PENGENALAN DEPARTEMEN KEMITRAAN
|
|
- Susanti Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bumitama Gunajaya Agro Oil Palm Plantations and Mills PENGENALAN DEPARTEMEN KEMITRAAN Oleh : RAHMAD ANDI TARIGAN ( Partnership Section Head ) Pundu Learning Centre
2 1. PRINSIP DASAR KEMITRAAN 1. Pengertian Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah/besar disertai pembinaan dan pengembangan dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan 2. Koperasi merupakan organisasi yang dibentuk oleh petani di lokasi perusahaan inti. 3. Perusahaan Mitra sebagai Perusahaan Inti mempunyai usaha perkebunan kelapa sawit di sekitar lokasi tempat tinggal petani anggota Koperasi merupakan perusahaan yang sudah berpengalaman dalam bidang perkebunan kelapa sawit. 4. Petani Peserta program kemitraan adalah penduduk desa setempat yang menjadi anggota Koperasi dan memiliki lahan yang dapat ditanami kelapa sawit.
3 5. Dalam Kemitraan ini Koperasi mendapatkan mandat dari anggotanya berdasarkan hasil rapat anggota untuk mengikat perjanjian kerja sama kemitraan dengan perusahaan inti. 6. Perusahaan Inti bertanggungjawab mencari dana kredit untuk pembangunan kebun plasma atau memberi dana talangan untuk pembangunan kebun, memelihara tanaman dan panen TBS, serta membeli semua TBS yang dihasilkan dari kebun plasma 7. Koperasi bertanggungjawab menyediakan lahan dan mengurus segala perijinan lahan yang akan dikelola oleh perusahaan inti. 8. Persentase kepemilikan lahan serta posisi inti dan plasma diputuskan oleh Manajemen 9. Jangka waktu kerjasama selama satu siklus + 25 tahun
4 2. KELENGKAPAN KOPERASI 1. Koperasi telah mempunyai badan hukum dan akte pendirian yang telah disahkan Dirjen koperasi dan telah dimuat dalam Tambahan Berita Neraga Republik Indonesia (TBNRI) 2. Koperasi mempunyai kepengurusan yang masih berlaku berdasarkan AD/ART 3. Memberikan mandat kepada inti untuk mencari Bank pemberi kredit dengan agunan sertifikat tanah anggota koperasi 4. Memiliki lahan untuk dikelola oleh inti 5. Memiliki Legalitas yang masih berlaku sbb : 6. Secara berkala melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT)
5 3. PERSYARATAN PETANI 1. Berdomisili minimal 1 tahun sebagai penduduk desa dan memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk 2. Telah Akil Balik atau 17 tahun ke atas 3. Memiliki tanah dengan dasar tanah adat,lahan garapan minimal 1 tahun,sertipikat ex. Transmigrasi di dalam Ijin Lokasi Perusahaan 4. Menjadi Anggota Koperasi 5. Tidak pernah menjadi anggota koperasi di tempat lain. 6. Tidak memperjual belikan kapling (areal) yang telah dimiliki, bila terbukti ada lahan yang diperjual belikan, maka SHKnya tidak dibayar.
6 7. Bersedia menandatangani surat perjanjian hutang sebagai salah satu syarat akad kredit kepihak bank 8. Memenuhi semua kewajiban sebagai anggota koperasi 9. Ikut menjaga keamanan dan kelangsungan kemajuan kebun inti / plasma
7 4. PERUSAHAAN INTI 1. Memiliki Ijin Lokasi dari pihak Pemda Tk.II 2. Bersedia dan mampu mencarikan dana kredit dari lembaga keuangan untuk pembangunan kebun plasma 3. Mampu melaksanakan pembangunan kebuninti / plasma 4. Mampu membina koperasi secara berkesinambungan 5. Menyampaikan laporan keuangan secara transparan
8 5. PERIJINAN DAN PERJANJIAN KERJA 1. Memiliki Ijin Lokasi yang diperuntukkan sebagai lahan garapan perkebunan Kelapa Sawit yang dikeluarkan oleh Instansi terkait 2. Membuat Nota Kesepahaman (MoU) dan Surat Perjanjian Kerjasama yang diketahui oleh Kepala Desa, Camat, Dinas Koperasi, Dinas Perkebunan dan Bupati 3. Akad Kredit Koperasi dengan Pihak Kreditur (Bank) yang disahkan didalam Akte Perjanjian didepan Notaris yang disepakati oleh Perusahaan (Avalist) dengan Kreditur (Bank) 4. Pihak Perusahaan membantu memfasilitasi untuk pengurusan perijinan Koperasi
9 6. KETENTUAN INVESTASI KEMITRAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 1. Dana pembangunan akan dicarikan oleh Inti. Dana Kredit terdiri dari Pinjaman Pokok (kredit investasi/ki) dan Bunga Masa Pembangunan (interest during contruction/idc), sebelum mendapat pinjaman dari bank, pembangunan kebun plasma dibiayai dari dana talangan inti dengan pemberian bunga. 2. Pada umumnya periode masa investasi adalah 4 tahun dan masa tenggang 2 tahun. 3. Hasil Produksi TBS kebun plasma yang dipanen dan dijual pada periode masa tenggang, digunakan untuk mengurangi Biaya Pemeliharaan Tanaman, Panen, dan Transportasi, bila hasil lebih kecil dari biaya, kekurangan akan ditalangi oleh inti dan menjadi beban plasma.
10 4. Dana Escrow Account adalah cadangan untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga setelah masa tenggang berakhir karena pada masa tenggang posisi cash flow umumnya masih minus, selain itu diperuntukkan sebagai cadangan pada bulan-bulan terjadi kekurangan akibat turunnya produksi, kenaikan biaya pemupukan dan biaya pemeliharaan 5. Pembagian hasil kepada petani umumnya dilakukan secara triwulan setelah berakhirnya Masa Tenggang, atau berdasarkan kesiapan administrasi 6. Pada saat ini secara umum komposisi pembagian hasil penjualan TBS diatur dengan persentase sbb : Biaya Eksploitasi Tanaman (panen, pupuk, pemeliharaan) : 40 % Cicilan ke Bank (Pokok dan Bunga) : 40 % Sisa Hasil Kebun (SHK) : 20 %
11 Komposisi akan berubah apabila terdapat perubahan yang mencolok untuk harga dasar bahan baku, pemeliharaan dan harga TBS atau nilai angsuran kredit 7. Pada bulan-bulan tertentu terjadi kekurangan Produksi dan tidak dicadangkan dana untuk itu, pada umumnya perusahaan memberikan pinjaman untuk menutupi pemeliharaan tanaman dan angsuran kredit dengan nilai sesuai kemampuan perusahaan. Koperasi harus mengakui dana talangan tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh atau dilakukan adalah perubahan persentase/komposisi pembagian Hasil Penjualan TBS. 8. Harga TBS ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan indek K
12 9. Pengelolaan kebun plasma oleh perusahaan inti selama satu siklus atau + 25 tahun - Besarnya nilai kredit ditentukan oleh pihak perbankan dengan mengacu ke Dirjenbun pada saat pengajuan kredit ke bank. - Pada umumnya luas lahan petani ditetapkan 2 ha per kavling dengan jumlah tegakan per ha sesuai rekomendasi teknis (berkisar 128 pokok/ha) pihak Dinas Perkebunan. - Batasan jumlah tegakan minimal yang dapat ditolerir adalah 90% dari populasi yang ditetapkan dalam paket kredit.
13 7. PROSES KEMITRAAN 7.1. Ekspose Ekspose adalah kegiatan untuk memperkenalkan perusahaan kepada Pemerintah dan masyarakat di lokasi kebun yang akan dibuka. Ekspose dapat dilakukan setelah perusahaan memperoleh : 1. Ijin Prinsip / Informasi Lahan 2. Ijin Lokasi 3. Ijin Usaha Perkebunan 4. Ijin Pelepasan Kawasan Hutan Materi Ekspose meliputi Dokumen perijinan, peta, Aksebilitas, Kondisi alam, Potensi areal, Kemitraan dan lain-lain. Peserta Ekspose umumnya adalah Bupati, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Kehutanan, Muspika, Kepala desa dan masyarakat.
14 7.2. Sosialisasi Sosialisasi adalah kegiatan untuk memperkenalkan perusahaan serta mensosialisasilan rencana pembangunan kebun kepada Masyarakat di lokasi kebun yang akan dibuka. Sosialisasi tentang program kemitraan dilakukan untuk memberikan pemahaman yang benar dan jelas tentang teknik budidaya, prospek usaha, hak dan kewajiban, masalah/kendala, aspek legalitas, organisasi dalam Kemitraan, gambaran umum tentang pembangunan kebun, pendanaan proyek, dan Aspek Pertanahan. Peserta Sosialisasi umumnmya adalah Tim Pembina Pembangunan Perkebunan Kabupaten (TP3K), Camat, Kapolsek, Danramil, Kepala desa dan Masyarakat
15 7.3. Pembentukan Koperasi Pembentukan Koperasi Mitra dilakukan apabila di lokasi kemitraan belum ada koperasi, atau sudah ada koperasi tetapi masyarakat menginginkan BGA bermitra dengan koperasi yang baru. Dalam pembentukan koperasi staf kemitraan hanya sebagai fasilitator, susunan pengurus diserahkan kepada masyarakat. Legalitas koperasi yang perlu disiapkan adalah : 1. Akte Pendirian Koperasi 2. AD/ART yang disahkan oleh Menteri koperasi 3. Surat Ijin Tempat Usaha (SIUP) 4. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) 5. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 6. Surat Ijin Domisili 7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 8. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBNRI).
16 7.4. Seleksi Calon Petani / Calon Lahan (CPCL) Seleksi Calon Peserta / Calon Lahan adalah kegiatan untuk menseleksi masyarakat yang akan menjadi anggota koperasi Mitra serta penentuan lokasi kebun plasma. Seleksi Calon Peserta dilaksanakan oleh Pihak koperasi dibantu oleh aparat desa, kecamatan dan Staf PAD/Kemitraan Mandat Dari Anggota Koperasi. Anggota Koperasi memberi mandat kepada Pengurus Koperasi untuk menjalin kemitraan dengan Perusahaan Inti ditetapkan dalam Rapat Anggota baik rapat anggota tahunan (RAT) maupun rapat anggota luar biasa (RALB).
17 7.6. Nota Kesepahaman (MoU) Nota Kesepahaman atau MOU adalah kesepakatan tertulis antara BGA dengan masyarakat dalam kerjasama kemitraan membangun perkebunan kelapa sawit pola inti plasma. MOU merupakan kesepakatan awal sebelum diterbitkannya Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Bila koperasi belum ada, maka MOU dapat dilakukan dengan perwakilan masyarakat. Nota kesepahaman (Mou) ditandatangani oleh pengurus koperasi (Ketua, sekretaris dan bendahara) dan Managemen BGA serta diketahui oleh kepala desa, camat dan Bupati.
18 7.7. Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK). Surat Perjanjian Kerjasama adalah Perjanjian tertulis kegiatan pembangunan kebun plasma antara Koperasi yang diwakili oleh Pengurus (Pihak Pertama) dengan Manajemen Perusahaan (Pihak Kedua) dan diketahui oleh Pemerintah Daerah sebagai Pembina dan Bank sebagai penyalur Kredit Isi perjanjian kerjasama diantaranya : 1. Pemberian kuasa dari anggota kepada pengurus untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan 2. Konsep pembangunan kebun plasma 3. Maksud dan tujuan kerjasama 4. Jangka waktu kerjasama 5. Hak dan Kewajiban plasma dan inti 6. Pola bagi hasil 7. dsb
19 7.8. Akad Kredit dengan Bank Akad Kredit adalah kegiatan penandatanganan perjanjian kredit antara Bank sebagai kreditur dengan Koperasi Plasma sebagai debitur dan Perusahaan Inti sebagai Avalist. Nilai Kredit terdiri dari : Kredit Investasi (KI) merupakan nilai yang dicairkan oleh bank untuk pembangunan kebun. Interest During Construction (IDC) / Bunga dalam masa pengembangan. Bunga yang dibebankan oleh bank selama masa pembangunan kebun. Nilai IDC adalah bunga atas hutang KI dan bunga IDC. dengan dermikian IDC ini adalah bunga berbunga. Akad kredit ditandatangani oleh Pengurus koperasi (Ketua, Sekretaris dan Bendahara), Manajemen PT. BGA dan Pihak Bank.
20 7.9. Pembangunan Kebun Plasma Masa Pembangunan kebun plasma terdiri atas: Masa Investasi Masa investasi umumnya selama empat tahun, (TMB 0, TBM 1, TBM 2 dan TBM 3). Kegiatan dalam masa investasi adalah : 1. Pembibitan. 2. Penentuan Areal Plasma 3. Penanaman kelapa sawit. 4. Pembangunan Prasarana 5. Proses Sertifikasi lahan 6. Pembagian Kapling
21 Masa Tenggang (tahun ke 5 6) Pada masa tenggang (tahun ke 5 6) kebun sudah mulai menghasilkan tetapi hasil belum dibagikan kepada anggota plasma karena produksi masih sedikit dan bank sudah tidak memberi dana. Hasil produksi TBS digunakan untuk Biaya Produksi TBS yang terdiri dari biaya panen, pemeliharaan TM, angkut TBS & Biaya Overhead. Pada masa tenggang ini posisi cash flow umumnya masih minus. Contoh perhitungan sbb : Hasil produksi TBS tenggang : ,- Biaya produksi TBS : ;- Selisih : ( ),-
22 7.10. Masa Cicilan Masa mencicil umumnya selama 7 tahun (tahun ke 6 s/d 12). Pada masa ini tanaman kelapa sawit sudah menghasilkan (TM). Hasil produksi TBS akan dialokasikan untuk. : Hasil penjualan TBS : ,- Harga pokok produksi TBS = 40 % : ,- Angsuran KI, IDC, bunga dan escrow = 40 % : ,- Sisa Hasil Kebun (SHK) = 20 % : ,-
23 7.11. Masa Pelunasan Masa kredit lunas umumnya dimulai tahun ke 13 sampai tahun ke 25 (akhir kerjasama). Pada masa ini hasil produksi dialokasikan untuk : Hasil Produksi : ,- Harga Pokok Produksi (HPP) 40 % : ,- Sisa Hasil Kebun (SHK) 60% : , MASA REPLANTING / PERJANJIAN KERJASAMA BARU : - Perhitungan biaya replanting kebun kemitraan - Pembiayaan kredit replanting kebun kemitraan
24 8. MANFAAT PROYEK PEMBANGUNAN KEBUN 8.1. TUJUAN UMUM PROYEK : - Membuka lapangan kerja - Menghasilkan devisa negara - Ikut menjaga kelestarian potensi lingkungan - Memanfaatkan areal secara lebih efektif 8.2. TUJUAN PENGEMBANGAN KEBUN KEMITRAAN : - Pemberdayaan koperasi melalui peningkatan pendapatan - Mempercepat redistribusi aset kepada masyarakat - Membangun kerjasama usaha yang berkesinambungan - Menimbulkan efek ganda terhadap sektor lainnya.
25 8.3. MANFAAT BAGI PEMERINTAH PUSAT & PEMDA : - Pengembangan wilayah desa lokal & eks transmigrasi - Pemanfaatan lahan tidak produktif - Membantu program pengentasan kemiskinan - Pemenuhan kebutuhan bahan pokok untuk konsumsi - Membuka peluang usaha & memperkokoh persatuan - Meningkatkan pajak & pendapatan asli daerah (PAD)
26 9. POTENSI KENDALA PROYEK DALAM KEMITRAAN 9.1. MASA PERSIAPAN 1. Asal Peserta (Lokal dan pendatang) 2. Areal Plasma (Perebutan batas wilayah antar desa dan antar kecamatan) 3. Pembebasan Lahan (masyarakat meminta ganti rugi untuk areal plasma) 4. Distribusi Lahan ( penetapan lokasi kebun, masyarakat tidak setuju dengan lokasi areal plasma) 5. Administrasi (Data peserta plasma serta legalitas koperasi tidak lengkap) 6. Adanya surat keterangan tanah fiktip. 7. Banyak tanaman jebakan
27 9.2. PEMBANGUNAN KEBUN 1. Manajemen Tenaga Kerja ( Seluruh pekerjaan harus dikoordinasikan dulu dengan koperasi) 2. Penanaman dan pemeliharaan (kekurangan tenaga terampil, kualitas kebun yang tidak sama) 3. Permintaan dana talangan untuk koperasi
28 9.3. PANEN 1. Konversi (terlambat panen, kualitas kebun yang tidak merata) 2. Pemanenan (Kesesuaian jadwal panen dengan kebutuhan petani dan kemampuan pabrik). 3. Penimbangan Produksi (perbedaan timbangan antara kebun dan pabrik) 4. Sortasi Produksi (persentase grading yang cukup tinggi) 5. Penentuan rendemen dan harga (indeks K terlalu rendah) 6. Pembayaran (ketepatan dan kecepatan pembayaran) 7. Kredit dan Angsuran (besar kredit, kebijakan bunga, besar angsuran).
29 Bumitama Gunajaya Agro Oil Palm Plantations and Mills LAMPIRAN Pundu Learning Centre
30 Lampiran 1. ESTIMASI BIAYA INVESTASI KEBUN PER HEKTAR Sesuai SK Dirjenbun nomor 135/Kpts/RC.110/10/08 (rupiah, dalam 000) No Kegiatan 1 P0 Pembukaan Lahan dan penanaman - Tenaga Kerja - Infrastruktur - Bahan dan alat - Manajemen fee 5% - sertifikasi lahan 3 P1 Pemeliharaan tahun 1 - Tenaga Kerja - Bahan dan Alat - Manajemen fee 5% 4 P1 Pemeliharaan tahun 2 - Tenaga Kerja - Bahan dan Alat - Manajemen fee 5% 5 P1 Pemeliharaan tahun 3 - Tenaga Kerja - Bahan dan Alat - Manajemen fee 5% Wilayah Wil I Wil II Wil III Wil IV Wil V Wil VI Total
31 Keterangan : Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV Wilayah V Wilayah VI : Jabar, Jateng DIY, Jatim, Banten, Bali : Sumsel, Jambi, Bengkulu, lampung, Sumbar, Bangka, Belitung : NAD, Sumatera Utarat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau : Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur : Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur : Maluku, Maluku Utara
32 Lampiran 2 INVESTASI TANAMAN BELUM MENGHASILKAN Tanaman Baru (TB) Pembukaan lahan XXX Pembuatan Prasarana XXX Tanam Kelapa Sawit & Kacangan XXX (+) Total Tanaman Baru XXX (A)
33 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pembuatan Piringan/Pasar/TPH XXX Pengendalian Gulma XXX Pemeliharaan Pokok XXX Pemeliharaan Prasarana XXX Pengawetan Tanah XXX Pengendalian Hama dan Penyakit XXX Pemupukan Kelapa Sawit XXX Administasi & Umum /Lain-lain XXX Total TBM XXX(+) (B) Total Biaya TBM XXX (C=A+B) Alokasi IDC XXX(+) (D) Total Biaya Investasi TBM XXX (E=C+D) Memasuki tahun ke 5 (lima) Nilai Investasi TBM akan dipindahkan menjadi Tanaman Menghasilkan (TM)
34 Lampiran 3 BIAYA EKSPLOITASI TANAMAN MENGHASILKAN Biaya Panen dan Pengumpulan - Upah Pemanen XXX - Pengangkutan Panen XXX - Sarana Panen XXX - Pengawasan dan transport Karyawan XXX(+) Total Biaya Panen XXX (A)
35 Biaya Pemeliharaan - Pengendalian Gulma XXX - Pemeliharaan pokok XXX - Pemeliharaan Prasarana XXX - Konservasi Tanah XXX - Pengendalian Hama dan Penyakit XXX - Biaya Pemliharaan lainnya XXX(+) Total Biaya Pemeliharaan XXX (B)
36 Biaya Pemupukan - Pemupukan Anorganik XXX - Pemupukan Organik XXX - Mill Effluent XXX - Sample Daun XXX - Angkut Pupuk Intern XXX - Angkut Pupuk Ekstern XXX(+) Total Biaya Pemupukan XXX (C) Biaya Administrasi dan Umum XXX(+) Total Biaya Tanaman Menghasilkan (E=A+B+C+D) (D) XXX
37 Lampiran 4 CASH FLOW PLASMA Hasil TBS XXX (A) Biaya Panen XXX Biaya Pemeliharaan XXX Biaya Pemupukan XXX Biaya Administrasi dan Umum XXX Biaya Bunga Bank XXX Biaya SHK XXX (+) Total Biaya XXX (-) (B) Surplus / Minus XXX (C=A-B)
38 PERHITUNGAN DANA TALANGAN Investasi Investasi TBM Investasi TM Investasi lain-lain Piutang plasma Total Investasi dan piutang XXX XXX XXX XXX(+) XXX (A) Sumber Dana Hutang KI XXX Hutang IDC XXX Surplus / Minus TBS XXX (+) Total Sumber Dana XXX(-) (B) Dana Talangan XXX (C=A-B)
39 Catatan : Jika A-B bernilai (+) berarti investasi lebih besar dari sumber dana, nilai selisih merupakan dana talangan inti Jika A-B bernilai (-) berarti investasi lebih kecil dari sumber dana, nilai selisih merupakan escrow account
40 Lampiran 5 FORMULA HARGA TBS Sesuai SK Gubernur / Bupati (tiap bulan) Per umur tanaman (3 th s/d 20 th) HTBS = K { (Hms X Rms) + (His X Ris) } HTBS = Harga TBS yang diterima oleh pekebun di tingkat pabrik dinyatakan dalam Rp/Kg K = Indeks proporsi yang menunjukkan bagian yang diterima oleh pekebun, dinyatakan dalam persentase (%)
41 Hms = Harga rata-rata minyak sawit kasar (CPO) tertimbang realisasi penjualan eksport (FOB) dan local masingmasing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan dalam Rp/Kg Rms = Rendamen minyak kasar (CPO), dinyatakan dalam persentase (%) His = Harga rata-rata inti sawit (PK) tertimbang realisasi penjualan eksport (FOB) dan lokal masing-masing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan Ris dalam Rp/Kg = Rendamen inti sawit (PK) dinyatakan dalam persentase (%) Contoh Harga TBS bulan Januari 2010 tahun tanam 2005 untuk Kalteng = 79,17 % x {( x 18,12%)+(2.848,04 x 4.10%)} = Rp 958,59,-/kg
42
Presented by Riadi Didik Tjahjanto
Presented by Riadi Didik Tjahjanto KONSEP DASAR KEMITRAAN TRANSPARASI Mengurangi permasalahan sosial Optimalisasi kapasitas pabrik inti Mengurangi gangguan produksi inti Menjaga citra kebun inti Tanggung
Lebih terperinciI. U M U M. TATA CARA PANEN.
LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.
No.79, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciLingkup hunbungan kemitraan meliputi :
Lingkup hunbungan kemitraan meliputi : 1. Penyediaan Lahan Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis, TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara Sosial.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PETANIAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.217, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Penetapan Harga. Pembelian. Kelapa Sawit. Perkebunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013
Lebih terperinciVI. REKOMENDASI KEBIJAKAN
158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang
Lebih terperinciMungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji
Tabel 13 Perbandingan Karakteristik Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma Contoh di Sumatera Selatan Tahun 2002 No Karakteristik Betung Barat 1 Nama lain IV Betung Talang Sawit Sungai Lengi II B Sule PT Aek
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciAdapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi :
Adapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi : 1. Penyediaan Lahan Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis, TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
6 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penetapan Harga TBS Produk minyak sawit yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia mengalami
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/12/PBI/ 2004 TENTANG KREDIT INVESTASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI (PIR-TRANS) PRA KONVERSI GUBERNUR
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Disampaikan pada Acara Monev Gerakan Nasioanal Penyelamatan SDA sektor Kehutanan dan Perkebunan Tanggal 10 Juni 2015 di Gorontalo DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN JENIS
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017
PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Samarinda, 1 Maret 2017 1 LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR
0 KATA PENGANTAR Kondisi usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat dan usaha pembibitan sapi belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha, maka diperlukan peran pemerintah untuk
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN JENIS IZIN USAHA PERKEBUNAN Izin usaha perkebunan budidaya (IUP-B) diberikan kepada pelaku usaha dengan luasan 25 hektar atau lebih; Izin usaha perkebunan pengolahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.
13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari pembangunan ekonomi nasional pada hakekatnya merupakan suatu pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, pinjaman penerusan yang dananya berasal
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : Mengingat: a. bahwa keanekaragaman
Lebih terperinciSURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciGambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit telah menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara non migas, penciptaan lapangan kerja dan pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan informasi
Lebih terperinciDEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si
KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si Dalam Acara : Rapat Koordinasi Terbatas Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Hotel Royal Kuningan, Jl. Kuningan
Lebih terperinciTANYA-JAWAB SEPUTAR KUR
TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa keanekaragaman
Lebih terperinciKegiatan TFPPED tahun 2008 akan dilaksanakan dalam bentuk : 1. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara stakeholders guna mensinergikan dan
Boks 1. Peningkatan Peran Bank Indonesia Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengembangan UMKM dan Pemetaan Sektor Ekonomi dan Pemberdayaan Sektor Riil. Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara atau biasa disebut sebagai PTPN merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola perkebunan yang ada
Lebih terperinciPEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Oleh: DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN Pada Acara : RAPAT KOORDINASI TERBATAS Jakarta, 16 Mei 2017 ISI 1 PEMBUBARAN
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciPEMOHON MENGAJUKAN PERMOHONAN TERTULIS DITUJUKAN KEPADA KADISBUNSU
PEMOHON MENGAJUKAN TERTULIS DITUJUKAN KEPADA KADISBUNSU 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 3. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 4. Izin Lokasi dari Bupati beserta peta dalam bentuk print out & digital skala
Lebih terperinciDAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA
233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018
RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN.60/Kpts/RC.0//08 TENTANG SATUAN BIAYA MAKSIMUM PEMBANGUNAN KEBUN PESERTA PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DI LAHAN KERING TAHUN 008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH
Lebih terperinciGUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, Menimbang : a. bahwa tanah yang difungsikan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciKEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016
KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciKONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN PROGRAM PKP2TRANS
KONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN 2015 2019 PROGRAM PKP2TRANS Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi SASARAN PEMBANGUNAN SESUAI RPJMN 2015-2019
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI
RANCANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinci2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN
Lebih terperinci- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan
Lebih terperinciM. Fadhil Hasan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
M. Fadhil Hasan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mayoritas diusahakan oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil dan terpencar. Produktifitas rendah. Harga berfluktuasi mengikuti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak
Lebih terperinciBoks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT
Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG
Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Wb.
Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1292, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Dekonsentrasi. Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciKREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI
KREDIT USAHA RAKYAT Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Jakarta, 6 Februari 2017 I. Evaluasi Pelaksanaan KUR 2016 A. KINERJA PENYALURAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak
Lebih terperinci-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N
No.1764, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Dekonsentrasi. TA 2017. Dana. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinciPeremajaan Perkebunan Rakyat dan Kemitraan Petani
Peremajaan Perkebunan Rakyat dan Kemitraan Petani PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk This presentation has been prepared specifically for Bank Mandiri. The content of this presentation may not be used,duplicated
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR LAMPIRAN.. i iii iv v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Identifikasi Masalah. 8 1.3. Rumusan Masalah.. 9 1.4. Tujuan Penelitian.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 70 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini banyak sekali guncangan ekonomi, khususnya pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan ekonomi
Lebih terperinciPeluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah
Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah April 2015 Supported by: Dalam Konteks Indonesia dan Kalimantan Tengah Indonesia memiliki 10% dari
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinci2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.236, 2015 KEMENKOP-UKM. Pedoman. Kegiatan. Anggaran Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR/PER/M.KUKM/II/2015
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG
SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG
MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinci