PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI FRIES HOLLAND PADA SIANG HARI SKRIPSI GUSELANES MONDRITA SUHENDAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI FRIES HOLLAND PADA SIANG HARI SKRIPSI GUSELANES MONDRITA SUHENDAR"

Transkripsi

1 PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI FRIES HOLLAND PADA SIANG HARI SKRIPSI GUSELANES MONDRITA SUHENDAR DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 RINGKASAN GUSELANES MONDRITA SUHENDAR. D Pengaruh Musik Klasik terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Fries Holland pada Siang Hari. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Andi Murfi, M.Si. Susu sapi merupakan hasil utama dari peternakan sapi perah. Susu dapat dihasilkan oleh sapi perah betina yang sedang laktasi. Sapi laktasi memerlukan cukup gizi guna mencukupi kebutuhan tubuhnya dan dengan pakan yang baik dapat juga menjaga kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Faktor pakan menjadi faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan produksi susu, selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Susu sapi yang dihasilkan tentu saja dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis ternak tersebut. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam peternakan sapi perah. Lingkungan sekitar peternakan sapi perah harus dibuat senyaman mungkin agar kualitas dan produksi susu yang dihasilkan maksimal. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat keadaan sapi menjadi tenang adalah dengan memberikan musik klasik. Penelitian ini bertujun untuk mengukur lama istirahat dan respon fisiologis sapi FH berupa frekuensi pernafasan (Respiration Rate) dan laju denyut jantung (Heart Rate) dengan pemberian musik klasik Mozart. Salah satu hal yang dapat menyebabkan sapi stres yaitu keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak nyaman. Lingkungan yang tidak nyaman dapat disebabkan oleh suhu, kelembaban, maupun suasana perkandangan yang bising. Parameter yang diukur ialah laju denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan lama istirahat. Data dianalisis menggunakan uji-t. Pengukuran dilakukan pada pukul Hari ke-1 sampai ke-15 sapi tidak diperdengarkan musik. Musik baru diperdengarkan pada hari ke-16 sampai hari ke-30. Hari ke-31 sampai hari ke-45 musik dihilangkan. Hasil penelitian menunjukkan denyut jantung rata-rata sebelum perlakuan, perlakuan, dan sesudah perlakuan masing-masing sebesar 83 ± 6 kali/menit; 76 ± 9 kali/menit; dan 85 ± 7 kali/menit. Rataan sebelum perlakuan, perlakuan, dan sesudah perlakuan pemberian musik terhadap frekuensi pernafasan masing-masing sebesar 56 ± 11 kali/menit; 50 ± 15 kali/menit; dan 56 ± 19 kali/menit. Rataan sebelum perlakuan, perlakuan, dan sesudah perlakuan pemberian musik terhadap lama istirahat masing-masing sebesar 26 ± 17 menit; 27 ± 16 menit; dan 31 ± 17 menit. Hasil penelitian menunjukkan pemberian musik klasik pada sapi perah dapat menurunkan denyut jantung dan frekuensi pernafasan. Selain itu, musik klasik juga dapat menaikkan lama istirahat pada sapi perah. Kata-kata kunci : sapi Fries Holland, frekuensi pernafasan, laju denyut jantung, lama istirahat

3 ABSTRACT Effect of Classical Music on Physiological Responses and Resting Time of Fries Holland Cows during Day Time Suhendar, G. M., B. P. Purwanto and A. Murfi A study using 4 cows was done to know the effect of classical music on physiological responses of Fries Holland (FH) cows. Heart rate, respiration rate and resting time were measured for 15 days at The study was done for 45 days that divided into 3 periods. The first 15 days period as before treatment, a second 15-day as treatment period, and the rest 15 after treatment period. The data were analyzed by t-test: paired two sample for means. The results showed there was a decreasing in heart rate on the before treatment period 83 ± 6 times/minute to 76 ± 9 times/minute during treatment period. The similiar result was also found in respiration rate, there was a decreasing in the before treatment period from 56 ± 11 times/minute to 50 ± 15 times/minute as a treatment period. There was enlongation of resting time during the second period compare to the other period. Classical music increased the length of resting time from 26 ± 17 minutes in before treatment period to 27 ± 16 minutes during treatment period. It was concluded that classical music can decrease heart rate and respiration rate. The Classical music also can make dairy cattle calm and take rest longer. Keywords : Fries Holland, heart rate, respiration rate, resting time.

4 PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI FRIES HOLLAND PADA SIANG HARI GUSELANES MONDRITA SUHENDAR D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

5 Judul : Pengaruh Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Fries Holland pada Siang Hari Nama : Guselanes Mondrita Suhendar NRP : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Bagus P Purwanto, M.Agr) NIP (Ir. Andi Murfi, M.Si) NIP Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP Tanggal Ujian : 1 April 2013 Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1990 di Bogor. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis anak dari Bapak Hendar dan Ibu Phung Kim Sui. Pendidikan kanak-kanak diselesaikan di TK Kesatuan, Bogor pada tahun 1996, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Kesatuan, Bogor dan lulus pada tahun Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama lulus pada tahun 2005 di SLTP Kesatuan, Bogor, melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Kesatuan, Bogor dan lulus pada tahun Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Ujian Saringan Masuk IPB) pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor angkatan 2008 (45). Selama mengikuti pendidikan penulis aktif menjadi seksi acara pada Natal Fakultas di tahun 2008, Seksi dokumentasi pada acara Meet Cowboy 46 di tahun 2009, dan seksi Hubungan Masyarakat pada Natal Fakultas di tahun Penulis aktif mengajar Les Private untuk murid SD dan SMP sejak tahun 2008.

7 KATA PENGANTAR Segala Puji, hormat serta Syukur Penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah memberikan limpahan berkat, kasih, dan karunianya atas terselesaikannya skripsi ini yang berjudul Pengaruh Musik Klasik terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Fries Holland pada Siang Hari. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun oleh penulis dibawah bimbingan Dr. Ir. Bagus P Purwanto, M.Agr.Sc. dan Ir. Andi Murfi, M.Si. Tujuan penyusunan skripsi ini ialah untuk mengetahui lama waktu istirahat dan respon fisiologi sapi FH berupa frekuensi pernafasan (Respiration Rate) dan laju denyut jantung (Heart Rate) dengan pemberian musik klasik Mozart yang dapat berpengaruh terhadap performa sapi serta kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Harapan dibuatnya skripsi ini dapat memberi informasi dalam dunia peternakan Indonesia. Bogor, April 2013 Penulis

8 DAFTAR ISI RINGKASAN.. ABSTRACT RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang 1 Tujuan. 2 TINJAUAN PUSTAKA.. 3 Sapi Perah FH (Fries Holland)... 3 Denyut Jantung Respirasi Lama Istirahat Musik Klasik Efek Musik terhadap Respon Tubuh.. 7 Efek Mozart. 8 METODE... 9 Lokasi dan Waktu 9 Materi... 9 Prosedur... 9 Rancangan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lokasi Penelitian Denyut Jantung Frekuensi Pernafasan Lama Istirahat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan.. 17 Saran 17 UCAPAN TERIMA KASIH i ii v vi vii ix x xi

9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. 21

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Data Biologis Sapi Kondisi Fisiologis Sapi Penelitian Nilai Rataan Denyut Jantung, Pernafasan, dan Lama Istirahat Nilai Total Lama Istirahat Sapi Perah... 15

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Perubahan Nilai Rataan Denyut Jantung Sapi Selama Pengamatan Hasil Pengukuran Nilai Rataan Frekuensi Pernafasan Selama Pengamatan Perubahan Nilai Rataan Lama Istirahat Selama Pengamatan Perubahan Total Lama Istirahat Selama Pengamatan... 16

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Analisis Data Denyut Jantung dan Perhitungan dengan Ms. Excel Analisis Data Frekuensi Pernafasan dan Perthitungan dengan Ms. Excel Analisis Data Lamanya Istirahat per 15 Hari dan Perhitungan dengan Ms. Excel Gambar Sapi Penelitian Ketika Diberi Musik Peta Daerah Kebon Pedes... 28

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Susu sapi merupakan hasil utama dari peternakan sapi perah. Susu dapat dihasilkan oleh sapi perah betina yang sedang laktasi. Sapi perah yang sedang dalam kondisi laktasi memerlukan cukup gizi guna mencukupi kebutuhan tubuhnya dan dengan pakan yang baik dapat juga menjaga kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Selain Faktor pakan menjadi faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan produksi susu, selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kualitas dan produksi susu yang dihasilkan. Susu sapi yang dikeluarkan tentu saja dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis ternak tersebut. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam peternakan sapi perah. Lingkungan sekitar peternakan sapi perah harus dibuat senyaman mungkin agar kualitas dan produksi susu yang dihasilkan menjadi lebih maksimal. Kondisi kandang yang berisik akibat suara pergesekan rel kereta api, pemukiman penduduk dan lalu lintas perkotaan dapat menurunkan produksi dan kualitas susu. Beberapa peternakan di kawasan Eropa sudah menggunakan sistem musikalisasi selama pemerahan agar sapi perah menjadi lebih nyaman dan tenang. Beberapa negara seperti Jerman bahkan mengkomersialkan susu yang pemerahannya disertai musik klasik dengan harga yang dapat mencapai dua kali lipat dari harga susu yang tidak menggunakan musik. Hal ini berdampak pada pendapatan peternak yang akan meningkat. Indonesia merupakan kawasan tropis yang dapat mengakibatkan sapi yang awalnya berasal dari daerah sub tropis mengalami stres. Stres yang dihasilkan dapat berupa suhu yang terlalu panas bila dibandingkan dengan daerah asalnya dan dapat meningkatkan denyut jantung serta laju pernafasan, selain itu stres tersebut juga dapat menurunkan lamanya istirahat sapi perah. Kondisi yang nyaman dapat dibuat dengan menggunakan musik klasik sehingga denyut jantung dan laju pernafasan sapi yang tidak stabil dapat menjadi stabil dan menurun serta memperbanyak lamanya istirahat sapi.

14 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon fisiologis sapi FH berupa denyut jantung (Heart Rate) dan frekuensi pernafasan (Respiration Rate) dan lama istirahat selama pemberian musik klasik Mozart. 2

15 TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah FH (Fries Holland) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun juga ada yang berwarna coklat ataupun merah dengan bercak putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bagian bawah dari kaki berwarna putih, dan tanduk pendek serta menjurus kedepan (Makin, 2011). Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya paling tinggi dengan kadar lemak susu yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya didaerah tropis maupun subtropis. Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa kg. Sapi FH dapat digunakan sebagai sapi pedaging karena pertumbuhan cepat, selain itu lemak daging anak sapi berwarna putih, sehingga baik untuk produksi daging anak sapi/veal (Sudono et al., 2003). Sapi FH selain merupakan sapi perah yang berbadan besar juga rata-rata produksi susunya tertinggi apabila dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Rata-rata produksi susu di Amerika Serikat dapat mencapai Pound dalam satu masa laktasi, kadar lemak susu yang dihasilkan relatif rendah yaitu 3,5%-3,7% (Prihadi, 1997). Menurut Sigit (2004), klasifikasi sapi perah adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Fillum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Subordo : Ruminansia Familia : Bovidae Subfamilia : Bovinae Genus : Bos Spesies : Bos taurus Sapi jenis ini berwarna putih dan hitam atau berwarna coklat dan putih. Sapi FH merupakan ras sapi perah yang memproduksi susu dengan jumlah paling banyak dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya (Tyler dan Ensminger, 2006). Sapi FH dara dapat dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan, ketika berat badan

16 mencapai 250 kg. Berat badan betina dan jantan dewasa masing-masing berkisar antara kg dan kg dengan konsumsi energi sebesar 15 kalori/ kg BB/ hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Data biologis sapi FH dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Biologis Sapi Peubah Nilai Lama bunting 280 hari ( ) Berat dewasa kg betina, kg jantan Berat lahir kg Suhu (rektal) 38,0 0 C - 39,0 0 C (rata-rata 38,6 0 C) Pernafasan 27-40/ menit Denyut jantung 40-58/ menit Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo (1988) Pada umumnya produktivitas sapi FH di Indonesia adalah rendah, dimana produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih kg/laktasi. Produksi susu yang rendah ini disebabkan mutu ternak rendah ataupun makanan yang diberikan baik kualitas maupun kuantitasnya kurang baik (Sudono et al., 2003). Widjaja (1998) menambahkan bahwa produksi susu sapi perah paling tinggi lebih dari 16 liter/ekor/hari, tinggi liter/ekor/hari, sedang 10-12,9 liter/ekor/hari, dan rendah kurang dari 10 liter/ekor/hari. Rataan puncak produksi susu untuk sapi dara 3,15-6,3 kg lebih tinggi dari rataan produksi susu harian. Pada laktasi kedua dan selanjutnya produksi susu dapat mencapai 6,75-13,5 lebih tinggi dari rataan produksi harian. Puncak produksi dapat dicapai antara 5-10 minggu setelah beranak, setelah puncak produksi tercapai umumnya terjadi penurunan rataan produksi susu dapat mencapai 10%-15%. Pada akhir laktasi penurunan dapat terjadi sekitar 12%-20%. Laju penurunan dapat ditekan dengan cara memberikan pakan dan pengelolaan yang baik (Despal et al., 2008). Denyut Jantung Jantung adalah struktur otot (muscular) berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan siklus jantung adalah urutan peristiwa yang terjadi selama suatu denyut lengkap. Faktor fisiologis yang mempengaruhi denyut jantung pada 4

17 hewan normal adalah spesies, ukuran, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, tahap kebuntingan, parturition, rangsangan, tahap laktasi, olah raga, posisi tubuh, aktivitas sistem pencernaan, ruminasi, dan temperatur lingkungan. Jantung memiliki suatu kapasitas yang kompleks untuk berkontraksi tanpa stimulus eksternal (Frandson, 1992). Denyut jantung menurut Frandson (1992) merupakan urutan peristiwa yang terjadi secara kontinu pada jantung, berupa gerakan diastole (relaksasi) dan gerakan sistole (kontraksi). Aktivitas denyut jantung dikendalikan oleh sistem syaraf simpatetik yang bersifat meningkatkan denyut jantung dan sistem syaraf parasimpatetik yang bersifat menurunkan denyut jantung (Rastogi, 1977). Denyut jantung normal pada sapi dewasa adalah kali/menit, sedangkan pada pedet kali/menit, sedangkan menurut Ensminger (1971) denyut jantung normal sapi adalah kali per menit. Kisaran tersebut dapat berubah-ubah sesuai kondisi internal sapi maupun kondisi lingkungan. Cara untuk mendeteksi denyut jantung adalah dengan meraba arteri menggunakan jari hingga denyutan terasa. Kondisi denyut jantung yang tenang pada sapi dapat dideteksi dari arteri pada rahang bawah, arteri median, arteri koksigeal bagian tengah pada ekor, ±10 cm di bawah anus (Kelly, 1984). Respirasi Respirasi didefinisikan sebagai aktivitas menangkap oksigen dan melepaskan karbon dioksida (Schmidt-Nielsen, 1997). Pertukaran udara pada hewan dapat terjadi karena terlibatnya proses kimia dan fisik dalam aktivitas ini (Kelly, 1984). Dua fungsi utama dari sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Fungsi-fungsi yang bersifat sekunder meliputi membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air, dan pembentukan suara. Sistem respirasi (pada alveolus) dapat mengatur kelembaban dan temperatur udara yang masuk (dingin atau panas) agar sesuai dengan suhu tubuh (Ganong, 1983). Sistem respirasi terdiri dari paru dan saluran-saluran yang memungkinkan udara dapat mencapai dan meninggalkan paru (Frandson, 1992). Pusat respirasi pada burung dan mamalia adalah di medula yang sensitif terhadap perubahan ph, temperatur darah, dan faktor-faktor lain (Duke, 1977). Medula adalah perpanjangan dari otak yang terletak sepanjang ruas tulang belakang. Bagian medula juga sensitif 5

18 terhadap CO2 pada tekanan darah. Tekanan darah yang meningkat sedikit, menyebabkan pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat (Esmay, 1982). Aktivitas respirasi ditandai dengan pergerakan tulang rusuk, tulang dada, dan perut (merespon kontraksi paru-paru dan pergerakan diafragma). Observasi aktivitas respirasi lebih diutamakan saat ternak dalam posisi berdiri, karena posisi berbaring akan mempengaruhi respirasi, terlebih lagi pada ternak yang sedang sakit. Pengontrolan frekuensi respirasi dengan cara berdiri pada salah satu sisi ternak, lalu mengamati daerah dada dan perut, serta disarankan untuk mengobservasi ternak dari kedua sisi, untuk mengetahui similaritas pergerakan kedua sisi. Kegiatan frekuensi respirasi normal pada ternak sapi dewasa adalah kali /menit, sedangkan pada pedet sebanyak kali/menit. Peningkatan frekuensi respirasi terjadi ketika ada peningkatan permintaan oksigen yaitu setelah olah raga, terekspos oleh suhu lingkungan dan kelembaban relatif yang tinggi, dan kegemukan (Kelly, 1984). Frandson (1992) menambahkan, kisaran normal respirasi pada sapi berkisar antara 24 hingga 42 kali permenit. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari temperatur lingkungan, besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan, keadaan bunting, dan penuh tidaknya rumen serta meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh hewan untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dalam tubuh hewan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Lama Istirahat Istirahat merupakan salah satu tingkah laku yang ada pada sapi FH sama seperti tingkah laku makan dan seksual karena dipengaruhi oleh faktor endogenous. Hal ini merupakan suatu fase dimana ternak mulai memperhatikan tempat atau mempersiapkan tempat yang nyaman untuk istirahat. Terdapat dua tipe istirahat, yaitu istirahat aktif dan istirahat tenang. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hampir sebagian besar ternak melakukan istirahat tenang karena tempat istirahat tidak sesuai dengan lingkungan habitatnya (Kilgour dan Dalton, 1984). Lama tiduran sapi normalnya 9 sampai 12 jam perhari, kebanyakan sapi perah lebih banyak tiduran pada malam hari daripada siang hari. Hal ini dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu atau temperatur dan aktivitas sapi (Webster, 1993). 6

19 Musik Klasik Wolfgang Amadeus Mozart yang dikutip oleh Carlson (2003), menyatakan bahwa Musik tidak boleh merusak telinga, musik harus menyenangkan pendengarnya, artinya dia tidak boleh berhenti menjadi musik. Campbell (2002), menyatakan bahwa mendengarkan musik klasik akan membantu mengorganisasi pola tembakan neuron-neuron dalam konteks serebral, terutama memperkuat prosesproses kreatif otak kanan yang berkaitan dengan penalaran ruang dan waktu. Menurut pendapat Campbell (2002), musik klasik dapat memberikan rangsangan, yang nantinya menghasilkan efek mental dan fisik, yaitu antara lain dapat menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyatakan, musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi pernafasan, musik mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah, musik mempengaruhi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik mempengaruhi suhu badan, musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres, serta musik meningkatkan daya tahan tubuh. Efek Musik terhadap Respon Tubuh Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur sehingga menghasilkan gelombang alfa serat gelombang beta dalam gendang telinga dan memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan. Secara umum musik menimbulkan gelombang vibrasi yang dapat menimbulkan stimulus pada gendang pendengaran (Campbel, 2002). Stimulasi itu ditransmisikan pada susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang merupakan ingatan, kemudian pada hypothalamus atau kelenjar sentral memiliki susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu. Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah. Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri (Young dan Koopsen, 2007). 7

20 Efek Mozart Efek Mozart adalah fenomena yang muncul di Amerika Serikat pada 1993 dan berkembang terus sampai ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Buku-buku tentang Efek Mozart telah ditulis dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Di Amerika Serikat, CD dan kaset Mozart sangat laris sejak pemberitaan perihal efek ini, bahkan di negara bagian tertentu ada peraturan pemerintah yang secara khusus menganjurkan warganya mendengarkan Mozart dan memasukkan musik itu ke kurikulum pendidikan. Efek Mozart umumnya dapat dijelaskan sebagai kondisi/efek sebagai hasil pemaparan terhadap musik tertentu (khususnya musik Mozart) dalam waktu singkat dan berefek positif terhadap kognisi dan perilaku. Pengertian ini pun lalu terdistorsi lebih lanjut oleh publik hingga Efek Mozart diyakini pula dapat digunakan untuk terapi peningkat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman (Bowers, 2002). 8

21 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kandang sapi perah milik H. Mahpudin yang berlokasi di kawasan Kebon Pedes Tanah Sareal kota Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga akhir Agustus 2012 selama 45 hari. Materi Penelitian ini menggunakan empat ekor sapi laktasi bangsa FH yang diberikan pakan yang sama dan ditempatkan di kandang yang sama. Data kondisi fisiologis sapi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kondisi Fisiologis Sapi Penelitian Sapi Umur (tahun) Laktasi ke- Bulan Laktasi Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian yaitu stetoskop, stopwatch, alat tulis, dan 1 unit speaker aktif 35 Watt (1 bass dan 2 treble). Musik klasik yang diberikan adalah Concerto For Flute And Harp in D dengan kekuatan suara 45 db. Prosedur Data yang telah diperoleh adalah data denyut jantung dan frekuensi pernafasan serta lama istirahat. Denyut jantung diukur menggunakan stetoskop yang ditempelkan pada bagian bawah dada sapi sebelah kiri, sedangkan frekuensi pernafasan dilihat dari pergerakan bagian diafragma sapi. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit dimulai pukul sampai Tingkah laku istirahat sapi FH dicatat mulai pukul Pemilihan waktu saat jam dikarenakan temperatur suhu kandang yang cukup tinggi. Denyut jantung dan frekuensi pernafasan sebelum perlakuan diambil pada 15 hari pertama tanpa pemberian musik klasik mozart. dengan pemberian musik klasik Mozart selama 15 hari kedua dari pukul Data sesudah

22 perlakuan yakni dengan mengembalikan kondisi menjadi seperti sebelum perlakuan yaitu tanpa adanya suara musik yakni selama 15 hari. Rancangan dan Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t (t-test). Model matematis menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut: Keterangan : = Nilai rataan pengamatan yang sebenarnya(sebelum perlakuan) = Nilai rataan pengamatan selama perlakuan = Keragaman data sebelum perlakuan = Keragaman data selama perlakuan = Jumlah data sebelum perlakuan = Jumlah data selama perlakuan Analisis dengan uji-t ini dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel Uji-t yang digunakan adalah t-test: Paired Two Sample for Means. 10

23 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lokasi Penelitian Kawasan peternakan sapi perah Kebon Pedes berada di pusat kota Bogor, yang terdesak dengan pemukiman penduduk sehingga dianggap sebagai pencemar lingkungan sekitar. Kebon Pedes juga merupakan areal yang curah hujannya cukup tinggi karena berada ditengah-tengah kota Bogor yang dikenal juga sebagai kota hujan. Wilayah Kebon Pedes hampir setiap saat dilalui oleh kereta rel listrik (KRL) yang menimbulkan suara yang tidak nyaman didengar. Suara-suara bising tersebut disebabkan oleh pergesekan rel dengan roda gerbong kereta dan juga oleh suara sirine peringatan yang berada tidak jauh dari peternakan sapi perah. Kondisi kandang penelitian berada di lantai 2 peternakan milik H. Mahpudin. Kandang tersebut beratapkan genteng dan beralaskan karpet yang terbuat dari karet agar sapi tidak mudah terpeleset dan menghindari sapi dari cidera ketika akan rebah maupun berdiri. Suhu rata-rata pada saat penelitian di kandang tersebut adalah 31,5 0 C. Pakan yang diberikan pada saat penelitian adalah ampas tahu 14 Kg/ekor/Hari. Denyut Jantung Data dari denyut jantung, frekuensi pernafasan dan lama istirahat dalam pengamatan dilampirkan pada Tabel 3. Setiap aspek pengamatan dibagi dalam 15 hari sebelum perlakuan, 15 hari perlakuan, dan 15 hari sesudah perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap 4 ekor ternak selama 45 hari. Tabel 3. Nilai Rataan Denyut Jantung, Pernafasan, dan Lama Istirahat Denyut Jantung (kali/menit) Aspek Frekuensi Pernafasan (kali/menit) Lama Istirahat (menit) Sapi Rataan Sebelum 86 ± 5 85 ± 4 82 ± 6 80 ± 6 83 ± 6 b 83 ± 8 76 ± ± 7 71 ± 7 76 ± 9 a Sesudah 92 ± 6 79 ± 5 86 ± 7 82 ± 4 85 ± 7 c Sebelum 51 ± 7 63 ± 7 46 ± ± 8 56 ± 11 b 59 ± ± ± 8 51 ± ± 15 a Sesudah 65 ± 9 66 ± 7 30 ± ± ± 19 b Sebelum 30 ± ± ± ± ± 17 a 27 ± ± ± ± ± 16 b Sesudah 32 ± ± ± ± ± 17 c Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf P<0,05

24 Kelly (1984) mengemukakan bahwa denyut jantung normal pada sapi dewasa adalah kali/menit, sedangkan pada pedet kali/menit. Ensminger (1971) menambahkan, denyut jantung normal sapi adalah kali per menit. Ratarata denyut jantung pada sebelum perlakuan pengamatan sebesar 83 ± 6 kali/menit. Nilai pengukuran ini masih dalam kisaran normal denyut jantung sapi dewasa yang berkisar antara kali/menit. Rataan denyut jantung yang diberi perlakuan musik mengalami penurunan hingga mencapai 76 ± 9 kali/menit. Hal ini diduga disebabkan sapi perah yang menjadi lebih tenang karena bunyi musik yang dilantunkan. Kondisi tenang ini disebabkan sekresi hormon kortisol yang turun (Young dan Koopsen, 2007), Dugaan sapi menjadi tenang tersebut terbukti dengan ketika kondisi dikembalikan lagi seperti sebelum perlakuan (yaitu sesudah perlakuan, tanpa musik), rataan denyut jantung kembali meningkat menjadi 85 ±7 kali/menit. Hal ini membuktikan bahwa efek pemberian musik memberikan ketenangan pada sapi sehingga berpengaruh terhadap denyut jantungnya (Gambar 1). Gambar 1. Perubahan Nilai Rataan Denyut Jantung Sapi Selama Pengamatan Pemberian musik klasik dapat menurunkan denyut jantung sapi perah. Musik klasik yang didengarkan oleh sapi akan menambah rasa kenyamanan dan ketenangan sehingga sapi tersebut akan merasa lebih rileks dan tenang. Keadaan tenang sapi dapat dilihat dari tidak terlalu banyaknya gerakan yang dihasilkan. Lain halnya ketika suasana lingkungan dikembalikan seperti semula (tidak diberikan musik 12

25 klasik) pada periode sesudah perlakuan, denyut jantung sapi kembali meningkat dan cenderung lebih tinggi dari sebelum perlakuan. Umumnya, sapi perah yang ada di wilayah tropis memiliki denyut jantung yang lebih tinggi jika dibanding dengan sapi perah yang berada di daratan Eropa atau yang beriklim tropis. Frekuensi Pernafasan Data pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian musik dapat menurunkan frekuensi pernafasan pada sapi perah. Nilai rataan frekuensi pernafasan pada sebelum perlakuan adalah 56 ± 11 kali/menit, ketika diberi perlakuan musik klasik maka frekuensi pernafasan pada sapi perah menjadi menurun dengan nilai sebesar 50 ± 15 kali/menit. Saat kondisi lingkungan dikembalikan menjadi seperti semula yakni tanpa ada pengaruh musik klasik, frekuensi pernafasan naik kembali menjadi 56 ± 19 kali/menit. Pemberian musik klasik berpengaruh dalam menurunkan frekuensi pernafasan sapi perah (Gambar 2). Gambar 2. Hasil Pengukuran Nilai Rataan Frekuensi Pernafasan Selama Pengamatan Nilai rataan frekuensi pernafasan pada periode sebelum perlakuan, perlakuan dan sesudah perlakuan tersebut lebih besar dari pada hasil Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) frekuensi pernafasan pada sapi yang normal adalah antara kali/menit. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan suhu lingkungan antara Kebun Pedes sebagai lokasi penelitian dengan lokasi pengamatan Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Beberapa 13

26 penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu lingkungan menyebabkan kenaikan frekuensi pernafasan Menurut Kelly (1984), frekuensi respirasi normal pada ternak sapi dewasa adalah kali /menit, sedangkan menurut Frandson (1992) kisaran normal respirasi pada sapi berkisar antara 24 hingga 42 kali permenit. Peningkatan respirasi menurut Kelly (1984) juga dapat terjadi akibat adanya peningkatan oksigen yaitu setelah olah raga, terekspos oleh suhu lingkungan dan kelembaban relatif yang tinggi. Esmay (1982) mengungkapkan bahwa peningkatan tekanan darah meskipun sedikit dapat menyebabkan pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat. Tekanan darah yang meningkat dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak nyaman sehingga mengakibatkan stres pada sapi. Penurunan frekuensi pernafasan pada saat sapi diperdengarkan musik klasik, mungkin berhubungan dengan penurunan tekanan darah yang diakibatkan dari penurunan denyut jantung pada periode ini. Lama Istirahat Ternak yang berada di dalam kandang pada umumnya sedikit melakukan istirahat tenang karena untuk melakukan istirahat aktif diperlukan suasana yang nyaman bagi ternak tersebut. Lama istirahat sapi perah pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa efek pemberian musik dapat memperlama waktu istirahat. Rataan lama istirahat selama waktu pengamatan pada saat sebelum perlakuan adalah sebesar 26 ± 17 menit. Ketika diberikan musik () rataan lama istirahat pada sapi perah meningkat, yakni menjadi 27 ± 16 menit. Hal yang mengejutkan terjadi ketika perlakuan dikembalikan seperti sebelum perlakuan (sesudah perlakuan), rataan lama istirahat pada sapi perah menjadi naik menjadi 31 ± 17. Lama tiduran sapi normalnya 9 sampai 12 jam perhari, kebanyakan sapi perah lebih banyak tiduran pada malam hari daripada siang hari. Hal ini dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu atau temperatur dan banyaknya aktivitas sapi (Webster, 1993). Kenaikan rataan lama istirahat ini dapat disebabkan timbulnya kebiasaan pada sapi perah agar dapat beristirahat pada jam-jam yang sudah seperti biasanya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sapi perah akan beristirahat sekitar pukul WIB sampai WIB. Berikut grafik rataan lama istirahat sapi perah selama 45 hari (Gambar 3). 14

27 Gambar 3. Perubahan Nilai Rataan Lama Istirahat Selama Pengamatan Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi istirahat sapi perah menjadi lebih lama. Salah satu faktor adalah suara musik dapat menutupi kegaduhan yang ada di sekitar. Frekuensi suara musik klasik yang tenang masuk ke dalam telinga sapi perah sehingga dapat menyebabkan sapi perah merasa lebih tenang dan lebih nyaman. Jika ditinjau dari total lama istirahat sapi perah tersebut, dapat dilihat kenaikan yang signifikan dari sebelum perlakuan hingga sesudah perlakuan (Tabel 4). Tabel 4. Nilai Total Lama Istirahat Sapi Perah Total Lama Istirahat Sapi Perah (Menit) Selama Pengamatan Hari ke- Sebelum perlakuan Sesudah Total

28 Total lama istirahat sapi perah selama sebelum perlakuan adalah menit, meningkat pada saat diberi perlakuan musik klasik menjadi menit. Ketika musik dihilangkan, total lama istirahat selama sesudah perlakuan terlihat meningkat menjadi menit. Hal ini dapat disebabkan karena sapi mulai terbiasa dengan waktu atau jam tertentu untuk beristirahat. Kebiasaan ini ditimbulkan akibat sapi sebelumnya sudah terbiasa untuk istirahat selama diperdengarkan musik klasik. Gambar 4 menunjukkan lama istirahat sapi perah pada 45 hari pengamatan. Gambar 4. Perubahan Total Lama Istirahat Selama Pengamatan Terlihat pada Gambar 4 bahwa lama istirahat sapi ketika tanpa pemberian musik klasik lebih rendah jika dibandingkan ketika sapi diberi perlakuan dengan mendengarkan musik klasik. Efek musik klasik tersebut dapat membiasakan sapi perah untuk lebih beristirahat, hal ini dapat dilihat sehabis setelah kondisi dikembalikan seperti semula yakni tanpa musik klasik, sapi akan beristirahat pada waktu tertentu yakni jam-jam ketika sedang diperdengarkan musik klasik. Efek tersebut mulai menurut ketika beberapa hari menjelang akhir pengamatan. Sapi mulai jarang beristirahat dan terlihat gelisah dan stres seperti di awal pengamatan. 16

29 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian musik pada sapi perah dapat menurunkan denyut jantung dan frekuensi pernafasan sehingga sapi perah menjadi lebih tenang dan mengakibatkan lamanya istirahat menjadi bertambah. Pemberian musik juga dapat meminimalisir kebisingan dari sekitar peternakan sehingga sapi perah menjadi lebih tenang dan efek stres yang ditimbulkan dari lingkungan dapat diperkecil. Saran Musik klasik dapat membuat sapi perah menjadi lebih tenang, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek yang dihasilkan oleh musik dari aliran yang lain. Lama pemberian musik dan waktu pemberian juga dapat diteliti lebih lanjut keterkaitannya dengan denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan lama istirahat. Perlu dilakukan lebih lama penelitian terkait yakni satu masa laktasi.

30 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Yesus Kristus yang telah memberikan limpahan kasih dan karunia hingga terselesaikannya skripsi ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc. selaku pembimbing akademik, Dr.Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr. dan Ir. Andi Murfi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing Penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Terimakasih kepada dosen penguji Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si dan Ir. Lilis Khotijah, M.Si atas masukan dan kritikan yang sangat membangun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf yang telah mengajar dan membantu dari awal masuk hingga akhir perkuliahan. Penulis juga mengucapkan syukur atas segala kasih sayang dan dukungan yang telah dicurahkan kepada papa, mama, adik Jean s Citra, serta seluruh keluarga besar. Semoga Tuhan Yesus membalas kebaikan kalian semua. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada kepada Bapak H. Mahpudin dan istri selaku penyedia sarana penelitian dan kepada karyawan peternakan sapi perah yang telah membantu secara maksimal. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Rosianne yang selalu menemani penulis selama penelitian dan sampai skripsi ini terselesaikan. Kepada seluruh pegawai kandang diucapkan terima kasih karena sudah membantu meringankan penelitian penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Opah dan Omah Song, Jikuh, jikim, papi, mami, papa Samuel, dan mama Lani yang sudah memberikan semangat, bantuan, dan doa sehingga terselesaikannya skripsi ini. Kepada sahabat-sahabatku Edu, Edo, Paingat, Raushan, Akhyar, Hesti, Nawang, dan Inessya, serta teman-teman IPTP 45, terima kasih atas bantuan, semangat, kehangatan, dan kebersamaannya. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

31 DAFTAR PUSTAKA Bowers, J Effects of an intergenerational choir for community-based seniors and college students on age-related attitudes. J Music Ther 1999;35(1):2-18. Campbell, D Efek Mozart. PT Gramedia, Jakarta. Carlson, B Karunia Musik Para Komponis dan Pengaruh Mereka. Momentum, Surabaya. Despal, N. Sigit, Suryahadi, D. E. Amirroenas, A.S. Tjakradidjaja, I. G. Permana, & T. Toharmat Nutrisi Ternak Perah. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Duke, G.E Respiration in Birds. Dalam : M. J. Swenson (Editor). Duke s Physiology of Domestic Animals, Review of Medical Physiology, Edisi Ke- 9. Cornell University Press, London. Ensminger, M.E Dairy Cattle Science. Interstate Publisher Inc., Illinois. Esmay, M.L Principles of Animal Environmental. AVI Publishing Company Inc., Connecticut. Frandson, R.D Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigandono dan K. Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ganong, W. J Review of Medical Physiology. 11 th ed. Maruzen Asia ed. Lange Medical Publication. Maruzen Asia. P: 599. Kelly,W.R Veterinary Clinical Diagnosis. Bailliere Tindall, London. Kilgour, R & C. Dalton Livestock Behaviour. A Practical Guide. Granada Publishing Ltd, Great Britain. Prihadi, S Dasar Ilmu Ternak Perah.Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Rastogi, S.C Essentials of Animal Phisiology. Willey Eastern. Limited, New Delhi. Schmidt, G.H., L.D. Van Vleck, & M.F. Hutgens Principles of Dairy Science. Edisi Kedua. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Schmidt, K., N Animal Physiology: Adaptation and Environment. 5 th ed. Cambridge University Press, Cambridge. Sigit K Bahan Kuliah Biologi Hewan Ana 111 : Klasifikasi dan Filogeni. Bogor: Bagian Anatomi, Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Smith, J. B. & S. Mangkoewidjojo Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

32 Steel, R.G.D & J.H. Torrie Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta. Sudono, A., R. F. Rosdiana, & B. S. Setiawan Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Tyler, H. D & M.E. Ensminger Dairy Cattle Science. 4 th ed. Pearson Education Inc., New Jersey. Sutardi, T Pengaruh kelamin dan kondisi tubuh terhadap hubungan bobot dengan lingkar dada pada sapi perah. Media Peternakan 8(2): Tyler, H. D & Ensminger, M. E., & H. D Dairy Cattle Science. Edisi Keempat. Upper Saddle River, New Jersey. Webster, J Understanding the dairy cow. 2 nd ed Blackwell Science, Oxford, 374 pp. Widjaja, K Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Pusat Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Young, C & Kopsen, C Spiritualitas, Kesehatan, dan Penyembuhan. Medan: Bina Media Perintis. 20

33 LAMPIRAN

34 Lampiran 1. Analisis Data Denyut Jantung dan Perhitungan dengan Ms. Excel 2010 Sebelum Sesudah 76,50 79,09 86,00 82,80 75,27 88,80 83,25 76,20 94,36 84,00 78,60 87,75 82,91 93,00 84,75 83,57 92,40 87,33 93,00 88,91 102,00 92,14 89,33 98,18 84,00 91,64 99,33 86,73 83,25 98,57 84,55 87,43 91,33 85,33 87,00 89,40 84,67 78,00 97,09 90,00 70,00 93,33 96,00 70,20 88,29 75,00 77,45 73,50 84,00 80,25 74,00 85,71 75,00 80,67 81,75 76,80 76,00 87,27 85,80 78,86 81,86 88,67 88,00 87,82 86,57 78,00 88,00 86,57 81,00 83,25 80,57 84,67 87,60 77,14 80,40 90,00 79,50 70,67 81,60 72,67 78,00 90,00 64,00 84,00 81,00 54,86 81,33 83,33 59,33 80,14 69,00 73,80 81,75 83,45 72,67 78,67 79,50 78,00 96,75 73,50 74,57 84,00 84,92 84,00 88,50 85,71 78,00 96,00 82,80 85,71 91,50 79,50 81,00 83,14 81,60 77,25 78,00 94,80 76,50 76,50 88,67 80,25 81,60 85,80 72,86 81,00 77,00 72,00 97,71 82,67 59,00 87,60 81,75 64,80 94,36 67,50 76,00 75,75 81,60 68,25 78,00 81,43 69,33 86,25 70,00 68,57 81,60 79,00 78,67 84,00 79,29 82,80 81,00 88,20 69,00 82,80 84,00 72,00 81,60 73,33 76,80 81,00 83,33 75,75 90,00 82,00 74,00 81,60 84,60 76,50 77,25 84,75 64,80 82,80 84,60 54,00 83,33 74,67 60,60 81,27 83,11 76,38 85,02 5,71 8,97 7,27 22

35 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sebelum Rataan 83,11 76,38 Varian 32,57 80,48 Pengamatan 60,00 60,00 Korelasi Pearson 0,18 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 59,00 t Statistik 5,34 P(T<=t) satu-arah 0,00 titik kritikal t satu-arah 1,67 P(T<=t) dua-arah 0,00 titik kritikal t dua-arah 2,00 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sesudah Rataan 85,02 76,38 Varian 52,91 80,48 Pengamatan 60,00 60,00 Korelasi Pearson 0,23 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 59,00 t Statistik 6,59 P(T<=t) satu-arah 0,00 titik kritikal t satu-arah 1,67 P(T<=t) dua-arah 0,00 titik kritikal t dua-arah 2,00 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sesudah Sebelum Rataan 85,02 83,11 Varian 52,91 32,57 Pengamatan 60,00 60,00 Korelasi Pearson 0,20 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 59,00 t Statistik 1,78 P(T<=t) satu-arah 0,04 titik kritikal t satu-arah 1,67 P(T<=t) dua-arah 0,08 titik kritikal t dua-arah 2,00 23

36 Lampiran 2. Analisis Data Frekuensi Pernafasan dan Perthitungan dengan Ms. Excel 2010 Sebelum Sesudah 46,50 44,18 60,67 62,40 42,55 68,40 56,25 52,20 73,09 40,80 61,80 45,75 40,36 64,80 61,50 39,86 63,00 55,33 47,14 70,36 54,75 56,14 72,00 67,64 59,25 69,27 73,78 54,00 60,00 70,29 57,82 69,43 68,67 52,00 65,00 54,60 56,67 52,00 68,18 59,33 43,33 78,00 43,80 54,00 73,71 60,00 67,09 66,75 79,71 68,25 62,00 72,43 57,75 74,67 54,00 64,80 49,33 63,82 69,60 68,57 59,57 56,00 56,67 67,09 73,71 65,00 60,00 74,57 72,00 64,50 57,43 71,33 58,80 56,57 62,40 70,67 64,50 64,50 61,80 52,00 61,20 52,50 50,00 63,33 68,40 37,71 73,33 56,00 49,33 74,14 55,50 33,43 30,43 57,86 37,29 42,86 59,57 40,29 46,29 25,71 26,14 20,57 54,86 39,43 14,14 51,86 31,29 15,00 43,29 25,29 18,86 48,86 39,00 33,00 48,00 33,43 23,57 47,14 30,86 16,71 49,71 35,14 22,71 49,29 24,86 28,71 26,57 29,14 37,29 39,43 15,43 28,71 35,57 15,86 67,71 57,00 38,00 51,75 72,00 56,25 66,60 71,14 60,67 80,25 48,50 56,57 48,60 59,50 50,00 58,00 54,43 48,00 49,50 73,20 40,50 68,40 64,00 57,43 72,00 59,33 48,00 69,00 52,67 65,25 72,00 66,00 59,33 63,60 68,40 62,25 60,00 59,25 49,20 69,00 55,20 32,57 76,00 54,67 41,40 72,00 55,50 50,09 56,38 10,77 15,15 18,51 24

37 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sebelum Rataan 55,50 50,09 Varian 115,95 229,45 Pengamatan 60,00 60,00 Korelasi Pearson 0,45 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 59,00 t Statistik 2,98 P(T<=t) satu-arah 0,00 titik kritikal t satu-arah 1,67 P(T<=t) dua-arah 0,00 titik kritikal t dua-arah 2,00 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sesudah Rataan 56,38 50,09 Varian 342,53 229,45 Pengamatan 60,00 60,00 Korelasi Pearson 0,58 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 59,00 t Statistik 3,08 P(T<=t) satu-arah 0,00 titik kritikal t satu-arah 1,67 P(T<=t) dua-arah 0,00 titik kritikal t dua-arah 2,00 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sesudah Sebelum Rataan 56,38 55,50 Varian 342,53 115,95 Pengamatan 60,00 60,00 Korelasi Pearson 0,51 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 59,00 t Statistik 0,43 P(T<=t) satu-arah 0,34 titik kritikal t satu-arah 1,67 P(T<=t) dua-arah 0,67 titik kritikal t dua-arah 2,00 25

38 Lampiran 3. Analisis Data Lamanya Istirahat per-15 Hari dan Perhitungan dengan Ms. Excel 2010 Sebelum Sesudah per 15 hari Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sebelum Rataan 855,00 582,25 Varian , ,92 Pengamatan 4,00 4,00 Korelasi Pearson 0,98 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 Df 3,00 t Statistik 5,11 P(T<=t) satu-arah 0,01 titik kritikal t satu-arah 2,35 P(T<=t) dua-arah 0,01 titik kritikal t dua-arah 3,18 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sesudah Rataan 975,25 855,00 Varian , ,33 Pengamatan 4,00 4,00 Korelasi Pearson 0,52 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 3,00 t Statistik 1,19 P(T<=t) satu-arah 0,16 titik kritikal t satu-arah 2,35 P(T<=t) dua-arah 0,32 titik kritikal t dua-arah 3,18 26

39 Uji-t: Perpaduan Dua Sampel Rataan Sesudah Sebelum Rataan 975,25 582,25 Varian , ,92 Pengamatan 4,00 4,00 Korelasi Pearson 0,68 Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0,00 df 3,00 t Statistik 3,71 P(T<=t) satu-arah 0,02 titik kritikal t satu-arah 2,35 P(T<=t) dua-arah 0,03 titik kritikal t dua-arah 3,18 Lampiran 4. Gambar Sapi Penelitian Ketika Diberi Musik 27

40 Lampiran 5. Peta Daerah Kebon Pedes Sumber: Googlemaps (2013). 28

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Bangsa Sapi Potong Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus), dan sapi Eropa (Bos taurus). Bangsa-bangsa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN SKRIPSI NUR HAFIZAH TRISTY DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI

SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT SKRIPSI ADI RAKHMAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

PENGARUH MENDENGARKAN MUROTTAL TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI BOGOR AIS PUSPA BHUWANA

PENGARUH MENDENGARKAN MUROTTAL TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI BOGOR AIS PUSPA BHUWANA PENGARUH MENDENGARKAN MUROTTAL TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI BOGOR AIS PUSPA BHUWANA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Sapi pedaging memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN.1. Sapi Perah Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA Arif Qisthon dan Sri Suharyati Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011) TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Sapi Perah di Indonesia Usaha peternakan sapi perah yang diusahakan oleh pribumi diperkirakan berdiri sekitar tahun 1925. Usaha ini berlanjut secara bertahap sampai saat ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Termoregulasi Sapi Perah Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI

PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

konsentrat dengan kandungan TDN berbeda. Enam ekor sapi dara FH digunakan pada penelitian ini. Sebanyak enam perlakukan yang digunakan merupakan

konsentrat dengan kandungan TDN berbeda. Enam ekor sapi dara FH digunakan pada penelitian ini. Sebanyak enam perlakukan yang digunakan merupakan RINGKASAN DADANG SUHERMAN. Penentuan Suhu Kritis Atas pada Sapi Perah Dara Berdasarkan Respon Fisiologis dengan Manajemen Pakan melalui Simulasi Artificial Neural Network. Dibimbing oleh BAGUS P PURWANTO,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet 4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein(FH) memiliki ciri badan menyerupai baji, terdapat belang berbentuk segitiga putih di dahi, warna tubuhbelang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Sapi Perah FH Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland, Belanda. Sapi tersebut di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI.

HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI Oleh: ILHAM HABIB FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 mencapai 237,64 juta jiwa atau naik dibanding jumlah penduduk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga Januari 2015 di kandang peternakan Koperasi Gunung Madu Plantation,

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA Tujuan Instruksional Umum : Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang dihasilkan dari proses metabolisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN MUSIK KLASIK TERHADAP PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU SAPI FRIES HOLLAND ROSIANNE

EFEK PEMBERIAN MUSIK KLASIK TERHADAP PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU SAPI FRIES HOLLAND ROSIANNE EFEK PEMBERIAN MUSIK KLASIK TERHADAP PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU SAPI FRIES HOLLAND ROSIANNE DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : L-. Aiidi Murfi, MSi.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : L-. Aiidi Murfi, MSi. RINGKASAN Edi Suwito. 2000. Hubungan antara Lingkungan Mikro dengan Lama Bernaung dalam Kandang pada Sapi Dara Peranakan Fries Holland. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Temak. Jurusan Ilmu Produksi

Lebih terperinci

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FH YANG DIPERDENGARKAN SUARA BERBEDA SELAMA 24 JAM GHULAM HALIM FURQONI

PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FH YANG DIPERDENGARKAN SUARA BERBEDA SELAMA 24 JAM GHULAM HALIM FURQONI i PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FH YANG DIPERDENGARKAN SUARA BERBEDA SELAMA 24 JAM GHULAM HALIM FURQONI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Karakteristik Sapi Perah FH (Fries Hollands) Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan dengan ternak perah lainnya. Sapi perah memiliki kontribusi

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART ANDANTE, PIANO CONCERTO NO. 21 IN C MAJOR, KV. 467 TERHADAP KONSENTRASI PADA PRIA DEWASA NORMAL

ABSTRAK PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART ANDANTE, PIANO CONCERTO NO. 21 IN C MAJOR, KV. 467 TERHADAP KONSENTRASI PADA PRIA DEWASA NORMAL ABSTRAK PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART ANDANTE, PIANO CONCERTO NO. 21 IN C MAJOR, KV. 467 TERHADAP KONSENTRASI PADA PRIA DEWASA NORMAL Rinaldy Tedja Kusuma, 2009. Pembimbing I : Jo Suherman, dr., M.S., AIF

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kandang Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kandang Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu pada bulan November 2009 sampai dengan Maret 2010, bertempat di kandang A, kandang sapi perah Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan jenis kambing persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing merupakan hewan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1. 21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai Januari 2010. Pemeliharaan ternak di Laboratorium Lapang, kandang blok B sapi perah bagian IPT Perah Departemen

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Mardalena 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas susu hasil pemerahan pagi

Lebih terperinci

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD C.M. SRI LESTARI, J.A. PRAWOTO DAN ZACKY GAZALA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Edible portion dapat

Lebih terperinci

RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM

RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM SKRIPSI R. LU LUUL AWABIEN PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat UKURAN KRITERIA REPRODUKSI TERNAK Sekelompok ternak akan dapat berkembang biak apalagi pada setiap ternak (sapi) dalam kelompoknya mempunyai kesanggupan untuk berkembang biak menghasilkan keturunan (melahirkan)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).

Lebih terperinci

TEMPERATUR TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN FREKUENSI NAFAS INDUK SAPI PERAH YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Escherichia coli PADA PERIODE KERING KANDANG

TEMPERATUR TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN FREKUENSI NAFAS INDUK SAPI PERAH YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Escherichia coli PADA PERIODE KERING KANDANG TEMPERATUR TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN FREKUENSI NAFAS INDUK SAPI PERAH YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Escherichia coli PADA PERIODE KERING KANDANG AN NISAA NOFITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1999 IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI ENDANG SULISTYOWATI Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sapi Perah Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan

Lebih terperinci

Status fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan bahan atap dan ketinggian kandang berbeda

Status fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan bahan atap dan ketinggian kandang berbeda Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1): 1-6 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Status fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih pada perkandangan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan di bidang olahraga, sarana rekreasi maupun sebagai hewan

PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan di bidang olahraga, sarana rekreasi maupun sebagai hewan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan hewan pseudoruminan yang umumnya dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Hewan ini merupakan ternak monogastrik yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia, mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et al., 2002). Murtidjo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari Provinsi Belanda bagian Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi FH di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Makin, M. Dan Suharwanto, D., Performa Sifat Produksi dan Reproduksi Performa Sifat-Sifat Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Perah Fries Holland Di Jawa Barat (Milk Production and Reproduction Performance

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU MAKAN DAN RUMINASI KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh AGUNG RIYANTO

TINGKAH LAKU MAKAN DAN RUMINASI KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh AGUNG RIYANTO TINGKAH LAKU MAKAN DAN RUMINASI KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh AGUNG RIYANTO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Sapi Lokal (Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Sapi Lokal (Bos 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Penggemukan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Sapi Lokal (Bos sundaicus), Sapi Zebu (Bos indicus), dan Sapi Eropa (Bos taurus). Bangsa Sapi penggemukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN SUMBER ENERGI PAKAN (JAGUNG DAN POLLARD) TERHADAP RESPON FISIOLOGIS KELINCI NEW ZEALAND WHITE BETINA SKRIPSI. Oleh RISKA KURNIAWATI

PENGARUH PERBEDAAN SUMBER ENERGI PAKAN (JAGUNG DAN POLLARD) TERHADAP RESPON FISIOLOGIS KELINCI NEW ZEALAND WHITE BETINA SKRIPSI. Oleh RISKA KURNIAWATI PENGARUH PERBEDAAN SUMBER ENERGI PAKAN (JAGUNG DAN POLLARD) TERHADAP RESPON FISIOLOGIS KELINCI NEW ZEALAND WHITE BETINA SKRIPSI Oleh RISKA KURNIAWATI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian 17 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada 11 Maret hingga 5 Juni 011. Waktu penelitan dibagi menjadi enam periode, setiap periode perlakuan dilaksanakan selama 14 hari. Penelitian

Lebih terperinci