BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi dan Manajemen Operasi Pengertian Manajemen Ada beberapa pengertian manajemen yang diungkapkan oleh para ahli, sebagai berikut : Menurut George R Terry dalam buku Prinsip-prinsip Manajemen (2003;9) mendefinisikan manajemen sebagai berikut : Manajemen merupakan sebuah kegiatan pelaksanaannya disebut managing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Drs. Malayu Hasibuan (2004;2) memberikan pengertian manajemen sebagai berikut : Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2004,12) manajemen diartikan sebagai berikut : Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien. 7

2 2.1.2 Pengertian Produksi dan Operasi Kegiatan produksi merupakan unsure yang paling penting dalam sebuah organisasi industri. Produksi memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut : Menurut Sofjan Assauri (2004,11) Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut. Menurut Vincent Gaspersz (2004,3) : Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri. dari definisi yang dikemukan oleh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah produk (barang dan/atau jasa). Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen structural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut : 1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen structural yang membangun system produksi itu. 2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan jasa) berjualitaas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. 4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya. Dari beberapa definisi produksi di atas maka dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan pula kegiatan-kegiatan pendukung lainnya. 8

3 2.1.3 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Setiap organisasi sangat membutuhkan suatu manajemen yang baik dalam mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa sumber daya yang meliputi modal, mesin, bahan baku dan tenaga kerja. Keterampilan manajer dalam mengelola kegiatan produksi tersebut dapat meningkatkan kegunaan/ manfaat dari suatu barang secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, semua kegiatan dan aktivitas dalam proses produksi harus disertai dengan proses manajemen. Ada beberapa pengertian manajemen produksi dan operasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut : Menurut Sofjan Assauri (2004, 12) yang dimaksud dengan manajemen produksi dan operasi, yaitu : Merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya dana serta bahan, seara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa. Disini manajer operasi dalam melakukan serangkaian kegiatannya dengan melakukan fungsi-fungsi dasar dari proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pembentukan staf, kepemimpinan dan pengendalian dalam setiap pengambilan keputusan dalam fungsi manajemen operasi. Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001,2) yang dimaksud dengan manajemen operasi, yaitu : Serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi adalah proses yang mengubah masukan-masukan (inputs) dengan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran (outputs) yang merupakan barang-barang dan jasa-jasa, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan juga menambah kegunaan sehingga tercapai produktivitas yang tinggi. 9

4 2.2 Pengertian Persediaan Persediaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan pabrik karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyapaikan kepada konsumen. Adapun pengertian persediaan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain adalah sebagai berikut : Menurut Sofjan Assauri (2004;169) Persediaan adalah merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu. Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan, aplikasi di bidang Bisnis (2004;1) persediaan adalah : Persediaan merupakan bahan-bahan,bagian yang disediakan, dan bahanbahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan,bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dab ditatausahakan dalam bentuk buku perusahaan Jenis - Jenis Persediaan Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya, menurut Sofjan Assauri (2004;170) persediaan dapat dibedakan atas : 1. Batch Stock atau Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang timbul dimana barang barang yang dibeli, dikerjakan/dibuat atau diangkut dalam jumlah yang besar, sehingga barang barang diperoleh lebih banyak dan cepat daripada penggunaan atau pengeluarannya, dan untuk sementara tercipta suatu 10

5 persediaan. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya Batch Stock atau Lot Size Inventory antara lain adalah : a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian. b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economies) karena adanya operasi atau production run yang lebih lama. c. Adanya penghematan di dalam biaya angkutan. 2. Fluctuation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan terlebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuatian Stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya oermintaan tersebut. 3. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu Anticipation Stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi. Walaupun kita mengetahui bahwa persediaan dapat dibedakan menurut fungsinya, tetapi perlu kita ketahui bahwa persediaan itu sendiri merupakan fungsi cadangan dan karena itu hendaknya harus dapat digunakan secara effisien. Di samping perbedaan menurut fungsi, persediaan dapat pula dibedakan atau dikelompokkan menurut jeis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu : 1. Persediaan bahan baku (Raw material stock), yaitu persediaan dari barangbarang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi. 2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (Purchased parts/komponen stock), yaitu persediaan barang barang yang terdiri dari parts yang diterima 11

6 dari perusahaan lain, yang dapat secara langung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan bahan bahan pembantu atau barang barang perlengkapan (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Persediaan barang-barang jadi dalam proses (work in process/progress stock), yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya memang hanya sampai disitu saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods stock), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual Fungsi Persediaan Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis (2004;15-16) fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Decoupling Apabila persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada suplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaanya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan lot siza ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam 12

7 kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan. 3. Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar penglaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barangbarang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/inventories). Sedangkan menurut Barry Render dan Jay heizer dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen Operasi (2001;314) fungsi persediaan adalah : 1. untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secar substansial menurunkan biaya produk. 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang dalam prose dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya prose, terkumpul persediaan-persediaan Biaya-biaya Yang Timbul dari Adanya Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004;172) unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu : 1. Biaya pemesanan (ordering costs), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan dibuat dan dikirim ke penjual, sampai barang-barang atau bahan-bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi di gudang atau 13

8 daerah pengolahan. Yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan bahan tersebut, diantaranya biaya administrasi pembelian dan penempatan order (cost of placing order), biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and handling costs), biaya penerimaan dan pemeriksaan. 2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs), yaitu biaya-biaya diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Biaya ini berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu terdapat digudang, sehingga besarnya biaya ini bervariasi yang tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang terdapat. Yang termasuk dalam biaya ini ialah semua biaya yang timbul karena barang disimpan yaitu biaya pergudangan (storage costs) yang terdiri dari biaya sewa gedung, upah dan gaji pengawas dan pelaksana pergudangan, biaya peralatan material handling di gudang, biaya administrasi gudang dan biaya-biaya lainnya. Biaya pergudangan ini tidak akan ada, jika tidak ada persediaan. 3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), yaitu biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman kembali pesanan tersebut. 4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated costs), yaitu biaya-biaya terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja dan biaya-biaya pengangguran. Biaya-biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau bila terlalu banyak atau terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu. Sedangkan menurut Barry Render dan Jay heizer dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen Operasi (2001;319) biaya-biaya yang timbul dengan diadakannya persediaan adalah sebagai berikut : 1. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan atau penahanan (carrying) persediaan sepanjang waktu tertentu. 2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya-biaya pasokan, formulir, pemprosesan pesanan, tenaga para pekerja, dan sebagainya. 14

9 3. Biaya pemasangan adalah biaya-biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi pesanan. Biaya pemasangan secara erat hubungannya dengan waktu pemasangan (setup time). Pemasangan biasanya menuntut adnaya sejumlah kerja tertentu sebelum operasi betul-betul dijalankan di pusat kerja. Kebanyakan persiapan yang diperlukan oleh pemasangan dapat dilakukan sebelum penghentian mesin atau proses yang ada Menentukan Jumlah Persediaan Ada dua sistem yang umum dikenal dalam menentukan jumlah persediaan pada akhir suatu periode menurut Sofjan Assauri (2004;173) yaitu dengan : 1. Periodic System, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir. 2. Perpetual Systen atau juga disebut Book Inventories, yaitu dalam hal ini dibina catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat atau dilibatkan dalam kartu dministrasi persediaannya. Bila metode ini yang dipakai, maka perhitungan secara fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali yang biasanya dilakukan untuk keperluan counterchecking antara jumlah persediaan menurut fisik dengan catatan dalam kartu administrasi persediaannya. Sedangkan menurut Drs. Pangestu Subagyo, M.B.A dalam bukunya manajemen operasi (2000;144) sistem dalam menentukan bagaimana dan kapan suatu pembeliaan dilakukan untuk mengisi persediaan barang adalah dengan : 1. Sistem Reorder Point Pembeliaan dilakukan pada saat jumlah barang yang ada dalam gudang tinggal sejumlah reorder point (titik pemesanan kembali) saja. Reorder point sama dengan jumlah barang yang dibutuhkan selama jangka waktu pemesanan barang (lead time) sampai barang datang. 2. Sistem periodik Pembeliaan barang dilakukan secara periodik (setiap saat tertentu) dilihat berapakah jumlah barang yang masih ada di gudang. Berdasarkan atas jumlah itu dihitung jumlah yang harus dipesan agar jumlah persediaan mencapai jumlah maksimum persediaan yang telah ditetapkan. 15

10 Jumlah persediaan Reorder Point Waktu Lead time Lead time Gambar 2.1. Pembelian dengan sistem reorder point 3. Sistem Persediaan Maksimum dan Minimum Dalam sistem ini ditentukan jumlah persediaan maksimum dan minimum. Kalau persediaan sudah mencapai jumlah minimum maka segera dilakukan pembeliaan barang, sampai jumlah barang mencapai persediaan maksimum. Kalau persediaan barang sudah mencapai persediaan maksimum maka pembelian dihentikan. Kalau barang dalam persediaan dipakai terus lamalama akan sampai pada persediaan minimum lagi, demikian seterusnya. 16

11 Jumlah persediaan Persediaan Maksimum Q1 Q2 Q3 0 T 2T 3T Gambar 2.2. sistem inventory yang periodik 4. Sistem Persediaan Dasar (Base Stock System) Dalam cara ini persediaan dipertahankan sebanyak jumlah persediaan dasar, yang jumlahnya sama dengan kebutuhan barang selama procurement lead time (jangka waktu pemesanan sampai barang datang) ditambah dengan safety stock. Pemesanan biasanya dilakukan segera setelah barang dalam persediaan diambil untuk digunakan. Sehingga jumlah persediaan akan kembali sebanyak jumlah persediaan dasar. Cara ini biasanya digunakan untuk pembelian barang-barang yang mahal harganya dan jarang diperlukan. 5. Sistem Visual Dalam cara ini digunakan bantuan warna untuk menunjukkan jumlah persediaan yang ada. Misalnya apabila jumlah barang yang ada dalam gudang masih cukup banyak maka digunakan faktur pengiriman barang berwarna kuning, tindasannya dikirimkan kepada bagian pembelian atau bagian keuangan, sehingga setiap bagian yang bersangkutan dapat mengetahui kalau persediaan masih banyak. Kalau persediaan sudah menipis, maka digunakn faktur pengeluaran barang berwarna kuning sehingga setiap bagian yang berkaitan akan mengetahui bahwa jumlah barang sudah menipis. Oleh karena itu tanpa diminta mereka sudah melakukan pemesanan dengan sendirinya. Kalau jumlah persediaan barang di dalam gudang hampir habis maka faktur 17

12 pengeluaran yang digunakan berwarna merah, sehingga setiap bagian yang berkaitan mengetahui bahwa jumlah barang hampir habis, sehingga tanpa diperintah mereka sudah melakukan pembelian ekstra agar kebutuhan barang untuk produksi tidak terlantar. Cara ini juga dapat menghemat tenaga, karena tidak perlu administrasi khusus untuk melihat jumlah barang yang ada. Disamping itu karyawan yang tingkat pendidikannya kurangpun dapat bekerja dengan lancar Metode Penilaian Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004;173) dalam menilai suatu persediaan ada beberapa cara yang dapat digunakan, diantaranya dengan : 1. First-in, First-out (FIFO-Method) Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang akhir masuk. Kalau suatu sistem perpetual dbina oleh perusahaan yang bersangkutan maka diperlukan pencatatan-pencatatan terhadap mutasi barang, baik yang masuk karena pembelian atau yang keluar disebabkan oleh penjualan dalam suatu buku tambahan atau kartu administrasi persediaan. 2. Rata-rata ditimbang (Weighted Average Method) Cara ini didasarkan atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh masing-masing harganya. Dengan demikian persediaan yang dinilai berdasarkan harga rata-rata. 3. Last-in, First-out (LIFO Method) Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah dijual dinilai menurut harga pembelian barang yang terkhir masuk. Sehingga persediaan yang masih ada atau stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang terdahulu. Adapun faktor-faktor penentu metode penilaian persediaan, yaitu : 1. Metode FIFO o Perhitungan harga pokok berdasarkan urutan pembelian. o Persediaan yang tertinggal dianggap berasal dari pembelian terakhir. 2. Metode weight average o Persediaan yang dinilai berdasarkan harga rata-rata. 18

13 o Penetapan persediaan tidak terpengaruh oleh naik turunnya harga. 3. Metode LIFO o Perhitungan harga pokok barang persediaan dipakai dari harga pokok pembelian awal. o Barang yang dijual diambil berdasrkan barang yang paling akhir. 2.3 Pengertian Pengawasan persediaan Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan ini dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh sebab itu setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya. Persediaan yang terlalu berlenihan akan merugikan perusahaan, karena ini berarti lebih banyak uang atau modal yang tertanam atau terpendam dan biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan tersebut. Sebaiknya suatu persediaan yang terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena kelancaran dari kegiatan produksi dan distribusi perusahaan yang terganggu. Rangkaian kegiatan produksi dan distribusi ini mulai dari pembelian bahan baku, terus melalui kegiatan operasi dalam pabrik sampai di gudang barang jadi, dan dari gudang barang jadi ini terus ketempat-tempat distribusi sampai akhirnya pada konsumen yang terakhir. Untuk dapat mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum yang dapat memenuhi kebutuhan bahan-bahan dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah seperti yang diharapkan. Maka diperlukan pengawasan persediaan, pengawasan persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biaya. Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan, scheduling untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan dan lainnya Fungsi-Fungsi Pengendalian Persediaan Fungsi-fungsi utama dari suatu pengawasan persediaan yang efektif menurut Sofjan Assauri (2004;177) adalah : 19

14 1. Memperoleh bahan-bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh suatu suplai yang cukup dari bahan-bahan yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas. 2. Menyimpanan dan memelihara bahan dalam persediaan, yaitu mengadakan suatu sistem penyimpan untuk memelihara dan melindungi bahan-bahan yang telah dimasukan kedalam persediaan. 3. Pengeluaran bahan-bahan, yaitu menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran dan penyampaian bahan-bahan dengan tepat pada saat serta tempat dimana dibutuhkan. 4. Meminimalisasi investasi dalam bentuk bahan atau barang (mempertahankan persediaan dalam jumlah optimum setiap waktu) Tujuan Pengendalian Persediaan Pengawasan persediaan yang dijalankan untuk memelihara terdapatnya keseimbangan antara kerugian-kerugian serta penghematan dengan adanya suatu tingkat persediaan tertentu, dan besarnya biaya dan modal yang dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut. Tujuan persediaan secara terperinci menurut Sofjan Assauri (2004;177) dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk : 1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan menjadi besar. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahanbahan barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan adalah minimal. 20

15 2.4 Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jumlah atau besarnya pesanan yang diadakan hendaknya menghasilkan biaya-biaya yang timbul dalam persediaan minimal. Untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis ini, kita berusaha memperkecil biaya-biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya-biaya penyimpanan (carrying costs). Dalam usaha ini kita berhadapan dengan dua sifat biaya yang agak bertentangan. Sifat yang pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga carrying costs menjadi kecil, tetapi sebaliknya ordering costs menjadi sangat besar selama satu tahun. Dengan memperhatikan kedua sifat tersebut di atas, maka dapatlah kita lihat bahwa jumlah pesanan yang ekonomis in terletak antara dua pembatasan yang ekstrem tersebut, yaitu dimana jumlah ordering costs adalah sama dengan jumlah carrying costs, atau jumlah ordering costs dan carrying costs adalah yang paling minimal selama satu tahun. Jadi jumlah pesanan yang paling ekonomis (economic order quantity), menurut Sofjan Assauri (2004;182) dapat diartikan sebagai : Economic order quantity merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki jumlah ordering costs dan carrying costs per tahun paling minimal. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2004;11) economic order quantity, dapat diartikan sebagai : Jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Metode ini dapat digunakan untuk barang-barang yang dibeli atau barangbarang yang diproduksi sendiri. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001;320) ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar metode ini dapat digunakan, yaitu : 1. tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan. 2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat konstan. 3. Persediaan diterima dengan segera, dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu 4. Tidak mungkin diberikan diskon. 5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu.. 21

16 6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat Cara-cara Pemesanan Dalam Pengendalian Persediaan Dalam usaha untuk menutupi kebutuhan persediaan, maka dilakukanlah kegiatan pemesanan bahan. Pemesanan bahan yang dibutuhkan pada saat persediaan mencapai titik tertentu (order point system), dan pemesanan yang dilakukan pada saat dimana waktu tertentu telah ditetapkan dicapai (order cycle system) Order Point System Yang dimaksud dengan order Point Sytem menurut Sofjan Assauri (2004;180) adalah : Suatu Sistem atau cara pemesanan bahan, dimana pesanan dilakukan apabila persediaan yang ada telah mencapai suatu tingkat tertentu. Pada Order Point System ditentukan jumlah persediaan pada tingkat tertentu yang merupakan batas waktu dilakukannya pemesanan yang disebut order point atau reorder point. Dalam pelaksanaan sistem pemesanan seperti ini biasanya dapat dilakukan dalam dua variasi yaitu yang disebut two bin and bag account system dan one strage bin system. 1. Two bag account system. Perusahaan menggunakan dua kantong dimana kantong pertama merupakan tempat persediaan bahan-bahan yang jumlahnya sama dengan jumlah persediaan pada tingkat order point dan berfungsi sebagai persediaan cadangan (reserve inventories). Sedangkan persediaan bahan-bahan mulamula diambil dari kantong kedua sampai habis, dan pada saat kantong kedua ini habis maka pemesanan kembali harus dilakukan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan produksi selanjutnya, selama pesanan belum diterima, bahan-bahan diambil dari kantong pertama sampai bahanbahan yang baru dipesan datang di gudang. Apabila bahan-bahan yang dipesan telah diterima di gudang, maka kantong pertama tempat persediaan cadangan itu diisi lagi terlebih dahulu sampai penuh seperti semula. Jumlah bahan-bahan selebihnya dimasukkan ke dalam kantong kedua. Cara atau 22

17 sistem ini adalah sederhana dan mudah untuk dilakukan pengawasan bahan maupun pencatatan. 2. One storage bin system. Perusahaan hanya menggunakan satu kantong persediaan. Di dalam kantong persediaan (storage bin) ini diadakan pembagian terhadap persediaan yaitu menjadi dua bagian. Bagian pertama untuk memenuhi atau menyuplai kebutuhan bahan sehari-hari atau rutin, dan bagian kedua untuk memenuhi kebutuhan atau penggunaan bahan-bahan selama periode pengisian kembali. Cara ini memberikan keuntungan berupa kesederhaan dalam pencatatan persediaan Order Cycle System Yang dimaksud dengan order cycle system menurut Sofjan Assauri (2004;181) adalah : Suatu sistem atau cara pemesanan bahan dimana jarak atau interval waktu dari pemesanan tetap, misalnya tiap-tiap minggu atau tiap-tiap bulan. Jadi dengan order cycle system ditentukan waktu pemesanan dan jarak yang tepat. Sedangkan tiap-tiap pesanan mempunyai jumlah barang yang berfluktuasi bergantung pada banyaknya pemakaian bahan dalam jarak/interval waktu antara pesanan yag lalu dengan pesanan berikutnya. Oleh karena didasarkan pada jarak waktu yang tetap, maka pemesanan dilakukan tanpa memperhatikan jumlah persediaan yang ada. Banyaknya jumlah bahan-bahan yang dipesan ditetapkan sebesar selisih dari jumlah persediaan maksimum yang telah ditentukan dengan jumlah persediaan yang tersisa atau masih ada, sehingga jumlahnya berfluktuasi Jumlah Pemesanan Yang Ekonomis Menurut Sofjan Assauri (2004;182), dalam penentuan atau pemecahan jumlah pesanan yang ekonomis ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan tabel (tabular approach), dengan menggunakan grafik (graphical approach) dan dengan menggunakan rumus (formula approach), di bawah ini merupakan penjelasan lebih lanjut dari ketiga cara tersebut : 1. Tabular Approach 23

18 Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan tabular approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun. Jumlah pesanan yang mengandung jumlah biaya yang terkecil merupakan jumlah pesanan yang ekonomis (economic order quantity). Misalkan suatu perusahaan menggunakan unti dari suatu jenis bahan atau seharga Rp ,00 selama satu tahun. Pimpinan perusahaan ini telah menghitung dan menentukan bahwa ordering costs disebut juga set up costs adalah 50,00 per pesanan, dan carrying costs yang disebut juga stock holding costs adalah 150,00 per seribu unit atau 15% atau 0,150 dari persediaan rata-rata. Dari keterangan ini maka dapatlah disusun suatu tabel untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 2.1. Rincian jumlah pesan yang ekonomis Jumlah Banyaknya Persediaan Carrying Ordering Total costs pesanan unit (Rp) rata-rata costs costs per tahun (order) per order A/N N N/2 S B B+S Keterangan : A adalah bahan (atau nilai bahan) yang dipakai setahun, dimana dalam contoh ini adalah unit atau seharga Rp ,00 24

19 Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa debgan bertambahnya jumlah pesanan (order) maka carrying costs terus menurun sedangkan ordering costs terus menaik. Kita hendak mencari total costs yang terndah, dan disini dicapai pada carrying costs sama dengan ordering costs yang diperoleh pada jumlah biaya (total costs) sebesar Rp.490,00 jadi jumlah atau banyak barang pesanan yang ekonomis adalah unit, dan di dalam satu tahun terdapat lima kali pesanan (order). 2. Graphical Approach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan graphical approach dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carrying costs, ordering costs dan total costs dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan per tahun, dan sumbu vertical besarnya biaya dari ordering costs, carrying cost dan total costs. Kurva untuk biaya total penyimpanan dan pemesanan Biaya tetap Maksimum Biaya tahunan Kurva biaya penyimpanan Kurva biaya pemesanan Jumlah pesanan optimal Jumlah pesanan Gambar 2.3. Grafik perincian jumlah pemesanan yang ekonomis (Biaya total sebagai fungsi jumlah pesanan) 3. Formula Approach Cara menentukan jumlah pesanan yang ekonomis dengan menurunkan di dalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan bahwa jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan carrying costs. Rumus-rumus matematika yang akan digunakan, menggunakan simbol-simbol atau notasi sebagai berikut : 25

20 A = jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun R = harga bahan per unit P = biaya pemesanan (ordering costs) per order C = biaya penyimpanan atau penahanan (carrying costs) yang dinyatakan sebagai suatu presentasi dari persediaan rata-rata N = Jumlah pemesanan yang ekonomis Rumus ordering costs per tahun adalah : A P N Rumus carrying costs adalah : AR A N a. Jumlah optimum unit per order 0,5 C = 0,5RCN Dalam hal ini N menyatakan jumlah optimum unit per order, yang dapat ditentukan bila total ordering costs per tahun sama dengan carrying cost per tahun, maka : A P = 0,5RCN N 2 2AP = N RC 2 2AP N = RC 2AP N = RC Untuk menghitung jumlah biaya yang terkecil dapat diturunkan rumus : Ap RCN TC = + N 2 b. Jumlah optimum order per tahun Dalam hal ini N menunjukkan jumlah optimum order per tahun, yang dapat ditentukan bila total ordering costs per tahun sama dengan carrying costs per tahun, maka : 26

21 A N P = 0,5 C N AC NP = 2N N = 2 2N P = AC AC 2P c. Jumlah optimum hari supply per order Dalam hal ini N menyatakan jumlah optimum hari supply per order, yang dapat ditentukan bila total ordering cost per tahun sama dengan carrying cost per tahun, maka : 365 P N 365P N = AR = 0,5 C 365 N ARCN N ARC = P P N = ACR Apabila dalam pemesanan terdapat Quantity discounts yang ditawarkan oleh penjual atas pembelian dalam jumlah tertentu, maka quantity discounts diterima dan biaya-biaya persediaan yang terjadi bila jumlah pesanan yang ekonomis dilaksanakan serta perbandingan harga yang terjadi pada keduanya. Jadi analisis quantity discount menggunakan perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan dan jumlah harga bahan antara pembelian tanpa discounts dan dengan discounts. 2.5 Persediaan Pengaman (Safety Stock atau Buffer Stock) Yang dimaksud dengan persediaan penyelamat (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan stock out dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena stock out, akan tetapi 27

22 sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost. Besarnya pengurangan biaya atau kerugian perusahaan adalah sebesar perkalian antara jumlah persediaan penyelamat yang diadakan untuk menghadapi stock out dengan biaya per unitnya. Sebaliknya pertambahan biaya terjadi sebesar perkalian antara presentase carrying cost terhadap harga atau nilai persediaan penyelamat. Pengadaan persediaan penyelamat dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang timbul karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost adalah serendah mungkin Faktor-faktor Yang Menentukan Besarnya Persediaan Pengaman Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman menurut Sofjan Assauri (2004;186) diantaranya adalah : 1. Penggunaan bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang, harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada. Kebutuhan atau permintaan dari pelanggan biasanya turun naik (variable) dan tidak dapat diramalkan dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu walaupun kita telah meramalkan atau menaksir penggunaan untuk kebutuhan atau permintaan pelanggan, akan tetapi tetap ada resiko yang tidak dapat dihindarkan bahwa persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas dasar taksiran tersebut habis sama sekali sebelum penggantian bahan atau barang dari pesanan dating. Turun naiknya penggunaan ini membutuhkan kita mencari metode untuk dapat memperkirakannya. Yang sering dipergunakan adalah rata-rata hitung (average mean). Disamping rata-rata, perlu juga diketahui penyimpangan dari rata-rata tersebut, karena adanya penggunaan yang turun naik. 2. Faktor waktu atau lead time (procurement time) Yang dimaksud dengan lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahanbahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya wakti tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, 28

23 tapi bervariasi. Oleh karena itu, untuk suatu pesanan yang dilakukan, lamanya waktu ini harus diperkirakan atau ditaksir, walaupun resiko kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar atau kecil. Biasanya persediaan yang diadakan adalah untuk menutupi kebutuhan selama lead time yang telah diperkirakan. Akan tetapi apabila kedatangan bahan tersebut terlambat atau lead time yang terjadi lebih besar daripada yang diperkirakan, maka persediaan yang ditetapkan semula tidak dapat memenuhi kebutuhan penggunaan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persediaan penyelamat, untuk menghadapi keterlambatan kedatangan bahan yang dapat mengakibatkan kemacetan produksi. Perkiraan atau penaksiran lead time dari suatu pesanan yang dilakukan, biasanya dengan menggunakan rata-rata hitung dari lead time dari beberapa kali pemesanan sebelumnya. Sedangkan resiko kesalahan dari perkiraan ini diatasi dengan menetapkan persediaan penyelamat dapat didasarkan atas deviasi standar dari lead time dari beberapa kali pemesanan sebelumnya tersebut atau dengan melihat kemungkinan (probability) dari adanya keterlambatan kedatangan bahan dari beberapa pemesanan yang lalu Penentuan Besarnya Persediaan Pengaman Dalam menentukan besarnya persediaan penyelamat yang sebaiknya dipunyai perusahaan, haruslah didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang rasional yang dapat diukur, sehingga dapat menghasilkan penentuan kebijaksanaan yang tepat dan dapat efektif. Untuk itu terdapat beberapa pendekatan diantaranya adalah : 1. Probability of stock out approach Mengasumsikan bahwa lead time adalah konstan, dan seluruh barang yang dipesan disreahkan oleh supplier pada suatu saat yang sama. Jadi dengan asumsi ini maka terjadinyastock out bukan disebabkan karena perubahan (fluktuasi) dari lead time atau penyerahan barang yang dipesan tidak pada saat yang sama, akan tetapi stock out terjadi karena penambahan dalam penggunaan. 2. Level of service approach Penentuan kebijaksanaan yang rasional yang dilakukan untuk menjamin kelangsungan atau kelancaran produksi perusahaan dan diukur dengan tingkat 29

24 pelayanan (level of service) yang dapat diberikan oleh adanya persediaan pengaman tersebut. Mengenai tingkat pelayanan (level of service) dapat diartikan atau dimaksudkan dalam dua hal yang tergantung dari keadaan penggunaannya, yaitu : a. Frequency level of service Dalam hal ini secara rata-rata, tingkat jasa/pelayanan x % dalam jangka panjang persediaan akan dapat memnuhi seluruh permintaan pelanggan dalam periode pemenuhan/penggantian x dari setiap 100. b. Quantity level of service Yang dimaksud adalah sebagai perbandingan secara rata-rata, dalam jangka panjang, dari seluruh pesanan pelanggan yang dapat dipenuhi atau dipasok dengan persediaan yang ada tanpa adanya pembatalan atau penangguhan. Penentuan besarnya persediaan penyelamat yang sebaiknya dimiliki atau diadakan perusahaan akan lebih tepat dan rasional, apabila diketahui hubungan antara tingkat pelayanan dengan tingkat persediaan penyelamat yang diadakan untuk tingkat pelayanan (level of service) tersebut. Untuk melihat hubungan ini dibutuhkan suatu ukuran dari fluktuasi permintaan yang diharapkan dapat diserap atau dipenuhi dari adanya persediaan. Ukuran tersebut menggunakan teori statistik. Rumus yang disediakan untuk demand frequency distribution yang sangat berguna adalah : 7. Distribusi Normal, yang umumnya dipergunakan untuk barng-barang yang cepat berganti atau bergerak 8. Distribusi Chi-Square, yang umumnya dipergunakan untuk barangbarang yang lambat berganti atau bergerak Standar Kuantitas Kebijaksanaan persediaan yang dibutuhkan terutama untuk menentukan besarnya persediaan minimum (minimum point atau stock), besarnya pesanan standar (standar order), titik pemesanan kembali (reorder point atau level) dan besarnya persediaan maksimum (maxsimum point atau stock). Kebijaksanaan ini dibutuhkan karena tidak ada pemecahan yang sederhana untuk masalah tersebut. Keempat kebijaksanaan ini seiring disebut denagn standar kualitas (quantity standart). 30

25 1. Persediaan Minimum (minimum point/stock) Persediaan minimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling rendah atau kecil yang harus ada untuk suatu jenis bahan atau barang. Oleh karena persediaan minimum ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan kekurangan bahan atau persediaan (stock out), maka persediaan minimum ini merupakan persediaan penyelamat (safety stock). Jadi besarnya persediaan minimum dalam suatu perusahaan hendaknya sama dengan besarnya persediaan penyelamat (safety stock). 2. Besarnya pesanan standar (standar order) Yang dimaksud dengan pesanan standar adalah banyaknya bahan yang dipesan dengan jumlah yang tetap untuk suatu periode tertentu yang telah ditetapkan misalnya satu tahun. Oleh karena banyaknya atau jumlah yang dipesan ini adalah tetap, maka seharusnya jumlah ini didasarkan atas pertimbangan efesiensi, yang disebut dengan jumlah pesanan ekonomis (economic order quantity) agar biaya persediaan yang terkandung dari persediaan dengan adanya pesanan tersebut menjadi serendah mungkin. Dengan rumus : Dimana; N = 2AP RC A = jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun R = harga bahan per unit P = biaya pemesanan (ordering cost) per order C = biaya penyimpanan atau penahanan (carrying cost) yang dinyatakan sebagai suatu presentasi dari persediaan rata-rata N = Jumlah pemesanan yang ekonomis 3. Persediaan Maksimum (maximum point/stock) Persediaan maksimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling besar (tertinggi) yang sebaiknya dapat diadakan oleh perusahaan. Batas persediaan maksimum ini kadang-kadang tidak didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan keefektifan kegiatan perusahaan. Sehingga persediaan maksimum dalam hal ini hanya didasarkan atas kemampuan perusahaan saja terutama kemampuan keuangan perusahaan, kemampuan gudang yang ada dan pembatasan-pembatasan dari sifat-sifat atau kerusakan bahan-bahan tersebut. 31

26 Akan tetapi untuk dapat menjamin efisiensi dan keefektifan perusahaan, penentuan besarnya persediaan maksimum yang sebaiknya dimiliki perusahaan hendaknya didasarkan atas pertimbangan ekonomis yang sering disebut persediaan optimum. Adapun maksudnya adalah agar perusahaan dapat menghindari kerugian-kerugian karena kekurangan bahan (stock out) dan tidak melakukan pengadaan yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kerugian karena biaya yang cukup besar. Besarnya persediaan maksimum yang sebaiknya dimiliki perusahaan adalah jumlah dari pesanan standar (standar order) ditambah dengan besarnya persediaan penyelamat. Dengan diketahuinya persediaan maksimum, akan dapat membantu pimpinan perusahaan dalam menentukan besarnya investasi maksimum yang perlu disediakan untuk bahan-baha tertentu yang dibutuhkan. Persediaan maksimum = pesanan standar (standar order) + persediaan penyelamat (safety stock) 4. Titik atau tingkat pemesanan kembali (reorder point/level) Titik pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Dalam menentukan titik ini kita harus memperhatikan besarnya penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima, ditentukan oleh factor waktu dan penggunaan rata-rata. 2.6 Administrasi Persediaan Persediaan merupakan salah satu harta benda yang hamper pada setiap perusahaan merupakan aktiva yang penting, karena modal yang terikat atau tertanam dalam persediaan ini dapat mencapai seperempat lebih dari jumlah seluruh modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang bersangkutan. Dalam persediaan ini termasuk semua persediaan barang atau bahan untuk keperluan menghasilkan barang akhir (produk) termasuk barang akhir (produk)nya sendiri yang akan dijual. Untuk perusahaan niaga atau perdagangan yang aktivanya terdiri dari pembelian barang-barang untuk dijual, maka persediaan terdiri sematamata dari barang-barang dagangan yang bersangkutan. Sedangkan perusahaan pabrik yang mengolah barang-barang (bahan-bahan dan barang-barang setengah jadi) untuk menghasilkan barang akhir (produk), yang mempunyai persediaan yang dapat digolongkan ke dalam empat golongan yaitu : 32

27 1. Persediaan bahan-bahan 2. Persediaan barang-barang jadi 3. Persediaan barang-barang yang sedang diproses 4. Persediaan barang akhir atau produk Disamping itu dalam pengertian persediaan termasuk pula persediaan barang-barang yang dipergunakan sebagai alat pemeliharaan mesin-mesin. Perushaan-perusahaan jasa tidak mempunyai persediaan berupa barang akhir atau barang jadi, karena sifat barang yang dijual tidak berbentuk benda atau fisik. Untuk menjamin barang-barang atau bahan-bahan tersebut dipergunakan secara efisien, maka perlu dilakukan administrasi atas persediaan barang-barang atau bahan-bahan itu (stock administration). 2.7 Catatan Dalam Pengawasan Persediaan Untuk menjamin bahan-bahan atau barang-barang yang terdapat dalam persediaan dipergunakan secara efisien, maka perlu dilakukan pencatatanpencatatan atas persediaan bahan-bahan atau barang-barang tersebut. Dengan adanya pencatatan yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus, maka perusahaan akan dapat mengikuti perkembangan persediaan bahan-bahannya dengan baik. Oleh karena itu tiap-tiap perusahaan berusaha untuk menyelenggarakan pencatatan seluruh bahan-bahan atau barang-barangnya yang terdapat dalam persediaannya, agar dapat mengetahui perkembangan keadaan usahanya setiap saat. Menurut Sofjan Assauri (2004;200) yang dimaksud dengan pencatatan dalam pengawasan persediaan adalah : semua pencatatan atau pembukuan mengenai penerimaan, persediaan di gudang dan pengeluaran bahan baku dan bahan-bahan lainnya serta hasil produksi dalam suatu perusahaan. Pada dasarnya catatan yang paling penting dalam sistem pengawasan persediaan ada lima buah, yaitu : 1. Permintaan untuk dibeli (purchase requisition) Dokumen ini merupakan permintaan dari sebagian persediaan kepada bagian pembelian untuk membeli bahan-bahan atau barang-barang yang sesuai dengan jenis dan jumlah tertentu seperti yang dinyatakan dalam surat permintaan itu. Permintaan itu diadakan untuk menjamin adanya persediaan yang cukup dari bahan-bahan atau barang-barang tersebut atau mengisi 33

28 kembali bila persediaan bahan-bahan tertentu yang ada akan mendekati titik yang terendah atau minimum yang telah ditentukan lebih dahulu. Biasanya daftar atau form ini dibuat rangkap tiga oleh bagian persediaan. Rangkap aslinya dikirim kepada bagian pembelian untuk memungkinkan bagian ini memperoleh wewenang untuk membeli bahan-bahan tersebut, rangkap dua digunakan oleh bagian pembelian untuk menggambarkan pesanan dan menyelesaikannya, dan rangkap ketiga dipegang oleh bagian pemesan (order) sebagai catatan untuk mengga,barkan permintaan akan bahan-bahan ini. 2. Laporan penerimaan (the receiving report) Dokumen ini penting karena copy atau rangkap dari laporan ini akan memberikan informasi bahwa penjaga gudang telah meneriman bahan-bahan yang dipesan ini di pabrik. Apabila bahan-bahan perlu digunakan segera, maka bahan-bahan itu dapat segera diinspeksi, walaupun ada ketentuanketentuan yang harus diikuti. Pada waktu penerimaan bahan-bahan di gudang, copy atau rangkap laporan penerimaan yang menyertai bahan-bahan itu terperinci dan akan memberikan rincian bahan-bahan tersebut dan jika telah disetujui oleh petugas yang melakukan inspeksi, maka berarti bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diperlukan. Dengan demikian maka petugas atau penjaga gudang dapat mengisi kembali bahanbahan tersebut untuk menghentikan bahan-bahan yang sama yang telah dikeluarkan dari persediaan. 3. Catatan persediaan (the balance of stores record) Dokumen ini merupakan catatan yang paling penting dalam pengawasan persediaan. Dokumen atau daftar ini merupakan dasar atau titik pangkal dari pelaksanaan sistem pengawasan persediaan dan memberikan informasi baik bagi pabrik maupun bagi bagian accounting. Daftar ini seringkali dipergunakan dengan nama yang berbeda seperti : perpetual inventory card, stock record card, stores ledger sheet, balance of stores form, stores balance sheet, dan material ledger sheet. Dengan balanced of card ini manajemen mungkin dapat mencapai tujuan untuk mempunyai bahan-bahan yang tepat, pada waktu yang tepat, dan tempat yang tepat, serta investasi yang minimum. Daftar ini juga membantu pimpinan produksi untuk menentukan delivery schedule yang dibutuhkan. 34

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Dari hasil kajian penelitian terdahulu mi dapat ditemukan kebaikan dan kelemahan penelitian terdahulu, serta untuk mengetahui hubungan antara penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015 Pengendalian Persediaan Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau Persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Persediaan Setiap perusahaan apakah itu perusahan perdagangan ataupun manufaktur serta jasa selalu mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN #12 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Arti Penting Persediaan 1. Pengertian Persediaan persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan, tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Iventory) Persedian (Iventory) merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN. 2.1.1 Pengetian Perencanaan Efektivitas adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang. Sukses perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN JURNAL Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, September 2011 Halaman 303-316 ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TINGKAT PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG EKONOMIS DALAM KEADAAN PROBABILISTIK (Studi Kasus pada UD g di Banyuwangi)

ANALISIS PENENTUAN TINGKAT PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG EKONOMIS DALAM KEADAAN PROBABILISTIK (Studi Kasus pada UD g di Banyuwangi) ANALISIS PENENTUAN TINGKAT PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG EKONOMIS DALAM KEADAAN PROBABILISTIK (Studi Kasus pada UD g di Banyuwangi) ( Tugas Mata Kuliah Seminar Manajemen Operasional ) PROPOSAL SKRIPSI oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut P. Tampubolon (2014:6) Ada tiga pengertian yang penting mendukung pelaksanaan kegiatan manajemen operasional yaitu: fungsi manajemen operasional, sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan adalah merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan EMA402 - Manajemen Rantai Pasokan EMA-402 Manajemen Rantai Pasokan Materi #11 Manajemen Persediaan Definisi Persediaan Sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan penolong yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Penelitian ini bersifat literatur dan disusun berdasarkan rujukan pustaka, dengan pendekatan sebagai berikut: a. Menjelaskan sistem produksi dan hubungan antara pemasok-pembeli. b. Menentukan ukuran lot

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut beberapa ahli antara lain dijelaskan sebagai berikut, menurut Assauri (2005) adalah suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun. persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan ratarata

KATA PENGANTAR. Penyusun. persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan ratarata KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas perkenan- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-nya penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan atau stock merupakan salah satu aspek penting bagi perusahaan yang menjual barang dagangan atau perusahaan pengolahan. Stock

Lebih terperinci

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN Oleh : Drs. HARIYANTO 1 ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap bidang usaha atau perusahaan pada umumnya selalu

Lebih terperinci

INVENTORY. Bambang Shofari

INVENTORY. Bambang Shofari INVENTORY Bambang Shofari 1 Inventory atau persediaan istilah yang menunjukkan sumberdaya sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan sumber daya internal dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau profit, seperti usaha dagang, usaha jasa maupun manufaktur berupaya mencapai tujuan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Biji Melinjo dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk Meminimumkan Biaya Persediaan Analysis of Inventories

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan teknologi canggih pada akhir-akhir ini, dan adanya peningkatan kebutuhan dan keinginan manusia baik dalam

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 8 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dan Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Salah seorang pemikir manajemen mazhab perilaku yakni Mary Parker Follet (Daf dan Marcic, 2007) menegaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci