BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Thypoid atau yang sering disebut tifus adalah penyakit infeksi sistemik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Thypoid atau yang sering disebut tifus adalah penyakit infeksi sistemik"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thypoid atau yang sering disebut tifus adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella thypi. Dan dapat di tularkan melalui berbagai cara yang dikenal dengan 5F yaitu : Food ( makanan ), Fingers ( jari tangan / kuku ), Fomitus ( Muntah ), Fly ( lalat ), dan Feses. Organisme salmonella thypi ini masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Smeltzer, 2001 ). Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengalami angka kejadian luar biasa ( KLB ) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2006 menempati urutan ke 21 dari 22 ( 4,6% ) penyakit yang tercatat. Meskipun hanya menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. ( Depkes, 2003, google.com, diakses tanggal 12 Maret 2009 ). Hasil rekapitulasi tahunan, penyakit thypoid di Puskesmas Bangetayu selalu pada urutan keempat di bawah Puskesmas Tlogosari Kulon sejak tahun , adapun untuk kejadian thypoid di Puskesmas Bangetayu, 6

2 khususnya di Bangetayu Kulon pada anak Umur 3 19 tahun, yang termasuk urutan kedua dari lima penyakit yang ada di Puskesmas Bangetayu ( Profil Puskesmas Bangetayu, 2008 ). Berdasarkan data diatas, maka peran perawat sangat besar dalam memberi asuhan perwatan kepada anggota keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan, dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dapat dengan mudah menampung permasalahan yamg dihadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan pemecahannya, misalnya mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit thypoid ( tifus ). Sedangkan peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan terkait dengan adanya anggota keluarga yang menderita thypoid, lima tugas keluarga tersebut adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Dari uraian diatas, maka penulis ingin memberikan Asuhan Keperawatan kepada keluarga Tn.S khususnya pada An. B, agar dapat mengenal masalah yang berhubungan dengan penyakit Thypoid. 7

3 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama Thypoid pada keluarga Tn. S khususnya pada An. B di RT. 05 / RW I Bangetayu Kulon, Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui Pengkajian Keluarga Tn. S dengan masalah Thypoid. b. Mengetahui masalah masalah yang ada dilingkungan keluarga Tn. S dengan masalah Thypoid. c. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk penyakit Thypoid. d. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit Thypoid. e. Keluarga mampu memelihara lingkungan atau memodifikasi lingkungan. C. Metode dan Teknik Penulisan Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, prioritas masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan teknik penulisan yang digunakan sebagai berikut: 1. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan penunjang sebagai acuan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan, studi kepustakaan meliputi : 8

4 a. Mata kuliah yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang akan dibahas dalam rangka mendapatkan gambaran yang bersifat teoritis tentang penyakit Thypoid. b. Bahan pustaka yang berhubungan dengan studi kasus penyakit Thypoid. 2. Wawancara Yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga untuk memperoleh data - data, khususnya yang terkait dengan Thypoid dan tugas - tugas kesehatan serta fungsi kesehatan dalam keluarga sesuai dengan masalah yang dihadapi. 3. Observasi Yaitu dengan melakukan observasi, dengan cara mengamati perilaku dan kondisi lain, misalnya lingkungan yang berkaitan dengan faktor yang mungkin menyebabkan Thypoid, atau lingkungan yang mungkin dapat mengakibatkan kambuhnya pada penderita Thypoid. Observasi ini dilakukan secara partisipatif. D. Sistematika Penulisan Karya tulis ini ditulis terdiri dari lima bab yang ditulis secara sistematis dan tiap - tiap bab terdiri dari beberapa sub bab : BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. 9

5 BAB II : Konsep dasar penyakit : yang berisi pengertian, fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, pathways, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan rasional. Konsep keluarga : definisi keluarga, tipe / bentuk keluarga, tugas keluarga, peran kelurga, fungsi keluarga, perawatan kesehatan keluarga, pengkajian fokus, proses keperawatan keluarga, pemerikasaan penunjang. BAB III : Tinjauan kasus yang berisi Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi dan Evaluasi. BAB IV : Pembahasan BAB V : Penutup Daftar Pustaka 10

6 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertian Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 ) Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ). Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 ) B. Fisiologi Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan 11

7 mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Saliva melumaskan makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3 kelenjar utama yaitu : a. Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung air. b. Kelenjar sublingual. c. Kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan berlendir ( Mansjoer, 1999 ). C. Etiologi Tifus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C ( Mansjoer, 1999 ). Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang - kurangnya tiga macam antigen yaitu : a. Antigen O ( Ohne Hauch ) yaitu somatic antigen ( tidak menyebar ), terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida. b. Antigen H ( Hauch / menyebar ) terdapat pada flagella. c. Antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen. 12

8 Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin. D. Patofisiologi Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan dan minuman, sebagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada yang lolos ( hidup ), kemudian kuman masuk kedalam usus ( plag payer ) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan peradangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh limfe akan menuju keorgan RES terutama pada organ hati dan limfe. Diorgan RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk kedalam pembuluh darah sehingga menyebar keorgan lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrient dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah. Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Konstipasi bisa menyebabkan komplikasi intestinal ( perdarahan usus, perfarasi, 13

9 peritonitis ) dan ekstra intestinal ( pneumonia, meningitis ). Endotoksi salmonella typhi membatu terjadiya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun pada typhi di sebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus menyebabkan nyeri ( Mansjoer, 1999 ). E. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas: hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik yang biasa ditemukan ialah : 1. Demam Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur - angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada 14

10 minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 2. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya iemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal. 3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan ). Disamping gejala gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar 15

11 F. Komplikasi Dapat terjadi : 1. Pada usus halus a. Pendarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda tanda ranjatan. b. Perforasi usus Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum c. Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan. 2. Di luar usus Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ), yaitu meningtis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia 16

12 G. Penatalaksanaan Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu: 1. Perawatan Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah - ubah pada waktu - waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih 2. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar ) dapat di berikan dengan aman. 17

13 3. Obat. Obat obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah: a. Kloramfenikol. Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 hari. b. Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah rata - rata 5-6 hari. c. Ko-trimoksazol ( kombinasi dan sulfamitoksasol ). Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam ( 1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg sulfametoksazol ). Dengan kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5-6 hari. d. Ampicillin dan Amoksisilin. Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara mg / kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas 18

14 demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 7-9 hari. e. Sefalosforin generasi ketiga. Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum diketahui dengan pasti. f. Fluorokinolon. Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti. Obat-obat Simtomatik: 1. Antipiretika Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam thypoid, karena tidak dapat berguna. 2. Kortikosteroid pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap ( Tapering off ) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps. 19

15 H. Pathways Makanan terkontaminasi salmonella Mulut HCL ( Lambung ) Hidup Tidak hidup Usus terutama plag peyer Kuman meneluarkan endotoksin Bakteriema primer Difogosit Tidak difogosit Mati Bakteriema sekunder Pembuluh darah usus halus Hipotalamus Hepar Kapiler peradangan menekan Hipotasplenom Procesia Tidak Mal absorbsi termoreguler endotoksin pada kulit hiperemi nutrien Hipertermi merusak hepar Hiperperistaltik cepat lelah Perubahan nutrisi Usus Intoleransi SGOT / SGPT Kurang dari Diare aktifitas Kebutuhan tubuh bedrest reinterkasi usus Intestinal komplikasi ekstraintestinal - perdarahan usus - pneumonia - peritonitis - meningitis 20

16 I. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi 2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus 3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare 4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut J. Intervensi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi: 1a. Dorong tirah baring Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori dan simpanan energi 1b. Anjurkan istirahat sebelum makan Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan 1c. Berikan kebersihan oral Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan 21

17 1d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan 1e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses 1f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi Rasional: Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal sementara memberikan nutrisi penting. 2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal Intervensi: 2a. Pantau suhu klien Rasional: Suhu 38 0 C sampai 41,1 0 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut 2b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan indikasi Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu mendekati normal 2c. Berikan kompres mandi hangat Rasional : Dapat membantu mengurangi demam 2d. Kolaborasi pemberian antipiretik 22

18 Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus 3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal Intervensi: 3a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus yang merupakan pedoman untuk penggantian cairan 3b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi 3c. Kaji tanda vital Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan 3d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring Rasional : Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan cairan usus 23

19 3e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk mempertahankan kehilangan 4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut Tujuan : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas Intervensi: 4a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung Rasional : Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan 4b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan 4c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang menganggu periode istirahat 4d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio) Rasional : Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi 24

20 II. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. ( DepKes, 2003, google. com, diakses tanggal 19 Maret 2009 ) B. Tipe / bentuk keluarga 1. Keluarga inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. 2. Keluarga Besar (Extended Family ), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya. 3. Keluarga bcrantai ( Serial Family ), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti 4. Keluarga duda / janda (Single Family ), adalah keluarga yang terjadi kerena perceraian atau kematian. 5. Keluarga berkomposisi ( Composite Family ), adalah keluarga perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. 6. Keluarga kabitas ( Cahabitation Family ), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga 25

21 C. Tugas Keluarga 1. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai berikut: a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda. d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada. 2. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut adalah, sebagai berikut: a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga. c) Pembagian tugas masing - masing anggotanya sesuai kedudukan masing - masing. d) Sosialisasi antar anggota keluarga. e) Pengaturan jumlah anggota keluarga. f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga. 26

22 D. Peran keluarga 1. Peran formal Keluarga a) Peran parental dan perkawinan Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami - ayah dan istri - Ibu: 1) Peran sebagai provider ( penyedia ). 2) Peran sebagai pengatur rumah tangga. 3) Peran perawatan anak 4) Peran sosialisasi anak. 5) Peran rekreasi. 6) Perart persaudaraan ( kinship ) memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal. 7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan ) 8) Peran seksual b) Peran perkawinan Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak - anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga. 27

23 c) Peran informal 1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat. 2) Inisiator kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan - tujuan kelompok. 3) Pendamai ( compromiser ) : merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian " setengah jalan ". 4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya. 5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban E. Fungsi Keluarga 1. Fungsi biologis a) Untuk meneruskan keturunan. b) Memelihara dan membesarkan anak. c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga. d) Memelihara dan merawat anggota keluarga. 28

24 2. Fungsi Psikologis a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman. b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga. c) Memelihara dan merawat anggota keluarga. d) Memberikan identitas keluarga. 3. Fungsi Sosialisasi a) Membina sosialisasi pada anak. b) Membentuk norma - norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c) Meneruskan nilai - nilai budaya keluarga. 4. Fungsi Ekonomi a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi kebutuhan keluarga. c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya. 5. Fungsi pendidikan a) Menyekolahkan anak hntuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. 29

25 c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya. 6. Fungsi perlindungan Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan - tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 7. Fungsi perasaan Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. 8. Fungsi religius Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah didunia ini. 9. Fungsi rekreatif Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya. 30

26 F. Keperawatan Kesehatan Keluarga 1. Definisi Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui perawatan sebagai saran / penyalur ( Murwani, 2007 ). 2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan. a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masvarakat. b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( Pasien ), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat. 31

27 G. Pengkajian Fokus 1. Biodata Keluarga Fokus pengkajian untuk biodata keluarga berkaitan dengan umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga. Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak anak mereka. 2. Riwayat Keluarga Thypoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella thypi salah satunya adalah pasien dengan carier orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspres salmnella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. 3. Karakteristik Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya Thypoid, yaitu lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk terkena penyakit thypoid. 32

28 4. Fungsi Perawatan Kesehatan Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan perlu dilakukan seperti mengatur diit nya yaitu jangan makan yang keras keras, pedas dan masam. Pada keluarga Tn.S jika sakit selalu periksa ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat H. Proses Keperawatan Keluarga Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah dilaksanakan terhadap keluarga 1. Pengkajian Keluarga Membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam tahap tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. 2. Mengidentifikasi Data Data data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya 33

29 Pengumpulan data pada keluarga dengan Thypoid difokuskan pada komponen komponen yang berkaitan dengan Thypoid. 3. Data Identitas a. Usia Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak anak mereka. b. Jenis Kelamin Pada pria lebih bresiko terkena penyakit thypoid ataupun terpapar dengan kuman salmonella typhi dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak pria dari pada wanita. ( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google.com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). c. Lingkungan Penyakit thypoid merebak didaerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja didaerah yang kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat didaerah yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman 34

30 ke manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini melalui muntahan, urine, dan kotoran dari penderita yang kemudian terbawa oleh lalat, lalat itu megontaminasi makanan, minuman, sayuran maupun buah buahan yang terbuka, sehingga orang yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan kuman salmonella thypi akan beresiko terkena penyakit thypoid. ( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). d. Pekerjaan Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan kotor lebih beresiko terkena penyakit thypoid, misalnya pemulung. e. Pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka tidak mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya fasilitas kesehatan. f. Hubungan (genogram). Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella thypi melalui 2 sumber yaitu adanya anggota leluarga yang saat itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota keluarga dengan carier (orang yang sembuh dari penyakit 35

31 thypoid dan terus mengeksresi salmonella thypi, tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). g. Kebiasaan. Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses terjadinya penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun kebiasaan memelihara kuku yang panjang akan mempermudah masuknya kuman kedalam tubuh. (Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). 1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah thypoid adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, karena pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk dan kurang memperhatikan pola jajan dari anak mereka.dimana dalam pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid. 36

32 2. Riwayat Kesehatan Keluarga Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain lain, karena penyakit thypoid kaitannya adalah dengan lingkungan ( lingkungan yang kotor dan kumuh ) meskipun thypoid adalah penyakit menular, namun penularan penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang yang sembuh dari penyakit thypoid dan masih mengekskresi salmonella thypii dalam kemih selama lebih dari satu tahun. 3. Data Lingkungan a) Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau tidak teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang dibiarkan terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit thypoid, karena penyakit thypoid sering terjadi pada daerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan misalnya saja dilingkungan yang kumuh dan kotor serta banyak lalat. b). Karakteristik Lingkungan dan Komunitas, menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat c). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. 37

33 d). Sistem pendukung Pengelolaan pasien post opname thypoid dikeluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga dan petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis menderita penyakit thypoid. 4. Struktur Keluarga a. Pola Komunikasi Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena dengan komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah kesehatan keluarga secara dini. b. Struktur Pengambilan Keputusan Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut. c. Peran Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. 38

34 d. Nilai atau Norma Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit. 5. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Afektif Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut. 2) Fungsi Sosial Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan cara penanggulangannya. 3) Fungsi Perawatan Keluarga Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid (Friedman, 1998). a) Mengenal Masalah Kesehatan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah thypoid adalah salah satu faktor penyebab karena apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah thypoid, penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi. 39

35 b) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan tentang penyakit, misalnya penyebab, gejala, perawatan, pencegahan, komplikasi, serta diit thypoid. c) Memodifikasi Lingkungan Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan An. B yang tidak sehat yaitu menjalankan diit yang salah dan memelihara kuku yang panjang serta keadaan tempat sampah yang terbuka. 4) Fungsi Reproduksi Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang dapat ditularka kepada anggota keluarga yang lain. 5) Fungsi Ekonomi Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit thypoid tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya, sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh kalangan ekonomi menengah kebawah. 40

36 I. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan SGOT dan SPGT Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan. 2. Pemeriksaan Leukosit Pada demam thypod terdapat Leukopenia dan Limfositosis relatif, tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kehanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada dalam batas normal, malahan kadang-kadang terjadi leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Leukositosis : Peningkatan jumlah Leukosit Leukopenia : Penurunan jumlah Leukosit Nilai normal Leukosit : Dewasa : Total : µl Anak usia 2 tahun : µl Bayi baru lahir : µl 3. Biakan Darah Biakan darah positif memastikan demam thypoid tetapi biakan darah negatif tidak menunjukan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor : a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium 41

37 Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang lain berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang bcrada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah ( dewasa 5-10 ml, anak 2-5 ml ) dan darah tersebut harus segera ditanam dalam media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit Pada demam tifoid biakan darah terhadap Salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu kambuh biakan dapat positif lagi. c. Vaksinasi dimasa Lampau Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga biakan darah mungkin negative. d. Pengobatan dengan obat antimikrobia Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negative 42

38 e. Kepekaan Salmonella typhi terhadap obat antimikrobia Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma menunjukaan bahwa selama Salmonella typhi dan Salmonella. paratyphi A masih 100% sensitive terhadap Kloramfeniol 83,3%-100% sensitive terhadap ampisilin dan 97% - 100% sensitive terhadap kotrimoksasol. 4. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibobodi ( aglutinin ). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi terhadap demam thypid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita thypoid.akibat infeksi Salmonella typhi pasien membuat antibody (aglutinin), yaitu : a. Aglutinin O, yang dibuat Karena rangsang antigen O ( berasal dari tubuh kuman ) b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagella kuman ) c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai kuman ) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam thypoid yang mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasanya tidak terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratifoid A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan darah seperti pasien thypoid. Interpretasi Uji Widal Tidak ada konsensus baku mengenai tingginya titer uji widal yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti untuk demam thypoid. Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam tifoid. Peningkatan titer uji widal selama 2 sampai 3 minggu, memastikan diagnosis demam thypoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau titer antibody H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid pada pasien dengan gambaran klinis yang sama. 43

39 1

BAB II KONSEP DASAR. salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 )

BAB II KONSEP DASAR. salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 ) BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertian Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. B. Tipe / bentuk keluarga (Murwani, 2007)

BAB II KONSEP DASAR. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. B. Tipe / bentuk keluarga (Murwani, 2007) 1 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di

BAB II KONSEP DASAR. keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typus Abdominalis masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang dapat menular pada siapa saja dan menyerang banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEMAM TIFOID 1. Definisi Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan (Sumarmo, 2002).

BAB II TINJAUAN TEORI. infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan (Sumarmo, 2002). BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Thypus abdominalis atau demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Typhoid

Laporan Pendahuluan Typhoid Laporan Pendahuluan Typhoid Di UGD RSU AL-ISLAM H.M.MAWARDI KRIAN-SIDOARJO DISUSUN OLEH : Rani Nurlelasari 1101040 AKADEMI KEBIDANAN MITRA SEHAT SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

BAB II KONSEP DASAR. masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang 8 BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Menurut Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia demam tifoid sering disebut dengan penyakit tifus. Penyakit ini biasa dijumpai di daerah sub tropis terutama di daerah dengan sumber mata air yang tidak

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008 BAB III RESUME KEPERAWATAN Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008 sampai dengan 06 Januari 2008 pada Tn. S (45 tahun), dengan alamat Parang Barong VIII, kelurahan Tlogosari kulon,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid)

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) A. Konsep Penyakit 1. Definisi PengertianDemam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenaisaluran pencernaan dengan gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Demam Thypoid 2.1.1 Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000). Tifus

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000).

BAB II KONSEP DASAR. pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan 6 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Objek Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad merupakan salah satu dari rumah sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam typoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit menular ini terkait erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam

BAB II KONSEP DASAR. infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam BAB II KONSEP DASAR A. DEFINISI Typhoid abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata Pasien Pengkajian dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009 jam 07.30 WIB dengan cara alloanamnesa, autoanamnesa, observasi pasien dan catatan medis

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Febris typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari febris typhoid adalah paratifoid, paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdomenalis,

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Typhoid Abdominalis merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang ditandai dengan gangguan pada sistem pencernaan dan terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir, biaya pelayanan kesehatan dirasakan semakin meningkat sebagai akibat dari berbagai faktor. Dilain pihak biaya yang tersedia untuk kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID OLEH : AHMAD MUFTI S,Kep 1.Definisi Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai dengan gejala awal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Sekolah 1. Definisi Anak Usia Sekolah Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode

Lebih terperinci

BAB III RESUME KASUS

BAB III RESUME KASUS BAB III RESUME KASUS A. Pengkajian 1. Data identitas Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada tanggal 25 januari 2009 sampai dengan06 febuari 2009 pada keluarga Tn. M yang tinggal di kelurahan Tlogosari

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Salmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kuman Salmonella www.mikrobiologi Lab.com) sp. (http//. Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Farmakoekonomi Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan (Orion, 1997). Farmakoekonomi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN DEMAM TYPHOID DI BANGSAL SOFA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN DEMAM TYPHOID DI BANGSAL SOFA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN DEMAM TYPHOID DI BANGSAL SOFA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun Oleh : LUTFI INSAN SAFII J 200 090 048 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior

Lebih terperinci

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK )

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK ) TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keluarga I. Data Umum 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S 2. Usia : 43 tahun 3. Pendidikan : SD 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK ) 5. Alamat : RT. 05 / RW I Bangetayu Kulon,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Data Fokus Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 jam 16.00 WIB pada keluarga Tn.L (60th). Tn.L merupakan kepala keluarga dari Ny. N (51th) dan kedua anaknya

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Typhoid 1. Pengertian Typhoid Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan didapat setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian (30 juni 2010) 1. Data Umum a. Nama KK : Tn. S b. Usia : 51 tahun c. Pendidikan : SD d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 f.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman menyerang paru lewat saluran

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci