleh digunakan apa adanya, khususnya dalam 1 Syed Naquib al-attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: Pustaka, 1982), h

4 69 masyarakat Islam yang mempunyai nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan peradaban Barat Mereka yakin bahwa Allah adalah sumber dari asal atas segala ilmu, bahwa ilmu adalah asas bagi kepercayaan dan amal salih. 3. Mereka juga meyakini bahwa tujuan ilmu itu adalah satu dan sama dan konsep ilmu itu berlandaskan pada prinsip metafisik, ontologi, epistimologi, dan aksiologi dengan konsep tauhid sebagai kuncinya. Al-Attas mendukung metode tauhid di mana terdapat kesatuan antara kaidah empiris, rasional, deduktif dan induktif. Dia juga menyarankan agar memakai metode tafsir dan ta wil sebagai metode pendekatan untuk ilmu pengetahuan dan pendidikan. 3 Al-Faruqi juga melihat pentingnya mengembalikan visi pendidikan Islam pada visi tauhid. Hal ini terlihat jelas pada pemikirannya yang terangkum dalam karyanya tauhid its implication of knowledge and life. Al-Faruqi menjelaskan bahwa seluruh hasil pemikiran (ilmu) dan aspek kehidupan harus dijiwai oleh tauhid sebagai esensi utama dalam ajaran Islam Mereka yakin bahwa sumber masalah yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah bersumber pada sistem pendidikan yang terutama pada 2 Ismail Raji al-faruqi, Islamization of Knowledge: general principle and work plan, (Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1989), h.36 3 Syed Naquib al-attas, Konsep Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan, 1996), h Rosnani Hasim, Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer, Islamia,, THN II NO.6 (Juli-September, 2005), h.34.

5 70 ilmu-ilmu kontemporer. Hal ini terlihat jelas pada bukunya yang berjudul konsep pendidikan Islam karya Naquib al-attas, bahwa ilmuilmu yang perlu di Islamisasikan yatu ilmu rasional dan kontemporer. Ini juga sejalan dengan pemikiran al-faruqi bahwa yang perlu untuk diislamisasikan yaitu ilmu-ilmu modern. Hal ini terlihat jelas pada kerangka kerja islamisasi yang diprogramkan oleh al-faruqi. 5. Mereka sepakat bahwa konsep islamisasi ilmu merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang dialami oleh umat. Yaitu dengan melakukan suatu pembedahan atas ilmu modern, menafsir ulang, menganalisa, agar unsur-unsur buruk dan tercemar bisa dihapuskan dan di sesuaikan dengan pandangan dan nilai Islam. B. Perbedaan Pemikiran Ismail Raji al-faruqi. Meskipun sama-sama mengemukakan ide tentang islamisasi, tetapi tak dapat dipungkiri kalau terdapat beberapa perbedaan antara kedua tokoh tersebut diantaranya adalah: 1. Kalau al-atttas lebih mengutamakan subyek islamisasi ilmu yaitu manusia, tetapi al-faruqi lebih mengutamakan obyek dari islamisasi ilmu yaitu ilmu itu sendiri. Hal ini terlihat pada pengungkapan atau kata-kata al-attas yaitu islamisasi ilmu dipandang sebagai pembebasan ilmu dari penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada ideologi sekuler, dan dari makna-makna serta ungkapan manusia-manusia sekuler. Dari

6 71 pernyataaan tersebut dapat dilihat bahwa al-attas lebih mengutamakan pembebasan manusianya terlebih dahulu, dengan melakukan pembersihan jiwa dan menghiasinya dengan sifat terpuji, sehingga dalam proses islamisasi ilmu, dengan sendirinya akan terbentuk pribadi manusia yang baik dan menjadi islam secara baik. Sementara al-faruqi lebih mengutamakan pada obyek islamisasi ilmu yaitu ilmu itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan al-faruqi bahwa sebelum orang Islam mengalami kerusakan dan kejumudan, mereka harus mengembangkan, membangun dan mengklarifikasi disiplin-disiplin ilmu modern yang sesuai dengan pandangan dunia dan nilai-nilai Islam. 2. Al-Faruqi terlihat lebih bisa menerima ilmu atau peradaban Barat selama manusia itu sendiri telah menguasai ilmu-ilmu islam sehingga bisa menjadi filter untuk dirinya sendiri. Sedangkan al-attas lebih mengutamakan originalitas, baginya islam telah sempurna, islam sudah mencakup berbagai hal yang dibutuhkan oleh manusia. Islam adalah agama sekaligus peradaban. 1) Dalam hal ini al-attas hanya membatasi pada ilmu-ilmu kontemporer, karena al-attas memandang ilmu-ilmu kontemporer sudah disusupi oleh sekularisme. Dalam pandangan al-attas, ilmuilmu kontemporer di sini yang perlu diislamisasikan yaitu Ilmuilmu rasional, intelektual, dan filosofis, Ilmu-ilmu kemanusiaan.

7 72 Ilmu-ilmu alam, Ilmu-ilmu terapan. Ilmu-ilmu teknologi Sedangkan al-faruqi meyakini bahwa semua ilmu harus diislamisasikan bahkan juga ilmu-ilmu khazanah Islam. Selain ilmu kontemporer seperti yang telah disebutkan di atas juga ilmu khazanah Isllam seperti tasawuf. 3. Al-Attas meyakini bahwa program Islamisasi ilmu sudah terbaca pada pengertian islamisasi ilmu itu sendiri. Sedangkan al-faruqi meyakini bahwa pengertian islamisasi ilmu belum cukup untuk menjelaskan program islamisasi ilmu, maka al-faruqi membuat 12 program islamisasi ilmu. Adapun Program kerja islamisasi al-attas terdiri dari dua langkah yaitu a. Mengisolisir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban Barat. 5 Unsur unsur tersebut terdiri dari: 1) Akal diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia. 2) Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran. 3) Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler. 4) Membela doktrin humanisme. 5Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Naquib Al- Attas, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1998), h.313.

8 73 5) Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksostensi kemanusiaan. 6 Unsur-unsur tersebut harus dihilangkan dari setiap bidang ilmu pengetahuan modern saat ini, khususnya dalam ilmu pengetahuan humaniora. Bagaimanapun, ilmu-ilmu alam, fisika, dan aplikasi harus diislamkan juga. Menurut Syed Naquib al-attas, jika tidak sesuai dengan pandangan hidup Islam, maka fakta menjadi tidak benar. Selain itu, ilmu-ilmu modern harus diperiksa dengan teliti. Ini mencakup metode, konsep, praduga, simbol, dari ilmu modern, beserta aspek-aspek empiris dan rasional, dan yang berdampak kepada nilai dan etika, penafsiran historitas ilmu tersebut, bangunan teori ilmunya, praduganya berkaitan dengan dunia, dan rasionalitas proses-proses ilmiah, teori tersebut tentang alam semesta, klasifikasinya, batasannya, batasannya, hubung kaitnya dengan ilmuilmu lainnya serta hubungannya dengan sosial harus diperiksa dengan teliti. b. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan. 7 6 Syed Naquib al-attas, Islam dan Sekulerisme, op.cit, h Wan Mohd Nor Wan Daud, op.cit, h.313.

9 74 Al-Attas menyarankan, agar unsur dan konsep utama Islam mengambil alih unsur-unsur dan konsep-konsep asing tersebut. Konsep utama Islam tersebut yaitu: 1) Konsep Agama (din) 2) Konsep Manusia (insan) 3) Konsep Pengetahuan ( ilm dan ma rifah) 4) Konsep kearifan (hikmah) 5) Konsep keadilan ( adl) 6) Konsep perbuatan yang benar ( amal sebagai adab) 7) Konsep universitas (kulliyyah jami ah). 8 Adapun program islamisasi ilmu al-faruqi yaitu, al-faruqi mencanangkan 12 program kerja untuk islamisasi ini yang kemudian program kerja tersebut dijadikan 5 landasan objek rencana kerja islamisasi ilmu pengetahuan yaitu: a. Menguasai disiplin-disiplin modern. b. Menguasai khazanah Islam. c. Menentukan relevansi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern. d. Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan ilmu pengetahuan modern. 8 Syed Naquib al-attas,, Islam dan Sekulerisme, op.cit, h.233.

10 75 e. Mengarahkan pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah. 9 Menurut al-faruqi, sasaran di atas bisa dicapai melalui 12 langkah sistematis yang pada akhirnya mengarah pada Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu: a. Penguasaan terhadap disiplin-disiplin modern. Al-Faruqi mengatakan bahwa, disiplin-disiplin modern harus dipecah-pecah menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologimetodologi, problem-problem, dan tema-tema, yang mencerminkan daftar isi suatu buku teks klasik. b. Peninjauan disiplin. Jika kategori-kategori dari disiplin ilmu telah dipilah-pilah, suatu survei menyeluruh harus ditulis untuk setiap disiplin ilmu. Langkah ini diperlukan agar sarjana-sarjana muslim mampu menguasai setiap disiplin ilmu modern. c. Penguasaan ilmu warisan Islam: antologi. 9 Ismail Raji al-faruqi, op.cit, h. 28.

11 76 Ilmu warisan Islam harus dikuasai dengan cara yang sama. Tetapi disini, apa yang diperlukan adalah antologi-antologi mengenai warisan pemikir muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu. d. Penguasaan ilmu warisan Islam: analisis. Jika antologi-antologi sudah disiapkan, ilmu warisan Islam harus dianalisa dari prespektif masalah-masalah masa kini. e. Penentuan relevansi Islam yang spesifik untuk setiap disiplin ilmu. Relevansi ini, kata al-faruqi, dapat ditetapkan dengan mengajukan tiga persoalan yaitu: 1) Apa yang telah disumbangkan oleh Islam, mulai dari al-qur an hingga pemikiran-pemikiran kaum modernis, dalam keseluruhan masalah yang telah dicakup oleh disiplin-disiplin modern. 2) Seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang telah diperoleh oleh disiplin-disiplin tersebut. 3) Apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit diperhatikan atau bahkan sama sekali tidak diabaikan oleh ilmu warisan Islam, kearah mana kaum muslim harus mengusahakan untuk mengisi kekurangan itu, juga memformulasikan masalah-masalah, dan memperluas visi disiplin tersebut.

12 77 f. Penilaian kritis terhadap disiplin moderen. Jika relevensi Islam telah disusun, maka ia harus dinilai dan dianalisa dari titik pijak Islam. g. Penilaian krisis terhadap khazanah Islam. Sumbangan khazanah Islam untuk setiap bidang kegiatan manusia harus dianalisa dan relevansi kontemporernya harus dirumuskan. h. Survei mengenai problem-problem terbesar umat Islam. Suatu studi sistematis harus dibuat tentang masalah-masalah polotik, sosial ekonomi, inteltektual, kultural, moral dan spritual dari kaum muslim. i. Survei mengenai problem-problem umat manusia. Suatu studi yang sama, kali ini difokuskan pada seluruh umat manusia, harus dilaksanakan. j. Analisa dan sintesis kreatif. Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap melakukan sintesa antara khazanah-khazanah Islam dan disiplin moderen, serta untuk menjembatani jurang kemandegan berabad-abad. Dari sini khazanah pemikir Islam harus disenambung dengan prestasi-prestasi moderen, dan harus menggerakkan tapal batas ilmu pengetahuan ke horison yang lebih luas dari pada yang sudah dicapai disiplin-disiplin moderen. k. Merumuskan kembali disiplin-disiplin ilmu dalam kerangka kerja (framework) Islam.

13 78 Setelah keseimbangan antara ilmu warisan Islam dengan disiplin-disiplin moderen telah diacapai, buku-buku teks universitas harus ditulis untuk menuangkan kembali disiplin-disiplin moderen dalam cetakan Islam. l. Penyebarluasan ilmu pengetahuan yang sudah diislamkan. Selain langkah tersebut diatas, alat-alat bantu lain untuk mempercepat islamisasi pengetahuan adalah dengan mengadakan konferensi-konferensi dan seminar untuk melibat berbagai ahli di bidang-bidang illmu yang sesuai dalam merancang pemecahan masalahmasalah yang menguasai pengkotakan antar disiplin. Para ahli yang membuat harus diberi kesempatan bertemu dengan para staf pengajar. Selanjutnya pertemuan pertemuan tersebut harus menjajaki persoalan metode yang diperlukan. 10 C. Pendapat Beberapa Tokoh Mengenai Islamisasi Ilmu Pengtahuan Syed Naquib al-attas dan Ismail Raji al-faruqi. Seperti kita ketahui, gagasan atau proyek islamisasi ilmu pengetahuan banyak menuai pro dan kontra, banyak dari kalangan cendekiawan muslim yang menolak dan juga menerima pandangan tersebut. Di bawah ini adalah pandangan atau pendapat beberapa cendekiawan muslim mengenai gagasan Islamisasi pengetahuan: 10 Ibid, h

14 79 1. Fazlur Rahman Menurut Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karena tidak ada yang salah di dalam ilmu pengetahuan, masalahnya hanya dalam menyalahgunakan. Bagi Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan memiliki dua kualitas seperti senjata bermata dua yang harus digunakan drngan hati-hati dan bertanggung jawab sekaligus sangat penting menggunakannya secara benar ketika memperolehnya. 2. Abdus Salam Abdus Salam juga termasuk salah seorang cendekiawan muslim yang mengkritik islamisasi ilmu pengetahuan. Abdus salam menyatakan Hanya ada satu sains universal, problem-problemnya dan bentukbentuknya adalah internasional dan tidak ada sesuatu seperti sains islam sebagaimana tidak ada sains Hindu, sains Yahudi atau sains Kristen. Dari pernyataan tersebut dapat diidentifikasi bahwa Abdus Salam adalah salah seorang yang tidak setuju dengan gagasan Islamisasi pengetahuan yang dianggap sebagai solusi bagi kaum muslim yang mengalami kemunduran. 3. Abdul Karim Sorush Ia menyimpulkan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan itu tidak logis atau tidak mungkin. Alasannya realitas bukan islami atau bukan

15 80 pula tidak islami. Kenbenaran untuk hal tersebut bukan islami atau bukan pula tidak islami. Abdul Karim mengatakan: a. Metode metafisis, empiris atau logis adalah independent dari islam atau agama apapun. Metode tidak bisa diislamkan. b. Jawaban-jawaban yang benar tidak bisa diislamkan. Kebenaran adalah kebenaran, tidak bisa diislamkan. c. Pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang diajukan adalah mencari kebenaran, sekalipun diajukan oleh non-muslim. d. Metode yang merupakan presupposisi dalam sains tidak bisa diislamkan Dr. Ja far Syekh Idris mengatakan: what we called knowledge today is knowledge within the framework of the atheistic materialistic philosophy now prevailing in the west. Philosophical framework influences our concept of truth, of evidence, of fact and through their values, influence our concept of truth, of evidence, of facts, and through their values, influence our choices of fields of research, our priorities, etc. since the materialistic atheistic philosophy is 11 Adnin Armas, Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, Islamia, THN II NO.6 (Juli-September, 2005), h

16 81 based, in our view, on false assumptions, we are endeavoring to replace in by a worldview that is based on truth and right values. We believe, and have the evidence, to show that Islam is such a worldview. 12 Dari pernyataan Dr. Ja far Syekh Idris di atas dapat diketahui bahwa menurutnya ilmu pengetahuan saat ini adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai kerangka filosofi ateis, materialis dari Barat. Hal ini dapat mempengaruhi konsep kebenaran, konsep fakta-fakta dan prioritas kita. Kalau materialistik, ateis di jadikan dasar, maka menurutnya itu asumsi yang salah. Maka kita berusaha menggantinya dengan pengetahuan yang berdasarkan pada nilai kebenaran. Syeikh Idris mengusulkan agar mengislamkan ilmu pengetahuan dengan meletakkannya diatas fondasi Islam yang kuat, dan mempertahankan nilai-nilai Islam dalam pencarian ilmu pengetahuan. 5. Pervez Hoodbhoy, yang pernah meraih penghargaan Nobel, menyangsikan keberadaan sains Barat, sains Islam, sains Yunani atau peradaban lain dan berpandangan bahwa sains itu bersifat universal dan lintas bangsa, agama atau peradaban. Menurutnya, tidak ada sains Islam tentang dunia fisik, dan usaha untuk menciptakan sains Islam (Islamisasi ilmu pengetahuan) merupakan pekerjaan sia-sia. 12 Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Aliran, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.293.

17 82 6. Dalam pandangan Syed Hossein Nasr, integrasi yang diinginkan al-faruqi bukan saja sesuatu yang mungkin tetapi juga perlu untuk dilakukan. Menurutnya, para pemikir muslim seharusnya memadukan berbagai bentuk ilmu dalam kerangka pemikiran mereka. Bukan hanya menerima, tetapi juga melakukan kritik dan menolak struktur dan premis ilmu sains yang tidak sesuai dengan pandangan Islam dan kemudian menuliskannya kedalam sebuah buku sebagaimana yang pernah dilakukan Ibnu Sina atau Ibnu Khaldun di masa lalu. 7. Ziauddin Sardar, pemikir muslim dari Inggris, yang beranggapan bahwa program Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang naif dan dangkal. Beliau mengkhawatirkan gagasan gerakan Islamisasi ini nantinya malah menghasilkan deislamisasi (westernisasi) Islam. Sardar pesimis akan kemampuan para ilmuwan muslim untuk memadukan ilmu Islam dengan ilmu Barat karena di antara keduanya terdapat perbedan paradigma yang mencolok. Hal ini merupakan reaksi ketidaksetujuan Sardar terhadap al-faruqi yang meletakkan penguasaan ilmu pengetahuan modern sebagai langkah pertama mendahului penguasaan ilmu warisan Islam dan menjelaskan relevansi Islam kepada disiplin ilmu Barat. Tindakan ini dianggap Sardar tak ubahnya seperti berselonjor sebelum duduk atau seperti menempatkan kereta di depan kuda. Menurutnya, ilmu pengetahuan modernlah yang perlu dijadikan relevan kepada Islam

18 83 sebab Islam adalah a priori relevan untuk setiap masa. Merupakan suatu yang sangat fatal jika mementingkan adanya relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern, itu hannya akan membuat kita terjebak ke dalam Westernisasi Islam dengan menjustifikasi kepada pembenaran ilmu Barat sebagai standar dan mendominasi perkembangan ilmu pengetahuan secara makro. Sardar berargumen bahwa semua ilmu dilahirkan dari pandangan tertentu dan dari segi hirarki tunduk kepada pandangan tersebut. Oleh karena itu, usaha untuk menemui epistemologi tidak boleh diawali dengan memberi tumpuan kepada ilmu modern, karena Islamisasi ilmu modern hanya bisa terjadi dengan membina paradigma yang mengkaji aplikasi luar peradaban Islam yang berhubungan dengan keperluan realitas kontemporer. Jika tetap bertahan pada corak berpikir seperti itu berarti hanya sebatas mengeksploitasi ilmu pengetahuan Islami namun tetap menggunakan corak berpikir Barat. Karena itu, Sardar mengajak bahwa Islamisasi ilmu bagaimanapun juga harus bertitik tolak dari membangun epistemologi Islam sehingga benar-benar menghasilkan sistem ilmu pengetahuan yang dibangun di atas pilar-pilar ajaran Islam. 8. AM. Saifuddin. Menurutnya, Islamisasi adalah suatu keharusan bagi kebangkitan Islam, karena sentral kemunduran umat dewasa ini adalah keringnya ilmu pengetahuan dan tersingkirnya pada posisi yang rendah.

19 84 9. Hal senada diungkapkan Hanna Djumhana Bastaman, dosen psikologi UI Jakarta. Hanya saja beliau memperingatkan bahwa gagasan ini merupakan proyek besar sehingga perlu kerjasama yang baik dan terbuka di antara para pakar dari berbagai disiplin ilmu agar terwujud sebuah sains yang berwajah Islami. 10. Bassam Tibi menganggap bahwa Islamisasi merupakan suatu bentuk indegenisasi atau pribumisasi (indegenization) yang berhubungan secara integral dengan strategi kultural fundamentalisme Islam. Islamisasi dianggap sebagai penegasan kembali ilmu pengetahuan lokal untuk menghadapi ilmu pengetahuan global dan invansi kebudayaan yang berkaitan dengan itu, yakni dewesternisasi 11. Muhsin Mahdi menolak ide ilmu Islam sebagai istilah yang telah dipakai sekarang. Mahdi beranggapan bahwa ide ilmu Islam adalah produk dari filsafat agama. Dan dia juga beranggapan bahwa ide kontemporer mengenai ilmu Islam adalah suatu usaha untuk mengaplikasikan formulasi filsafat khas Kristen neo-thomist ke dalam Islam, yang tidak dapat dibenarkan karena, tidak seperti Kristen Katholik, Islam tidak memiliki apa yang disebut sebagai induk dari segala ilmu yang merupakan pokok dari seluruh diskursus dan aktivitas filsafat keilmuan.

20 Gagasan Islamisasi ini juga mendapat tantangan dari Usep Fahrudin, karena menurutnya Islamisasi ilmu bukan termasuk kerja kreatif. Islamisasi ilmu tidak berbeda dengan pembajakan atau pengakuan terhadap karya orang lain. Sampai pada tingkat tertentu, Islamisasi tidak ubahnya kerja seorang tukang, jika ada seorang saintis berhasil menciptakan atau mengembangkan suatu ilmu, maka seorang Islam menangkap dan mengislamkannya. 13 Terlepas dari pro dan kontra mengenai Islamisasi ilmu pengetahuan dan berbagai argumen atau pendapat yang meliputinya, kita tidak bisa memungkiri bahwa keadaan umat Islam sedang terpuruk, terutama dalam hal pendidikan, dikotomi pendidikan dan disintegrasi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum telah menyebabkan kemunduran. Padahal kita tahu bahwa pendidikan merupakan hal yang krusial, pendidikan menjadi penentu maju mundurnya umat. Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan salah satu solusi yang ditawarkan oleh beberapa cendekiawan yang layak untuk dipertimbangkan demi pemecahan atas masalah umat pengetahuan_

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer U á Å ÄÄt{ ÜÜt{ÅtÇ ÜÜt{ Å Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Oleh: Sarjuni, S.Ag., M.Hum. 1 Sain Tidak Bebas Nilai (Not Values-Free) 1. Ilmu yang di dalam peradaban Barat diklaim sebagai bebas nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan suatu proses pengembangan potensi kreatif peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berkepribadian muslim,

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN A. Langkah-langkah Untuk Mencapai Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ketika mengeluarkan suatu ide besar yang dikemukakan oleh para intelektual atau ilmuwan pasti

Lebih terperinci

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN Abu Bakar Adenan Siregar Dosen Tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Jl. Williem Iskandar Psr. V Medan Estate, 20371 - Medan Abstrak: The purpose of this

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 A. IDENTITAS 1. Jurusan/Prodi : Perbankan Syariah 2. Nama Matakuliah : Filsafat Ilmu 3. Kode Matakuliah

Lebih terperinci

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Pendekatan Al-Faruqi dan Al-Attas) Moch Tolchah. Abstract

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Pendekatan Al-Faruqi dan Al-Attas) Moch Tolchah. Abstract Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Pendekatan Al-Faruqi dan Al-Attas) Moch Tolchah Abstract Moch. Tolchah One of the impact from Westernization is its conception science. Westernization have made science

Lebih terperinci

sepenuhnya modeniti, sebaliknya cuba mengubahsuai ciri-ciri modeniti untuk

sepenuhnya modeniti, sebaliknya cuba mengubahsuai ciri-ciri modeniti untuk Bab 8: Kesimpulan Malaysia adalah sebuah negara yang sedang pesat menuju ke arah kemodenan. Modenisasi yang berlaku menyebabkan timbulnya pelbagai cabaran khususnya kepada masyarakat Malaysia yang majoritinya

Lebih terperinci

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN (Perspektif Sejarah, Kontroversi dan Perkembangannya)

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN (Perspektif Sejarah, Kontroversi dan Perkembangannya) ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN (Perspektif Sejarah, Kontroversi dan Perkembangannya) M. Ghufron 1 Pendahuluan Selama ini ada sebuah pepatah yang berkembang di dunia Islam dan sangat diyakini kebenarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat didorong oleh kualitas pendidikan manusia. Ilmu pengetahuan memang bersifat objektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu mengenai bagaimana seharusnya proses berlangsungnya pelaksanaan konsep

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu mengenai bagaimana seharusnya proses berlangsungnya pelaksanaan konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan kualitatif. 1 Alasan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas)

Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas) Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas) SHOLEH Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru Jl. Kaharuddin Nasution,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini?

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? 1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada anda dan rekan-rekan semuanya. Berdasarkan Kitab Suci Al Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gagasan Islamisasi sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati dan menjadi great projek bagi kalangan masyarakat Muslim. Gagasan ini muncul untuk merespon perkembangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Berpikir Kritis (Critical Thinking) Berpikir Kritis (Critical Thinking) What Is Critical Thinking? (Definisi Berpikir Kritis) Kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Oleh Abbas, S. Ag, MA. Abstrak

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Oleh Abbas, S. Ag, MA. Abstrak Islamisasi Ilmu Pengetahuan Oleh Abbas, S. Ag, MA Abstrak Ilmu pengetahuan senantiasa menjadi perdebatan pada masa kontemporer karena berbagai persepsi pandangan yang melatar belakanginya. Orang yang tidak

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN Bahruddin Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama, Tangerang. Abstrak Islamisasi Sains merupakan salah satu upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam kedalam

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG

TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG Disampaikan pada: Pelantikan Ikatan Alumni IAIN Raden Fatah (IKARAFAH) Palembang dan Diskusi Transformasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN 84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL

ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 10Fakultas Dr. PSIKOLOGI ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id . Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Beberapa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

THE CHALLENGES OF ISLAMIZATION OF ECONOMICS DR.IR.H.ROIKHAN MOCHAMAD AZIZ MM

THE CHALLENGES OF ISLAMIZATION OF ECONOMICS DR.IR.H.ROIKHAN MOCHAMAD AZIZ MM SEMINAR NASIONAL IPIEF SYARIAH ECONOMICS DAY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) 2018 THE CHALLENGES OF ISLAMIZATION OF ECONOMICS IKATAN AHLI EKONOMI ISLAM (IAEI) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya ilmu pengetahuan digunakan untuk menjawab atau. memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya ilmu pengetahuan digunakan untuk menjawab atau. memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia sehingga dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ilmu pengetahuan digunakan untuk menjawab atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia sehingga dengan majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Reformasi Pendidikan dengan Islamisasi Ilmu. Masruli Abidin Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo

Reformasi Pendidikan dengan Islamisasi Ilmu. Masruli Abidin Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo Masruli Abidin Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo Email: masruli43@gmail.com Abstrak Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan pada bidang pendidikan. Ia memiliki dua karakteristik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN Mata Kuliah : Pendidikan Agama Kode / Bobot sks/smt : 703103A/2/III Waktu Pertemuan : menit/ Mgg Tujuan Pembelajaran Umum : Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement International Conference on Islamic Civilization 29-31 Agustus 2014 Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement Jl. Gajayana 50 Dinoyo Malang 65144 Jawa Timur Indonesia Telp. / Faks. +62 (0)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu (1) keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan (2) keduanya mudah merasa terancam setiap kali ada

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

KESATUAN ILMU DALAM BINGKAI PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI

KESATUAN ILMU DALAM BINGKAI PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI KESATUAN ILMU DALAM BINGKAI PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI Eniyawati Madrah Aliyah Negeri Pamekasan Email: eniyawati74@gmail.com Abstrak: Al-Faruqi merupakan seorang tokoh yang sangat bersahaja dalam

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat merupakan pengetahuan yang wajib dipahami

Lebih terperinci

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si. FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan

Lebih terperinci

DPIK A Pengantar Psikologi & Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Islam

DPIK A Pengantar Psikologi & Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Islam SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING DPIK A Pengantar Psikologi & Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Islam Pensyarah: Ustazah Nek Mah Bte Batri Master in Islamic Studies Calon PhD- Fiqh Sains & Teknologi

Lebih terperinci

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN; BASIS EPISTIMOLOGI SAINS MODERN

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN; BASIS EPISTIMOLOGI SAINS MODERN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN; BASIS EPISTIMOLOGI SAINS MODERN Farkhani, Elviandri 2 dan Sigit Sapto Nugroho 3 1 Dosen Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL ISMAIL RAJI AL-FARUQI DAN PEMIKIRANNYA TENTANG ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

BAB III PROFIL ISMAIL RAJI AL-FARUQI DAN PEMIKIRANNYA TENTANG ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN BAB III PROFIL ISMAIL RAJI AL-FARUQI DAN PEMIKIRANNYA TENTANG ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi Al-Faruqi dilahirkan di Yaifa (Palestina) pada tanggal 1 Januari 1921 dan meninggal

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT SYED MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT SYED MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT SYED MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Agama Islam (Tarbiyah)

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang dimunculkan dalam bab ini berisi

BAB VII PENUTUP. dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang dimunculkan dalam bab ini berisi BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Paparan pada bab-bab sebelumnya merupakan rangkaian alur penelitian yang ditujukan untuk menjelaskan permasalahan seperti yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

TAUHID DAN IMPLEMENTASI SAINS: TELAAH PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL FARUQI

TAUHID DAN IMPLEMENTASI SAINS: TELAAH PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL FARUQI TAUHID DAN IMPLEMENTASI SAINS: TELAAH PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL FARUQI Oleh: Mahillah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember Email: ilayup82@gmail.com Abstract Ismail Raji al Faruqi is one of intelectual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan Barat yang sering dijadikan referensi sebagian pakar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan Barat yang sering dijadikan referensi sebagian pakar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan Barat yang sering dijadikan referensi sebagian pakar pendidikan Islam sering disebut telah mengalami krisis akut. Krisis ini terjadi karena

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Materi Ini Memuat : Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Humas PANCASILA DAN ILMU PENGETAHUAN 2 TM 12 Indikator: 1. Mampu melakukan kajian dalam3 berbagai

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015 Mata Kuliah : Filsafat Dakwah Kode MK : FDK 14105 Bobot / Semester : 2 sks / IV Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengahtengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KONSEP TA DIB SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL

PENDIDIKAN KONSEP TA DIB SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL PENDIDIKAN KONSEP TA DIB SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL Kholili Hasib 1 Mahasiswa Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor Abstrak Dalam upaya mengembalikan tujuan pendidikan

Lebih terperinci

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat

Lebih terperinci

MAKALAH INTEGRASI KEILMUAN MODEL ISLAMISASI ILMU. Di sususn guna memenuhi tugas. Mata kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu. Dosen pengampu : Komarudin.M.

MAKALAH INTEGRASI KEILMUAN MODEL ISLAMISASI ILMU. Di sususn guna memenuhi tugas. Mata kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu. Dosen pengampu : Komarudin.M. MAKALAH INTEGRASI KEILMUAN MODEL ISLAMISASI ILMU Di sususn guna memenuhi tugas Mata kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu Dosen pengampu : Komarudin.M.Ag Disusun oleh : Riyana Vebriyanti (1501016008) Hanis Berlianawati

Lebih terperinci

Pengertian Integrasi-Interkoneksi

Pengertian Integrasi-Interkoneksi Pengertian Integrasi-interkoneksi merupakan upaya mempertemukan antara ilmu-ilmu agama (islam) dan ilmu-ilmu umum (sainsteknologi dan sosial-humaniora) (Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2004). Implementasi

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan dan Kompetensi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Islam yang terdiri dari berbagai dimensi ajaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. juga, ia akan menjawab beberapa persoalan yang timbul daripada objektif kajian. Oleh

BAB 6 PENUTUP. juga, ia akan menjawab beberapa persoalan yang timbul daripada objektif kajian. Oleh BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Bab ini merupakan rumusan secara menyeluruh ke atas kajian ini. Di samping itu juga, ia akan menjawab beberapa persoalan yang timbul daripada objektif kajian. Oleh yang demikian,

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Filsafat Ilmu (POK601) Di Susun oleh: Dr. Hajidin, M.Pd Prof. Dr. Darusman, M.Sc

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Filsafat Ilmu (POK601) Di Susun oleh: Dr. Hajidin, M.Pd Prof. Dr. Darusman, M.Sc RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Filsafat (POK601) Di Susun oleh: Dr. Hajidin, M.Pd Prof. Dr. Darusman, M.Sc PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, perubahan-perubahan pola. menuntut pula perubahan dan perkembangan sistem dan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, perubahan-perubahan pola. menuntut pula perubahan dan perkembangan sistem dan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dalam aktivitas perbincangkan seakan tidak pernah usang dimakan masa atau lapuk diterpa waktu. Aktivitas pendidikan yang selalu bergumul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat, terutama pada Islam.Pada zaman modern dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat, terutama pada Islam.Pada zaman modern dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman sangat berpengaruh terhadap fenomena modernitas yang terjadi di masyarakat, terutama pada Islam.Pada zaman modern dan globalisasi ini, sudah terjadi

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perubahan paradigma baru belajar dan pembelajaran di abad XXI lebih menekan pada belajar sepanjang hayat.

Lebih terperinci

Islam dan Teknologi. Bag.2. Oleh : Didin Hafidudin dan Abdullah Shahab. Pada Acara Diskusi Panel Teknik Mesin ITS. Islam dan Teknologi bag 2

Islam dan Teknologi. Bag.2. Oleh : Didin Hafidudin dan Abdullah Shahab. Pada Acara Diskusi Panel Teknik Mesin ITS. Islam dan Teknologi bag 2 Islam dan Teknologi Bag.2 Oleh : Didin Hafidudin dan Abdullah Shahab Pada Acara Diskusi Panel Teknik Mesin ITS 1 / 5 Judul di atas ternyata laris manis. Menjadi postingan dengan pencarian cukup besar.

Lebih terperinci

R E S E N S I Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

R E S E N S I Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal R E S E N S I Judul :Wacana Pengembangan Pendidikan Islam Penulis : Dr. Muhaimin, MA Penerbit :Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan : Pertama, Februari 2003 Tebal :357 halaman Membicarakan pendidikan melibatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penelusuran ini, akhirnya penulis menarik beberapa poin penting untuk disimpulkan, yakni: 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari BAB V PENUTUP Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan secara panjang lebar, guna untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung

Lebih terperinci

Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C : Drs. Dang Eif Saeful Amin, M.Ag Dzulfikar

Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C : Drs. Dang Eif Saeful Amin, M.Ag Dzulfikar SAP ILMU ALAMIAH DASAR Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan BPI UIN SGD BANDUNG PROGRAM PEMBELAJARAN Mata kuliah : ILMU ALAMIAH DASAR Bobot : 3 sks Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C Dosen : Drs.

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI INTEGRASI KEILMUAN BERBASIS ISLAMISASI ILMU DENGAN INTEGRATED TWIN TOWERS H. Syaifuddin (Dosen FITK UIN Sunan Ampel Surabaya)

STUDI KOMPARASI INTEGRASI KEILMUAN BERBASIS ISLAMISASI ILMU DENGAN INTEGRATED TWIN TOWERS H. Syaifuddin (Dosen FITK UIN Sunan Ampel Surabaya) 1 STUDI KOMPARASI INTEGRASI KEILMUAN BERBASIS ISLAMISASI ILMU DENGAN INTEGRATED TWIN TOWERS H. Syaifuddin (Dosen FITK UIN Sunan Ampel Surabaya) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjawab: 1. Bagaimanakah

Lebih terperinci

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS Diskripsi Mata Kuliah Diskripsi Mata Kuliah Daftar Materi Kuliah Mata kuliah memuat tentang Ilmu dan Pengetahuan; Metode Ilmiah; ontologi, epistimologi, aksiologi Filsafat & sains (ilmu); Rasionalisme,

Lebih terperinci