HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa jenis polimer superabsorben mempunyai beberapa kelemahan, yaitu kapasitas absorpsi yang kecil, kurang stabil terhadap perubahan ph, suhu dan sifat fisik yang kurang baik. Salah satu pengembangan polimer superabsorben dapat dibuat dari polimer alam yang dimodifikasi dengan agen penaut silang seperti asam suksinat. Dengan demikian, modifikasi polimer superabsorben diharapkan mempunyai sifat fisik dan kimia yang jauh lebih baik berdasarkan kemampuan kapasitas absorpsi, kuat tarik, dan biokompatibilitas. Nata de coco merupakan serat selulosa dari hasil metabolisme bakteri Acetobacter xylinum yang mempunyai aktivitas dapat memecah gula untuk mensintesis selulosa ekstra seluler dari air kelapa. Jika dibandingkan dengan sumber selulosa alami lainnya, nata de coco memiliki beberapa keunggulan, yaitu memiliki sifat fisik mekanik yang tinggi, dan kemurniannya lebih unggul dibandingkan selulosa kayu (Iskandar et al. 2010). Karena kemurnian selulosa bakterial yang baik itulah maka nata de coco pada penelitian ini dimodifikasi secara kimia menjadi turunan selulosa lainnya, yaitu karboksimetil selulosa (Gambar 1) yang merupakan eter polimer selulosa linear yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan hidrogel. Gambar 1 Mekanisme reaksi karboksimetilasi selulosa

2 Karboksimetil selulosa (CMC) diperoleh dari proses sintesis yang meliputi tahapan proses alkalisasi, karboksimetilasi, pemanasan, netralisasi, serta pemurnian, yaitu pencucian dan pengeringan. Proses alkalisasi menggunakan NaOH 35% (b/v), kemudian proses karboksimetilasi menggunakan asam monokloroasetat dengan katalis isopropanol, lalu proses pemanasan selama 4 jam pada suhu 55 C untuk membantu proses reaksi. Menurut Awalludin (2004), CMC yang diperoleh masih mengandung campuran NaCl dan asam glikolat seperti pada Gambar 1, maka campuran tersebut harus dipisahkan melalui proses netralisasi, yaitu pencucian dengan metanol 80% dan asam asetat untuk menetralkan ph. Proses pemurnian CMC melalui pencucian menggunakan metanol absolut untuk menghilangkan asam glikolat sebagai produk samping dan pengotor-pengotor lainnya kemudian dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air. Karboksimetil selulosa (CMC) adalah bahan serbaguna yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang karena gugus karboksimetil yang berfungsi sebagai hidrokoloid memiliki kemampuan untuk mengentalkan air, menangguhkan padatan dalam media cair, menstabilkan emulsi, menyerap kelembaban dari atmosfer, dan bahan baku pembentuk film. CMC juga banyak digunakan pada berbagai industri seperti: detergen, cat, keramik, tekstil, kertas, dan makanan yang berfungsi sebagai pengental, penstabil emulsi atau suspensi, dan bahan penaut silang (Wijayani et al. 2005). CMC memiliki sifat penting seperti kelarutan dan absorpsi di permukaan. Selain sifat-sifat tersebut, viskositas dan derajat substitusi merupakan dua faktor terpenting dari CMC (Aprilia 2009). Asam suksinat dengan dua gugus karboksilat dapat digunakan sebagai agen penaut silang pada pembuatan hidrogel dari CMC sintetis melalui reaksi esterifikasi antara gugus karboksilat dari asam suksinat dengan gugus OH dari CMC seperti pada Gambar 2 sehingga menghasilkan taut silang yang kuat. 7 Gambar 2 Mekanisme esterifikasi CMC dengan penaut silang asam suksinat

3 8 Berdasarkan morfologinya, polimer pada penelitian ini termasuk polimer absorben jenis lembaran, jika ditinjau dari jenis bahan penyusunnya termasuk polimer absorben makromolekul alam, sedangkan dilihat dari proses pembuatannya termasuk polimer ikatan silang. Ikatan utama polimer absorben adalah gugus hidrofilik karena terdiri atas gugus karboksilat (COO - ) yang mudah menyerap air. Ketika polimer absorben dimasukkan dalam air atau pelarut akan terjadi interaksi hidrasi antara polimer dengan molekul air. Mekanisme hidrasi yang terjadi adalah ion karboksilat dari zat terlarut dalam polimer akan terikat dengan molekul polar air. Adanya ikatan silang dalam polimer absorben menyebabkan polimer tidak larut dalam air (Swantomo et al. 2008). Spektrum FTIR Spektroskopi FTIR merupakan suatu metode yang baik untuk pencirian polimer karena dapat dilakukan dengan cepat dengan hanya sedikit sampel. Prinsip dari teknik ini melibatkan deteksi dari absorpsi IR oleh monomer dari suatu polimer. Spektrum FTIR (Gambar 3) digunakan untuk membuktikan terbentuknya ikatan silang pada polimer induk. Dengan membandingkan spektrum selulosa nata de coco dengan spektrum CMC sintetis dan spektrum CMC-AS yang telah tertaut silang, maka akan terlihat perbedaan serapan di antara ketiganya. OH C H C O C O Gambar 3 Spekrtum tumpuk FTIR pada sampel: (a) Selulosa nata de coco 400 mesh, (b) CMC sintetis 100 mesh, dan (c) Suspensi CMC-AS Spektrum a memperlihatkan spektum dari selulosa nata de coco dengan adanya vibrasi ulur dan tekuk C H pada bilangan gelombang 2890 cm -1 dan 1334 cm -1. Vibrasi ulur OH terdeteksi pada bilangan gelombang 3271 cm -1 sedangkan vibrasi ulur C O pada unit glukosa rantai terbuka muncul pada bilangan

4 gelombang 1111 cm -1. Spektrum b merupakan spektrum dari CMC sintetis yang dicirikan dengan adanya vibrasi tekuk OH pada bilangan gelombang 1415 cm -1, gugus eter (CH O CH 2 ) pada bilangan gelombang 1060 cm -1 dan vibrasi ulur C=O pada bilangan gelombang 1593 cm -1 yang mengindikasikan adanya gugus karbonil dengan serapan yang lebih kuat dan tajam daripada serapan karbonil di spektrum a pada bilangan gelombang 1535 cm -1 sehingga selulosa nata de coco telah termodifikasi menjadi CMC. Spektrum c merupakan spektrum dari suspensi CMC-AS yang telah tertaut silang oleh asam suksinat yang menunjukkan serapan karboksil pada bilangan gelombang 1701 cm -1 dengan intensitas yang tinggi serta vibrasi ulur OH pada bilangan gelombang 3387 cm -1. Derajat Substitusi, Kadar Air, dan ph Larutan CMC 1% Struktur karboksimetil selulosa mempunyai kerangka dasar 1,4-β-Dglukopiranosa dari polimer selulosa. Setiap unit anhidroglukosa (C 6 H 10 O 5 ) pada struktur selulosa memiliki tiga gugus hidroksil ( OH) yang dapat diganti oleh senyawa lain. Derajat Substitusi (DS) adalah jumlah rata-rata gugus per unit anhidroglukosa yang disubstitusikan oleh gugus lain. Akibat dari masuknya senyawa pengganti tersebut ke dalam rantai selulosa, maka susunan unit anhidroglukosa berubah sehingga molekul air atau senyawa pelarut lain dapat masuk ke dalam polimer selulosa sehingga nilai DS menentukan kelarutan CMC. Penentuan jumlah asam monokloroasetat yang mampu menempel pada permukaan selulosa dapat dilakukan dengan analisis semikuantitatif melalui DS berdasarkan banyaknya jumlah gugus hidroksil yang tersubstitusi oleh asam monokloroasetat terhadap selulosa dengan harapan jumlah, distribusi dan penataan asam monoklorosetat yang menempel pada permukaan selulosa dapat ditentukan. Tabel 1 Perbandingan CMC sintetis dengan standar baku CMC berdasarkan SNI Uraian Mutu I Mutu II CMC sintetis Kadar air (% maks) Derajat substitusi ph larutan CMC 1% Berdasarkan Tabel 1 diperoleh rerata DS sebesar 0.24 dan belum memenuhi standar baku SNI dengan kisaran nilai DS antara untuk CMC mutu II. Nilai DS yang rendah ini sangat mempengaruhi sifat kelarutan, kekentalan dan ph dari CMC yang telah disintesis karena semakin besar nilai derajat substitusi maka kualitas CMC semakin baik dan kelarutan dalam air semakin besar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya gugus hidroksil ( OH) yang tersubstitusi oleh asam monokloroasetat pada reaksi karboksimetilasi selulosa sehingga mempengaruhi DS pada CMC sintetis yang tidak lebih baik jika dibandingkan dengan CMC komersial. Analisis kadar air dilakukan dengan metode langsung dengan menghilangkan molekul air yang tertaut secara fisik maupun kimia dengan cara pengeringan oven dan desikasi. Kadar air dapat diketahui berdasarkan bobot air yang hilang. Analisis kadar air dan ph larutan CMC 1% dilakukan untuk 9

5 10 mengetahui sifat CMC yang telah disintesis. CMC bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air dari udara. Jumlah air yang dapat diabsorbsi bergantung pada kadar air CMC, kelembaban relatif, suhu, dan derajat substitusi. CMC dengan derajat substitusi yang tinggi lebih efektif mengikat air (Nisa dan Putri 2014). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 1, CMC sintetis memiliki rerata kadar air sebesar 8.99 % dan telah memenuhi standar baku SNI dengan kadar air maksimal 10% untuk CMC mutu I dan % untuk CMC mutu II. Namun hasil pengujian ph larutan CMC sintetis 1% seperti pada Tabel 1 sebesar 4.57 masih jauh dari standar mutu II dengan kisaran ph Menurunnya ph dapat menurunkan viskositas karboksimetil selulosa akibat polimernya yang bergulung (Aprilia 2009). Sifat asam pada CMC sintetis dapat disebabkan oleh proses pencucian dan perebusan nata de coco yang belum sempurna sehingga sisa asam asetat dari hasil pembuatan nata de coco masih ada. Keberadaan Logam Oksida Difraksi sinar-x digunakan untuk mengidentifikasi struktur kristal suatu sampel dengan membandingkan intensitas puncak difraksi dan sudut 2θ dengan data standar. Identifikasi keberadaan logam oksida yang diduga berupa ZnO dapat dilakukan dengan membandingkan difraktogram sampel uji dengan difraktogram referensi dalam database yang telah ditetapkan oleh Joint Committee on Powder Difraction Standards (JCPDS) (Lampiran 6). Melalui pengujian ini diharapkan hasil analisis memiliki difraktogram yang sama dengan referensi sehingga dapat membuktikan keberadaan logam oksida yang terbentuk. Intensitas Intensitas CMC-AS ZnSO ZnSO 4 (a) ZnSO 4 2θ θ CMC-AS CMC-AS CMC-AS (b) Gambar 4 Difraktogram dari (a) CMC-AS-ZnSO 4 0.5%, dan (b) CMC-AS

6 Berdasarkan difraktogram yang diperoleh seperti pada Gambar 4, terdapat banyak puncak serapan tajam yang mengindikasikan keberadaan logam dan juga polimer dari CMC-AS. Hal tersebut ditandai dengan adanya puncak serapan logam oksida pada sudut 2θ di posisi 27.57, 31.83, dan 45.59, sedangkan untuk polimer CMC-AS terdeteksi pada sudut 2θ di posisi 14.14, 56.53, 66.24, dan Jika dibandingkan dengan database JCPDS (Lampiran 6), maka ketiga puncak serapan tersebut cenderung mendekati difraktogram ZnSO 4 sehingga logam oksida ZnO yang diharapkan belum terbentuk. Hal ini disebabkan oleh proses pengeringan CMC-AS-ZnSO 4 dengan suhu pemanasan yang rendah yaitu 55 C, sedangkan logam oksida ZnO akan terbentuk dengan suhu pemanasan yang tinggi yaitu C (Hashem et al. 2013). 11 Morfologi CMC-AS-ZnSO 4 Morfologi permukaan CMC-AS-ZnSO 4 dianalisis menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Mikrofotograf yang dihasilkan menunjukkan bentuk permukaan CMC-AS-ZnSO 4, porositas serta banyaknya mikropori yang terbentuk pada masing-masing perbesaran. Melalui mikrofotograf, bentuk permukaan CMC- AS-ZnSO 4 akan terlihat struktur fisik misalnya memiliki struktur berombak, berpori, membentuk agregat, tidak beraturan, dan sebagainya. Porositas diketahui berdasarkan mikropori yang terbentuk, mikropori inilah yang akan mempengaruhi kemampuan pembengkakan dari hidrogel. Analisis morfologi CMC-AS-ZnSO 4 dilakukan berdasarkan sampel yang menghasilkan kemampuan pembengkakan tertinggi, yaitu dengan komposisi ZnSO 4 0.5%. a b c d e f Gambar 5 Mikrofotograf hidrogel CMC-AS-ZnSO 4 0.5% pada (a) Perbesaran 100 kali, (b) Perbesaran 750 kali, (c) Perbesaran 1000 kali, (d) Perbesaran 3500 kali, (e) Perbesaran 50 kali pada hidrogel CMC-AS oleh Hashem et al. (2013), dan (f) Perbesaran 1000 kali pada hidrogel CMC-AS-ZnO oleh Hashem et al. (2013)

7 12 Hasil mikrofotograf mengunakan SEM pada perbesaran 100 kali (Gambar 5a) terlihat bahwa morfologi CMC-AS-ZnSO 4 membentuk serat-serat halus yang homogen. Permukaan yang kasar pada CMC-AS-ZnSO 4 terlihat pada perbesaran 750 dan 1000 kali (Gambar 5b dan 5c) yang membentuk guratan berongga. Pada perbesaran 3500 kali (Gambar 5d) terlihat mikropori berupa titik hitam pada CMC-AS-ZnSO 4 yang berfungsi untuk menjerap air. Mikropori tersebut merupakan tempat berinteraksi antara air dengan gugus hidrofilik ( OH, COOH) pada hidrogel yang mempengaruhi kemampuan pembengkakan karena dapat meningkatkan luas permukaan kontak antara CMC-AS-ZnSO 4 dengan air. Luas permukaan kontak yang besar mengakibatkan tempat interaksi antara gugus hidrofilik dengan air menjadi besar. Menurut Abidin et al. (2012), kapasitas absorpsi hidrogel dapat dinaikkan dengan memperbesar luas kontak baik melalui permukaan bergelombang maupun jumlah dan ukuran pori. Hal ini dapat dilakukan baik secara perlakukan fisik maupun secara perlakuan kimia. Berdasarkan mikrofotograf CMC-AS-ZnSO 4 pada Gambar 5a, b, c, dan d membuktikan bahwa logam oksida ZnO memang belum terbentuk dan jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hashem et al. (2013), pada Gambar 5e menunjukkan bahwa permukaan CMC-AS-ZnSO 4 membentuk mikropori yang tidak seragam. Gambar 5f menunjukkan adanya nanopartikel ZnO yang tidak terikat secara kimia dengan CMC-AS sehingga berbentuk kristal padat yang menempel pada permukaan hidrogel. Kemampuan pembengkakan hidrogel (swelling) Hasil optimalisasi pembuatan hidrogel dari pasta CMC sintetis dengan asam suksinat sebagai penaut silang diperoleh pada komposisi 15% : 7.5% (b/v) dengan penambahan larutan ZnSO 4 sebagai zat antibakteri membentuk CMC-AS-ZnSO 4 pada konsentrasi 0.1%, 0.3% dan 0.5% (b/v). CMC-AS tanpa penambahan ZnSO 4 menghasilkan kemampuan pembengkakan hidrogel sebesar 64.84% dan kemampuan pembengkakan hidrogel meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ZnSO 4 seperti pada Gambar 6. Kemampuan pembengkakan hidrogel meningkat karena adanya interaksi molekul air dengan partikel ZnSO 4 yang bersifat higroskopis CMC-AS CSZ CMC-AS- 0.1% CSZ CMC-AS- 0.3% CSZ CMC-AS- 0.5% ZnSO 4 0.1% ZnSO 4 0.3% ZnSO 4 0.5% Komposisi Gambar 6 Kemampuan pembengkakan hidrogel (swelling) Rerata swelling (%)

8 Adsorpsi yang terjadi tidak hanya secara kimia, tetapi adsorpsi juga dapat terjadi secara fisika. Adsorbat menempel pada permukaan absorben melalui interaksi antarmolekul yang lemah (ikatan Van der Waals), yaitu saat molekul air terjerap di antara mikropori yang terbentuk. Faktor-faktor yang memengaruhi proses adsorpsi, yaitu sifat fisik dan kimia absorben seperti luas permukaan, ukuran partikel, dan komposisi kimia. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas permukaannya per satuan volume tertentu, sehingga akan semakin banyak zat yang diadsorpsi. Faktor lainnya adalah sifat fisis dan kimia adsorbat, seperti ukuran molekul dan komposisi kimia serta konsentrasi adsorbat dalam fase cairan (Atkins 1999). Berdasarkan pengamatan, hidrogel ini memiliki kekenyalan yang baik dan tidak mudah putus walaupun pada kondisi menyerap air yang maksimum. Namun kemampuan pembengkakan dari hidrogel pada penelitian ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Hashem et al. (2013) dengan swelling ratio yang mencapai 45 kali bobot awalnya. Aktivitas Antibakteri Hidrogel Pengujian antibakteri E. coli dan S. aureus menggunakan metode cakram padat dengan kontrol positif larutan Kloramfenikol 1000 ppm untuk bakteri S. aureus sedangkan untuk bakteri E. coli menggunakan larutan Tetrasiklin 1000 ppm. Untuk kontrol negatif menggunakan DMSO dan CMC-AS tanpa penambahan ZnSO 4. Indikasi aktivitas positif dari senyawa antibakteri tersebut ditandai oleh adanya zona bening di sekitar koloni. Untuk kontrol negatif ditandai dengan tidak terbentuknya zona bening di sekitar cakram. 13 a b Gambar 7 Aktivitas antibakteri hidrogel terhadap (a) Escherichia coli, (b) Staphylococcus aureus dengan (A) CMC-AS-ZnSO 4 0.1% ; (B) CMC-AS-ZnSO 4 0.3% ; (C) CMC-AS-ZnSO 4 0.5% ; (+) Kontrol positif ; dan (-) Kontrol negatif DMSO ; dan (-CMC) CMC-AS Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti pada Gambar 7, terlihat bahwa hidrogel CMC-AS tanpa penambahan ZnSO 4 memberikan respon positif sebagai antibakteri dengan adanya zona bening. Hal tersebut disebabkan oleh adanya sisa metanol yang tertinggal setelah proses pencucian CMC dan metanol tersebut juga merupakan zat antibakteri. Zona bening tersebut menandai bahwa bakteri uji tidak

9 14 dapat tumbuh dan mendegradasi hidrogel. Diameter zona bening pada hidrogel meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ZnSO 4 seperti yang terjadi pada bakteri E. coli dengan diameter zona bening terbesar pada konsentrasi CMC- AS-ZnSO 4 0.5% sebesar mm, namun hal ini tidak terjadi pada bakteri S. aureus, hal ini mungkin disebabkan oleh sifat resistensi yang berbeda pada bakteri uji terhadap senyawa ZnSO 4 dan juga dipengaruhi oleh jenis bakteri yang digunakan, yaitu bakteri gram positif dan negatif. Tabel 2 Aktivitas antibakteri hidrogel CMC-AS-ZnSO 4 Escherichia coli Zona Rasio Komposisi inhibisi aktivitas (mm) inhibisi Staphylococcus aureus Zona Rasio inhibisi aktivitas (mm) inhibisi Kontrol positif 1000 ppm * # - Kontrol negatif DMSO CMC-AS CMC-AS-ZnSO 4 0.1% CMC-AS-ZnSO 4 0.3% CMC-AS-ZnSO 4 0.5% Keterangan: (*) Tetrasiklin 1000 ppm, (#) Kloramfenikol 1000 ppm Adanya perbedaan diameter zona bening pada S. aureus dan E. coli seperti pada Tabel 2 disebabkan oleh perbedaan komponen penyusun dinding sel antara bakteri gram positif dan gram negatif. Dinding sel bakteri gram positif seperti S. aureus banyak mengandung molekul polisakarida, sedangkan dinding sel bakteri gram negatif seperti E. coli berisi tiga komponen, yaitu lipoprotein pada membran terluar yang mengandung molekul protein yang disebut lipopolisakarida dan porin yang bersifat hidrofilik (Iskandar et al. 2010). Hal tersebut mempengaruhi seberapa banyak senyawa antibakteri yang dapat masuk ke dalam membran sel sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bakteri dan bahkan membunuh bakteri uji. Kloramfenikol dapat menghambat proses sintesis protein dengan cara menghambat proses pemanjangan peptida saat translasi dengan mengikat enzim peptidiltransferase ribosom 50S sedangkan Tetrasiklin menghambat ikatan subunit kecil 30S ribosom dengan trna aminoasil pada sisi (A-asam amino) subunit besar 50S yang terletak pada kompleks ribosom mrna. Penghambatan pergerakan trna untuk berikatan menyebabkan gangguan pembentukkan rantai polipeptida (Nonong dan Satari 2011). Rasio aktivitas inhibisi digunakan untuk membandingkan efektifitas sifat antibakteri dari logam oksida terhadap kontrol positif yang digunakan, yaitu Kloramfenikol dan Tetrasiklin. Jika nilai rasio aktivitas inhibisi rendah, hal tersebut menunjukkan bahwa zat antibakteri yang diuji belum efektif menghambat atau bahkan membunuh bakteri uji dan jika nilai rasio aktivitas inhibisi mendekati 1, maka zat antibakteri menunjukkan kemiripan sifat bakterisidal ataupun bakteriostatik dengan kontrol positif yang digunakan.

10 Tabel 3 Perbandingan rasio aktivitas antibakteri hidrogel terhadap logam oksida ZnSO 4, TiO 2, dan AgNO 3 Zona inhibisi Zona inhibisi Rasio aktivitas kontrol positif sampel (mm) antibakteri Sampel (mm) CMC-AS-ZnSO 4 0.5% CMC-AS-TiO 2 0.5% (Peranginangin 2014) CMC-AS-AgNO 3 0.6% (Sari 2014) E. coli S. aureus E. coli * S. aureus # E. coli S. aureus Keterangan: (*) Tetrasiklin 1000 ppm, (#) Kloramfenikol 1000 ppm Penelitian serupa dilakukan juga oleh Sari (2014) menggunakan AgNO 3 0.6% sebagai logam oksida antibakteri yang menghasilkan rasio aktivitas inhibisi sebesar 0.79 terhadap bakteri E. coli dan 0.71 terhadap bakteri S. aureus. Selain itu, Perangin-angin (2014) juga melakukan hal yang sama menggunakan TiO 2 0.5% sebagai logam oksida antibakteri yang menghasilkan rasio aktivitas inhibisi sebesar 0.81 terhadap bakteri E. coli dan 0.76 terhadap bakteri S. aureus. Berdasarkan rasio aktivitas antibakteri yang diperoleh seperti pada Tabel 3, maka penggunaan ZnSO 4 menunjukkan kemampuan penghambatan yang terbesar terhadap bakteri E. coli dibandingkan dengan senyawa TiO 2 dan AgNO 3. Namun TiO 2 memiliki kemampuan penghambatan yang terbesar terhadap bakteri S.aureus jika dibandingkan dengan senyawa ZnSO 4 dan AgNO 3. Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh, hidrogel antibakteri yang telah disintesis berpotensi sebagai zat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus dan dapat dikembangkan menjadi produk pembalut luka. 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sintesis hidrogel antibakteri berbahan dasar CMC yang berasal dari nata de coco melalui proses modifikasi berhasil dilakukan yang ditandai dengan adanya perubahan serapan gugus karbonil yang kuat pada bilangan gelombang 1701 cm -1. Nilai derajat substitusi sebesar 0.24 dan ph sebesar 4.57 masih jauh dari standar baku SNI Namun untuk kadar air telah memenuhi syarat sebesar 8.99%. Difraktogram dan mikrofotograf menunjukkan ZnSO 4 belum membentuk logam oksida ZnO. Kenaikan konsentrasi ZnSO 4 menyebabkan peningkatan kemampuan pembengkakan (swelling) terhadap hidrogel. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa hidrogel yang telah disintesis berpotensi sebagai zat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menanam modalnya untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pemisahan senyawa total flavanon 4.1.1.1 Senyawa GR-8 a) Senyawa yang diperoleh berupa padatan yang berwama kekuningan sebanyak 87,7 mg b) Titik leleh: 198-200

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II. Prarancangan Pabrik Sodium Karboksimetil Selulosa Kapasitas 8.000 ton/tahun DAFTAR ISI Halaman judul Lembar pengesahan Lembar pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Intisari i iii iv BAB I. Pengantar 1 I.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) Yohanna Vinia Dewi Puspita 1, Mohammad Shodiq Ibnu 2, Surjani Wonorahardjo 3 1 Jurusan Kimia, FMIPA,

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROGEL ANTIBAKTERI BERBASIS KARBOKSIMETIL SELULOSA-ASAM SUKSINAT-AgNO 3 DYAH PERMATA SARI

SINTESIS HIDROGEL ANTIBAKTERI BERBASIS KARBOKSIMETIL SELULOSA-ASAM SUKSINAT-AgNO 3 DYAH PERMATA SARI SINTESIS HIDROGEL ANTIBAKTERI BERBASIS KARBOKSIMETIL SELULOSA-ASAM SUKSINAT-AgNO 3 DYAH PERMATA SARI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di

I. PENDAHULUAN. Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak mengembangkan varietas salak yang memiliki rasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Pertama Tahap pertama penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu kitosan komersil yang digunakan, antara lain meliputi kadar air, kadar abu, kadar nitrogen,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Ekstraksi Senyawa Aktif Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak metanol, etil asetat, dan heksana dengan bobot yang berbeda. Hasil

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran Analisis dengan spektrofotometri inframerah (IR) bertujuan mengetahui adanya gugus fungsi pada suatu bahan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Tempurung Kelapa Sawit Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah biomassa yang berbentuk curah yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran 5 disaring-vakum dan diperas sekuat-kuatnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang baru. Serbuk BC kemudian ditambahkan dengan larutan asam asetat glasial-h 2 SO 4 dengan nisbah 100:1 (10:0.1 ml) dan

Lebih terperinci

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan 29 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian penurunan intensitas warna air gambut ini dilakukan menggunakan cangkang telur dengan ukuran partikel 75 125 mesh. Cangkang telur yang digunakan adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam + 6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam berbagai industri maupun lembaga penelitian. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencari alternatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D ) 5 Kadar Asetil (ASTM D-678-91) Kandungan asetil ditentukan dengan cara melihat banyaknya NaH yang dibutuhkan untuk menyabunkan contoh R(-C-CH 3 ) x xnah R(H) x Na -C-CH 3 Contoh kering sebanyak 1 g dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi 46 Lampiran 2. Gambar tumbuhan padi ( a ) Keterangan : ( b ) a. Tumbuhan padi b. Sekam padi 47 Lampiran 3. Gambar serbuk, α-selulosa, dan natrium karboksimetil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Ilmiah Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian karakteristik

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij 5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci