BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik sehingga banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik sehingga banyak"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik sehingga banyak penggemarnya. Ikan koi dikatakan sebagai ikan hias karena mempunyai warna yang indah dan jenis yang bermacam-macam, sehingga ikan ini banyak digemari orang sebagai ikan hias. Keberadaan ikan koi selain menjadi ikan hias, ikan koi juga bisa dijadikan sebagai ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para pecinta ikan koi. Selain mempunyai warna yang indah, ikan ini dikagumi karena keelokannya ketika menyembul dan melompat-lompat ke atas air. Ikan koi dikelompokan menjadi 13 yaitu, Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi ( en Nippon Airinkai), (Gambar 2.1). Taksonomi ikan koi adalah sebagai berikut (Saanin, 1984, 1968) : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Cypriniformes : Cyprinidae : Cyprinus Species : Cyprinus carpio L. 5

2 6 Gambar 2.1. Ikan Koi 2.2 Morfologi Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Ikan koi termasuk dalam famili Cyprinidae yang mempunyai ciri ciri umum, badan ikan koi berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan di bagian mulut terdapat dua sungut, yang kadang kadang satu pasang di antaranya kurang sempuna dan warna badan beragam (Susanto, 2007 dalam Lutfika, 2012). Ikan koi digolongkan dalam 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat alat seperti sepasang mata, sepasang hidung yang cekung dan tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar, dan keseimbangan yang tampak dari luar, dan sirip untuk bergerak (Cahyono, 2000). Koi mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumannya ini, ikan koi mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan

3 7 getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga sebelah luar (Susanto, 2000). Pada dasarnya ikan koi sebagian besar mempunyai bentuk seperti ikan mas pada umumnya, hanya ikan koi yang mempunyai beberapa perbedaan dibandingkan ikan mas biasa. Perbedaannya dari segi warna ikan koi mempunyai warna yang lebih beragam, sedangkan pada ikan mas hanya mempunyai beberapa macam warna saja dam ikan koi mempunyai jenis yang beragam, sedangkan ikan mas hanya mempunyai beberapa macam jenis saja (James, 2002). 2.3 Habitat Ikan Koi Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada daerah perairan air tawar. Ikan koi umumnya dapat hidup pada kisaran suhu C dengan ph 6, 8 7,4. Di daerah yang mempunyai musim dingin, ikan koi mampu bertahan hidup pada suhu 2 3C. Ikan koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5 C dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress (James, 2002). 2.4 Pakan Alami Pakan ikan merupakan makanan yang dimanfaatkan atau dimakan oleh ikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan tubuhnya. Laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Pakan yang berkualitas adalah pakan yang mengandung

4 8 nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral (Khairuman & Amri, 2008). Pakan merupakan faktor tumbuh terpenting karena merupakan sumber energi yang menjaga pertumbuhan, serta perkembangbiakan. Nutrisi yang terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Kualitas dari pakan ini ditentukan oleh kandungan nutrisi yang lengkap mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan yang diberikan untuk pakan ikan diharapkan mampu menghasilkan pertambahan bobot rata-rata yang tinggi (gram), kadar protein tubuh tinggi, dan efisiensi pakan yang tinggi (Rabegnatar & Tahapari, 2002 dalam Rolis, 2013). Salah satu kendala dari pembenihan ikan koi adalah ketersediaan pakan. Semakin berkembangnya usaha pembenihan, maka jumlah pakan yang dibutuhkan akan semakin banyak. Biaya pakan adalah biaya terbesar yang dikeluarkan dari total biaya produksi suatu usaha pembenihan ikan koi. Salah satu bentuk pakan yang diberikan adalah pakan alami. Salah satu pakan alami yang disukai ikan terutama ikan hias adalah cacing Tubifex sp, karena pakan alami mempunyai bau yang khas, warna yang menarik, dan merupakan pakan hidup yang bergerak didalam air, sehingga menarik perhatian ikan untuk memakannya. Cacing ini sering disebut sebagai cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut dengan warna tubuh kemerah-merahan (Khairuman & Amri, 2008) Pakan alami sangat dibutuhkan dalam pembenihan dan pemeliharaan ikan koi dalam pertumbuhannya, terutama pada benih ikan koi, karena pakan alami berupa hewan sangat menarik perhatian larva untuk memakannya. Pakan alami

5 9 dari hewan yang dapat bergerak seperti cacing Tubifex sp, Artemia sp, Dhapnia sp, Monia sp, dan jentik nyamuk, karena pakan tersebut selain memiliki jumlah protein yang bagus untuk benih ikan, pakan alami juga memiliki bau yang khas (Satyantini, 2008). Pakan alami merupakan pakan yang dikonsumsi ikan berupa organisme hidup baik hewan maupun tumbuhan. Pakan alami yang dihasilkan untuk pakan ikan sangat bergantung dari kondisi lingkungan dan kualitasnya, maka dari itu cara membudidayakan pakan alami sendiri merupakan cara efektif untuk mengurangi kendala tersebut. Jadi, tidak mengganggu kebutuhan pakan dalam pembudidayaan ikan koi (Susanto, 2000). Ikan koi termasuk dalam jenis omnivora, yaitu ikan yang memakan tumbuhan dan juga hewan. Ikan koi mencari makan dibagian permukaan dan pertengahan perairan. Ikan koi biasanya diberi pakan berupa pelet, tetapi kadang diberi pakan segar seperti wortel, selada, dan kacang polong. Setelah ikan berumur empat hari harus mulai disediakan pakan karena cadangan makananya yang berupa kuning telur hanya tersedia pada umur 1-4 hari. Pakan pertama yang cocok untuk menjadi makanannya adalah Daphnia sp., Artemia sp., Moina sp., dan jentik nyamuk. Setelah koi berumur 20 diberi pakan cacing sutera atau Tubifex sp. setelah koi sampai umur 90 hari, koi diberi pakan tambahan pelet ukuran paling kecil hingga sedang yaitu ukuran D0 dan L1. Pemberian pakan ini harus diberikan secara rutin (James,2002).

6 Cacing Tubifex sp. Cacing Tubifex sp. disebut juga cacing sutera. Jenis cacing ini sangat digemari oleh berbagai jenis ikan hias dan benih-benih ikan. Di alam, jenis cacing tersebut banyak terdapat di tempat yang banyak mengandung bahan organik, di perairan yang dangkal (20-30 cm), dan airnya mengalir perlahan-lahan. Cacing Tubifex sp. dapat ditemukan di parit, selokan kota, comberan, atau paceran. Cacing ini juga dibudidayakan di kolam-kolam atau setelah dikeringkan (Mudjiman, 2004). Tubifex sp. mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari segmen atau ruas. Tubifex sp. membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan dan ekornya disembulkan di permukaan dasar untuk bernafas. Tubifex sp. berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2,75 5, kandungan amoniak < 1 ppm, suhu air berkisar antara C, dan ph air antara 6 8 (Khairuman, A., 2010 dalam Lutfika, 2012). Selain itu, cacing tubifex juga mempunyai kandungan protein yang tinggi sebagai pakan ikan (Tabel 2.1) sehingga baik untuk pertumbuhan ikan, khususnya ikan koi. Kandungan nutrisi dari cacing tubifex menurut Khairuman, A (2010) dalam Lutfika (2012).

7 11 Tabel 2.1 : Kandungan Nutrisi cacing Tubifex sp. Jenis nutrisi Komposisi % Protein 57 Lemak 13,3 Abu 3,6 Kadar air 87,19 Karbohidrat 2,04 Serat Kasar 0,51 Sumber : (Madinawati et al., 2011) Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuhnya. Cacing ini berkembangbiak dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon, yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari (Lukito & Surip, 2007). Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi Tubifex mempunyai usia sekitar hari. Jumlah telur dalam setiap kokon sekitar antara 4-5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur dalam kokon sampai menetas menjadi embrio Tubifex membutuhkan waktu sekitar hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar hari (Gusrina, 2008). Cacing Tubifex sp. merupakan pakan alami yang bagus untuk ikan koi, karena mempunyai kelebihan dapat menunjang dalam perbaikan warna pada ikan koi. Selain itu cacing Tubifex sp. tidak hanya mempunyai kelebihan dalam

8 12 menunjang warna ikan koi, tapi juga cacing Tubifex sp. itu mempunyai harga yang relatif murah, sehingga sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam pemeliharaan ikan koi. Klasifikasi cacing Tubifex sp. Menurut (Chumaidi et al., 1991) adalah : Philum Classis Ordo Familia Genus Species : Annelida : Oligochaeta : Haplotanida : Tubificidae : Tubifex : Tubifex sp. Gambar 2.2. Cacing Tubifex sp. 2.6 Artemia sp. Artemia sp. merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha pembenihan ikan dan udang, karena kandungan nutrisinya baik. Akan tetapi di perairan Indonesia belum ditemukan Artemia sp. sehingga sampai saat ini Indonesia masih mengimpor Artemia sp. sebanyak 50 ton/tahun, dimana harganya dalam bentuk kista/telur antara Rp / kg. Walaupun pakan

9 13 buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan cukup tesedia untuk benih ikan dan udang, namun Artemia sp. masih tetap merupakan bagian yang esensial sebagai pakan benih ikan dan udang diunit pembenihan (Jusadi, 2003). Cyste Artemia sp. yang masih dibutuhkan untuk pakan ikan di Indonesia sebagian besar masih diimpor, tetapi kebanyakan kualitasnya masih rendah, sehingga menyebabkan produksi yang beragam dan mengakibatkan kematian masal terhadap larva udang. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilakukan pembudidayaan Artemia sp. di tambak secara lokal. Hasil budidaya Artemia sp. secara lokal diperoleh beberapa keuntungan yaitu waktu transportasi dan penyimpanan lebih singkat, pengawasan kualitas pada proses produksi dan pengawasan terhadap pengolahan lingkungan tambak budidaya mengarah ke produksi cyste Artemia sp. lokal yang berkualitas dan aman. Lebih jauh lagi, peroduksi Artemia sp. lokal dapat menunjang penghematan devisa melaui subtitusi impor (Jusadi, 2003). Artemia sp. merupakan kelompok udang udangan dari phylum Arthopoda. Artemia sp. merupakan jenis zooplankton yang juga digunakan sebagai makanan larva ikan. Oleh karena itu, kultur Artemia sp. dengan plankton yang lain sebagai pakan alami lebih mudah dilakukan dalam suatu unit usaha pembenihan. Pengambilan hasil pemanenan kista diharapkan mulai berlangsung pada akhir minggu ketiga setelah penebaran. Hasil dari Cyste Artemia sp. yang telah dipanen, kemudian cyste Artemia sp. sebanyak 4g direndam dalam air yang bersalinitas tinggi atau dalam larutan air garam, dengan cara mencampurkan 20-

10 14 30g garam dalam 1 liter air tawar selama 24 jam dan diberi aerasi agar garam tercampur rata (Jusadi, 2003). Menurut Djarijah (2005), Artemia sp. sering dipergunakan sebagai pakan larva karena toleransi salinitas yang tinggi. Artemia sp. dibutuhkan sebagai pakan alami untuk berbagai macam larva ikan. Kebutuhan Artemia sp. sebagai pakan benih sangat tergantung pada bentuk mulut dan laju pencernaan benih ikan. Benih ikan memiliki laju pencernaan yang cepat dan kebutuhan nutrisi lengkap, semua kebutuhan tersebut baru dapat dipenuhi oleh pakan alami terutama Artemia sp. Artemia sp. mempunyai beberapa sifat yang unggul yaitu Artemia sp. merupakan pakan alami yang mudah dalam penanganannya, karena tahan dalam bentuk kista untuk waktu yang lama. Artemia sp. mudah beradaptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar, dalam penyediaan makanannya sangat mudah karena Artemia sp. makan dengan cara menyaring, dapat tumbuh dengan baik pada tingkat penebaran tinggi, mempunyai nilai nutrisi tinggi (Tabel 2.1) yaitu kandungan protein % (Harefa, 2000 dalam Satyantini et al. 2008). Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang memakai pakan alami Artemia sp. dalam pemberian pakan. Artemia sp. sangat mudah untuk ditetaskan menjadi larva sampai dewasa, tapi harga Artemia sp. tidak semurah pakan alami yang lain bagi pembudidaya ikan maupun udang (Jusadi, 2003). Tabel 2.1. Kandungan nutrisi Artemia (Mudjiman, 2004) Jenis Nutrisi Komposisi % Protein Karbohidrat Lemak Air Abu

11 15 Klasifikasi Artemia sp. menurut Sachlan (1982) adalah : Kingdom Phylum Subphylum Classis Ordo Famila Genus Species : Animalia : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Anostraca : Artemiidae : Artemia : Artemia sp. Gambar 2.3. Artemia sp. (Perbesaran 10x) 2.7 Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, berat atau volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ini secara fisik dapat dilihat dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada periode waktu tertentu. Secara energetik, pertumbuhan dapat dilihat dengan adanya perubahan kandungan total energi tubuh dan periode waktu tertentu (Gusrina, 2008). Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah

12 16 energi yang tersedia pada pakan untuk metabolisme standar, energi untuk proses pencernaan dan energi untuk aktivitas. Pertumbuhan juga dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan ukuran yang irreversibel karena adanya tambahan substansi, termasuk perubahan bentuk yang terjadi bersamaan proses tersebut dan tidak akan kembali. Pertumbuhan seekor ikan dapat diukur dari bertambahnya panjang tubuh dan kenaikan berat tubuh (Fatmawati, 2002 dalam Widiyanti, 2012). Faktor yang menentukan pertumbuhan di antaranya adalah jumlah dan ukuran pakan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, umur, dan lain-lain. Jadi, untuk pertumbuhan diperlukan pakan yang cukup, terutama pada ikan yang masih muda atau kecil yang sedang mengalami proses pertumbuhan yang cepat. Selain jumlah pakan, faktor frekuensi pemberian pakan setiap harinya dijaga dan diperhatikan (Fatmawati, 2002 dalam Widiyanti, 2012). Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada jenis ikan, umur, kondisi lingkungan, dan komposisi makanan. Semua faktor tersebut akan berpengaruh dalam metabolisme dasar atau metabolisme standar (Mudjiman, 2004). 2.8 SGR (Specific Growth Rate) SGR (Specific Growth Rate) merupakan nilai pertumbuhan ikan dalam waktu (hari). Jadi laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat dan diamati setiap harinya untuk mengetahui pertumbuhan dari ikan uji yang sedang diteliti. Laju pertumbuhan dinyatakan sebagai perubahan bobot tubuh rata rata selama

13 17 percobaan atau penelitian berlangsung, laju pertumbuhan spesifik berkaitan erat dengan pertambahan berat tubuh yang berasal dari pakan yang dikonsumsi. Jadi, tinggi maupun rendahnya laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh kandungan protein pada pakan tersebut. Apabila laju pertumbuhan spesifik rendah, berarti menunjukkan bahwa kandungan protein dalam pakan belum mencukupi untuk laju pertumbuhan spesifik, tapi jika laju pertumbuhan spesifik tinggi, berarti kandungan protein dalam pakan sudah tercukupi untuk laju pertumbuhan spesifik(fitriah, 2004) Efisiensi Pakan (Feed Efficiency Ratio/FER) Purwanty (2006) dalam Juanda (2010) menerangkan bahwa efisiensi pakan menunjukkan tingkat pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan. Efisiensi pakan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu efisiensi kotor dan efisiensi bersih. Efisiensi kotor menggambarkan kadar energi (nilai parameter dalam bahan kering) dari pertumbuhan berat badan, dan menunjukkan energi yang termanfaatkan dari pakan yang diberikan. Adapun efisiensi bersih merupakan pertumbuhan relatif dari jumlah energi yang tercerna, kadar energi tersebut dihasilkan dari makanan yang dicerna setelah mengurangi kadar energi feses dan hasil eksresi. Menurut NRC (1983) dalam Hariyadi et al. (2005), efisiensi pakan bergantung pada cukupnya nutrisi dan energi pakan. Apabila pakan yang diberikan nutrisinya tidak mencukupi (seperti energi tinggi atau rendah), pertambahan bobot yang dihasilkan akan rendah juga.

14 18 Efisiensi setiap jenis ikan untuk memanfaatkan sumber nutrisi juga berbeda-beda. Faktor utama yang menentukan tinggi rendahnya efisiensi ini adalah macam sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber nutrisi dalam pakan ikan. Istilah yang biasa digunakan untuk mengetahui macam dan jumlah sumber nutrisi dalam pakan ikan adalah kualitasnya. Untuk mengetahui kualitas pakan ikan ditentukan berdasarkan pertumbuhan ikan yang memakannya (Djarijah, 1995) Rasio Konversi Pakan (Feed convertion Ratio/FCR) Jumlah makanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan penambahan 1 kg daging ikan disebut faktor konversi makanan. Di dalam praktek budidaya ikan lebih umum disebut rasio konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR) (Mudjiman, 2004). Laju pertumbuhan berhubungan dengan ketepatan antara jumlah pakan yang diberikan dengan kapasitas lambung ikan tersebut dan kecepatan pengosongan lambung atau sesuai dengan waktu ikan membutuhkan pakan, semua itu perlu diperhatikan karena ikan dalam kondisi lapar (Sari et al dalam Rehiluna, 2012). Pakan harus mempunyai rasio energi protein tertentu dan dapat menyediakan energi non protein dalam jumlah yang cukup sehingga protein sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan untuk menghasilkan tenaga maupun pertumbuhan. Pemanfaatan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran ikan, umur ikan,

15 19 kualitas protein, kandungan energi dalam pakan, suhu air, dan pemberian pakan (Suhendra et al dalam Batubara, 2009) Sintasan Sintasan merupakan jumlah benih yang hidup setelah dipelihara beberapa waktu dibandingkan dengan jumlah benih pada awal pemeliharaan dan dinyatakan dalam persen (Effendi, 2004). Menurut (Mudjiman, 2004) tingkat kelangsungan hidup (SR) yaitu prosentase jumlah benih ikan yang masih hidup pada akhir penelitian. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang telah dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Peningkatan padat tebar ikan akan berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan, artinya bahwa peningkatan padat tebar ikan belum tentu menurunkan tingkat kelangsungan hidup. Walaupun terlihat kecenderungan bahwa semakin meningkat tebar ikan, maka tingkat kelangsungan hidup akan semakin kecil (Rukmana, 2003). Sintasan ditunjukkan oleh mortalitas (kematian) (Said et al dalam Wijayanti, 2010). Sintasan yang rendah terjadi karena ikan mengalami kekurangan makan berkepanjangan, akibat tidak terpenuhinya energi untuk pertumbuhan dan mobilitas karena kandungan gizi pakan tidak mencukupi sebagai sumber energi (Supriya et al dalam Wijayanti, 2010). Salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya sintasan yaitu dengan pemberian pakan yang

16 20 tepat baik dalam ukuran, jumlah dan kandungan gizi dari pakan yang diberikan (Susanto, 2007 dalam Wijayanti, 2010). Faktor faktor lain yang mempengaruhi sintasan yaitu kualitas air, kepadatan, kuantitas pakan dan penanganan serta faktor internal seperti umur dan kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan (Purwanto, 2007). Kemampuan renang ikan juga mempengaruhi laju sintasan. Ikan yang kemampuan renangnya masih belum sempurna menyebabkan kemampuannya dalam mencari pakan terbatas. Maka dari itu ikan cenderung hanya memakan pakan alami yang berada didekatnya (Melianawati & Imanto, 2004). Ikan juga cenderung memilih pakan alami yang berukuran kecil, mudah ditangkap dan gerak dari pakan tersebut juga menyebabkan ikan tertarik untuk memakannya (Supriya et al dalam wijayanti, 2010). Pemilihan pakan alami oleh ikan juga erat hubungannya dengan ukuran bukaan mulut ikan tersebut, ketersediaan pakan alami dalam media pemeliharaan ikan keaktifan berenang ikan, sifat gerak pakan alami serta kemampuan cerna ikan. Kemampuan cerna ikan mempengaruhi kebutuhan dari kandungan gizi pakan tersebut (Melianawati & Imanto, 2004). Contohnya ikan karnivora yang lebih mudah mencerna protein, sedangkan kemampuan mencerna karbohidrat relatif rendah (Afriyanto & Liviawaty, 2005 dalam Wijayanti, 2010) Kualitas Air Air merupakan kebutuhan dasar manusia dan sumberdaya yang perlu dijaga kelestariannya untuk kepentingan manusia dan lingkungan. Pemeliharaannya secara kualitas dan kuantitas secara berkelanjutan memerlukan

17 21 perhatian dan penanganan yang serius. Salah satu permasalahannya terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan dan penggunaannya (Safitri, 2009). Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu kehidupan manusia. Pencemaran air merupakan segala pengotoran atau penambahan organisme atau zat-zat lain ke dalam air, sehingga mencapai tingkat yang mengganggu penggunaan dan pemanfaatan serta kelestarian perairan tersebut. Masalah pencemaran air berhubungan erat dengan kualitas air (Direktorat Pengendali Masalah Air,1975 dalam Wardhani, 2002). Pengolahan air bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi benih untuk hidup, berkembang, dan tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih yang maksimal. Prinsip pengolahan air adalah memasukan zat yang bermanfaat (O 2, air segar, dan sebagainya) ke dalam wadah kultur dan mengeluarkan yang tidak bermanfaat bahkan merugikan (feses, metabolit amoniak, CO 2, dan sebagainya). Bentuk pengolahan air dalam wadah kultur benih antara lain pemberian aerasi yaitu memasukan udara (salah satu kandungannya adalah O 2 ) ke dalam air sehingga O 2 terdifusi ke dalam air dan kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen / DO) dalam air menjadi meningkat untuk menyuplai O 2 bagi benih (Effendi, 2004 dalam Widiyanti, 2012). Kualitas penampilan dari ikan koi sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya juga, karena kualitas air merupakan faktor terpenting untuk pertumbuhan ikan koi. Kualitas air untuk ikan koi harus selalu dijaga kebersihannya, dengan selalu dirawat kondisi air yang ada pada kolam. Karena apabila kualitas air untuk ikan

18 22 koi terjaga dengan baik, akan berpengaruh pada kualitas dari ikan koi tersebut, terutama warna dari ikan koi yang lebih bagus Suhu Menurut Apridayanti (2008), suhu berpengaruh terhadap proses metabolisme sel organisme air, terutama pada ikan. Peningkatan suhu akan menyebabkan kecepatan proses metabolisme sel dan respirasi ikan, dan selanjutnya sengakibatkan peningkatan dekomposisi bahan mikroba. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan ikan adalah suhu antara C. Kenaikan suhu air akan berakibat pada jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan suhu yang terlampau panas bisa mematikan ikan dan hewan air lainnya (James, 2002). Menurut Pamunjtak (2010) koi merupakan jenis ikan yang kuat. Koi mampu bertahan hidup pada kondisi air yang kurang terjaga kualitasnya sekalipun dan temperatur yang baik atau ideal untuk ikan koi adalah ºC. Meskipun ikan koi dapat hidup pada temperatur suhu tertentu, namun juga harus di perhatikan bahwa perubahan suhu yang sangat drastis akan menimbulkan efek yang tidak baik untuk ikan koi, seperti stress dan mengakibatkan fatal ph Ikan koi dalam pertumbuhannya harus diperhatikan juga phnya, ph merupakan tolak ukur untuk mengetahui kadar asam dan basa yang terkandung

19 23 dalam air. Secara umum ph pada perairan adalah kondisi asam atau basa yang ditentukan berdasarkan nilai ph. Nilai ph antara 0-14, yang mana ph 7 merupakan ph normal. Kondisi ph kurang dari 7 menunjukkan air bersifat asam, sedangkan ph di atas 7 menunjukkan air bersifat basa (James, 2002). Nilai wajar ph ikan koi adalah antara 7 dan 8, yaitu netral sedikit basa. Kolam ikan koi kebanyakan, nilai ph jarang di bawah 7 (menjadi asam), nilai ph pada kolam ikan koi juga harus selalu diperhatikan, karena terkadang bisa juga terjadi keadaan di luar dugaan Oksigen Terlarut Menurut Kordi (2004), oksigen (O 2 ) merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga apabila ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan organisme yang ada, maka aktivitas organisme akan terhambat. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin sedikit. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah. Oksigen terlarut merupakan tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam kadar mg per liter atau per million (ppm). Oksigen yang terlarut mempunyai peranan penting dalam kelangsungan hidup ikan, khususnya pada air kolam untuk ikan koi. Kebutuhan akan oksigen terlarut itu selain berpengaruh

20 24 pada ikan koi, tapi juga berpengaruh pada bakteri di kolam tersebut yang bekerja sebagai pengurai. Oksigen terlarut biasanya diukur dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan disolved oxygen atau biasa di sebut DO meter (James, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal (Colossoma macropomum) berasal dari negeri Samba, Brazil. Di Negara asalnya ikan ini disebut Tambaqui. Di Amerika dan Inggris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01 6485.1 2000 yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2000), ikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan cupang menurut Saanin (1968, 1984):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan cupang menurut Saanin (1968, 1984): 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Cupang Ikan cupang (Ctenops vittatus) merupakan anggota dari famili Anabantidae yang mempunyai labirin. Labirin merupakan alat pernafasan tambahan pada ikan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan),

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Lele Sangkuriang Lele Sangkuriang merupakan jenis lele hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan merupakan hewan yang hidup di air, baik air laut, air payau atau air tawar. Ikan juga merupakan bahan makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan dan memiliki prospek jangka panjang yang baik. Hal ini dikarenakan atas permintaan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing sutra (Tubifex. sp) merupakan pakan alami yang rata-rata berukuran panjang 1-3 cm. Ukurannya yang kecil membuat pembudidaya memilih cacing sutra sebagai pakan ikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang (Clarias sp), selama 10 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus, plankton digunakan sebagai pakan alami

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. strain baru ikan maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto

TINJAUAN PUSTAKA. strain baru ikan maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Mas Koki Ikan maskoki (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias populer dan banyak penggemar. Kelebihan dari ikan ini adalah karena strainnya tidak mirip dengan aslinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan lele yang merupakan hasil persilangan antara

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan klasifikasi Moina sp 1. Ciri-ciri dan morfologi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea,

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota TINJAUAN PUSTAKA Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota Ojiya, Provinsi Niigata. Nenek moyangnya adalah ikan mas yang biasa disimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Nila GIFT 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Gift Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain nila GIFT (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) 1. Klasifikasi Menurut Muktiani (2011 : hal 4), Lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembenihan merupakan salah satu aspek yang menentukan berhasil atau tidaknya produksi perikanan, karena pada tahap ini benih ikan akan tumbuh dengan cepat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Pisces

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (2) : 83 87, Desember 2011 ISSN : 1979 5971 PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Oleh : Madinawati,

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk dikembangkan. Negara kita memiliki sumberdaya ikan sidat yang beraneka jenis, memiliki banyak lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembenihan ikan laut berkembang pesat dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi cacing sutra menurut Healy, (2001) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi cacing sutra menurut Healy, (2001) adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Cacing Sutra Klasifikasi cacing sutra menurut Healy, (2001) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Annelida

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat kematian dari larva

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius

lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Patin Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis jenis ikan patin di Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Patin Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diaphanosoma sp. 1. Klasifikasi Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: Fillum Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Cladocera

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) a. Klasifikasi Menurut Saanin (1984) klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Sub Kingdom Phylum

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut (Saanin,1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Phylum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan ini hidup di air tawar dan sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara. Ikan ini banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas Siklus hidup Artemia (gambar 3) dimulai pada saat menetasnya kista atau telur, dimana setelah 15-20 jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas manjadi embrio. Selanjutnya dalam waktu beberapa jam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau merupakan salah satu hasil perikanan pantai yang banyak disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang enak, terutama daging kepiting yang sedang bertelur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat konsumsi ikan juga meningkat. Sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO Oleh : R. muhammad Taufiq Sujatmikanto 11.01.2893 11/D3TI/02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Jl. Ring Road

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri perikanan budidaya air tawar sekarang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu ikan budidaya yang cukup digemari adalah ikan gurami (Osphronemus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN KELABAU (OSTEOCHILUS MELANOPLEURUS) HASIL DOMESTIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG 18 PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG (Growth and feed efficiency Tilapia (Oreochromis niloticus) with Salvinia Based Feed) Rina

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci