Kegiatan TFPPED tahun 2008 akan dilaksanakan dalam bentuk : 1. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara stakeholders guna mensinergikan dan
|
|
- Irwan Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Boks 1. Peningkatan Peran Bank Indonesia Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengembangan UMKM dan Pemetaan Sektor Ekonomi dan Pemberdayaan Sektor Riil. Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi daerah serta memperkuat struktur ekonomi nasional bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, juga untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan efektivitas transmisi kebijakan moneter, Bank Indonesia Jambi kembali melakukan dan meningkatkan peran sebagai katalisator dalam memfasilitasi dan mengoptimalkan koordinasi antar instansi terkait di daerah melalui pembentukan TFPPED tahun 2008, yang beranggotakan stakeholders ataupun pihak/instansi terkait. Kegiatan TFPPED tahun 2008 merupakan tindaklanjut dari kegiatan TFPPED tahun sebelumnya (2007), yaitu sebagai sarana fasilitasi BI dalam berperan aktif mengakselerasi pemberdayaan ekonomi daerah dan laju pertumbuhan ekonomi daerah melalui optimalisasi hasil-hasil kajian, program-program dan/atau kesepakatan-kesepakatan di sektor riil yang masih terkendala namun berpotensi diimplementasikan, serta melalui pemikiran-pemikiran berupa solusi konkrit terhadap berbagai permasalahan yang menghambat percepatan pertumbuhan sektor riil khususnya pada sub-sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Kegiatan TFPPED tahun 2008 masih berfokus pada tujuan untuk akselerasi pemberdayaan ekonomi daerah melalui realisasi pembiayaan perbankan dengan Kredit Pengembangan Energi Nabati-Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan kredit komersial lainnya dalam rangka perluasan areal kebun dan peremajaan tanaman komoditi sub-sektor perkebunan tersebut. Target output atau keluaran utama dari TFPPED tahun 2008 ini adalah : 1. Meningkatnya koordinasi dan kerjasama antar instansi dalam rangka percepatan pemberdayaan ekonomi daerah, khususnya pada subsektor perkebunan. 2. Realisasi percepatan sertifikasi lahan perkebunan rakyat. 3. Rekomendasi pola kemitraan pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pola manajemen pengelolaan kebun yang mudah diterapkan dan saling menguntungkan perusahaan dan petani. 4. Penyaluran kredit perbankan dalam rangka perluasan areal perkebunan dan peremajaan tanaman perkebunan. 5. Memfasilitasi rendahnya daya tawar petani dalam memasarkan hasil produksi kebunnya (komoditi karet atau lainnya) melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar (pengembangan dari pilot project di Kabupaten Batang Hari tahun 2007) ataupun dengan bentuk yang lain.
2 Kegiatan TFPPED tahun 2008 akan dilaksanakan dalam bentuk : 1. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara stakeholders guna mensinergikan dan mengoptimalkan peran masing-masing pihak yang terkait. 2. Merumuskan langkah-langkah konkrit terhadap solusi bagi permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam percepatan implementasi pengembangan sub-sektor perkebunan di Provinsi Jambi, khususnya karet dan kelapa sawit 3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi langkah-langkah konkrit dalam upaya percepatan implementasi pengembangan sub-sektor perkebunan komoditi kelapa sawit dan karet. Sementara sampai dengan Triwulan I/2008, terdapat beberapa perkembangan dari hasil TFPPED Tahun 2007, diantaranya yaitu : Dari jumlah petani yang telah ditetapkan melalui SK Bupati pada tahun 2007, jumlah kredit yang baru direalisasikan untuk skim kredit (KPEN-RP non kemitraan) adalah sebesar Rp 3,9 Miliar untuk 112 KK petani dengan areal seluas 211 hektar di Kabupaten Merangin. Sementara di Kabupaten Sarolangun terdapat permohonan yang sedang diproses untuk akad kredit dengan jumlah petani 64 KK dan areal seluas 103 hektar dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp 2,045 Miliar. Perkembangan penyaluran kredit perbankan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dan karet di Provinsi Jambi sampai dengan 31 Maret 2008 sebagai berikut : Penandatanganan MoU dan SPK kredit perkebunan tanggal 18 Juni 2007: 2 (dua) SPK : Rp ,00 16 (enam belas) MoU : RP ,00 Total : Rp ,00 Telah mengalami perkembangan menjadi: 10 (sepuluh) SPK : Rp ,00 8 (delapan) MoU : Rp ,00 Total : Rp ,00 Kredit sub-sektor perkebunan terbaru: Komoditi Kelapa Sawit : Rp Komoditi Karet : Rp Total : Rp Perkembangan total kredit sub-sektor perkebunan: Penadatanganan SPK & Mou 18 Juni 2007 : Rp Kredit sub-sektor perkebunan terbaru : Rp Total : Rp
3 Sehingga total perkembangan kredit sampai dengan 31 Maret 2008, bila dikategorikan berdasarkan jenis kredit dan komoditi perkebunan adalah: Total perkembangan kredit berdasarkan Jenis Kredit: KPEN-RP : Rp Komersil : Rp Total : Rp Total perkembangan kredit berdasarkan Komoditi Perkebunan: Kelapa Sawit : Rp Karet : Rp Total : Rp Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh TFPPED 1. Rapat Pembahasan Rencana Kerja Calon Konsultan TFPPED Tahun 2008 Pertemuan ini dilaksanakan untuk mengetahui program kerja yang direncanakan oleh calon konsultan TFPPED Tahun Rapat pembahasan rancangan SK Gubernur Jambi tentang pembentukan TFPPED Tahun 2008 Rapat ini pada intinya bertujuan untuk membahas susunan kepengurusan dan anggota TFPPED tahun Adapun susunan pengurus dan anggota yang disepakati sebagian besar sama dengan TFPPED tahun 2007, namun terdapat sedikit perubahan, yaitu: Penambahan Kepala Kanwil BPN Provinsi Jambi sebagai Ketua III TFPPED Prov. Jambi tahun Penambahan Kepala Bidang Hak Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah Kanwil BPN Prov. Jambi, Kepala Bagian Pertaninan dan Kehutanan Biro Ekbang Setda Prov. Jambi, dan Pemimpin Cabang BRI se-provinsi Jambi selain BRI cabang Sungai Penuh sebagai Anggota TFPPED Prov. Jambi tahun Tidak mengikutsertakan kembali Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi. 3. Workshop : Evaluasi Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan di Provinsi Jambi Tahun 2007 Workshop ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2008 di Ruang Mayang Mangurai Kantor Bappeda Provinsi Jambi. Hasil evaluasi yang diperoleh antara lain: - Realisasi pencairan kredit KPEN-RP untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dan karet di Provinsi Jambi pada tahun 2007 masih sangat rendah. - Rendahnya realisasi KPEN-RP khusus untuk perkebunan karet disebabkan sebagian besar lahan yang diajukan belum bersertifikasi atau belum mendapatkan surat keterangan (covernote) dari BPN. - Petani belum mampu mencari dana talangan untuk biaya sertifikasi, sedangkan dari instansi terkait belum dianggarkan biaya sertifikasi lahan
4 petani, baik berupa bantuan atau pinjaman pendahuluan menjelang pencairan kredit. - Terkait proses kemitraan antara petani dan perusahaan mitra, masih terdapat perbedaan persepsi antara petani dan perusahaan mitra dalam penerapan pola pengembangan dan pengelolaan kebun satu tangan (single management). - Belum terdapat pedoman teknis dalam pelaksanaan pola kemitraan yang dikeluarkan pemerintah. - Proses pengajuan KPEN-RP yang dirasa cukup rumit dan perbedaan bunga antara skim KPEN-RP dengan kredit komersial yang dinilai sangat kecil membuat perusahaan cenderung menggunakan kredit komersial. Adapun langkah direkomendasikan dari workshop tersebut adalah: - Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih menyeluruh dan menyebar kepada petani dan kelompok tani/koperasi di setiap kabupaten agar petani sebagai calon peserta benar-benar memahami tentang pembiayaan perbankan, prosedur dan persyaratan kredit. - Perlu dilakukan suatu kajian mengenai pola kemitraan maupun model manajemen kebun baik dari aspek sosial, teknis, maupun ekonomi. 4. Pertemuan Koordinasi : Percepatan Realisasi Program Revitalisasi Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2008 Kesimpulan yang diperoleh dari pertemuan ini yaitu : - Dinas Perkebunan Provinsi Jambi mentargetkan perluasan dan peremajaan perkebunan karet di Provinsi Jambi dengan memanfaatkan kredit program KPEN-RP untuk tahun 2008 seluas hektar. Dalam hal ini setiap kabupaten diberikan waktu 1 (satu) bulan untuk menetapkan target perluasan dan peremajaan perkebunan karet di masing-masing kabupaten yang akan dibiayai dengan kredit program KPEN-RP tahun 2008, yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing kabupaten. - Dinas Perkebunan Provinsi Jambi telah menganggarkan dana sebesar Rp per hektar atau total dana sebesar Rp ,- untuk areal hektar dalam rangka memfasilitasi kegiatan verifikasi ulang Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL) untuk petani/lahan peserta kredit program KPEN- RP yang telah memenuhi persyaratan proses setifikasi lahan dan administrasi bank untuk akad kredit, yang pelaksanaannya akan dilakukan bersama oleh Tim Kabupaten. - Cover Note telah disepakati untuk ditiadakan, karena istilah tersebut tidak ada dalam tatanan hukum agraria. Selanjutnya Cover Note diganti dengan nama Surat Keterangan, dimana isi pokok surat tersebut berbunyi,...sampai dengan dikeluarkannya surat keterangan ini, bidang tanah yang tersebut dalam surat ini bebas dari silang sengketa dan permasalahan
5 kepemilikan lainnya dan sedang dalam proses pembuatan sertifikat di BPN Pemerintah Kabupaten Bungo bersedia untuk membiayai pembuatan sertifikat lahan petani peserta Revitalisasi Perkebunan, dimana sesuai dengan kesepakatan antara Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bungo dengan Pemerintah Kabupaten Bungo, yang diwakili Kabid Perkebunan Dinas Hutbun Bungo, Pemerintah Kabupaten Bungo akan mengajukan rancangan anggaran biaya pembuatan sertifikat lahan petani peserta Revitalisasi Perkebunan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah-Perubahan (APBD-P) Tahun 2008 sebesar Rp 2 Juta per bidang (termasuk BPHTB dan pajak lain yang mungkin timbul). Sedangkan untuk kabupaten lainnya (Muara Jambi, Batang Hari, Merangin, Sarolangun, Tebo, Tanjab Barat, dan Tanjab Timur) belum ada kesepakatan ataupun ketetapan mengenai langkah Pemerintah Kabupaten dan BPN/Kantor Pertanahan Kabupaten setempat dalam hal pembiayaan pembuatan sertifikat lahan petani. Untuk itu selanjutnya kabupatenkabupaten tersebut akan segera menetapkan angka estimasi biaya sertifikat yang akan dibahas oleh Pemerintah Kabupaten dengan Kantor Pertanahan Kabupaten yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002, dimana satuan biaya pembuatan sertifikat lahan akan bervariasi untuk setiap daerah sesuai dengan situasi dan kondisi lahan tersebut. - Biaya pembuatan sertifikat yang dianggarkan dalam plafond kredit KPEN-RP sebesar Rp ,- belum dapat diberlakukan sebelum ditetapkannya estimasi satuan biaya oleh masing-masing kabupaten. Estimasi satuan biaya pembuatan sertifikat tersebut akan bervariasi sesuai dengan situasi/kondisi lahan, Nilai Perolehan Tanah (NPT), Upah Mnimum Regional (UMR), dan kewajiban membayar biaya pemasukan kepada negara dan daerah di masingmasing kabupaten, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah yang berlaku. Namun demikian, BPN/Kantor Pertanahan memberikan penawaran solusi, dimana BPN/Kantor Pertanahan akan segera menetapkan estimasi satuan biaya proses sertifikasi lahan, dengan catatan seandainya terjadi perbedaan antara biaya estimasi dengan biaya dalam plafond kredit, dimana ternyata setelah proses sertifikasi lahan berlangsung diperoleh biaya estimasi lebih rendah dari biaya plafond kredit, maka BPN/Kantor Pertanahan akan mengembalikan kelebihan anggaran biaya tersebut. Sebaliknya apabila ternyata biaya proses sertifikasi lahan lebih tinggi dari biaya plafond kredit, maka pemerintah harus mengupayakan biaya tambahan untuk selisih estimasi biaya tersebut. - Ada 2 (dua) opsi yang coba ditawarkan oleh Asiten II Provinsi Jambi berdasarkan usulan peserta pertemuan sebagai solusi dalam penetapan angka estimasi biaya pembuatan sertifikat lahan petani peserta Revitalisasi Perkebunan pada masing-masing kabupaten. Pertama, BPN akan melakukan
6 perhitungan estimasi biaya sertifikasi lahan secara vertikal dalam internal BPN. Kedua, yaitu dengan melakukan koordinasi antara BPN/Kantor Pertanahan Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, Disbun Kabupaten, dan BRI setempat (Tim Kabupaten). - Selanjutnya, besaran hasil estimasi biaya sertifikat lahan petani peserta Revitalisasi Perkebunan yang telah diperoleh baik berdasarkan perhitungan dari internal BPN/Kantor Pertanahan maupun berdasarkan koordinasi masingmasing Tim Kabupaten akan disampaikan kepada Kanwil BPN Provinsi Jambi dan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi paling lambat 1 (satu) bulan setelah pertemuan ini berlangsung. 5. Penandatanganan Surat Keputusan Gubernur Jambi tentang Pembentukan TFPPED Provinsi Jambi Tahun 2008 Pembentukan TFPPED Provinsi Jambi tahun 2008 telah disahkan melalui Surat Keputusan Gubernur Jambi Nomor 120/Kep.Gub/B.EKBANG/2008 tanggal 16 April 2008, yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember Anggaran yang telah digunakan sampai dengan tanggal 21 April 2008 adalah sebesar Rp ,- dari total anggaran yang direncanakan sebesar Rp ,- (6,41%). Isu Strategis Ada beberapa isu strategis yang merupakan peluang dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dan karet di Provinsi Jambi yang saat ini dipandang perlu untuk terus diperhatikan agar output yang diharapkan dari TFPPED dapat direalisasikan secara optimal, yaitu : 1. Melaksanakan workshop: Evaluasi Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan Provinsi Jambi tahun Dinas Perkebunan Provinsi Jambi bekerjasama dengan Bank Indonesia merencanakan pelaksanaan workshop di beberapa kabupaten di provinsi Jambi dengan tujuan untuk meningkatkan sinergi mengenai Program Revitalisasi Perkebunan dalam rangka meningkatkan hasil yang dicapai dari program tersebut pada tahun Dinas Perkebunan Provinsi Jambi memberikan bantuan dana operasional kepada BPN untuk verifikasi lahan pra-sertifikat. 4. Dinas Perkebunan Provinsi menetapkan luasan lahan di tiap-tiap kabupaten yang ditargetkan dapat dikembangkan melalui skim kredit KPEN-RP. 5. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi telah menambah jumlah Tenaga Pendamping Program Revitalisasi Perkebunan sebanyak 6 orang, sehingga jumlah total tenaga pendamping menjadi 12 orang.
7 6. Badan Pertanahan Nasional akan melakukan perhitungan estimasi besaran biaya untuk sertifikasi lahan perkebunan karet sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun Terkait dengan biaya sertifikasi lahan, telah ada Pemerintah Kabupaten yang merencanakan akan membiayai biaya sertifikasi lahan petani karet peserta Revitalisasi Perkebunan. 8. Bank pelaksana KPEN-RP, khususnya untuk komoditi karet, bersedia memberikan kredit dengan syarat adanya surat keterangan yang menyatakan bahwa sampai dengan dikeluarkannya surat tersebut lahan berada di luar kawasan dan bebas dari silang sengketa. Kendala a. Pengembangan Perkebunan Karet 1. Sebagian besar stakeholder, khususnya dari instansi pemerintah, memiliki kendala dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang dirasa sangat kurang memadai. Hal ini dikarenakan jumlah peserta Calon Petani-Calon Lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan Karet yang mengajukan permohonan tidak sebanding dengan petugas yang menangani di masing-masing instansi. Dinas Perkebunan terkendala dengan minimnya Petugas Penyuluh Lapangan, BPN terkendala dengan Petugas Juru Ukur, dan bank pelaksana kekurangan Petugas Analis Kredit. 2. Besaran biaya pembuatan sertifikat sangat bervariasi dan berbeda-beda di masingmasing kabupaten. Besaran biaya tersebut dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2002 dengan indikator perhitungan yang diantaranya adalah Upah Minimum Provinsi. Sementara Indikator lain yang mengakibatkan perbedaan biaya, yaitu struktur medan dari lahan (ringan, sedang atau berat), biaya transportasi, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta pajak lainnya yang disesuaikan dengan ketentuan masing-masing kabupaten terkait Undang-Undang Otonomi Daerah yang berlaku. b. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit 1. Potensi pengembangan perkebunan sebagian besar telah dikuasai masyarakat baik secara legal maupun ilegal pada areal yang terpencar-pencar, dan belum terorganisir dalam suatu bentuk kelembagaan yang kuat. 2. Sebagian besar masyarakat masih belum memahami tentang pembiayaan perbankan, prosedur, dan persyaratan kredit Program Revitalisasi Perkebunan. 3. Terkait proses kemitraan antara petani dan perusahaan mitra, masih terdapat perbedaan persepsi antara petani dan perusahaan mitra tentang pola pengembangan dan pengelolaan kebun satu tangan (single management), dimana belum ada kesepakatan antara petani dan perusahaan mitra tentang pola pengembangan dan pengelolaan kebun yang dianggap saling menguntungkan untuk kedua belah pihak.
8 4. Proses pengajuan KPEN-RP yang dirasa cukup rumit dan selisih perbedaan bunga antara skim KPEN-RP dengan kredit komersial yang dinilai sangat kecil membuat perusahaan cenderung untuk menggunakan kredit komersial. Rencana Kegiatan Memasuki triwulan II tahun 2008, Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah Kantor Bank Indonesia Jambi merencanakan kegiatan sebagai berikut : 1. Melaksanakan Rapat Perdana TFPPED tahun 2008 dengan pokok pembahasan utama yaitu sosialisasi program kerja TFPPED tahun Selain itu, akan dibahas juga mengenai rencana pelaksanaan launching TFPPED Tahun Perencanaan pelaksanaan workshop Program Revitalisasi Perkebunan di tingkat kabupaten bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 3. Pelaksanaan workshop Program Revitalisasi Perkebunan di tingkat kabupaten bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 4. Pengumpulan data dan informasi mengenai profil kegiatan sub-sektor perkebunan untuk difasilitasi, yaitu diantaranya adalah fasilitasi kajian pola kemitraan pengembangan perkebunan kelapa sawit, fasilitasi kerjasama pemasaran Bahan Olahan Karet (BOKAR), dan kegiatan lainnya yang dimungkinkan untuk difasilitasi. REKOMENDASI Dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Taskforce selama tahun 2007, dapat dirangkum beberapa rekomendasi dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan yang menjadi kendala implementasi Program Revitalisasi Perkebunan, yaitu : 1. Potensi Lahan a. Perlu penyusunan rencana jangka panjang yang jelas dalam bentuk blue print tentang rencana pembangunan perkebunan dan industri pengolahan hasil perkebunan. b. Perlu monitoring dan evaluasi tentang implementasi pemanfaatan lahan pada perusahaan yang telah memperoleh izin lokasi, sehingga diperoleh data luas potensi lahan yang bisa dikembangkan dan tertuang di dalam peta peruntukan lahan. c. Meningkatkan pelaksanaan program sertifikasi lahan petani dan peninjauan kembali penetapan biaya sertifikasi sesuai dengan keadaan lapangan. d. Masih perlu lebih efektif lagi mengadakan kegiatan sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat tentang prosedur administrasi perbankan.
9 2. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet a. Kelapa Sawit Perlu dilakukan pengkajian secara rinci mengenai pola kemitraan pengembangan kelapa sawit yang saling menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pengelolaan satu atap (single management), kedudukan kelembagaan petani harus jelas, dengan kata lain, harus memiliki hak suara dalam penyelesaian permasalahan. Perlu adanya kajian mengenai kemungkinan petani mendapat bagian keuntungan dari PKS, karena kapsitas olah pabrik dipasok dari produksi TBS petani. b. Karet Perlu adanya upaya BPN daerah untuk menambah jumlah tenaga (aparat) yang kompeten agar dapat melayani permintaan sertifikasi khususnya dalam rangka mendukung program revitaliasi perkebunan, khususnya perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi. Diharapkan agar Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten dapat segera menyampaikan permohonan petani yang sudah mempunyai sertifikat lahan atau yang memiliki agunan lain ke BRI. 3. Fasilitasi Kerjasama Pemasaran Bokar dengan Pola Kemitraan Kemitraan dalam pemasaran bokar antara petani melalui kelompok tani/koperasi dengan industri crumb rubber perlu terus difasilitasi untuk kelompok tani/koperasi petani lainnya, baik dalam Kabupaten Batanghari maupun kabupaten lainnya. Dukungan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kemitraan ini masih tetap diperlukan terutama dukungan modal usaha, pendampingan, pelatihan dan pengawasan. Kemitraan dalam pemasaran ini diharapkan dapat pula dilaksanakan pada komoditi-komoditi pertanian unggulan lainnya di Provinsi Jambi.
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PETANIAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciREKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005
BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
Lebih terperinciBoks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber
Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber Melesatnya harga minyak bumi dunia akhir-akhir ini mengakibatkan harga produk-produk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah menurunkan jumlah pengangguran dan kemiskinan sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar 5,1% dan 8,2% dan penurunan
Lebih terperinciPROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
BOKS 1 PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH I. PENDAHULUAN Komoditas karet memegang peranan utama dalam perekonomian masyarakat di semua kabupaten
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciLingkup hunbungan kemitraan meliputi :
Lingkup hunbungan kemitraan meliputi : 1. Penyediaan Lahan Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis, TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara Sosial.
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT
Lebih terperinciTENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117 / PMK 06 / 2006 TENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR
0 KATA PENGANTAR Kondisi usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat dan usaha pembibitan sapi belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha, maka diperlukan peran pemerintah untuk
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciSkim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)
28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM PROVINSI JAMBI TAHUN Presented by : Drs. Harmen Rusdi, ME (Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jambi)
PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 Presented by : Drs. Harmen Rusdi, ME (Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jambi) Visi dan Misi Jambi TUNTAS Terwujudnya Provinsi Jambi yang Tertib,
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciBidang Kelembagaan Usaha dan Penyuluhan DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PROGRAM PEREMAJAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT
Bidang Kelembagaan Usaha dan Penyuluhan DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PROGRAM PEREMAJAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT SKEMA PEREMAJAAN Mengacu pada Pedoman Peremajaan Kelapa Sawit SK. No
Lebih terperinciBAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN 5.1. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA 5.1.1. Dasar Hukum Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas Pembantuan
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciLaporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN PETANI PLASMA KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG
SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO
Lebih terperinciLuas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (Statistik Ditjenbun 2015)
Luas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (Statistik Ditjenbun 2015) Rakyat: 4,54 Jt Ha 40% Negara: 0,74 Jt Ha 7% Swasta : 5,98 Jt Ha 53% Luas lahan sawit ± 11,26 Juta ha. (Statistik Ditjen Perkebunan 2015)
Lebih terperinciSamarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.05/2011 tanggal 27
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : Mengingat: a. bahwa keanekaragaman
Lebih terperinciDisampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity
Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI PERMOHONAN HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI PERMOHONAN HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN IKLIM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN OLEH BANK UMUM DAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinci- 1 - B U P A TI B O L A A N G M O N G O N D O W U T A R A KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 96 TAHUN 2012
- 1 - B U P A TI B O L A A N G M O N G O N D O W U T A R A KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 96 TAHUN 2012 T E N T A N G PENETAPAN IZIN LOKASI UNTUK PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/235/KPTS/013/2015 TENTANG TIM MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN DUKUNGAN FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN MELALUI KPR SARUSUN BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii BAB. I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Maksud..... 1 1.3. Tujuan....
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI
PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI Hasan Basri Agus Gubernur Provinsi Jambi PENDAHULUAN Provinsi Jambi dibagi dalam tiga zona kawasan yaitu: 1) Zona Timur, yang merupakan Kawasan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.
No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 14/VII-PKH/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PINJAM PAKAI KAWASAN
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN
30 BAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN 3.1 Profil UPP Kota Metro UPP Kota Metro adalah wadah bagi pembudidaya ikan di Kota Metro di mana bertempat di Jalan Jenderal Sudirman No.151 Kota Metro dengan Ketua UPP
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN
Lebih terperinciGUBERNUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci(Surat Persetujan Penerbitan Benih Kelapa Sawit)
PROSEDUR PENERBITAN SP2BKS (Surat Persetujan Penerbitan Benih Kelapa Sawit) SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR : 911/HK.330/E/7/2013 TANGGAL 12 JULI 2013 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN DAN PENYALURAN
Lebih terperinciBUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL
BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa keanekaragaman
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/12/PBI/ 2004 TENTANG KREDIT INVESTASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI (PIR-TRANS) PRA KONVERSI GUBERNUR
Lebih terperinciAdapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi :
Adapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi : 1. Penyediaan Lahan Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis, TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN DANA PERKUATAN MODAL KEPADA LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN (LUEP) DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN PADA SEKRETARIAT
Lebih terperincid. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan
Gubernur Jawa Barat KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 584.2/Kep. 1566-Diskop UMKM/2011 TENTANG PENUNJUKAN PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk SEBAGAI BANK PELAKSANA PENGELOLAAN DANA
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
[ SALINAN BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENERAPAN STANDAR PERKEBUNAN BESAR/RAKYAT BERKELANJUTAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciVII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah
VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BAGI HASIL RETRIBUSI DAERAH KEPADA PEMERINTAH DESA DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG. Pendahuluan Masterplan Jambi Agro Industrial Park
1.1 LATAR BELAKANG Dalam 5 tahun mendatang, Pemda Jambi akan berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas pertumbuhan dan penyerapan tenaga
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN
PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu target RPJM tahun 2015 2019 Pusat Penyuluhan - BP2SDM adalah pembentukan 250 Lembaga
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN TEKNIS, SYARAT DAN TATA CARA PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 09.00 Wib
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan
Lebih terperinciPresented by Riadi Didik Tjahjanto
Presented by Riadi Didik Tjahjanto KONSEP DASAR KEMITRAAN TRANSPARASI Mengurangi permasalahan sosial Optimalisasi kapasitas pabrik inti Mengurangi gangguan produksi inti Menjaga citra kebun inti Tanggung
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2008 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinci