PEMECAHAN MASALAH KRISIS ENERGI LISTRIK DI PULAU TARAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMECAHAN MASALAH KRISIS ENERGI LISTRIK DI PULAU TARAKAN"

Transkripsi

1 PEMECAHAN MASALAH KRISIS ENERGI LISTRIK DI PULAU TARAKAN Syafaruddin* and Salama Manjang Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar * Abstrak Penyediaan dan penyaluran energi listrik ke konsumen dalam konteks desentralisasi kelistrikan tidak bisa lagi dipandang dari aspek teknis semata tetapi juga dari aspek manajemen,hukum dan bahkan aspek sosial ekonomi masyarakat.hal ini disebabkan adanya korelasi yang kuat antara aspek-aspek ini membentuk suatu sistem hingga energi listrik itu bisa dinikmati pelanggan.aspek teknis mencakup bidang pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik dengan target keandalan dan kualitas yang tinggi.keandalan yang tinggi berkaitan dengan tingginya tingkat kontinuitas pelayanan listrik ke pelanggan atau semakin rendahnya tingkat pemadaman listrik dalam suatu periode tertentu. Sementara itu, ekspektasi pelanggan yang lain adalah kualitas suplai yang tinggi, mencakup batas tegangan dan frekuensi listrik dalam batas standar yang ditentukan. Pada akhirnya, semua pelanggan listrik tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal teknis, yang penting bahwa peralatan listrik bisa menyala tanpa mengalami gangguan yang berarti dengan harga listrik yang terjangkau. Kata kunci: kajian akademis, krisis energi, pasokan gas, manajemen energi. Abstract Provisionanddistribution of electrical energytoconsumersin the context ofdecentralizedelectricity market can no longerbe viewedfroma purely technicalaspectbutalsofromthe aspectof management, legalandevensocio-economic aspectsof society. This is due tothe strongcorrelationbetweenthese aspects in the electricalenergy production. The technical aspectsincludethe high reliability and quality of generation, transmissionanddistributionof electric power systems.high reliabilityassociatedwith the highlevel ofcontinuity ofelectric supply tocustomers by means oflow level ofpower outagesin certain periods. Meanwhile, customerexpectationsare highquality power supply, including voltageandfrequencylimits ofpowerwithin defined standards. In the end, customersare nottoo concerned abouttechnical matters, but it is important thatelectrical equipmentcan be operatedwithoutexperiencingsignificant disruptionwithin affordable electricityprices. Kata kunci: academic study, energy crisis, gas supply, energy management. 1174

2 1. Pendahuluan Pelayanan listrik yang baik dengan kontinuitas yang tinggi tentunya akan berdampak pada peningkatan derajat sosial ekonomi masyarakat. Rasa kenyamanan dan ketentraman masyarakat terutama pada malam hari akan tercipta jika suplai listrik terus tersedia ke pelanggan. Intinya bahwa aktifitas keseharian masyarakat akan berjalan lancar yang dengan sendirinya memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat. Bandingkan saja jika sering terjadi pemadaman listrik, maka akan muncul ketidakpuasan pelanggan yang diperparah lagi dengan tidak adanya kompensasi jika terjadi pemadaman listrik. Gejolak sosial dan keresahan di masyarakat akan sangat rawan muncul sehingga pada akhirnya berdampak negatif pada aktifitas ekonomi [Eka Budianti, 2014]. Aspek manajemen dalam suatu perusahaan listrik lebih berkaitan dengan proses pengaturan efisiensi dan koordinasi antara aspek finansial dan teknis. Pertimbangan biaya yang ekonomis dalam alur produksi listrik dan penentuan jadwal pemeliharaan peralatan listrik mulai dari sisi pembangkitan hingga sisi pelanggan menjadi bagian dari aspek manajemen. Demikian juga dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif menjadi target operasional manajemen. Faktor-faktor ini sangat relevan dengan biaya pembangkitan energi listrik yang rendah termasuk pemilihan tipe generator dan sumber energi untuk pembangkitan listrik.dalam skala yang lebih luas, aspek manajemen mengcakup pengaturan penentuan tarif listrik berdasarkan biaya pembangkitan listrik dan kemampuan pelanggan untuk membayar listrik[wayne C. Turner & Steve Doty, 2007]. Aspek hukum juga memegang peranan yang sangat kuat dalam menjamin proses pembangkitan dan ketersediaan energi listrik dalam konteks deregulasi pasar listrik. Perusahaan penyedia tenaga listrik tentunya tidak mampu dengan sendirinya memenuhi semua elemen dalam faktor produksi energi listrik. Pasti ada perusahaan dan pihak lain yang mendukung terlaksananya keseluruhan proses. Misalnya ada perusahaan lain yang bertindak sebagai penyedia energi primer atau terdapat pihak lain membeli porsi energi listrik yang telah dibangkitkan dengan harga dan volume yang telah disepakati. Semua mekanisme yang disebutkan di sini berjalan terkait dengan adanya kontrak kerjasama untuk menjamin ketersediaan suplai energi primer dan penjualan porsi energi listrik ke pelanggan.yang namanya kontrak, terdapat klausul-klausul yang telah disepakati oleh masing-masing pihak dan terdapat penalti atau kompensasi yang mesti dibayarkan jika sekiranya ada pihak yang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Jika semua aspek teknis, manajemen, hukum berjalan dengan lancar dalam suatu sistem penyedia layanan kelistrikan maka pelanggan akan mendapatkan suplai daya dan energi listrik secara kontinyu. Dalam hal ini, otoritas kelistrikan mempunyai kapasitas pembangkit listrik atau ketersediaan generator melebihi kapasitas beban puncak pelanggan.terpenuhinya kontrak mengenai kemampuan suplai energi primer oleh partner perusahaan sesuai dengan volume dan harga yang disepakati. Hal ini akan berimbas pada kemampuan daya beli listrik masyarakat terhadap tarif listrik yang ditentukan di mana tarif ini bisa saja lebih rendah di bawah standar tarif listrik nasional. Tingkat kepuasan pelanggan akan tercipta dengan sendirinya pada saat keandalan suplai listrik yang tinggi ditandai dengan tingkat pemadaman listrik yang rendah dengan harga jual listrik yang terjangkau[kementerian ESDM, 2012]. Krisis energi listrik yang terjadi di Pulau Tarakan disebabkan karena ada salah satu aspek yang disebutkan di atas tidak berjalan dengan semestinya. Berdasarkan informasi yang diperoleh selama survei dan pengambilan data di Pulau Tarakan, total kapasitas generator untuk pembangkitan energi listrik yang dimiliki oleh PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN); penyedia lokal kelistrikan di Pulau Tarakan sebesar 69MW yang didominasi oleh pembangkit listrik tenaga gas dan didukung oleh back-up pembangkit listrik tenaga diesel sebagai peak shaving generation. Nilai kapasitas pembangkit ini hampir 2 kali di atas beban puncak yang berkisar antara MW, yang artinya generator yang tersedia, dalam kondisi normal mampu melayani total kapasitas pelanggan listrik. Sekilas, persoalan kemudian timbul ketika PT MEDCO yang menjadi partner perusahaan penyedia suplai bahan bakar gas mengklaim tidak mampu menyediakan volume gas sesuai dengan kontrak yang telah disepakati yaitu 5 mmbtu dengan alasan keadaan kahar (force major) berdasarkan survey geologi perusahaan. Konsekuensinya PT MEDCO hanya mampu mengsuplai gas sekitar 0,2 mmbtu untuk pembangkitan listrik, yang berarti ada defisit suplai gas sekitar 4,8 mmbtu yang setara dengan 19,2 MW pelanggan yang tidak mendapatkan suplai energi listrik di pulau Tarakan. Hal ini diperparah karena dalam kontrak penyedia suplai gas antara PT PLN Tarakan dan PT MEDCO tidak disebutkan adanya penalti atau kompensasi jika pihak penyedia gas tidak mampu memenuhi kewajibannya.dalam hal ini, patut diduga adanya tekanan yang kuat oleh PT MEDCO terhadap PT PLN Tarakan dalam penyusunan kontrak kerjasama ini. Seandainya ada mekanisme kompensasi, maka krisis listrik tidak akan terjadi karena bisa saja kompensasi ini digunakan untuk pembelian bahan bakar solar mendukung operasi pembangkit listrik tenaga diesel yang dimiliki oleh PTPLN Tarakan. 1175

3 Dengan fakta bahwa sebagian besar pelanggan tidak tersuplai energi listrik, maka muncul ketidakpuasan pelanggan karena selama ini mereka dimanjakan dengan ketercukupan suplai energi listrik dengan tarif lebih rendah dibandingkan dengan tarif listrik nasional.muncul rasa ketidak percayaan yang besar oleh masyarakat ke Pemda Tarakan dan PT PLN Tarakan terkait dengan penanganan krisis energi listrik.sebagian masyarakat beranggapan bahwa Pemda Tarakan tidak mampu memberikan kebijakan yang mengarah pada solusi penanganan krisis energi listrik. Sementara yang lain beranggapan bahwa PT PLN Tarakan tidak mampu bekerja dengan baik menutupi kekurangan pasokan energi listrik. Sebagian masyarakat menyuarakan bahwa PT PLN Tarakan dikembalikan saja ke PTPLN (Persero) dengan alasan tidak mungkin pemerintah pusat akan melakukan pembiaran tanpa suplai listrik di Pulau Tarakan yang notabene sebagai beranda tapal batas utara NKRI. Akan tetapi, sebagian yang lain tetap berfikir rasional bahwa konsep privatisasi masih bisa berjalan normal dengan melakukan beberapa penyesuaian tarif dasar listrik yang berdasar pada biaya pembangkitan energi yang sesuai dengan kondisi pembiayaan keuangan terkini. 2. Penyebab Krisis Energi Listrik Berdasarkan hasil survey lapangan tentang kondisi kelistrikan di Pulau Tarakan, bisa diidentifikasi bahwa penyebab utama terjadinya krisis energi bisa digeneralisasi menjadi dua masalah yaitu ketersediaan energi primer dan harga jual listrik yang diklaim jauh lebih rendah dibandingkan dengan tarif listrik nasional.ketersediaan energi primer dalam hal ini adalah berkurangnya suplai energi gas ke PT PLN berdampak pada menurunnya kapasitas energi listrik yang dibangkitkan generator.dampaknya sebagian pelanggan listrik tidak mendapatkan suplai yang cukup ditandai dengan seringnya terjadi pemadaman bergilir.di sisi yang lain, faktor harga jual energi listrik yang rendah berdampak pada kinerja pembangkitan dan pelayanan listrik ditandai dengan menurunnya volume produksi energi listrik, apalagi jika pembangkit yang dioperasikan berbahan bakar solar/diesel. Penyebab utama kekurangan suplai energi primer ke PT PLN Tarakan dimulai dengan tidak mampunya PT MEDCO mengsuplai energi gas untuk pembangkitan listrik sesuai dengan volume dan harga yang tertera dalam kontrak kerjasama.alasan yang dikemukakan oleh PT MEDCO adalah terjadinya kondisi kahar (force major) berdasarkan hasil survey geologi sepihak oleh perusahaan.kondisi kahar ini yang dijadikan patokan dalam kontrak bahwa dengan kondisi ini, PT MEDCO tidak dapat dikenakan penalti. Dampaknya, suplai gas dari PT MEDCO ke PTPLN Tarakan menurun dari 5 mmbtu menjadi 0,3mmbtu yang setara dengan defisit daya listrik sebesar 19,2 MW. Pada saat kondisi ini terjadi, pemadaman listrik bergilir otomatis sering dilakukan. Untuk saat ini, kondisi defisit energi sebesar 5 mmbtu ditutupi oleh suplai dari PT Pertamina EP Bunyu sehingga pemadaman listrik bisa diminimalisasi dengan catatan bahwa basis suplai listrik difokuskan ke pelanggan rumah tangga. Terdapat hal yang menarik untuk dicermati, ketika PT MEDCO tidak dapat memenuhi kewajiban kontrak suplai gas ke PT PLN Tarakan.Pada permulaan periode kontrak produksi gas mampu sampai dengan 20 mmbtu sehingga tidak ada masalah listrik. Seiring dengan berjalannya waktu, produksi gas menurun drastis hingga 5 mmbtu dan puncaknya pada saat periode tahun pertama pada kontrak kedua yaitu Januari 2012, produksi gas terjun bebas ke 0,3mmbtu. Terdapat keanehan pada kondisi ini karena pada periode yang sama produksi minyak PT MEDCO meningkat secara tajam. Hal ini bisa disinyalir bahwa memang target operasi pengeboran PT MEDCO beralih dari gas ke minyak karena pada saat itu harga minyak bumi meningkat secara tajam dari Rp. 6000,- perliter(2010) ke Rp ,- perliter (2013). Berdasarkan informasi ini kita bisa mengvalidasi dengan mengacu pada lapisan geologi pengeboran bahwa lapisan pertama adalah gas, lapisan kedua adalah minyak bumi dan lapisan berikutnya adalah gabungan air dan mineral lain. Oleh karena itu, dengan mengperpanjang pipa pengeboran, maka sebenarnya PT MEDCO meninggalkan zona gas untuk mendapatkan minyak bumi.kemudian, sangat masuk diakal bahwa volume gas yang diperoleh dari hasil pengeboran menurun tajam karena yang diperoleh tinggal gas ikutan (associated gas) saja.dengan demikian, klaim sepihak dari PT MEDCO bahwa volume gas menurun dari hasil pengeboran secara geologi berkurang masih perlu dipertanyakan. Mestinya ada suatu tim independen dari PT PLN Tarakan yang dibentuk untuk menyelidiki dan mengverifikasi kondisi ini karena merupakan salah satu klausul kontrak mengenai suplai gas. Hal lain yang patut mendapatkan perhatian adalah pada saat PT MEDCO hanya mampu mengsuplai 0,3mmbtu ke PT PLN Tarakan, terdapat kontrak baru suplai gas pada bulan Januari 2012 antara PT PLN Tarakan dan Manhattan Kalimantan Investment, PTE, LTD atau (MKI) sebesar 5 mmbtu. Dalam kontrak ini PT MKI mampu menyediakan suplai gas sebesar 5 mmbtu.akan tetapi sampai sekarang, realisasi kontrak suplai gas ini belum ada. Berdasarkan alur waktu kejadian, sepertinya adaperjanjian antara PT MEDCO dan PT MKI mengenai pasokan defisit gas yang tidak mampu dipenuhi PT MEDCO kemudian digantikan oleh PT MKI.Lebih jauh bisa ditelaahbahwa tidak mungkin PT MKI sebagai 1176

4 investor baru mampu memasok gas dengan harga yang sama dengan PT MEDCO sebelumnya dengan mengacu pada besarnya biaya pengeboran minyak yang dikeluarkan. Ditambahkan lagi bahwa PT MKI menggunakan sebagian jalur pipa gas yang notabene dimiliki oleh PT MEDCO. Investigasi lanjut oleh tim independen dibutuhkan untuk mengkaji permasalahan ini. Terlepas dari kedua persoalan yang dikemukakan di atas, krisis energi listrik di Pulau Tarakan tidak terjadi seandainya ada rasa peduli PT MEDCO ke masyarakat Kota Tarakan dan PT MKI betul mampu mengsuplai gas ke PT PLN Tarakan tepat waktu. Tidak masalah bahwa orientasi pengeboran oleh PT MEDCO beralih dari gas ke minyak.tetapi, sebagian hasil penjualan minyak bumi digunakan sebagai subsidi bahan bakar solar ke PT PLN Tarakan.Hal ini tentunya bisa menutupi kekurangan suplai daya listrik ke masyarakat dengan pengoperasian mesin diesel.dengan model subsidi yang seperti ini maka terdapat penguatan yang signifikan pada program corporate social responsibility (CSR) dari PT MEDCO.Dalam kajian ini disarankan bahwa program CSR PT MEDCO perlu diperbaharui berfokus pada bantuan penyediaan energi listrik pada masyarakat sekitar.sementara itu, berkaitan dengan suplai gas dari PT MKI, krisis energi listrik di Kota Tarakan tidak akan terjadi seandainya tidak terjadi keterlambatan suplai gas karena tentunya semua generator listrik PT PLN Tarakan yang berbahan bakar gas tetap bisa beroperasi. Penyebab lain terjadinya krisis energi listrik adalah harga jual listrik terlalu rendah sehingga tidak mampu menutupi biaya operasional pembangkitan PT PLN Tarakan. Berdasarkan datapt PLN Tarakan, harga jual listrik di PT PLN Tarakan jauh di bawah harga tarif listrik nasional untuk hampir semua kategori pelanggan listrik. Sebagai gambaran awal mengenai tarif dan biaya pembangkitan listrik di mana harga solar Rp. 4000,- sementara listrik dijual ke pelanggan berkisar antara Rp.500,- s/d Rp.1300,-.Nilai ini terhitung pada saat belum ada kenaikan harga bahan bakar solar.belum lagi pertimbangan terjadinya inflasi untuk barang/jasa yang lain dari 6,96% pada tahun 2010 ke 10,35% tahun 2013, sementara belum ada penyesuaian tarif sama sekali. Persoalan menjadi lebih besar pada saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar solar ke kisaran Rp ,- sementara tidak ada perubahan tarif listriktentunya ini menjadi kerugian besar bagi PT PLN Tarakan jika mereka mengoperasikan generator diesel. Seperti diketahui bahwa PT PLN Tarakan mempunyai mesin diesel dengan kemampuan setara 4 mmbtu (kapasitas sekitar 16 MW).Meskipun perlu dicatat bahwa mesin diesel ini hanya digunakan untuk peak shaving atau dioperasikan pada saat terjadi beban puncak. 3. Dampak Krisis Energi Listrik Kekisruhan permasalahan sosial di masyarakat muncul ketika seringnya terjadi pemadaman bergilir pada saat periode beban puncak.hal ini memang tidak bisa dihindari karena kemampuan PTPLN Tarakan hanya bisa mengsuplai beban dasar pada kisaran 20 MW.Sementara ekspektasi masyarakat yang sangat besar karena selama ini mereka dimanjakan dengan penyediaan energi listrik yang berlimpah.hampir setiap saat terjadi demonstrasi menuntut perbaikan kinerja PT PLN Tarakan hingga terjadi puncaknya pada bulan Maret 2013.Sementara itu, muncul perasaan saling curiga antara PT PLN Tarakan dan PEMDA Tarakan tentang siapa yang bertanggung jawab pada permasalahan krisis energi listrik ini. PEMDA seolah-olah tidak percaya bahwa PT PLN Tarakan menderita kerugian dengan basis tarif listrik yang sekarang mengacu pada gaya hidup karyawan yang wah dibandingkan dengan karyawan perusahaan lainnya. Namun, PT PLN mengklaim bahwa mereka bisa bertahan karena adanya bantuan dari pusat berupa shareholder growth dan penerbitan obligasi dengan mempertimbangkan bunga, pajak dan cashflow. Di lain pihak PT PLN Tarakan memandang bahwa PEMDA tidak sepenuh hati menangani persoalan listrik di Kota Tarakan. Hal itu dibuktikan pada saat bantuan pusat berupa mesin PLTU sebesar 4x7 MW beserta dana pembebasan lahan tidak mampu difasilitasi oleh PEMDA Tarakan. Ditambahkan lagi tentang kesepakatan mengenai tanggung jawab pembelian bahan bakar solar oleh PEMDA Tarakan tidak bisa terealisasi dengan alasan bahwa PT PLN Tarakan adalah swasta sehingga tidak dapat menerima subsidi pemerintah berdasarkan aturan perundang-undangan. Sementara itu, PT PLN Tarakan juga menilai bahwa PEMDA lebih mengprioritaskan dan memberikan ruang yang lebih luas ke PERUSDA untuk pembangunan PLTU berkapasitas 2x15 MW. Terlepas dari semua penyebab dan polemik krisis energi listrik di Kota Tarakan maka diperlukan usaha dari semua stakeholder yang ada untuk bahu membahu memikirkan jalan keluar yang paling rasional untuk dilakukan, baik itu jangka pendek, menengah maupun panjang. Kajian akademis yang dilakukan ini memberikan sejumlah rekomendasi bagi semua stakeholder yang ada sehingga permasalahan krisis bisa terselesaikan dan kejadian yang serupa di masa depan tidak terulang kembali.dalam kajian akademis ini, tidaklah penting mencari siapa yang paling bertanggung jawab terhadap permasalahan krisis energi listrik di Pulau Tarakan.Akan tetapi solusi dan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah krisis energi menjadi hal yang paling urgen. Solusi jangka pendek, menengah dan panjang akan menjadi target kajian disertai dengan implikasi positif dan negatif dari semua rekomendasi yang diberikan. 1177

5 4. Efektifitas Pemecahan Masalah Efektifitas solusi pemecahan masalah ketidakandalan sistem penyediaan energi listrik di Kota Tarakan dipengaruhi oleh kejelasan identifikasi masalah dan penyebab utamanya. Berkaitan dengan hal itu pendekatan identifikasi masalah yang digunakan adalah brain-storming dan wawancara dengan pemangku kepentingan kelistrikan di Kota Tarakan dan telaah data sekunder. Kegiatan brain-storming telah dilakukan dengan diskusi dan paparan bersama Pemerintah Kota Tarakan, DPRD Kota Tarakan, PT MEDCO E&P, PT Pertamina EP Tarakan, PT PLN Tarakan, Perusda Kota Tarakan dan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI). Sementara metode analisis yang digunakan adalah metode pengambilan keputusan berbasis analytic hierarcy process (AHP) mencakup aspek-aspekkeandalan sistem kelistrikan, penetapan harga, sosial ekonomi, keuangan dan hukum. Dengan pertimbangan aspek ini maka kajian akademis ini dapat memberikan rekomendasi apakah penyediaan tenaga listrik kembali ke PT PLN (Persero) atau tetap dengan PT PLN Tarakan. Salah satu pilihan yang berkembang di masyarakat kota Tarakan bahwa pengelolaan kelistrikan diserahkan kembali ke PT PLN (Persero). Hal ini didukung oleh alasan prioritas wilayah dan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama karena lokasi wilayah yang merupakan beranda wilayah utara NKRI, sehingga pemerintah akanmengusahakan dengan cepat suplai energi listrik karena berkaitan dengan harga diri bangsa. Akan tetapi, hal ini tidak serta merta menyelesaikan permasalahan krisis kelistrikan dengan cepat.sejumlah alasan misalnya pembentukan PT PLN Tarakan itu berdasarkan ketentuan SK Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-392/MBU/2003sehingga pembubaran perusahaan ini akan membutuhkan waktu yang lama; juga akan membuat manajemen dan birokrasi yang panjang. Dampaknya bisa terjadi pemadaman yang lama karena sistem mesti distart dari awal, PLN Tarakan mesti pergi dulu baru semua administrasi diurus. Sementara itu, otomatis tarif listrik akan jauh lebih tinggi dari tarif yang ada sekarang karena akan mengikuti tarif nasional, sehingga solusi untuk kembali ke PT PLN (Persero) akan membuat kepanikan masyarakat yang sebelumnya sudah pernah menikmati harga listrik yang sangat murah. Demikian juga, kembalinya ke PT PLN (Persero), tidak serta merta menyelesaikan masalah kelistrikan di kota Tarakan, mengingat banyaknya persoalan yang dihadapi oleh PT PLN (Persero) di seluruh Indonesia ditandai dengan banyaknya terjadi pemadaman listrik di beberapa daerah di Indonesia [LPPM-UNHAS, 2014]. 4.1 Status Hukum PT PLN Tarakan Status PT PLN Tarakan diperjelas apakah swasta atau pemerintah.kalau dikatakan swasta maka itu tidak benar karena 99.9 sahamnya di miliki oleh oleh PT PLN (Persero) yang notabene adalah BUMN milik negara.jika bisa ditetapkan bahwa PT PLN Tarakan adalah milik pemerintah, maka subsidi biaya bahan bakar langsung dari pemerintah yang dalam hal ini adalah PEMDA Tarakan bisa direalisasikan.akan tetapi, kalau kemudian itu betul-betul dinyatakan swasta maka porsi kepemilikan saham mesti berubah dengan sekurang-kurangnya 51% saham perusahaan dimiliki oleh pihak swasta. Dengan demikian kebijakan perusahaan PT PLN yang diambil ataupun yang diimplementasikan tidak saling bertentangan dan penguatan sistem manajemen yang berkaitan dengan operasi perusahaan akan bertambah kuat. Dengan status swasta yang diklaim sekarang ini, maka memang mekanisme subsidi bahan bakar yang bisa dilakukan oleh PEMDA Tarakan tidak akan bisa dilaksanakan karena tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengizinkan adanya subsidi pemerintah ke pihak swasta. Akan tetapi kalau kita melihat lebih jauh untuk kasus lain, misalnya bagaimana bentuk subsidi pemerintah propinsi Kalimantan Tengah ke perusahaan penerbangan Sussie Air dalam bentuk subsidi tarif ke penumpang pesawat. Maka cara yang demikian itu bisa diterapkan dalam kasus krisis energi listrik di Kota Tarakan; di mana tarif listrik pelanggan dinaikkan tetapi ada mekanisme subsidi tarif dari pemerintah sehingga pada akhirnya pelanggan tidak merasakan adanya kenaikan tarif dan suplai listrik ke pelanggan tetap normal. 4.2 Revisi program CSR PT MEDCO Untuk PT MEDCO sebaiknya merevisi kembali program CSR di mana berfokus pada kontribusi penyediaan energi listrik ke masyarakat sekitar.perubahan orientasi pengeboran dari gas ke minyak bumi tentunya memberikan keuntungan yang banyak bagi PT MEDCO sehingga sangat pantas kiranya sebagian keuntungan diarahkan untuk mengatasi persoalan krisis energi listrik masyarakat lokal. Program CSR yang sementara berjalan di masyarakat, misalnya penyediaan gas rumah tangga sudah berjalan dengan baik, perbaikan lingkungan sudah dilakukan di tempat proses eksplorasi tetapi kemudian mesti ditingkatkan dalam konteks social sense dengan keterkaitan krisis suplai energi listrik yang terjadi belakangan ini di Kota Tarakan. Untuk revisi program CSR ini, PEMDA Tarakan bisa berdiskusi dengan PT MEDCO sehingga timbal balik manfaat bisa dirasakan kedua pihak di mana PEMDA sebagai pemilik otoritas wilayah pengeboran, sementara PT MEDCO sebagai perusahaan eksplorasi di wilayah otoritas PEMDA Tarakan. 4.3 Revisi kontrak-kontrak proyek 1178

6 Dalam konteks kerja sama bisnis antar perusahaan mesti didasari pada kontrak-kontrak yang jelas klausul (items) di dalamnya. Salah satu penyebab terjadinya krisis energi pada saat PT MEDCO tidak mampu menyediakan suplai gas sesuai dengan yang tertera di dalam klausul kontrak dan tanpa ada klausul penalti atau kompensasi ke PT PLN Tarakan pada saat nilai yang tertera tidak mampu dipenuhi.klausul kontrak tanpa penalti kemudian terjadi lagi antara PT PLN Tarakan dengan PT MKI. Kontrak yang kedua ini juga bisa saja akan mempunyai dampak dan implikasi yang sangat berbahaya di masa depan, jika sewaktu-waktu PT MKI mengklaim tidak dapat lagi mengsuplai gas karena alasan kondisi kahar pada lokasi pengeboran. Semestinya PT PLN Tarakan bisa belajar dari pengalaman kontrak pertama dengan PT MEDCO, sehingga kejadian kekurangan suplai gas tidak terulang kembali dan ada penyelesaian kompensasi sehingga kontinuitas pelayanan listrik ke pelanggan bisa terjamin. Hal yang lain yang mesti diperbaiki mengenai kontrak kerjasama ini adalah mestinya pihah PEMDA dilibatkan sebagai pemegang otoritas wilayah di mana perusahaan-perusahaan melakukan kontrak bisnis. Dengan demikian, terdapat mekanisme kontrol dan pemahaman dari pemerintah setempat mengenai kondisi operasi perusahaan sehingga langkah antisipasi bisa dilakukan dengan cepat jika muncul permasalahan dalam kontrak operasi perusahaan.berkaitan dengan penyediaan energi listrik ke masyarakat memang menjadi tanggung jawab PEMDA setempat berdasarkan UU No.30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan. Oleh karena itu, perlu kiranya ada kontrak kerjasama antara PT PLN Tarakan dengan PEMDA Tarakan tentang besarnya porsi MW daya listrik, sehingga ada jaminan ketersediaan daya listrik di masyarakat tetapi hal ini juga akan kembali ke persoalan harga listrik. Penentuan kesepakatan tarif menjadi point penting dalam kontrak kerjasama ini. 4.4 Ekspektasi Kenaikan Tarif PLN merekomendasikan kenaikan tarif 30% untuk menutupi biaya operasional termasuk pengoperasian pembangkit listrik tenaga diesel.hal ini disinyalir terlalu tinggi oleh pemerintah.berdasarkan kajian akademis ini, jika kenaikan tarif direkomendasikan maka kenaikan rata-rata untuk setiap kelas pelanggan sekitar 27%% berdasarkan pertimbanganbiaya pembangkitan energi listrik. Dengan kenaikan tarif ini tentunya akan memacu investasi pihak swasta untuk sektor pembangkitan tenaga listrik. Porsi kenaikan Kenaikan tarif yang lebih besar untuk rumah tangga kemudian diikuti oleh sektorindustri. Berkaitan dengan kenaikan tarif ini maka program hemat energi danperlunya audit energi untuk konsumen listrik di atas 6600 kva. Realitasnya bahwa tanpa kenaikan tarif listrik untuk rumah tangga maka listrik bukan lagi untuk kebutuhan tetapi untuk kenikmatan / kesenangan. 4.5 Promosi Sumber Energi Terbarukan Kepulauan Indonesia diberkahi dengan potensi energi matahari yang besar karena letak geografis wilayah di daerah khatulistiwa.hal ini disebabkan karena pergeseran sudut datang cahaya matahari setiap tahunnya tidak terlalu jauh dibandingkan dengan negara-negara yang terletak jauh di bagian utara dan selatan khatulistiwa.berdasarkan data pengukuran NASA di RETScreen International; sebuah program untuk mengkaji potensi sumber energi terbarukan di seluruh dunia, Indonesia memiliki energi solar radiasi perhari rata-rata sekitar 5,5kWh/m 2. Artinya dengan data intensitas cahaya matahari yang ada, kita bisa memperoleh energi sebesar 5,5 kwh dalam setiap luasan 1 meter persegi dalam sehari. Untuk wilayah Tarakan, energi radiasi matahari rata-rata tahunan sebesar 4,79kWh/m 2 perhari. Nilai ini jika dirataratakan perhari, Kota Tarakan mempunyai intensitas cahaya matahari sebesar 199,6 W/m 2. Sebagai perbandingan gurun Sahara dan gurun Australia mempunyai intensitas cahaya matahari harian masing-masing sebesar 300 W/m 2 dan 250 W/m 2. Dan memang berdasarkan hasil kajian sumber energi terbarukan di kota Tarakan, hanya sumber energi matahari yang di-approved oleh BAPPEDA kota Tarakan. 4.6 Pembangunan PLTU Batubara Batu bara merupakan pilhan sumber energi yang paling menjanjikan untuk operasi PLTU di Kota Tarakan karena Besarnya potensi batubara yang berada di sekeliling wilayah Tarakan sehingga semua proyek PLTU baik diinisiasi oleh PT PLN Tarakan maupun oleh PERUSDA berkapasitas 2x15 MW harus segera direalisasikan. 5. Penutup Kajian akademik penanggulangan krisis kelistrikan di Kota Tarakan dapat memberikanalternatif pemecahan masalah terkait sistem rantai pasokan energi primer yang efektif dalam mendukung keandalan sistem penyediaan energi listrik di Kota Tarakan secara berkelanjutan, rekomendasi tarif listrik regional Kota Tarakan yang rasional dan berkeadilan dan rekomendasi efektifitas status PT PLN Tarakan dalam pengoperasian sistem penyediaan kelistrikan di Kota Tarakan.Dengan demikian, target bahwa pasokan energi listrik ke pelanggan harus tetap normal dalam kerangka perbaikan status hukum dan manajemen sistem kelistrikan secara keseluruhan. Sumber Pustaka: Eka Budianti,(2014). Mengatasi Krisis ListrikDi Jawa Dan Sumatera, Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. VI, No. 05, pp

7 Kementerian ESDM, (2012). Kajian Energy Outlook, Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. LPPM-UNHAS, (2014). Kajian Akademis Penanggulangan KrisisEnergi Listrik Dan Status PT PLN Tarakan, Puslitbang Energi dan Kelistrikan, Universitas Hasanuddin. Wayne C. Turner & Steve Doty, (2007). Energy ManagementHandbook, Sixth Edition, CRC Press. 1180

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan 1. Pendahuluan Geografis (Harry) Kota Tarakan adalah salah satu pemerintah daerah yang saat ini berada pada provinsi

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan 13.000 pulau lebih yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Indonesia juga kaya dengan potensi sumber daya manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Press Release - PGN Jamin Pasokan Gas PLTGU Muara Tawar

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Press Release - PGN Jamin Pasokan Gas PLTGU Muara Tawar No Surat/Pengumuman Nama Perusahaan Kode Emiten Lampiran 2 003300.S/HM.02.03/SPER/2013 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS Tanggal dan Jam 22 Jan 2013 12:15:03 Perihal Keterbukaan Informasi Yang

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur No Surat/Pengumuman Nama Perusahaan Kode Emiten Lampiran 2 018100.S/HM.05/SPER/2012 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS Tanggal dan Jam 18 Jun 2012 18:21:14 Perihal Keterbukaan Informasi Yang Perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010 Kebijakan Energi dan Implementasinya Tinjauan dari Sisii Ketahanan Energi Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan pemerintah nomor 23 tahun 1994 tanggal 23 Juni 1994 status PLN berubah dari perusahaan umum listrik negara (umum), perubahan status tersebut dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan telekomunikasi selular di Indonesia masih akan terus berkembang mengingat masih adanya area area yang mengalami blankspot atau tidak adanya layanan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik memiliki

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601

Lebih terperinci

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kegiatan tidak bisa dilepaskan dari risiko, begitu pula dengan kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan penyimpangan

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA

EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Perkembangan Sektor Energi Di Indonesia Energi listrik merupakan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industry, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari hari

Lebih terperinci

Kenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010

Kenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010 Mengukur Dampak Ekonomi Kenaikan TDL 2010 Konferensi Pers ReforMiner Institute Jakarta, 29 Juni 2010 Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengubungi: Komaidi (0815 531 33252) Pri Agung Rakhmanto (0812 8111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

Survey Potensi Excess Power di Kabupaten Indragiri Hilir

Survey Potensi Excess Power di Kabupaten Indragiri Hilir Statistika, Vol. 16 No. 2, 89 93 November 2016 Survey Potensi Excess Power di Kabupaten Indragiri Hilir AKBAR ALFA 1, ROBERTA ZULFHI SURYA 2 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indragiri, Riau

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik untuk Kabupaten Kulon Progo disuplai melalui sistem distribusi energi listrik Provinsi DIY. Di mana sistem ketenagalistrikan di DIY merupakan bagian

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF TENAGA LISIK UNTUK KONSUMEN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PELAYANAN LISIK NASIONAL TARAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan primer dan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah tangga maupun sektor industri yang mengandalkan

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te No.28, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KETENAGALISTRIKAN. Tenaga Listrik. Kegiatan. Usaha. Penyediaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5281) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional

Lebih terperinci

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di IV. GAMBARAN UMUM KELISTRIKAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1990-2010 Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di Indonesia pada periode tahun 1990-2010 seperti produksi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 02-04 Juni 2017 BAGIAN I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pasar terhadap berbagai inovasi, kualitas dan kuantitas hasil produksi terus meningkat, sehingga perusahaan juga dituntut untuk meningkatkan efisiensi proses

Lebih terperinci

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran

I. PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat dibutuhkan oleh selu ruh kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran yang sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik

I. PENDAHULUAN. Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik menentukan strategis perekonomian negara selain bahan bakar dan tenaga kerja, terutama

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah meningkatkan nilai perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan Economic Value Added (EVA)

Lebih terperinci

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%) SUBSIDI LISTRIK (Tinjauan Dari Aspek Ketersediaan Bahan Bakar) I. Pendahuluan S ubsidi listrik diberikan sebagai konsekuensi penentuan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL) yang lebih rendah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia modern. Ketersediaan energi listrik berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan energi listrik merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manusia. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik harus menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS TEMUAN BPK MENEKAN SUBSIDI LISTRIK DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PENDUKUNG

ANALISIS ATAS TEMUAN BPK MENEKAN SUBSIDI LISTRIK DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PENDUKUNG ANALISIS ATAS TEMUAN BPK MENEKAN SUBSIDI LISTRIK DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PENDUKUNG BAGIAN ANALISA PEMERIKSAAN BPK DAN PENGAWASAN DPD BEKERJASAMA DENGAN TENAGA KONSULTAN Dr. HENDRI SAPARINI 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted

Lebih terperinci

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT 2001-2002 A. Program DSM 1. Latar Belakang : Kebijakan Pemerintah di bidang energi yang ditempuh sejak awal tahun 1980 an dan direvisi secara periodik dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose No Surat/Pengumuman Nama Perusahaan Kode Emiten Lampiran 4 042100.S/HI.01/SPER/2012 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS Tanggal dan Jam 30 Nop 2012 21:28:04 Perihal Laporan Hasil Public Expose

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pemanfaatan listrik telah demikian luas. Mulai dari aktifitas rumah tangga hingga aktifitas perindustrian, semuanya membutuhkan listrik. Kebutuhan ini, dalam kenyataannya,

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit untuk diprediksi. Keadaan ini merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN economy.okezone.com Pemerintah berencana menambah anggaran i subsidi ii listrik sebesar Rp10 triliun dari rencana awal alokasi anggaran Rp 44,96 triliun. Luky

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci