STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA"

Transkripsi

1 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T DENGAN KANKER PARU DI RUANG BUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH: TEGUH TRIYONO P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

2

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru disebut juga karsinoma bronkial salah satu penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Menurut data WHO (World Health Organitation) tahun 2000 diseluruh dunia terdapat 1,2 juta penderita karsinoma paru baru, atau 12,3 % dari seluruh tumor ganas, meninggal dunia 1,2 juta atau 17,8 dari mortalitas total tumor. (Desen wan, 2008) Permasalahan yang lebih serius adalah di semua negara pemakai tembakau, kasus baru karsinoma paru terus meningkat menjadi penyakit umum yang semakin serius mengancam jiwa dan kesehatan penduduk. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat kasus baru prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di Amerika dilaporkan /tahun, di Inggris /tahun, prevalensi kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, Prevalensi tertinggi di Kabupaten Magelang (1,6%), Cilacap (1,5%), Kebumen (1,3%), Banyumas, Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing 1,2%). Prevalensi nasional penyakit tumor/kanker adalah 0,4% (berdasarkan diagnosis 1

4 2 tenaga kesehatan). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi penyakit di atas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan. (Riskedas, 2007) Gejala yang khas akibat tumor kanker adalah batuk, hemoptisis (batuk bercampur darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernapasan lebih dari 26 kali permenit, demam dan gejala non spesifik, dan untuk menentukan diagnosa ini ada beberapa pemeriksaan yaitu: sinar x, pemeriksaan CT scan, pemeriksaan MRI, pemeriksaan PET/CT, pemeriksaan sitologi. (Wiliam, 2008) Bukti-bukti menunjukan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat pada jaringan parut sebelumnya (tuberkolosis, fibrosis) dalam kanker paru dapat dicegah apabila kebiasaan merokok dihilangkan. (Smeltzer, 2002) Kebanyakan pada kanker paru dapat mengakibatkan adanya obstruksi dan penumpukan cairan pada stadium lanjut, maka dapat mempengaruhi proses pernapasan terapi oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan pada ventilasi pada seluruh lapang paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan oksigen untuk menghindari terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernapasan salah satunya adalah gangguan pola nafas yang mengacu pada frekuensi, volume, irama dan usaha pernapasan. Perubahan pola nafas yang umum terjadi adalah takipnea, hiperventilasi, dispnea, orthopnea, apnea. (Mubarak, 2008)

5 3 Kondisi yang ditemui dilapangan menunjukan bahwa pasien mengalami dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan dan hiperventilasi yang harus diberi pertolongan dengan segera, disesuaikan dengan teori yang ada dengan alasan itu maka penulis mengangkat kasus gangguan kebutuhan oksigenasi pada pasien kanker paru untuk lebih mendalami dan mengupas masalah kebutuhan oksigenasi pada kanker paru dengan pendekatan ilmiah. B. Tujuan Penulisan. 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu untuk melaporkan kasus ganguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. T dengan kanker paru di RS Panti Waluyo Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Hasil dari melakukan pengkajian dengan ganguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada kanker paru. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ganguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada kanker paru. c. Penulis mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada kanker paru. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada kanker paru.

6 4 e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada kanker paru. f. Penulis mampu menganalisis pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang terjadi pada kanker paru. C. Manfaat Penulisan. 1. Manfaat Bagi Penulis Memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam bidang keperawatan penyakit dalam dengan kanker paru. 2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Memberikan masukan dalam proses kegiatan belajar mengajar, mengajarkan tentang asuhan keperawatan dapat digunakan acuan praktek mahasiswa keperawatan. 3. Manfaat Bagi Rumah Sakit Memberi masukan yang diperlukan untuk mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama perkuliahan ke dalam pelaksanaan praktek pelayanan kesehatan khususnya pada pasien di lapangan.

7 5 BAB II RESUME KEPERAWATAN Bab ini menjelaskan tentang ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan ganguan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di ruang Bugenvil RS Panti Waluyo Surakarta dilaksanakan pada tanggal 5 7 April Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Pengkajian Pengkajian pada tanggal 5 April jam WIB, diperoleh dengan cara autoanamnesa dan alloanamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Identitas klien, bernama Tn. T umur 29 tahun, agama Kristen, pendidikan terakhir SMK pekerjaan swasta, Jebres, Surakarta. Pasien dirawat di ruang Bugenvil selama 5 hari. Dokter mendiagnosa Tn. T mengalami kanker paru bagian kanan, penanggung jawab klien adalah Ny. N umur 28 tahun alamat, Jebres, Surakarta hubungan dengan pasien adalah istri. Hasil pengkajian, keluhan utama yang dirasakan klien saat dikaji yaitu sesak nafas, Riwayat kesehatan sekarang sebelum dibawa ke rumah sakit, sejak tiga hari yang lalu pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dibagian dada kanan atas

8 6 kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke Poli RS Panti Waluyo Surakarta untuk memeriksakan pasien dikarenakan 2 bulan yang lalu pasien pernah mempunyai keluhan yang sama dan oleh dokter dianjurkan untuk rawat inap dan diberikan terapi infuse RL 20 tpm. Tekanan darah :130/90 mmhg, nadi: 90 x/menit, pernapasan: 30 x/menit, terapi oksigen: 2 liter/menit. Riwayat kesehatan dahulu pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jogjakarta dengan keluhan yang sama 2 bulan yang lalu. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan namun pasien pernah dilakukan kemoterapi sebanyak 2 kali, atas indikasi kanker paru. Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama seperti pasien. Hasil riwayat kesehatan lingkungan hampir semua keluarga yang laki- laki perokok berat. Hasil pengkajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, pada pola persepsi pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan keadaan yang dialaminya sekarang kurang menyenangkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit dan ingin cepat sembuh. Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan hampir semua aktivitas dibantu oleh keluarga.

9 7 Tabel 1: Pola aktivitas dan latihan Tn. T Di rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta 5 April 2012 Kemampuan merawat diri Makan minum Toileting Berpakaian Mobilitas tempat tidur Berpindah Ambulasi rom Keterangan: 0:mandiri,1:dibantu alat,2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain dan alat,4:tergantung total. Pola istirahat tidur pasien setelah sakit tidur kurang lebih hanya 3 jam perhari dikarenakan merasa sesak dan nyeri dada. Hasil pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran composmentis, Tekanan darah: 110/70 mmhg, pernapasan: 34 x/m, nadi: 90 x/m, suhu: 36,5 o C. Hidung bersih simetris lubang kanan kiri, tidak terdapat polip terlihat nafas cuping hidung. Pemeriksaan dada (paru) dengan inspeksi: simetris kanan kiri terlihat penggunaan otot bantu pernapasan, palpasi: vocal vremitus tidak seimbang antara kanan dan kiri, untuk yang kanan tidak teraba di bandingkan yang kiri, perkusi: pekak pada dada kanan, auskultasi: terdengar suara ronki di dada bagian kanan. Pemeriksaan laboraturium, terdapat beberapa mengalami peningkatan jumlah leukosit mm 3 dari angka normal , trombosit u/l dari angka normal u/l, neutrofil 87,8 % dari angka normal 55 80%, limfosit 9,8 % dari angka normal %, MCH

10 8 26 pg dari angka normal pg. Pemeriksaan penunjang dari foto rontgen menunjukan terdapatnya bayangan yang ditampilkan opaque. Selama dirawat di rumah sakit pasien mendapat terapi, Meptin 2 x 0,05 g, fungsi untuk anti asma, Ceptik 1 x 200 mg berfungsi untuk mengobati bronkitis akut, Lameson 1 x 8 mg berfungsi untuk mengobati asma bronchial, Combivet 2 x 1 gram sehari berfungsi untuk anti asma. (ISO, 2010) B. Perumusan Masalah Hasil pengkajian dan observasi penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi tindakan. Data menunjukan bahwa secara subyektif: pasien mengatakan sesak. Secara obyektif: terlihat menggunakan otot bantu pernapasan, terlihat nafas cuping hidung, dispnea, pernapasan: 30 x/menit, terpasang nasal O 2 : 2 liter/menit, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi. Mengacu pada diagnosa keperawatan yang telah dibuat, dapat dirumuskan masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. T dengan kanker paru.

11 9 C. Perencanaan Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah merumuskan masalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status pernafasan klien efektif dengan kriteria hasil sesak nafas berkurang sampai hilang, ekspansi dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, bunyi nafas tambahan tidak ada, respirasi dalam batas normal yaitu x/menit. Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu atur posisi tidur (semi fowler) untuk memaksimalkan pengembangan paru, kaji TTV untuk memonitor vital sign ada gangguan atau tidak, berikan O 2 sesuai kebutuhan 2 liter/menit untuk memenuhi kebutuhan oksigen, monitor pola nafas untuk melihat ada tidaknya otot bantu pernapasan, kolaborasi pemberian terapi dengan dokter untuk memberikan obat (Meptin, Euphilin, Combivet). ( Judith, 2007 ) D. Implementasi. Perencanaan yang telah disusun kemudian dilakukan implementasi selama tiga hari yang dilakukan sejak hari kamis tanggal 5-7 April 2012, hari pertama tanggal 5 April 2012 meliputi: jam WIB mengkaji tanda-tanda vital pasien dengan respon obyektif: tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 90 x/menit, pernapasan: 34 x/menit, jam WIB berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat (Meptin 2 x 0,05 g) dengan respon obyektif: pasien terlihat minum obat yang diberikan. Jam WIB

12 10 mengatur posisi tidur (semi fowler) dengan respon subyektif: pasien mengatakan nyaman dengan posisi tidur yang diberikan, respon obyektif: pasien terlihat nyaman dengan posisi yang diberikan, jam WIB memberikan terapi O 2 2 liter/menit, dengan respon subyektif: pasien mengatakan agak nyaman, respon obyektif; pasien terlihat terpasang O 2 2 liter/menit. Jam WIB memonitor pola nafas pasien dengan, respon obyektif: pasien terlihat masih menggunakan otot bantu pernapasan, pernapasan 30 x/menit. Hari kedua Jumat 6 April 2012, jam WIB mengkaji tanda-tanda vital pasien dengan respon obyektif: tekanan darah 110/80 mmhg, nadi 85 x/menit, pernapasan: 30 x/menit. Jam WIB berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat (Meptin 2 x 0,05 g) dengan respon obyektif: pasien terlihat minum obat yang diberikan. jam WIB mengatur posisi tidur (semi fowler) dengan respon subyektif: pasien mengatakan nyaman dengan posisi tidur yang diberikan, respon obyektif: pasien terlihat nyaman dengan posisi yang diberikan, jam WIB memberikan terapi O 2 4 liter/menit, dengan respon subyektif: pasien mengatakan agak nyaman setelah oksigen ditambah menjadi 4 liter/menit, respon obyektif; pasien terlihat terpasang O 2 4 liter/menit. Jam WIB memonitor pola nafas pasien dengan respon obyektif: pasien terlihat masih menggunakan otot bantu pernapasan 28 x/menit.

13 11 Hari ketiga tanggal 7 April 2012 jam WIB mengkaji tanda-tanda vital pasien dengan respon obyektif: tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 95 x/menit, pernapasan: 28 x/menit, jam WIB berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat (Meptin 2 x 0,05 g) dengan respon obyektif: pasien terlihat minum obat yang diberikan., jam WIB memberikan terapi O 2 4 liter/menit, dengan respon subyektif: pasien mengatakan agak nyaman setelah oksigen ditambah menjadi 4 liter/menit, respon obyektif; pasien terlihat terpasang O2 4 liter/menit. Jam WIB mengatur posisi tidur (semi fowler) dengan respon subyektif: pasien mengatakan nyaman dengan posisi tidur yang diberikan, respon obyektif: pasien terlihat nyaman dengan posisi yang diberikan. Jam WIB memonitor pola nafas pasien dengan respon obyektif: pasien terlihat sudah tidak menggunakan otot bantu pernapasan 26 x/menit. E. Evaluasi Setelah dilakukan implementasi pada pasien maka penulis melakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang sudah dilakukan kepada pasien sudah berhasil menangani masalah yang dihadapi pasien atau belum. Hari pertama kamis 5 April 2012 jam WIB. Subyektif: pasien mengatakan nafasnya masih agak sesak, obyektif: pasien terlihat masih sesak, masih menggunakan otot bantu pernapasan, pernapasan 30 x/ menit, masalah belum teratasi, planning: lanjutkan intervensi:

14 12 pertahankan pemberian O 2 sesuai kebutuhan, monitor pola nafas, kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat (Meptin 2 x 0,05 g, Ceptik 1 x 200 mg, combivet). Hari kedua 6 April 2012 jam WIB. Subyektif: pasien mengatakan nafasnya masih sesak, obyektif: pasien terlihat masih sesak, pernapasan 28 x/menit, analisa: masalah belum teratasi, planning: lanjutkan intervensi: pertahankan pemberian O 2 sesuai kebutuhan, monitor pola nafas, kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat (Meptin 2 x 0,05 g, dan Ceptik 1 x 200 mg, combivet). Hari ketiga 7 April 2012 jam WIB. Subyektif: pasien mengatakan nafasnya sesak saat beraktivitas, obyektif: pasien terlihat masih sesak, sudah tidak menggunakan otot bantu pernapasan, pernapasan 26 x/menit, masalah belum teratasi, planning: lanjutkan intervensi: pertahankan pemberian O 2 4 liter/menit, monitor pola nafas, kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat (Meptin 2 x 0,05 g, dan Ceptik 1 x 200 mg).

15 BAB II RESUME KEPERAWATAN Bab ini menjelaskan tentang ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan ganguan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di ruang Bugenvil RS Panti Waluyo Surakarta dilaksanakan pada tanggal 5 7 April Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Pengkajian Pengkajian pada tanggal 5 April jam WIB, diperoleh dengan cara autoanamnesa dan alloanamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Identitas klien, bernama Tn. T umur 29 tahun, agama Kristen, pendidikan terakhir SMK pekerjaan swasta, Jebres, Surakarta. Pasien dirawat di ruang Bugenvil selama 5 hari. Dokter mendiagnosa Tn. T mengalami kanker paru, penanggung jawab klien adalah Ny. N umur 28 tahun alamat, Jebres, Surakarta hubungan dengan pasien adalah istri. Hasil pengkajian, keluhan utama yang dirasakan klien saat dikaji yaitu sesak nafas, Riwayat kesehatan sekarang sebelum dibawa ke rumah sakit, sejak tiga hari yang lalu pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dibagian dada 5

16 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5-7 April 2012 di ruang Bugenvil RS Panti Waluyo Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan pada aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian pada asuhan keperawatan pasien ketidakefektifan pola nafas dengan kanker paru, pengkajian dilakukan dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa sesuai dengan peraturan pengkajian keperawatan, mulai dari biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang sesuai teori yang disebutkan menurut Valentine L.Brasher dalam inti pengkajian adalah seperti yang disebutkan di atas. Keluhan utama yang dirasakan pasien sesak nafas (dipsnea), merupakan sensasi subyektif pada pernapasan yang sulit dan tidak nyaman, biasanya ditandai adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan pernapasan cuping hidung. Kemudian nyeri di bagian dada kanan, hal tersebut terjadi karena ketika kanker

17 mengenai pleura parietal atau langsung menginvasi dinding torak, dapat menimbulkan nyeri di bagian dada. Pernapasan 30 kali/menit, menunjukan adanya ketidakefektifan pola nafas. (Porter and Perry, 2006) Hasil riwayat kesehatan lingkungan hampir semua keluarga yang laki-laki perokok berat. Penyebab utama kanker paru adalah asap rokok yang didalamnya mengandung sekitar 60 macam karsinogen yang dapat menyebabkan mutasi DNA dan berkaitan dengan gen p53 dianggap berkaitan dengan timbulnya karsinoma paru. (Brashers, 2008) Pola aktivitas latihan hampir semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Dengan kata lain pasien mengalami kelemahan dalam aktivitas hal tersebut sesuai teori yang menyebutkan bahwa gejala yang dialami pasien dengan kanker paru salah satunya adalah kelemahan dalam beraktivitas. Kelemahan atau keletihan merupakan sensasi subyektif, yaitu klien melaporkan bahwa dirinya kehilangan daya tahan dikarenakan mengalami perubahan kardiopumonal sering kali merupakan tanda awal perburukan proses dari suatu penyakit. (Porter and Perry, 2006) Pasien hanya dapat tidur kurang lebih hanya 3 jam per hari dikarenakan pasien merasakan sesak dan nyeri dibagian dada kanan. Gejala penyerta kanker paru adalah terdapatnya rasa nyeri dan sesak, terjadi karena ketika kanker mengenai pleura parietal atau langsung menginvasi dinding torak, dapat menimbulkan nyeri dilokasi tersebut. (Silvia, 2006)

18 Pemeriksaan fisik, terlihat nafas cuping hidung diakibatkan adanya kompensasi dari reseptor otot-otot pernapasan. Pemeriksaan dada (paru) dengan Inspeksi simetris kanan kiri, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan, palpasi vocal vremitus tidak seimbang antara kanan dan kiri, karena kurang berfungsinya paru-paru bagian kanan. Hasil perkusi pekak pada dada kanan karena terdapatnya masa dan cairan, auskultasi terdengar suara ronki, keadaan tersebut terjadi karena ada penumpukan cairan pada lapang paru yang diakibatkan adanya peradangan pada pleura. (Desen, 2008) Hasil pemeriksaan penunjang, foto rontgen menunjukan terdapatnya bayangan yang ditampilkan opaque karena pada paru tidak mendapatkan udara dan trakea tertarik ke sisi yang sakit. Foto rontgen sendiri adalah salah satu cara atau alat pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan memberikan rujukan. (Desen, 2008) Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi. Pengertian dari ketidakefektifan pola nafas adalah terdapatnya inspirasi dan atau ekspirasi yang memberi ventilasi yang tidak adekuat, sedangkan hiperventilasi adalah suatu kondisi ventilasi yang berlebih yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. (NANDA, 2011) Diagnosa tersebut diangkat sebagai diagnosa utama karena merupakan faktor utama yang membuat pasien mengalami berbagai macam gangguan dalam

19 melakukan aktivitas dan istirahat. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada saat pengkajian yaitu pasien mengatakan sesak, terlihat menggunakan otot bantu pernapasan, terlihat nafas cuping hidung, dispnea, pernapasan 30 x/menit, terpasang O 2 : 2 liter/ menit. Pengangkatan diagnosa ini juga didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar klien tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Oksigen (O 2 ) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh, secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O 2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Terapi O 2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Adapun hal hal yang mempengaruhi keadekuatan sirkulasi oksigen adalah faktor fisiologis, perkembangan, perilaku dan lingkungan. (Porter and Pary, 2006) Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (jelas), Measureable (dapat diukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, tujuan yang dibuat oleh penulis adalah pola nafas efektif dengan kriteria hasil sesak nafas berkurang sampai hilang, ekspansi dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, bunyi nafas tambahan tidak ada, respirasi dalam batas normal yaitu x/menit. Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan kaji TTV untuk memonitor

20 ada tidaknya peningkatan suhu, tekanan darah, ada tidaknya takikardi yang biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau gangguan pernapasan dikarenakan terjadinya dipsnea pada pasien diikuti dengan peningkatan denyut nadi sebagai kompensasi tubuh untuk melakukan pertukan gas dan mengalirkannya keseluruh tubuh. Berikan O 2 sesuai kebutuhan 2 liter/menit bertujuan untuk memaksimalkan sediaan oksigen, khususnya jika ventilasi menurun, juga selama periode kompensasi fisiologi sirkulasi terhadap unit fungsional alfeolar. Monitor pola nafas untuk melihat ada tidaknya otot bantu pernapasan dan untuk mengetahui peningkatan jalan nafas, terapi O 2 yang diberikan sebanyak 2 liter/ menit untuk menghindari terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, jika aliran lebih dari 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung. (Desen, 2008) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat (Meptin 2 x 0,05 g, dan Ceptik 1 x 200 mg), bertujuan untuk mempertahankan kadar obat lebih konstan dan memperbaiki fungsi pernapasan, atur posisi tidur (semi fowler) untuk memaksimalkan pengembangan paru. (Doenges, 2002) Penulis menentukan diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi yaitu inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat dan dari intervensi dan kriteria hasil yang telah ditentukan maka penulis melaksanakan implementasi.

21 Mengkaji tanda-tanda vital untuk memonitor ada tidaknya peningkatan suhu, tekanan darah, ada tidaknya takikardi yang biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau gangguan pernapasan dikarenakan terjadinya dispnea pada pasien diikuti dengan peningkatan denyut nadi sebagai kompensasi tubuh untuk melakukan pertukan gas dan mengalirkannya keseluruh tubuh, dalam implementasinya pasien kooperatif tidak ada hambatan dan dapat melakukan implementasi dengan baik. Memberikan O 2 sesuai kebutuhan 2 liter/menit bertujuan untuk memaksimalkan sediaan oksigen, khususnya jika ventilasi menurun, juga selama periode kompensasi fisiologi sirkulasi terhadap unit funsional alfeolar. Terpasang O 2 2 liter/menit dan ditambah menjadi 4 liter/menit pada hari kedua dan ketiga implementasi dikarenakan sesak pasien bertambah. Saat diberikan terapi oksigen pasien merasa nyaman sesaknya berkurang namun, pasien merasa risih dengan selang oksigen yang dipasang di hidungnya. Memonitor pola nafas untuk melihat ada tidaknya otot bantu pernapasan dan untuk mengetahui peningkatan jalan nafas, pada hari pertama saat dilakukan implementasi untuk melihat pola nafas pasien, penulis mengalami kesulitan dikarenakan pasien tidur dalam posisi miring sehingga penulis tidak bisa melihat apakah pasien masih menggunakan otot bantu pernapasan atau tidak. Namun pada implementasi hari kedua dan ketiga didapatkan pasien penggunaan otot bantu pernapasan menghilang pada hari ke tiga.

22 Berkolaborasi pemberian terapi dengan dokter untuk memberikan obat (Meptin 2 x 0,05 g, dan Ceptik 1 x 200 mg ), bertujuan untuk mempertahankan kadar obat lebih konstan dan memperbaiki fungsi pernapasan. Saat diberikan obat pasien tidak langsung meminum obat karena pasien sedang dilakukan foto rontgen di ruang radiologi. Mengatur posisi tidur (semi fowler) merupakan intervensi keperawatan noninvasif untuk memaksimalkan dan mempertahankan pengembangan paru. Pasien nerasa nyaman setelah diberikan posisi semi fowler namun dalam pelaksanaan implementasi ini pasien harus di bantu dengan beberapa bantal yang ditumpuk dikarenakan tempat tidur yang dipakai rusak dan tidak bisa di seting sesuai dengan keinginan. Hasil evaluasi kondisi pasien selama tiga hari. Setelah dilakukan implementasi kondisi pasien belum sepenuhnya meningkat, dengan kata lain masalah belum teratasi hal ini dikarenakan waktu penulis untuk melakukan implementasi dirasa kurang dan dilihat dari prognosis penyakit klien yang merupakan bentuk kanker, sehingga membutuhkan kolaborasi dari tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi obat.

23 B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan studi kasus adalah sebagai berikut: a. Hasil pengkajian klien gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan kanker paru adalah terjadinya sesak nafas pada klien. b. Diagnosa keperawatan pada klien yang dapat diangkat dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah ketidak efektifan pola nafas. c. Rencana asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan kanker paru antara lain berikan posisi yang nyaman (semi fowler), berikan O 2 sesuai kebutuhan 2 liter/menit, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi (Meptin 2 x 0,05 g, dan Ceptik 1 x 200 mg ). d. Implementasi yang dilakukan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan kanker paru adalah berikan posisi yang nyaman (semi fowler), berikan O 2 sesuai kebutuhan 2 liter/menit, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat. e. Hasil evaluasi yang didapat setelah melakukan implementasi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi dengan kanker paru adalah pasien masih merasa sesak namun penggunaan otot bantu pernapasan sudah tidak ada, dengan masalah belum teratasi. f. Dari hasil asuhan keperawatan diketahui pasien membutuhkan oksigen

24 2. Saran a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien dengan kanker paru khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien. b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada klien dengan kanker paru. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif. c. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

25 DAFTAR PUSTAKA Anderson, Silvia Price, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.EGC, Jakarta Desen, Wan. 2008, Buku Ajar Onkologi Klinis, FKUI, Jakarta Doenges, Marylin E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Harahap, Ikhsanuddin Ahmad, 2005, Jurnal Keperawatan Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Universitas Sumatera Utara, Volume 1.http// keperawatan. Diakses pada tanggal 14 April 2012 Herlambang, Kuntio Tri, 2003, Jurnal Laporan Penelitian Karakteristik jenis kanker paru berdasarkan densitas dengan menggunakan CT scan, Semarang. http// jurnal makara/diakses tanggal 14 April 2012 Judith M Wilkinson. 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC, Jakarta Mubarak, Wahid Iqbal, 2008, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, EGC, Jakarta NANDA, 2010, Nursing Diagnosis Definition And Clafisication , EGC, Jakarta Porter and Parry, 2006, Fundamental Keperawatan, EGC, Jakarta Rasmin, melandi dkk, 2006 Jurnal Eflkasl Prosedur Diagnosis Dan Akurasi Diagnosis Sitologi Prabedah Kanker Paru. Departemen Pulmonologi dan llmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universftas Indonesia RS Persahabatan, Jakarta. http// makara.co.id. diakses tanggal 14 April 2012

26 Riset kesehatan dasar ( RIKESDA) 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. http//www. Google.co.id/Rikesda_2007.pdf. Diakses tanggal 14 April Suzane C.Smelter, Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Medical Bedah Edisi 8, EGC, Jakarta Syamsudihajat, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, EGC,Jakarta U.S. Department Of Health And Human Services, 2011, Journal Incidence And Mortality Rate Trends, National Cancer Institute. ( diakses tanggal 24 April 2012 Valentine L. Bareshers Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan Dan Manajemen. EGC, Jakarta

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. Data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Penyakit Paru Obstruksi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. M DENGAN BRONKITIS KRONIS DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : ROSNITA YULIANA MANURUNG NIM. P.09044 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD)merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn S : Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. B. LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Serangan asma masih merupakan penyebab utama yang sering timbul dikalangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) Mimatun Nasihah* Eka Ayu Apriliana** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : RAUFI AH ANADH MAHENDAR NIM P.09040 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spektrum sangat luas dan kompleks. Penyakit ini dimulai dari neoplasma ganas yang paling jinak sampai neoplasma

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : ROSI ADITYANA NIM. P.09043 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. W DENGAN TUBERKULOSISS PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH : NURI TRI SUSANTI NIM.P.10115

Lebih terperinci

DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN

DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN 1 Penyakit pernapasan salah satu masalah kesehatan dunia menyumbang angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi menyerang semua golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 CATATAN PERKEMBANGAN HARI 1. No. Dx. Hari/Tanggal. Tindakan Keperawatan. Rabu/ 1. Tindakan mandiri 4 Juni 2014

LAMPIRAN 1 CATATAN PERKEMBANGAN HARI 1. No. Dx. Hari/Tanggal. Tindakan Keperawatan. Rabu/ 1. Tindakan mandiri 4 Juni 2014 LAMPIRAN 1 CATATAN PERKEMBANGAN HARI 1 Hari/Tanggal No. Dx Pukul Tindakan Keperawatan Rabu/ 1 4 Juni 2014 18.45 WIB 1. Mengauskultasi suara nafas, serta adanya suara tambahan 18.50 WIB 18.55 WIB 19.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif bertujuan

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL A. Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur an), lantunan Al-Qur an secara fisik mengandung

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1 TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia ataupun jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR DISUSUN OLEH : NITA ANDRIYANI NIM. P.10040 PROGRAM STUDI DIII

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit keganasan yang berasal dari sel epitel saluran napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari organ lain (tumor

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. D DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : RIZKA NUGRAHENI NIM P.09097 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik. Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai Negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau Cronik Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok

Lebih terperinci

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. A DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : WAHID WAHYU WIDODO NIM. P.09112 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 April 2012 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas Pasien Pasien bernama Ny. S, berumur 33 tahun, berjenis kelamin

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION

KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION KOMUNIKASI EFEKTIF KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION No 1. 2. 3. 4. Jenis kegiatan Situation Mengidentifikasi diri, unit/ ruangan, Menyebutkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 17-20 Mei 2011, pukul 14.30 WIB, di ruang mawar RSUD Tugurejo Semarang. 1. Biodata a. Identitas pasien Pasien bernama Ny.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penumothorax merupakan kasus kegawatan paru. di Inggris laki-laki 24 per 100.000 penduduk dan perempuan 9,8 per 100.00 penduduk per tahun. Beberapa penelitian mengatakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum spontan di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung Semarang pada tanggal 14 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut survei WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal. Negara tertinggi yang menderita

Lebih terperinci

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP: 1 Berkas Pasien Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Alamat Jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci