PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN & JEMBATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN & JEMBATAN"

Transkripsi

1 PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN & JEMBATAN Pundu Learning Centre

2 PENDAHULUAN Pundu Learning Centre

3 PENDAHULUAN Pembangunan jalan di kebun harus dengan sasaran dapat dilalui dalam segala cuaca ( all weather road ), terkait dengan fungsi dan peranan jalan sangat vital.

4 PENDAHULUAN a. Jalan dan jembatan sangat penting di usaha kebun sawit, mulai dari pembangunan kebun baru sampai pengangkutan hasil panen. b. Fungsi jalan adalah sebagai sarana pengangkutan peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan pekerjaan serta sarana pengawasan dan pemeriksaan pelaksanaan kegiatan pekerjaan.

5 PENDAHULUAN c. Jalan sebagai batas areal blok dan juga sebagai batas kegiatan pekerjaan pada setiap areal blok, sehingga dengan adanya jalan tersebut akan mempermudah pengawasan dan pemeriksaan kemajuan pekerjaan. d. Salah satu kriteria penilaian kualitas usaha kebun sawit adalah baik tidaknya kualitas jalan dan jalan yang terawat akan membantu kelancaran kegiatan pekerjaan fisik lapangan pada usaha kebun kelapa sawit.

6 Struktur Penulisan SOP Pembuatan dan Perawatan Jalan & Jembatan Pundu Learning Centre

7 Strukturisasi SOP Pembuatan dan Perawatan Jalan & Jembatan SOP Pembuatan dan Perawatan Jalan & Jembatan Strukturisasi Pedoman Teknis Filosofi, Kebijakan & Pedoman Teknis PTA & IOM Prosedur Pembuatan dan Perawatan Jalan & Jembatan Instruksi Kerja Pembuatan Jalan Di Areal Datar Pembuatan Jalan Di Areal Rendahan Pembuatan Jalan Di Areal Berbukit

8 Filosofi, Kebijakan dan Pedoman Pembuatan dan Perawatan Jalan & Jembatan Pundu Learning Centre

9 FILOSOFI Didalam pembangunan perkebunan kelapa sawit, unsur/ faktor pertama yang menjadi bahan pertimbangan ialah faktor topografi. Faktor topografi berkaitan dengan kemudahan potong buah, pembuatan serta pemeliharaan jalan. Jalan merupakan faktor penting (urat nadi) di dalam perkebunan, maka harus diusahakan semua jalan di kebun dapat dilalui dalam segala cuaca (all weather road). Membangun jalan adalah sangat penting, peranan dan fungsi jalan di dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

10 a) Transportasi TBS ke pabrik dan MKS/IKS keluar pabrik/ kebun. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi/ raw material per ha yang tinggi di dunia (22-35 ton TBS/ha/tahun) dengan bentuk buah yang sulit diangkut secara manual. Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit dimasukkan ke dalam kelompok heavy duty crop. Dalam menjaga mutu produksi/minyak (ALB/FFA), transportasi TBS ke pabrik harus up date setiap hari ke pabrik untuk diolah pada hari itu juga. Semakin lambat diangkut ke pabrik maka akan semakin naik nilai ALB/FFA.

11 b) Transportasi pupuk masuk ke gudang kebun dan blok (lapangan). Kebutuhan pupuk per ha mencapai kg/ha/tahun. Oleh karena itu akses jalan yang baik sangat diperlukan agar pemupukan dapat berjalan dengan efisien dan efektif. c) Transportasi bibit yang dikirim langsung ke lapangan. d) Sarana transportasi bahan/ alat ke lapangan seperti semprot unit, bahan jembatan, titi pasar pikul dan lain-lain. e) Sarana mempercepat pergi dan pulangnya karyawan, karena areal perkebunan yang sangat luas. f) Sarana mempercepat dan mempertinggi intensitas kontrol dan komunikasi.

12 Mengacu kepada fungsi jalan tersebut di atas, maka perawatan jalan secara rutin adalah sangat perlu. Perawatan rutin dengan teknis yang tepat akan dapat mengurangi biaya pemeliharaan itu sendiri dan biaya transport. Ada 5 faktor penyebab kerusakan jalan : a) Air b) Bahan organik c) Kurangnya sinar matahari d) Jenis dan sifat tanah (tekstur dan struktur) e) Beban (tonase) angkutan

13 PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN Pundu Learning Centre

14 PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN Fungsi Jalan : 1. Transportasi TBS ke pabrik. 2. Transportasi pupuk masuk ke gudang kebun dan ke blok 3. Sarana transportasi bahan/alat ke lapangan 4. Sarana mempercepat pergi dan pulangnya karyawan 5. Saran mempercepat dan mempertinggi intensitas kontrol dan komunikasi

15 TUJUAN a. Bagaimana cara dan urutan-urutan kegiatan pekerjaan pembuatan jalan tanah dan jembatan. b. Bagaimana upaya untuk meminimalkan erosi permukaan tanah pada jalan tanah.

16 PENGERTIAN a. Jalan pada usaha kebun kelapa sawit merupakan penyediaan akses yang dapat menghubungkan pusat antar kegiatan, sebagai sarana transportasi material, TBS hasil panen dan pengawasan. b. Bagian jalan tanah adalah badan jalan, benteng/tanggul jalan, parit jalan dan talang air jalan atau saluran air dari badan jalan ke parit jalan. c. Jembatan adalah suatu bangunan yang dipakai untuk menghubungkan jalan yang terputus akibat adanya saluran air yang memutus jalan, dan bangunan tersebut tidak menghalangi aliran air.

17 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Memeriksa dan memastikan titik pancang pada bloking areal menjadi as jalan dan kelurusan barisan pancang. 2. Memeriksa dan mendata keadaan areal dan vegetasi tumbuh pada rencana pembuatan jalan dan dipetakan pada peta kerja pembangunan jalan. 3. Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan kegiatan pekerjaan.

18 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 4. Melakukan kegiatan pekerjaan pembuatan jalan sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan jalan, dan urutan-urutan kegiatan pekerjaan. 5. Mendata keadaan dan jenis tanah permukaan badan jalan dan dipetakan pada peta pembangunan jalan. 6. Keadaan permukaan tanah jalan : lapisan keras/padat, lembek/berlumpur 7. Jenis tanah permukaan jalan : tanah laterit/berbatu, berpasir, debu dan liat. Pundu Learning Centre

19 BAGAN ALIR PEMBUATAN JALAN DAN JEMBATAN JALAN - Mengikuti - MR bentuk blok - CR - Jalan daerah datar - Jl. Panen, Kontrol, - Jalan daerah Pringgan Bukit/lembah - Ukuran, kebutuhan - tiap blok -Mekanis/manual -Manual/mekanis -Pengerasan -Rotasi -Parit dan benteng parit -Penggalian, penimbunan jalan -Bahan pengeras LAY OUT KLASIFIKASI PEMBUATAN PERAWATAN Pundu Learning Centre

20 LAY OUT JALAN - Lay out jalan dilakukan bersamaan dengan pembuatan blok kebun. Tiap blok berbentuk persegi panjang berukuran m x 296,6 m. Disebelah utara dan selatan blok dibatasi jalan utama, sedang disebelah timur dan barat dibatasi jalan sekunder. - Dengan membuat blok berukuran 29,87 Ha, maka tiap hektar terdapat 33,71 m collection road dan 9,93 m main road, maka luas jalan tiap ha blok adalah 327,5 m² atau 3,2 %.

21 LAY OUT JALAN - Jangan memaksakan jalan dibuat berbentuk grid pada daerah kemiringan besar atau lembah yang curam. Apabila kemiringan > 22º, pembuatan jalan harus dibelokkan melambung ke kiri atau kekanan, kemudian kembali keposisi semula. - Hindari pembuatan jalan buntu atau jalan pusingan.

22 C.R. (1.016 Mtr) LAY OUT JALAN DAERAH DATAR M.R. (303,6 Mtr) 4,5 Mtr 9 Mtr 9,2 M 3,5 Mtr 9,2 M 9,2 M 8 Mtr 3,5 M 1,1 Mtr

23 LAY OUT JALAN DAERAH BERBUKIT DAN LEMBAH Lembah curam > 22º Bukit terjal > 22º

24 KLASIFIKASI JALAN Jalan dibedakan atas jalan utama (main road), jalan sekunder (collection road), jalan kontrol serta jalan pinggir kebun. a. Jalan Utama (Main Road) - Lebar keseluruhan : 9 meter - Lebar badan bersih: 7 meter - Parit : 1 x 1 m (sesuaikan keadaan) - Kaki lima jalan : 0,8 m (minimal) Fungsi dari jalan ini adalah untuk menghubungkan tiap-tiap divisi, pabrik, emplasmen dan keluar masuk kebun. Pundu Learning Centre

25 KLASIFIKASI JALAN b. Jalan Sekunder (Collection Road) - Lebar keseluruhan : 7 meter - Lebar badan bersih : 5 meter - Parit : 1 x 1 m (sesuaikan keadaan) - Kaki lima jalan : 0,8 m (minimal) Fungsi dari jalan ini adalah untuk membagi blok dan pengangkutan hasil ke pabrik, serta pengangkutan bahan-bahan perawatan.

26 KLASIFIKASI JALAN c. Jalan Kontrol dan Jalan Panen Jalan ini terdapat didalam blok, jalan panen terletak diantara barisan tanaman yang berselang seling (2:1) dan jalan kontrol membagi blok Utara Selatan dan tepat ditengah blok. d. Jalan Pinggir Kebun Jalan ini berfungsi sebagai pembatas kebun dan juga sebagai isolasi alang-alang. Disebelah luar jalan dibuat parit isolasi.

27 CARA PEMBUATAN JALAN a. Jalan di Daerah Datar - Sebelum jalan dibentuk, semua sisa akar dan tunggul kayu harus dibongkar. Pembuatan jalan ini dapat menggunakan buldozer ataupun motor greader. Permukaan tanah dikupas dengan membentuk badan jalan cembung seperti batok tengkurap. - Apabila permukaan atas tanah mengandung tanah lempung/debu, harus dikeluarkan dari badan jalan. Sehingga permukaan jalan terdiri lapisan sub soil yang merata.

28 CARA PEMBUATAN JALAN - Di kiri kanan jalan dibuat parit dan kaki lima jalan. Setiap 50 m dibuat penyaluran air parit ke luar parit drainease yang ada. - Di daerah benar-benar datar diatur kedalaman parit dan parit jalan ini harus terjaga sepanjang waktu b. Jalan di Daerah Kemiringan - Pada daerah kemiringan, jalan dibuat seperti pembuatan teras bersambung, tetapi tidak perlu waterpas, melingkari memutari gunung atau bukit. - Konstruksi jalan sama dengan jalan datar, hanya perlu dibuat rorak kecil di dalam parit sebagai pematah aliran air dan erosi.

29 CARA PEMBUATAN JALAN - Konstruksi jalan dibuat miring ke arah dalam sebesar 5º 10º. Setiap jarak 50 m dibuat saluran pembuangan dari parit drainase berupa goronggorong memotong jalan di dalam tanah. Atau dapat pula membuat parit melintasi jalan dan diatasnya dibuat jembatan betina.

30 CARA PEMBUATAN JALAN c. Jalan di Daerah Rendahan (Rawa) - Pada daerah rendahan (rawa), pekerjaan pembuatan jalan dilakukan dengan cara menggali salah satu sisi jalan yang akan dibuat kemudian tanahnya dipindahkan keatas. Setelah tanah tersebut cukup kering baru dilapisi dengan tanah laterit atau sirtu.

31 PERAWATAN JALAN a. Perawatan jalan harus dilakukan secara rutin. Jangan menunggu sampai kondisi jalan rusak parah. Untuk itu diperlukan tenaga kerja ± 8 % tiap divisi untuk pengerjaan perawatan jalan. b. Disamping itu lakukan pemadatan jalan, menghindari genangan air dengan melancarkan parit jalan merupakan kunci perawatan jalan.

32 PERAWATAN JALAN c. Kegiatan perawatan jalan meliputi : - Pengerasan dan pembentukan kembali. Hal ini untuk mengembalikan fungsi dan bentuk jalan kepada keadaan semula yang dapat dilaksanakan secara mekanis dan manual. - Semprot jalan dimana gulma yang menutupi jalan. - Cuci/rawat parit. - Tunas pelepah tanaman secukupnya yang menaungi jalan.

33 GAMBAR Kaki lima jalan 1 mtr 60 cm Permukaan tanah asal Badan jalan 40 cm Gambar penampang jalan, parit dan kaki lima jalan di daerah datar

34 GAMBAR Permukaan tanah asal Badan jalan Kemiringan 5º 10º Parit Drainase Tanah timbunan dikumpulkan Gambar konstruksi jalan di daerah miring

35 JEMBATAN - Jembatan sangat penting sebagai penguhung dari parit atau sungai untuk jalan masuk. Pada area dimana volume air yang mengalir sangat deras, jembatan lebih sesuai daripada gorong-gorong. - Ada beberapa type jembatan seperti Jembatan kayu, jembatan beton, dan jembatan semi beton. - Pada umumnya yang sering digunakan di perkebunan adalah jembatan kayu atau semi beton. Merupakan hal yang penting untuk memperbaiki papan/kayu jembatan, supaya dapat dilalui oleh kendaraan yang berat. - Kelebarannya harus disesuaikan dengan kelebaran roda kendaraan.

36 GORONG - GORONG Fungsi dari gorong-gorong adalah sama dengan jembatan, umumnya supaya air mengalir dengan baik, selain itu juga untuk mengalirkan air yang tergenang di jalan. Ukuran dari gorong-gorong tergantung volume air yang mengalir terutama dimusim hujan. Bagaimanapun juga gorong-gorong yang berfungsi sebagai saluran dibawah tanah harus mempunyai diameter tidak kurang dari 45 cm.

37 HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN JALAN a. Kontruksi yang diinginkan b. Sistem drainase jalan c. Sistem geometrik jalan d. Leveling kontur jalan e. Perlakuan geoteknik pondasi jalan f. Desain kapasitas jalan dan kelas jalan

38 JENIS JALAN 1. Jalan Akses (Access road) 2. Jalan Utama (Main road) 3. Jalan pengumpul/koleksi (Collection road)

39 Parit Utama Parit Utama Jalan Utama LAY OUT PEMBUATAN JALAN Jembatan Jalan Produksi Jembatan Jembatan Parit Koleksi Blok 30 Ha Jembatan Parit Koleksi Lay out Pembuatan Jalan

40 CARA PEMBUATAN JALAN 1.Jalan di areal Datar 2.Jalan di areal mineral berbukit 3.Jalan di areal rawa/ rendahan

41 JALAN DI AREAL DATAR Gb Layout Main Road 3 meter Badan jalan 9 meter 3 meter Badan jalan dibuat cembung 2-4 %, kemiringan kontur derajat

42 JALAN DIAREAL DATAR Gb Layout Collection Road 3 meter Badan jalan 7 meter 3 meter Badan jalan dibuat cembung 2-4 %, kemiringan kontur derajat

43 JALAN DIAREAL DATAR Pembuatan jalan pada areal datar

44 JALAN DI AREAL MINERAL BERBUKIT Tanaman penutup Tumpukan karung 10 0 yang berisi pasir 75 cm Saluran Masuk Ø 30 cm - Saluran keluar 75 cm Lay out Jalan pada areal berbukit

45 JALAN DI AREAL MINERAL BERBUKIT Pembuatan jalan pada areal berbukit

46 JALAN DI AREAL RAWA/RENDAHAN/GAMBUT Layout Main Road Areal Gambut 2m 4m 1m 7m 1m 2m 4m 2,5m Main Road Main drain

47 JALAN DI AREAL RAWA/RENDAHAN/GAMBUT Layout Collection Road Areal Gambut 2m 2m 1m 5m 1m 2m 2m Collection drain 1,5m Collection Road

48 JALAN DI AREAL RAWA/RENDAHAN/GAMBUT Pembuatan jalan MR pada areal rendahan

49 TEKHNIK PENGERASAN JALAN

50 PEMBUATAN JALAN AREAL RENDAHAN Pembuatan jalan CR pada areal rendahan

51 TEKHNIK PENGERASAN JALAN

52 PEMELIHARAAN JALAN 1. Pemeliharaan parit jalan (cuci parit) agar aliran air selalu lancar. 2. Semprot jalan yaitu memberantas gulma yang menutupi jalan. 3. Tunas pasar yaitu memotong pelepah yang menaungi jalan. 4. Meratakan dan membentuk ulang jalan dengan menggunakan grader dan dilanjutkan dengan pemadatan dengan compactor/roller.

53 PEMBUATAN DAN PERAWATAN JEMBATAN Pundu Learning Centre

54 JENIS JENIS JEMBATAN 1. Box Culvert 2. Culvert 3. Jembatan Kayu Ulin 4. Jembatan Beton Bertulang 5. Jembatan Kontruksi Baja dan Beton Komposit

55 BOX CULVERT

56 CULVERT

57 CULVERT

58 JEMBATAN KAYU ULIN

59 JEMBATAN BETON BERTULANG

60 JEMBATAN KONSTRUKSI BAJA DAN BETON KOMPOSIT

61 JEMBATAN KONSTRUKSI BAJA DAN BETON KOMPOSIT Jembatan Kontruksi Baja dan Beton Komposit

62 DINDING PENAHAN TANAH 1. Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yag berfungsi untuk mencegah keruntuhan tanah yang kondosinya curam/lereng. 2. Dinding penahan tanah harus memiliki pondasi yang kokoh terutama yang berbatasan langsung dengan sungai

63 TIPE DINDING PENAHAN TANAH 1.DPT Tembok pasangan batu (Stone masonry) 2.DPT Type gravitasi 3.DPT Type Menyandar 4.DPT Type Kantilever 5.DPT Type dengan penahan/penyokong 6.DPT Type khusus

64 TIPE DINDING PENAHAN TANAH

65 BENDUNGAN Bendungan (dam) adalah salah satu bentuk bangunan yang berfungsi menahan air dibagian hilirnya dengan membuat tampungan airnya dalam rangka pengaturan aliran (run off).

66 TYPE BENDUNGAN 1.Type Timbunan Tanah 2.Type Gravity 3.Type Arch 4.Type Hollow Gravity 5.Type Buttress

67

68 ADMINISTRASI Semua Jalan yang ada harus dipetakan dan diberi keterangan sebagai berikut: 1. Warna hijau untuk jalan yang keadaannya baik 2. Warna kuning untuk jalan yang keadaannya kurang baik dan memerlukan perbaikan ringan 3. Warna merah untuk jalan yang keadaanya buruk, sulit dilalui oleh truk atau traktor dan memerlukan perbaikan berat

69 PETA KONDISI JALAN Contoh Peta Kondisi Jalan divisi 1 GME

70 ADMINISTRASI Semua Jembatan dan gorong gorong yang ada harus dipetakan dan diberi keterangan.

71 PETA GORONG - GORONG Gorong-gorong 2 x 4 M Gorong-gorong 1 x 4 M Contoh Peta Gorong gorong GME

72 Build & Maintenance of Road and Bridge (BGAAGRKS-STDR-PJJ) Standard and Measurements Standards No. Name Description 1 Jalan Persentase (%) penyelesaian Achievement Level Weight Excellent Good Satisfactory Fair Poor % >90 - <100 >80 - <90 >70 - <80 >60 - <70 <60 25 Method of Measurement BGAAGRKS-STFR-PJJ 1.A. Penyelesaian program pembuatan jalan Persentase (%) penyelesaian program pembuatan jalan >90 - < >80 - <90 54 >70 - <80 48 >60 - <70 42 < B. Penyelesaian program grading jalan Persentase (%) penyelesaian program grading jalan >90 - < >80 - <90 35 >70 - <80 30 >60 - <70 25 < Desain dan Bentuk Jalan Persentase (%) jalan yang sesuai dengan desain dan bentuknya (ketentuan) >90 - <100 >80 - <90 >70 - <80 >60 - <70 < Jembatan Persentase (%) penyelesaian >90 - <100 >80 - <90 >70 - <80 >60 - <70 < A. Penyelesaian program pembuatan jembatan Persentase (%) penyelesaian program pembuatan jembatan >90 - < >80 - <90 54 >70 - <80 48 >60 - <70 42 < B. Penyelesaian program pemeliharaan jembatan Persentase (%) penyelesaian program pemeliharaan jembatan >90 - < >80 - <90 35 >70 - <80 30 >60 - <70 25 < Kualitas Prasarana Persentase (%) Kualitas >90 - <100 >80 - <90 >70 - <80 >60 - <70 < A. Jalan Persentase (%) jalan yang bisa dilalui dengan baik oleh transport (truk) >90 - < >80 - <90 54 >70 - <80 48 >60 - <70 42 < B. Jembatan Persentase (%) jembatan yang bisa dilalui dengan baik oleh transport (truk) >90 - < >80 - <90 35 >70 - <80 30 >60 - <70 25 < Biaya Pemeliharaan Jalan dan Jembatan (Rp/Ha) Persentase (%) pencapaian realisasi biaya pemeliharaan prasarana terhadap anggaran >90 - <100 >100 - <105 >105 - <110 >110 - <115 > Total 100

73

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

PENANAMAN KACANGAN. Oleh : Sri Hartono Area Controller 4. Pundu Learning Centre

PENANAMAN KACANGAN. Oleh : Sri Hartono Area Controller 4. Pundu Learning Centre PENANAMAN KACANGAN Oleh : Sri Hartono Area Controller 4 Pundu Learning Centre Struktur Penulisan SOP Penanaman Kacangan Pundu Learning Centre SOP Penanaman Kacangan Strukturisasi SOP Penanaman Kacangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Produksi Kelapa Sawit Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas lahan dan benih kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat-syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

1. DEFINISI BENDUNGAN

1. DEFINISI BENDUNGAN 1. DEFINISI BENDUNGAN Bendungan atau Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke

Lebih terperinci

LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor :

LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor : 1. Redesign Block a. Pekerjaan Redesign Block akan dikerjakan oleh Kontraktor yang sudah ditunjuk oleh Pihak Perusahaan, termasuk didalamnya pekerjaan Pancang Rumpukan, Pancang Jalan, Pancang Parit, Pancang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas. Perkebunan biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Areal Pasang Surut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, jembatan mempunyai fungsi untuk menghubungkan dua wilayah atau daerah. Seperti halnya jalan, jembatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre

PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre - 2013 PENDAHULUAN Pundu Learning Centre - 2013 DEFINISI Blok tanam : Areal tanaman seluas kurang lebih 50 ha dengan panjang 2.000 m dan lebar 250 m Blocking/batas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) A. PENGERTIAN Dinding penahan tanah (DPT) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di

Lebih terperinci

Jojon Soesatrijo. Abstrak

Jojon Soesatrijo. Abstrak STUDI PEMANFAATAN KAYU ULIN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TITI PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus di PT. Buana Karya Bhakti Kalimantan Selatan) Jojon Soesatrijo Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Disusun untuk melengkapi tugas TIK Disusun Oleh: Bachrul Azali 04315046 Tugas TIK Universitas Narotama 2015 http://www.narotama.ac.id 04315044 Bachrul azali Page 1 Erosi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL

PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL Pundu Learning Centre - 2012 POKOK BAHASAN 1 Pendahuluan 2 Tahapan Pembukaan lahan di areal Marginal 3 Pemanfaatan Lahan Marginal (Areal Pasir & Areal Pasang Surut) 4 Upaya peningkatan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI EROSI ALUR SERTA DAMPAKNYA DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI EROSI ALUR SERTA DAMPAKNYA DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI EROSI ALUR SERTA DAMPAKNYA DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian tentang identifikasi potensi erosi alur dan dampaknya pada areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Jembatan dapat dikatakan sebagai salah satu peralatan tertua di dalam peradaban manusia. Pada zaman dahulu, jembatan mula-mula dibuat dengan menggunakan balok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI Nursyamsu Hidayat, Ph.D. TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI TANAH DASAR (SUBGRADE) Fungsi tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum Salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya pengembangan suatu wilayah/daerah ialah Sistem Transportasi. Jalan raya dan jembatan merupakan bagian dari sistem transportasi

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Longsoran Pengertian gerakan tanah (mass movement) dengan longsoran (Landslide) mempunyai kesamaan. Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Team ilmu sipil dalam websitenya mengartikan pile cap sebagai bagian dari pondasi bangunan yang digunakan untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 96 BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 6.1 Perlindungan Muara Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Namun perkembangan tersebut tidak merata tiap daerahnya. Menurut BAPPENAS, dalam bahan terkait penyusunan Rencana Kerja

Lebih terperinci

TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV

TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV 1. PENDAHULUAN Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk pertanian meliputi

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 43/MENLH/10/1996 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS DI DATARAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1 I. INFORMASI / PENDAHULUAN 1. Peta lokasi pekerjaan : (lihat lampiran) a Lokasi pelaksanaan pekerjaan 2. Informasi Pekerjaan & Lapangan a Site : - Luas tempat kerja : memanjang - Topografi : daerah aliran

Lebih terperinci

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN A. PENGERTIAN DAN KONSEP Pembukaan wilayah hutan merupakan kegiatan yang merencanakan dan membuat sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka mengeluarkan kayu. Prasarana

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1 I. INFORMASI / PENDAHULUAN 1. Peta lokasi pekerjaan : (lihat lampiran) a Lokasi pelaksanaan pekerjaan 2. Informasi Pekerjaan & Lapangan a Site : - Luas tempat kerja : memanjang - Topografi : daerah aliran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

ARDYCHA PRAYUDHA NRP

ARDYCHA PRAYUDHA NRP TUGAS AKHIR ESTIMASI BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PERKERASAAN RIGID PAVEMENT TOL SURABAYA- MOJOKERTO STA 37+000 42+000 JAWATIMUR ARDYCHA PRAYUDHA NRP. 3111040612 PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat CV. Jawara Kasih Sejati CV. Jawara Kasih Sejati (Perusahaan) secara resmi didirikan pada tanggal 23 Desember 2005 di hadapan notaris publik Laurensia Emilia,S.H.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Pekerjaan Persiapan dan pengumpulan Data 3.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan yang harus dipersiapkan guna memperlancar jalannya pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknis dan

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk mengendalikan aliran sedimen akibat erupsi gunung api. Daerah aliran sungai bagian hulu di sekitar gunung api aktif

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI (Route Location)

PENENTUAN LOKASI (Route Location) PENENTUAN LOKASI (Route Location) Penentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dilakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelum tahap perancangan (design) suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci