BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Sumarsono, 2008:18). Bahasa digunakan sebagai penyampai pesan, maksud, dan gagasan. Bahasa juga dapat berfungsi sebagai alat identifikasi. Salah satu wujud bahasa adalah adanya nama. Nama adalah kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, binatang, dsb.) (Tim Redaksi KBBI, 2005:773). Penamaan suatu objek dilakukan berdasarkan alasan tertentu dengan mempertimbangkan makna yang terkandung di dalamnya. Meskipun demikian, sifat bahasa adalah arbitrer, yakni tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau kosep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau leksem tersebut (Chaer, 2009:1). Penamaan (naming) merupakan proses penggunaan lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya, biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata (Kridalaksana, 2008:179). Bahasa merupakan suatu lambang atau tanda. Penamaan pada sesuatu dibuat berdasarkan sifat kearbiteran bahasa. Berdasarkan sifat itu pula, satuan kebahasaan yang 1

2 2 digunakan untuk melambangkan atau menandai sesuatu memungkinkan untuk digunakan berulang pada hal yang berbeda. Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai penamaan produk kosmetik perawatan badan. Kosmetik merupakan sarana untuk memperindah penampilan, khususnya untuk wanita. Kosmetik banyak macamnya, salah satunya ialah produk perawatan badan. Selain perawatan badan, produk-produk perawatan wajah, rambut, kosmetik dekoratif atau make-up wajah, juga termasuk kosmetik. Dewasa ini, produk kosmetik semakin berkembang dan muncul berbagai macam merek-merek yang populer di masyarakat. Kemunculan berbagai macam produk kosmetik ini seiring dengan berkembangnya zaman. Selain itu, perkembangan teknologi yang semakin maju juga mempengaruhi keberadaan produk-produk perawatan khususnya untuk kaum perempuan. Bahkan, di era modern seperti sekarang ini, tidak hanya kaum perempuan yang dapat menggunakan produk perawatan, kaum pria pun dapat dengan mudah menemukan produk perawatan khusus dari berbagai merek yang dikeluarkan oleh perusahaan kosmetik. Produk kosmetik, khususnya produk perawatan badan terdiri dari berbagai jenis. Mulai dari pembersih badan, pewangi, pelembab, sampai produk pencerah. Perusahaan-perusahaan kosmetik asal Indonesia saling berlomba-lomba agar produknya laku di pasaran dengan menarget pada kalangan-kalangan tertentu. Selain dengan strategi memperbanyak variasi, produk-produk juga memiliki penyebutan atau penamaan yang menarik. Penamaan yang memiliki karakretistik-karakteristik tertentu ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dalam penamaannya, selain menggunakan satuan kebahasaan tertentu yang bermakna denotatif atau makna dasar,

3 3 produk perawatan badan juga menggunakan satuan kebahasaan tertentu yang bermakna konotatif. Makna denotatif merupakan makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Makna denotatif menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Sedangkan makna konotatif merupakan makna yang memiliki nilai rasa (Chaer, 2009:65 66). Contoh nama produk yang bermakna denotatif: (1) seaweed soap Kata seaweed dan soap merupakan kata benda dalam bahasa Inggris yang masingmasing artinya yaitu rumput laut dan sabun. Keduanya merupakan benda nyata yang dapat diindra oleh manusia. Kata seaweed bergabung dengan kata soap sehingga membentuk sebuah frasa yang artinya sabun rumput laut. Makna frasa tersebut yakni sabun yang terbuat dari bahan rumput laut. Makna tersebut merupakan makna denotatif atau makna referensial atau makna dasar. Selain mengandung makan denotatif, nama produk perawatan badan juga ada yang terdiri dari kata bermakna konotatif, contohnya: (2) belia mist cologne earth fantasy Dari contoh tersebut, kita dapat membaginya ke dalam tiga unsur, pertama yakni kata belia yang berkedudukan sebagai merek dagang, lalu mist cologne yang menunjukkan jenis produknya, sedangkan yang ketiga ialah istilah earth fantasy. Unsur pertama dan kedua merupakan kata yang merujuk pada sesuatu yang konkret, maka keduanya termasuk bermakna denotatif. Namun, unsur ketiga yang berwujud istilah earth fantasy bukan lah makna yang sebenarnya. Earth fantasy, yang artinya khayalan bumi, merupakan istilah yang digunakan untuk mewakili aroma wewangian tertentu

4 4 yang jika digunakan akan memunculkan rasa tenang sehingga muncul sebuah khayalan tentang bau-bauan alami, misalnya tanah, pepohonan, bunga-bungaan, dan lain-lain yang jika digunakan akan memberikan efek ketenangan atau relaksasi. Selain hal yang telah disebutkan tersebut, masih banyak lagi bentuk kebahasaan yang unik dari penamaan produk perawatan badan, seperti wujud unsur-unsur pembentuk, struktur penamaan, dan lain-lain. Semuanya akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikutnya. Penamaan produk kosmetik perawatan badan atau lebih lanjut disingkat PKPB memiliki karakteristik. Selain karena fakta kebahasaan tersebut, berdasarkan peninjauan pustaka, penelitian mengenai nama-nama produk perawatan badan ini belum pernah dilakukan sebelumnya. 1.2 Rumusan Masalah Penamaan PKPB ditemukan dalam suatu satuan kebahasan tertentu. Penamaan ini merupakan wujud fakta kebahasaan yang menarik untuk diteliti. Hal ini disebabkan oleh karakteristik yang ada di dalam penamaan PKPB tersebut. Karakteristik penamaan tersebut dapat diamati dari beberapa aspek, seperti unsur dan struktur penamaannya. Maka, berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana bentuk satuan kebahasaan dalam penamaan PKPB? Bagaimana unsur dan struktur yang membentuk nama PKPB? Bahasa apa saja yang digunakan untuk menandai nama PKPB dan mengapa menggunakan bahasa tersebut?

5 5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian mengenai penamaan PKPB ini diamati dari beberapa aspek, mulai dari bentuk kebahasaan, unsur pembentuk, struktur nama, sampai dengan kode bahasa yang digunakan. Dalam penelitian ini disajikan beberapa bab. Masing-masing bab memiliki isi yang berbeda berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas. Maka, berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Memaparkan bentuk satuan kebahasaan dalam penamaan PKPB Menguraikan unsur dan struktur penamaan PKPB Menjelaskan kode bahasa dan alasan penggunaan bahasa dalam penamaan PKPB. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah menambah koleksi penelitian dalam ranah linguistik. Adapun manfaat praktis penelitian ini, yakni memberikan informasi bagi pembaca mengenai karakteristik bentuk penamaan produk perawatan badan dari merek-merek asli Indonesia. 1.5 Tinjauan Pustaka Pemilihan topik penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang sudah ada. Penelitian terdahulu diantaranya skripsi Nainggolan (2014) yang berjudul Penamaan Unik Menu Makanan dan Minuman di Yogyakarta: Kajian Bentuk Kebahasaan dan

6 6 Pembentukannya, skripsi Kiswari (2012) tentang Nama Makanan Kecil Dalam Bahasa Jawa, dan skripsi Retnaningsih (2006) yang diberi judul Nama Tempat Usaha di Yogyakarta: Kajian Etnosemantik. Dalam skripsinya, Nainggolan (2014) menyajikan isi penelitiannya ke dalam dua bab. Pada bab awal, ia mengidentifikasi menu dan bentuk-bentuk kebahasaannya. Bentuk kebahasaan menu, antara lain berupa kata dan frasa. Bentuk kata meliputi kata dasar dan kata turunan. Bentuk kata turunan berupa kata berafiks, reduplikasi, kata majemuk, akronim, dan singkatan. Sedangkan bentuk frasa tidak dikelompokkan secara spesifik lagi. Kemudian, pada bagian ini juga disajikan uraian mengenai kode bahasa yang digunakan pada penamaan menu. Kode bahasa yang digunakan antara lain: bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan campur kode antara bahasa Indonesia dengan beberapa bahasa lain. Campur kode tersebut, yaitu: bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia dengan bahasa Cina, dan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Pada bab selanjutnya, ia menjelaskan mengenai proses pembentukan nama menu. Proses pembentukan nama menu, antara lain melalui proses persamaan makna, pengakroniman, persamaan bentuk dasar, penerjemahan, dan pengasosiasian. Pengasosiasian meliputi: asosiasi bunyi, asosiasi seksualitas, asosiasi warna, asosiasi cirri fisik, asosiasi rasa, asosiasi hasil, dan asosiasi makna. Sementara itu, Kiswari, dalam skripsinya, membagi topik nama-nama makanan kecil dalam bahasa Jawa ke dalam dua aspek, antara lain: aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi proses morfologis yang digunakan dalam penamaan makanan dan analisis makna nama makanan melalui analisis

7 7 komponensial. Sedangkan aspek non-kebahasaan meliputi analisis faktor kultural nama-nama makanan kecil dan konsep makanan dalam masyarakat Jawa. Aspek cultural tersebut, antara lain: keadaan alam, akulturasi kebudayaan, teknologi pengolahan pangan, nilai estetika, kreativitas, sistem kepercayaan, masyarakat rekreatif, masyarakat visual, variasi dialektal, status sosial, selera makanan, inferioritas, sopan santun, dan keunikan. Selain itu, Kiswari juga menjelaskan mengenai konsep makanan dalam masyarakat Jawa. Konsep makanan tersebut dapat dibagi berdasarkan beberapa hal, antara lain: cara memilih bahan makanan, cara memasak makanan, cara menyajikan makanan, perilaku makan, dan tujuan makan. Sedangkan makanan dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu: makanan sehari-hari dan makanan untuk peristiwa khusus. Makanan sehari-hari ada dua macam pula, yakni makanan utama dan tambahan. Sementara itu, makanan untuk peristiwa khusus, misalnya: makanan untuk upacara, makanan untuk menjamu tamu, dan makanan untuk oleh-oleh. Kemudian, Retnaningsih, dalam skripsinya, memaparkan aspek-aspek kebahasaan yang dijadikan alat atau sarana penamaan tempat usaha di Yogyakarta. Pada baian awal, ia menyebutkan beberapa acuan penamaan tempat usaha, yang antara lain berupa: kekomersialan, nama binatang, doa/harapan, alamat/lokasi, nama daerah, identifikasi kepemilikan, janjian mutu, penggambaran citra/image, penyebutan jenis usaha atau bahan dasar, dan penggunaan kosa kata baru. Dari segi tipografi, nama tempat usaha dapat dideskripsikan berdasarkan hal-hal berikut, seperti: ukuran huruf, jenis huruf, pemakaian angka, pemakaian simbol, warna dan gradasi warna, aspek keunikan, dan aspek kesingkatan.

8 8 Selanjutnya, aspek-aspek kebahasaan penamaan tempat usaha, antara lain berupa: gaya bahasa, proses pembentukan, penggunaan bahasa lain etimologi penamaan tempat usaha, dan motivasi penamaan tempat usaha. Gaya bahasa meliputi gaya bahasa retoris (asonansi dan aliterasi) dan gaya bahasa kiasan (sinekdoke dan metonimia). Sedangkan proses pembentukan nama, meliputi: pemendekan (abreviasi), akronim, pelesapan, penggantian, perubahan bunyi, penyebutan sifat khas (pembendaan kata sifat), penggunaan kosakata dari beberapa bahasa dalam satu nama, dan penamaan baru. Sementara itu, bahasa lain yang digunakan dalam penamaan, antara lain: bahasa asing (Inggris, Arab, dll.), bahasa daerah (Jawa, dll.), dan bahasa pergaulan. Ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa penamaan merupakan hal yang menarik. Oleh sebab itu, secara umum, penelitian ini pun akan menganalisis karakteristik penamaan produk kosmetik perawatan badan (PKPB). 1.6 Landasan Teori Semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya (Chaer, 2009:2). Penandaan atau pelambangan suatu hal tertentu merupakan penamaan. Penamaan atau pendefinisian adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu pada referen yang berada di luar bahasa. Jika nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya maka berarti pemberian nama bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali (Chaer, 2009:44). Chaer juga menyebutkan bahwa walaupun bersifat arbitrer, penamaan masih dapat ditelusuri sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Sebab-

9 9 sebab tersebut, antara lain: peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, dan penamaan baru (Chaer, 2009:44 51). Dalam hal ini, penamaan PKPB kemungkinan dilatarbelakangi oleh pendekatan bahan asal produk. Ilmu mengenai nama dikenal sebagai ilmu onomastik. Ilmu onomastik adalah ilmu mengenai nama diri, terutama nama orang (anthroponimi) dan nama tempat (toponimi). Molino, (melalui Husen, 1999, (via Pradana (2007))) mengatakan bahwa Zabeeh dan Le Bihan telah melakukan studi tentang nama. Mereka mengelompokkan nama menjadi: 1) Nama-nama orang atau antroponim: Jean, Homerus, Reagan, dan sebagainya 2) Nama-nama binatang: anjing, kucing, jerapah, dan sebagainya 3) Nama-nama panggilan: papa, mama, dan sebagainya 4) Nama-nama tempat: Paris, Yogyakarta, Jakarta, Indonesia, dan sebagainya 5) Nama-nama waktu: Senin, September, Paskah, Abad Pertengahan, dan sebagainya 6) Nama-nama lembaga: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Liga Arab, Universitas Hasanuddin, dan sebagainya 7) Nama-nama hasil produksi/kreasi kegiatan manusia: Layar Terkembang, Paramex, Harry Poter, dan sebagainya 8) Nama-nama simbol ilmu alam/matematika: Cu, Al, Ag, dan sebagainya 9) Nama-nama khusus untuk sesuatu yang menarik perhatian, seperti: Katrina sebagai nama angin topan; Si Dukun sebagai julukan untuk mobil tua yang

10 10 telah dimiliki sejak lama; Trottinette (bahasa Perancis) sebagai sebutan untuk mobil yang disayangi, dan sebagainya. Dalam penelitian ini objek kajiannya adalah tentang penamaan produk perawatan badan dalam merek asli Indonesia. Jika dihubungkan dengan pengelompokkan nama di atas, produk perawatan badan termasuk ke dalam kategori nama-nama hasil produksi/kreasi kegiatan manusia. Selanjutnya, nama-nama produk perawatan badan terdiri dari unsur-unsur pembentuk. Salah satu unsur pembentuk menunjukkan adanya makna konkret dan abstrak. Makna konkret mengacu pada sesuatu yang nyata dan dapat diindra. Sementara itu, makna abstrak mengacu pada istilah-istilah tertentu yang menunjukkan kepada spesifiksai tertentu pada sebuah produk. Fakta kebahasaan lain yang ditemukan dalam penamaan PKPB adalah adanya hubungan hiponimi dari jenisjenis PKPB. Hiponim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain (Verhaar dalam Chaer, 2009:99). Kebalikan dari hiponim adalah hipernim. Maka dari itu, hubungan hiponimi ini bersifat satu arah. Sedangkan hubungan antaranggota hiponim satu sama lain disebut kohiponim. Konsep hiponim dan hipernim mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya (Chaer, 2009:100). Kemudian, unsur-unsur pembentuk nama berwujud kata dan frasa. Kridalaksana mendefinisikan kata sebagai (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; (2) satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal

11 11 (mis. batu, rumah, datang, dsb.) atau gabungan morfem (mis. pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa, dsb.). Dalam beberapa bahasa, a.l. dalam bahasa Inggris pola tekanan juga menandai kata; (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis (Kridalaksana, 2008:110). Kata dapat bergabung membentuk kata majemuk atau frasa. Kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan morfem dasar yang bukan kata majemuk (Kridalaksana, 2008:77). Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2005:138). Berdasarkan distribusi unsur penyusunnya, frasa dibagi menjadi dua, yakni frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik pun masih bisa dibagi menjadi dua, yaitu frasa endosentrik atributif dan frasa endosentris koordinatif. Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsurnya tidak mungkin digabungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Sedangkan frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara. Maka, unsurnya dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Ramlan, 2005: ). Menurut Parera, frasa endosentris adalah sebuah frasa apabila satuan konstruksi frasa itu berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. Dalam konstruksi frasa endosentris ada unsur yang berlaku sebagai pusat dan atribut. Sebuah frasa dapat terdiri dari dua unsur pusat dan beberapa unsur atribut. Unsur pusat ialah unsur yang menjadi pedoman satuan

12 12 konstruksi frasa berdistribusi dan berfungsi (Parera, 2009: 55 56). Dalam Parera (2009: 56 59), frase endosentris atributif memiliki beberapa tipe, antara lain: (1) Atribut mendahului pusat, contoh: big tree, very good, tidak datang, sepatah kata, dsb. (2) Pusat mendahului atribut, contoh: number three, walk quickly, baik sekali, tinggi hati, dll. (3) Atribut terpisah atau terbagi, contoh: a better plan than yours, sebuah mangga yang masak, dsb. (4) Atribut dengan pusat terpisah, contoh: did not go, can never go, dll. (5) Konstruksi atribut manasuka, contoh: almarhum Dr. Sutomo, Dr. Sutomo almarhum, lain orang, orang lain, sekalian pendengar, pendengar sekalian, dsb. Sementara itu, secara umum konstruksi frasa endosentri koordinatif adalah sebagai berikut: (1) Konstruksi aditif/penambahan: dalam konstruksi ini kedudukan anggota pembentuk sama, yang satu tidak bergantung kepada yang lain, contoh: putih lagi bersih; berilmu lagi beriman; dsb. (2) Konstruksi penggabungan, contoh: man and woman; pemuda dan pemudi; membaca dan menulis; dll. (3) Konstruksi pemisah (disjunktif) atau pilihan (alternatif), contoh: red or green; kaya atau miskin; dua tiga orang; dsb. (4) Konstruksi perwalian/aposisi, contoh: Professor James; Presiden Mahmud; Yogya, ibukota daerah istimewa; dll.

13 13 Untuk mendapatkan unsur-unsur pembentuk nama produk perawatan badan, digunakan teknik bagi unsur bawahan langsung atau immediate constituens (ICs). ICs (dalam Parera, 2009: 69 72) adalah teknik analisis bahasa secara struktural untuk menemukan satuan-satuan bahasa yang secara beruntun/bertahap membentuk konstruksi bahasa yang lebih tinggi. Menurut beberapa tokoh, diagram ICs dapat digambarkan dalam bentuk, antara lain: (1) Grafik kurung. Grafik kurung diusulkan oleh Rulon Wells. (2) Grafik kotak. Grafik kotak diusulkan oleh Charles F. Hockett. (3) Diagram bercabang. Diagram ini dipakai oleh E. Nida. (4) Diagram Pohon. Diagram ini dipergunakan oleh Noam Chomsky. Kode bahasa adalah istilah netral yang dapat mengacu kepada bahasa, dialek, sosiolek, atu ragam bahasa (Sumarsono, 2004:201). Variasi bahasa yang digunakan sebagai alat identifikasi merupakan sebuah kode bahasa. Pemilihan kode bahasa tertentu pada penamaan produk kosmetik disebabkan oleh alasan tertentu. Penggunaan kode bahasa tertentu tersebut, misalnya bahasa asing, didasari oleh alasan tertentu pula. Salah satu alasannya adalah mengikuti bahasa negara-negara fashion di dunia. Selain bahasa asing, bahasa Indonesia tentu menjadi bahasa resmi di Indonesia. Tidak hanya bahasa asing dan bahasa Indonesia, bahasa daerah juga digunakan dalam penamaan ini. Bahasa daerah digunakan untuk menunjukkan spesifikasi tertentu. Dengan menggunakan bahasa daerah, sifat tradiosional akan menonjol pada sebuah produk.

14 Metode Penelitian Kridalaksana (2008:153) mendeskripsikan metode sebagai cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian data (Sudaryanto, 1993:5). Dalam penelitian ini, terlebih dahulu data nama-nama produk perawatan badan yang diambil dari berbagai sumber (katalog cetak dan online) dikumpulkan. Data yang diambil hanyalah produk perawatan badan yang berasal dari sepuluh merek asli Indonesia terpopuler. Sepuluh merek tersebut berasal dari beberapa perusahaan kosmetik yang sama. Hal ini terjadi karena beberapa perusahaan membawahi lebih dari satu merek dagang. Perusahaan-perusahaan kosmetik tersebut, antara lain: PT Martina Berto Tbk yang menaungi merek Belia, Sariayu, Cempaka Bali, dan Dewi Sri Spa; PT Victoria Care Indonesia yang membawahi merek Herborist; PT Kosmetikatama Super Indah yang membawahi kosmetik merek Inez; PT Mustika Ratu yang menaungi merek kosmetik Mustika Puteri, Mustika Ratu, dan Taman Sari Royal Heritage Spa; serta PT Paragon Technology and Innovation yang membawahi merek Wardah. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini ialah metode simak dengan teknik catat. Setelah data terkumpul, kemudian diseleksi dan dianalisis. Proses analisis menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Pengklasifikasian data dilakukan berdasarakan beberapa hal. Pertama, data berdasarkan bentuk satuan kebahasaannya. Selanjutnya, data yang sama dikelompokkan berdasarkan jenis dan tipe frasa serta pola susunan berdasarkan jumlah unsur penyusun. Data kemudian diklasifikasikan berdasarkan bahasa yang

15 15 digunakan. Setelah itu, data dianalisis setiap bagian unsur-unsur dan struktur pembentuknya. Tahap selanjutnya adalah tahap penyajian data. Hasil yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tertulis. Metode yang digunakan untuk menyajikan data adalah metode formal dan informal. Metode formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah, misalnya rumus, bagan, diagram, dan gambar (Kesuma, 2007:73). Metode ini bertujuan untuk merinci hasil analisis data agar mudah dimengerti. Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:45). Metode ini bertujuan untuk memberi uraian atau penjelasan hasil analisis. Hasil analisis akan dipaparkan ke dalam dua bab. 1.8 Sistematika Penyajian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan bentuk kebahasaan PKPB. Bab III membahas tentang unsur, struktur nama PKPB, kode bahasa yang digunakan, dan motivasi penggunaan bahasa. Terakhir, bab IV berisi simpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Penamaan PKPB dapat dibagi jenis-jenisnya. Masing-masing jenis PKPB tersebut

BAB IV PENUTUP. Penamaan PKPB dapat dibagi jenis-jenisnya. Masing-masing jenis PKPB tersebut BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Penamaan PKPB dapat dibagi jenis-jenisnya. Masing-masing jenis PKPB tersebut mempunyai anggota hiponimi. Jenis-jenis PKPB, antara lain: pembersih badan, pewangi badan, pelembab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana untuk bertukar pendapat, ide, maupun gagasan. Alat yang digunakan dalam komunikasi yaitu bahasa. Bahasa menjadi hal pokok yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penamaan, menurut Kridalaksana (2008:160), merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Proses ini biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini menunjukkan bahwa, masih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam bersosialisasi. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah Oto Plus adalah majalah yang mengupas tentang berbagai bidang otomotif, diantaranya adalah bidang modifikasi, modif balap dan masih banyak lagi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pengguna bahasa itu sendiri. Berdasarkan observasi yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan pendekatan morfologi dan semantik. Sehingga penelitian ini menggunakan payung penelitian morfosemantik. Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. Modul ke: BAHASA INDONESIA UMB Penulisan Kata (Diksi) Fakultas Psikologi Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Definisi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau diksi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semantik merupakan istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya,

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para

BAB II KAJIAN TEORI. variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para BAB II KAJIAN TEORI A. Variasi Bahasa Fungsi bahasa yang utama adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dilakukan oleh manusia yang merupakan mahluk sosial. Manusia sebagai mahkluk sosial yang selalu dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, maupun perasaan. Bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari. Bahasa juga diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (Chaer, 2007: 33). Kridalaksana mengartikan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang 109 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci