BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kemampuan Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 dalam mereduksi Perak Nitrat menjadi Nanopartikel Perak
|
|
- Sri Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 dalam mereduksi Perak Nitrat menjadi Nanopartikel Perak Pembuatan nanopartikel perak dalam penelitian ini menggunakan metode green chemistry dengan cara sintesis menggunakan bakteri. Larutan AgNO3 direduksi Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 (Gambar 16). Setelah diamati selama 5 hari, awalnya warna larutan putih susu berubah menjadi kuning kecoklatan yang ditunjukkan oleh Gambar 17. Gambar 16. Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 pada Pengamatan Mikroskopik Perbesaran 1000x Gambar 17. Koloid Nanopartikel Perak 39
2 Koloid nanopartikel perak hasil reduksi dari larutan AgNO3 berwarna kuning kecoklatan menunjukkan telah terbentuknya nanopartikel perak. Hal tersebut merujuk pada Zielinska et al. (2009: 1566) menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak mempunyai warna kuning transparan, krem, hitam, abuabu, dan ragam warna lainnya. Koloid nanopartikel perak menunjukkan warna berbeda karena penyerapan cahaya dan hamburan di daerah tampak berdasarkan resonansi plasmon. Frekuensi elektron berosilasi dalam menanggapi medan listrik dan terjadi radiasi elektromagnetik, namun hanya elektron bebas seperti Ag yang memiliki resonansi plasmon yang menimbulkan warna intens (Zielinska et al., 2009: 1560). Warna yang muncul tergantung pada bentuk dan ukuran nanopartikel serta konstanta dielektrik dari media (Sneha et al., 2010: 993). Karakterisasi larutan AgNO3 dan nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis. Menurut Sileikaite et al. (2006: 289) menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak memiliki panjang gelombang dengan rentang nm pada analisis spektrofotometer UV- Vis. Analisis larutan AgNO3 dan nanopartikel perak pada penelitian ini dilakukan pada panjang gelombang nm. Hasil spektrum UV-Vis pada Gambar 18 (a) menunjukkan ada dua puncak yaitu, absorbansi larutan perak nitrat 0,006 M sebesar 0,016 pada panjang gelombang 305,50 nm, dan 2,743 pada panjang gelombang 224 nm. Hasil spektrum UV-Vis pada Gambar 18 (b) menunjukkan adanya 5 puncak, yaitu absorbansi koloid nanopartikel perak yang sudah direduksi dari larutan AgNO3 40
3 0,006 M oleh C. glutamicum FHCC-0062 sebesar 2,919 pada panjang gelombang 397,50 nm, 2,937 pada panjang gelombang 385 nm, 2,957 pada panjang gelombang 378 nm, dan 2,999 pada panjang gelombang 362 nm. Solomon et al. (2007: 322) menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak dengan panjang gelombang 397,50 nm mempunyai ukuran partikel sebesar 10 sampai 14 nm dan Zielinska et al. (2009: 1565) menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak berwarna kuning mempunyai ukuran partikel sebesar 12 nm. (a) 41
4 (b) Gambar 18. Spektrum UV-Vis (a) Larutan AgNO3 0,006 M, dan (b) Nanopartikel Perak Hasil Preparasi C. glutamicum FHCC-0062 mereduksi Ag + menjadi Ag 0 secara ekstraseluler (Li et al., 2011: 4). Sneha mengungkapkan bahwa proses reduksi Ion Ag + menjadi Ag 0 melalui proses biosorbsi dan selanjutnya terjadi bioreduksi. Ion Ag + tereduksi menjadi ion Ag 0 karena, dinding sel C. glutamicum FHCC-0062 terdiri atas senyawa kimia dengan gugus fungsi karboksilat, hidroksil, amida dan kelompok fosfat dalam berbagai polimer dinding selnya menjadi bersifat anion (Sneha et al., 2010: 991). Anion adalah ion negatif yang terbentuk ketika atom nonlogam memperoleh satu atau lebih elektron. Anion tertarik ke arah anoda (bidang positif) dalam medan listrik, anion bermuatan negatif karena jumlah proton dalam nukleoinya kurang dibandingkan jumlah elektron. Ketika logam kehilangan elektron, ada energi yang diperlukan untuk menghilangkan elektron itu. Elektron dapat menambah kulit terluar pada unsur yang baru (Kharisma Syaefuloh, 2015: 4), sehingga 42
5 pada proses tersebut terjadi penyerapan ion Ag + oleh C. glutamicum FHCC B. Kemampuan Antibakteri Bahan Tekstil yang dilapisi Nanopartikel Perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC dan Escherichia coli ATCC Bahan tekstil katun, nilon, poliester, dan spandek dilapisi dengan nanopartikel perak guna diuji sifat antibakteri pada Staphylococcus aureus ATCC (Gambar 19 (a)) dan Escherichia coli ATCC (Gambar 19 (b)). Warna kuning kecoklatan pada sampel bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak berasal dari warna koloid nanopartikel perak. Hal tersebut menandakan nanopartikel perak berhasil menempel pada bahan tekstil. Kemampuan antibakteri bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih atau zona hambat pada media Nutrient Agar (NA) yang telah diberi suspensi Staphylococcus aureus ATCC dan Escherichia coli ATCC seperti yang terlihat pada Gambar 20. (a) (b) Gambar 19. Pengamatan Mikroskopik Perbesaran 1000x pada (a) Staphylococcus aureus ATCC dan (b) Escherichia coli ATCC
6 (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar 20. Uji zona hambat, (a) kain katun S2, (b) kain nilon S2, (c) kain poliester S2, (d) kain spandek S2, (e) semua kain S1, (f) semua kain S3 44
7 Tabel 8. Data Zona Hambat Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap S. aureus ATCC dan E. coli ATCC Jenis kain Perlakuan E. coli ATCC S. aureus ATCC Rerata Zona Hambat Bahan Tekstil Rerata Zona Hambat Bahan Tekstil U1 U2 U3 Rata2 U1 U2 U3 Rata2 Katun S S2 8,5 8,9 8,1 8,5 7,8 9,5 9,1 8,8 S3 2,2 6,4 6,5 5 6,7 7,4 6,8 6,9 Nilon S S2 9,9 10 7,3 9 8,9 11 7,7 9,2 S3 4,3 6,4 4,4 5 7,3 6,8 6,7 6,9 Poliester S S2 8,8 7,2 9,9 8,6 8,3 9,5 9,7 9,3 S3 6,6 6,7 2,4 5,2 7 7,2 6,7 6,9 Spandek S S2 7,1 6,8 7,4 7,1 7,9 8,8 8,2 8,3 S3 2,3 6,7 2,2 3,7 6,4 6,4 6,9 6,5 Keterangan: S1: bahan tekstil yang tidak dilapisi apapun (kontrol negatif) S2: bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak S3: bahan tekstil yang dilapisi kloramfenikol (kontrol positif). U1: ulangan 1 U2: ulangan 2 U3: ulangan 3 45
8 Gambar 21. Grafik Zona Hambat Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap S. aureus ATCC berdasarkan Jam Pengamatan Gambar 22. Grafik Zona Hambat Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap E. coli ATCC berdasarkan Jam Pengamatan 46
9 Berdasarkan data pada Tabel 8 diketahui bahwa bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak mempunyai aktivitas antibakteri. Rerata diameter zona hambat keempat bahan tekstil antibakteri terhadap S. aureus ATCC dan E. coli ATCC menggunakan metode Kirby Bauer pada ketiga bahan uji (S1, S2, S3) memperlihatkan bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak mempunyai rata-rata zona hambat paling besar jika dibandingkan pada kontrol negatif maupun kontrol positif seperti terlihat pada Gambar 21 dan Gambar 22. Bahan tekstil tidak dilapisi apapun sebagai kontrol negatif tidak mempunyai aktivitas antibakteri, yang ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat pada semua sampel kain terhadap S. aureus ATCC dan E. coli ATCC Bahan tekstil dilapisi kloramfenikol sebagai kontrol positif menunjukkan adanya zona hambat, tetapi rerata zona hambatnya masih di bawah rerata zona hambat bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak. Berdasarkan Gambar 21 diketahui bahwa zona hambat bahan tekstil katun, nilon, poliester, spandek dilapisi nanopartikel perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC dari pengamatan jam ke-6 hingga jam ke-36 terus mengalami peningkatan dan jam ke-36 hingga jam ke-48 mempunyai rerata zona hambat sama. Berdasarkan Gambar 22 diketahui bahwa zona hambat bahan tekstil katun, nilon, poliester, spandek dilapisi nanopartikel perak terhadap Escherichia coli ATCC dari pengamatan jam ke-6 hingga jam ke-42 mengalami peningkatan dan jam ke-48 mempunyai nilai sama dengan jam ke-42. Peningkatan diameter zona hambat merupakan aktivitas eksponensial bakteri, sedangkan zona hambat mengalami stagnasi karena 47
10 koloni bakteri sudah dalam posisi death cell program (Kane dan Kandel, 2006: 385). Tabel 9. Analisis ANOVA Bahan Tekstil dilapisi Nanopartikel Perak terhadap S. aureus ATCC dan E. coli ATCC Df mean square F Sig. Di antara grup 7 11,866 9,433,000 Di dalam grup 184 1,258 Selanjutnya, dikarenakan penelitian ini menggunakan disain rancangan acak lengkap, maka untuk melihat pengaruh variasi bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak terhadap zona hambat pada bakteri uji S. aureus ATCC dan E. coli ATCC 35218, maka perlu dilakukan analisis ANOVA menggunakan program SPSS. Hasil uji one way ANOVA dengan taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 9. Uji one way ANOVA menunjukkan nilai F hitung sebesar 9,433 dengan Sig. = 0,000. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka Ho (ρ = 0) ditolak (I Putu Sampurna dan Tjokorda Sari Nindhia, 2013: 40), yang artinya variasi bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zona hambat pada bakteri uji S. aureus ATCC dan E. coli ATCC Tabel 10. Hasil uji lanjut LSD Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap S. aureus ATCC dan E. coli ATCC Perlakuan S1 terhadap S2 dan S3 S2 terhadap S1 dan S3 S3 terhadap S1 dan S2 Perbedaan Rerata Zona Hambat Berdasarkan uji lanjut LSD (Least Significance Different) dengan taraf 5%, yang digunakan untuk menguji beda nyata antar beberapa rerata zona 48
11 hambat pada semua perlakuan pada bahan tekstil terhadap S. aureus ATCC dan E. coli ATCC dapat dilihat pada Tabel 10. Bahan tekstil yang tidak dilapisi mempunyai perbedaan zona hambat yang signifikan terhadap bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dan bahan tekstil dilapisi kloramfenikol. Bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak mempunyai perbedaan zona hambat yang signifikan terhadap bahan tekstil tidak dilapisi dan bahan tekstil dilapisi kloramfenikol. Bahan tekstil yang dilapisi kloramfenikol mempunyai perbedaan zona hambat yang signifikan terhadap bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dan bahan tekstil tidak dilapisi. Hal tersebut dapat bermakna bahwa bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak mempunyai pengaruh antibakteri yang nyata terhadap kedua bakteri uji tersebut. Menurut Song et al. (2006: 58), mekanisme antibakteri dapat dijelaskan melalui interaksi nanopartikel perak mendekat pada membran sel bakteri uji selama proses difusi sel berjalan dan masuk ke dalam sel bakteri. Nanopartikel perak berinteraksi dengan membran sel bakteri yang mengandung protein dengan gugus fungsi sulfhidril sebagai komponen utamanya, kemudian senyawa perak menyerang rantai metabolisme bakteri, dan juga berinteraksi dengan molekul DNA hingga pada akhirnya sel bakteri mengalami kerusakan dan mengalami kematian. Feng et al. (2000: 668), melaporkan bahwa mekanisme penghambatan nanopartikel perak terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat terjadi karena ion perak berpengaruh terhadap 49
12 denaturasi protein dan menyebabkan molekul DNA bakteri menjadi kental dan bakteri kehilangan kemampuan untuk melakukan replikasi. Pengamatan langsung menunjukkan adanya perubahan morfologi dan struktur baik pada bakteri Staphylococcus aureus maupun bakteri Escherichia coli setelah perlakuan dengan nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24. Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli sehat memiliki molekul DNA tersebar acak pada hampir seluruh bagian sel. Sel bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli diberi perlakuan dengan nanopartikel perak memiliki DNA menggumpal pada bagian tepi sel. Gumpalan DNA tersebut terbentuk akibat adanya interaksi yang terjadi antara ion Ag 0 dengan molekul DNA. Hal tersebut yang mungkin menyebabkan nanopartikel perak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus ATCC dan E. coli ATCC Gambar 23. Bakteri staphylococcus aureus pada Pengamatan SEM (a) Bakteri Sehat dan (b) Bakteri yang diberi Nanopartikel Perak (Feng et al., 2000: 667). 50
13 Gambar 24. Bakteri Escherichia coli pada Pengamatan SEM (a) Bakteri Sehat, dan (b) Bakteri yang diberi Nanopartikel Perak (Feng et al., 2000: 664). Aktivitas antibakteri bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC menunjukkan rerata zona hambat lebih besar dibandingkan dengan Escherichia coli ATCC dapat dilihat pada Tabel 8. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Cappuccino dan Sherman (2001: 385) bahwa bakteri gram negatif memiliki viabilitas lebih rendah dibandingkan dengan bakteri gram positif. Perbedaan pernyataan Cappuccino dan Sherman (2001: 385) dengan hasil penelitian ini karena sel E. coli cepat dan mudah tumbuh, memiliki kemampuan tinggi dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, serta menunjukakkan resistensi dan kekebalan terhadap beberapa zat antibakteri (M. H. Anshari, 2011: 27). Selain itu, M. H. Anshari (2011: 46) menyatakan bahwa S. aureus hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa petidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan, sedangkan sisanya berupa molekul lain berupa asam teikhoat. Di sisi lain E. coli memiliki sistem membran ganda, dimana membran 51
14 plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. E. coli mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran luar dan membran dalam, sehingga partikel nanopartikel perak lebih mudah melakukan difusi pada S. aureus, karena mempunyai hambatan lebih kecil dimana sel bakteri tersebut sebagian besar tersusun oleh plasma tunggal dibandingkan dengan E. coli. Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri pada bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak termasuk dalam aktivitas bakteriosidal berspektrum luas. Aktivitas bakteriosidal adalah aktivitas antibakteri yang membunuh bakteri patogen dalam kisaran luas (Michael et al., 2009: 786) dan antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 154). Hal tersebut dibuktikan dengan bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dalam membentuk zona hambat pada bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC dan Escherichia coli ATCC Aktivitas bakteriosidal berspektrum luas pada bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikel nano, dalam penelitian ini nano yang digunakan dimungkinkan berukuran 12 nm. Menurut Agus Haryono dan Sri Budi Harmami (2010: 4), aktivitas antibakteri pada nanopartikel perak didukung oleh luas permukaan partikel besar, sehingga memungkinkan terjadinya kontak sangat baik dengan mikroorganisme. Antimikroba partikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel semakin besar efek antimikroba (Cheng, Karim, dan Seow, 2003: 666). 52
15 C. Perbedaan Aktivitas Antibakteri di antara Kain Katun, Nilon, Poliester, dan Spandek yang dilapisi Nanopartikel Perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC Mekanisme bakteriosidal bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak terhadap pertumbuhan S. aureus ATCC adalah ion Ag 0 berpengaruh terhadap molekul DNA bakteri, sehingga bakteri kehilangan kemampuan replikasi. Ion Ag 0 juga berinteraksi dengan tiol dari protein, yang dapat menyebabkan inaktivasi protein bakteri. Selain itu, terdapat gugus COOH dan gugus NH2 pada protein yang dapat bereaksi dengan ion logam dan membentuk senyawa antiprotein, sehingga protein mengalami denaturasi (Feng et al., 2000: 669). Gambar 25. Grafik Zona Hambat Bahan Tekstil dilapisi Nanopartikel Perak terhadap S. aureus ATCC berdasarkan Jenis Bahan Tekstil Berdasarkan grafik pada Gambar 25 diketahui bahwa bahan tekstil mempunyai daya hambat paling besar terhadap S. aureus ATCC adalah 53
16 kain nilon, kemudian poliester, katun, dan yang terkecil adalah kain spandek. Perbedaan zona hambat pada bahan tekstil katun, nilon, poliester, dan spandek terhadap S. aureus ATCC disebabkan oleh perbedaan banyak sedikitnya celah pada serat kait. Semakin banyak celah maka nanopartikel perak yang tertempel semakin banyak. Selain itu, disebabkan ada tidaknya pasangan elektron bebas pada gugus fungsi polimer bahan tekstil katun, nilon, poliester, dan spandek. Pasangan elektron bebas tersebut akan berikatan kovalen kordinasi dengan nanopartikel perak. Ikatan kovalen kordinasi terjadi dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom pasangan elektron bebas pada kain, sedangkan nanopartikel perak (Ag 0 ) hanya menyediakan orbital kosong yang menerima pasangan elektron yang dan digunakan bersama (Wulan Yunianingsih dan Suyono, 2013: 4). Bahan tekstil nilon mempunyai struktur kimia berupa rantai senyawa panjang poliamida sintetik dengan gugus berulang -CONH sebagai suatu bagian terpadu dari rantai polimernya. Gugus CONH dalam nilon mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O dan N, sehingga kemungkinan mengikat nanopartikel perak lebih banyak. Selain itu, serat poliamida mempunyai penampang melintang paling umum adalah bentuk trilobal dan bulat dapat dilihat pada Gambar 4. Bentuk trilobal dan bulat menyebabkan banyaknya celah antar serat pada kain nilon (Noerati dkk., 2013: 19), sehingga nanopartikel perak banyak menempel pada celah antar kain nilon. Berdasarkan Gambar 25 diketahui bahwa zona hambat kain nilon lebih besar dari pada poliester, katun, dan spandek. Hal tersebut karena nilon mempunyai pasangan 54
17 elektron bebas pada atom O dan N, sedangkan poliester dan katun hanya mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O serta spandek tidak mempunyai pasangan elektron bebas. Poliester merupakan serat buatan manusia tersusun atas gugus fungsi bersifat elektronegativitas berupa COO. Gugus COO mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O yang berinteraksi dengan nanopartikel perak membentuk ikatan OAg. Secara umum serat poliester berbentuk silinder lurus untuk penampang membujur dan bulat untuk penampang melintangnya dapat dilihat pada Gambar 6. Serat berbentuk silinder lurus untuk penampang membujur dan bulat untuk penampang melintangnya menyebabkan banyaknya celah antar serat pada kain poliester (Noerati dkk., 2013: 17), sehingga nanopartikel perak banyak yang menempel pada celah antar kain poliester. Berdasarkan Gambar 25 diketahui bahwa zona hambat poliester lebih kecil dari pada nilon, akan tetapi perbedaan itu tidak signifikan. Perbedaan yang tidak signifikan dimungkinkan karena kain nilon dan poliester sama-sama mempunyai celah antar serat yang banyak. Kain katun bersumber dari serat kapas dengan kandungan utama adalah selulosa. Katun memiliki gugus bersifat elektronegativitas berupa OH, artinya katun mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O yang dapat berinteraksi dengan nanopartikel perak membentuk membentuk ikatan OAg. Morfologi serat kapas jika dilihat di bawah mikroskop mempunyai penampang membujur seperti pita terpilin dan penampang melintang seperti ginjal dengan lubang ditengah disebut lumen seperti yang terlihat pada Gambar 2. 55
18 Penampang membujur seperti pita terpilin dan penampang melintang seperti ginjal menyebabkan banyaknya celah antar serat pada kain katun (Noerati dkk., 2013: 7). Berdasarkan Gambar 25 diketahui bahwa katun mempunyai rerata zona hambat lebih rendah dari nilon dan poliester. Hal tersebut karena permukaan katun besar dan kemampuannya menjaga kelembaban, serta bersifat hidrofilik menjadikan kain katun sebagai media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme (Agus Haryono dan Sri Budi Harmami, 2010: 5). Spandek merupakan serat buatan berpolimer yang mempunyai ciri khas adanya gugus fungsi uretan (-NHCOO-) dalam rantai utama polimer. Gugus - NHCOO pada spandek tidak mempunyai pasangan elektron bebas. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan adanya interaksi di antara rantai polimer pada spandek. Spandek mempunyai penampang membujur silinder lurus dan penampang melintang berbentuk tulang anjing, ketika dibuat benang permukaan antar serat cenderung menempel satu sama lain, seperti yang terlihat pada Gambar 8. Permukaan antar serat cenderung menempel satu sama lain menyebabkan jumlah celah antar serat sedikit (Noerati, dkk., 2013: 23). Berdasarkan Gambar 25 diketahui bahwa spandek mempunyai rerata zona hambat paling rendah di antara nilon, poliester, dan katun. Hal tersebut karena permukaan antar serat spandek cenderung menempel satu sama lain menyebabkan sedikitnya celah antar serat dan tidak adanya pasangan elektron bebas pada gugus fungsi uretan, sehingga nanopartikel perak yang menempel pada serat kain spandek lebih sedikit dari nilon, poliester, dan katun. 56
19 Tabel 11. Hasil uji lanjut LSD Zona Hambat Bahan Tekstil dilapisi Nanopartikel Perak terhadap S. aureus ATCC Bahan Tekstil Katun terhadap Nilon Katun terhadap Poliester Katun terhadap Spandek Nilon terhadap Katun Nilon terhadap Poliester Nilon terhadap Spandek Poliester terhadap Katun Poliester terhadap Nilon Poliester terhadap Spandek Spandek terhadap Katun Spandek terhadap Nilon Spandek terhadap Poliester Perbedaan Rerata Zona Hambat Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Kain katun, kain nilon, dan kain poliester dilapisi nanopartikel perak mempunyai perbedaan rerata zona hambat yang signifikan terhadap kain spandek dilapisi nanopartikel perak begitupun sebaliknya, sedangkan di antara kain katun, kain nilon, dan kain poliester dilapisi nanopartikel perak perbedaan zona hambatnya tidak signifikan seperti terlihat pada Tabel 11. Katun, nilon, poliester menunjukkan hasil uji perbedaan zona hambat tidak signifikan dikarenakan jenis kain tersebut mempunyai gugus fungsi bersifat elektronegativitas yang terdapat pasangan elektron bebas dan sama-sama mempunyai banyak celah antar seratnya. Spandek menunjukkan perbedaan rerata zona hambat signifikan di antara katun, nilon, poliester karena spandek tidak mempunyai pasangan elektron bebas dalam gugus fungsinya dan mempunyai sedikit celah antar seratnya. D. Perbedaan Aktivitas Antibakteri di antara Kain Katun, Nilon, Poliester, dan Spandek yang dilapisi Nanopartikel Perak terhadap Escherichia coli ATCC
20 Mekanisme bakteriosidal nanopartikel perak terhadap pertumbuhan Escherichia coli adalah ion Ag 0 berpengaruh terhadap molekul DNA bakteri, sehingga DNAnya menggumpal pada bagian tepi sel. Gumpalan DNA tersebut terbentuk akibat adanya interaksi yang terjadi antara ion Ag 0 dengan molekul DNA. Hal tersebut menyebabkan nanopartikel perak dapat menghambat pertumbuhan E. coli ATCC perak (Feng et al., 2000: 664). Gambar 26. Grafik Zona Hambat Bahan Tekstil dilapisi Nanopartikel Perak terhadap E. coli ATCC berdasarkan Jenis Bahan Tekstil Berdasarkan grafik pada Gambar 26 diketahui bahwa bahan tekstil mempunyai daya hambat paling besar terhadap E. coli ATCC adalah kain nilon, kemudian poliester, katun, dan yang terkecil adalah kain spandek. Perbedaan zona hambat pada bahan tekstil katun, nilon, poliester, dan spandek terhadap E. coli ATCC disebabkan oleh perbedaan banyak sedikitnya celah pada serat kait. Semakin banyak celah maka nanopartikel perak yang 58
21 tertempel semakin banyak. Selain itu, disebabkan ada tidaknya pasangan elektron bebas pada gugus fungsi polimer bahan tekstil katun, nilon, poliester, dan spandek. Pasangan elektron bebas tersebut akan berikatan kovalen kordinasi dengan nanopartikel perak. Ikatan kovalen kordinasi terjadi dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom pasangan elektron bebas pada kain, sedangkan nanopartikel perak (Ag 0 ) hanya menyediakan orbital kosong yang menerima pasangan elektron yang dan digunakan bersama (Wulan Yunianingsih dan Suyono, 2013: 4). Kain nilon mempunyai daya hambat paling besar terhadap E. coli ATCC karena bentuk serat nilon trilobal dan bulat dapat dilihat pada Gambar 4. Bentuk trilobal dan bulat menyebabkan banyaknya celah antar serat pada kain nilon, sehingga nanopartikel perak banyak menempel pada celah antar kain nilon. Selain itu, gugus CONH dalam nilon mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O dan N, sehingga kemungkinan mengikat nanopartikel perak lebih banyak (Noerati dkk., 2013: 19). Berdasarkan Gambar 26 diketahui bahwa zona hambat kain nilon lebih besar dari pada poliester, katun, dan spandek. Hal tersebut karena nilon mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O dan N, sedangkan poliester dan katun hanya mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O serta spandek tidak mempunyai pasangan elektron bebas. Poliester mempunyai daya hambat terbesar ke dua terhadap E. coli ATCC karena serat poliester berbentuk silinder lurus dan bulat dapat dilihat pada Gambar 6. Serat berbentuk silinder lurus untuk penampang membujur dan 59
22 bulat untuk penampang melintangnya menyebabkan banyaknya celah antar serat pada kain poliester, sehingga nanopartikel perak banyak yang menempel pada celah antar kain poliester. Selain itu, gugus COO dalam poliester mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O yang berinteraksi dengan nanopartikel perak membentuk ikatan OAg (Noerati dkk., 2013: 17). Katun mempunyai daya hambat terbesar ke tiga terhadap E. coli ATCC karena serat katun berbentuk seperti pita terpilin dan seperti ginjal dengan lubang ditengah disebut lumen seperti yang terlihat pada Gambar 2. Penampang membujur seperti pita terpilin dan penampang melintang seperti ginjal menyebabkan banyaknya celah antar serat pada kain katun. Selain itu, katun memiliki gugus OH yang mempunyai pasangan elektron bebas pada atom O. Atom O dapat berinteraksi dengan nanopartikel perak membentuk ikatan OAg (Noerati dkk., 2013: 7). Berdasarkan Gambar 26 diketahui bahwa katun mempunyai rerata zona hambat lebih rendah dari nilon dan poliester. Hal tersebut karena permukaan katun besar dan kemampuannya menjaga kelembaban, serta bersifat hidrofilik menjadikan kain katun sebagai media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme (Agus Haryono dan Sri Budi Harmami, 2010: 5). Spandek mempunyai daya hambat terkecil terhadap E. coli ATCC karena serat spandek berbentuk silinder lurus, ketika dibuat benang, permukaan antar serat cenderung menempel satu sama lain, seperti yang 60
23 terlihat pada Gambar 8. Permukaan antar serat cenderung menempel satu sama lain menyebabkan jumlah celah antar serat sedikit. Selain itu, gugus -NHCOO pada spandek tidak mempunyai pasangan elektron bebas. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan adanya interaksi di antara rantai polimer pada spandek (Noerati, dkk., 2013: 23). Tabel 12. Hasil uji lanjut LSD Zona Hambat Bahan Tekstil dilapisi Nanopartikel Perak terhadap E.coli ATCC Bahan Tekstil Katun terhadap Nilon Katun terhadap Poliester Katun terhadap Spandek Nilon terhadap Katun Nilon terhadap Poliester Nilon terhadap Spandek Poliester terhadap Katun Poliester terhadap Nilon Poliester terhadap Spandek Spandek terhadap Katun Spandek terhadap Nilon Spandek terhadap Poliester Perbedaan Rerata Zona Hambat Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Kain katun, kain nilon, dan kain poliester dilapisi nanopartikel perak mempunyai perbedaan rerata zona hambat yang signifikan terhadap kain spandek dilapisi nanopartikel perak begitupun sebaliknya, sedangkan di antara kain katun, kain nilon, dan kain poliester dilapisi nanopartikel perak perbedaan zona hambatnya tidak signifikan seperti terlihat pada Tabel 12. Katun, nilon, poliester menunjukkan hasil uji perbedaan zona hambat tidak signifikan dikarenakan jenis kain tersebut mempunyai gugus fungsi yang terdapat pasangan elektron bebas dan sama-sama mempunyai banyak celah antar seratnya. Spandek menunjukkan perbedaan rerata zona hambat signifikan di 61
24 antara katun, nilon, poliester karena spandek tidak mempunyai pasangan elektron bebas dalam gugus fungsinya dan mempunyai sedikit celah antar seratnya. 62
PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI BAHAN TEKSTIL DILAPISI NANOPARTIKEL PERAK YANG DIPREPARASI OLEH Corynebacterium glutamicum FHCC-0062
Perbedaan Aktivitas Antibakteri Bahan Tekstil... (Agustin Erviana) 43 PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI BAHAN TEKSTIL DILAPISI NANOPARTIKEL PERAK YANG DIPREPARASI OLEH Corynebacterium glutamicum FHCC-0062
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. alam dan serat buatan (Goet Poespo, 2005: 9). Menurut Noerati dkk. (2013: 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Bahan Tekstil Kain merupakan jenis bahan tekstil yang diolah dengan cara menyilangkan benang lusi dan benang pakan. Serat tekstil dapat dikelompokkan atas serat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Rerata Zona Radikal Penelitian untuk menguji kemampuan daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa jenis polimer superabsorben mempunyai beberapa kelemahan, yaitu kapasitas absorpsi yang kecil, kurang stabil terhadap perubahan ph, suhu dan sifat fisik yang kurang baik.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciPENELITIAN PEMBUATAN KAIN ANTIBAKTERI MENGGUNAKAN KITOSAN
PENELITIAN PEMBUATAN KAIN ANTIBAKTERI MENGGUNAKAN KITOSAN Wiwin Winiati, Cica Kasipah, Wulan Septiani, Rizka Yulina, Eva Novarini ZAT ANTIBAKTERI UNTUK TEKSTIL Existing : Senyawa fenol, organo logam, turunan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui 3 kali pengulangan perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan sebuah penemuan baru di bidang ilmu penelitian, khususnya penelitian bidang bioteknologi (Natarajan, et al., 2010). Penelitian di bidang nanoteknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nanoteknologi menjadi hal menarik untuk dipelajari karena peran dan fungsinya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Secara umum nanoteknologi dapat didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel logam merupakan material dengan ukuran yang sangat kecil yaitu berkisar antara 10 nm sampai 1 µm. Hal tersebut menyebabkan tingginya rasio luas permukaan
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan E.Coli dalam air dengan menggunakan elektroda platina-platina (Pt/Pt) dilakukan di Laboratorium Penelitian
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pemisahan senyawa total flavanon 4.1.1.1 Senyawa GR-8 a) Senyawa yang diperoleh berupa padatan yang berwama kekuningan sebanyak 87,7 mg b) Titik leleh: 198-200
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Titanium Dioksida (TiO 2 ) Titanium merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IV B, berbentuk padat yang berwarna putih keperakan. Titanium murni dapat larut dalam larutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian dan Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan biji manggis (Garcinia mangostana) terhadap penghambatan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Problem resistensi bakteri terhadap antibakteri mula-mula ditemukan pada tahun 1980-an dengan ditemukannya kasus multipel resisten pada strain bakteri Streptococcus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam berbagai industri maupun lembaga penelitian. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencari alternatif
Lebih terperinciDISKUSI BIOKIMIA DIMULAI DENGAN SEL KARENA SEL MERUPAKAN KERANGKA ALAMIAH DARI HAMPIR SEMUA REAKSI BIOKIMIA
DISKUSI BIOKIMIA DIMULAI DENGAN SEL KARENA SEL MERUPAKAN KERANGKA ALAMIAH DARI HAMPIR SEMUA REAKSI BIOKIMIA PERBEDAAN UTAMA ANTARA BIOKIMIA DAN KIMIA ADALAH BAHWA REAKSI BIOKIMIA BERLANGSUNG DI DALAM BATASAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciUJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama
UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari senyawa krom nitrat (Cr(NO 3 ) 3. 9H 2 O) yang dilarutkan dalam aquades. Pada proses pengontakan
Lebih terperinciSatuan bilangan gelombang. Part per million, satuan konsentrasi dalam bentuk mg/l
Singkatan/ Lambang Keterangan SA nm cm -1 OD TK TPJ SCSA UV Vis FTIR BK ppm Saliva Anjing Nano meter (ukuran 10-6 meter) Satuan bilangan gelombang Optical Density, Kerapatan optik Tanah Kebun Tanah Pinggir
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Mikrobiologi dengan judul Daya Kerja Antimikroba dan Oligodinamik yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Adit
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI (DAYA KERJA ANTIMIKROBA DAN OLIGODINAMIK) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : II (Dua) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip pengobatan kombinasi terhadap suatu penyakit telah lama dikembangkan dalam pengobatan kuno. Masyarakat Afrika Barat seperti Ghana dan Nigeria sering menggunakan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Ampas Teh Hijau Metode Difusi Agar Hasil pengujian aktivitas antibakteri ampas teh hijau (kadar air 78,65 %
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar
Lebih terperinciSUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KAIN NYLON 6,6 DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN NANOPARTIKEL PERAK DAN SENYAWA SILAN SKRIPSI
SUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KAIN NYLON 6,6 DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN NANOPARTIKEL PERAK DAN SENYAWA SILAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciPENENTUAN SUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KAIN KATUN DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN NANOPARTIKEL PERAK DAN SENYAWA SILAN TUGAS AKHIR SKRIPSI
PENENTUAN SUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KAIN KATUN DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN NANOPARTIKEL PERAK DAN SENYAWA SILAN TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)
AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Langsat (Lansium domestcum Var. langsat) adalah salah satu tanaman Indonesia yang kulitnya buahnya
Lebih terperinciPENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI
PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI 0810442038 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian film antibakteri menarik dilakukan berkaitan dengan semakin banyaknya kebutuhan bagi industri makanan sebagai pengemas makanan ataupun dunia medis sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinciULFA TRIYANI A. LATIF
Uji Antibakteri Getah Pepaya (Carica Papaya L.) dan Getah Jarak (Jatropha Curcas L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen Pada Air ULFA TRIYANI A. LATIF Jl. Sultan Alauddin 6 Samata, Kab. Gowa 9 email:
Lebih terperinciBIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT
BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT 1 2 . 3 . 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Biokimia Kuliah 2 POLISAKARIDA 17 POLISAKARIDA Sebagian besar karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Suatu polisakarida berbeda
Lebih terperinciPERBEDAAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF
PERBEDAAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF Editor : NAMA : VENNY NYDIA D NIM : G1C015012 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa antibakteri ialah senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme dan dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh suatu mikroorganisme (Jawetz
Lebih terperinciD. 2 dan 3 E. 2 dan 5
1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran
Lebih terperinciAnalisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal
6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciPerbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif: Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
Perbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif: Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna crystal violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal,bersifat komensal pada permukaan kulit dan membran mukosa saluran napas atas manusia. Bakteri ini diklasifikasikan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Besi (Fe) dalam Air Tanah Aliran air tanah merupakan perantara goelogi yang memberikan pengaruh unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Produk pangan harus tetap dijaga kualitasnya selama penyimpanan dan distribusi, karena pada tahap ini produk pangan sangat rentan terhadap terjadinya rekontaminasi, terutama dari mikroba
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana) Diketahui ciri-ciri dari tanaman manggis (Garcinia mangostana yaitu, Buah berwarna merah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciII. PEWARNAAN SEL BAKTERI
II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana
Lebih terperinciUji Pembandingan Efektivitas Antiseptik Strong Acidic Water terhadap Antiseptik Standar Etanol 70%
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Pembandingan Efektivitas Antiseptik Strong Acidic Water terhadap Antiseptik Standar Etanol 70% 1 Fitta Awwaliyatuz Zaidah, 2 Hilda Aprilia, 3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Antibiotik Antibiotik adalah suatu substansi kimia yang diperoleh atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian diperoleh hasil kadar ikan kembung yang diawetkan dengan garam dan khitosan ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. negatif Escherichia coli ATCC 25922, bakteri gram positif Staphylococcus aureus
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak etil asetat Dumortiera hirsuta pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri gram negatif
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Hasil 4.1.1. Isolasi kulit batang tumbuhan Polyalthia sp (Annonaceae) Sebanyak 2 Kg kulit batang tuinbulian Polyalthia sp (Annonaceae) kering yang telah dihaluskan dimaserasi
Lebih terperinci2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO
2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya
1 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subjek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya hambat Streptococcus mutans secara in vitro maka dilakukan penelitian pada plate
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi oksidasi merupakan reaksi yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh manusia. Reaksi oksidasi ini disebabkan oleh senyawa reactive oxygen species
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Uji Identifikasi Fitokimia Hasil uji identifikasi fitokimia yang tersaji pada tabel 5.1 membuktikan bahwa dalam ekstrak maserasi n-heksan dan etil asetat lidah buaya campur
Lebih terperinciKegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis
1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitosan Kitosan adalah salah satu senyawa turunan dari kitin. Kitin adalah polimer alami (biopolimer) terbesar kedua yang terdapat di alam setelah selulosa dengan rumus molekul
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)
2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073
Lebih terperinciStruktur Atom. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron
Lebih terperinciMakalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS. Oleh :
Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS Oleh : Nama : Sherly Febrianty Surya Nim : G111 16 016 Kelas : Biokimia Tanaman C Dosen Pembimbing : DR. Ir. Muh. Riadi, MP. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan mikroorganisme. Pada umumnya mikroorganisme yang patogen bersifat merugikan karena dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen Penelitian diawali dengan tahap persiapan dan pemurnian kembali dari keempat kultur bakteri asam laktat (BAL) yaitu Lactobacillus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam saluran pencernaan unggas khususnya sekum dan tembolok, terdapat populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri tersebut umumnya bersifat fermentatif.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk salah satu penyakit infeksi bakteri yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui
Lebih terperinciPartikel Materi. Partikel Materi
Bab 4 Partikel Materi Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul; menghubungkan konsep atom, ion, dan molekul dengan produk kimia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sanitasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat
Lebih terperinciPAKET UJIAN NASIONAL 16 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit
PAKET UJIAN NASIONAL 16 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 01. 27 Isotop 13 Al terdiri dari... A. 13 proton,14 elektron
Lebih terperinciIV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan
IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil penelitian Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi larutan getah tangkai daun kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus
Lebih terperinciProtein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan
Lebih terperinciBerdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.
TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan
Lebih terperinci