BAB I PENDAHULUAN. Wangi-wangian atau lebih dikenal dengan istilah parfum merupakan salah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Wangi-wangian atau lebih dikenal dengan istilah parfum merupakan salah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wangi-wangian atau lebih dikenal dengan istilah parfum merupakan salah satu kebutuhan masyarakat di dunia modern saat ini. Sebagian besar masyarakat menggunakan parfum sebagai alat penghambat dan penghilang bau badan. Secara etimologis, kata parfum berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata perfumus. Per berarti through atau merebak dan fumus berarti smoke atau asap. Asal kata parfume, yaitu dari bahan alami yang dibakar untuk menghasilkan aroma tertentu. Akan tetapi, saat ini pengertian tersebut berkembang menjadi wangi-wangian yang berupa cairan atau minyak wangi (Maya, 2008:13). Kata parfum dikenal di Prancis sejak tahun 1528 Masehi dan berasal dari kata fumer. Selanjutnya, pada abad 17 Masehi, istilah tersebut dipakai dalam proses pembuatan parfum dengan cara dibakar yang menghasilkan inti bau-bauan (seperti penggunaan aromaterapi pada masa kini) untuk relaksasi (Puspitasari, 2011:38). Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, molekul wewangian yang menarik ataupun bau busuk yang bersifat mengusir (phytohormone) juga dipandang memainkan peranan penting dalam memproduksi parfum. Salah satu faktor utama interaksi ekologis dalam memproduksi bebauan atau wewangian adalah hewan penyerbuk, seperti lebah dan kupu-kupu bergantung pada wewangian, keharuman (aroma) dan kepahitan bunga serta sifat khas madu yang manis (Puspitasari, 2011:38-39). Dewasa ini, parfum tidak hanya diproduksi untuk kaum wanita saja, 1

2 2 tetapi kaum pria pun juga dapat menggunakannya. Parfum diproduksi untuk semua kalangan usia, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Dewasa ini, bahan yang digunakan untuk membuat parfum lebih beragam, diantaranya berasal dari bunga, buah, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh sebab itu, untuk dapat membedakan satu aroma parfum dengan aroma parfum lainnya dibutuhkan satuan ekspresi pengungkap aroma yang sesuai dengan aroma pada parfum tersebut. Misalnya mawar, melati, anggrek, cempaka, sedap malam, lili, dan kasturi merupakan satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum yang beraroma bunga. Sementara itu, untuk dapat menarik perhatian para pembeli, dewasa ini, aroma-aroma tersebut lebih beragam dalam pengungkapan aroma parfum berdasarkan asal bahasanya. Misalnya, pengungkapan aroma mawar dalam bahasa Inggris yaitu rose, rose manggo, black rose, white rose, rose essential, forbidden rose. Hal tersebut bukan hanya sekedar membedakan jenis aromanya, tetapi juga terdapat konsep tertentu yang ingin disampaikan pembuat parfum melalui satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum tersebut kepada pembeli. Keberagaman satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum lainnya adalah pada satuan ekspresi pengungkap aroma Mawar Keraton, Melati Keraton dan Kenanga Keraton. Apabila diperhatikan dengan saksama, terdapat penambahan nama Keraton pada satuan ekspresi pengungkap aroma bunga tersebut. Penambahan nama Keraton di dalam aroma parfum tersebut memberikan fungsi lain yaitu selain digunakan sebagai aroma untuk tubuh juga

3 3 pada umumnya sering digunakan untuk aktivitas di keraton seperti aktivitas keagamaan. Hal yang menarik di dalam penelitian ini adalah terdapat keberagaman di dalam satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum yaitu keberagaman asal bahasa dan satuan kebahasaan. Jenis aroma tersebut diklasifikasikan berdasarkan asal bahasa dan satuan kebahasaan, serta penggunaan ranah semantik yang dapat membantu untuk menjelaskan makna dari berbagai jenis aroma pada parfum. Dari sejumlah data yang berkaitan dengan satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum sebagaimana dikemukakan di atas, maka terdapat alasan yang kuat dan menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dari aspek semantiknya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dijawab di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimana satuan kebahasaan dalam Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum? b. Bagaimana makna Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum? c. Bagaimana hubungan antara Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum dengan usia dan jenis kelamin masyarakat pengguna?

4 4 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, ada tiga tujuan dari penelitian yang akan dicapai. Pertama, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek kebahasaan dalam satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Kedua, menjelaskan dan menafsirkan makna satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Ketiga, menjelaskan hubungan antara satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum dengan usia dan jenis kelamin masyarakat pengguna. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan satuan ekspresi, khususnya satuan ekspresi pengungkap aroma di dalam parfum, yaitu dari aspek kebahasaan, makna dan hubungan antara satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum dengan masyakat pengguna, baik kelompok masyarakat anak-anak, remaja maupun dewasa serta kelompok masyarakat berjenis kelamin pria dan wanita. Selain itu, juga memberikan kontribusi perkembangan pengetahuaan di bidang linguistik, khususnya dalam ilmu penandaan (signification) atau semiologi. Sementara itu, manfaat praktisnya adalah memberikan informasi dan referensi kepada pembaca mengenai satuan ekspresi pengungkap aroma yang diaplikasikan dalam berbagai jenis aroma pada parfum.

5 5 1.5 Ruang Lingkup Masalah Data yang diambil sebagai bahan penelitian ini dibatasi pada satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum khusus badan. Penelitian satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum hanya mengkaji produk parfum yang dipasarkan di Indonesia, khususnya wilayah Yogyakarta. Data produk parfum diambil dari salah satu toko parfum yang ada di Yogyakarta. Peneliti juga menambahkan produk parfum yang dipasarkan di Carefour guna mendapatkan data yang lebih beragam dari berbagai jenis usia, yaitu usia balita, remaja dan dewasa. Penelitian ini termasuk dalam studi semantik. Tema yang diangkat adalah makna satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Oleh sebab itu, fokus penelitian ini adalah mengklasifikasikan asal bahasa dan satuan kebahasaan serta menjelaskan makna dari satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. 1.6 Tinjauan Pustaka Wibiasty (2015) dalam skripsinya yang berjudul Penanda Warna Produk Kosmetik Wajah Lokal mendeskripsikan penanda warna produk kosmetik wajah pada bagian-bagian wajah, mengidentifikasi bahasa dari segi bentuk satuan kebahasaan penanda warna produk kosmetik wajah lokal dan menganalisis istilah ranah semantik yang digunakan untuk menandai warna produk kosmetik lokal. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa wajah memiliki sejumlah bagian, yaitu bagian kulit wajah, bagian mata, dan bagian bibir. Sementara itu, produk kosmetik wajah meliputi alas bedak, bedak, perona pipi, face painting, pensil alis, perona mata, eye liner, maskara, lipstik, perona bibir cair, pensil perona bibir, dan palet perona bibir. Dari temuan tersebut, terdapat variasi

6 6 penanda warna yang muncul dari berbagai bahasa dan bentuk. Dari segi bahasa, ditemukan sejumlah bahasa dalam menandai kosmetik wajah, yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa, bahasa Spanyol, bahasa Italia, dan bahasa Perancis sedangkan dari segi bentuk satuan kebahasaan ditemukan berupa leksikon penanda warna produk kosmetik lokal, yaitu leksem primer dan leksem sekunder. Istilah yang digunakan untuk menandai warna produk kosmetik lokal, yaitu istilah warna, istilah nonwarna, dan istilah campuran. Yulianti (2015) dalam skripsinya yang berjudul Penamaan Produk Kosmetik Perawatan Badan berfokus pada karakteristik penamaan produk. Karakteristik tersebut terletak pada unsur-unsur penyusun dan struktur nama. Unsur-unsur penyusun tersebut berupa merek dagang, jenis produk, spesifikasi tertentu, dan unsur tambahan sedangkan struktur nama dimulai dari yang paling kompleks, sedang, sampai dengan yang sederhana. Struktur yang paling kompleks terdiri atas empat unsur, struktur sedang terdiri atas tiga atau dua unsur, dan struktur yang paling sederhana terdiri atas satu unsur. Spesifikasi tertentu di dalam unsur penyusun berupa aroma atau bahan asal dan efek penggunaan produk sedangkan unsur tambahan berupa bentuk kemasan produk, status produk, dan anggota badan yang dituju. Dari segi satuan kebahasaan nama produk kosmetik perawatan badan ditemukan dalam bentuk frasa, yaitu frasa endosentris atributif dan koordinatif yang terbentuk dalam beberapa tipe dan pola. Sementara itu, kode bahasa yang digunakan dalam penamaan produk kosmetik perawatan badan secara berurutan dari yang paling banyak sampai paling sedikit digunakan, yaitu

7 7 campuran bahasa Inggris-Indonesia, Inggris, Italia-Perancis-Inggris, Indonesia, dan Perancis-Inggris sedangkan yang menempati kedudukan yang sama, yaitu campuran bahasa Melayu-Inggris dan Sunda-Indonesia. Periancy (2014) dalam skripsinya yang berjudul Penamaan Menu Makanan dan Minuman di Yogyakarta: Kajian Bentuk Kebahasaan dan Pembentukannya mendeskripsikan mengenai bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam penamaan menu dan menjelaskan proses pembentukan namanama menu. Hasil penelitian menunjukkan pola tampilan menu, bentuk kebahasaan, dan proses pembentukannya. Pola tampilan menu terdiri atas dua unsur, yaitu unsur utama dan unsur tambahan. Unsur utama berupa nama menu dan harga, sedangkan unsur tambahan dapat berupa foto menu atau keterangan yang menjelaskan menu. Bentuk kebahasaan yang muncul di dalam penelitian tersebut adalah bentuk dasar, akronim, dan kata majemuk serta sampai pada tataran frasa. Selain itu, penelitian mengenai penamaan menu makanan dan minuman di Yogyakarta ini menggunakan bahasa lain selain bahasa Indonesia, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jawa serta terdapat campur kode di dalamnya. Proses pembentukan pada penelitian tersebut memanfaatkan kreativitas dalam penggunaan bahasa yaitu memanfaatkan persamaan makna, pengakroniman, persamaan bentuk dasar, serta pengasosiasian yang terdiri atas asosiasi bunyi, asosiasi seksualitas, asosiasi warna, asosiasi ciri fisik, asosiasi rasa, asosiasi hasil, dan asosiasi makna. Purwandari (2012) dalam tesisnya yang berjudul Penamaan Pola Batik Seman Yogyakarta mendeskripsikan seputar pola batik Semen Yogyakarta,

8 8 satuan lingual nama-nama pola batik Semen Yogyakarta, dan mengetahui makna leksikalnya. Selain itu, penelitian tersebut juga menjelaskan medan dan komponen makna nama-nama pola batik Semen Yogyakarta sehingga dapat diketahui proses penamaannya serta pandangan budaya khususnya masyarakat Jawa. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ditemukan bentuk unsur lingual namanama pola batik Semen Yogyakarta, penggolongan baru pola batik Semen Yogyakarta berdasarkan unsur-unsurnya, makna leksikal, simbolik, dan fungsinya dalam upacara adat, serta beberapa faktor yang mempengaruhi proses penamaan pola batik Semen Yogyakarta dan pandangan budaya masyarakat Jawa. Maemunah (2012) dalam tesisnya yang berjudul Penamaan sebagai Identitas Muslim Studi Atas Komunitas Muslim Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat melihat fenomena penamaan anak di komunitas Muslim Salman. Identitas sebagai Muslim pada masyarakat Sunda yang aktif di Salman sangat berkaitan dengan konsep Islam kaffah sehingga pola penamaan anak pada komunitas tersebut menjadi unik. Dari hasil penelitiannya ditemukan beberapa pola penamaan anak di komunitas Salman, yaitu pola anak yang kental dengan aspek Arab (Arabisasi), pola nama campuran dari nama Arab, nama Barat, nama Asia, dan nama lokal (Sunda). Secara garis besar, penamaan anak di komunitas tersebut, walaupun menggunakan nama dari bahasa lain, nama dari bahasa Arab akan tetap dimasukkan dalam nama anak mereka. Ciri yang unik pada penamaan anak di komunitas Salman, tidak bisa terlihat secara literal, tetapi terlihat dari sisi makna dan tujuan yang dimiliki orangtua saat memberi nama pada anak mereka.

9 9 Maya (2008) dalam bukunya Rahasia Parfum Sukses Hidup Bersama Parfum menjelaskan parfum berdasarkan sejarah parfum, kategorisasi parfum, dan hubungan parfum dengan zodiak, karakter, dan kesehatan. Di dalam bukunya terdapat beberapa tips mengenai membeli pafum dan menggunakan parfum. Selain itu, di dalam bukunya juga ada penjelasan mengenai cara membuat parfum. Ahsan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Di Balik Keharuman Parfum menyatakan bahwa aroma parfum atau wewangian tubuh lainnya ternyata dapat menganggu kesehatan bagi si pemakai. Hasil penelitiannya memberikan informasi mengenai kandungan wewangian sintetis serta beberapa efek samping yang akan ditimbulkan jika terhirup dalam jumlah banyak. Misalnya, penggunaan pengharum ruangan dengan aroma buah jeruk lemon fruity-fragrance dapat menyebabkan kanker, peradangan mata, dan kulit apabila dihirup secara kontinue. Aroma bunga, bahan yang dikandung Bouquet Floral 3881 dapat menyebabkan kanker pankreas, peradangan mata, saluran pernafasan dan batuk. Aroma pada kulit kayu manis, bahan yang terkandung Cinnamon Oil 950 dapat menyebabkan peradangan sistem pernafasan dan kulit. Dalam penelitiannya juga diberikan informasi mengenai tanda-tanda keracunan. Misalnya, Aroma pepermint, bahan yang dikandung pepermint 501 dengan tanda keracunannya lesu, lemah, mual, sakit perut, vertigo, hilang keseimbangan pergerakan anggota tubuh, mengantuk, dan koma (Ahsan, 2014:4). Penelitian terkait lainnya adalah Pengaruh Desain Botol Parfum terhadap Intensi Membeli pada Remaja yang dilakukan oleh Deliani (2012). Penelitian skripsinya menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli

10 10 produk parfum selain karena keharuman parfum, ada hal lainnya yang dapat mempengaruhi yaitu bentuk botol parfum, kemasan, dan cara pengiklanan parfum. Penelitiannya bertujuan untuk melihat pengaruh desain botol parfum terhadap intensi membeli. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan pre-eksperimental design jenis one shot case study dengan melibatkan 96 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa desain botol parfum berpengaruh terhadap intensi membeli pada remaja. Intensi membeli parfum berdasarkan desain botol estetik lebih kuat dibandingkan dengan desain botol fungsional. Dari sejumlah penelian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, terutama yang berkaitan dengan penanda, penamaan dari segi Satuan ekspresi pengungkap Aroma pada Parfum belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, terdapat alasan yang kuat untuk meneliti masalah tersebut lebih lanjut serta mengungkapkannya agar dapat diketahui oleh masyarakat. 1.7 Landasan Teori Teori merupakan asas atau hukum-hukum umum yang dipandang menjadi dasar (pijakan), pedoman, tuntunan suatu ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, teori merupakan aturan (tuntunan kerja) untuk melakukan sesuatu (bdk. Moeliono, 1988:932). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penelitian terhadap Satuan ekspresi pengungkap Aroma Pada Parfum ini dimanfaatkan teori yang secara garis besar diuraikan di bawah ini, yaitu sebagai berikut.

11 Konsep Dasar Satuan Ekspresi Dalam istilah linguistik, satuan ekspresi merupakan satuan yang ada di dalam bahasa (Wijana, 2010: 70). Satuan ekspresi tersebut dapat berupa kata dan frasa. Bahasa alamiah dalam mengungkap sebuah aroma khususnya aroma di dalam parfum tidak dapat mewakili keberagaman aroma pada parfum yang berkembang dewasa ini sehingga tercipta suatu kesepakatan antar pemakai bahasa di dalam mengungkap keberagaman aroma tersebut melalui satuan ekspresi. Misalnya aroma (16) Mawar sebagai satuan ekspresi, Mawar berasal dari bahasa Indonesia yang memiliki fungsi leksikal sebagai kata benda. Sementara itu, Mawar sebagai sebuah satuan ekspresi memiliki referen yang sifatnya berada di luar bahasa bunga yang dihasilkan oleh suatu jenis bunga semak dari Genus rosa. Bunga mawar dapat menghasilkan minyak yang disebut dengan minyak mawar. Minyak mawar tersebut merupakan hasil penyulingan dan penguapan dari daun-daun mahkota yang akan menjadi sebuah aroma pada parfum. Satuan ekspresi yang dimanfaatkan untuk mengungkap aroma pada parfum tidak lepas dari hubungan antara penanda (simbol, lambang), acuan (referent) dan konsep (reference) agar dapat mengetahui makna atau suatu konsep yang disepakati oleh para pemakai bahasa di dalam menggunakan satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai hubungan ketiganya.

12 Hubungan Penanda (Simbol atau Lambang), Acuan (Referent), dan Konsep (Reference) Penanda (simbol atau lambang) merupakan unsur tanda bahasa berupa citra bunyi yang diungkapkan sebagai satuan bahasa (Kridalaksana, 2008:179). Acuan (referent) adalah unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa (Kridalaksana, 2008:208), sedangkan konsep (reference) merupakan bayangan, pemahaman dan pengertian (Pateda, 2010:43). Melalui konsep, hubungan antara kata dan acuan dapat dipahami baik pada otak pembicara maupun pada otak pendengar. Hubungan antara penanda (simbol atau lambang), acuan (referent), dan konsep (reference) diperlihatkan oleh Ogden dan Richards pada segi-tiga semiotik (semiotic triangle, basic triangle, the triangle of signification). Melalui segitiga semiotik Ogden dan Richard tersebut, hubungan ketiganya dapat dilihat secara jelas, dalam teori tersebut tidak ada hubungan secara langsung antara penanda dengan referent. Artinya, tidak ada hubungan langsung antara bahasa dengan dunia fisik. Hubungan keduanya bersifat arbitrer. Seperti yang tergambar pada segi-tiga semiotik berikut ini. Konsep (reference) Penanda (simbol atau lambang) Acuan (reference) Bagan 1. Segi-tiga Semiotik Ullman (dalam Pateda, 2008:57) memberikan kritik bahwa segi-tiga semiotik tersebut sulit dicari hubungan antara penanda (simbol atau lambang),

13 13 acuan (referent) dan konsep (reference). Oleh karena itu, Ullman menyarankan agar hubungan timbal balik antara lambang (penanda) dan konsep inilah yang disebut makna. Seperti pada data penelitian Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum, yaitu apabila ada data aroma Mawar, terbayang pada diri kita adalah bunga Mawar. Acuannya atau bahan dari aroma parfum tersebut berasal dari bunga mawar dan seseorang apabila mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang bunga mawar tesebut; maka dia dapat mendeskripsikannya dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh realitas bunga mawar dari aroma parfum tersebut sudah ada di dalam pikiran (mind). Semua hal tersebut dapat terjadi melalui pengalaman dan pengetahuan dalam diri seseorang Struktur Satuan Ekspresi Sebagai unsur linguistik yang berupa kata atau kalimat, satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum dapat dikelompokkan ke dalam satuan kebahasaan yang berbentuk kata, frasa dan klausa. Kridalaksana (1986) membagi 14 kelas kata dalam bahasa Indonesia, yaitu verba, ajektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, interjeksi, dan pertindihan kelas. Dalam kaitannya dengan penelitian Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum ditemukan satuan kebahasaan dalam bentuk kelas kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva). Ditemukannya dalam bentuk kelas kata tersebut disebabkan oleh adanya hubungan antara bentuk kelas kata tersebut dengan makna dari satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum.

14 14 Selain ditemukan dalam bentuk kelas kata, satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum juga ditemukan dalam bentuk frasa dan klausa. Menurut Kridalaksana (2008:66), frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Dalam penelitian Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum ditemukan bentuk frasa nominal dan frasa ajektival. Frasa nominal merupakan frasa endosentris berinduk satu yang induknya nomina sedangkan frasa ajektival merupakan frase endosentris berinduk satu yang induknya ajektiva dan modifikatornya adverbial seperti sangat, lebih, kurang dan sebagainya (Kridalaksana, 2008:66). Dalam pengelompokkan frasa nominal ditemukan pembentukan unsur N+N, N+Adj, Pronom+N, Bil+N, N+N+N, N+Adj+N, Prep+N+N, N+Prep+N, N+Perp+Adverb+N, Adj+N+Prep+Pronom+N. Pengelompokkan jenis frasa dalam satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum lebih bervariasi karena antar unsur dalam frasa saling berkaitan satu sama lain yang dapat memberikan makna baru terhadap satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum, misalnya pada satuan ekspresi pengungkap aroma Melati Keraton, ekspresi tersebut merupakan satuan kebahasaan yang berbentuk frasa Nomina yang mempunyai struktur fungsi leksikal Nomina+Nomina. Nomina pertama merupakan Unsur Pusat yang menjadi aroma utama di dalam parfum sedangkan Keraton menjadi Nomina kedua atau atribut dalam aroma Melati. Fungsi dari atribut tersebut adalah penjelas terhadap aroma parfum melati tersebut berkaitan dengan aktivitas di keraton yang sering digunakan untuk keperluan keluarga keraton sehingga

15 15 satuan ekspresi pengungkap aromanya terdapat tambahan kata keraton sebagai penjelas dan pembeda dari aroma melati yang mempunyai atribut lain Ragam dan Kemaknaan Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum Fries (dalam Pateda, 2010:119) membagi makna menjadi dua bagian yaitu makna linguistik dan makna sosial (kultural). Dari dua makna tersebut, Fries membaginya kembali dalam dua bagian yaitu makna leksikal dan makna struktural. Di dalam penelitian Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum, makna yang digunakan dalam menganalisis data adalah makna leksikal. Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning) atau makna eksternal (external meaning) merupakan makna kata ketika kata tersebut berdiri sendiri, baik dalam bentuk leksem maupun bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Seperti pada penelitian Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum, yaitu data aroma pada parfum Melati, Kantil, Lavender, Kasturi, Cempaka, Cendana, dan Kenanga merupakan satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum yang maknanya tetap. Artinya, makna kata pada data aroma parfum tersebut sesuai dalam kamus bahasa Indonesia. Sama halnya dengan Fries, Heartherington (dalam Pateda, 2010) membagi makna menjadi dua, yaitu makna leksikal dan leksikostruktural. Makna leksikal adalah makna yang bersangkutan dengan leksem, bersangkutan dengan kata, dan bersangkutan dengan leksikon dan bukan dengan gramatika. Sementara itu, makna leksikostruktural adalah makna kata yang bersangkutan dengan gramatika

16 16 (Kridalaksana, 2008:141). Berbeda dengan Fries, Heartherington (dalam Pateda, 2010) membagi kembali makna leksikal menjadi makna denotatif dan makna konotatif atau dapat pula disebut makna literal dan makna figuratif. Seperti terlihat pada bagan 2 berikut ini. Makna Leksikal Makna denotatif (umum, tradisional, referensial, literal) Makna Makna Konotatif (emosional, perorangan, figuratif, predensial) Makna struktural Bagan 2: Jenis-Jenis Makna Menurut Heatherington Dalam kaitannya dengan sejumlah data dalam penelitian Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum yang bersifat leksikal literal, makna data diidentifikasi melalui jenis makna denotatif, seperti pada contoh di atas yang menunjukkan arti leksikalnya atau arti sebenarnya atau arti yang sesuai dalam kamus. Makna konotasi merupakan lingkaran gagasan dan perasaan yang mengelilingi suatu kata tersebut, serta emosi yang ditimbulkan oleh suatu kata tersebut (Pateda, 2010:51). Makna konotasi juga dapat mengandung berbagai ragam pengalaman dalam kehidupan. Seperti pada contoh data penelitian satuan pengungkap aroma pada parfum yaitu satuan ekspresi aroma pada parfum dengan kata Hot, dapat dijelaskan dengan makna konotasi seksi. Setiap sinomin bagi kata

17 17 Hot mengandung konotasi khusus sebagai tambahan terhadap denotasinya sehingga konotasi juga dapat diartikan sebagai pancaran impresi-impresi yang tidak dapat dirasa dan tidak dapat dinyatakan secara jelas. Konotasi merupakan segala sesuatu yang kita pikirkan apabila kita melihat kata tersebut, yang mungkin dan tidak mungkin sesuai dengan makna sebenarnya seperti pada satuan pengungkap aroma pada parfum. Selain itu, menurut Warriner (dalam Pateda, 2010:52), konotasi adalah kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Sementara itu, Pateda (2010) mengidentifikasi ragam konotasi menjadi dua, yaitu konotasi bersifat individual dan konotasi bersifat kolektif. Konotasi individual adalah nilai rasa yang hanya menonjolkan diri dan hanya untuk perseorangan sedangkan Konotasi kolektif merupakan nilai rasa yang berlaku untuk pada anggota suatu golongan atau masyarat. Konotasi tersebut dapat diidentifikasi pada bagan 3 berikut ini. KONOTASI (NILAI RASA) Konotasi Individual (nilai rasa perseorangan) Konotasi Kolektif (nilai rasa kelompok Bagan 3: Ragam Konotasi Penelitian terhadap nilai rasa individual jauh lebih sulit daripada nilai rasa kolektif. Kesulitan tersebut disebabkan untuk mengetahui nilai rasa individual dan

18 18 harus meneliti setiap individu, baik lahir batin, sejarah, perkembangan maupun aspek-aspek lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian Satuan Ekspresi Aroma pada Parfum menitikberatkan pada pembicaraan nilai rasa kolektif agar dapat memberikan makna dan nilai rasa yang universal sehingga dapat dimanfaatkan tidak hanya pada anak-anak, remaja, ataupun dewasa, tetapi juga masyarakat umum dari semua tingkatan dan dari berbagai kalangan. 1.8 Metode Metode penelitian dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-7). Pada tahap penyediaan data, dalam penelitian ini diperoleh dari toko parfum UCHI dan Carrefour di Yogyakarta. Pemilihan toko parfum UCHI dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan jumlah satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum yang tersedia lebih banyak dan bervariasi daripada toko parfum lain. Jumlah data yang diperoleh dari toko parfum UCHI tersebut sebanyak 656 satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Sementara itu, pengambilan data di Carrefour dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih beragam dari segi usia dan jenis kelamin masyarakat pengguna. Pengambilan data pada toko parfum UCHI dilakukan dengan teknik memfotokopi daftar satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum yang telah disediakan oleh toko tersebut. Adapun teknik pengambilan data di Carrefour dilakukan dengan memfoto (memotret) satu per satu produk parfum yang tersedia di bagian kosmetik. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data diklasifikasikan berdasarkan cara pembentukannya.

19 19 Metode selanjutnya adalah analisis data. Tahap analisis data dilakukan dengan menggunakan metode padan. Metode padan merupakan metode analisis data yang alat penentunya berada di luar bahasa, terlepas dan tidak bersangkutan dengan bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Dalam metode tersebut dipilih teknik dasar dengan teknik pilah unsur penentu. Sesuai dengan jenis penentunya di dalam penelitian ini menggunakan daya pilah referensial yang menggunakan referent atau sosok yang diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu. Penentu analisis didasarkan pada satuan ekspresi, yaitu pada satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Strategi terakhir adalah penyajian hasil analisis data. Tahap ini dilaksanakan setelah data selesai dianalisis (Jati Kesuma, 2007:71). Penyajian analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif menggunakan kata-kata biasa dalam menjelaskan datanya, sedangkan analisis secara kuantitatif adalah data dianalisis menggunakan tabel untuk mengetahui hasil persentase tertinggi dan terendah dari hasil klasifikasi asal bahasa dan satuan kebahasaan di dalam satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. 1.9 Sistematika Penulisan Laporan hasil penelitian terhadap analisis Satuan Ekspresi Pengungkap Aroma pada Parfum ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjuan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Bab II didahului dengan uraian tentang sejarah parfum dan dilanjutkan dengan klasifikasi asal bahasa dan satuan

20 20 kebahasaan serta hasil persentase dari analisis asal bahasa dan satuan kebahasaan tersebut. Bab III berisi uraian tentang makna satuan ekspresi pengungkap aroma pada parfum. Bab IV menguraikan hubungan antara penanda aroma pada parfum dengan usia dan jenis kelamin masyarakat penggunanya. Bab V merupakan kesimpulan dan hasil analisis yang telah dilakukan.

BAB IV PENUTUP. Penamaan PKPB dapat dibagi jenis-jenisnya. Masing-masing jenis PKPB tersebut

BAB IV PENUTUP. Penamaan PKPB dapat dibagi jenis-jenisnya. Masing-masing jenis PKPB tersebut BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Penamaan PKPB dapat dibagi jenis-jenisnya. Masing-masing jenis PKPB tersebut mempunyai anggota hiponimi. Jenis-jenis PKPB, antara lain: pembersih badan, pewangi badan, pelembab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa yang memakai dan memiliki bahasa tersebut.

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat sekitar. Ada dua cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya adalah komunitas waria. Sebuah komunitas dapat memunculkan variasi bahasa yang terbentuk untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Juli 2017 Edisi Juli 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Parfum daritembakau Bernilai Jual Tinggi Tembakau dikenal sebagai bahan baku rokok. Inovasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak 1 BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak Women's language is closely related to gender. Spoken word (language) used by the women are more subtle than

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi kosmetik saat ini semakin nyata, terlihat dari semakin banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi tinjauan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan negara lain. Adapun yang menjadi ciri khas tersebut antara lain adalah adat istiadat, budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam bersosialisasi. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI ( 2003:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Konsep Penamaan Rumah Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas, tahun 2010 oleh Danang Eko Prasetyo. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semua benda di dunia memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator tentang barang dan jasa kepada komunikan yang bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus

Lebih terperinci

MENGATUR PENGELUARAN UNTUK KECANTIKAN

MENGATUR PENGELUARAN UNTUK KECANTIKAN MENGATUR PENGELUARAN UNTUK KECANTIKAN Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 786/XVI Ria (31), seorang karyawati, termangu menyaksikan kertas catatannya. Iseng-iseng ia baru menghitung jumlah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional (Undang Undang RI No. 20, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional (Undang Undang RI No. 20, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa, karena pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang menggunakan tanaman herbal, rempah-rempah dan bunga dan dicampurkan

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang menggunakan tanaman herbal, rempah-rempah dan bunga dan dicampurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin beragam, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Iklan Iklan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, iklan menjadi media komunikasi yang sangat efektif untuk digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah pendekatan yang tidak

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini menunjukkan bahwa, masih sering

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari

Lebih terperinci

DEFINISI. Parfum adalah substansi yang digunakan pada tubuh manusia atau obyek dan memberikan aroma yang menyenangkan

DEFINISI. Parfum adalah substansi yang digunakan pada tubuh manusia atau obyek dan memberikan aroma yang menyenangkan PARFUM DEFINISI Parfum adalah substansi yang digunakan pada tubuh manusia atau obyek dan memberikan aroma yang menyenangkan Parfum dari bahasa Latin "per" artinya melalui dan "fumum," artinya "smoke."

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi pengambilan data dilakukan di beberapa tempat parkir di kota Bandung. Data-data tersebut diambil dari parkiran di mal-mal dan pusat perbelanjaan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari 128 BAB V PENUTUP Pembahasan terakhir dalam tulisan ini mengenai simpulan dan saran. Bab ini terdiri atas dua subbab. Subbab pertama membahas mengenai simpulan dari temuan dan hasil analisis. Subbab kedua

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas , Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 METAFORA PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS Ananda Nurahmi Berkah Nastiti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan metafora dalam rubrik opini

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014 ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (Chaer, 2007: 33). Kridalaksana mengartikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat berbicara mengenai apa saja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara

BAB II LANDASAN TEORI. Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Analisis Komponen Makna Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara Merdeka

Lebih terperinci

Materi Bahan Ajar Semantik "Konsep Umum Makna" Kelas PB 2010 Nama Kelompok: 1. M. Miftakhul Bashori ( ) 2. Rizki Amaliah ( )

Materi Bahan Ajar Semantik Konsep Umum Makna Kelas PB 2010 Nama Kelompok: 1. M. Miftakhul Bashori ( ) 2. Rizki Amaliah ( ) Materi Bahan Ajar Semantik "Konsep Umum Makna" Kelas PB 2010 Nama Kelompok: 1. M. Miftakhul Bashori (102074958) 2. Rizki Amaliah (102074213) 3. Arum Lestari (102074228) 4. Inta Mustika C. (102074229) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia

Lebih terperinci